Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA PASIEN PENDERITA

CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS

(CTEV)

Oleh :

Sri wahyuni (14.401.19.059 )

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021


LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENDERITA CONGENITAL

TALIPES EQUINOVARUS

Telah dikoreksi dan disetujui pada tanggal ……………………………………Oleh :

Pembimbing

NS.Nantiyah pupuh ,M.Kep

NIK :0140447

Mengetahui,

PJMK KEPERAWATAN ANAK

NS.Roshinta S.A.,M.Kep

NIK: 20120935
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan
kekuatan kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ’’
Asuhan Keperawatan Maternitas pada Penderita HIV/AIDS” tepat pada waktunya
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya
bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Krikilan, 8 september 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Congenital Talipes Equinoverus (CTEV) yang juga dikenal sebagai “club flot”
adalah suatu gangguan perkembangan ekstremitas inferior yang sering ditemui, tetapi
masih jarang dipelajari. CTEV dimasukkan dalam terminology “Sindromik” bila kasus
ini ditemukan bersamaan dengan gambaran klinik lain sebagai suatu bagian dari sindrom
genetic. CTEV dapat timbul sendiri tanpa didampingi gambaran klinik lain, dan sering
disebut sebagai CTEV idiopatik. CTEV sindromik sering menyertai gangguan neurologis
dan neuromuscular, seperti spina bifi maupun atrofi muscular spinal. Bentuk yang paling
sering ditemukan adalah CTEV idiopatik, pada bentuk ini ekskremitas superior dalam
keadaan normal.
CTEV adalah istilah umum untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki
berubah/bengkok dari keadaan atau posisi normal. Beberapa dari deformitas kaki
termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang
artinya ankle) dan pes (yang artinya kaki). Deformitas kaki dan ankle dipilih tergantung
dari posisi kelainan ankle dan kaki
Club goot ditemukan pada hieroglif Mesir dan perawatannya dijelaskan oleh
Hipokrates pada 400 SM dengan cara memanipulasi dengan lembut untuk kemudian
dipasangi perban. Sampai saat ini, perawatan modern juga masih mengandalkan
manipulasi dan immobilisasi. Manipulasi dan immobilisasi serial yang dilakukan secara
hati-hati diikuti pemasangan gips adalah metode perawatan modern non-operatif. Cara
immobilisasi yang saat ini mungkin paling efektif adalah metode Ponseti, metode ini
dapat mengurangi perlunya operasi. Walaupun demikian, masih banyak kasus yang
membutuhkan terapi operatif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Congenital Talipes Equinoverus ?
2. Apa etiologi Congenital Talipes Equinoverus ?
3. Apa saja klasifikasi Congenital Talipes Equinoverus ?
4. Apa saja manifestasi Klinis Congenital Talipes Equinoverus ?
5. Bagaimana patofisiologi Congenital Talipes Equinoverus ?
6. Apa saja Komplikasi Congenital Talipes Equinoverus ?
7. Apa saja Pemeriksaan Fisik Congenital Talipes Equinoverus ?
8. Apa saja Penatalaksanaan Congenital Talipes Equinoverus ?
9. Bagaimana penjelasan tentang Asuhan Keperawatan pada klien Congenital Talipes
Equinoverus ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang Konsep Penyakit dan Konsep Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Congenital Talipes Equinoverus.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami Definisi Congenital Talipes Equinoverus
b. Mahasiswa mampu memahami Etiologi Congenital Talipes Equinoverus
c. Mahasiswa mampu memahami Klasifikasi Congenital Talipes Equinoverus
d. Mahasiswa mampu memahami Manifestasi Klinis Congenital Talipes
Equinoverus
e. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi Congenital Talipes Equinoverus
f. Mahasiswa mampu memahami Komplikasi Congenital Talipes Equinoverus
g. Mahasiswa mampu memahami Pemeriksaan Fisik Congenital Talipes
Equinoverus
h. Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan Congenital Talipes Equinoverus
i. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan pada klien Congenital
Talipes Equinoverus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Congenital Talipes Equinoverus (CTEV) adalah suatu kelainan bawaan yang
sering ditemukan pada bayi yang baru lahir [ CITATION Hel12 \l 1033 ].
CTEV atau club foot adalah suatu kondisi kelainan kongenital pada pergelangan
kaki dengan manifestasi pergelangan kaki yang menjadi hiperekstensi sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan struktur musculoskeletal apabila tidak segera
dilakukan koreksi [ CITATION Maz13 \l 1033 ]
CTEV adalah kelainan kongenital tulang yang ditandai dengan fleksi pada tulang
talus, sehingga tumit menjadi lebih tinggi dan terjadi deviasi ke arah medial. Kelainan
ini mengakibatkan pasien tidak dapat berdiri dengan telapak kaki yang rata menapak
ke tanah, tumit terbalik, dan kaki depan bengkok.
(goldenring, john 2011)
2. Etiologi
Teori tentang etiologi CTEV antara lain:
a. Faktor mekanik intrauteri
Teori tertua oleh Hipokrates. Dikatakan bahwa kaki bayi ditahan pada
posisiequinovarus karena kompresi eksterna uterus. Oligohidramnion
mempermudah terjadinya penekanan dari luarkarena keterbatasan gerak fetus.
b. Defek neuromuskular
Beberapa peneliti percaya bahwa CTEV selalu karena adanya
defekneuromuskular, tetapi banyak penelitian tidak menemukan adanya
kelainanhistologis dan elektromiografi k.
c. Defek sel plasma primer
Setelah melakukan pembedahan pada 11 kaki CTEV dan 14 kaki normal;Irani &
Sherman menemukan bahwa pada kasus CTEV, leher talus selalu pendek,diikuti
rotasi bagian anterior ke arah medial dan plantar diduga karena defek sel plasma
primer.
d. Perkembangan fetus terhambat
e. Herediter
Adanya faktor poligenik mempermudah fetus terpapar faktor-faktoreksternal,
seperti infeksi Rubella dan pajanan talidomid (Wynne dan Davis).
f. Vaskular
Atlas dkk.(1980) menemukan abnormalitas vaskulatur berupa hambatanvascular
setinggi sinus tarsalis pada kasus CTEV. Pada bayi dengan CTEV didapatkan
muscle wasting di bagian ipsilateral, mungkin karena berkurangnya perfusi arteri
tibialis anterior selama masa perkembangan [ CITATION Beh10 \l 1033 ].
3. Klasifikasi
Literature medis menguraikan 3 kategori utama club foot, yaitu :
a. Clubfoot ringan atau postural dapat membaik secara spontan atau memerlukan
latihan pasif atau pemasangan gips serial. Tidak ada deformitas tulang, tetapi
mungkin ditemukan penencangan dan pemendekan jaringan lunak secara medial
dan posterior.
b. Clubfoot tetralogic terkait dengan anomaly congenital seperti mielodisplasia atau
artogriposis. Kondisi ini biasanya memerlukan koreksi bedah dan memiliki
insidensi kekambuhan yang tinggi.
c. Clubfoot idiopatik congenital atau clubfoot sejati hamper selalu memerlukan
intervensi bedah karena terdapat abnormalitas tulang. [ CITATION Guy08 \l 1033 ]
4. Manifestasi Klinis
a. Tidak adanya kelainan congenital lain
b. Berbagai kekakuan kaki
c. Hipoplasia tibia, fibula, dan tulang-tulang kaki ringan
d. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif
memendek.
e. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau
cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit
tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada
bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis,
tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi.
f. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan dan
dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang
kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau
positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke
posisi normal. Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat
didorsofleksikan ke posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan
terjadinya deformitas rocker-bottom dengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi
pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan terlambat pada kalkaneus,
pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi pergerakan
maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada bagian
bawahnya.
g. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang
kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan
terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis
dengan tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85°
menjadi 55° karena adanya perputaran subtalar ke medial.
h. Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis
anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot
peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya
tetapi otot-otot fleksor jari kaki memendek. Otot triceps surae mempunyai
kekuatan yang normal.
i. Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida.
Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk
melihat adanya subluksasi atau dislokasi [ CITATION Nel14 \l 1033 ].
5. Patofisiologi
Patofisiologi club foot atau yang dikenal dengan congenital talipes
equinovarus (CTEV) berasal dari berbagai macam teori semenjak 1800. Secara
biologi molekuler penyebab dari club foot adalah adanya defek genetik pada
komponen pembentukan ekstremitas seperti homeobox, ekspresi T-box
transcription dan ekspresi dari Pitx1 yang mempengaruhi kesetimbangan koordinasi
antara lateral mesoderm dan outer ectodermyang bertanggung jawab pada
perkembangan kaki janin. Patofisiologi club foot terdiri dari berbagai macam teori
yang diajukan oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Faktor mekanik in utero
b. Defek neuromuscular
c. Primary plasma defect
d. Arrested fetal development
e. Teori alternatif patofisiologi terjadinya club foot adalah terhentinya
perkembangan fetus di dalam kandungan yang diajukan oleh Von Volkmann
tahun 1863. Teori ini mengatakan bahwa secara normal kaki janin dalam
bentuk equinovarus dan terkoreksi menjadi pronasi saat kelahiran. Perkembangan
kaki fetus terhenti karena adanya intrinsik error atau gangguan di lingkungan
fetus, yang mengganggu proses fisiologis koreksi kaki menjadi pronasi sehingga
bentuk kaki tetap club foot saat kelahiran. Club foot merupakan salah satu
komponen penilaian secara menyeluruh dalam persiapan pemulangan neonatal.
Hippocrates, mengenai penyakit club foot menjelaskan mengenai teori mekanik
bahwa club foot merupakan hasil dari peningkatan tekanan intrauterine selama
kehamilan, namun postulat ini banyak dibantah karena insidensi club foot tidak
meningkat pada kondisi uterus yang padat (contohnya kehamilan kembar, bayi
besar, hidramnion dan uterus primipara).
Berdasarkan faktor neurogenik, terdapat kelainan secara histokimia pada otot
posteromedial dan peroneal pasien dengan club foot. Hal ini diduga terjadi akibat
perubahan inervasi persarafan intrauterine akibat kelainan neurogenik yang
terjadi. Postulat ini didukung dengan didapatkannya insidensi varus atau
equinovarus hingga 35% pada pasien dengan spina bifida.
Retracting fibrosis (myofibrosis) dapat terjadi akibat efek sekunder dari
peningkatan jaringan fibrosa pada otot dan ligamen. Ponseti menemukan collagen
pada semua struktur ligamentum dan tendinosa (kecuali tendon Achilles
/calcaneal) yang berhubungan dengan club foot.
Inclan, dengan teorinya mengatakan bahwa kelainan insersi tendon yang
menyebabkan terjadinya club foot. Akan tetapi, studi lain menolak postulat ini
dengan alasan bahwa kelainan anatomi pada club foot dapat memperlihatkan
seolah-olah insersi tendon menjadi abnormal [ CITATION Mah12 \l 1033 ].
Pathway :
Idiopatik genetik Kondisi janin saat ini
Factor neurogenetik

Posisi abnormal Pergerakan janin Kelainan Perubahan inervasi


janin terbatas perkembangan intra uterin

Deformitas Fase fibular Peningkatan jaringan fibrosa Abnormalitas


tulang di otot dan ligament histokimia pada otot

Terapi Congenital laipes


equinoverus (CTEV

Terapi operatif Terapi


Metatarsal pertama Fleksi plantar Calcaneus, navicular dan Adduksi serta inversi pada
konservatif
lebih fleksi talus ) cuboid terotasi kearah ligament dan tendon
Pembedahan terhadap daerah medial tehadap talus peroneal
Pemasangan gips
Tumit menjadi
Pre Op terbalik/lebih tinggi Inversi pada sendi Adduksi pada kaki
Gips terlalu ketat subtalar (tungkai) depan

Ansietas
Kompertemen
sindrom Hambatan mobilitas Bentuk kaki Ansietas
fisisk abnormal

Kerusakan
integritas kulit Gangguan citra
tubuh
6. Komplikasi
a. Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi
konservatif mungkin dapat terjadi masalah pada kulit, dekubitus oleh karena gips,
dan koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama
dan setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan dikarenakan
tekanan dari cast. Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat
menarik kulit menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini
membuat bagian kecil dari kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan
berjalannya waktu, dan jarang memerlukan cangkok kulit.
b. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi setelah
operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk
mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.
c. Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan saraf
mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk oleh tulang
rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki.
Deformitas ini biasanya terkoreksi sendir dengan bertambahnya usia
d. Komplikasi bila tidak diberi pengobatan : deformitas menetap pada kaki
7. Pemeriksaan Penunjang
a. X-Ray :
- Foto AP dan lateral
Untuk mengetahui posisi talus sebagai penuntun pengobatan, hubungan talus
dengan tulang-tulang sekitarnya : kalkaneus, navikular – ketatar salia, tubua
dengan talus.
b. Pemeriksaan DL
8. Penatalaksanaan
Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif.
Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :
a. Non-Operative :
Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan
remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga
tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai
keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah
kembalinya deformitas.
Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast” yang
dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi
ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan
latihan kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.
Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari
sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan
yang cepat pada periode ini. Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi
bedah untuk memperbaiki struktur yang berlebihan, memperpanjang atau
transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di “cast” sampai tujuan
koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang
diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan
menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.
Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada
anak dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang
lama pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang
dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian
penting pada pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang
cukup tentang diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian
“cast” secara teratur untuk menunjang penyembuhan.
Perawatan “cast” (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan
orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada
batasan karena deformitas atau therapi yang lama. Perawatan “cast” meliputi :
 Biarkan cast terbuka sampai kering
 Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal
pada hari pertama atau sesuai  intruksi
 Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna
kulit dan laporkan bila ada perubahan yang abnormal
 Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi
adanya rasa nyeri
 Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih
otot-otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara
teratur.
 Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah
trauma
 Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-
benda kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak
 Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada
tepi cast dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat
 Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air
b. Operatif
1) Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :
 Jika terapi dengan gibs gagal
 Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan
2) Operasi dilakukan dengan melepasakan jaringan lunak yang mengalami
kontraktur maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada
kasus club foot yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat.
3) Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini
dimulai dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus,
dilakuakan posterior release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul
pergelangan kaki posterior, dan kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus
kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis medial dan
pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut BuKu Appley).
4) Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10
tahun atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakan artrodesis
triple yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian,
yaitu : art. talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. Kalkaneokuboid
[ CITATION Luk13 \l 1033 ].
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata klien
CTEV sering terjadi pada bayi baru lahir. Bayi laki-laki lebih banyak menderita
kaki bengkok daripada bayi perempuan [ CITATION Luk13 \l 1033 ].
b. Keluhan Utama
Keluhan yang membuat klien dibawa ke RS karena adanya keadaan yang
abnormal pada kaki anak yaitu adanya berbagai kekakuan kai, atrofi betis kanan,
hypoplasia tibia, fibula dan tulang-tulang kaki ringan.
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Klien tidak mengalami keluhan apa-apa selain adanya keadaan yang abnormal
pada kakinya.
2) Riwayat penyakit keluarga
Terdapat keluarga yang memiliki riwayat penyakit tersebut
3) Riwayat Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal
 Antenatal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya
yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan
antenatal , kemana serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan obat yang
pernah diminum serat kebiasaan selama hamil.
 Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara
persalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria dan
gamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan congenital.
Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa
kehamilan (cukup, kurang, lebih ) bulan. Saat lahir anak menangis spontan
atau tidak.
 Postnatal
Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan
gagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit,pola
eliminasi dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji adanya
ashyksia, trauma dan infeksi.
d. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
Tidak mengalami gangguan
2. Sistem kadiovaskuler
Tidak ditemukan adanya kelainan
3. Sistem neurologis
Tidak mengalami gangguan
4. Sistem gastrointestinal
Tidak mengalami gangguan
5. Sistem uronenital
Tidak mengalami kelainan / gangguan
6. Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas karena bentuk kaki yang abnormal, adanya
keterlambayan berjalan [ CITATION Deb11 \l 1033 ].
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan bentuk kaki abnormal
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gips
d. Ansietas berhubungan dengan penggunaan dan pengangkatan gips.
[ CITATION NAN15 \l 1033 ]
3. Intervensi
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Hambatan Tujuan : 1. 1. Dorong 1. Untuk
mobilitas fisik Pasien untuk ambulasi meningkatk
berhubungan mempertahankan sesegera mungkin an mobilitas
dengan kerusakan penggunaan otot pada 2. Ajarkan 2. Untuk
musculoskeletal area yang tidak sakit penggunaan alat membantu
mobilisasi seperti melatih
 
Kriteria hasil : kurk untuk kaki ekstremitas
–       Ekstremitas  yang di gips dengan
yang tidak sakit tetap 3. Dorong anak bantuan
mempertahankan dengan alat 3. penopang
tonus otot yang baik. ambulasi untuk berat badan
berambulasi Untuk
–       Anak
segera setelah melatih dan
melakukan aktivitas
kondisi umumnya meningkatk
yang sesuai dengan
memungkinkan an mobil
usia dan kondisi anak
4. Dorong
aktivitas bermain
dan pengalihan
5. Dorong anak 4. Untuk
untuk melatih otot
menggunakan yang tidak
sendi-sendi di sakit
atas dan di bawah 5. Untuk
gips mempertaha
nkan
fleksibilitas
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan
istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki
berubah dari posisi normal yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah deformitas
yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan,
dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz).
Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli
mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang
terbatas dalam rahim dan perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat
perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan.
Treatment dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu :
koreksi dari deformitas,mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot normal
tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas. Pemasangan
gips serial segera dimulai setelah kelahiran.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kepada para pembaca khususnya pada
orang tua, jika mempunyai bayi baru lahir, sebaiknya memperhatikan  kondisii bayinya,
bila orang  tua malihat ketidaksesuain bentuk dari kedua kaki bayi  segeralah meminta 
konfirmasi pada petugas medis tentang keadaan kaki bayi. Bila ternyata ada kelainan
sebaiknya segera berobat ke dokter spesialis orthopedic untuk mendapatkan pengobatan
sedini mungkin karena pengobatan CTEV ini secara bertahap dan berkelanjutan sehingga
harus sabar dan rutin kontrol serta mematuhi anjuran dokter agar tercapai hasil yang
optimal.
Selain itu, diharapkan juga kepada tenaga medis khususnya perawat agar lebih tepat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan CTEV.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman., K. &. (2010). Nelson Ilmu Kesehatan Anak (edisi 15). Jakarta: EGC.

Debora, O. (2011). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.

Guyton A.C., H. J. (2008). Buku ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta: EGC.

Helmi., Z. N. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Lukman & Ningsih, N. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. jakarta : Salemba medika.

Maharani. (2012). Mengenal & Memahami Berbagai Gangguan Kesehatan Anak. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA.

Mazumder, N. D. (2013). Neonatal Orthopaedics. New Delhi: Jaypee.

NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Nelso. (2014). Ilmu Kesehatan Anak Essential Edisi 6. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai