Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CTEV (Congenital Talipes

Equino Varus)

Oleh :

Kelompok 5

Riki yakup (221440101029)

Salvanisa azzalia zahara(221440101030)

Bella sapira(221440101031)

Putri oktariani(221440101032)

Dinda trisnawati(221440101033)

Siti intan pratiwi(221440101034)

Anisa fitriyani (221440101035)

Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah keperawatan anak


dibimbing oleh: Nopianti, S.Kep., M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH PALEMBANG

PRODI D-III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2023-2024


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah keperawatan anak
dengan tema “asuhan keperawatan pada pasien CTEV”

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari sempurna


dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Palembang, 07 januari 2024

Kelompok 5

1
LP CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)

1. Pengertian CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)

Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa

disebut Clubfoot merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan

deformitas umum dimana kaki berubah dari posisi normal yang umum terjadi

pada anak-anak. CTEV adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan

kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia

(Priciples of Surgery, Schwartz). Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes

(foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan

penderitanya berjalan pada ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata

equino (meng.kuda) dan varus (bengkok ke arah dalam/medial).

Congenital Talipes Equino Varus adalah deformitas kaki yang tumitnya

terpuntir ke dalam garis tungkai dan kaki mengalami plantar fleksi. Keadaan ini

disertai dengan meningginya tepi dalam kaki (supinasi) dan pergeseran bagian

anterior kaki sehingga terletak di medial aksis vertikal tungkai (adduksi). Dengan

jenis kaki seperti ini arkus lebih tinggi (cavus) dan kaki dalam keadaan equinus

(plantar flexi). Congenital Talipes Equino Varus adalah suatu kondisi di mana

kaki pada posisi Plantar flexi talocranialis karena m. Tibialis

anterior lemah,Inversi ankle karena m. Peroneus longus,

brevis dan tertius lemah, Adduksi subtalar danmidtarsal.

2
2. Penyebab CTEV

Etiologi Congenital Talipes Equino Varus sampai saat ini belum diketahui pasti

tetapi diduga ada hubunganya dengan : Persistence of fetal positioning, Genetic,

Cairan amnion dalam ketuban yang terlalu sedikit pada waktu

hamil(oligohidramnion), Neuromuscular disorder (Kadang kala ditemukan

bersamaan dengan kelainan lain seperti Spina Bifida atau displasia dari rongga

panggul). Ada beberapa teori yang kemungkinan berhubungan dengan CTEV:

1. Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak

dibuahi dan muncul sebelum fertilisasi.

2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel

germinativum yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang

mengimplikasikan defek terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12

kehamilan.

3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain

hambatan temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekbvitar minggu

ke-7 sampai ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitasclubfoot yang

jelas, namun bila hambatan ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah

deformitasclubfoot yang ringan hingga sedang. Teori hambatan perkembangan ini

dihubungkan dengan perubahan pada faktor genetic yang dikenal sebagai

“Cronon”.“Cronon” ini memandu waktu yang tepat dari modifikasi progresif

setiap struktur tubuh semasa perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi

karena elemen disruptif (lokal maupun umum) yang menyebabkan perubahan

faktor genetic (cronon).

3
4. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibatintrauterine

crowding.

5. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.

6. Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.

7. Sindrom Edward, yang merupakan kelainan genetic pada kromosom

nomer 18

8. Pengaruh luar seperti penekanan pada saat bayi masih didalam kandungan

dikarenakan sedikitnya cairan ketuban (oligohidramnion)

9. Dapat dijumpai bersamaan dengan kelainan bawaan yang lain seperti spina

bifida

10. Penggunaan ekstasi oleh ibu saat sedang mengandung

3. Patofisiologi CTEV

Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli

mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan

yang terbatas dalam rahim. Ahli lain mengatakan bahwa kelainan terjadi karena

perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah

fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan. Pertumbuhan yang terganggu pada

fase tersebut akan menimbulkan deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan

intrauterine.

Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki, dan bilateral pada 50 % kasus.

Kemungkinan terjadinya deformitas secara acak adalah 1 : 1000 kelahiran.

Pemeriksaan pada bayi kaki pekuk menunjukkan equinus kaki belakang, varus

4
kaki belakang dan kaki tengah, adduksi kaki depan dan berbagai kekakuan. Semua

temuan ini adalah akibat dislokasi medial sendi talonavikuler. Pada anak yang

lebih tua, atrofi betisdan kaki lebih nyata daripada bayi, tanpa memandang

seberapa baik kaki terkoreksi atau fungsionalnya.

4. Pathway

5
5. Manifestasi Klinis CTEV

1. Tidak adanya kelainan congenital lain

2. Berbagai kekakuan kaki

3. Hipoplasia tibia, fibula, dan tulang-tulang kaki ringan

4. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat

relatif memendek.

5. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau

cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit

tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada

bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis,

tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi.

6. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat

diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi

varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis

dan postural atau positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah

dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki

tidak dapat didorsofleksikan ke posisi netral, bila disorsofleksikan akan

menyebabkan terjadinya deformitas rocker-bottomdengan posisi tumit equinus

dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan terlambat pada

kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi

pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus

pada bagian bawahnya.

6
7. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal

anterior tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial,

plantar dan terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus

medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal

yaitu 85° menjadi 55° karena adanya perputaran subtalar ke medial.

8. Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot

tibialis anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan

otot-otot peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal

kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki memendek. Otot triceps surae

mempunyai kekuatan yang normal.

9. Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina

bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk

melihat adanya subluksasi atau dislokasi.

» Diagnosis Banding

1. Postural clubfoot- disebabkan oleh posisi fetus dalam uterus. Kaki dapat

dikoreksi secara manual oleh pemeriksa. Mempunyai respon yang baik dan cepat

terhadap serial casting dan jarang akan kambuh kembali.

2. Metatarsus adductus (atau varus)- adalah deformitas pada metatarsal saja.

Kaki bagian depan mengarah ke bagian medial dari tubuh. Dapat dikoreksi

dengan manipulasi dan mempunyai respon terhadap serial casting.

7
6. Pemeriksaan Diagnostic CTEV

Deformitas ini dapat dideteksi secara dini pada saat prenatal dengan

ultrasonography atau terdeteksi saat kelahiran.

7. Penatalaksanaan CTEV

Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif.

Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :

1. Non-Operative :

Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan

remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga

tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai

keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah

kembalinya deformitas.

Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast” yang

dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi

ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan

latihan kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.

Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari

sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan

yang cepat pada periode ini. Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi

bedah untuk memperbaiki struktur yang berlebihan, memperpanjang atau

transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di “cast” sampai tujuan

8
koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang

diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan

menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.

Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada

anak dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang lama

pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan

tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting

pada pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup

tentang diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian “cast”

secara teratur untuk menunjang penyembuhan.

Perawatan “cast” (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan

orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada

batasan karena deformitas atau therapi yang lama. Perawatan “cast” meliputi :

– Biarkan cast terbuka sampai kering

– Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal

pada hari pertama atau sesuai intruksi

– Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna

kulit dan laporkan bila ada perubahan yang abnormal

– Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi

adanya rasa nyeri

9
– Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih

otot-otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.

– Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma

– Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-

benda kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak

– Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada

tepi cast dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat

– Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air

2. Operatif

1. Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :

– Jika terapi dengan gibs gagal

– Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan

1. Operasi dilakukan dengan melepasakan jaringan lunak yang mengalami

kontraktur maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus

club foot yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat.

2. Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini

dimulai dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan

posterior release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki

posterior, dan kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki

dengan melakukan release talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis

posterior.(Ini Menurut BuKu Appley).

10
3. Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10

tahun atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakan artrodesis

triple yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art.

talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.

8. Komplikasi CTEV

1. Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada

terapi konservatif mungkin dapat terjadi masalah pada kulit, dekubitus oleh karena

gips, dan koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat

selama dan setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan

dikarenakan tekanan dari cast.Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas

dapat menarik kulit menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu.

Ini membuat bagian kecil dari kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh

dengan berjalannya waktu, dan jarang memerlukan cangkok kulit.

2. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi

setelah operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan

untuk mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.

3. Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah

dan saraf mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk

oleh tulang rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari

kaki. Deformitas ini biasanya terkoreksi sendir dengan bertambahnya usia

4. Komplikasi bila tidak diberi pengobatan : deformitas menetap pada kaki

11
Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

 Biodata klien :

Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,

suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan alamat. bayi laki-laki

dua kali lebih banyak menderita kaki bengkok daripada perempuan.

Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki. Survei membuktikan dari 4 orang

kasus Club foot, maka hanya satu saja seorang perempuan. Itu berarti

perbandingan penderita perempuan dengan penderita laki-laki adalah 1:3 dan 35%

terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot.

 Keluhan Utama :

Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena adanya keadaan yang

abnormal pada kaki anak yaitu adanya berbagai kekakuan kaki, atrofi betis kanan,

hipoplasia tibia, fibula dan tulang-tulang kaki ringan.

 Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti

Klien tidak mengalami keluhan apa-apa selain adanya keadaan yang abnormal

pada kakinya.

 Riwayat penyakit keluarga

Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi

mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

 Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal

12
1. Antenatal

Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya yang

dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan antenatal , kemana

serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan obat yang pernah diminum serat

kebiasaan selama hamil.

1. Natal

Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara

persalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria dan

gamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan congenital. Keadaan saat

lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa kehamilan (cukup,

kurang, lebih ) bulan. Saat lahir anak menangis spontan atau tidak.

1. Postnatal

Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan gagguan

sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit,pola eliminasi dan

respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji adanya ashyksia, trauma dan infeksi.

 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada terakhir.

Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar, halus, social, dan

bahasa.

 Riwayat Kesehatan Keluarga

Sosial , perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman, rumah tangga yan

harmonis dan pola suh, asah dan asih. Ekonomi dan adat istiaadat, berpengaruh

13
dalam pengelolaan lingkungan internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi

perkembangan intelektual dan pengetahuan serta ketrampilan anak. Disamping itu

juga berhubungan dengan persediaan dan pengadaan bahan pangan, sandang dan

papan.

 Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi anak sangat penting, dengan kelengkapan imunisasi pada anak

mencegah terjadinya penyakit yang mungkin timbul. Meliputi imunisai BCG,

DPT, Polio, campak dan hepatitis.

 Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola nutrisi, Makanan pokok utama apakah ASI atau PASI. pada umur

anak tertentu. Jika diberikan PASI (ditanyakan jenis, takaran dan frekuensi)

pemberiaannya serta makanan tambahan yang diberikan. Adakah makanan yan

disukai, alergi atau masalah makanan yang lainnya).

2. Pola eliminasi, sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu dikaji

BAB atau BAK (Konsistensi, warna, frkuensi dan jumlah serta bau). Bagaimana

tingkat toileting trining sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

3. Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah dicapai anak pada usia

sekelompoknya mengalami kemunduran atau percepatan.

4. Pola istirahat, kebutha istirahat setiap hari, adakah gangguan tidur, hal-hal

yang mengganggu tidur dan yang mempercepat tidur.

5. Pola kebersihan diri, bagaiman perawatan pada diri anak apakah sudah

mandiri atau masih ketergantuangan sekunder pada orang lain atau orang tua.

 Pemeriksaan Fisik

14
1. Pantau status kardiovaskuler

2. Pantau nadi perifer

3. Pucatkan kulit ekstremitas pada bagian distal untuk memastikan sirkulasi

yang adekuat pada ekstremitas tersebut

4. Perhatikan keketatan gips, gips harus memungkinkan insersi jari diantara

kulit ekstremitasdengan gips setelah gips kering

5. Kaji adanya peningkatan hal-hal berikut:

– Nyeri

– Bengkak

– Rasa dingin

– Sianosis atau pucat

1. Kaji sensasi jari kaki

– Minta anak untuk menggerakkan jari kaki

– Observasi adanya gerakan spontan pada anak yang tidak mampu berespon

terhadap perintah

– Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda ancaman kerusakan sirkulasi

– Intruksikan anak untuk melaporkan adanya rasa kebas atau kesemutan

1. Periksa suhu (gips plester)

– Reaksi kimia pada proses pengeringan gips, yang meningkatkan panas

– Evaporasi air, yang menyebabkan kehilangan panas

1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau adanya nyeri tekan

15
2. Inspeksi bagian dalam gips untuk adanya benda-benda yang terkadang

dimasukkan oleh anak yang masih kecil

3. Observasi adanya tanda-tanda infeksi:

– Periksa adanya drainase

– Cium gips untuk adanya bau menyengat

– Periksa gips untuk adanya ”bercak panas” yang menunjukkan infeksi

dibawah gips

– Waspadai adanya peningkatan suhu, letargi dan ketidaknyamanan

1. Observasi kerusakan pernapasan (gips spika)

– Kaji ekspansi dada anak

– Observasi frekuensi pernafasan

– Observasi warna dan perilaku

1. Kaji adanya bukti-bukti perdarahan (reduksi bedah terbuka):

– Batasi area perdarahan

1. Kaji kebutuhan terhadap nyeri

II. Analisa data

Masalah
No Data Penunjang Etiologi Keperawata
n

1. DS: ibu pasien Kondisi janin saat Gg


mengatakan anak nya sulit dikandungan mobilitas
bergerak, sering menangis fisik
saat anaknya mencoba ⬇
bergerak kaki nya dan

16
tmenolak untuk berjalan Kelainan perkembangan

DO: kedua kaki pasien ⬇


tampak bengkok dan
pasien tampak kesulitan Fase fibular
berjalan. ⬇

CTEV

Calceneus, navikular
cuboid terotasi kearah
medial terhadap talus

Inversi pada sendi subtalar


(tungkai)

Bentuk kaki abnormal

Gg mobilitas fisik

III. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang disusun berdasarkan prioritas sesuai dengan


keadaan klien. Berikut diganosis keperawatan pada hipertensi

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang

ditandai dengan mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, adanya nyeri dan menolak

untuk berjalan

17
IV. Rencana Asuhan Keperawatan

Adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada

pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran yang diharapakan

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI

O KEPERAWATAN KRITERIA

HASIL

1. Gangguan Setelah dilakukan Observasi

mobilitas fisik asuhan keperawatan


1. identifikasi adanya nyeri
berhubungan dengan 1 × 24 jam
atau keluhan fisik lainnya
kerusakan integritas diharapkan
2. Identifikasi toleransi fisik
struktur tulang mobilitas fisik
melakukan pergerakan
ditandai dengan meningkat dengan

mengeluh sulit kriteria hasil 3. monitor kondisi umum

menggerakan selama melakukan mobilisasi


1. Pergerakan
ekstremitas, adanya Teraupetik
eksremitas
nyeri dan menolak
meningkat 1. Fasilitasi aktivitas
untuk berjalan
2. Nyeri menurun mobilisasi dengan alat bantu

3. Gerakan terbatas 2. Libatkan keluarga untuk

menurun membantu pasien dalam

meningkatkan pergerakan

Edukasi

18
1. Jelaskan tujuan dan

prosedur mobilisasi

2. Ajarkan mobilisasi

sederhana yang harus

dilakukan( mis. Duduk

ditempat tidur , duduk disisi

tempat tidur ,pindah dari

tempat tidur ke kursi)

V. Implementasi

Implementasi/pelaksanaan keperawatan adalah realisasi tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah

pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.

VI. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi

keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah

diberikan (Deswani, 2009).

19
VII. Dokumentasi

dokumentasi keperawatan adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan yang

dilakukan perawat terhadap pelayanan keperawatan yang telah diberikan kepada

klien, berguna untuk klien, perawat dan tim kesehatan lain sebagai tangung jawab

perawat dan sebagai bukti dalam persoalan hukum

20
PENUTUP

Kesimpulan

Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan

istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana

kaki berubah dari posisi normal yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah

deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai,

adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery,

Schwartz).

Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli

mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan

yang terbatas dalam rahim dan perkembangan embryonic yang abnormal yaitu

saat perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan.

Treatment dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu :

koreksi dari deformitas,mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot

normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas.

Pemasangan gips serial segera dimulai setelah kelahiran.

Saran

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kepada para pembaca khususnya pada

orang tua, jika mempunyai bayi baru lahir, sebaiknya memperhatikan kondisii

bayinya, bila orang tua malihat ketidaksesuain bentuk dari kedua kaki

bayi segeralah meminta konfirmasi pada petugas medis tentang keadaan kaki

bayi. Bila ternyata ada kelainan sebaiknya segera berobat ke dokter spesialis

orthopedic untuk mendapatkan pengobatan sedini mungkin karena pengobatan

21
CTEV ini secara bertahap dan berkelanjutan sehingga harus sabar dan rutin

kontrol serta mematuhi anjuran dokter agar tercapai hasil yang optimal.

Selain itu, diharapkan juga kepada tenaga medis khususnya perawat agar lebih

tepat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan CTEV.

22

Anda mungkin juga menyukai