DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
PRODI KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah gigih memperjuangkan agama yang Hari
ini sehingga sampai pada kita semua.
Alhamdulillahirrabbil’alamin, makalah tentang Haji dapat terselesaikan
dengan baik, semoga kita semua suatu saat nanti dapat berkunjung ke Baitullah
aamiin. Karena ibadah Haji merupakan salah satu rukun Islam yang terakhir,betapa
bahagianya kita bila mampu menyempurnakan.
Penyusunan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran
AIK IV, semoga makalah ini dapat membantu teman-teman untuk memperdalam
materi pembelajaran.
Kami berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi semuanya, kritik dan saran
kami harapkan guna perbaikan dalam menyusun makalah ini dan makalah-makalah
selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 4
B. TUJUAN ............................................................................................................... 4
C. RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 4
BAB II .............................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
A. DEFINISI HAJI ....................................................................................................... 5
B. DASAR HUKUM HAJI ............................................................................................ 5
C. SYARAT IBADAH HAJI ........................................................................................... 6
D. RUKUN HAJI......................................................................................................... 7
E. WAJIB HAJI ........................................................................................................ 10
F. LARANGAN SAAT BERHAJI ................................................................................. 12
G. PERBEDAAN HAJI DAN UMRAH .......................................................................... 14
H. MACAM-MACAM HAJI ....................................................................................... 16
BAB III ........................................................................................................................... 19
PENUTUP ...................................................................................................................... 19
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 19
B. SARAN ............................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 21
References .................................................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Telah ditetapkan dari Nabi SAW dalam hadis Bukhori dan Muslim
bahwa beliau bersabda : “ Islam itu dibangun atas lima dasar “ yaitu : 1)
Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utan Allah, 2)
Menegakkan sholat, 3) Menunaikan zakat, 4) Puasa Ramadhan, 5) Pergi haji
ke baitulah.
Haji adalah salah satu rukun dari rukun Islam, tidak sempurna Islamnya
seseorang yang mampu menunaikan ibadah haji sampai ia berhaji. Tetapi
merupakan nikmat Allah ta’ala bahwa haji itu diwajibkan sekali seumur hidup.
Melaksanakan haji itu hanya untuk mencari ridha Allah semata, tidak riya’ dan
sum’ah. Melaksanakannya juga hendaklah sesuai dengan apa yang dituntunkan
Nabi SAW.
B. TUJUAN
C. RUMUSAN MASALAH
A. DEFINISI HAJI
Haji (al-hajju) dalam bahasa Arab berarti al- qashu yaitu menyengaja atau
menuju. Dalam istilah syara’ al-hajj berarti sengaja mengunjungi ka’bah untuk
melakukan ibadah tertentu.
Haji termasuk ibadah yang telah dikenal pada syariat agama-agama
terdahulu, sebelum Islam. Nabi Ibrahim dan Isma’il membangun Ka’bah sebagai
rumah ibadah unt menyembah Allah semata dan beliau menyeru umat manusia
untuk berhaji ke Baitullah. Orang-orang mematuhi seruannya, datang dari berbagai
penjuru dan mempelajari dasar-dasar agama tawhid.
Menurut pengertian bahasa (lughah), haji mempunyai arti: القلصدyaitu
menyengaja atau menuju.
Menurut pengertian syara’, yang dimaksudkan dengan haji yaitu:
menyengaja mengunjungi Ka`bah atau Baitullah di tanah suci Makkah untuk
melakukan beberapa amal ibadah, dengan tata cara dan syarat-syarat tertentu.
B. DASAR HUKUM HAJI
Para ulama telah sepakat bahwa melaksanakan ibadah haji itu wajib
hukumnya bagi setiap umat Islam yang mampu.
Ibadah haji termasuk rukun Islam yang diwajbkan sekali seumur hidup
berdasarkan firman Allah sebagai berikut :
ِ ِ َّعلَى الن
ِاس ِحج ِِٰ ِ ن َد َخلَهِ كَانَِ ٰا ِمنًِاِۗ َو
َ لِل ِ َت َّمق
ِْ ام اِ ْب ٰر ِه ْي َِم ِە َو َم ِ ت بَ ِي ٰنِ فِ ْي ِِه ٰا ٰي
َِ َن ا ْل ٰعلَ ِم ْي
ن ِِ غنِيِ ع َِٰ َِّن َكفَ َِر فَاِن
َ ّللا ِْ لِۗ َو َم َ ع اِلَ ْي ِِه
ًِ سبِ ْي َ طاَ َ ست
ْ نا ِِ ا ْلبَ ْي
ِِ ت َم
Artinya : “….. mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (QS.Ali Imran : 97).
Kewajiban haji hanya sekali seumur hidup, sedangkan haji berikutnya
hukumnya sunah. Sabda Rasulullah saw.
Syarat wajib haji adalah sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh seseorang sehingga dia
diwajibkan untuk melaksanakan haji, dan barang siapa yang tidak memenuhi salah
satu dari syarat-syarat tersebut, maka dia belum wajib menunaikan haji.
Kewajiban haji ini dibebankan atas orang yang telah mmenuhi beberapa
persyaratan, yaitu :
1. Islam. Seperti ibadah lainnya, haji tidak wajib dan tidak sah dilakukan oleh
orang kafir.
2. Baligh.
3. Berakal.
4. Merdeka, sebab tuan seorang budak berhak atas manfaat dirinya, dan
membebankan kewajiban haji atas budak dapat merugikan kepentingan
tuannya. Nabi bersabda :
Rukun yaitu sesuatu yang tidak sah haji melainkan dengan melakukannya,
dan ia tidak boleh diganti dengan dam (menyembelih binatang disebabkan
melakukan hal-hal yang dilarang dalam pelaksanaan ibadah haji).
1. Ihram
Ihram (niat). Yakni berniat memulai ibadah haji atau umrah dengan
mengenaka pakaian ihram yaitu slendang yang menutup bagian badan atas kecuali
kepala dan sarung yang menutup badan bagain bawah.
Yang dimaksud dengan ihram yaitu berniat untuk memulai ibadah haji. Nabi SAW
bersabda :
َ ْ اِنَّ َما
ِِ اْل ْع َمالِ ِبا لنِ َّيا
ت
Artinya : “sesungguhnya, tiap-tiap amal hanya (sah)dengan niat…(Muttafaq
‘Alayh).
Berdasarkan hadits ini jelaslah bahwa niat (ihram) haji temasuk rukun haji.
Akan tetapi, melakukan ihram dari miqat merupakan salah satu wajib haji. Miqat
itu ada dua macam, yaitu miqat zamani dan miqat makani.
Miqat zamani bagi ibadah haji adalah bulan-bulan Syawal, Zu al-qa’dah dan
sepuluh hari dari bulan Zu al-hijjah. Ihram untuk haji tidak sah dilakukan kecuali
pada bulan-bulan ini.
Miqat Makani ialah tempat-tempat yang ditentukan untuk melakukan
ihram, menurut daerah asal atau arah datangnya dalam perjalanan ke Makkah.
Orang yang dalam perjalanannya tidak melewati salah satu miqat ini, maka
miqatnya adalah tempat yang setentang dengan miqat terdekat dengan jalan yang
dilaluinya.
Bagi orang yang bertempat tinggal atau muqim di Makkah muqatnya adalah
kota Makkah itu sendiri, sedangkan orang yang tinggal di luar kota Makkah, tetapi
tidak melampaui salah satu dari miqat tersebut diatas, maka miqatnya adalah
desanya sendiri, dan mereka ihram dari tempat tinggalnya.
Sunnah dalam persiapan melakukan ihram :
1. Mandi, sekalipun ia perempuan yang sedang haid atau nifas. Dalam hadits Zayd
ibn Sabit disebutkan : “Nabi SAW mandi untuk melakukan ihramnya.
(HR.Tirmidzi).
2. Menanggalkan pakaian berjahit yang sedang dipakainya.
3. Memakai izar (sarung), rida’ (selendang) dan sandal. Dan sebaiknya kain
selendang itu berwarna putih. (HR.Abu Dawud dan Tirmidzi).
4. Memakai wangi-wangian pda tubuhnya.
5. Melakukan shalat dua rakaat.
Selanjutnya, setelah melakukan hal-hal ini barulah ihram dilakukan dengan berniat
melakukan haji, sambil mengucapkan talbiyah.
2. Wuquf
Artinya hadir di Arofah mulai dari tergelincir matahari (waktu dzuhur)
tanggal 9 dzulhijjah sebelum terbit fajar pada tanggal 10 dzulhijjah. Arofah adalah
nama suatu padang disebelah timur kota Makkah yang jaraknya kurang lebih 9 mil.
Wuquf dilaksanakan di Arafah pada waktu antara tergelincir matahari pada hari
Arafah sampai terbit fajar pada hari idul Adha.
Sunnah melaksanakan wuquf :
1. Mandi.
2. Berwuquf di dekat al-sakhrat, jabal al-Rahmah, yakni tempat Nabi melakukan
wuqufnya.
3. Menghadap ke Kiblat, karena Nabi SAW juga selalu menghadap qiblat, dan
itulah arah yang terbaik pada setiap majlis.
4. Banyak berdo’a, untuk dirinya, orang tuanya, dan sebagainya. Diantara doa
yang baik diucapkan alah : ِحدَهِ ْلَش َِريْكَِ لَه
ْ ْلَاِلَهَِ اِْلَّّللاِ َو
5. Mengangkat tangan ketika berdo’a.
6. Berwuquf sejak tergelincir matahari sampai terbenamnya.
3. Thawaf
ِِ ْث َِّم لْيَقْض ْوا تَفَثَه ِْم َولْي ْوف ْوا نذ ْو َره ِْم َولْيَطَّ َّوف ْوا ِبالْبَي
ِ ت ا ْلعَتِي
ِْق
Selain thawaf ifadah yang menjadi rukun haji, ada dua thawaf yang berkaitan engan
pelaksanaan haji, yaitu thawaf qudum, sunnah dilakukan ketika tiba di Makkah, dan
thawaf wada’ yang diwajibkan ketika hendak meninggalkan kota suci itu.
1. Menutup aurat
2. Thahrah dari hadats dan najis pada badan, pakaian dan tempat.
3. Menempatkan baitullah di sebelah kirinya.
4. Dimulai dari hajar aswad.
5. Thawaf itu dilakukan dalam masjid, tetapi diluar baitullah.
4. Sa’i
Sa’i yakni berlari kecil antara bukit shofa dan bukit marwah.
1. Sa’i mesti dikerjakan setelah melakukan thawaf terlebih dahulu, sesuai contoh
yang diberikan oleh Rasulullah SAW. Bila sa’i tidak dikerjakan setelah thawaf
qudum, maka ia harus dikerjakan setelah thawaf ifadah.
2. Tartib, dimulai dari Shafa.
3. Sa’i itu mesti dikerjakan tujuh kali dengan ketentuan bahwa perjalanan dari
Shafa ke Marwah dihitung satu kali, dan berikutnya dari Marwah ke Shafa pun
demikian.
Dalam beberapa hadits, Nabi SAW melakukan sa’i setelah selesai thawaf. Beliau
naik ke atas bukit Shafa, sehingga baitullah tampak olehnya, kemudian beliau
menghadap ke sana, bertakbir dan mengucapkan dzikir dan doa seraya mengangkat
tangannya.
5. Tahalul
6. Tertib
Dalam hal ini tertib berarti melaksanankan rukun-rukun haji ssuai dengan
urutan yang semestinya. Ihram mesti dikerjakan sebelum melakukan yang lainnya,
wuquf harus lebih dulu sebelum thawaf ifadhah, dan thawaf mesti lebih dahulu
daripada sa’i kecuali bila sa’i telah dikerjakan setelah thawaf qudum.
E. WAJIB HAJI
Waktu bermalam di Muzdalifah ialah pada malam hari nahar, setelah selesai
melakukan wuquf di Arafah. Firman Allah SWT :
Dalam beberapa riwayat Nabi SAW bertolak dari Arafah setelah terbenam
matahari, berjalan dengan tenang, tetapi ditempat-tempat yang lapang beliau
mempercepat jalan kendaraannya, dan melakukan shalat maghrib dan isya’ dengan
jama’ di Muzdailifah, dan tetap di Muzdalifah sampai terbit fajar kemudian shalat
subuh.
3. Bermalam di Mina
4. Melempar Jumrah
5. Thawaf Wada’
Ayat ini jelas melarang mencukur rambut kepala, tetapi para ulama
mengatakan bahwa larangan itu juga meliputi perbuatan memendekan atau
mencabut rambut, baik yang ada di kepala maupun pada bagian badan lainnya.
ِ ن الْ َه ْد
ي ِ َو َِْل ت َ ْحلِق ْوا رء ْوسَك ِْم َحت ٰى َيبْل َِغ ْ لِلِۗ فَاِنِْ احْ ِص ْرت ِْم فَ َما ا
َِ ستَيْسَ َِر ِم ِِٰ ِ َج َوالْع ْم َر ِة
َِّ َواَتِموا الْ َح
ِالْ َهدْيِ َمحِ لَّه
Dari ayat ini jelaslah bahwa umrah itu disyari’atkan dalam Islam. Akan
tetapi, mengenai hukumnya, masih terdapat perbedaan fatwa para ulama.
1. haji hanya dilakukan pada bulan haji, yaitu tanggal 9-13 Zulhijjah, sedangkan
umrah dapat dilakukan kapan saja.
2. haji dilakukan tidak hanya di Makkah, akan tetapi juga wuquf di Arafah dan
jumrah di Mina. Adapun umrah hanya dilakukan di Masjidil Haram, di Mekkah,
yaitu dengan melaksanakan ritual tawaf dan sa’i.
Haji Umroh
• Pelaksanaan ibadah haji dapat • Melakukan ihram, yaitu memakai
ditempuh dengan tiga cara, yaitu: pakaian ihram setelah mandi dan
1. Setelah melaksanakan tahallul berwudhu, kemudian shalat dua
umroh (sudah berganti dengan rakaat dan berniat ihram.
pakaian biasa), pada 8 Zulhijjah,
jamaah berpakaian ihrom lagi • Tempat berangkatnya adalah salah
untuk melaksanakan ibadah haji. satu dari tempat-tempat berikut ini,
Ini disebut Haji Tamattu’ yaitu:
2. Setelah melaksanakan umrah tidak 1. Dzulhulaifah untuk jamaah yang
bertahallul (tetap dalam pakaian berangkat dari arah Madinah
ihram), kemudian langsung 2. Juhfah untuk jamaah yang
melaksanakan ibadah haji. Ini berangkat dari arah Mesir dan Syria
disebut Haji Qiran. 3. Qarnulmanazil untuk jamaah yang
3. Melaksanakan ibadah haji saja berangkat dari arah Najd
tanpa umrah terlebih dahulu. Ini 4. Yulamlam untuk jamaah yang
disebut Haji Ifrad. berangkat dari arah Yaman, India,
• Tanggal 8 Zulhijjah disebut hari Asia Tenggara
Tarwiyyah, di mana seluruh jamaah 5. Dzati Iraq untuk jamaah yang
haji setelah berpakaian ihram berangkat dari arah Irak
berangkat menuju padang Arafah 6. Makkah untuk jamaah yang
untuk melaksanakan wukuf. berangkat dari Mekah
• Tanggal 9 Zulhijjah, sekitar waktu • Kemudian berangkat menuju
Magrib, jamaah haji berangkat ke Masjidil Haram, lalu melakukan
Muzdalifah dan menginap satu tawaf, yaitu mengelilingi Ka’bah
malam di sana, sambil memungut tujuh kali dimulai dari arah Hajar
batu-batu kecil sebanyak 70 buah. Aswad, di mana Ka’bah berada di
• Tanggal 10 Zulhijjah pagi-pagi sebela kiri orang yang tawaf.
(masih gelap), jamaah harus sudah • Dilanjutkan dengan melakukan
ada di Mina untuk melaksanakan sa’i, yaitu lari-lari kecil antara bukit
Jumratul ’Aqabah, yaitu Shafa dan Marwah.
melemparkan 7 buah batu dengan 7 • Setelah sa’i, jamaah melakukan
kali lemparan di satu tempat. tahallul, yaitu dengan memotong
• Setelah tahallul, jamaah rambut sedikit agar bebas dari
melaksanakan penyembelihan ketentuan-ketentuan ihram. Setelah
kurban di Mina.
• Siang harinya berangkat ke tahallul ini, selesai pulalah ibadah
Makkah untuk melaksanakan tawaf umrah.
ifadhah.
• Sebelum Magrib tanggal 10,
jamaah sudah harus berada di Mina
lagi.
• Tanggal 11, 12, 13 (atau hanya
tangal 11 dan 12 saja, jamaah
pulang ke Makkah sebelum waktu
Magrib tanggal 12) untuk
melaksanakan umrah lanjutan
dengan melemparkan batu pada
tiga tempat, yaitu 7 batu dengan 7
lemparan (sehari 21 kali lemparan).
• Selesai jumrah seluruhnya, jamaah
menuju kota Makah untuk bersiap
pulang ke tanah air.
• Menjelang pulang diperintahkan
untuk melaksanakan tawaf wada’
atau tawaf perpisahan.
H. MACAM-MACAM HAJI
Dari segi hukumnya, haji terbagi dua, wajib dan sunnah. Seperti telah di-
kemukakan pada bagian lalu, pada dasarnya haji hanya diwajibkan sekali seumur
hidup atas orang yang mampu melakukannya, dan ini disebut juga dengan haji
Islam, karena merupakan salah satu rukun Islam. Haji sunnah adalah haji yang
dilakukan sebagai tambahan setelah lebih dahulu menunaikan haji wajib.
Menurut cara pelaksanaannya, haji itu ada tiga macam, yaitu ifrad, tamattu’
dan qiran.Berikut ini akan dijelaskan tiga macam cara itu dengan singkat :
a. Ifrad
Haji ifrad adalah orang yang berniat saat ihramnya hanya untuk haji saja. Ia
mengucapkan ( )لبيكَ بحجkemudian memasuki Mekah untuk thawaf qudum, dan
terus ihram hingga datang waktu haji. Kemudian ia tunaikan manasik haji; wukuf
di Arafah, mabit di Muzdallifah, melontar jumrah Aqabah, thawaf ifadhah, sa’iy
antara Shafa Marwa, bermalam di Mina untuk melontar jumrah pada hari tasyriq.
Kemudian setelah usai menunaikan seluruh manasik haji itu ia tahallul kedua, lalu
keluar dari Mekah memulai ihram yang kedua dengan niat umrah, jika mau
melaksanakan manasiknya.
Haji ifrad adalah manasik paling afdhal menurut Syafi’i dan Maliki karena
dengan manasik ini tidak membayar dam. Dan kewajiban dam adalah untuk
menambal kekurangan yang ada. Sebagaimana haji Rasulullah saw, menurut
mereka adalah ifrad.
b. Tamattu’
Haji tamattu’ adalah haji dengan terlebih dahulu ihram untuk melaksanakan
umrah dari miqat. Dengan mengucapkan ( )لبيك بعمرةkemudian memasuki kota
Mekah, menyempurnakan manasik umrah thawaf dan sa’i lalu memotong atau
mencukur rambut, kemudian tahallul dari ihram. Halal baginya segala larangan
ihram termasuk berhubungan suami istri. Ia dalam keadaan demikian sehingga
dating tanggal 8 Dzulhijjah lalu ihram haji, melaksanakan manasiknya wukuf di
Arafah, thawaf, sa’i dsb. Ia melaksanakan seluruh manasik umrah, kemudian
melaksanakan manasik haji dengan sempurna pula. Haji tamattu’ adalah cara paling
afdhal menurut mazhab Hambali.
Syarat haji tamattu adalah memadukan umrah dan haji dalam satu
perjalanan di satu musim (bulan) haji di tahun yang sama menurut jumhurul
fuqaha’. Mazhab Hanafi menambahkan syarat lain yaitu: bukan penduduk Mekah,
c. Qiran
Haji qiran adalah dengan berniat ketika ihram sekaligus haji dan umrah
dengan mengucapkan: kemudian memasuki Mekah thawaf qudum, dan terus dalam
keadaan ihram sehingga datang waktu melaksanakan manasik haji. Ia
melaksanakan manasik itu dengan sempurna, wuquf di Arafah, melontar jumrah,
thawaf ifadhah, sa’i antara Shafa dan Marwa serta manasik lainnya. Ia tidak
berkewajiban thawaf dan sa’i lain untuk umrah, cukup dengan thawaf dan sa’i haji.
Seperti yang pernah Rasulullah katakana kepada Aisyah RA : thawaf-mu di Ka’bah
dan sa’i-mu antara Shafa dan Marwa sudah cukup untuk haji dan umrahmu” HR.
Muslim.
Haji Qiran adalah haji yang paling afdhal menurut mazhab Hanafi.Bagi
orang menunaikan haji tamattu’ dan qiran wajib menyembelih hewan hadyu,
minimal seekor kambing, dan jika tidak mampu bias diganti dengan puasa sepuluh
hari: tiga hari di antaranya dilakukan pada waktu haji, (setelah memulainya dengan
ihram) dan yang afdhal pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, diperbolehkan pula
puasanya pada hari tasyriq juga seperti dalam hadits Al Bukhari: Tidak ada
rukhshah berpuasa di hari tasyriq kecuali bagi orang yang tidak mendapatkan al
hadyu. Jika puasa tiga hari lewat waktunya maka ia wajib mengqadha’nya. Dan
tujuh hari lainnya ketika sudah kembali ke tanah air, tidak disyaratkan
berkelanjutan puasa itu kecuali pada tiga hari pertama. Dan tujuh hari berikutnya
tidak wajib berurutan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
• Haji termasuk ibadah yang telah dikenal pada syariat agama-agama terdahulu,
sebelum Islam. Nabi Ibrahim dan Isma’il membangun Ka’bah sebagai rumah
ibadah unt menyembah Allah semata dan beliau menyeru umat manusia untuk
berhaji ke Baitullah. Orang-orang mematuhi seruannya, datang dari berbagai
penjuru dan mempelajari dasar-dasar agama tawhid.
• Syarat Wajib Haji :
a. Islam.
b. Baligh.
c. Berakal.
d. Merdeka,
e. Mampu
• Adapun Rukun Haji sebagai berikut :
a. Ihram (niat).
b. Wukuf di Arafah.
c. Thawaf Ifadhah.
d. Sa’i.
e. Tahalul.
f. Tertib.
• Wajib Haji :
a. Ihram yakni niat berhaji dari Miqot.
b. Mabit di Muzdalifah.
c. Mabit di Mina.
d. Melontar Jumroh Ula, Wustho dan Aqobah
e. Thawaf Wada’.
• Larangan Dalam Haji :
a. Bersetubuh.
b. Menikah atau menjadi wali nikah.
c. Memakai pakaian jahitan, wewangian.
d. Bagi perempuan menutup muka dan kedua telapak tangan.
• Macam-macam Haji :
a. Ifrad
b. Tamattu’
c. Qiran
B. SARAN
.http://islamobile.net/?p=99
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/thawaf-wada-akhir-haji.html
http://www.dakwatuna.com/2011/10/28/15772/fiqih-haji-bagian-ke-5-macam-
macam-haji-ifrad-qiran-tamattu%e2%80%99/#ixzz2yTZUnEKC