“CTEV”
Di Susun Oleh :
KELOMPOK 5
PRODI D3 KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Congenital talipes equinovarus (CTEV) yang juga dikenal
sebagai ‘ilub foot’ adalah suatu gangguan perkembangan ekstremitas
inferior yang sering ditemui, tetapi masih jarang dipelajari. CTEV
dimasukkan dalam terminology “sindromik” bila kasus ini ditemukan
bersamaan dengan gambaran klinik lain sebagai suatu bagian dari sindrom
genetik. CTEV dapat timbul sendiri tanpa didampingi gambaran klinik
lain, dan sering disebut sebagai CTEV idiopatik. CTEV sindromik sering
menyertai gangguan neurologis dan neuromuskular, seperti spina
bifida maupun atrofi musiular spinal. Bentuk yang paling sering
ditemui adalah CTEV idiopatik; pada bentuk ini, ekstremitas superior
dalam keadaan normal.
Club foot ditemukan pada hieroglif Mesir dan
perawatannya dijelaskan oleh Hipokrates pada 400 SM dengan lara
memanipulasi kaki dengan lembut untuk kemudian dipasangi perban.
Sampai saat ini, perawatan modern juga masih mengandalkan
manipulasi dan immobilisasi. Manipulasi dan immobilisasi serial yang
dilakukan secara hati-hati diikuti pemasangan gips adalah metode
perawatan modern non-operatif. Cara imobilisasi yang saat ini mungkin
paling efektif adalah metode ponseti; metode ini dapat mengurangi
perlunya operasi. Walaupun demikian, masih banyak kasus yang
membutuhkan terapi operatif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari CTEV ?
2. Jelaskan etiologi dari CTEV !
3. Jelaskan manifestasi klinis CTEV !
C. Tujuan
1. Mahasiswa/i mampu mengetahui definisi dari CTEV
2. Mahasiswa/i mampu mengetahui etiologi dari CTEV
3. Mahasiswa/i mampu mengetahui manifestasi klinik dari CTEV
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Genu varum (juga disebut bow-leggedness, bandiness, bengkok-
kaki, dan tibia vara),adalah cacat fisik ditandai dengan (membungkuk ke
arah luar) dari kaki berkaitan dengan paha, sehingga memberikan
penampilan membungkuk pada seorang . Angulasi biasanya medial
dari tulang paha dan tibia keduanya yang terlibat.
Genu varum (bowleg) kondisi dimana kaki membengkok
keluar pada posisi berdiri. Pembengkokan biasanya terjadi sekitar
lutut, oleh karena itu ketika berdiri dengan dua kaki, lutut akan terpisah
jauh. Genu valgum (knock-knee) adalah kondisi dimana kaki
membungkuk ke arah dalam pada posisi berdiri. Pembengkokan biasanya
terjadi sekitar lutut, oleh karena itu berdiri dengan kaki berjajar bersamaan
kedua kaki akan terpisah jauh. (wheaton resource corp).
Genu valgum adalah istilah latin untuk menggambarkan
bentuk knock-knee atau bentuk kaki seperti huruf x. Bentuk kaki x ini
dapat digambarkan dengan kondisi kaki bagian bawah diposisikan pada
sudut luar, yaitu lutut yang saling menyentuh, sementara pergelangan kaki
terpisah (Dewo Sulistyo. 2011).
CTEV merupakan kelainan kongenital kaki yang paling
penting karena mudah mendiagnosisnya tetapi sulit mengkoreksinya
secara sempurna, meskipun oleh ortopedis yang berpengalaman.
Derajat beratnya deformitas dapat ringan, sedang atau berat, tergantung
fleksibilitas atau adanya resistensi terhadap koreksi. CTEV harus
dibedakan dengan postural clubfoot atau posisional equinovarus
dimana pada CTEV bersifat rigid, menimbulkan deformitas yang
menetap bila tidak dikoreksi segera.
Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut
dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes
(yang berarti kaki). Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari
posisi kelainan ankle dan kaki. Deformitas talipes diantaranya :
1. Talipes varus : inversi atau membengkok ke dalam
2. Talipes valgus : eversi atau membengkok ke luar
3. Talipes equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendanh daripada
tumit
4. Talipes calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada
tumit
5. Club Foot terjadi kelainan berupa :
a. Fore Foot Adduction (kaki depan mengalami adduksi dan supinasi)
b. Hind Foot Varus (tumit terinversi)
c. Equinus ankle (pergelangan kaki dalam keadaan equinus = dalam
keadaan plantar fleksi)
A. Pengkajian
1. Biodata klien
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama,suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
dan alamat. bayi laki-laki dua kali lebih banyak menderita kaki
bengkok daripada perempuan.
Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki. Survei
membuktikan dari 4orang kasus Club foot, maka hanya satu
saja seorang perempuan. Itu berarti perbandingan penderita
perempuan dengan penderita laki-laki adalah 1:3 dan
35%terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar
dizigot.
2. Keluhan utama :
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena
adanya keadaan yang abnormal pada kaki anak yaitu adanya
berbagai kekakuan kaki, atrofi betis kanan, hipoplasia tibia, fibula
dan tulang-tulang kaki ringan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti Klien tidak mengalami keluhan apa-apa selain
adanya keadaan yang abnormal pada kakinya.
4. Riwayat penyakit keluarga
Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
5. Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal
a. Antenatal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah
diderita serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya,
berapa kali perawatan antenatal ,kemana serta kebiasaan minum
jamua-jamuan dan obat yang pernah diminum serat kebiasaan
selama hamil
b. Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang
menolong, carapersalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi
forcep, section secaria dangamelli), presentasi kepala dan
komplikasi atau kelainan congenital. Keadaan saat lahir dan
morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa
kehamilan (cukup,kurang, lebih ) bulan. Saat lahir anak menangis
spontan atau tidak.
c. Postnatal
Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang
berhubungan dengan gagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan
berat badan, warna kulit,pola eliminasi dan respon lainnya.
Selama neonatal perlu dikaji adanya ashyksia, trauma dan
infeksi.
6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar
dada terakhir.Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai
motorik kasar, halus, social, dan Bahasa
7. Riwayat Kesehatan keluarga
Sosial , perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman,
rumah tangga yang harmonis dan pola asuh, asah dan asih. Ekonomi
dan adat istia-adat, berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan
internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan
intelektual dan pengetahuan serta ketrampilan anak. Disamping itu
juga berhubungan dengan persediaan dan pengadaan bahan pangan,
sandang dan papan.
8. Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi anak sangat penting, dengan kelengkapan
imunisasi pada anak mencegah terjadinya penyakit yang mungkin
timbul. Meliputi imunisai BCG,DPT, Polio, campak dan hepatitis.
9. Pola fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi, Makanan pokok utama apakah ASI atau
PASI. pada umur anak tertentu. Jika diberikan PASI
(ditanyakan jenis, takaran dan frekuensi) pemberiaannya serta
makanan tambahan yang diberikan. Adakah makanan yang disukai,
alergi atau masalah makanan yang lainnya).
b. Pola eliminasi, sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu
dikaji BAB atau BAK (Konsistensi, warna, frkuensi dan jumlah
serta bau). Bagaimana tingkat toileting trining sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
c. Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah dicapai
anak pada usia sekelompoknya mengalami kemunduran atau
percepatan.
d. Pola istirahat, kebutuhan istirahat setiap hari, adakah gangguan
tidur, hal-hal yang mengganggu tidur dan yang mempercepat tidur.
e. Pola kebersihan diri, bagaiman perawatan pada diri anak apakah
sudah mandiri atau masih ketergantungan sekunder pada orang lain
atau orang tua.
10. Pemerikasaan fisik
a. Pantau status kardiovaskuler
b. Pantau nadi perifer
c. Pucatkan kulit ekstremitas pada bagian distal untuk
memastikan sirkulasi yang adekuat pada ekstremitas tersebut
d. Perhatikan keketatan gips, gips harus memungkinkan insersi
jari diantara kulit ekstremitas dengan gips setelah gips kering
e. Kaji adanya peningkatan hal-hal berikut:
1) Nyeri
2) Bengkak
3) Rasa dingin
4) Sianosis atau pucat
f. Kaji sensasi jari kaki
1) Minta anak untuk menggerakkan jari kaki
2) Observasi adanya gerakan spontan pada anak yang tidak
mampu berespon terhadap perintah
3) Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda ancaman
kerusakan sirkulasi
4) Intruksikan anak untuk melaporkan adanya rasa kebas atau
kesemutan
g. Periksa suhu (gips plester)
1) Reaksi kimia pada proses pengeringan gips, yang
meningkatkan panas
2) Evaporasi air, yang menyebabkan kehilangan panas
h. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau adanya nyeri tekan
i. Inspeksi bagian dalam gips untuk adanya benda-benda yang
terkadang dimasukkanoleh anak yang masih kecil
j. Observasi adanya tanda-tanda infeksi
1) Periksa adanya drainase
2) Cium gips untuk, adanya bau menyengat
3) Periksa gips untuk adanya ’bercalc panas yang
menunjukkan infeksi dibawah gips
4) Waspadai adanya peningkatan suhu, letargi dan
ketidaknyamanan
k. Observasi kerusakan pernafasan (gips spika)
1) Kaji ekspansi dada anak
2) Observasi frekuensi pernafasan
3) Observasi warna dan perilaku
l. Kaji adanya bukti-bukti perdarahan (reduksi bedah terbuka) :
1) Batasi area perdarahan
m. Kaji kebutuhan terhadap nyeri
B. Analisa data
3. Tanda Mayor
Ds: -
Do:
-Perusakan jaringan
dan/lapisan kulit
Tanda Minor
Terapi konserfativ
Ds: - Pemasangan gips
Gangguan integritas
Do: Gips terlalu ketat
kulih/jaringan
- Nyeri Kompartemen sindrom
berhubungan dengan
- Perdarahan Kerusakan integritas
gips Dibuktikan dengan
- Kemerahan kulit
perusakan jaringan dan/
Hematoma
lapisan kulit (D.0129)
C. Diagnose keperawatan