Anda di halaman 1dari 28

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

INERSIA UTERI

Disusun Oleh :
Nensi Wulansari
( 14.401.19.045 )

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN - GLENMORE - BANYUWANGI

2021
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

KEHAMILAN EKTROPIK TERGANGGU

Telah di koreksi dan disetujui pada tanggal …………………………………. Oleh:

Pembimbing

(Firdawsyi Nuzula S. Kp., M. Kes)

NIK:

Mengetahui,

PJMK KEPERAWATAN MATERNITAS

(Maulida Nurfajriah O, S. Kep, Ns.,MPH)

i
NIK:

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada kita semua
sehingga saya bisa menyelesaikan tugas Konsep Asuhan Keperawatan Maternitas Inersia Uteri
ini dengan baik dan benar dan selesai tepat pada waktunya. Saya berterimakasih kepada dosen
mata kuliah Keperawatan Maternitas karena berkat bimbingan yang diberikan, saya dapat
mengerjakan tugas ini dengan sebaik mungkin.

Isi dari tugas ini adalah mengenai konsep teori dan konsep asuhan keperawatan pada
pasien dengan inersia uteri, didalamnya juga mengandung unsur penjelasan yang sudah dibahas.
Dengan adanya tugas ini di harapkan mahasiswa lain dapat lebih memahami tentang konsep
asuhan keperawatan dengan inersia uteri.

Saya sebagai penulis menyadari bahwa tugas yang saya buat ini belum sepenuh nya
sempurna, tetapi sebagai penulis saya berharap jika tugas yang di buat ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa dan mahasiswi sebagai sumber belajar dan bacaan mengenai konsep asuhan
keperawatan inersia uteri. Semoga dapat bermanfaat, terimakasih.

Krikilan, 02 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Batasan Masalah......................................................................................................................2
C. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
D. Tujuan.....................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................4
A. KONSEP TEORI....................................................................................................................4
a. Definisi.................................................................................................................................4
B. Etiologi................................................................................................................................4
C. Manifestasi Klinis................................................................................................................5
D. Patofisiologi.........................................................................................................................5
E. Pathway................................................................................................................................6
F. Klasifikasi............................................................................................................................6
G. Komplikasi..........................................................................................................................7
H. Penatalaksanaan...................................................................................................................8
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................10
A. Pengkajian.........................................................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................12
C. Intervensi Keperawatan.....................................................................................................18
BAB III.........................................................................................................................................22
PENUTUP....................................................................................................................................22

iii
A. Kesimpulan.........................................................................................................................22
B. Saran...................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................23

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena kedudukannya sebagai ujung
tombak dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui kemampuannya untuk
melakukan pengawasan kehamilan, pertolongan persalinan, pengawasan neonatus dan pada ibu
postpartum

Distosia kelainan tenaga (his) adalah his tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan
persalinan macet. Inersia uteri adalah his yang tidak adekuat (abnormal) dan ditandai oleh
kontraksi uterus dengan frekuensi yang jarang yaitu kurang dari 3 kali dalam 10 menit,
amplitudo yang lemah yaitu kurang dari 40 mmHg dan durasi yang lebih pendek yaitu kurang
dari 30 detik. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya perpanjangan persalinan kala I fase aktif
yang disebabkan oleh karena otot rahim kurang maksimal dan efisien dalam berkontraksi
sehingga tidak mampu menghasilkan dilatasi serviks dan mendorong janin keluar
(Prawirohardjo, 2014).

Partus lama yang berlangsung lebih dari 18 jam, partus berlangsung lebih dari 24 jam
atau kala 1 20 jam atau kala II 2 jam. Pada partus lama umumnya ibu dalam keadaan lelah,
demikian juga keadaan janin dan uterus. Bila partus lama dibiarkan tanpa pertolongan aktif, tidak
dapat diharapkan persalinan akan berakhir sendiri tanpa membahayakan jiwa ibu maupun janin.
Kadang-kadang sulit memastikan partus lama dari segi waktu karena kesulitan menentukan saat
mulai impartu. Untuk itu perti diperhatikan adanya tanda-tanda partus lama yaitu seperti keadaan
umum lemah kelelahan, nadi cepat, RR cepat, dehidrasi, perut kembung (Wiknojosastro, 2007).

Penanganan inersia, apabila penyebabnya bukan kelainan panggul atau kelainan janin
yang tidak memungkinkan terjadinya persalinan pervaginam, apabila ketuban positif dilakukan
pemecahan ketuban dahulu. Jika upaya ini tidak berhasil, berikut langkah langkah penanganan
selanjutnya menurut Fauziyah, dkk (2014) yaitu berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500

1
cc dekstrosa 5% dimulai dengan 12 tetes per menit, dinaikkan setiap 30 menit sampai 40-50
tetes per menit. Maksud dari pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat terbuka.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah pada tugas ini adalah mencakup konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan pada pasien dengan inersia uteri.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep teori dari Inersia Uteri ?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Inersia Uteri ?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengetahui bagaimana konsep teori dan


konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Inersia Uteri.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa yang dimaksud dengan inersia
uteri

b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana etiologi dari inersia uteri

c. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana manifestasi klinis dari


inersia uteri

d. Mahasiswa mampu memahami dan menjelskan bagaimana patofisiologi dari inersia


uteri

e. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana pathway dari inersia uteri

f. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana klasifikasi dari inersia uteri

g. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa saja komplikasi dari inersia uteri

2
h. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana penatalaksanaan dari
inersia uteri

i. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana konsep asuhan


keperawatan pada pasien dengan inersia uteri.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI

a. Definisi
Inersia uteri adalah his yang tidak adekuat (abnormal) dan ditandai oleh kontraksi uterus
dengan frekuensi yang jarang yaitu kurang dari 3 kali dalam 10 menit, amplitudo yang lemah
yaitu kurang dari 40 mmHg dan durasi yang lebih pendek yaitu kurang dari 30 detik. Hal ini
ditunjukkan dengan terjadinya perpanjangan persalinan kala I fase aktif yang disebabkan oleh
karena otot rahim kurang maksimal dan efisien dalam berkontraksi sehingga tidak mampu
menghasilkan dilatasi serviks dan mendorong janin keluar (Prawirohardjo, 2014).

His yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan dengan his
normal. Inersia uteri terjadi karena perpanjangan fase laten dan fase aktif atau kedua dua nya dari
kala pembukaan. Pemanjangan fase laten dapat disebabkan oleh serviks yang belum matang atau
karena penggunaan analgetik yang terlalu dini (Fauziyah, dkk, 2014)

B. Etiologi
Menurut Reader, dkk dalam Fauziyah (2014), penyebab terjadinya Inersia Uteri yaitu:

1. Distensi berlebihan pada uterus, disebabkan oleh janin yang besar, kehamilan besar,
kehamilan kembar, atau polihidramnion.

2. Kekuatan serviks yang dihubungkan dengan fibrosis serviks dan nulipara yang berusia lanjut

3. Klien yang sangat gemuk (berhungan dengan persalinan yang lebih lambat dan lebih tidak
konsisten)

4. Usia maternal yang lanjut (pengerasan taut jaringan ikat antara komponen tulang panggul yang
dihubungkan dengan memanjangnya kala dua persalinan)

5. Pemberian analgetik yang berlebihan

Sedangkan menurut Taufan,dkk dalam Fauziyah (2014), penyebab inersia uteri yaitu:

4
1. Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida khususnya primigravida tua

2. Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida

3. Faktor herediter

4. Faktor emosi dan ketakutan

5. Salah pimpinan persalinan

6. Bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan bawah uterus, seperti pada kelainan letak
janin atau disproporsi sevalipelfik

7. Kelainan uterus seperti uterus bikornis unikolis

8. Salah pemberian obat obata, oksitosin dan obat penenang

9. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion kehamilan
postmatur

C. Manifestasi Klinis
1. Persalinan memanjang
2. Pembukaan serviks lambat
3. Ketuban intak
4. Frekuensi his tdk teratur, jarang, sebentar

D. Patofisiologi
Partus lama yang berlangsung lebih dari 18 jam, partus berlangsung lebih dari 24 jam
atau kala 1 20 jam atau kala II 2 jam. Pada partus lama umumnya ibu dalam keadaan lelah,
demikian juga keadaan janin dan uterus. Bila partus lama dibiarkan tanpa pertolongan aktif,
tidak dapat diharapkan persalinan akan berakhir sendiri tanpa membahayakan jiwa ibu
maupun janin. Kadang-kadang sulit memastikan partus lama dari segi waktu karena kesulitan
menentukan saat mulai impartu. Untuk itu perti diperhatikan adanya tanda-tanda partus
lama :
1. Keadaan umum lemah kelelahan
2. Nadi cepat, RR cepat

5
3. Dehidrasi
4. Perut kembung (Wiknojosastro, 2007)

E. Pathway

Faktor penyebab

Inersia Uteri

Kala II memanjang

Persalinan lama Penurunan


janin lambat

Resiko cedera
maternal Kurang informasi
His tidak
teratur

Koping tidak efektif


Kontraksi
tidak teratur

Ansietas

Nyeri

F. Klasifikasi
Menurut Sofian dalam Fauziyah (2014), Inersia Uteri dibagi menjadi 2 bagian:

1. Inersia Uteri Primer

6
yaitu kelemahan his timbul sejak permulaan persalinan. Hal ini harus dibedakan dengan
his pendahuluan yang juga lemah dan kadang kadang menjadi hilang (false labour). Sejak awal
telah terjadi his yang tidak adekuat, sehingga sulit untuk memastikan apakah penderita telah
memasuki keadaan inpartu apa belum.

2. Inersia Uteri Sekunder

yaitu kelamahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu
yang lama.Terjadi pada fase 1 atau kala 2. permulaan his baik, kemudian pada keadaan
selanjutnya terdapat gangguan atau kelainan.

Sedangkan menurut Fauziyah, dkk (2014), Inersia uteri dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Inersia Uteri Hipertonis

yaitu kontraksi uterin tidak terkoordinasi, misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat dari
segmen atas. Inersia uteri ini sifat nya hipertonis, sering disebut inersia spatis. Pasien biasanya
sangat kesakitan . Inersia uteri hipertonis terjadi dalam fase laten. Oleh karena itu, sering juga
dinamakan juga sebagai inersia primer.

2. Inersia Hipotonis

yaitu kontraksi tetapi lemah. Melalui deteksi dengan menggunakan cardio theraphy (CTG),
terlihat tekanan yang kurang dari 15 mmHg. Dengan palpasi, his jarang dan pada puncak
kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan ke dalam. His disebut naik bila tekanan intrauterin
mencapai 50-60 mmHg. Biasanya terjadi dalam fase aktif atau kala II. Oleh karena itu,
dinamakan juga kelemahan his sekunder.

G. Komplikasi
a. Pada Ibu Pada ibu

Persalinan dengan inersia uteri dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi atau sepsis
puerperalis. Hal ini disebabkan oleh karena kepala bayi yang tertahan pada pintu atas panggul
sehingga menyentuh os internal. Akibatnya, ketuban pecah dini mudah terjadi dan meningkatkan
risiko sepsis puerperalis. Selain itu, dikarenakan tidak terjadi engagement, maka segmen bawah
rahim akan mengalami penipisan yang abnormal sehingga mudah terjadi ruptur uterus serta

7
cedera persarafan dan otot-otot dasar panggul (Cunningham, et al., 2012). Pada inersia uteri
dapat ditemukan tanda-tanda dehidrasi oleh karena kelelahan pada ibu pada saat mengejan dan
diikuti oleh nadi dan temperatur yang meningkat (Manuaba, dkk., 2010).

b. Pada Janin

Inersia uteri dapat menyebabkan komplikasi pada janin, salah satunya gangguan detak
jantung janin berupa takikardi atau bradikardi. Pada pemeriksaan nonstress test dapat
menunjukkan asfiksia intrauterin serta pada pemeriksaan darah dan kulit kepala dapat ditemukan
asidosis pada janin. Selain itu, inersia uteri juga dapat mengakibatkan terbentuknya kaput
suksedenum pada bagian kepala yang dependen (Hollingworth, 2012).

H. Penatalaksanaan
Apabila penyebabnya bukan kelainan panggul atau kelainan janin yang tidak memungkinkan
terjadinya persalinan pervaginam, apabila ketuban positif dilakukan pemecahan ketuban dahulu.
Jika upaya ini tidak berhasil, berikut langkah langkah penanganan selanjutnya menurut Fauziyah,
dkk (2014) yaitu:

1. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dekstrosa 5% dimulai dengan 12 tetes
per menit, dinaikkan setiap 30 menit sampai 40-50 tetes per menit. Maksud dari
pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat terbuka

2. Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus, sebab bila tidak memperkuat his setelah
pemberian beberapa lama, hentikan dulu dan ibu dianjurkan untuk istirahat. Keesokan
harinya bisa diulang pemeberian oksitosin drips.

3. Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan seksio
caesarea

4. Bila sama his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder, pengobatan yang baik iala 50
mg atau tokolitik, seperti ritodine dengan maksud menimbulkan relaksasi dan istirahat,
dengan harapan bahwa setelah pasien itu bangun kembali timbul his yang normal.
Mengingat bahaya infeksi intrapartum, kadang kadang dicoba juga dengan oksitosin,
tetapi dalam larutan yang lebih lemah. Namun, jika his tidak menjadi lebih baik
dilakukan seksio caesarea.

8
Setelah diagnosis inersia uteri ditegakkan, maka langkah selanjutnya adalah memastikan
kondisi serviks, presentasi dan posisi janin, penurunan bagian terbawah janin dan keadaan
panggul ibu. Apabila didapatkan cephalopelvic disproportion, maka sebaiknya dilakukan sectio
caesarea. Apabila tidak terdapat cephalopelvic disproportion dan bayi normal yaitu presentasi
janin adalah kepala, posisi dan berat badan bayi normal dan kelainan terletak pada kontraksi
uterus, maka dilakukan akselerasi persalinan dengan tujuan untuk memperbaiki his sehingga
kontraksi uterus mampu menghasilkan dilatasi serviks dan mendorong janin agar segera lahir.
Akselerasi persalinan dapat dilakukan dengan pemberian oksitosin sebanyak 5 IU dalam 500 cc
dextrose 5% secara infus intravena dimulai dengan kecepatan delapan tetes tiap satu menit dan
kemudian dapat ditingkatkan empat tetes per menit setiap 15 menit hingga mencapai his yang
adekuat atau maksimal 40 tetes per menit. Setelah oksitosin diberikan, ibu hamil maupun janin
harus tetap dalam pengawasan. Apabila terjadi hiperstimulasi kontraksi uterus atau gawat janin
maka pemberian oksitosin dihentikan (Prawirohardjo, 2014).

9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas

Inersia uteri sering terjadi pada multipara, grande multipara, primipara/klien


dengan emosi yang kurang baik (Prawirohardjo, Sarwono, 2011)

2. Keluhan utama

Pada inersia uteri klien mengeluhkan his lemah dan jarang bahkan sampai tidak
ada (Prawirohardjo, Sarwono, 2011)

3. Riwayat penyakit dahulu

Perlu dikaji pada klien apakah pernah terjadi inersia uteri sebelumnya terutama pada
multipara

4. Riwayat penyakit sekarang

Perlu dikaji pada pemeriksaan adanya kelainan letak janin;hidramnion dan


riwayat kehamilan multipara/primitua

5. Riwayat penyakit keluarga

Pada etiologi salah satu penyebab inersia uteri adalah herediter jadi perlu dikaji
juga faktor herediter

6. Pemeriksaan fisik (Prawirohardjo, Sarwono, 2011)

a) Keadaan umum

Pada inersia uteri primer klien keadaan umumnya terlihat baisa saja/tidak begitu
lemah, tetapi pada inersia uteri sekunder klien sangat lemah, Composmentis-apatis

b) Kepala : Rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe

c) Mata : Biasanya konjungtiva anemis

10
d) Thorak Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian
paru yang tertinggal saat pernafasan

e) Abdomen

Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal
persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan sikap anak
normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan
perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus
dan kandung kemih.

f) Vulva dan Vagina :

Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/
servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya
teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa

g) Panggul :

Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul dan
kelainan tulang belakang

h) Pernafasan

Jalan napas : Normal ,keculi bila terjadi komplikasi

Suara napas: Tidak terdapat suara tambahan

Kontraksi: His lemah dan frekwensinya <2 kontraksi per 10menit

i) Genetalia

Kotor, Perdarahan pervaginam

j) Ekstermitas(Integumen/Muskuloskeleta)

Turgor kulit : Kembali<2detik/normal

11
Kelemahan dalam pergerakan : Tidak terdapat paralise tetapi lemah dalam beraktivitas.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan kepala janin pada serviks, partus lama, kontraksi
tidak efektif.

Definisi:

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab:

1. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)

2. Agen pencedera kimiawi (mis. bahan kimia iritan dan terbakar)

3. Agen pencedera fisik ( mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Gejala dan Tanda Mayor:

1. Subjektif: Mengeluh nyeri

2. Objektif:

a. Tampak meringis

b. Bersikap protektif (mis.waspada, posisi menghindari nyeri)

c. Gelisah

d. Frekuensi nadi meningkat

e. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor:

12
1. Subjektif: Tidak ada

2. Objektif:

a. Tekanan darah meningkat

b. Pola napas berubah

c. Nafsu makan berubah

d. Proses berpikir terganggu

e. Menarik diri

f. Berdokus pada diri sendiri

g. Diaforesis

Kondisi Klinis Terkait:

a. Kondisi pembedahan

b. Cedera traumatis

c. Infeksi

d. Sindrom koroner akut

e. Glaukoma

2) Resiko tinggi cedera maternal berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak karena
persalinan lama.

Definisi:

Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi
sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik

Faktor Risiko:

1. Eksternal:

13
a. Terpapar patogen

b. Terpapar zat kimia toksik

c. Terpapar agen nosokomial

d. Ketidakamanan transportasi

2. Internal:

a. Ketidaknormalan profil darah

b. Perubahan orientasi afektif

c. Perubahan sensasi

d. Disfungsi autoimun

e. Disfungsi biokimia

f. Hipoksia jaringan

g. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh

h. Malnutrisis

i. Perubahan fungsi psikomotor

j. Perubahan fungsi kognitif

Kondisi Klinis Terkait:

1. Kejang

2. Sinkop

3. Vertigo

4. Gangguan penglihatan

5. Gangguan pendengaran

14
6. Penyakit parkinson

7. Hipotensi

8. Kelainan nervus vestibularis

9. Retardasi mental

10. Perubahan fungsi kognitif

3) Ansientas berhubungan dengan partus lama.

Definisi:

Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman

Penyebab:

1. Krisis situasional

2. Kebutuhan tidak terpenuhi

3. Krisis maturasional

4. Ancaman terhadap konsep diri

5. Ancaman terhadap kematian

6. Kekahwatiran mengalami kegagalan

7. Disfungsi sistem keluarga

8. Hubungan orang tua anak tidak memuaskan

9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)

10. Penyalahgunaan zat

11. Terpapar bahaya lingkungan

15
12. Kurang terpapar informasi

Gejala dan Tanda Mayor:

1. Subjektif:

a. Merasa bingung

b. Merasa kahwatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

c. Sulit berkonsentrasi

2. Objektif:

a. Tampak gelisah

b. Tampak tegang

c. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor:

1. Subjektif:

a. Mengeluh pusing

b. Anoreksia

c. Palpitasi

d. Merasa tidak berdaya

2. Objektif:

a. Frekuensi napas meningkat

b. Frekuensi nadi meningkat

c. Tekanan darah meningkat

d. Diaforesis

16
e. Tremor

f. Muka tampak pucat

g. Suara bergetar

h. Kontak mata buruk

i. Sering berkemih

j. Berorientasi pada masa lalu

Kondisi Klinis Terkait:

1. Penyakit kronis progresif

2. Penyakit akut

3. Hospitalisasi

4. Rencana operasi

5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas

6. Penyakit neurologis

7. Tahap tumbuh kembang

17
C. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri (akut ) berhubungan dengan tekanan kepala janin pada serviks, partus lama, kontraksi
tidak efektif.

Aktivitas keperawatan :

a) Buat upaya yang memungkinkan klien/pelatih untuk merasa nyaman mengajukan


pertanyaan

(R/ : Jawaban pertanyaan dapat menghilangkan rasa takut dan peningkatan pemahaman)

b) Berikan instruksi dalam tehnik pernafasan sederhana

(R/ : Mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat
ketidaknyamanan.

c) Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi.Berikan instruksi bila perlu

(R/ : Relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut,yang memperberat
nyeri dan menghambat kemajuan persalinan)

d) Berikan tindakan kenyamanan (mis. Masage,gosokan punggung, sandaran bantal,


pemberian kompres sejuk, pemberian es batu)

(R/ : Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan dan ansietas dan meningkatkan koping


dan kontrol klien)

e) Anjurkan dan bantu klien dalamperubahan posisi dan penyelarasan EFM

(R/ : Mencegah dan membatasi keletihan otot, meningkatkan sirkulasi)

f) Kolaborasi : Berikan obat analgetik saat dilatasi dan kontaksi terjadi

(R/ : Menghilangkan nyeri, meningkatkan relaksasi dan koping dengan


kontraksi,memungkinkan klien tetap fokus)

18
Kriteria Evaluasi :

a) Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan kanyamanan

b) Tampak rileks diantara kontraksi

c) Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi

2.Resiko tinggi cedera maternal berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak karena persalinan
lama

Kriteria hasil :

a) Resiko cedera pasien berkurang

b) Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta

Aktivitas keperawatan :

a) Kaji riwayat persalinan, awitan dan durasi

b) Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai, serta aktivitas dan istirahat, sebelum
awitan persalinan

c) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik

d) Observasi kondisi servik dan tanda amnionitis

e) Kaji tanda-tanda vital

f) Kaji bau dan rabas vagina

g) Kaji penonjolan posisi janin dan prosentasi janin

h) Tempatkan klien posisi recumben lateral

i) Kaji terhadap penuhan kandung kemih diatas simfisis pubis

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga:

19
a) Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam

b) Anjurkan tirah baring atau ambulasi sesuai toleransi

Aktivitas kolaboratif:

a) Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan

b) Kolaborasikan dengan tim medis persiapan seksio caesaria sesuai indikasi (Wilkinson,
2016)

3. Ansietas berhubungan dengan partus lama

Tujuan:

Menunjukkan Pengendalian diri terhadap Ansietas (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering, selalu)

a) Mempertahankan peforma peran

b) Memantau distorsi persepsi sensori

c) Memantau manifestasi perilaku ansietas

d) Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan nyeri

Kriteria hasil:

a) Mengidentifikasi gejala yang merupakan indikator ansietas pasien sendiri

b) Mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat

c) Memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal.

Aktifitas keperawatan:

1. Pengkajian:

a) Kaji dan dokumentasikan tingkat ansietas pasien, termasuk reaksi fisik, setiap 2
jam sekali

20
b) Kaji untuk faktor budaya (misal, konflik nilai) yang menjadi penyebab ansietas

c) Gali bersama pasien tentang tekhnk yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas di masa lalu

2. Penyuluhan untuk pasien/keluarga

a) Informasikan tentang gejala ansietas

b) Ajarkan kepada keluarga tentang bagaiman membedakan antara seangan panik


dan gejala penyakit fisik

c) Instruksikan pasien tentang penggunaan tekhnik relaksasi.

Aktivitas kolaboratif:

Penurunan ansietas: Berikan obat untuk menurunkan ansietas

Aktivitas lain:

a) Pada saat ansietas berat dampingi pasien bicara dengan tenang dan berikan keteangan
serta rasa nyaman

b) Dampingi pasien (misal, selama prosedur) untuk meningkatkan keamanan dan


mengurangi rasa takut

c) Berikan pijatan punggung/ pijatan leher, jka perlu

d) Bantu pasien untuk mengidentifikais situasi mencemaskan (Wilkinson, 2016)

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Inersia uteri adalah his yang tidak adekuat (abnormal) dan ditandai oleh kontraksi uterus
dengan frekuensi yang jarang yaitu kurang dari 3 kali dalam 10 menit, amplitudo yang lemah
yaitu kurang dari 40 mmHg dan durasi yang lebih pendek yaitu kurang dari 30 detik. Hal ini
ditunjukkan dengan terjadinya perpanjangan persalinan kala I fase aktif yang disebabkan
oleh karena otot rahim kurang maksimal dan efisien dalam berkontraksi sehingga tidak
mampu menghasilkan dilatasi serviks dan mendorong janin keluar (Prawirohardjo, 2014).

Menurut Reader, dkk dalam Fauziyah (2014), penyebab terjadinya Inersia Uteri yaitu:
distensi berlebihan pada uterus, kekuatan serviks, klien yang sangat gemuk (berhungan
dengan persalinan yang lebih lambat dan lebih tidak konsisten), usia maternal yang lanjut,
pemberian analgetik yang berlebihan. Diagnosa keperawatan pada inersia uteri terdiri dari
nyeri (akut ) berhubungan dengan tekanan kepala janin pada serviks, partus lama, kontraksi
tidak efektif, resiko tinggi cedera maternal berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak
karena persalinan lama, ansietas berhubungan dengan partus lama.

B. Saran

Demikian konsep teori dan konsep asuhan keperawatan inersia uteri yang sudah
dijelaskan. Sebagai penulis saya berharap jika tugas ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
dan mahasiswi sebagai sumber bacaan agar dapat lebih mengerti mengenai inersia uteri.
Makalah ini masih terdapat kekurangan dan perlu adanya perbaikan. Oleh karena itu, sebagai
penulis membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca. Terimakasih

22
DAFTAR PUSTAKA

Prawiroharjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.

Hollingworth, Tony. 2012. Diagnosis Banding Obstetri dan Ginekologi A-Z. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran.

Manuaba, IBG, Chandranita M., Fajar M. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Edisi 2. Jakarta:
EGC.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka

Wiknojosastro. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Wilkinson. 2016. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai