Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH HAJI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. Nadiyah Putri Ilhamsyah


2. Laila Tasya Kamila
3. Dinda Nurwahyuni A

PRODI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah gigih memperjuangkan agama yang Hari
ini sehingga sampai pada kita semua.
Alhamdulillahirrabbil’alamin, makalah tentang Haji dapat terselesaikan
dengan baik, semoga kita semua suatu saat nanti dapat berkunjung ke Baitullah
aamiin. Karena ibadah Haji merupakan salah satu rukun Islam yang terakhir,betapa
bahagianya kita bila mampu menyempurnakan.
Penyusunan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran
AIK IV, semoga makalah ini dapat membantu teman-teman untuk memperdalam
materi pembelajaran.
Kami berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi semuanya, kritik dan saran
kami harapkan guna perbaikan dalam menyusun makalah ini dan makalah-makalah
selanjutnya.

Makassar 15 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 4
B. TUJUAN ............................................................................................................... 4
C. RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 4
BAB II .............................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
A. DEFINISI HAJI ....................................................................................................... 5
B. DASAR HUKUM HAJI ............................................................................................ 5
C. SYARAT IBADAH HAJI ........................................................................................... 6
D. RUKUN HAJI......................................................................................................... 7
E. WAJIB HAJI ........................................................................................................ 10
F. LARANGAN SAAT BERHAJI ................................................................................. 12
G. PERBEDAAN HAJI DAN UMRAH .......................................................................... 14
H. MACAM-MACAM HAJI ....................................................................................... 16
BAB III ........................................................................................................................... 19
PENUTUP ...................................................................................................................... 19
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 19
B. SARAN ............................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 21
References .................................................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Telah ditetapkan dari Nabi SAW dalam hadis Bukhori dan Muslim
bahwa beliau bersabda : “ Islam itu dibangun atas lima dasar “ yaitu : 1)
Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utan Allah, 2)
Menegakkan sholat, 3) Menunaikan zakat, 4) Puasa Ramadhan, 5) Pergi haji
ke baitulah.
Haji adalah salah satu rukun dari rukun Islam, tidak sempurna Islamnya
seseorang yang mampu menunaikan ibadah haji sampai ia berhaji. Tetapi
merupakan nikmat Allah ta’ala bahwa haji itu diwajibkan sekali seumur hidup.
Melaksanakan haji itu hanya untuk mencari ridha Allah semata, tidak riya’ dan
sum’ah. Melaksanakannya juga hendaklah sesuai dengan apa yang dituntunkan
Nabi SAW.

B. TUJUAN

Mengetahui definisi dari haji, kemudian mengetahui dasar hukum, cara


pelaksanaan, syarat dan rukun serta apa saja hal-hal yang dilarang dalam
berhaji.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari haji?


2. Apa dasar hukum dari haji?
3. Bagaimana cara pelaksanaan haji?
4. Kapan waktu pelaksanaan haji?
5. Apa syarat dan rukun haji?
6. Apa saja hal yang dilarang dalam haji?
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI HAJI

Haji (al-hajju) dalam bahasa Arab berarti al- qashu yaitu menyengaja atau
menuju. Dalam istilah syara’ al-hajj berarti sengaja mengunjungi ka’bah untuk
melakukan ibadah tertentu.
Haji termasuk ibadah yang telah dikenal pada syariat agama-agama
terdahulu, sebelum Islam. Nabi Ibrahim dan Isma’il membangun Ka’bah sebagai
rumah ibadah unt menyembah Allah semata dan beliau menyeru umat manusia
untuk berhaji ke Baitullah. Orang-orang mematuhi seruannya, datang dari berbagai
penjuru dan mempelajari dasar-dasar agama tawhid.
Menurut pengertian bahasa (lughah), haji mempunyai arti: ‫ القلصد‬yaitu
menyengaja atau menuju.
Menurut pengertian syara’, yang dimaksudkan dengan haji yaitu:
menyengaja mengunjungi Ka`bah atau Baitullah di tanah suci Makkah untuk
melakukan beberapa amal ibadah, dengan tata cara dan syarat-syarat tertentu.
B. DASAR HUKUM HAJI

Para ulama telah sepakat bahwa melaksanakan ibadah haji itu wajib
hukumnya bagi setiap umat Islam yang mampu.
Ibadah haji termasuk rukun Islam yang diwajbkan sekali seumur hidup
berdasarkan firman Allah sebagai berikut :

ِ ِ َّ‫علَى الن‬
ِ‫اس ِحج‬ ِِٰ ِ ‫ن َد َخلَهِ كَانَِ ٰا ِمنًِاِۗ َو‬
َ ‫لِل‬ ِ َ‫ت َّمق‬
ِْ ‫ام اِ ْب ٰر ِه ْي َِم ِە َو َم‬ ِ ‫ت بَ ِي ٰن‬ِ ‫فِ ْي ِِه ٰا ٰي‬
َِ ‫َن ا ْل ٰعلَ ِم ْي‬
‫ن‬ ِِ ‫غنِيِ ع‬ َِٰ َِّ‫ن َكفَ َِر فَاِن‬
َ ‫ّللا‬ ِْ ‫لِۗ َو َم‬ َ ‫ع اِلَ ْي ِِه‬
ًِ ‫سبِ ْي‬ َ ‫طا‬َ َ ‫ست‬
ْ ‫نا‬ ِِ ‫ا ْلبَ ْي‬
ِِ ‫ت َم‬
Artinya : “….. mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (QS.Ali Imran : 97).
Kewajiban haji hanya sekali seumur hidup, sedangkan haji berikutnya
hukumnya sunah. Sabda Rasulullah saw.

َ َ‫ن َزا َِد فَه َِو ت‬


‫ط َّوع‬ ِْ ‫مرةِ فَ َم‬
َّ ِ‫أَلْ َحج‬
Artinya :“Haji itu wajibnya hanya satu kali, dan selebihnya adalah sunnah” (HR.
Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah)
Sabda Rasulullah SAW :

ِِ ‫الزكَا ِِة َوا ْل َح‬


‫ج‬ َّ ‫اء‬ ِِ َ‫ّللا َو ِإق‬
ِِ َ‫ام الص ََّل ِِة َو ِإيت‬ ِْ َ‫ع َلى أ‬
َِّ ‫ن يِ َو َّح َِد‬ َ ‫ع َلى َخ ْم‬
َ ِ‫سة‬ َ ِ‫س َلم‬ ِْ
ْ ‫اْل‬
َِ‫ام َر َمضَان‬
ِِ َ‫َو ِصي‬
Artinya: “Islam itu ditegakkan atas lima dasar yaitu: bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa nabi Muhammad itu utusan Allah, mendirikan salat,
menunaikan zakat, mengerjakan haji, dan berpuasa pada bulan Ramadan”. (HR.
Bukhari dan Muslim)
C. SYARAT IBADAH HAJI

Syarat wajib haji adalah sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh seseorang sehingga dia
diwajibkan untuk melaksanakan haji, dan barang siapa yang tidak memenuhi salah
satu dari syarat-syarat tersebut, maka dia belum wajib menunaikan haji.
Kewajiban haji ini dibebankan atas orang yang telah mmenuhi beberapa
persyaratan, yaitu :
1. Islam. Seperti ibadah lainnya, haji tidak wajib dan tidak sah dilakukan oleh
orang kafir.
2. Baligh.
3. Berakal.
4. Merdeka, sebab tuan seorang budak berhak atas manfaat dirinya, dan
membebankan kewajiban haji atas budak dapat merugikan kepentingan
tuannya. Nabi bersabda :

‫ج ث َِّم ا ْعتِقَِ فَ َعلَيْ ِِه َح َّجةِ ا ْخ َرى‬ ِ ‫اَي َما ع‬


َِّ ‫َبد َح‬
Artinya : seorang hamba yang telah haji, kemudian dimerdekakan, maka wajib
atasnya haji sekali lagi.
5. Mampu. Allah SWT menyatakan bahwa haji itu adalah bagi mereka yang
mampu. Para ulama menafsirkan kemampuan (istita’ah) itu dengan :
a. Tersedianya bekal untuk perjalanan pergi dan kembali selama berada di
tanah suci.
b. Tersedianya kendaraan, baik dengan memiliki atau dengan menyewa,
dengan harga atau sewa yan pantas. (kendaraan disyaratkan bagi mereka
yang tempat tinggalnya jauh).
c. Aman di perjalanan, artinya tidak ada ancaman yang berarti terhadap jiwa,
kehormatan, dan hartanya.
d. Memugkinkan melakukan perjalanan. Artinya, setelah seseorang
mendapatkan biaya, masih tersedia cukup waktu untuk melakukan
perjalanan haji.
Akan tetapi haji yang dilakukan oleh anak kecil dan budak tidak menggugurkan
kewajiban hajinya sebagai seorang Muslim, menurut pendapat yang lebih kuat,
berdasarkan hadits:
“Barang siapa (seorang budak) melaksanakan haji, kemudian ia dimerdekakan,
maka ia berkewajiban untuk melaksanakan haji lagi, barang siapa yang
melaksanakan haji pada usia anak-anak, kemudian mencapai usia baligh, maka ia
wajib melaksanakan haji lagi.“
Adapun “mampu” hanya merupakan syarat wajib haji. Apabila seorang yang
“tidak mampu” berusaha keras dan menghadapi berbagai kesulitan hingga dapat
menunaikan haji, maka hajinya dianggap sah dan mencukupi. Hal ini seperti shalat
dan puasa yang dilakukan oleh orang yang kewajiban tersebut telah gugur darinya.
Maka shalat dan puasanya tetap sah dan mencukupi.
D. RUKUN HAJI

Rukun yaitu sesuatu yang tidak sah haji melainkan dengan melakukannya,
dan ia tidak boleh diganti dengan dam (menyembelih binatang disebabkan
melakukan hal-hal yang dilarang dalam pelaksanaan ibadah haji).
1. Ihram
Ihram (niat). Yakni berniat memulai ibadah haji atau umrah dengan
mengenaka pakaian ihram yaitu slendang yang menutup bagian badan atas kecuali
kepala dan sarung yang menutup badan bagain bawah.
Yang dimaksud dengan ihram yaitu berniat untuk memulai ibadah haji. Nabi SAW
bersabda :

َ ْ ‫اِنَّ َما‬
ِِ ‫اْل ْع َمالِ ِبا لنِ َّيا‬
‫ت‬
Artinya : “sesungguhnya, tiap-tiap amal hanya (sah)dengan niat…(Muttafaq
‘Alayh).
Berdasarkan hadits ini jelaslah bahwa niat (ihram) haji temasuk rukun haji.
Akan tetapi, melakukan ihram dari miqat merupakan salah satu wajib haji. Miqat
itu ada dua macam, yaitu miqat zamani dan miqat makani.
Miqat zamani bagi ibadah haji adalah bulan-bulan Syawal, Zu al-qa’dah dan
sepuluh hari dari bulan Zu al-hijjah. Ihram untuk haji tidak sah dilakukan kecuali
pada bulan-bulan ini.
Miqat Makani ialah tempat-tempat yang ditentukan untuk melakukan
ihram, menurut daerah asal atau arah datangnya dalam perjalanan ke Makkah.
Orang yang dalam perjalanannya tidak melewati salah satu miqat ini, maka
miqatnya adalah tempat yang setentang dengan miqat terdekat dengan jalan yang
dilaluinya.
Bagi orang yang bertempat tinggal atau muqim di Makkah muqatnya adalah
kota Makkah itu sendiri, sedangkan orang yang tinggal di luar kota Makkah, tetapi
tidak melampaui salah satu dari miqat tersebut diatas, maka miqatnya adalah
desanya sendiri, dan mereka ihram dari tempat tinggalnya.
Sunnah dalam persiapan melakukan ihram :
1. Mandi, sekalipun ia perempuan yang sedang haid atau nifas. Dalam hadits Zayd
ibn Sabit disebutkan : “Nabi SAW mandi untuk melakukan ihramnya.
(HR.Tirmidzi).
2. Menanggalkan pakaian berjahit yang sedang dipakainya.
3. Memakai izar (sarung), rida’ (selendang) dan sandal. Dan sebaiknya kain
selendang itu berwarna putih. (HR.Abu Dawud dan Tirmidzi).
4. Memakai wangi-wangian pda tubuhnya.
5. Melakukan shalat dua rakaat.
Selanjutnya, setelah melakukan hal-hal ini barulah ihram dilakukan dengan berniat
melakukan haji, sambil mengucapkan talbiyah.
2. Wuquf
Artinya hadir di Arofah mulai dari tergelincir matahari (waktu dzuhur)
tanggal 9 dzulhijjah sebelum terbit fajar pada tanggal 10 dzulhijjah. Arofah adalah
nama suatu padang disebelah timur kota Makkah yang jaraknya kurang lebih 9 mil.
Wuquf dilaksanakan di Arafah pada waktu antara tergelincir matahari pada hari
Arafah sampai terbit fajar pada hari idul Adha.
Sunnah melaksanakan wuquf :
1. Mandi.
2. Berwuquf di dekat al-sakhrat, jabal al-Rahmah, yakni tempat Nabi melakukan
wuqufnya.
3. Menghadap ke Kiblat, karena Nabi SAW juga selalu menghadap qiblat, dan
itulah arah yang terbaik pada setiap majlis.
4. Banyak berdo’a, untuk dirinya, orang tuanya, dan sebagainya. Diantara doa
yang baik diucapkan alah : ِ‫حدَهِ ْلَش َِريْكَِ لَه‬
ْ ‫ْلَاِلَهَِ اِْلَّّللاِ َو‬
5. Mengangkat tangan ketika berdo’a.
6. Berwuquf sejak tergelincir matahari sampai terbenamnya.

3. Thawaf

Thawaf adalah mengelilingi ka`bah sebanyak tujuh kali putaran, dimulai


dari hajar aswad, dengan posisi ka`bah disebelah kiri orang yang thawaf.
Thawaf yang menjadi rukun haji ialah thawaf ifadah. Para ulama telah ijma’ bahwa
itulah yang dimaksudkan dalam ayat :

ِِ ْ‫ث َِّم لْيَقْض ْوا تَفَثَه ِْم َولْي ْوف ْوا نذ ْو َره ِْم َولْيَطَّ َّوف ْوا ِبالْبَي‬
ِ ‫ت ا ْلعَتِي‬
ِ‫ْق‬

Artinya :”…dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan


hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Baitullah).” (QS. Al-Hajj : 29).

Selain thawaf ifadah yang menjadi rukun haji, ada dua thawaf yang berkaitan engan
pelaksanaan haji, yaitu thawaf qudum, sunnah dilakukan ketika tiba di Makkah, dan
thawaf wada’ yang diwajibkan ketika hendak meninggalkan kota suci itu.

Thawaf artinya mengelilingi baitullah sebanyak tujuh kali, dengan memenuhi


beberapa syarat, yaitu :

1. Menutup aurat
2. Thahrah dari hadats dan najis pada badan, pakaian dan tempat.
3. Menempatkan baitullah di sebelah kirinya.
4. Dimulai dari hajar aswad.
5. Thawaf itu dilakukan dalam masjid, tetapi diluar baitullah.
4. Sa’i

Sa’i yakni berlari kecil antara bukit shofa dan bukit marwah.

Dalam mengerjakan sa’i, harus diperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Sa’i mesti dikerjakan setelah melakukan thawaf terlebih dahulu, sesuai contoh
yang diberikan oleh Rasulullah SAW. Bila sa’i tidak dikerjakan setelah thawaf
qudum, maka ia harus dikerjakan setelah thawaf ifadah.
2. Tartib, dimulai dari Shafa.
3. Sa’i itu mesti dikerjakan tujuh kali dengan ketentuan bahwa perjalanan dari
Shafa ke Marwah dihitung satu kali, dan berikutnya dari Marwah ke Shafa pun
demikian.
Dalam beberapa hadits, Nabi SAW melakukan sa’i setelah selesai thawaf. Beliau
naik ke atas bukit Shafa, sehingga baitullah tampak olehnya, kemudian beliau
menghadap ke sana, bertakbir dan mengucapkan dzikir dan doa seraya mengangkat
tangannya.

5. Tahalul

Yang dimaksud tahalul adalah penghalalan beberapa larangan dalam


berihram. Adapun penghalalannya seperti: memakai pakaian biasa, memakai
wangi-wangian, bercukur, dan lain sebagainya. Kecuali nikah dan menggauli
istrinya, masih tetap dilarang (haram), sampa selesai thawaf ifadhah yang
dinamakan tahalul kedua.

Setelah melakukan tahalul, masih berkewajiban malanjutkan pekerjaan


hajinya yang belum selesai, yaitu melempar jumrah dan bermalam di Mina pada
hari tasyriq.

6. Tertib

Dalam hal ini tertib berarti melaksanankan rukun-rukun haji ssuai dengan
urutan yang semestinya. Ihram mesti dikerjakan sebelum melakukan yang lainnya,
wuquf harus lebih dulu sebelum thawaf ifadhah, dan thawaf mesti lebih dahulu
daripada sa’i kecuali bila sa’i telah dikerjakan setelah thawaf qudum.

E. WAJIB HAJI

1. Ihram (yakni niat berhaji dari Miqot)


2. Bermalam di Muzdalifah

Waktu bermalam di Muzdalifah ialah pada malam hari nahar, setelah selesai
melakukan wuquf di Arafah. Firman Allah SWT :

ِ‫ن ع ََرفَات‬ ْ َ‫ن َّربِك ِْمِۗ َف ِاذَآ اَف‬


ِْ ‫ضت ِْم ِم‬ ِْ َ‫ن تَبْتَغ ْوا ف‬
ًِ ‫ض‬
ِْ ‫ل ِم‬ ِْ َ‫علَيْك ِْم جنَاحِ ا‬
َ ‫س‬
َِ ‫لَي‬
ِ‫ن قَبْ ِلهِ َل ِم َن‬ ِْ ‫امِۖ َواذْكر ْوهِ َك َما هَ ٰدىك ِْمِ َوا‬
ِْ ‫ِن كنْت ِْم ِم‬ ِِ ‫شعَ ِِر الْ َح َر‬ َِٰ ‫فَاذْكروا‬
ْ ‫ّللا ِع ْن َِد الْ َم‬
َِ‫الض َّۤا ِليْن‬
Artinya : “…Maka apabila kamu telah bertolak dari ´Arafat, berdzikirlah
kepada Allah di Masy´arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah
sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum
itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat”. (QS. Al-Baqarah : 198)

Masy’arilharam yang dimaksudkan dalam ayat itu adalah Muzdalifah yang


juga disbut Jam’. Beberapa ulama tabi’in memasukannya pada fardhu haji, apabila
meninggalkannya akan diwajibkan qadha tahun berikutnya, Jumhur mengatal=kan
itu wajib, bila ditinggalkan mewajibkan dam, tetapi ada juga yang mengatakan
sunnah.

Dalam beberapa riwayat Nabi SAW bertolak dari Arafah setelah terbenam
matahari, berjalan dengan tenang, tetapi ditempat-tempat yang lapang beliau
mempercepat jalan kendaraannya, dan melakukan shalat maghrib dan isya’ dengan
jama’ di Muzdailifah, dan tetap di Muzdalifah sampai terbit fajar kemudian shalat
subuh.

Pada waktu berada di Muzdalifah, disunnahkan pula mengambil batu-batu


untuk digunakan melempar jumrah pada hari sesudahnya. Sebelum bertolak ke
Mina untuk melempar jumrah ‘Aqabah, setelah subuh Nabi naik ke Qazh untuk
berdo’a sampai cahaya matahari menguning dari timur sebelum matahari terbit.

3. Bermalam di Mina

Yakni bermalam di Mina. Mina merupakan kota antara Makkah dan


Muzdalifah, yang jaraknya 8 km dari kota Makkah dan 5 km dari Muzdalifah.
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa Nabi SAW bermalam di Mina selama hari-
hari tasyriq.

4. Melempar Jumrah

Pada hari Nahr 10 Zulhijjah, di Mina dilakukan melempar jumrah Aqobah


dengan tujuh batu. Melempar jumrah ini disunnahkan setelah terbit matahari.
Kemudian pada hari-hari tasyriq, setiap hari dilakukan pelemparan tiga jumrah,
mulai dari jumrah pertama yang berada dekat masjid al-Khayf atau jumrah Ula,
jumrah kedua jumrah Wustho dan jumrah Aqabah, masing-masing dengan tujuh
batu. Waktu yang baik untuk melempar yaitu mulai tergelincirnya matahari sampai
terbenamnya matahari seriap hari,

Pada setiap kali melempar, disunnahkan membaca takbir. Dan setelah


selesai melemparkan tujuh batu pada jumrah pertama disunnahkan berhenti
beberapa waktu untuk berdo’a, begitu pula pada jumrah kedua, namun Nabi tidak
berhenti setelah jumrah ketiga.

Bila seseorang tidak mampu melakukannya, karena sakit misalnya, maka


boleh meminta orang lain untuk menggantikannya.

5. Thawaf Wada’

Thawaf Wada’ yakni thawaf yang diwajibkan ketika hendak meninggalkan


kota Makkah.

Thawaf wada’ adalah sebagai penghormatan terakhir pada Masjidil Haram.


Jadinya thawaf wada’ adalah amalan terakhir bagi orang yang menjalankan haji
sebelum ia meninggalkan Mekkah, tidak ada lagi amalan setelah itu.

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,

ِ ‫َن ا ْل َحا ِئ‬


ِ‫ض‬ َِ ‫ ِإْلَِّ أَ َّنهِ خ ِف‬، ‫ت‬
ِِ ‫ف ع‬ ِِ ْ‫ع ْه ِد ِه ِْم ِبالْ َبي‬
َ ِ‫آخر‬
ِ ‫ن‬ ِْ َ‫أ ِم َِر النَّاسِ أ‬
َِ ‫ن َِيكو‬

Artinya : “Manusia diperintahkan menjadikan akhir amalan hajinya adalah


di Baitullah (dengan thowaf wada’) kecuali hal ini diberi keringanan bagi wanita
haidh.” (HR. Bukhari no. 1755 dan Muslim no. 1328).

F. LARANGAN SAAT BERHAJI

Beberapa perbuatan yang haram dilakukan selama berihram, dan orang


yang melanggarnya wajib membayar dam. Larangan tersebut ialah :

1. Mencukur rambut, Allah SWT berfirman :


ْ ‫ِن احْ ِص ْرت ِْم فَ َمِا ا‬
َ ‫ستَ ْي‬
َِ ‫س َِر ِم‬
... ‫ن‬ ِْ ‫لِلِۗ فَا‬
ِِٰ ِ َِ‫ج َوا ْلع ْم َرة‬
َِّ ‫َواَتِموا ا ْل َح‬
‫َان ِمِْنك ِْم‬
َِ ‫ن ك‬ ِْ ‫ى يَ ْبل َِغ ا ْل َهدْيِ َم ِحلَّ ِهِۗ فَ َم‬ ِ ‫ا ْل َه ْد‬
َ ‫ي ِ َو َِْل تَحْ ِلق ْوا رء ْو‬
ِ ٰ ‫سك ِْم َحت‬
ِ‫ص َدقَةِ اَ ِْو نسك‬َ ‫ن ِصيَامِ اَ ِْو‬ ِ ْ‫ن َّرأ‬
ِْ ‫سهِ فَ ِف ْديَةِ ِم‬ ِْ ‫ِ َّم ِر ْيضًا اَ ِْو بِ ِهٓ اَذًى ِم‬
ِ ‫س َِر ِمنَِ ا ْل َه ْد‬
ِ‫ي‬ ْ ‫ج فَ َما ا‬
َ ‫ستَ ْي‬ ِِ ‫ى ا ْل َح‬ ِْ ‫فَ ِاذَآ اَ ِم ْنت ِْمِۗ فَ َم‬
ِ َ‫ن تَ َمتَّ َِع ِبا ْلع ْم َر ِِة اِل‬
َِ‫س ْبعَةِ اِذَِا َر َج ْعت ِْمِۗ تِ ْلك‬
َ ‫ج َو‬ ِِ ‫ام فِى ا ْل َح‬ ِ َّ‫ن َّل ِْم يَ ِج ِْد فَ ِصيَامِ ثَ ٰلثَ ِِة اَي‬ِْ ‫فَ َم‬
ِِ ‫س ِج ِِد ا ْل َح َر‬
‫امِۗ َواتَّقوا‬ ْ ‫اض ِرى ا ْل َم‬
ِ ‫ن اَ ْهل ِه َح‬ ِْ ‫َاملَ ِةِۗ ٰذ ِلكَِ ِل َم‬
ِْ ‫ن لَّ ِْم يَك‬ ِ ‫عش ََرةِ ك‬
َ
ِِ ‫ش ِد ْيدِ ا ْل ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫ّللا‬
َِٰ ‫ن‬َِّ َ‫علَم ْٓوا ا‬
ْ ‫ّللا َوا‬
َِٰ ِࣖ
Artinya : ”…dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai
di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa
atau bersedekah atau berkorban.” (QS. Al-Baqarah : 196)

Ayat ini jelas melarang mencukur rambut kepala, tetapi para ulama
mengatakan bahwa larangan itu juga meliputi perbuatan memendekan atau
mencabut rambut, baik yang ada di kepala maupun pada bagian badan lainnya.

2. Menyisir atau meminyaki rambut, karena perbuatan menghias diri tidak


sesuai dengan keadaan ibadah. Bila rambutnya ada yang gugur ketika
menyisirnya, ia dikenakan wajib fidyah.
3. Memotong kuku, hal ini di qiyaskan kepada mencukur rambut,
berdasarkan persamaan keduanya merupakan perbuatan menghias diri.
4. Menutup kepala bagi laki-laki, dan menutup muka bagi perempuan.
5. Memakai pakaian berjahit.
6. Memakai wangi-wangian, baik di badan maupun di pakaiannya.
7. Melakukan aqad nikah. Orang yang sedang berihram tidak dibenarkan
melaksanakan aqad nikah baik sebagai suami, sebagai wali, atau sebagai
wakil dari mereka. Nabi SAW bersabda :

ِْ ‫ْلَيَنْ ِكحِ الِْمحْ ِرمِ َو َْلينْ ِك‬


‫ح‬
Artinya : “orang yang sedang ihram tidak menikah dan tidak pula
menikahkan. (HR. Muslim).

8. Bersetubuh, dan mubasyarah dengan syahwat.


9. Membunuh binatang buruan.

G. PERBEDAAN HAJI DAN UMRAH

Allah SWT menyebut umrah bersamaan dengan haji pada ayat :

ِ ‫ن الْ َه ْد‬
‫ي ِ َو َِْل ت َ ْحلِق ْوا رء ْوسَك ِْم َحت ٰى َيبْل َِغ‬ ْ ‫لِلِۗ فَاِنِْ احْ ِص ْرت ِْم فَ َما ا‬
َِ ‫ستَيْسَ َِر ِم‬ ِِٰ ِ َ‫ج َوالْع ْم َر ِة‬
َِّ ‫َواَتِموا الْ َح‬
ِ‫الْ َهدْيِ َمحِ لَّه‬

Artinya : “dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.”(QS.


Al-Baqarah :196)

Dari ayat ini jelaslah bahwa umrah itu disyari’atkan dalam Islam. Akan
tetapi, mengenai hukumnya, masih terdapat perbedaan fatwa para ulama.

Di samping memiliki sejumlah kesamaan, ada banyak pula hal yang


membedakan antara ibadah haji dengan umroh, perbedaan tersebut meliputi
perbedaan waktu, banyaknya tempat, dan dalam tata cara pelaksanaannya.

Perbedaan haji dan umrah adalah :

1. haji hanya dilakukan pada bulan haji, yaitu tanggal 9-13 Zulhijjah, sedangkan
umrah dapat dilakukan kapan saja.
2. haji dilakukan tidak hanya di Makkah, akan tetapi juga wuquf di Arafah dan
jumrah di Mina. Adapun umrah hanya dilakukan di Masjidil Haram, di Mekkah,
yaitu dengan melaksanakan ritual tawaf dan sa’i.

Haji Umroh
• Pelaksanaan ibadah haji dapat • Melakukan ihram, yaitu memakai
ditempuh dengan tiga cara, yaitu: pakaian ihram setelah mandi dan
1. Setelah melaksanakan tahallul berwudhu, kemudian shalat dua
umroh (sudah berganti dengan rakaat dan berniat ihram.
pakaian biasa), pada 8 Zulhijjah,
jamaah berpakaian ihrom lagi • Tempat berangkatnya adalah salah
untuk melaksanakan ibadah haji. satu dari tempat-tempat berikut ini,
Ini disebut Haji Tamattu’ yaitu:
2. Setelah melaksanakan umrah tidak 1. Dzulhulaifah untuk jamaah yang
bertahallul (tetap dalam pakaian berangkat dari arah Madinah
ihram), kemudian langsung 2. Juhfah untuk jamaah yang
melaksanakan ibadah haji. Ini berangkat dari arah Mesir dan Syria
disebut Haji Qiran. 3. Qarnulmanazil untuk jamaah yang
3. Melaksanakan ibadah haji saja berangkat dari arah Najd
tanpa umrah terlebih dahulu. Ini 4. Yulamlam untuk jamaah yang
disebut Haji Ifrad. berangkat dari arah Yaman, India,
• Tanggal 8 Zulhijjah disebut hari Asia Tenggara
Tarwiyyah, di mana seluruh jamaah 5. Dzati Iraq untuk jamaah yang
haji setelah berpakaian ihram berangkat dari arah Irak
berangkat menuju padang Arafah 6. Makkah untuk jamaah yang
untuk melaksanakan wukuf. berangkat dari Mekah
• Tanggal 9 Zulhijjah, sekitar waktu • Kemudian berangkat menuju
Magrib, jamaah haji berangkat ke Masjidil Haram, lalu melakukan
Muzdalifah dan menginap satu tawaf, yaitu mengelilingi Ka’bah
malam di sana, sambil memungut tujuh kali dimulai dari arah Hajar
batu-batu kecil sebanyak 70 buah. Aswad, di mana Ka’bah berada di
• Tanggal 10 Zulhijjah pagi-pagi sebela kiri orang yang tawaf.
(masih gelap), jamaah harus sudah • Dilanjutkan dengan melakukan
ada di Mina untuk melaksanakan sa’i, yaitu lari-lari kecil antara bukit
Jumratul ’Aqabah, yaitu Shafa dan Marwah.
melemparkan 7 buah batu dengan 7 • Setelah sa’i, jamaah melakukan
kali lemparan di satu tempat. tahallul, yaitu dengan memotong
• Setelah tahallul, jamaah rambut sedikit agar bebas dari
melaksanakan penyembelihan ketentuan-ketentuan ihram. Setelah
kurban di Mina.
• Siang harinya berangkat ke tahallul ini, selesai pulalah ibadah
Makkah untuk melaksanakan tawaf umrah.
ifadhah.
• Sebelum Magrib tanggal 10,
jamaah sudah harus berada di Mina
lagi.
• Tanggal 11, 12, 13 (atau hanya
tangal 11 dan 12 saja, jamaah
pulang ke Makkah sebelum waktu
Magrib tanggal 12) untuk
melaksanakan umrah lanjutan
dengan melemparkan batu pada
tiga tempat, yaitu 7 batu dengan 7
lemparan (sehari 21 kali lemparan).
• Selesai jumrah seluruhnya, jamaah
menuju kota Makah untuk bersiap
pulang ke tanah air.
• Menjelang pulang diperintahkan
untuk melaksanakan tawaf wada’
atau tawaf perpisahan.

H. MACAM-MACAM HAJI

Dari segi hukumnya, haji terbagi dua, wajib dan sunnah. Seperti telah di-
kemukakan pada bagian lalu, pada dasarnya haji hanya diwajibkan sekali seumur
hidup atas orang yang mampu melakukannya, dan ini disebut juga dengan haji
Islam, karena merupakan salah satu rukun Islam. Haji sunnah adalah haji yang
dilakukan sebagai tambahan setelah lebih dahulu menunaikan haji wajib.

Menurut cara pelaksanaannya, haji itu ada tiga macam, yaitu ifrad, tamattu’
dan qiran.Berikut ini akan dijelaskan tiga macam cara itu dengan singkat :
a. Ifrad

Haji ifrad adalah orang yang berniat saat ihramnya hanya untuk haji saja. Ia
mengucapkan (‫ )لبيكَ بحج‬kemudian memasuki Mekah untuk thawaf qudum, dan
terus ihram hingga datang waktu haji. Kemudian ia tunaikan manasik haji; wukuf
di Arafah, mabit di Muzdallifah, melontar jumrah Aqabah, thawaf ifadhah, sa’iy
antara Shafa Marwa, bermalam di Mina untuk melontar jumrah pada hari tasyriq.
Kemudian setelah usai menunaikan seluruh manasik haji itu ia tahallul kedua, lalu
keluar dari Mekah memulai ihram yang kedua dengan niat umrah, jika mau
melaksanakan manasiknya.

Haji ifrad adalah manasik paling afdhal menurut Syafi’i dan Maliki karena
dengan manasik ini tidak membayar dam. Dan kewajiban dam adalah untuk
menambal kekurangan yang ada. Sebagaimana haji Rasulullah saw, menurut
mereka adalah ifrad.

b. Tamattu’

Haji tamattu’ adalah haji dengan terlebih dahulu ihram untuk melaksanakan
umrah dari miqat. Dengan mengucapkan ( ‫ )لبيك بعمرة‬kemudian memasuki kota
Mekah, menyempurnakan manasik umrah thawaf dan sa’i lalu memotong atau
mencukur rambut, kemudian tahallul dari ihram. Halal baginya segala larangan
ihram termasuk berhubungan suami istri. Ia dalam keadaan demikian sehingga
dating tanggal 8 Dzulhijjah lalu ihram haji, melaksanakan manasiknya wukuf di
Arafah, thawaf, sa’i dsb. Ia melaksanakan seluruh manasik umrah, kemudian
melaksanakan manasik haji dengan sempurna pula. Haji tamattu’ adalah cara paling
afdhal menurut mazhab Hambali.

Syarat haji tamattu adalah memadukan umrah dan haji dalam satu
perjalanan di satu musim (bulan) haji di tahun yang sama menurut jumhurul
fuqaha’. Mazhab Hanafi menambahkan syarat lain yaitu: bukan penduduk Mekah,

c. Qiran
Haji qiran adalah dengan berniat ketika ihram sekaligus haji dan umrah
dengan mengucapkan: kemudian memasuki Mekah thawaf qudum, dan terus dalam
keadaan ihram sehingga datang waktu melaksanakan manasik haji. Ia
melaksanakan manasik itu dengan sempurna, wuquf di Arafah, melontar jumrah,
thawaf ifadhah, sa’i antara Shafa dan Marwa serta manasik lainnya. Ia tidak
berkewajiban thawaf dan sa’i lain untuk umrah, cukup dengan thawaf dan sa’i haji.
Seperti yang pernah Rasulullah katakana kepada Aisyah RA : thawaf-mu di Ka’bah
dan sa’i-mu antara Shafa dan Marwa sudah cukup untuk haji dan umrahmu” HR.
Muslim.

Haji Qiran adalah haji yang paling afdhal menurut mazhab Hanafi.Bagi
orang menunaikan haji tamattu’ dan qiran wajib menyembelih hewan hadyu,
minimal seekor kambing, dan jika tidak mampu bias diganti dengan puasa sepuluh
hari: tiga hari di antaranya dilakukan pada waktu haji, (setelah memulainya dengan
ihram) dan yang afdhal pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, diperbolehkan pula
puasanya pada hari tasyriq juga seperti dalam hadits Al Bukhari: Tidak ada
rukhshah berpuasa di hari tasyriq kecuali bagi orang yang tidak mendapatkan al
hadyu. Jika puasa tiga hari lewat waktunya maka ia wajib mengqadha’nya. Dan
tujuh hari lainnya ketika sudah kembali ke tanah air, tidak disyaratkan
berkelanjutan puasa itu kecuali pada tiga hari pertama. Dan tujuh hari berikutnya
tidak wajib berurutan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

• Haji (al-hajju) dalam bahasa Arab berarti al- qashu yaitu


menyengaja atau menuju. Dalam istilah syara’ al-hajj berarti sengaja mengunjungi
ka’bah untuk melakukan ibadah tertentu.

• Haji termasuk ibadah yang telah dikenal pada syariat agama-agama terdahulu,
sebelum Islam. Nabi Ibrahim dan Isma’il membangun Ka’bah sebagai rumah
ibadah unt menyembah Allah semata dan beliau menyeru umat manusia untuk
berhaji ke Baitullah. Orang-orang mematuhi seruannya, datang dari berbagai
penjuru dan mempelajari dasar-dasar agama tawhid.
• Syarat Wajib Haji :
a. Islam.
b. Baligh.
c. Berakal.
d. Merdeka,
e. Mampu
• Adapun Rukun Haji sebagai berikut :
a. Ihram (niat).
b. Wukuf di Arafah.
c. Thawaf Ifadhah.
d. Sa’i.
e. Tahalul.
f. Tertib.
• Wajib Haji :
a. Ihram yakni niat berhaji dari Miqot.
b. Mabit di Muzdalifah.
c. Mabit di Mina.
d. Melontar Jumroh Ula, Wustho dan Aqobah
e. Thawaf Wada’.
• Larangan Dalam Haji :
a. Bersetubuh.
b. Menikah atau menjadi wali nikah.
c. Memakai pakaian jahitan, wewangian.
d. Bagi perempuan menutup muka dan kedua telapak tangan.
• Macam-macam Haji :
a. Ifrad
b. Tamattu’
c. Qiran

B. SARAN

Sekiranya masih banyak kekurangan dari makalah ini penyusun


mengharap kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
References

.http://islamobile.net/?p=99

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/thawaf-wada-akhir-haji.html
http://www.dakwatuna.com/2011/10/28/15772/fiqih-haji-bagian-ke-5-macam-
macam-haji-ifrad-qiran-tamattu%e2%80%99/#ixzz2yTZUnEKC

Lahmuddin Nasution, 1999, Fiqih Ibadah, Jakarta : Logos Wacana Ilmu

Nursyamsuddin, 2012, Fiqih, Jakarta : Kasubditlembagadiktiss

Anda mungkin juga menyukai