TUGAS APLIKASI 1
Pembimbing Akademik :
Pembimbing Klinik
Alfitri, M.Kep, Sp.Kep MB
Disusun Oleh:
Fariddah Fahmi
NIM.2121312037
PROGRAM S2 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.
D Dengan Hematemesis Melena ec PVE ec Sirosis Hepatis. SH PNSD CTP C, Anemia
Akit, Hepatitis B Kronis Dengan Menggunakan Pendekatan Teori Keperawatan Calista
Roy”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas perkuliahan pada mata
kuliah Aplikasi 1 Keperawatan Medikal Bedah dengan dosen pembimbing akademik Ibu Elvi
Oktarina, M. Kep., Sp.Kep.MB dan pembimbing klinik Bapak Ns. Alfitri, M.Kep, Sp.KMB.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun yang dalam kesempurnaan makalah ini.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga tugas ini dapat memberikan
kontribusi penting dalam peningkatan wawasan keilmuan dan perkembangan profesi
keperawatan dimasa yang akan datang.
Padang, 28 September 2022
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................................................5
A. Latar Belakang.........................................................................................................................5
B. Tujuan......................................................................................................................................6
C. Manfaat....................................................................................................................................7
BAB II..................................................................................................................................................7
TINJAUAN TEORITIS......................................................................................................................7
A. Defenisi.....................................................................................................................................7
B. Etiologi......................................................................................................................................8
C. Patofisiologi..............................................................................................................................8
E. Penatalaksanaan....................................................................................................................12
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................................13
G. Penatalaksanaan................................................................................................................14
H. PATHWAY........................................................................................................................15
BAB III...............................................................................................................................................20
ASKEP KASUS.................................................................................................................................20
A. Gambaran Kasus...................................................................................................................20
C. Analisa Data...........................................................................................................................24
D. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................26
E. Intervensi Keperawatan........................................................................................................27
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan anamnesa informasi keperawatan pada pasien dengan
Hematemesis Melena ec PVE ec Sirosis Hepatis. SH PNSD CTP C, Anemia
Akit, Hepatitis B Kronis
b. Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dengan Hematemesis Melena ec
PVE ec Sirosis Hepatis. SH PNSD CTP C, Anemia Akit, Hepatitis B Kronis
c. Melakukan intrepetasi hasil uji diagnostik pada pasien dengan Hematemesis
Melena ec PVE ec Sirosis Hepatis. SH PNSD CTP C, Anemia Akit, Hepatitis
B Kronis
d. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan menggunakan SDKI
e. Menentukan intervensi keperawatan dengan menggunakan SIKI pasien dengan
Hematemesis Melena ec PVE ec Sirosis Hepatis. SH PNSD CTP C, Anemia
Akit, Hepatitis B Kronis
f. Melakukan analisis terhadap intervensi yang dilakukan
g. Melakukan Analisa masalah etik pada pengelolaan kasus pada Tn.D
h. Menetapan teori keperawatan yang digunakan pada kasus Tn.D
i. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien kelolaan dengan Sirosis
Hepatis
j. Mengidentifikasi fenomena EBN pada kasus kelolaan
C. Manfaat
1. Manfaat Pelayanan Keperawatan
Diharapkan makalah ini menjadi masukan atau informasi tambahan dalam tatanan
klinik terkait penerapan teori Orem dalam memberikan asuhan pasien dengan
gangguan sistem gastrointestinal yang mengalami self deficite.
2. Manfaat Keilmuan Keperawatan
Makalah ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan keperawatan
khususnya pada peminatan gastrointestinal tentang bagaimana melakukan pengkajian
menggunakan pendekatan teori keperawatan sesuai dengan kondisi pasien dilahan
praktek.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
"Sirosis" (dalam bahasa Yunani "κίρρος" - kuning kecoklatan) adalah awalnya
digunakan untuk menggambarkan hati yang nodular dan tampak tegas pada pasien
dengan hati "yang terbakar" kronis penyakit, dengan penekanan pada sifat tahap
akhir proses ini dan kelangsungan hidup yang buruk. Sheila Sherlock mendefinisikan
sirosis hati didasarkan pada morfologi: proses fibrosis dan pembentukan nodul yang
menyebar. Fibrosis ekstensif dan gangguan arsitektur lobular dan vaskular yang
normal menyebabkan progresif hipertensi portal dan disfungsi hati.(Ivanova, 2016)
Sirosis hati adalah hasil patologis akhir dari berbagai penyakit, penyakit hati kronis,
dan fibrosis adalah pendahulu dari sirosis. Banyak jenis sel, sitokin dan miRNA
terlibat dalam inisiasi dan perkembangan hati fibrosis dan sirosis. Aktivasi sel
bintang hati (HSCs) adalah peristiwa penting dalam fibrosis. Defenestration dan
kapilerisasi sel endotel sinusoidal hati adalah faktor utama yang berkontribusi
terhadap disfungsi hati sirosis hati. Sel Kupffer yang diaktifkan menghancurkan
hepatosit dan merangsang aktivasi HSC. Ulang siklus apoptosis dan regenerasi
hepatosit berkontribusi pada patogenesis sirosis (Kadiri et al., 2022)
B. Etiologi
Etiologi dan Faktor Risiko Sirosis Hepatis
Penyebab sirosis hepatis belum teridentifikasi dengan jelas, namun (Ginès et al.,
2021)ada beberapa faktor yang menyebabkan sirosis hepatis yaitu:
a. Sirosis Pascanekrosis (Makronodular)
Merupakan bentuk paling umum di seluruh dunia.Kehilangan masif sel
hati, dengan pola regenerasi sel tidak teratur. Faktor yang menyebabkan
sirosis ini pasca- akut hepatitis virus (tipe B dan C).
b. Sirosis Billier
Merupakan turunnya aliran empedu bersamaan dengan kerusakan sel
hepatosit disekitar duktus empedu seperti dengan kolestasis atau obstruksi
duktus empedu.
c. Sirosis Kardiak
Merupakan penyakit hati kronis terkait dengan gagal jantung sisi kanan
jangka panjang, seperti atrioventrikular perikarditis konstriktif lama.
d. Sirosis Alkoholik (mikronodular Laenec)
Merupakan bentuk nodul kecil akibat beberapa agen yang melukai terus-
menerus, terkait dengan penyalahgunaan alcohol.
C. Patofisiologi
Hati memainkan peran penting dalam sintesis protein seperti albumin, faktor
pembekuan, faktor pelengkap dan detoksifikasi dan penyimpanan vitamin A. Ini
berpartisipasi dalam metabolisme lipid dan karbohidrat. Sirosis adalah sering diikuti
oleh hepatitis dan steatosis (perlemakan hati) independen dari penyebabnya. Jika
penyebabnya teratasi pada tahap ini, perubahan sepenuhnya dapat dibalik. Pada
sirosis, perkembangan jaringan parut menggantikan parenkim normal dan memblokir
aliran portal darah ke organ dan mempengaruhi fungsi normal. Penelitian
menunjukkan pentingnya peran sel bintang dalam perkembangan sirosis yang
umumnya menyimpan vitamin A. Kerusakan parenkim hati karena peradangan,
mengaktifkan sel bintang dan meningkatkan fibrosis dan menghalangi aliran darah di
sirkulasi. Itu pembentukan pita jaringan fibrosa memisahkan hepatosit nodul yang
menggantikan seluruh arsitektur hati. Fibrosis dimulai dengan aktivasi sel stellata
dan Sel Kupffer, kerusakan hepatosit dan trombosit teraktivasi juga terlibat. Sel
bintang diaktifkan oleh berbagai sitokin dan reseptornya, perantara oksigen reaktif,
sinyal autokrin, dan sinyal parakrin. Di Pada tahap awal aktivasi, sel bintang yang
membengkak hilang retinoid dengan regulasi reseptor untuk fibrogenik dan sitokin
proliferatif seperti mengubah faktor pertumbuhan β1 (TGF- β1) (mediator fibrogenik
kuat) dan turunan platelet faktor pertumbuhan (PDGF) Sel inflamasi menyebabkan
fibrosis karena sekresi sitokin. Kolagen (tipe I dan III) dan fibronektin menggantikan
matriks normal dalam ruang Disse. Fibrosis sub endotel menyebabkan hilangnya
fungsi endotel dan merusak fungsi hati
D. Manifestasi & Komplikasi Klinis
Komplikasi
Komplikasi dari serosis hepatis adalah sebagai berikut(Premkumar & Anand, 2022)
1. Hipertensi Porta
Hipertensi porta terjadi ketika tekanan darah meningkat menetap pada sistem vena
porta hal tersebut sebagai akibat peningkatan resistansi dan obstruksi aliran darah
melalui sistem vena porta ke dalam hati.
a) Etiologi dan faktor risiko
Vena porta kemungkinan tersumbat oleh thrombus tumor adalah penyebab paling
sering berikutnya. Faktor yang mungkin menyebabkan hipertensi porta peningkatan
resistensi terhadap aliran, sirosis, hepatitis alkoholik, dll.
b) Patofisiologi
Aliran darah normal untuk dan dari hati bergantung pada fungsi vena porta yang baik
(70 % aliran masuk), arteri hepatik (30 % aliran masuk), dan vena hepatik (aliran
keluar) proses penyakit yang merusak hati atau pembuluh darah utamanya atau
perubahan aliran darah melalui struktur ini bertanggung jawab bagi perkembangan
hipertensi porta. Hipertensi porta akibat dari peningkatan aliran darah pada vena
porta maupun peningkatan resistansi terhadap aliran di dalam sistem vena
porta(Iantorno et al., 2020)
c) Manifestasi Klinis
Pada klien dengan hipertensi porta, ketika pengkajian di dapatkan jaringan pembuluh
darah epigastrik sedikit berliku-liku yang bercabang akhir pada daerah umbilikus serta
kearah kedepan sternum dan tulang rusuk, pelebaran, dan asites yang tipikal tampak
ketika penyakit hati bersamaan.
2. Asites
a. Etiologi dan Faktor Resiko
Asites adalah akumulasi cairan di dalam ruang peritoneum akibat interaksi beberapa
perubahan patofisiologi. Hipertensi porta, penurunan tekanan plasma osmotik koloid
dan retensi natrium semua berkontribusi terhadap kondisi ini.
b. Patofisiologi
Sebuah proses yang mengeblok aliran darah melalui sinusoid hati ke vena hepatik dan
vena menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik di dalam sistem vena porta.
Sebagaimana tekanan porta meningkat, plasma bocor langsung dari kapsul hati dan
vena porta kongesti ke dalam ruang peritoneum. Kongesti saluran limfa terjadi,
mengarah pada kebocoran lebih plasma ke dalam ruang peritoneum. Kehilangan
protein plasma ke dalam cairan asites dari sistem vena porta mengurangi tekanan
onkotik di dalam kompratemen pembuluh darah. Penurunan tekanan onkotik
membatasi kemampuan sistem pembuluh darah menahan atau mengumpulkan air.
c. Manifestasi Klinis
Cairan asites secara tipikal menyebabkan distensi perut, panggul menonjol, serta
umbilikus yang menonjol keluar dan ke bawah. Meskipun akumulasi cairan asites
banyak dan nyata, namun jika jumlah kecil atau sedang lebih sulit untuk mendeteksi.
3. Ensefalopati Hepatikum
Ensefalopati Hepatikum merupakan gangguan SSP. Gangguan mungkin tampak
bersamaan dengan cedera hati berat atau gagal hati atau setelah pembedahan puntasan
portosistemik. Penyebab gangguan ini adalah ketidakmampuan untuk memetabolisme
ammonia untuk membentuk ureum sehingga ini dapat diekresikan (Sahney &
Wadhawan, 2022).
a. Patofisiologi
Penyebabab spesifik ensefalopati hepatikum tidak diketahui, tapi hal ini dirincikan
oleh peningkatan kadar amonia dalam darah dan cairan serebrospinal. Amonia
dihasilkan dalam usus ketika protein dipecah oleh bakteri, oleh hai dan dalam
jumlah yang lebih kecil, oleh getah lambung dan metabolisme jaringan perifer.
Ginjal adalah sumber amona lain di dalam adanya hipokalemia. Implikasi lebih
terkini penyebab ensefalopati adalah neurotransmiter palsu, naiknya kadar mercaptan
(kimia organik yang mengandung radikal sulfhidril, terbentuk ketika molekul
oksigen dan alkohol diganti oleh sulfur), fenol dan rantai pendek asam lemak. Secara
normal, hati amonia ke dalam glutamin, yang disimpan dalam hati dan kemudian
diubah menjadi ureum dan diekresikan melalui ginjal. Kadar amonia darah
meningkat ketika sel hati tidak mampu membentuk fungsi ini mungkin dikarenakan
sel hati rusak dan nekrosis. Ini juga mungkin akibat dari pintasan darah dari
sistem vena porta secara langsung kedalam sirkulasi vena sistemik (pintasan
hati). Pada kasus lain, sebagaimana kadar amonia darah naik, banyak bahan tidak
biasanya mulai terbentuk. Beberapa bahan ini (misal oktopamn) tampak bertindak
sebagai neurotransmiter palsu di dalam SSP. Amonia juga adalah toksin SSP,
memengaruhi sel glia dan saraf, ini mengarah kepada perubahan metabolisme dan
fungsi SSP.
Sebuah proses yang meningkatkan protein di dalam intestinal, seperti meningkatkan
diet protein atau perdarahan GI, menyebabkan peningkatan kadar amonia darah dan
kemungkinan gejala ensefalopati hepatikum pada klien dengan gagal hepatoseluler
atau yang telah menjalani pembedahan pintasan portosistemik.
b. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ensefalopati hepatikum adalah secara primer neurologis dan
rentang dari kebingungan mental ringan sampai koma dalam. Perubhan neurologis
terjadi dengan akumulasi amonia serebral atau perdarahan GI. Ensefalopati hepatikum
mengganggu memori, perhatian, konsentrasi, dan kecepatan respons.
Pola terbalik sering terjadi, klien terbangun malam hari dan mengantuk pada siang
hari. Menulis dan ucapan menunjukkan perubahansignifikan seperti terjadi
penyimpangan intelektual. Asteriksis mungkin ada. Pada beberapa klien dengan
ensefalopati hepatikum, hiperventilasi dengan alkalosis respiratorik berkembang
karena kadar amnia tinggi merangsang pusat pernafasan. Adanya methylmercaptan
menyebabkan bau karakteristik pada pernafan yang disebut fetorhepaticus.
Sebagaiman perkembangan sindrom, tingkat kesadaran klien perlahan berkurang, dan
kebingungan menjadi lebih berat, namun, tingkat depresi SSP umunya fluktasi. Koma
akhirnya terjadi, yang mendalam sampai tidak ada respons nyeri dan refleks kornea, benar-
benar tidak ada.
Berikut stadium ensefalopati hepatikum:
a) Stadium 1
Letih
Gelisah
Iritabel
Penurunan tampilan intelektual
Penurunan rentang perhatian
Berkurangnya ingatan jangka pendek
Perubahan kepribadian
Pola tidur terbalik
b) Stadium 2
Penyimpangan dalam menulis
Asteriksis
Gngguan status mental
Bingung
Lemah
Fetor hepaticus
c)Stadium 3
Bingung berat
Ketidakmampuan mengikuti perintah
Samnolen dalam, tapi dapat bangun
d) Stadium 4
Koma
Tidak respons terhadap rangsangan nyeri
Hasil laboratorium mnunukkan naiknya amonia darah dan kadag glutamin cairan
serebrospinal. Meskipun temuan ini membantu mengomfirmasi diagnosis
ensefalopati, tapi tidak spesifik. Memantau kadar serum amonia, kadar elektrolit,
gas darah, hasil tes fungsi hati (bilirubin, albumin, protrombin, dan enzim)
keseluruhan perjalanan penyakit. Temuan ini membantu menentukan tingkat
ketidakseimbangan dan tingkat cedera hepatik.
c) Prognosis
Meskipun intervensi biasanya mengurangi ensefalopati hepatikum, klien mungkin
meninggal karena komplikasi sirkulasi atau respirasi, infeksi, atau delirium dan
kejang. Kematian terjadi pada klien yang berkembang kerah koma dengan gagal hati.
Langkah-langkah dramatis mungkin dibutuhkan untuk mengurangi kadar toksik
amonia dalam darah. Cara tersebut termasuk hemodialisis dan transfusi tukar, yang
melibatkan pembuangan pergantian sekitar 80% darah klien. Transplatasi hati
dilakukan pada kasus gagal hati fulminan.
E. Penatalaksanaan
Menurut Black & Hawks (2014), penatalaksaan keperawatan sebagai berikut:
H. PATHWAY
I. Asuhan Keperawatan Teoritis Kasus
Terdapat 5 langkah kerangka kerja proses keperawatan terdiri dari pengakajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan (termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan),
implementasi dan evaluasi. Setiap langkah proses keperawatan penting untuk
pemecahan masalah yang akurat dan erat saling berhubungan satu sama lain (Potter dan
Perry, 2011)
1. Pengkajian
Pengkajian sebagai langkah pertama proses keperawatan diawali dengan perawat
menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan data tentang klien.
Diterapkannya pengetahuan ilmiah dan disiplin ilmu keperawatan bertujuan untuk
menggali dan menemukan keunikan klien dan masalah perawatan kesehatan personal
klien (Potter dan perry, 2011)
Menurut (Mutaqqin, 2013), pengkajian sirosis hepatis terdiri atas anamnesa,
pemeriksaan fisik dan evaluasi diagnostik, pengkajian difokuskan pada respons
penurunan fungsi hati dan portal.
a. Keluhan Utama
Pada awal sirosis hepatis biasaya orang dengan sirosis sering terungkap kondisinya
secara tidak sengaja ketika mencari pelayanan kesehatan untuk masalah lain. Beberapa
kondisi menjadi alasan masuk pasien yaitu dengan keluhan Nyeri abdomen bagian atas
sebelah kanan, mual, muntah, dan demam. Sedangkan pada tahap lanjut dengan keluhan
adanya ikterus, melena, muntah berdarah. (Black & Hawks, 2009)
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Menurut (Mutaqqin, 2013), klien dengan sirosis hepatis didapatkan keluahan utama
ialah adanya nyeri pada abdomen, nyeri otot dan ikterus, anoreksia, mual, muntah, kulit
gatal dan gangguan pola tidur, pada beberapa klien kasus klien mengeluh demam
ringan,keluhan nyeri kepala, keluhan riwayat mudah mengalami perdarahan, serta bisa
didapatkan adanya perubahan kesadaran secara progresif sebagai respon dari hepatik
enselofati, seperti agitasi (gelisah), tremor, disorientasi, confusion, kesadaran delirium
sampai koma. Keluhan asites dan edema perifer dihubungkan dengan hipoalbuminemia
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas vaskular dan menyebabkan perpindahan
cairan ke ruang ketiga atau ekstraseluler. Adanya asites perut pada kondisi hipertensi
portal, tidak hanya itu adanya edema ektermitas dan adanya riwayat perdarahan
(hematemesis dan melena). Mual dan muntah yang berkepanjangan dapat menyebabkan
dehidrasi. keluhan mudah mengalami pendarahan.
c. Riwayat Dahulu
Klien dengan sirosis hepais memiliki riwayat penyalahgunaan alcohol dalam jangka
waktu yang lama, sebelumnya ada riwayat hepatitis kronis, riwayat gagal jantung,
riwayat pemakaian obat-obatan maupun merokok.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adapun riwayat kesehatan keluarga yang dikaji adalah apakah adanya keluarga yang
menderita penyakit hepatitis atau sirosis hepatis
e. Pemeriksaan Fisik persistem
Secara umum bisa terlihat sakit ringan, gelisah sampai sangat lemah. Tanda-tanda vital
bisa normal atau bisa didapatkan perubahan, seperti takikardi atau peningkatan
pernafasan
Sistem Pernafasan
Pada inspeksi terlihat sesak dan menggunakan otot bantu nafas sekunder dari
penurunan ekspansi rongga dada dari asites, pada palpasi bila tidak ada komplikasi,
taktil fermitus seimbang, saat perkusi bila tidak ada komplikasi lapang paru resonan,
bila terdapat efusi akan didapatkan bunyi redup, saat auskultasi secara umum normal
tetapi bisa didapatkan adanya bunyi nafas tambahan ronkhi akibat akumulasi sekret
Sistem Kardiovaskular
Anemia, peningkatan denyut nadi, pada saat auskultasi biasanya normal, namun tidak
semua penderita sirosis hepatis memiliki masalah pada sistem kardiovaskularnya
Sistem Pencernaan
Pada saat diinfeksi biasanya terdapat pembesaran pada abdomen, pada hati saat
dipalpasi adanya nyeri tekan peningkatan lingkar abdomen, pada saat diinpeksi
biasanya perut tampak cembung/buncit (asites), pada saat dipalpasi biasanya adanya
nyeri tekan, pada saat diperkusi biasanya terdengar pekak, pada saat diauskultasi
biasanya bising usus lebih cepat dan juga bisa terjadi penurunan bising usus, tegang
pada perut kanan atas.
Sistem Genitourinaria
Bisa ditemukan atropi testis, urin berwarna seperti kecoklatan seperti teh kental. Pada
saat palpasi normal terdapat tendensi.
Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran limfe dan tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid.
Sistem Persyarafan
Sistem saraf agitasi disorientasi, penurunan GCS (Ensefalopati hepatikum).
Sistem Integumen
Pada klien dengan sirosis hepatis biasanya terdapat ikterus, palmer eritma, spider
nevi, alopesia dan ekimosis.
Sistem Muskuloskeletal
Dapat ditemukan adanya edema, penurunan kekuatan otot.
Sistem Penglihatan
Sklera biasanya ikterik, konjingtiva anemis
Wicara dan THT
Bentuk bibir simetris, klien dapat menjawab pertanyaan perawat dengan baik dan
jelas, bahasa mudah dimengerti, berbicara jelas. Bentuk bibir simetris, tidak ada lesi,
daun telinga tidak keras (tulang rawan), tidak terdapat nyeri pada daun telinga, klien
tidak menggunakan alat bantu pendengaran, pendengaran klien baik, dibuktikan
dengan klien menyimak, mendengarkan dan merespon pembicaraan dengan baik.
ASKEP KASUS
A. Gambaran Kasus
Pasien bernama Tn. D dengan usia 38 tahun, bertempat tinggal di Bengkulu, Pesisir Selatan, suku
Minang, beragama Islam dengan status menikah. Pasien masuk RS pada tanggal 29 September
2022 jam 09.35 wib rujukan dari RS Sungai Penuh. Saat masuk RS Dr. M Jamil Padang, pasien
sudah dalam kondisi lemah dengan GCS ≤ 14, keadaan umum berat. BAB hitam dan muntah
darah semenjak 2 hari yang lalu, anemia dan penurunan nafsu makan. Hasil pemeriksaan tanda
vital TD :88/50 mmHg, Nadi: 76x/menit, nafas: 22 x/ menit, SaO2 98% terpasang infus Nacl 0,9
% 8 jam/kolf, dan DC terpasang nasal kanul 3L/menit.
B. Pengkajian
1. Basic Conditioning Factor
Pasien berada pada kelompok usia 41 tahun (40 tahun 0 bulan 1 hari) berada pada tahap dewasa
akhir. Pasien seorang ayah dengan 5 orang anak, saat ini pasien tinggal dengan istri dan 5 anak.
Pasien bekerja mandiri dengan membuka usaha makanan. Selama satu bulan terakhir pasien tidak
mampu bekerja. Kebutuhan sehari-hari tercukupi karena usaha pasien saat ini dikelola oleh istri.
Data riwayat kesehatan terdahulu antara lain; pasien sebelumnya sudah pernah dirawat di RS
Sungai Penuh pada tanggal 27/09/2022 karena ada keluhan muntah darah dan BAB hitam. Saat
di RS Sungai Penuh pasien mendapat terapi injeksi asam tranexamat 3 x 1 amp, injeksi vit K 3 X
1 amp. Dari data rekam medis didapatkan pasien di diagnosa HEMATEMESIS MELENA ec
PVE ec SIROSIS HEPATIS .SH PNSD CTP C+ ANEMIA AKUT + HEPATITIS B .
Riwayat kesehatan lainnya pasien juga terdiagnosa Hepatitis B semenjak 2014. Tiga bulan yang
lalu pasien juga menjalani rawatan di RS Bengkulu dengan keluhan yang sama setelah
mengkonsumsi mie instans.
Keluarga pasien mempunyai usaha makanan (penggilingan kacang) semenjak ± 20 tahun yang
lalu. Keluarga mengatakan pasien sebelumnya sering mengkonsumsi minuman berenergi jika
lelah bekerja. Berdasarkan informasi dari keluarga pasien mulai mengalami penurunan berat
badan semenjak 5 bulan yang lalu (BB 55kg menjadi 50 kg). Riwayat transfuse darah sebanyak
17 kali. Pasien adalah perokok aktif ± 1bungkus / hari semenjak 20 tahun yang lalu. Selama ini
pasien tidak teratur untuk kontrol berobat ke RS Bengkulu, tidak teratur dalam mengkonsumsi
obat yang diberikan dari rumah sakit. Pasien mengatakan obat yang harus diminum sangat
banyak. Selama ini perawatan pasien menggunakan BPJS, selain itu support system yang di
miliki bersumber dari istri dan keluarga besar. Area tempat tinggal pasien jauh dari pusat layanan
kesehatan.
2. Universal Self Care Requisites
a) Udara dan Sirkulasi
Tanggal 29 September 2022 jam 09.30 pengkajian pertama ditemukan kondisi pasien lemah,
Pasien terlihat pucat, konjungtiva terlihat anemis, TD: 90/ 60 mm Hg, HR: 90x/ menit, RR: 24 x/
menit penggunaan otot-otot pernafasan (-), crt,> 3detik, terpasang nasal kanul 3L/ menit. Pasien
rencana tranfusi PRC 2 unit, trobosit 5 unit. pasien terpasang alat bantu nafas nasal kanule
3L/menit. Hasil pada pemeriksaan paru didapatkan bahwa kondisi paru dalam keadaan baik
inspeksi: normochest, Palpasi: fremitus kiri sama dengan kanan, Perkusi: sonor, Auskultasi:
vesikuler, Ronchi-/-, Whezzing (-/-). Pemeriksaan Ro Thorak belum dilakukan.
Hematologi lengkap
28/9/2022 Satuan Normal
Hb 3.7 g/dl 13-16
Ht 11 % 40-48
Erytrosit 1.29 10^6/µL 4,5 – 5,5
Leukosit 11.58 10^3/µL 5000 – 10.000
Trombosit 13 10^3/µL 150 rb – 400 rb
MCV 88 fL 82 – 92
MCH 29 Pg 27 – 31
MCHC 33 g/dl 32_36
RDW CV 21.6 % 11.5-14.5
PTT 17.7 detik 21.2-28.6
APTT 45.5
INR 1.94 <1.3
Kesimpulan Anemia normositik normokrom +Leukositosis
+Trombositopenia + gangguan faktor pembekuan
c) Nutrisi
Keluarga mengatakan semnjak sakit nafsu makan klien berkurang. Klien sering mengeluh jika
makan makanan yang keras perut sering terasa sakit dan cepat merasa kenyang. Perhitungan
berat badan pasien 50 kg dan tinggi badan 160 cm, di peroleh IMT = 19,5 kg/m² (normal). Berat
badan sebelumnya 55 kg Pemeriksaan fisik abdomen didapatkan data: abdomen supel, terdapat
asites (+), bising usus (+), nyeri tekan (+), redup pada bagian medial,timpani . Saat ini pasien
puasa. Rencana diberikan ML DH jika haematemesis (-). Hasil pemeriksaan labor Alb/Glob
1,5/4,2. Hb 3,7 gr/dl.
Saat dilakukan pengkajian keluarga mengatakan pasien mengeluhkan tidak nafsu makan.
d) Eliminasi
Saat pengkajian terpasang dower cateter, Keluarga mengatakan kateter ini sudah dipasang dari
RS Sungai Penuh 3 hari yang lalu. Hasil pengukuran urine selama 3 jam 100 cc. Karakteristik
urine bewarna kuning, jernih, tidak terdapat endapan. Keluarga mengatakan sebelumnya pasien
BAB seperti Aspal semenjak 2 hari yang lalu (BAB 2-3x/ hari). Saat ini BAB masih ada, pasien
terpasang pamper, warna hitam, jumlah ± 50 cc.
Data tersebut menunjukkkan bahwa selama 2 hari pengkajian pasien berada ada level dependen
berat sehingga semua kebutuhan pasien masih dibantu oleh petugas dan keluarga.
f) Interaksi Sosial
Selama pengkajian perawatan (29 sept 2022) interaksi pasien dengan perawat dan petugas
kesehatan lainnya bersifat komunikasi dua arah, pasien kurang berespon untuk berkumunikasi
karena kondisi fisik yang sangat lemah. Komunikasi dilakukan bersama keluarga (istri).
g) Kenyamanan dan Perlindungan/ Pencegahan Bahaya
Berdasarkan resume medik pasien diketahui memiki riwayat Hepatitis B. Pasien rutin dalam
melakukan pengobatan ke pusat layanan kesehatan namun tidak rutin dalam menjalani therapi
pengobatan yang diberikan. Keluarga pasien mengatakan pasien sering lupa untuk meminum
obat kalau tidak diingatkan oleh istri. Istri Tn. D juga mengatakan sudah mendapatkan edukasi
dari dokter ataupun petugas terhadap penyakit yang diidap dan terapi yang harus dijalankan.
Menurut istri Tn. D beliau tidak pernah memisahkan alat makan tuan D dengan anggota keluarga
lainnya, maupun toilet. Istri Tn. D mengatakan dalam membantu Tn.D selama sakit, beliau tidak
pernah menggunakan APD hanya melakukan cuci tangan. Istri Tn. D tidak ada melakukan
pengecekan status kesehatan yang berhubungan dengan penyakit Tn.D seperti cek hepatitis.
A. Analisa Data
Symtomp Etiologi Masalah Keperawatan
Penurunan Perfusi perifer tidak efektif
turgor kulit agak kurang (kembali konsentrasi HB dan
setelah 7 detik), kekurangan colume
kulit teraba dingin dan lembab cairan
terdapat edema pada tungkai bawah
terdapat edema pada tungkai
bawah
CRT> 3 dt
Hb; 3,7 gr/dL
Balance cairan -450cc (intake=
550/ 8 jam (Nacl0,9% 500cc +
Oral 50 cc) , output= 1000 cc/ 8
jam (200 urine + 50 cc/BAB +IWL
650= 600 cc).
pasien masih terlihat lemah. Kehilangan cairan Hipovolemia
mukosa bibir terlihat kering dan aktif
pucat, turgor kulit agak kurang
(kembali setelah 7 detik),
terdapat edema pada tungkai
bawah.
Keluarga mengatakan Tn.D tadi
subuh masih muntah darah (300
cc)
Saat ini pasien terpasang infus
Nacl NaCL 0,9%: Aminofusin
Hepar: Triofusin 500 (1:1:1).
pasien sedang puasakan. TeHasil
pemeriksaan elektrolit pasien
tanggal 28/9/2022 Na/K/Cl:
127/4.1/ 93. P.
Balance cairan -450cc (intake=
550/ 8 jam (Nacl0,9% 500cc +
Oral 50 cc) , output= 1000 cc/ 8
jam (200 urine + 50 cc/BAB +IWL
650= 600 cc).
Membran mukosa terlihat pucat Kurangya asupan Defisit nutrisi
Hasil pemeriksaan labor Alb/Glob makan,
1,5/4,2. Hb 3,7 gr/dl ketidakmampuan
pasien mulai mengalami mengabsosbsi
penurunan berat badan semenjak 5 nutrisi
bulan yang lalu (BB 55kg menjadi
50 kg).
Keluarga mengatakan semenjak
sakit nafsu makan klien berkurang.
Klien sering mengeluh jika makan
makanan yang keras perut sering
terasa sakit dan cepat merasa
kenyang
Trombosit: 13000 Gangguan fungsi Resiko Perdarahan
PTT,17.7 dtk/APTT45,5/INR 1,94 hati, Gangguan
Pasien dengan Dx;sirosis hepatis koagulasi
Riwayat transfuse darah sebanyak
17 kali
Pasien diberikan terapi drip
sandostatin 6 amp/ 50 cc (2,08 cc/
jam, injeksi transamin 3 x 500 mg,
inj vit K 3 X 10 mg,
Keluarga mengatakan belum Kompleksitas Manajemen kesehatan tidak
memahami tentang penyakit yang program efektif
dialami pasien walaupun perawatan/pengobat
mendapatkan informasi dari an, ketidakcukupan
petugas (dokter dan perawat), petunjuk untuk
keluarga bertindak
Selama ini pasien tidak teratur
untuk kontrol berobat ke RS
Bengkulu, tidak teratur dalam
mengkonsumsi obat yang diberikan
dari rumah sakit.
Pasien mengatakan obat yang harus
diminum sangat banyak.
. Keluarga mengatakan pasien
sebelumnya sering mengkonsumsi
minuman berenergi jika lelah
bekerja dan mengkonsumsi mie
instan
Pasien berulangkali masuk RS
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dan kekurangan volume
cairan dibuktikan dengan tanda dan gejala: turgor kulit agak kurang (kembali setelah
7 detik), kulit teraba dingin dan lembab, terdapat edema pada tungkai bawah, CRT> 3
dt, Hb; 3,7 gr/dl, Balance cairan -450cc (intake= 550/ 8 jam (Nacl0,9% 500cc + Oral
50 cc), output= 1000 cc/ 8 jam (200 urine + 50 cc/BAB +IWL 650= 600 cc).
2. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan tanda dan gejala: pasien
masih terlihat lemah, mukosa bibir terlihat kering dan pucat, turgor kulit agak kurang
(kembali setelah 7 detik), Keluarga mengatakan Tn.D tadi subuh masih muntah darah
(300 cc), BAB masih bewatna hitam, terpasang infus Nacl NaCL 0,9%: Aminofusin
Hepar: Triofusin 500 (1:1:1). pasien sedang puasakan, Hasil pemeriksaan elektrolit
pasien tanggal 28/9/2022 Na/K/Cl: 127/4.1/ 93, Balance cairan -450cc (intake= 550/ 8
jam (Nacl0,9% 500cc + Oral 50 cc), output= 1000 cc/ 8 jam (200 urine + 50 cc/BAB
+IWL 650= 600 cc).
3. Defisit nutrisi b.d Kurangya asupan makan, ketidakmampuan mengabsosbsi nutrisi
dibuktikan dengan Membran mukosa pucat, Alb/Glob 1,5/4,2. Hb 3,7 gr/dl, pasien
mulai mengalami penurunan berat badan(BB 55kg menjadi 50 kg), sakit nafsu makan
klien berkurang, perut sering terasa sakit dan cepat merasa kenyang
4. Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kompleksitas program perawatan dan
pengobatan dan ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak dibuktikan dengan tanda
dan gejala: pasien tidak teratur untuk kontrol berobat ke RS Bengkulu, tidak teratur
dalam mengkonsumsi obat yang diberikan dari rumah sakit, Pasien mengatakan obat
yang harus diminum sangat banyak, sering mengkonsumsi minuman berenergi jika
lelah bekerja dan mengkonsumsi mie instan, berulangkali masuk RS, belum
memahami tentang penyakit yang dialami pasien walaupun mendapatkan informasi
dari petugas (dokter dan perawat).
5. Resiko Perdarahan d.d faktor resiko gangguan fungsi hati, gangguan koagulasi
PPNI. (2017).
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
(SDKI)
Perfusi perifer tidak efektif b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen cairan
penurunan konsentrasi Hb dan keperawatan 1 x 24, maka perfusi Wholly compensatory
kekurangan volume cairan perifer meningkat dengan kriteria Observasi
(28/9/2022) hasil: Monitor status hidrasi (frekkuensi nadi, kekuatan nadi,
Jam 10.00 wib Kekuatan nadi perifer akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor
meningkat kulit dan tekanan darah)
Warna kulit pucat menurun Monitor hasil pemeriksaan labor (Ht, elektrolit, BUN)
Pengisian periferdan kapiler Monitor status haemodinamik (MAP, CVP, PAP jika
membaik perlu)
Akral membaik Terapiutik
Turgor kulit membaik Catat balance cairan, hitung balance/ 24 jam
Tekanan darah membaik Berikan cairan intravena
Output urine Berikan asupan cairan
Transfusi darah darah
Wholly compensatory
Observasi
Identifikasi rencana transfuse
Monitor tanda-tanda vital,sebelum, selama dan sesudah
trasfusi
Monitor reaksi transfuse
Monitor tand kelebihan cairan
Terapiutik
Lakukan pengecekan ganda (double check) pada label
darah (gol darah, rhesus,tanggal kadarluarsa, nomer
seri, jumlah dan identitas pasien)
Pasang akses intravena jika belum dipasang
Periksa kepatenan akses intravena(fleblitis)
Berikan cairan NacL 0,9% sbelum transfuse
Atur kecepatan aliran darah sesuai dengan produk
darah10-15 ml/Kg BB dalam 2-4 jam
Berikan transfuse dalam waktu maksimal 4 jam
Hentikan trasfusi jika terjadi reaksi alergi
Dokumentasikantanggal, waktu, jumlah darah dan
respon transfuse)
Supportive educative
Jelaskan, tujuan dan prosedur trasfusi
Jelaskan tanda dan gejala reaksi transfuse yang perlu
dilaporkan
Hipovolemia b.d kehilangan Setelah dilakukan intervensi Manajemen cairan
cairan (28/09/2022) jam 10.00 keperawatan selama 1x 24 jam, status Wholly compensatory
wib cairan membaik dengan kriteria hasil: Observasi
Kekuatan nadi meningkat Monitor status hidrasi (frekkuensi nadi, kekuatan nadi,
Output urine meningkat akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor
Membran mukosa lembab kulit dan tekanan darah)
meningkat Monitor hasil pemeriksaan labor (Ht, elektrolit, BUN)
PPNI. (2017)
D.
E. Evidence Based Nursing
BAB IV
EVIDENCE BASED NURSING
C. Hasil
Penelitian ini mencatat peningkatan yang luar biasa dalam semua parameter yang kami nilai
dalam data pasca-intervensi yang pertama, hasil menunjukkan melebihi target yang
diproyeksikan sebesar 50%. Yaitu:peningkatan 55% dalam jumlah grafik dengan pengukuran
yang akurat.Jumlah grafik dengan entri yang dijumlahkan dengan benar (pengurangan kesalahan
matematika) dan total harian yang benar juga meningkat dari 17% menjadi 45% (peningkatan
166%). Peneliti juga mencatat tren serupa dalam 'kelengkapan'; peningkatan 82% dalam
ketepatan pemantauan keseimbangan cairan dan peningkatan 122% dalam pencatatan lengkap
semua asupan dan haluaran.Keterbacaan entri meningkat dari 74% menjadi 96% sementara
waktu entri tetap konstan pada 100% karena waktu sudah dicetak sebelumnya pada grafik.
D. Kesimpulan
Masalah grafik keseimbangan cairan masih berkualitas buruk. Insteumen ini sekali lagi
menekankan strategi sederhana dan hemat biaya. Pelatihan ini harus konsisten. Meskipuni tidak
dapat secara objektif menunjukkan keberlanjutan (karena pandemi COVID-19) dalam penelitian
ini, diharapkan rumah sakit merancang modul ringkas yang berfokus pada dokumentasi bagan
keseimbangan cairan dan dimasukkan ke dalam penilaian kompetensi reguler untuk perawat dan
asisten kesehatan dan disampaikan secara berkala. Kepraktisan dan keberlanjutan instrumen ini
ini didukung oleh kenyataan bahwa pelaksanaannya tidak memerlukan biaya tambahan. Bahkan
ketika rumah sakit beralih ke dokumentasi tanpa kertas, pendidikan dan pelatihan tetap menjadi
kunci untuk mencapai keberhasilan dalam meningkatkan kualitas grafik keseimbangan cairan
F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari/tanggal/ Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Nama/ paraf
jam
Rabu/ 28Sep Perfusi perifer tidak efektif b.d Memonitor status hidrasi Evaluasi pukul 14.00 wib
2022 penurunan konsentrasi Hb dan (frekkuensi nadi, kekuatan nadi, Subjektif:
Jam 10.00 wib kekurangan volume cairan akral, pengisian kapiler, Kliem mengatakan tubuhnya terasa dingin
(28/9/2022) kelembapan mukosa, turgor Keluarga mengatakan pasien rencana
Jam 10.00 wib kulit dan tekanan darah) transfusi PRC 2 unit, trombosit 5 unit
Memonitor hasil pemeriksaan Objektif
labor (Ht, elektrolit, BUN) Tekanan darah 90/60 mmHg
Hipovolemia b.d kehilangan Mencatat balance cairan, hitung HR 77 x/ menit, nadi teraba halus
cairan aktif (28/09/2022) jam balance/ 24 jam Pasien masih terlihat pucat, konjungtiva
10.00 wib Memberikan cairan intravena anemis
Memberikan asupan cairan CRT> 3dt
Urine 50 cc/jam
Infus terpasang Nacl 0,9% 500 cc
Analisa
Perfusi perifer belum efektif
Perencanaan (28/09/2022)
Tranfusi darah
Rabu / 28 Sep Resiko Perdarahan d.d faktor Memonitor tanda dan gejala Evaluasi pukul 14.00 wib
2022 jam resiko gangguan fungsi hati, perdarahan Subjektif:
10.00 wib gangguan koagulasi Memonitor nilai Ht, Hb, Keluarga mengatakan BAB pasien masih
(28/9/2022) sebelum dan sesudah seperti aspal
Jam 12.00 wib kehilangan darah Keluarga mengatakan pasien tidak ada
Memonitor tanda vital hematemesis
ortostatik Objektif
Memonitor koagulasi Hb:3,7 gr/dl, HT:11%
Menganjurkan pasien bedrest Trombosit 13.000
selama perdarahan Pasien bedrest di tempat tidur
Menjelaskan tanda dan gejala Analisa
perdarahan Resiko perdarahan sedang
Menganjurkan melapor jika Perencanaan (29/09/2022)
terjadi perdarahan Transfusi darah (trombosit)
Senin/ 28 Sep Manajemen kesehatan tidak Mengidentifikasikan pengetahuan Evaluasi pukul 14.00 wib
2022 jam efektif berhubungan dengan tentang program pengobatan yang Subjektif:
11.30 wib kompleksitas program direkomendasikan Keluarga mengatakan ingin mengatahui
perawatan/pengobatan Mengidentifikasi kesiapan dan bagaimana perawatan pasien dengan sirosis
(28/9/2022) kemampuan dalam menerima hepatis ini
Jam 11.00 wib informasi Objektif
Melibatkan keluarga dalam Pasien terlihat diam saat ditanyakan
memberikan dukungan pasien dalam kesediaan untuk diberikan edukasi tentang
program pengobatan perawatan sirosis hepatis karena keadaan
Menganjurkan bertanya jika sesuatu umum yang lemah
tidak mengerti sebelum program Analisa
pengobatan diberikan Manajemen kesehatan belum efektif
Jadwalkan pendidikan kesehatan Perencanaan (29/09/2022)
sesuai kesepakatan Edukasi pendidikan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
Kamis/ 29 Sep Perfusi perifer tidak efektif b.d Mengukur tanda-tanda Evaluasi pukul 14.00 wib
2022 jam penurunan konsentrasi Hb dan vital,sebelum, selama dan sesudah Subjektif:
08.00 wib kekurangan volume cairan trasfusi Pasien mengatakan tubuhnya terasa lebih
Memonitor reaksi transfuse segar setelah transfusi
Memonitor balance cairan Keluarga mengatakan jika melena sudah
Hipovolemia b.d kehilangan Melakukan pengecekan ganda berhenti, muntah darah (-)
cairan aktif (double check) pada label darah (gol Objektif
darah, rhesus,tanggal kadarluarsa, TD; 90/60 mmHg
Resiko Perdarahan d.d faktor nomer seri, jumlah dan identitas Nadi 80 x/ menit, nadi terasa kuat
resiko gangguan fungsi hati, pasien) RR; 18 X/menit
gangguan koagulasi Melakukan pemasangan akses Post transfuse PRC 2 unit, trombosit 5 unit
intravena Crt > 3 dtk
Melakukan pemeriksaan kepatenan Warna kulit masih pucat, konjungtiva masih
akses intravena(fleblitis) anemis
Memberikan cairan NacL 0,9% Analisa:
sbelum transfuse Perfusi perifer belum efektif
Mengatur kecepatan aliran darah Status cairan sedang
sesuai dengan produk darah10-15 Pendarahan menurun
ml/Kg BB dalam 2-4 jam Perencanaan (30/09/2022)
Memberikan transfuse dalam waktu Manajemen cairan
maksimal 4 jam Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Senin/ 29 Sep Defisit Nutrisi berhubungan Mengidentifikasi status nutrisi Evaluasi pukul 14.00 wib
2022 jam dengan kurangnya asupan Mengidentifikasi makanan Subjektif
11.30 wib 28/9/2022 yang disukai Klien mengatakan masih nyeri pada perut
Jam 10.00 wib Identifikasi kebutuhan kalori saat di isi makanan
dan jenis nutrien Klien mengatakan tidak nyaman untuk
Mengidentifikasi perlunya menelan karena terpasang NGT
penggunaan selah nasogastrik Objektif
Sajikan makanan secara Diet yang disediakan habis 20 cc oral,
menarik dan suhu yang sesuai sisanya lewat NGT
Berikan makanan tinggi kalori Pasien terlihat sulit menelan
dan tinggi protein Albumin:1,5
Hentikan pemberian makanan Analisa
melalui selang nasogastrik jika Status nutrisi sedang
asupan oral dapat ditoleransi Perencanaan (30/09/2022)
Ajarkan diet yang diprogramkan
Selasa/ 29 Sep Manajemen kesehatan tidak Memberikan penjelasan tentang Evaluasi pukul 13.00 wib
2022 jam efektif berhubungan dengan faktor risiko yang dapat Subjektif
11,00 wib kompleksitas program mempengaruhi kesehatan Klien mengatakan jika perilaku untuk hidup
perawatan/pengobatan Ajarkan perilaku hidup bersih sehat belum dijalankan
(28/9/2022) dan sehat Klien mengatakan sering melanggar program
Berikan kesempatan untuk terapi pegobatan
bertanya Keluarga mengatakan jika pasien sering
melanggar aturan pengobatan karena sibuk
bekerja
Objektif
Klien dan keluarga memahami penjelasan
yang diberikan
Analisa
Manajemen kesehatan belum efektif
Perencanaan (30/09/2022)
Sediakan materi pendidikan tentang
pengobatan perawatan sirosis hepatis di
rumah
G. Log Book
No Hari/tgl/ Inisial pasien/ Pengkajian Masalah Tindakan yang Prosedur Tindakan Fisiologi tindakan
jam umur/ Fokus Keperawatan dilakukan
diagnosa
medis
1 28/9/2022 Tn. D/ 41th/ Sirkulasi Perfusi perifer Manajemen cairan Monitor status hidrasi
Jam 10.00 wib Dx; Sirosis tidak efektif (frekuensi nadi, kekuatan
Hepatis nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembapan
mukosa, turgor kulit dan
tekanan darah)
Monitor hasil
pemeriksaan labor (Ht,
elektrolit, BUN)
Monitor status
haemodinamik (MAP,
CVP, PAP jika perlu)
Catat balance cairan,
hitung balance/ 24 jam
Berikan cairan intravena
Berikan asupan cairan
28/9/2022 Tn. D/ 41th/ Cairan dan Hipovolemia Manajemen cairan Berikan cairan intravena
Jam 10.00 Dx; Sirosis elektrolit Berikan asupan cairan
wib28/9/2022 Hepatis
Jam 10.00 wib
28/9/2022 Tn. D/ 41th/ Perawatan terhadap Manajemen Edukasi kesehatan identifikasikan pengetahuan
Jam 10.00 Dx; Sirosis penyakit kesehatan tidak tentang program pengobatan
wiby Hepatis efektif yang direkomendasikan
identifikasi kesiapan dan
kemampuan dalam menerima
informasi
libatkan keluarga dalam
memberikan dukungan pasien
dalam program pengobatan
Menganjurkan bertanya jika
sesuatu tidak mengerti sebelum
program pengobatan diberikan
Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk
bertanya
Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
29/9/2022 Tn. D/ 41th/ Sirkulasi Perfusi perifer Transfusi darah Ukur tanda-tanda
Jam 10.00 wib Dx; Sirosis tidak efektif vital,sebelum, selama dan
Hepatis sesudah trasfusi
Memonitor reaksi transfuse
Memonitor balance cairan
Melakukan pengecekan ganda
(double check) pada label
darah (gol darah,
rhesus,tanggal kadarluarsa,
nomer seri, jumlah dan
identitas pasien)
Melakukan pemasangan akses
intravena
Melakukan pemeriksaan
kepatenan akses
intravena(fleblitis)
Memberikan cairan NacL 0,9%
sbelum transfuse
Mengatur kecepatan aliran
darah sesuai dengan produk
darah10-15 ml/Kg BB dalam
2-4 jam
Memberikan transfuse dalam
waktu maksimal 4 jam
DAFTAR PUSTAKA
Bukhari, T., Jafri, L., Khan, A., Abid, S., Raza, A., Raheem, A., & Siddiqui, I. (2022). T197
Diagnostic accuracy of forns score for liver cirrhosis in subjects with chronic viral hepatitis.
Clinica Chimica Acta, 530, S153. https://doi.org/10.1016/J.CCA.2022.04.681
Ginès, P., Krag, A., Abraldes, J. G., Solà, E., Fabrellas, N., & Kamath, P. S. (2021). Liver
cirrhosis. The Lancet, 398(10308), 1359–1376. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(21)01374-X
Iantorno, S., Baghramian, A., Rosenberg, A., & Lin, S. (2020). TRANSUDATIVE
CHYLOTHORAX IN LIVER CIRRHOSIS: A RARE MANIFESTATION OF PORTAL
HYPERTENSION. Chest, 158(4), A2009. https://doi.org/10.1016/J.CHEST.2020.08.1738
Kadiri, D. D., Peela, S., & Ganguli, D. (2022). Effect of cirrhosis and hepatitis on the prognosis of
liver cancer. Theranostics and Precision Medicine for the Management of Hepatocellular
Carcinoma, Volume 1: Biology and Pathophysiology, 51–72. https://doi.org/10.1016/B978-0-
323-98806-3.00002-7
Patel, M., Tann, M., & Liangpunsakul, S. (2021). CT-scan Based Liver and Spleen Volume
Measurement as a Prognostic Indicator for Patients with Cirrhosis. The American Journal of
the Medical Sciences, 362(3), 252–259. https://doi.org/10.1016/J.AMJMS.2020.10.031
Premkumar, M., & Anand, A. C. (2022). Overview of Complications in Cirrhosis. Journal of
Clinical and Experimental Hepatology, 12(4), 1150–1174.
https://doi.org/10.1016/J.JCEH.2022.04.021
Sahney, A., & Wadhawan, M. (2022). Encephalopathy in Cirrhosis: Prevention and Management.
Journal of Clinical and Experimental Hepatology, 12(3), 927–936.
https://doi.org/10.1016/J.JCEH.2021.12.007
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :DPP PPNI Jakarta Selatan
PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :DPP PPNI Jakarta Selatan
PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta :DPP PPNI Jakarta Selatan