Anda di halaman 1dari 5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi

Congenital Idiopathic Talipes Equinovarus (CTEV) atau deformitas club foot adalah
deformitas kaki yang komplek pada bayi baru lahir yang secara umum sehat. Congenital
Talipes Equinovarus (CTEV) merupakan sebuah anomali kongenital ortopedik pada daerah
kaki dan pergelangan kaki dimana terdapat fiksasi pada posisi adduksi, supinasi, dan varus.
Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) yang juga dikenal sebagai ‘club foot’ adalah suatu
gangguan perkembangan pada ekstremitas inferior yang sering ditemui, tetapi masih jarang
dipelajari. Kelainan yang terjadi pada club foot adalah equinus pada tumit, seluruh hindfoot
varus, serta midfoot dan forefoot adduksi dan supinasi. Derajat kelainan mulai dari ringan,
sedang atau berat yang dilihat dari rigiditasnya atau resistensinya, dan dari penampilannya.

2.2 Etiologi

Etiologi club foot congenital masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa
yang diduga menjadi faktor penyebab dari club foot, diantaranya:
1. Faktor Ekstrinsik: Asosiasi ekstrinsik termasuk agen teratogenik (misalnya, natrium
aminopterin), oligohidramnion, dan cincin penyempitan bawaan.
2. Faktor Genetik: Asosiasi genetik meliputi pewarisan Mendel (misalnya, Dwarfisme
diastrofik, pola resesif autosom dari pewarisan club foot).
3. Faktor Sitogenik: Abnormalitas sitogenik (misalnya Talipes Congenital Equinovarus)
dapat dilihat pada sindrom yang melibatkan penghapusan kromosom, telah diusulkan
bahwa CTEV idiopatik pada bayi yang sehat adalah hasil dari sistem pewarisan
multifaktorial.

Menurut White, 1929, penyebab CTEV adalah kerusakan nervus peroneus oleh tekanan di
dalam uterus. Menurut Midelton, 1934, oleh karena tidak adanya otot yang seimbang karena
dysplasia perineal dan menurut Bechtol dan Mossman, 1950, disebabkan oleh pendekatan
relatif dari serabut otot yang mengalami degenerasi di dalam uterus.

2.3 Fisiologi
Deformitas mayor club foot termasuk hindfoot varus dan equinus dan forefoot adductus
dan cavus. Kelainan ini merupakan hasil abnormalitas intraosseus (abnormal morfologi) dan
abnormalitas interosseus (hubungan abnormal antar tulang). (Hoosseinzaideh, 2014).
Deformitas intraosseus paling sering muncul di talus, dengan neck talar yang pendek dan
medial dan plantar deviasi dari bagian anterior. Pada permukaan inferior talus, facet medial
dan anterior belum berkembang. Kelainan pada calcaneus, cuboid, dan navicular tidaklah
terlalu parah dibandingkan talus. Pada calcaneus ditemukan lebih kecil dari kaki normal, dan
sustentaculum yang belum berkembang (Herring, 2014). Deformitas interosseus terlihat
seperti medial displacement dari navicular pada talar head dan cuboid pada calcaneus, secara
berurutan. Herzenberg dkk menunjukkan bahwa talus dan calcaneus lebih internal rotasi
sekitar 20o terhadap aksis tibiofibular pada clubfoot dibandingkan dengan kaki normal. Pada
studinya, body of the talus dilaporkan eksternal rotasi di dalam ankle mortise. Adanya
internal tibial torsion pada clubfoot masih kontroversial (Hoosseinzaideh, 2014).
Kontraktur dan fibrosis ligamen sisi medial kaki, termasuk spring ligament, master knot
of Henry, ligament tibionavicular, dan fascia plantaris, juga berkontribusi dalam
abnormalitas club foot (Hoosseinzaideh, 2014). Abnormalitas otot telah diamati selama
operasi release deformitas club foot Dobbs dkk melaporkan bahwa flexor digitorum
accesorius longus muscle terlihat pada anak-anak yang menjalani operative release sekitar
6,6% dan lebih banyak lagi pada anak-anak dengan adanya riwayat keluarga (prevalensi
23%). Flexor digitorum accesorius longus dilaporkan ada sekitar 1% sampai 8% pada
cadaver dewasa normal.
Anomalous soleus muscle juga telah dijelaskan dan dilaporkan berhubungan dengan
tingginya angka rekurensi (Hoosseinzaideh, 2014). Studi pada suplai darah telah
menunjukkan abnormalitas atau tidak adanya arteri tibialis anterior sekitar 90% dari club
foot. Tidak adanya arteri tibialis anterior juga dilaporkan namun jarang. Arteri anomali ini
meningkatkan risiko komplikasi vaskuler jika salah satu arteri dominan terkena saat
comprehensive soft-tissue release atau Achilles tenotomi (Hoosseinzaideh, 2014).

2.4 Patofisiologi

Berbagai teori patogenesis club foot telah dikemukakan bahwa sehubungan dengan faktor
neurogenik, kelainan histokimia telah dikemukakan pada kelompok otot posteromedial dan
peroneum pasien dengan club foot. Hal ini diduga karena perubahan persarafan dalam
kehidupan intrauterin sekunder akibat peristiwa neurologis, seperti stroke yang menyebabkan
hemiparesis ringan atau paraparesis. Fibrosis retraksi (atau miofibrosis) dapat terjadi akibat
peningkatan jaringan fibrosa pada otot dan ligamen. Tendon achilles, disisi lain, terdiri dari
kolagen berkerut yang kuat dan tahan terhadap peregangan; Zimmy et al. Menemukan
myoblast di fasia medial pada mikroskop elekton dan mengendalikan bahwa mereka
menyebabkan kontraksi medial.

2.5 Manifestasi Klinis


1. Kelainan bentuk kaki: Pergelangan kaki berada dalam equinus, dan telapak kaki diberi
supinasi (varus) dan adduksi (kaki bayi yang normal biasanya dapat didorsofleksi dan
dibelokkan, sehingga kaki menyentuh tibia anterior).
2. Perpindahan tulang: Navicular berada pada letak medial seperti halnya kuboid.
3. Kontraktur: Terjadi kontraktur jaringan lunak plantar medial; tidak hanya calcaneus
dalam posisi equinus, tetapi juga aspek anterior diputar secara medial dan aspek
posterior lateral.
4. Tumit kosong: Tumitnya kecil dan kosong. Tumit terasa lembut saat disentuh (mirip
dengan rasa pipi), saat perawatan berlangsung, tumit terasa padat serta terasa kencang
(mirip dengan hidung atau dagu).
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Radiografi: Paralel Talanecaneal adalah fitur radiografi dari kaki jari. Pandangan
anteroposterior (AP) diambil dengan kaki pada 30° plantar flexi dan tabung pada 30°
dari vertikal. Pandangan lateral diambil dengan kaki pada plantar flexi 30°.

2.7 Penatalaksanaan Medis

Tujuan terapi talipes equinovarus adalah :


1. Mereduksi dislokasi atau sublokasi sendi talocalcaneonaviculare
2. Mempertahankan reduksi
3. Memperbaiki normal articular alignment
4. Membuat keseimbangan otot antara evorter dan invertor, dan dorsi flexor dan plantar
flexor
5. Membuat kaki mobile dengan fungsi normal dan weight bearing

Terapi harus sudah dimulai pada hari-hari pertama kelahiran, 3 minggu pertama
merupakan golden period, sebab jaringan lunak pada usia ini masih lentur. Terapi yang dapat
diberikan adalah terapi non operatif/konservatif. Perawatan non operatif dimulai sejak
penderita lahir, dengan melakukan elongasi jaringan lunak yang mengalami kontraktur dan
kemudian dipertahankan dengan pemasangan gips secara serial selama 6 minggu dan gips
diganti setiap minggu.
Dari 6 minggu sampai 12 minggu dipasang splint clubfoot tipe Denis Brown. Setelah
penderita waktunya berjalan setiap malam dipasang splint sepatu Denis Brown dan siang hari
memakai sepatu outflare sampai usia prasekolah. Dari serial terapi tersebut yang paling
penting adalah tahap pertama yaitu elongasi jaringan lunak yang mengalami kontraktur
dengan manipulasi pasif.
Perawatan non operatif tradisional. Dengan pengobatan nonoperatif tradisional,
splintage dimulai pada 2-3 hari setelah kelahiran; hanya membawa kaki ke posisi terbaik
yang dapat diperoleh, dan pertahankan posisi ini baik dengan mengikat setiap beberapa hari
atau dengan mengganti casing setiap minggu sampai koreksi penuh diperoleh atau koreksi
dihentikan oleh kekuatan yang tak tertahankan.

2.8 Asuhan Keperawatan


2.9 Dampak Penyakit Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia

1.Berdampak terhadap kebutuhan aktivitas fisik sehari-hari anak karena, dengan bentuk
kelainan pada kaki akan mengakibatkan anak sulit untuk melakukan aktivitas fisik seperti
bermain, adanya keterlambatan berjalan, kekakuan kaki.

2. Berdampak terhadap kebersihan diri, perawatan dan tatalaksana hidup sehat sedikit
terganggu karena kondisi fisik, kebersihan ini mulai terganggu ketika pasien sudah masuk
usia remaja.

Dafatr pustaka

Ardesa, Yopi Harwinanda. 2015. Efektivitas Penggunaan Dennis Brown Splint Terhadap
Derajat Equinus pada Pasien Congenital Talipes Equinovarus (CTEV). Surakarta:
Departemen Ortotik Prostetik Politeknik Kesehatan Poltekkes Surakarta.

Ismiarto, Yoyos Dias. 2015. Congenital Talipes Equinovarus (Club Foot). Bandung:
Departemen/SME Orthopaedi dan Traumatologi RS Hasan Sadikin Bandung.

Anda mungkin juga menyukai