Anda di halaman 1dari 15

HADIS TENTANG SHALAT

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah: Hadis Tahlili

DOSEN PENGAMPU: IDRIS SIREGAR, S.Th.I M.Ag

Disusun Oleh Kelompok VI:

Arif Arrahman Suyuti 0403202149


Hamdah Noor Halimatusyakdia 0403202100
Putri Oktavia 0403183184

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan pada Allah swt. Hanya kepada-Nya lah penulis
memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa Sholawat
serta salam penulis haturkan pada junjungan Nabi kita, Nabi Muhammad saw. Sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Hadis Tahlili. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis mengenai “Hadis Tentang Shalat”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Idris Siregar, S.Th.I M.Ag, selaku
Dosen Mata Kuliah Hadis Tahlili yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir penulis ucapkan terimakasih.

Medan, 24 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I ............................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ........................................................................................................... 3

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 3

BAB II .............................................................................................................................. 4

PEMBAHASAN .............................................................................................................. 4

A. Hadis Tentang Shalat ............................................................................................. 4

B. Pengertian Shalat ................................................................................................... 6

C. Waktu-Waktu Dalam Shalat .................................................................................. 7

D. Ketentuan-ketentuan Shalat ................................................................................... 8

KESIMPULAN ............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beribadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya dan
dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat nanti. Bentuk dan jenis Ibadah sangat bermacam-macam, seperti shalat, puasa,
naik haji, membaca Alquran, jihad dan lainnya.
Shalat adalah rukun Islam kedua dan merupakan kewajiban utama bagi seorang
muslim sesudah dua kalimat syahadat. Kedudukan shalat sebagai ibadah wajib terdapat
dalam nash (Alquran dan Hadis). Terdapat sejumlah hadis berkenaan dengan keutamaan
dan wajibnya shalat. Hukum fardhunya sangat dikenal di dalam agama Islam. Selain itu,
Alquran juga menyebutkan bahwa shalat ialah kewajiban yang pelaksanaannya dibagi
kedalam beberapa waktu yang ditentukan. Shalat adalah ibadah yang tak bisa
ditinggalkan. Dalam mengerjakan shalat lima waktu, kaum muslimin sepakat bahwa
shalat lima waktu harus dikerjakan pada waktunya dan sesuai dengan pembagian waktu-
waktunya.
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak lima kali,
berjumlah 17 raka‟at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh tanpa
terkecuali baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit sekalipun, dalam
keadaan susah maupun senang, lapang ataupun sempit. Selain shalat wajib yang lima
ada juga shalat sunnah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa hadis yang menjelaskan tentang shalat?


2. Apa pengertian shalat secara bahasa dan istilah?
3. Bagaimana mengetahui waktu-waktu dalam shalat?
4. Apa saja ketentuan-ketentuan shalat?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadis Tentang Shalat

1. Hadis Dan Terjemahannya

َ َ‫ َع ِن ابْ ِن ُع َمَر َر ِض َي هللاُ َعْن ُه َما ق‬،‫ َع ْن ِع ْك ِرَمةَ بْ ِن َخالِ ٍد‬،‫َخبَ َرََن َحْنظَلَةُ بْ ُن أَِِب ُس ْفيَا َن‬
:‫ال‬ ْ ‫ أ‬:‫ال‬
َ َ‫وسى ق‬ ِ
َ ‫َحدَّثَنَا ُعبَ ْي ُد هللا بْ ُن ُم‬
‫ َوإِقَ ِام‬،ِ‫ول هللا‬ َّ ‫ َش َه َادةِ أَ ْن ََل إِلَوَ إََِّل هللاُ َوأ‬:‫س‬
ُ ‫َن ُُمَ َّم ًدا َر ُس‬ ِْ ‫ «بُِِن‬:‫صلَّى هللا َعلَْي ِو و َسلَّم‬
ٍ َْ‫اْل ْس ََل ُم َعلَى َخ‬
َ َ َ ُ
ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول هللا‬ ُ َ َ َ‫ق‬
1
)‫ضا َن» (رواه البخاري و مسلم‬ ِ ‫ و‬،‫اْل ِج‬ ِ َّ ‫ وإِيت ِاء‬،ِ‫الص ََلة‬
َ ‫ص ْوم َرَم‬
َ َ ّ َْ ‫ َو‬،‫الزَكاة‬ َ َ َّ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Musa dia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari „Ikrimah bin Khalid dari
Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Islam
dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan
sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan
puasa Ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Syarah Hadis

Maksud hadits di atas ialah, Islam dibangun di atas lima hal. Dan ia seperti tiang-
tiang bangunannya. Redaksinya berbunyi :
‫س َد َعائِ َم‬
ِ ‫اْلسَلَ ُم َعلَى ََخ‬
ْ ‫ِن‬ ِ
َ ُ‫ب‬
Artinya: Islam dibangun di atas lima tiang …
Maksud hadits tersebut adalah, penyerupaan Islam dengan bangunan. Adapun tiang-
tiang bangunan tersebut berupa kelima hal tersebut. Jadi, bangunan tidak akan kuat
tanpa tiang-tiangnya. Sedangkan ajaran-ajaran Islam lainnya berfungsi sebagai
penyempurna bangunan. Jika salah satu dari ajaran-ajaran tersebut hilang dari bangunan

1
Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Juz. I (Maktabah Syamilah), (Beirut: Dar Tauq
An najah, 1422 H.), h. 11.

4
Islam, maka bangunan itu berkurang, namun tetap bisa berdiri dan tidak ambruk,
meskipun berkurangnya salah satu dari penyempurnanya. Ini berbeda jika kelima tiang
tersebut ambruk, maka Islam akan runtuh disebabkan tidak adanya kelima tiang
penyangga tersebut.
Islam juga ambruk dengan hilangnya dua kalimat syahadat. Yang dimaksud dengan
dua kalimat syahadat ialah, beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Disebutkan dalam riwayat Bukhari “Islam dibangun atas lima: beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya, … dan seterusnya” (no. 4514). Dalam riwayat Muslim disebutkan
“Islam dibangun atas lima: hendaknya mentauhidkan Allah…” (no. 16)(19). Dalam
riwayat Muslim lainnya (no.16)(20) disebutkan :
…ُ‫ أن يُببَ َد هللاُ َويُك َفَر َِِا ُدوَو‬:‫س‬
ٍ ‫اْلسَلَ ُم َعلَى ََخ‬
ْ ‫ِن‬ ِ
َ ُ‫ب‬
Artinya: Islam dibangun atas lima: hendaknya beribadah kepada Allah dan
mengingkari peribadahan kepada selain-Nya… 2
Seorang hamba tidak dikatakan Islam, sehingga dia melaksanakan asas, tiang dan
rukun Islam yang dijelaskan dalam hadits ini. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam
memberikan perumpamaan asas dan tonggak ini sebagai bangunan yang kuat dan
kokoh. Orang yang tidak berdiri di atas tonggak ini, maka dia akan binasa. Adapun
perkara-perkara Islam lainnya yang wajib, ia sebagai penyempurna bagi rukun Islam ini.
Bangunan ini sangat dibutuhkan oleh seorang hamba. Empat tiang yang disebutkan
dalam hadits ini, dibangun di atas dua kalimat syahadat, Asyhadu an-la ilaha illallah wa
asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Karena sesungguhnya, Allah swt. tidak akan
menerima sesuatu pun dari amal seseorang tanpa syahadatain. Nabi saw. tidak
menyebut rukun-rukun iman yang wajib lainnya, karena beriman bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah, memiliki konsekwensi mengimani seluruh yang
disebutkan dalam masalah keyakinan dan ibadah, sebagaimana juga tidak disebutkan
tentang jihad, padahal jihad merupakan kewajiban yang besar, yang dengannya
kejayaan Islam ditegakkan, panji-panji Islam dikibarkan, dan dengannya orang-orang
kafir dan munafik diperangi. Tidak disebutkannya jihad, karena jihad adalah fardhu
kifayah yang tidak diwajibkan kepada setiap orang, melainkan pada keadaan-keadaan
tertentu saja.

2
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali, Jami‟ul Ulum Wal Hikam, (Jakarta: Darul Haq, 2015), h. 145.

5
B. Pengertian Shalat

Secara etimologi, ulama memiliki keragaman pendapat mengenai asal kata shalat
sebagian di antara mereka berpendapat bahwa shalat berarti ruku' dan sujud. Itulah
sebabnya di dalam Alquran ada beberapa ayat yang memerintahkan shalat utamanya
shalat berjama'ah menggunakan term ruku' dan sujud. Shalat juga berarti berdoa
memohonkan keberkahan dan memuliakan.
Pengertian lain shalat menurut bahasa adalah berdoa (memohon), pujian. Sedangkan
pengertian menurut syara' sebagaimana pendapat imam Rafi'i yaitu ucapan-ucapan yang
dimulai dengan takbiratul dan ditutup dengan salam. Menurut para ulama' fuqaha' sholat
ialah ibadah vang terdiri dari perbuatan atau geakan dan perkataan atau ucapan tertentu,
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Sedangkan menurut ulama
tasawuf shalat yaitu menghadapkan kalbu kepada Allah swt. hingga menimbulkan rasa
takut kepada-Nya serta kesempurnaan kekuasaannya, atau menghadap kepada Allah
dengan kalbu, bersikap khusyuk (konsentrasi penuh) di hadapan-Nya, disertai dengan
berdo‟a dan memuji-Nya.3
Kemudian hadis Rasulallah saw., sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari, Abu
Daud, At tirmidzi, An nasa‟i dan Ibnu Majah, yang diriwayatkan melalui Abu Hurairah:

ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ‫الص ََلةِ فَ َكِّب ُُثَّ اقْ رأْ ما تَي َّسر مب‬ َّ ‫ت إِ ََل‬
‫اس ُج ْد‬
ْ َّ‫ك م ْن الْ ُق ْرآن ُُثَّ ْارَك ْع َح ََّّت تَطْ َمئ َّن َراك ًبا ُُثَّ ْارفَ ْع َح ََّّت تَ ْبتَد َل قَائ ًما ُُث‬ َ َ َ َ َ َ ّْ َ ‫إِذَا قُ ْم‬
‫ك ُكلِّ َها‬
َ ِ‫ص ََلت‬
َ ‫ك ِِف‬
ِ ِ
َ ‫اس ُج ْد َح ََّّت تَطْ َمئِ َّن َساج ًدا ُُثَّ افْ َب ْل ذَل‬
ِ ِ ِ ِ
ْ َّ‫َح ََّّت تَطْ َمئ َّن َساج ًدا ُُثَّ ْارفَ ْع َح ََّّت تَطْ َمئ َّن َجال ًسا ُُث‬
Artinya: Jika kamu mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang
mudah dari Al Qur'an. Kemudian rukuklah hingga benar-benar rukuk dengan tenang,
lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai
benar-benar sujud, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk,
Setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, Kemudian lakukanlah seperti cara
tersebut di seluruh shalat (rakaat) mu.4

3
Marsidi, Edy Sutrisno, Mazro‟atul Akhiroh, The Miracle of Sholat (Keajaiban Shalat Dalam
Kesehatan), (Jawa Barat: CV Jejak, 2021), h. 13-14.
4
Myr Rawad, 27 Keutamaan Shalat Berjamaah Di Mesjid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), h. 24.

6
C. Waktu-Waktu Dalam Shalat

Terkait dengan waktu-waktu Shalat , tidk dijelaskan secara detail dalam Alquran
dan Hadis yang memberikan keterangannya seperti hadis berikut:

‫اج‬ ْ ‫ َع ِن‬،- ‫ يَ ْب ِِن ابْ َن طَ ْه َما َن‬- ‫ َحدَّثَنَا إِبْ َر ِاى ُيم‬، ‫ َحدَّثَنَا ُع َمُر بْ ُن َعْب ِد هللاِ بْ ِن َرِزي ٍن‬، ‫ي‬
ِ ‫اْلَ َّج‬ ُّ ‫ف ْاْل َْزِد‬
َ ‫وس‬ ْ ‫َو َح َّدثَِِن أ‬
ُ ُ‫َْحَ ُد بْ ُن ي‬
ِ ُ ‫ « سئِل رس‬:‫ال‬ ِ ‫ َع ْن َعْب ِد هللاِ بْ ِن َع ْم ِرو بْ ِن الْ َب‬، ‫وب‬
ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫ول هللا‬ َُ َ ُ َ َ‫اص أَََّوُ ق‬ َ ُّ‫ َع ْن أَِِب أَي‬، َ‫ َع ْن قَتَ َادة‬،- ‫اج‬
ٍ ‫ َوُى َو ابْ ُن َح َّج‬-
ِ َ‫ ووقْت ص ََلةِ الظُّه ِر إِذَا زال‬،‫س ْاْل ََّو ُل‬ ِ ‫ وقْت‬:‫ال‬ ِ َّ ‫ت‬ ِ ْ‫علَي ِو وسلَّم عن وق‬
‫ت‬ َ ْ َ ُ ََ ْ ‫ص ََلة الْ َف ْج ِر َما ََلْ يَطْلُ ْع قَ ْر ُن الش‬
ِ ‫َّم‬ َ ُ َ َ ‫الصلَ َوات فَ َق‬ َ َْ َ َ َ َْ
ِ‫ ووقْت ص ََلة‬،‫ ووقْت ص ََلةِ الْبص ِر ما ََل تَص َفَّر الشَّمس ويس ُق ْط قَرَُها ْاْل ََّو ُل‬،‫السم ِاء ما ََل ََيض ِر الْبصر‬
َ ُ ََ َْ ْ ََ ُ ْ ْ ْ َ ْ َ َ ُ َ َ ُ ْ َ ُ ْ ْ َ َ َّ ‫س َع ْن بَطْ ِن‬ ُ ‫َّم‬
ْ ‫الش‬
ِ‫ص‬ ِ ِ ِ ِ ‫ ووقْت‬،‫الش َفق‬ ِ ِ ِ ِ
)‫ف اللَّْي ِل » (رواه مسلم‬ ْ َ ‫ص ََلة الْب َشاء إِ ََل‬
َ ُ َ َ ُ َّ ‫س َما ََلْ يَ ْس ُقط‬ ْ ‫الْ َم ْغ ِرب إ َذا َغابَت الش‬
ُ ‫َّم‬
Artinya: Dan telah menceritakan kepadaku Ahmad bin Yusuf Al Azadi telah
menceritakan kepada kami Umar bin Abdullah bin Razin telah menceritakan kepada
kami Ibrahim yaitu Ibnu Thahman dari Al Hajjaj yaitu Ibnu Hajjaj dari Qatadah dari
Abu Ayyub dari Abdullah bin 'Amru bin 'Ash bahwa ia berkata; Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam pernah ditanya tentang waktu shalat, beliau lalu bersabda, "Waktu
shalat fajar (Subuh) sebelum tanduk setan pertama muncul, dan waktu shalat Zuhur
jika matahari telah miring dari permukaan langit, selama belum tiba waktu shalat Asar,
dan waktu shalat Asar selama matahari belum menguning dan tanduk pertamanya
menghilang. dan waktu shalat Magrib jika matahari menghilang selama mega merah
(syafaq) menghilang, dan waktu shalat Isya hingga pertengahan malam."5
Pada hadis di atas dapat disimpulkan bahwa ada lima waktu shalat yang wajib
diantaranya:
1. Subuh: waktunya dari terbit fajar hingga terbit matahari.
2. Dzuhur : awal waktunya setelah condong matahari dari pertengahan langit. Akhir
waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama panjangnya dengan sesuatu itu.
3. Ashar : waktunya mulai dari habisnya waktu zhuhur sampai terbenamnya matahari
4. Maghrib : waktunya dari terbenamnya matahari sampai hilangnya syafaq (awan
senja) merah.

5
Ahmad Farhan & Aan Supian, Pemahaman Hadis Dan Implikasinya Dalam Praktek Keagamaan
Jamaah Tabligh Di Kota Bengkulu, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2021), h. 57.

7
5. Isya‟ : waktunya dari mulai terbenam syafaq hingga terbit fajar.
Adapun waktu-waktu yang dilarang untuk shalat:
1. Setelah subuh hingga terbitnya matahari
2. Ketika terbitnya matahari hingga sempurna dan naik sekurang-kurangnya setinggi
tombak (+ derajat dari permukaan bumi)
3. Ketika matahari rembang ( di atas kepala) hingga condong sedikit ke barat
4. Setelah shalat ashar hingga terbenamnya matahari
5. Ketika mulai terbenamnya matahari hingga sempurna6
Bukhari (561) dan Muslim (827) meriwayatkan dari Abu Sa‟id Al Khudri r.a.,
bahwa dia mendengar rasulullah SAW bersabda,
‫س‬ ِ ِ ْ ‫الب‬ ِ
ُ ‫َّم‬
ْ ‫يب الش‬
َ ‫صر َح ََّّت تَغ‬ َ ‫صَلَةَ بَ ْب َد‬
َ ‫س وَل‬
ُ ‫َّم‬
ْ ‫الصْب ِح َح ََّّت تَ ْرتَف َع الش‬
ُّ ‫صَلََة بَ ْب َد‬
َ َ‫َل‬
Artinya: Tidak boleh mengerjakan shalat setelah shubuh sampai matahari naik.
Tidak boleh mengerjakan shalat setelah ashar sampai matahari hilang.

D. Ketentuan-ketentuan Shalat

1. Syarat-Syarat Shalat
Syarat-syarat bagi orang yang menegakkan shalat terdiri dari ketujuh hal berikut:
a. Beragama Islam.
b. Sudah Baligh dan Berakal.
c. Suci dari hadat dan najis.
d. Menutup aurat.
e. Masuk waktu Shalat.
f. Menghadap kiblat.
g. Mengetahui semua yang fardhu dan sunnah.

2. Rukun Shalat
Rukun ialah perkara yang pokok yang tidak boleh ditinggal kan. Hal yang dimaksud
dengan rukun shalat ialah bagian-bagian dari pekerjaan shalat yang harus dilakukan dan
tidak boleh ditinggalkan, baik salah satu bagian maupun keseluruhannya.

6
Moh Rifa‟i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2013), h. 62.

8
Apabila ditinggalkan maka shalatnya tidak sah. Adapun yang termasuk dalam rukun
shalat, sebagai berikut:
a. Niat.
b. Berdiri atau duduk bagi yang tak mampu.
c. Takbiratul ihram dengan membaca "Allaalu Akbar".
d. Membaca surah al-Faatihah.
e. Ruku‟ serta tuma'ninah.
f. I'tidal serta tuma'ninah.
g. Sujud dua kali serta tuma'ninah.
h. Duduk antara dua sujud serta tuma'ninah.
i. Duduk tasyahud akhir serta tumaʼninah.
j. Membaca tasyahud akhir.7
k. Membaca salam yang pertama.
l. Tertib, berurutan mengerjakan rukun-rukun shalat.

3. Sunnah-Sunnah Shalat
Sunnah-sunnah shalat ialah hal-hal yang dianjurkan untuk dikerjakan dalam shalat.
Melakukannya mendapat pahala dan meninggalkannya berarti mendapat kerugian.
Berikut yang termasuk sunnah-sunnah shalat adalah sebagai berikut:
a. Mengangkat kedua tangan ketika:
 takbiratul ihram,
 akan melakukan ruku,
 bangkit dari ruku (i'tidal),
 berdiri pada rakaat yang ketiga (setelah tahyat awal).
b. Meletakkan telapak tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri ketika bersedekap.
c. Membaca doa iftitah sesudah takbiratul ihram.
d. Membaca ta'awudz sewaktu akan membaca surah al-Faatihah.
e. Membaca "aamiin" setelah membaca al-Faatihah.
f. Membaca ayat atau surah Alquran sesudah membaca surah al-Faatihah pada rakaat
pertama dan rakaat kedua.

7
Abdul Kadir Nuhuyan, Pedoman Dan Tuntunan Shalat Lengkap, (Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 21.

9
g. Mengeraskan bacaan al-Faatihah dan ayat atau surah Alquran pada rakaat pertama
dan kedua dalam shalat maghrib, isya, dan subuh.
h. Membaca takbir ketika berpindah rukun.
i. Meluruskan belakang kepala dengan punggung ketika ruku.
j. Membaca tasbih ketika ruku dan sujud.
k. Membaca "sami'allaahu liman hamidah" ketika bangkit dari ruku dan membaca
"Allaahumma rabbanaa walakal-hamdu".
l. Meletakkan telapak tangan di atas paha ketika duduk ber tasyahud, dengan
membentangkan yang kiri dan menggenggamkan yang kanan.
m. Duduk iftirasy dalam semua duduk shalat.
n. Duduk tawarruk bersimpuh' pada waktu tasyahud akhir.
o. Membaca salam yang kedua.
p. Memalingkan muka ke kanan dan ke kiri waktu membaca salam yang pertama dan
kedua.8

4. Hal-Hal Yang Makruh Dalam Shalat


Makruh artinya sesuatu yang tidak disukai. Bila tidak dilakukan mendapat pahala
dan melakukannya tidak mendapat ridha Allah. Hal-hal yang makruh ini hendaknya
ditinggalkan karena akan memengaruhi kesempurnaan dar kekhusyukan shalat. Hal-hal
yang makruh dalam shalat antara lain:
a. Tidak menyempumakan rukuk dan sujud.
b. Berpaling ke kanan atau ke kiri ketika shalat.
c. Menengadah ke langit.
d. Menggerak-gerakkan anggota badan.
e. Meludah ke depan.
f. Bertolak pinggang.
g. Menguap.
h. Membunyikan ruas jari tangan.
i. Menahan buang air besar, air kecil, maupun kentut.
j. Menahan keinginan makan dan minum sesudah makanan tersedia.
k. Memejamkan mata.

8
Ibid., h. 22

10
l. Melakukan shalat ketika sedang mengantuk.
m. Mengerjakan shalat di atas kuburan.
n. Menurunkan kain hingga mengenal lantai (bagi laki-laki).

5. Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat


Bila seseorang melakukan salah satu dari hal-hal yang berikut ini maka batallah
shalatnya atau tidak sah yakni sebagai berikut:
a. Meninggalkan salah satu syarat shahnya shalat.
Meninggalkan salah satu syarat shalat dapat membatalkan shalat. Seperti terkena
najis yang tidak dimaafkan, tidak menghadap kiblat, belum masuk waktu shalat, dan
lain-lain.
b. Meninggalkan salah satu rukun atau sengaja tidak menyempumakannya seperti
melakukan i'tidal sebelum rukuk.
c. Banyak bergerak.
Banyak bergerak yang dimaksud adalah melakukan berbagai gerakan yang tidak ada
hubungannya dengan gerakan-gerakan shalat seperti mudul, berjalan, dan lain-lain
d. Berbicara dengan sengaja.
e. Makan dan minum.9

9
Khalilirrahman Almahfani, Buku Pintar Shalat Pedoman Shalat Lengkap Menuju Shalat Khusyuk,
(Jakarta: WahyuMedia, 2007), h. 74.

11
KESIMPULAN

َ َ‫ َع ِن ابْ ِن ُع َمَر َر ِض َي هللاُ َعْن ُه َما ق‬،‫ َع ْن ِع ْك ِرَمةَ بْ ِن َخالِ ٍد‬،‫َخبَ َرََن َحْنظَلَةُ بْ ُن أَِِب ُس ْفيَا َن‬
:‫ال‬ ْ ‫ أ‬:‫ال‬
َ َ‫وسى ق‬ ِ
َ ‫َحدَّثَنَا ُعبَ ْي ُد هللا بْ ُن ُم‬
‫ َوإِقَ ِام‬،ِ‫ول هللا‬ َّ ‫ َش َه َادةِ أَ ْن ََل إِلَوَ إََِّل هللاُ َوأ‬:‫س‬
ُ ‫َن ُُمَ َّم ًدا َر ُس‬ ِْ ‫ «بُِِن‬:‫صلَّى هللا َعلَْي ِو و َسلَّم‬
ٍ َْ‫اْل ْس ََل ُم َعلَى َخ‬
َ َ َ ُ
ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول هللا‬ ُ َ َ َ‫ق‬
10
)‫ضا َن» (رواه البخاري و مسلم‬ ِ ‫ و‬،‫اْل ِج‬ ِ َّ ‫ وإِيت ِاء‬،ِ‫الص ََلة‬
َ ‫ص ْوم َرَم‬
َ َ ّ َْ ‫ َو‬،‫الزَكاة‬ َ َ َّ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Musa dia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari „Ikrimah bin Khalid dari
Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Islam
dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan
sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan
puasa Ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksud hadits di atas ialah, Islam dibangun di atas lima hal. Dan ia seperti tiang-
tiang bangunannya.
Pengertian shalat menurut bahasa adalah berdoa (memohon), pujian. Sedangkan
pengertian menurut syara' sebagaimana pendapat imam Rafi'i yaitu ucapan-ucapan yang
dimulai dengan takbiratul dan ditutup dengan salam.
Ada 5 waktu shalat yang wajib antara lain: Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya‟.
Adapun waktu-waktu yang dilarang untuk shalat: Setelah subuh hingga terbitnya
matahari, ketika terbitnya matahari hingga sempurna dan naik sekurang-kurangnya
setinggi tombak (+ derajat dari permukaan bumi), ketika matahari rembang (di atas
kepala) hingga condong sedikit ke barat, setelah shalat ashar hingga terbenamnya
matahari dan ketika mulai terbenamnya matahari hingga sempurna.
Syarat-syarat shalat: Beragama islam, sudah baligh dan berakal, suci dari hadat dan
naji, menutup aurat, masuk waktu shalat, menghadap kiblat dan mengetahui semua yang
fardhu dan sunnah.
Rukun shalat: Niat, berdiri atau duduk bagi yang tak mampu, takbiratul ihram
dengan membaca "allaalu akbar", membaca surah al-faatihah, ruku‟ serta tuma'ninah,
i'tidal serta tuma'ninah, sujud dua kali serta tuma'ninah, duduk antara dua sujud serta

10
Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Juz. I (Maktabah Syamilah), (Beirut: Dar Tauq
An najah, 1422 H.), h. 11.

12
tuma'ninah, duduk tasyahud akhir serta tumaʼninah, membaca tasyahud akhir, membaca
salam yang pertama dan tertib, berurutan mengerjakan rukun-rukun shalat
Sunnah-sunnah shalat: Mengangkat kedua tangan ketika {takbiratul ihram, akan
melakukan ruku, bangkit dari ruku (i'tidal) dan berdiri pada rakaat yang ketiga (setelah
tahyat awal)}, meletakkan telapak tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri ketika
bersedekap, membaca doa iftitah, membaca ta'awudz, membaca "aamiin", membaca
ayat atau surah Alquran pada rakaat pertama dan kedua, mengeraskan bacaan al-
Faatihah dan ayat atau surah Alquran pada rakaat pertama dan kedua dalam shalat
maghrib, isya, dan subuh, membaca takbir ketika berpindah rukun, meluruskan
belakang kepala dengan punggung ketika ruku, membaca tasbih ketika ruku dan sujud,
membaca "sami'allaahu liman hamidah" ketika bangkit dari ruku dan membaca
"Allaahumma rabbanaa walakal-hamdu", meletakkan telapak tangan di atas paha ketika
duduk ber tasyahud, dengan membentangkan yang kiri dan menggenggamkan yang
kanan, duduk iftirasy dalam semua duduk shalat, duduk tawarruk bersimpuh' pada
waktu tasyahud akhir, membaca salam yang kedua dan memalingkan muka ke kanan
dan ke kiri waktu membaca salam yang pertama dan kedua.
Hal-hal yang makruh dalam shalat antara lain: Tidak menyempumakan rukuk dan
sujud, berpaling ke kanan atau ke kiri ketika shalat, menengadah ke langit, menggerak-
gerakkan anggota badan, meludah ke depan, bertolak pinggang, menguap,
membunyikan ruas jari tangan, dll.
Hal-hal yang membatalkan shalat antara lain: Meninggalkan salah satu syarat
shahnya shalat, meninggalkan salah satu rukun atau sengaja tidak menyempumakannya
seperti melakukan i'tidal sebelum rukuk, banyak bergerak, berbicara dengan sengaja,
makan dan minum.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhari, Muhammad Bin Ismail. 1422 H. Shahih Al-Bukhari, Juz. I (Maktabah


Syamilah). Beirut: Dar Tauq An najah

Almahfani, Khalilirrahman. 2007. Buku Pintar Shalat Pedoman Shalat Lengkap Menuju
Shalat Khusyuk. Jakarta: WahyuMedia

Al-Hanbali, Imam Ibnu Rajab. 2015. Jami‟ul Ulum Wal Hikam. Jakarta: Darul Haq

Farhan, Ahmad. dkk. 2021. Pemahaman Hadis Dan Implikasinya Dalam Praktek
Keagamaan Jamaah Tabligh Di Kota Bengkulu. Yogyakarta: Samudra Biru

Marsidi. dkk. 2021. The Miracle of Sholat (Keajaiban Shalat Dalam Kesehatan). Jawa
Barat: CV Jejak

Nuhuyan, Abdul Kadir. 2002. Pedoman Dan Tuntunan Shalat Lengkap. Jakarta: Gema
Insani

Rawad, Myr. 2011. 27 Keutamaan Shalat Berjamaah Di Mesjid. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar

Rifa‟i, Moh. 2013. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra

14

Anda mungkin juga menyukai