She
noticed that both of her boys foot looks excessively turned inward
since he was born. There is no abnormality at other part of his body
a. Apa makna klinis keluhan terkait kasus?
CTEV dapat mengenai satu kaki saja atau kedua kaki. Tidak ada
perbedaan antara kaki kiri dan kanan. Kasus bilateral (kedua kaki)
didapatkan sebesar 30-50%.
4. Metatarsus verus
Terjadi varus dan adduksi dari kelima metatarsal. Seluruh kaki
bagiandepan tidak saja mengalami adduksi,juga supinasi.
Keadaan ini biasadisertai dengan torsi tibial interna.
2. She has already brought him to a traditional bone setter but there was
no improvement.
a. Apa dampak bila dengan keluhan tersebut dibawa ke tukang urut?
Pengurutan/pijatan tidak menyebabkan perbaikan karena pengurutan
utamanya untuk memperlancaran perdarahan darah, pada keadaan ini
dibutuhkan fiksasi yang membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak
cukup hanya dengan pengurutan.
3. Definisi
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau sering disebut
Clubfoot adalah fiksasi dari kaki pada posisi talus menunjuk ke arah
bawah (equinus), bagian leher berdeviasi kearah tengah dan bagian
tubuh berotasi sedikit ke luar dalam hubungannya dengan kalkaneus;
navuculare dan seluruh kaki depan bergeser ke tengah dan supinasi.
4. Etiologi
Etiologi yang sebenarnya dari CTEV tidak diketahui dengan pasti. Pada beberapa
kelainan adanya perkembangan defek fetal dimana terjadi ketidakseimbangan otot
invertor dan evertor. akan tetapi banyak teori mengenai etiologi CTEV, antara lain :
a. faktor mekanik intra uteri
adalah teori tertua dan diajukan pertama kali oleh Hipokrates. Dikatakan
bahwa kaki bayi ditahan pada posisi equinovarus karena kompresi eksterna
uterus. Parker (1824) dan Browne (1939) mengatakan bahwa adanya
oligohidramnion mempermudah terjadinya penekanan dari luar karena
keterbatasan gerak fetus.
b. herediter
Wynne dan Davis mengemukakan bahwa adanya mutasi gen
c. Enterovirus (infeksi TORCH).
d. Gangguan perkembangan fetus
Atlas dkk (1980), menemukan adanya abnormalitas pada vaskulatur kasus-
kasus CTEV. Didapatkan adanya bloking vaskular setinggi sinus tarsalis. Pada
bayi dengan CTEV didapatkan adanya muskulus yang tidak berfungsi (muscle
wasting) pada bagian ipsilateral, dimana hal ini kemungkinan dikarenakan
berkurangnya perfusi arteri tibialis anterior selama masa perkembangan
e. defek plasma sel primer
Irani & Sherman telah melakukan pembedahan pada 11 kaki dengan CTEV
dan 14 kaki normal. Ditemukan bahwa pada kasus CTEV leher dari talus
selalu pendek, diikuti rotasi bagian anterior ke arah medial dan plantar.
Mereka mengemukakan hipotesa bahwa hal tersebut dikarenakan defek dari
plasma sel primer.
5. Tatalaksana
Dengan penatalaksanaan terapi non operatif, maka pemasangan splint dimulai pada
bayi berusia 2-3 hari. Urutan dari koreksi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut
:
1. Adduksi dari forefoot
2. Supinasi forefoot
3. Equinus
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Richard pada 2009, kekambuhan terjadi
29% dari kaki yang yang telah sukses di terapi menggunakan metode French
functional dan 37% terjadi kekambuhan dari metode Ponseti. Namun pada
pemantauan lebih lanjut, terapi dengan metode poseti menjadi baik sebanyak 72%,
dan buruk 16%, sedang dengan menggunakan metode French functional 67% menjadi
baik dan buruk 16%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode Ponseti dan French
functional tidak menunjukkan hasil yang berbeda jauh. Namun orang tua pasien
cenderung memilih metode ponsetti sebagai terapi bagi anaknya dua kali lebih banyak
dibandingkan French Methode karena lebih murah.
a. Metode Ponsetti
Metode ini dikembangkan oleh dr. Ignacio Ponseti dari Universitas Iowa. Metode ini
dilakukan secepatnya setelah kelahiran. Metode ini dikembangkan dari penelitian
kadaver dan observasi klinik yang dilakukan oleh dr. Ponseti. Lebih dari dekade
terakhir metode Ponseti telah diterima diseluruh dunia sebagai metode penanganan
kaki pengkor yang paling efektif dan paling murah. Deformitas utama yang terjadi
pada kasus CTEV adalah adanya rotasi tulang kalkaneus ke arah intenal (adduksi) dan
fleksi plantar pedis. Kaki berada dalam posisi adduksi dan plantar pedis mengalami
fleksi pada sendi subtalar.
Bandingkan posisi normal tulang tarsal [2 kiri] dengan kaki pengkor [2 kanan].
Perhatikan talus [merah] berubah bentuk dan navicular [kuning] bergeser ke medial.
Kaki memuntir (rotasi) mengelilingi caput talus [panah biru]. Koreksi Ponseti dicapai
dengan membalikkan arah rotasi ini [3]. Koreksi dicapai secara bertahap dengan gips
serial. Tehnik Ponseti memperbaiki deformitas dengan cara merotasikan kaki
disekitar caput talus [lingkaran merah] secara bertahap selama beberapa minggu
pengegipan tersebut.
h
Metode ini dikerjakan segerea setelah kelahiran (7-10 hari). Bahkan deformitas dari
clubfoot masih dapat dikoreksi dari umur 9 bulan. Terapi yang dimulai dari usia 9
hingga 28 bulan masih dapat dikoreksi walau tidak sebaik jika terapi kurang dari 9
bulan. Kebanyakan clubfoot dapat dikoreksi dalam waktu 6 minggu setelah
penggunaan enam atau tujuh plaster cast yang diganti tiap minggunya. Jika
deformitas tidak terkoreksi setelah 6 atau 7 kali ganti gips, kemungkinan besar
penanganan selanjutnya akan gagal. Pada semua pasien dengan kaki pengkor
unilateral, kaki pengkor sedikit lebih pendek (rata-rata 1,3 cm) dan lebih sempit
(ratarata 0,4 cm) daripada kaki normal. Panjang tungkai sama, tetapi lingkaran
tungkai yang sakit lebih kecil (rata-rata 2,3 cm). Kaki tersebut kuat, fleksibel, dan
bebas nyeri. Koreksi ini diharapkan tetap bertahan sepanjang hayat pasien. Hal ini
memberikan kesempatan untuk menjalani masa anak-anak secara normal dengan kaki
yang bebas nyeri dan mobile selama kehidupan dewasa.Metode ini telah terbukti 90%
sukses dalam mengkoreksi clubfoot, namun kegagalan pada umumnya terjadi karena
kaki kaku dengan lipatan yang dalam pada tapak kaki sehingga dibutuhkan koreksi
operasi.
Kebanyakan kaki pengkor dapat dikoreksi dengan manipulasi singkat dan gips dalam
koreksi maksimal. Setelah kira-kira 5 kali pengegipan cavus, adduktus, dan varus
dapat terkoreksi. Tenotomi Achilles perkutan dilakukan pada hampir semua kasus
untuk menyempurnakan koreksi equinus, kemudian kaki di gips selama 3 minggu.
Koreksi ini dipertahankan dengan foot abduction brace yang dipakai malam hari
sampai anak berumur 2-4 tahun. Kaki yang ditangani dengan metode ini terbukti kuat,
fleksibel dan bebas nyeri, sehingga memungkinkan untuk menjalani kehidupan yang
normal.
Gb 1
Gb 2
Gb 3
Ingat ini merupakan deformitas tiga dimensi dan deformitas ini dikoreksi
bersamaan. Koreksi dicapai dengan mengabduksi kaki di bawah caput talus.
Kaki samasekali tidak boleh dipronasikan.
Setelah dapat dicapai abduksi kaki maksimal, kebanyakan kasus membutukan
dilakukannya tenotomi perkutaneus pada tendon Achilles. Tenotomi dilakukan
untuk mengoreksi equinus setelah cavus, adduksi, dan varus sudah terkoreksi
baik akan tetapi dorsofleksi ankle masih kurang dari 10 derajat. Hal ini
dilakukan dalam keadaan aspetis. Daerah lokal dianestesi dengan kombinasi
antara lignokain topikal dan infiltrasi lokal minimal menggunakan lidokain.
Tenotomi dilakukan dengan cara membuat irisan menggunakan pisau Beaver
(ujung bulat). Luka post operasi kemudian ditutup dengan jahitan tunggal
menggunakan benang yang dapat diabsorbsi. Pemasangan gips terakhir
dilakukan dengan kaki yang berada pada posisi dorsofleksi maksimum,
kemudian gips dipertahankan hingga 2-3 minggu.
Pelepasan Casting
Lepas setiap cast diklinik sebelum cast yang baru dipasang. Hindari melepas
cast sebelum sampai diklinik karena dapat merusak perbaikan yang sudah ada
saat mengganti cast.
Pilihan untuk melepas
Hindari menggunakan gergaji saat melepas cast karena menakutkan bayi dan
keluarganya, selain itu juga dapat menyebakan luka pada kulit bayi. Lepaslah
cast menggunakan pisau. Rendam cast dalam air kurang lebih 30-45 menit lalu
bungkus cast dengan kais basah sebelum dilepas. Ini dapat dilakukan sebelum
pergi ke klinik oleh orang tua.
Gunakan pisau plester, potong secara oblique untuk menghindari terpotongnya
kulit, lepaslah cast pada bagian atas lutut kemudian lepaslah bagian bawah
lutut.
Merendam dan melepas balutan : metode ini efektif namun memerlukan waktu
yang lama. Rendamlah cast dalam air lalu lepas perlahan plester. Agar lebih
mudah, tinggalakan bagian ujung dari plester untuk identifikasi.
d. Bracing
Pada akhir pengegipan, kaki dalam posisi sangat abduksi -- sekitar 60-70
deraja (tight-foot axis). Setelah tenotomi, gips erakhir dipakai selama 3
minggu. Protokol Ponseti selanjutnya adalah memakai brace (bracing) untuk
mempertahankan kaki dalam posisi abduksi dan dorsofleksi. Brace berupa bar
(batang) logam direkatkan pada sepatu yang bertelapak kaki lurus dengan
ujung terbuka (straight-last open-toe shoes). Abduksi kaki dengan sudut 60-70
derajat ini diperlukan untuk mempertahankan abduksi calcaneus dan forefoot
serta mencegah kekambuhan (relaps). Jaringan lunak pada sisi medial akan
tetap teregang hanya jika dilakukan bracing setelah pengegipan. Dengan brace,
lutut tetap bebas, sehingga anak dapat menendangkan kaki kedepan
sehingga meregangkan otot gastrosoleus. Abduksi kaki dalam brace, ditambah
dengan bar yang sedikit melengkung, akan membuat kaki dorsofleksi. Hal ini
membantu mempertahankan regangan pada otot gastrocnemius dan tendo
Achilles. Ankle-foot orthose (AFO) tidak berguna sebab hanya menahan kaki
lurus dengan dorsofleksi netral.
2.9.1.2 Gb Bracing
Edukasi:
Menjelaskan kepada pasien tentang tujuan terapi yaitu untuk
meringankan defomitas yang ada sehingga tampak seperti normal dan
menjelaskan pentingnya konsistensi dalam menjalankan terapi demi
mencapai hasil yang maksimal.
Menjelaskan jika terapi harus segera diberikan setelah dideteksi,
mengingat keberhasilan terapi juga dipengaruhi oleh usia pasien.
1. Anatomi
Ossa Pedis
Osaa pedis adalah ossa tarsalia, ossa metatarsalis, dan phalanges.
Talus
Talus bersendi di atas dengan tibia dan fibula, di bawah dengan os
calcaneus, dan di depan dengan os naviculare. Tulang ini mempunyai caput,
collum, dan corpus.
Caput tali mengarah ke distal dan mempunyai facies articularis yang
cembung dan berbentuk oval untuk bersendi dengan os naviculare. Facies
articularis ini berlanjut pada facies inferiornya, di mana bagian ini di belakang
terletak di atas sustentaculum tali dan di depan terletak di atas ligamentum
calcaneonaviculare.
Collum tali terletak posterior terhadap caput dan sedikit menyempit.
Permukan atasnya kasar dan menjadi tempat perlekatan ligament, dan permukaan
bawahnya memperlihatksnalur yang dalam disebut sulcus tali. Sulcus tali dan
calcanei pada kaki yang terartikulasi membentuk terowongan, sinus tarsi, yang
ditempati oleh ligamentum talocalcaneum interosseum yang kuat.
Corpus tali berbentuk kuboid. Facies superiornya bersendi dengan ujng
distsal tibia; bagian ini cembung dari depan ke belakang dnegan sedikit cekung
pada sisi-sisinya. Pada faciews laterlaisnya terdapat facies articularis yang
berbentuk segitiga untuk bersendi dengan malleolus lateralis fibulae. Pada facies
medialisnya terdapat facies articularis kecil, berbentuk koma untuk bersendi
dengan malleolus medialis tibiae. Facies posterior ditandi oleh dua tuberculum
kecil yang dipisahkan oleh sulcus tendinis musculi flexoris halluces longi.
Terdapat banyak ligamentum pentin yang melekat pada talus, namuntidak
ada satupun otot yang melekat pada tulang ini.
Ossa tarsalia lainnya harus diidentifikasi dan ciri-ciri penting berikut perlu
diperhatikan.
Os Naviculare
Tuberositas ossis navicuaris dapat dilihat dan dipalpasi pada pinggir medial kaki
lebih kurang 1 inci (2,5 cm) di depan dan bawah malleolus medialis; serta
memberikan tempat perlekatan untuk bagian utama tendo musculus tibialis
posterior.
Os Cuboideum
Terdapat alur yang dalam pada aspek inferior os cuboideum untuk tempat
tendo musculus peroneus longus.
Os Cuneiforme
Ketiga tulang-tulang kecil berbentuk bajo bersendi di proximal dengan os
naviculare dan di distal dengan ketiga os metatarsale yang pertama. Bentuk
bajinya berperan penting dalam membentuk dan mempertahankan lengkung
transversal kaki.
Penulangan ossa tarsalia, berbeda dari ossa carpalia laimmya, telah dimulai
sebelum lahir. Pusat osifikasi untuk calcaneus dan talus, juga serinng untuk os
cuboideoun telah ada pada waktu lahir. Pada usia 5 thun, osifikasi terjadi di
semua ossa tarsalia.
Ossa Metatarsalia dan Phalanges
Ossa metatarsalia dan phalanges menyerupai ossa metacarpalia dan
phalanges pada tangan, dan masing-masing mempunyai caput di distal, corpus,
dan basis di proximal. Kelima os metatarsale diberi nomor dari sisi medial ke
lateral.
Os metatarsale pertama besar dan kuat dan berperan penting dalam
menunjang berat badan. Pada aspek inferior caput terdapat alur ole hos sesamoid
medial dan lateral yang terdapat yang terdapat di dalam tendo musculus flexor
halluces brevis.
Os metatarsal kelima mempunyai tuberculum yang menonjol pada
basisnya, yang menojol pada basisnya, yang degngan mudah dapat diraba di
sepanjang pinggir lateral kaki. Tuberculum ini merupakan tempat perlekatan
endo musculus peroneus brevis.
Masing-masing jari kaki mempunyai tiga phalanx, kecuali ibu jari kaki
yang hanya mempunyai dua phalanx (Snell, 2011)