Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

TAAT KEPADA PEMIMPIN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Hadits Siyasah

Disusun Oleh :
Eka Febyana Putri
2220203874235072

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2024
KATA PENGANTAR

Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah SWT. kita memuji,

meminta pertolongan, meminta ampunan dan bertaubat kepada-Nya. Kita

berlindung kepada Allah SWT. dari kejahatan diri dan keburukan

perbuatan kita. Siapapun yang diberi petunjuk oleh Allah SWT., maka

tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan siapa yang disesatkan-Nya maka

tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya. Kami bersaksi bahwa tiada

Ilah yang hak untuk disembah selain Allah SWT. dan tiada sekutu baginya.

Dan Kami bersaksi bahwa Muhammad SAW. adalah hamba dan Rasul-

Nya.

Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah firman Allah SWT. dan sebaik-

baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad SAW. Seburuk-buruk

perkara adalah yang ditambah-tambah dan setiap yang ditambah-tambah

adalah bid’ah. Setiap yang bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan masuk

neraka (HR. Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “ Taat Kepada Pemimpin” tepat pada waktunya. Makalah ini

merupakan salah satu tugas mata kuliah Hadits Siyasah. Selain itu, saya

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Saya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari berbagai

pihak

i
demi penyempurnaan makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama menambah wawasan

mengenai Ayat- Ayat Ekonomi.

Demikian, semoga Allah SWT. memberikan kita kekuatan dan

keikhlasan untuk berjuang demi kemajuan umat di segala bidang

kehidupan. Aamiin.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2

PEMBAHASAN..............................................................................................3

A. Hadits-Hadits Tentang Batas Ketaatan Kepada Pemimpin......................3

1. Hadits Pertama..............................................................................3

2. Hadits Kedua.................................................................................4

3. Hadits Ketiga.................................................................................7

4. Hadits Keempat:............................................................................9

5. Hadits Kelima..............................................................................10

6. Hadits Keenam.............................................................................11

B. Syarah Hadits.........................................................................................13

PENUTUP....................................................................................................18

A. Kesimpulan............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana yang kita ketahui seorang pemimpin identik


dengan kekuasaan, di jaman yang modern ini masing-masing individu
berlomba- lomba untuk menjadi pemimpin, dengan berbagai cara
mereka lakukan demi mendapatkan kekuasaan atau kepemimpinan di
sebuah Negara bahkan yang terkecil sekalipun, namun Islam
membicarakan tentang semua itu, baik tentang kepemimpinan maupun
jabatan. Islam menyuruh kita untuk mencari seorang pemimpin yang
adil, berilmu dan berwibawa serta beragama Islam, contohnya seperti
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, di jaman yang modern ini telah
banyak yang berlawanan dengan Al Qur’an dan Hadits dalam memilih
pemimpin maupun hak kuasa pemimpin terhadap kepemimpinannya,
Sekarang ini pemilihan pemimpin sesuai dengan suara yang
paling banyak memilihnya, bukan karna seorang itu berilmu ataupun
adil serta beragama islam, jadi seorang yang ingin menjadi pemimpin
dia bisa menggunakan cara yang tidak sesuai dengan Al Qur’an dan
Hadits, maka dengan demikian timbullah pemimpin-pemimpin yang
tidak memiliki akhlak dan moral yang baik, sehingga terkadang dia
menyuruh bawahannya untuk berbuat tindakan yang tidak pantas
dilakukan oleh seorang muslim bahkan juga merugikan manusia.
Jadi sampai manakah kita bisa mentaati seorang pemimpin itu?
apakah kita masih pantas untuk mematuhi perintahnya, atau kita
harus mematuhinya lantaran kita takut akan turun dari jabatan! Maka
semua itu harus kita kembali kepada al quran dan hadits, banyak hadits-
hadits yang membahas tentang taat kepada pemimpin, namun bukan
berarti pemimpin

1
yang tidak adil tidak kita patuhi perintahnya, walaupun seorang
pemimpin itu tidak bisa berlaku adil akan tetapi jikalau perintah yang
keluar dari mulutnya sesuai dengan al quran dan hadits maka itu
wajib kita patuhi,

‫انظر ماقال والتنظر من قال‬

“Lihatlah apa yang di katakannya dan jangan kamu lihat siapa yang
mengatakan.”

B. Rumusan Masalah

1. Apa Saja Hadits-Hadits entang Batas Ketaatan Kepada Pemimpin?

2. Bagaimana Takhrij Hadits-Hadits Tersebut?

3. Apa Saja Kosa Kata Penting Dalam Hadits -Hadits Tersebut?

4. Bagaimana Syarah Hadits-Hadits Tersebut?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Hadits-Hadits entang Batas Ketaatan Kepada

Pemimpin?

2. Untuk Mengetahui Takhrij Hadits-Hadits Tersebut?

3. Untuk Mengetahui Kosa Kata Penting Dalam Hadits -Hadits

Tersebut?

4. Untuk Mengetahui Syarah Hadits-Hadits Tersebut?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadits-Hadits Tentang Batas Ketaatan Kepada Pemimpin


Dalam makalah ini, akan disampaikan 6 hadits yang memiliki poin
inti dalam masalah ketaatan kepada pemimpin, yaitu :
1. Hadits Pertama

َ
‫ماِل ٍك‬ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َّ َ ُ ‫َ ح َّد‬
‫أن ِس‬ ‫سِعي ٍد ش ع ْ ن أ ِِب‬ ‫م س د َي ََي‬
‫َر ِ َِض‬ ْ ْ َ ْ َ َ َّ َ ٌ َ َ
ْ
‫اتلَّ َّيا ِ ح ع ب ِن‬ ‫ع ن عب‬ ‫ثنا د ح د ثنا ب ُن‬
‫ْن‬ ‫ة‬
َ

َ ُْ ْ َ
‫ْ ست ع ِم ل‬ ُ َّ َ َ َ َ ‫َ َ ر ُسو َ َ ص‬ َ َ ْ َ ُ َّ
‫ِ طي عوا‬ ‫عليْ و َسل َم ا‬ ‫ قا‬Q ‫ا َّلل عن قا ل‬
‫َِإو ن‬ ‫و‬ ُ ْ ‫ِه‬ َّ ّ ُ ُ
َ
َ ‫س َم عوا‬ ُ ‫ل ا َّل َّل ا‬ ‫ل‬ ‫ه‬
‫ا‬ ‫َّل‬
‫أ‬ ‫ل‬
‫ل‬ ِ

ٌ َ
.P ‫ْ ز ِبيبَ ة‬ َ َ َ
َ َ ِ َ ‫علْي ُ َ ع‬
‫ّ أر‬
ُ ‫ك‬ ‫ك ْ ح‬
‫َس ه‬ َ ‫ب َ ش‬
‫ن‬ ‫ٌ ب‬
‫أ‬ ‫ْم د‬

ARTINYA
Musaddad menceritakan hadits kepada kami, Yahya bin Said
menceritakan hadits kepada kami, dari Syu’bah dari Abi at-Tayyah
dari Anas bin Malik – radiyallahu ‘anhu- beliau berkata:
(Rasulullah bersabda: dengarkanlah dan taatlah kalian! Meski
pemimpin kalian dari kalangan budak etiopia yang kepalanya

3
seperti kismis). Lafadz milik al-Bukhariy.

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh :
🢜 Al-Bukhary no. 7142 dalam kitab Al-Ahkam, bab wajibnya
mendengar dan taat kepada imam selama itu bukan kemaksiatan.
🢜 Muslim no. 1692 dalam kitab al-Hajj, bab anjuran melempat
jumrah
‘aqabah dihari nahr dengan menunggang kendaraan dan kitab al-

4
Imarah, bab wajibnya taat kepada pemimpin dalam hal yang ma’ruf
dan larangan taat dalam kemaksiatan.
🢜 Ibnu Majah no. 2859 dalam kitab Jihad, bab ketaatan kepada
imam.
Dishahihkan oleh al-Albany.
🢜 Imam Ahmad no. 12126 dalam musnad Anas bin Malik.
Yang seluruhannya berasal dari shahabat Anas bin Malik, kecuali
periwayatan Muslim dari shahabiyah Ummu al-Hushain dengan

perbedaan lafadz pada kalimat ‫ حِبش عبد‬dengan lafadz ‫جمدع عبد‬.

KOSA KATA
ٌ َ َ َّ ْ َ َ ُ َ َ
( ‫زبيب ه س رأ ن كأ‬ ِ ‫ ) ة‬: Kepalanya kecil seperti kismis: sebuah
permisalan yang bermakna kerendahan atau

kehinaan.

2. Hadits Kedua

َّ ُ ْ َ
‫َ ح عب د ا َّلِل‬ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َ ُ َ َّ َ
‫ح‬ ‫ح د ث نا‬ ‫ل ب ك ِ مي‬ ‫و ح دث ِِن ُم م‬
ِ
َ َّ َ َ ُّ ‫ُ ُْ س‬
‫َْي ََي بْ ُن َّسا ن د ث‬ ‫ر اتل ِم‬
ٍ ‫ِن ع‬
َ ‫دبن‬
َ ‫و‬ ْ
‫نا‬ ْ ‫ه‬
‫س‬
َّ َ ْ
‫بْ ُن ِ د ال َّر َْح ِن ا ْ خ َ ََب َنا َ و ُه َو ابْ ُن َح َّسا ُ م َعا ويَ ُة َ ي س َّل ٍم‬
ِ
َ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ
ْ
‫ع ِِن اب َن‬
ْ ‫ن ح د ثنا‬ ‫َي ََي‬ ُّ
‫لداِر ِ ِم أ‬ َّ ‫عب‬

َّ َّ َّ َ
‫ يَا َ ر َّللِ ِإنا‬Q ‫َ ُ َ ْ َ ُ ُ ُ ت‬ َّ ُ ْ َ َّ َ
‫س َّل ٍم َ س َّل ٍم قا ح ذ ي ف ة ب‬ ‫ح د زي د‬
َ ْ ْ َ َ َ ْ َ
‫ُسو ل ا‬ ‫ُن ا َْل َما ِ ن قل‬ ‫َقا ل ل‬ ‫ع ْن أ ِِب‬
َ ‫ثنَا ب ُن‬

َ
‫ُت م ُقلْ ْ ه ْل َ و َرا َء‬ َ ‫ع‬
َ
َ ‫ل‬
َ َ
‫ا‬‫ق‬ ْ
َ
‫ْل‬ ِ ‫ه َ ذا ا‬
َ
‫ن‬ ‫ٌّ َش‬ ‫ي‬
5
‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َْ‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫َّ‬
‫و راِء‬ ‫فه َ‬ ‫ََ ن ْ‬ ‫ِ‬ ‫ب ٍْي‬ ‫َ َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫نا ب ِ‬
‫ح ن ْ‬ ‫فن ِفيه‬ ‫َُّلل‬
‫ر‬
‫ل ِم‬ ‫ء‬ ‫ج‬ ‫ٍش ف ك‬
‫ُ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ ْ‬ ‫َ َ َ َ‬
‫كو ن‬ ‫َ َ َ‬ ‫َ ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ ْ‬
‫كيْ ف قا‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫خ‬ ‫ذِل‬
‫َ‬ ‫ُْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ و ء ك َ‬ ‫م‬ ‫ك ّ ٌ َ َ‬
‫قل‬ ‫ٌَّش قا ن‬ ‫ل‬ ‫ال ر ْي قا ل ن ُ‬
‫لي‬ ‫ف ه َ ذ َل ا‬
‫ُت‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ قل‬
‫َل ع‬ ‫ِْي‬ ‫ْل را‬ ‫ع‬

‫ش‬

‫وب ُه ْم‬‫َ جا ٌل ُُقل ُ‬ ‫َ ب ْع ِدي َ َ ي ْهتَ ُدو َن ب ُه َدا َي َو َ‬


‫ُ ُ‬ ‫َ‬
‫و َسيَ قو م‬ ‫نب‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ق ل و ُب‬ ‫َ َ ْ َ ُّ‬ ‫َ َّ ٌ ا‬
‫ِفيِه ْم ر‬ ‫َّ‬
‫ُس ن‬ ‫ال ي ست نو‬ ‫ئمة‬ ‫أ ِ‬
‫ِِت‬ ‫ل‬

‫َ َ َ‬
‫ك قا ل ت‬ ‫َ َ ُ ْ ُ َ َ ُ َ ْ ن ُ‬ ‫ْ‬ ‫ال َّ َ‬
‫ِ ن ِإ ن ٍس قا ل قل ت كي ر سو ل ا‬ ‫شيا ِط ِني ِف‬
‫َّ َ ْ ت َ ْ‬
‫س َ م ُع‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ َ‬ ‫ُ ْ‬
‫لَِّل إ أد ر َ‬ ‫ف أ صن ُع يَا‬ ‫جث َما‬
‫ذِل‬ ‫ْ‬
‫ك‬

‫ْ‬
‫َ ُ َ َ َ ِط ع‪P‬‬ ‫َ َ ِ‬ ‫ُ‬ ‫َْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ْ و‬
‫مال ك فا‬ ‫ظ و خ‬ ‫و ِ ع ِل ْل ِ‬
‫ِْمي‬
‫ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ ط‬
‫سمع َ‬ ‫ه ُر ُ‬ ‫ض‬
‫ِ‬ ‫َإ ْ‬
‫ِو ن‬ ‫ي‬
‫ت‬
‫أ‬ ‫َ‬
‫َك أ ذ‬ ‫َب‬

‫‪6‬‬
ARTINYA :
Muhammad bin Sahl bin ‘Askar at-Tamimy menceritakan hadits
kepadaku, Yahya bin Hassan menceritakan hadits kepada kami,
Dan Abdullah bin Abdirrahman ad-Darimy menceritakan hadits
kepada kami, Yahya bin Hassan mengabarkan kepada kami,
Mu’awiyah bin Sallam menceritakan hadits kepada kami, Zaid bin
Sallam menceritakan hadits kepada kami dari Abi Sallam, dia
berkata: Hudzaifah bin al-Yaman berkata: (wahai Rasulullah
sungguh dahulunya kami berada di zaman keburukan, lalu Allah
datangkan kebaikan ini. Apakah setelah kebaikan ini akan ada
keburukan? Beliau menjawab: ya. Aku berkata: apakah setelah
keburukan itu akan datang kebaikan? Beliau menjawab: ya. Aku
berkata: apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan?
Beliau menjawab: ya, aku berkata: bagaimana yang demikian itu?
Beliau menjawab: sepeninggalku akan ada para pemimpin yang
tidak memakai petunjuknya dan tidak memakai sunnahku, akan
ada diantara mereka orang-orang yang hati mereka seperti hati-hati
setan dalam jasad manusia, aku berkata: lalu apa yang harus aku
perbuat jika aku mendapatinya? Beliau menjawab: Dengarkan dan
taatilah seorang pemimpin meskipun punggungmu dipukul dan
hartamu diambil, dengarkanlah dan taatilah!) Lafadz hadits ini milik
Muslim.

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh:
🢜 Muslim no. 1847 dalam kitab al-Imarah, bab wajibnya
berbepegang teguh dengan jama’ah muslimin saat munculnya
huru-hara, dan larangan memberontak.
🢜 Abu Dawud no. 4244 dalam kitab al-Fitan, bab penyebutan
fitnah- fitnah dan petunjuknya. Dihasankan oleh al-Albany.

7
🢜 Imam Ahmad no. 23427 dengan menggunakan lafadz َ ‫ِ َإو‬
‫ن‬ ْ
‫ه‬ َ ‫ن‬
َ
‫ك‬

َ َ ْ َ
‫ ك ر ه ظ‬. Dengan jalur sanad yang berbeda sebagaimana
berikut:

َ
‫ُ ر ع ْ ن‬ َ ‫َ ْ ِ ح‬ ُ َ َ ُ َ
ِ ‫َ س ِم ص‬ ‫ش‬ ‫ُمَ َّم ج ح‬ ‫ح‬
َ َ ‫ع نأ‬
ْ ْ َ َ َّ َ ْ ْ ُ
‫د‬ ‫ِِب اتلَّ َّيا قا ل ع ُت خ ًرا‬ ‫عب‬
ْ ‫د ب ُن ع ف د ثنا‬
ُ ُ ‫ٍر‬ َ َ َّ
‫يث‬ ‫ة‬ ‫د ثنا‬

ْ‫ُ بَسي‬

‫ٍع‬

Muhammad bin Ja’far menceritakan hadits kepada kami, Syu’bah


menceritakan hadits kepada kami dari Abi at-Tayyah berkata: aku
mendengar Shahr menceritakan hadits dari Subay’ (yang
beliau mendengar Hudzaifah tentang hadits ini).
Penilaian ulama hadits terhadap rantai sanad tersebut:
Muhammad bin Ja’far al-Hudzaliy
 Muhammad bin Ja’far al-Hudzaliy yang terkenal dengan
Ghundar: Beliau banyak meriwayat hadits dari Syu’bah
bahkan berguru selama 20 tahunan, Imam Ahmad salah
satu yang meriwayatkan haditsnya.
 ‘Abdulkhaliq bin Manshur berkata, dari ibnu Ma’in beliau
berkata: beliau adalah orang yang paling shahih penulisan
haditsnya (dalam kitab).
 Ibnu al-Mubarak berkata: Jika orang-orang berselisih
pendapat terhadap hadits yang diriwayatkan Syu’bah, maka
kitabnya Ghundar (Muhammad bin Ja’far) sebagai
hakimnya.
8
 Ibnu Abi Hatim berkata: aku bertanya kepada ayahku
tentang Ghundar, maka beliau berkata: dia shaduq,
muaddib, dan kapasitasnya dalam posisi hadits Syu’bah
dinilai Tsiqah.
 Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab ats-Tsiqat.
 Ibnu Hajar menilainya dengan Tsiqah.

9
Syu’bah bin al-Hajjaj bin al-Warad al-‘Atakiy al-Azadiy:
 Yahya bin Said al-Qatthan berkata: tidak pernah aku melihat
seorang yang lebih baik hadits dibanding Syu’bah.
 Abu Dawud berkata: ketika Syu’bah wafat, Abu Sufyan
berkata: Hadits telah wafat.
 Ibnu Hajar berkata bahwa Syu’bah tergolong dalam kitabnya
Ibnu Hibban (ats-Tsiqah).
 Abu at-Tayyah Yazid bin Humaid adh-Dhuba’iy al-Basriy.
 Ibnu Ma’in, Abu Zur’ah dan an-Nasa’i berkata: dia Tsiqah.
 Ibnu al-Madiniy berkata: dia terkenal.
 Abu Hatim berkata: dia Shalih.
 Ibnu Hibban telah menyebutnya dalam kitabnya ats-Tsiqah.

Shahr bin Badr.


 Ibnu Hibban menyebutkannya dalam kitab ats-Tsiqat.

Subaiy’ bin Khalid al-Yasykuriy al-Basriy.


 Ibnu Hibban menyebutkannya dalam kitab ats-Tsiqat.

3. Hadits Ketiga

َّ
‫َّللِ بن‬ َ َ َّ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ ‫َ ح َّد‬
‫عمر‬ ِ ‫ح دث‬ ِ ‫عَب‬ ‫ح َي ََي سِعي‬ ‫م‬
‫ع د‬
‫ِِن نَاِف ٌع ع‬ ّ ‫د‬ ْ‫ٍد ع ي‬ ْ َ َ َّ َّ ََ
‫َّل‬ ‫ثنا َس د د ثنا ب ُن‬
‫ْ ا‬ ‫ا‬
‫ْن ب‬ ‫ل‬ ‫ْن‬ ٌ
‫د‬
ِ
ْ
‫سلِ ِم‬ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ
‫َلع ال َم‬ ‫وال‬ Q ‫ع و قا ل‬ ‫ع ن ص‬ ‫ر‬
‫َّ ع‬ ّ َ َّ
ْ ‫ال م طا‬ َّ
‫انل ِ َّل ا ُ ل ْيِه َسل‬
ْ ‫َِض ا‬
‫ْر ِء ال ُم‬ ‫س‬ ‫َّل‬
‫عن‬
‫َّل‬ُ
ُ ُ‫ع‬ َ‫م‬ ‫ر‬ ُ
‫ة‬ ‫ِب‬ ‫ه‬
‫ل‬ ‫ل‬
َ َ
.P ‫ع ة‬
10
َ َ
‫طا‬ َ َ ‫ع‬ َ ُ َ َ ُْ َْ َ ََِ َ َ
‫ِصي ٍة‬ ‫ِصيَ ٍة فِإذا أِم َر‬ ‫ؤ‬ ‫ما ل م ي‬ ‫ِفي ما أ‬
‫و‬ ََ ‫ر‬ ّ
ْ َ ‫َح و‬
‫س‬ ‫ِب َم ْع ف َّل‬ ‫ع‬ ‫م ْر ِب َم‬ ‫ب‬
َ ْ َ
‫م ا‬ ‫ك‬
‫ل‬ ‫ه‬

ARTINYA
Musaddad menceritakan hadits kepada kami, Yahya bin Said
menceritakan hadits kepada kami dari ‘Ubaidillah, Nafi’ menceritakan

11
kepada kami hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar –radiyallahu ‘anhu-
dari Nabi ‫ ﷺ‬beliau bersabda:( seorang muslim wajib
mendengar dan taat kepada pemimpin dalam hal yang disukai dan
dibencinya, selama tidak diperintah untuk sebuah kemaksiatan. Jika
dia diperintah dalam kemaksiatan maka tidak boleh didengar dan
ditaati). Lafadz hadits milik al-Bukhariy.

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh:
🢜 Al-Bukhary no. 7144 dalam kitab al-Ahkam, bab wajibnya
mendengar dan taat kepada imam selama itu bukan kemaksiatan.
🢜 Abu Dawud no. 2628 dalam kitab al-Jihad, bab Ketaatan.
Dishahihkan oleh al-Albany.
🢜 At-Tirmidzy no. 1707 dalam kitab al-Jihad, bab tidak ada
ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah,
beliau berkata bahwa hadits ini adalah hadits hasan shahih.
Dengan sanad

penambahan nama ‘Ubaidillah bin Umar (‫)عمر بن َّالل عبيد‬, namun

kita dapati satu-satunya nama ‘Ubaidillah yang meriwayatkan


hadits dari Nafi’ dan haditsnya diriwayatkan oleh Yahya bin
Sa’id adalah ‘Ubaidillah bin al-Akhnas an-Nakhaiy Abu Malik al-
Kufiy.
🢜 Imam Ahmad no. 4668 dan no. 6278 pada musnad Abdullah bin
Umar bin al-Khattab.

KOSA KATA

( ‫ )الطاعة‬Taat secara bahasa bermakna kepatuhan dan ketundukan.

Secara istilah adalah melakukan sesuatu yang diperintah dan


meninggalkan sesuatu yang dilarang.

12
‫‪4. Hadits Keempat:‬‬

‫ُ َ َ َ‬
‫َ ج نا د ة‬ ‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫َ َّ َ َ ْ‬
‫سِعي‬ ‫ع‬ ‫َ ح َّدث و‬ ‫ح د ثنا‬
‫ك‬ ‫ْ‬
‫ٍد ع‬ ‫سب‬
‫ِ‬ ‫ع‬ ‫ْم ع‬ ‫ِِن ابْ ُن ه ع‬ ‫إ س عي‬
‫ُ‬
‫ْن‬ ‫ْن ب ِن‬ ‫ٍرو ْن ب‬ ‫ٍب ْن‬ ‫َما ل‬
‫ٍْي‬

‫َ ر ْ ‬
‫َ ُ ق ْلنَا ْ َ َ َ ح ِ د ث‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ ُ َ َّ َ‬
‫صل‬ ‫م‬ ‫صاِم‬ ‫ع َبا دة‬ ‫د‬ ‫ب ِن أ ِِب أ م ي ة‬
‫َ ك‬ ‫ِت و‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬
‫أ ح ا َّلُ‬ ‫ِري‬ ‫ب ِن ال‬ ‫خل َلع‬
‫ُ‬ ‫قا ل‬
‫ٌ‬ ‫ه‬ ‫َ‬
‫ض‬ ‫نا‬
‫ل‬
‫َو‬
‫َّ‬ ‫َ‬
‫ص َّل‬ ‫َ ص َ َ لَعيْ َ و َسلَّ َم َقا ََعنَا انلَّ‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫س ِم‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َْ َ‬
‫ِ ِ دي ين‬
‫َ ‬ ‫َ‬ ‫ِه‬ ‫َّ‬ ‫انلَّ‬ ‫ْ َُ‬ ‫ُ‬ ‫ك‬ ‫ُ‬ ‫بَ ٍث َ‬
‫ُّب‬ ‫ل‪ Q‬د‬ ‫ُ‬ ‫ا‬ ‫َّل‬ ‫ِ‬ ‫عت ه ِم‬ ‫َّلل ب‬ ‫فع‬
‫َّل‬ ‫ا‬
‫ِرب‬ ‫ِه‬
‫ل‬

‫َ‬
‫ِ طنا‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َْ َ ْ َ َ َ َ‬ ‫َ َ َ َ َ َ َ‬ ‫ا َّ َُّلل َ علَيْ‬
‫عِة ِف‬ ‫وال‬ ‫ع ال‬‫َل‬ ‫علي نا أ ن با ي‬ ‫ي‬ ‫ِف‬ ‫ل‬ ‫و ف با ي ف قا‬
‫َ َ خ‬
‫َ ْ َ‬
‫من ش‬ ‫َّطا‬ ‫َ َ َّ ْ‬
‫عنا س م ِع‬ ‫ما أ‬
‫ْع َناهُ‬ ‫َسل‬ ‫ِه‬
‫َ‬ ‫َم‬
‫ذ‬

‫ً‬
‫حا‬ ‫ُ‬ ‫ْ َُ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ََ ً َ َ ُ َ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ ْ َ ُ‬
‫ك‬ ‫ن نا ِز ع ا هل ه ن‬ ‫و أث ر ة‬ ‫وي‬ ‫و ك وع‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ْ َ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ‬
‫ف ًرا ب‬ ‫ْل ْم َر أ ِإ ال أ ت َر‬ ‫َعَليْنَا وأ‬ ‫ِْسنا‬ ‫ْسنا‬
‫ِ‬ ‫م َرهِن‬
‫َو ا‬ ‫ْو ا‬ ‫ْن ل‬ ‫ا‬

‫ٌ‬
‫ن‪P.‬‬ ‫َّ‬ ‫ُ ْ‬ ‫ْ‬
‫َّللِ ِفيِه ب‬ ‫ِعن‬
‫َ‬ ‫ك ن‬ ‫َ‬
‫ْر ها‬ ‫د‬
‫ا‬
‫ْم م‬

‫‪13‬‬
ARTINYA
Ismail menceritakan hadits kepada kami, Ibnu Wahb
menceritakan hadits kepada kami dari ‘Amr dari Bukair dari Busr
bin Said dari Junadah bin Abi Umayyah berkata: kami masuk
menemui Ubadah bin Shamit saat dia sedang sakit, kami berkata:
semoga Allah Membaikan kondisimu, ceritakan kepada kami
hadits yang engkau dengar dari Nabi, dia berkata: (Nabi
memanggil kami, maka kamipun membai’atnya, beliaupun
berbicara tentang hal-hal apa saja yang menjadi bai’at kami, yaitu
kami harus mendengar dan taat dalam keadaan suka, duka, sempit,
lapang dan mendahulukannya dari pada kepentingan kami. Dan
tidak boleh mencopot kepemimpinan kecuali telah Nampak
kekafirannya dengan bukti yang jelas). Lafadz hadits ini milik al-
Bukhariy.

14
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh:
🢜 Al-Bukhary no. 7056 dalam kitab al-Fitan, bab sabda Nabi:
setelah kepergianku kalian akan melihat perkara-perkara yang
kalian ingkari.
🢜 Muslim no. 1709 dalam kitab al-Imarah, bab wajibnya taat
kepada pemimpin dalam hal yang ma’ruf dan larangan taat
dalam kemaksiatan.

KOSA KATA
ْ
‫ )بَ َوا‬bermakna ‫ ِإ ظ َها ًرا‬,menampakkan ‫ ِج َها ًرا‬,atau terang-terangan
ً
(‫حا‬

ً
‫حا‬ َ
secara jelas.

‫ص‬
‫ا‬

َّ
(‫َّللِ فيه برهان‬ ْ ُ ْ
‫ ) ِعن‬maksudnya adalah nash berupa ayat atau
‫َ ك ن‬
‫د‬
‫ا‬
‫ْم م‬

hadits yang shahih dan sharih yang tidak memungkinkan untuk


ditakwil.

5. Hadits Kelima

َ َ
‫َ ْ َ َ ض َّب ة‬ ََ َ َ َّ َ ‫َ خا ْ ُّ َ ح‬ ُ َ َ َ َّ
‫ح قتا‬ ‫ه ما‬ ‫ح د ثنا‬
َ ْ ُ َ َ َّ ‫ز ي‬ ‫ب‬
‫َّد ثنَا َُدة ع َْ س ع‬ ْ
‫د ثنا م ب ُن ي‬ ‫ٍدل ا‬ ‫ه‬
‫ن‬ ُ ْ
‫ْن ا ِ ْن‬ ‫َّ ب ن‬
‫ََي‬ ‫َ ِد‬ ‫دا‬
‫ل‬ ‫ْل‬

15
‫َ َْ ُ َ‬ ‫ْ َ ع َ َ َ َ ر َ َ َ َ َ َ َّ‬
‫فت ع ِر فو ن‬ ‫َ َ‬
‫ست ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫نأ‬ ‫ع و سل م‬ ‫ص‬ ‫سل‬ ‫ب ِ ُم‬
‫ُ‬ ‫ُ َ ّ َّ‬ ‫ّ‬
‫َ‬
‫َقا ل ‪ Q‬كو م َرا‬
‫َ‬ ‫َْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ِن َ‬
‫ص ن أ َم ة أ ن سو ل َّل َّل ا َُّل ل يِه‬
‫ُء‬ ‫ا ل‬ ‫ر‬
‫ل‬ ‫ٍن ِ م‬
‫ِ‬
‫ُ َ ُ‬
‫ن قاِت ل ُه ْم‬ ‫ََ َ ُ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ئ َ و‬
‫َ‬
‫ع َر‬
‫َ ِك َ َ‬
‫وتا قالوا أف‬ ‫ك و ِ م ْ ن‬ ‫ف‬ ‫و‬
‫َ ك‬ ‫ُ رو َ َ‬‫ُ‬
‫َر ِ َب َ‬
‫َّل‬
‫َ‬ ‫ع‬ ‫َر َ سل ل‬ ‫م ْ ن‬
‫َ‬ ‫م ف بَ ِر‬ ‫تن‬
‫َ‬
‫َِض‬ ‫ْ‬ ‫َم‬ ‫َ‬ ‫ن ْن‬
‫ن‬ ‫أن‬
‫َ َّ‬
‫َ َ صل ْوا ‪P‬‬ ‫َ َ‬
‫قا ل‬
‫ا م‬
‫ا‬
‫ل‬

‫‪16‬‬
ARTINYA
Haddab bin Khalid al-Azdy menceritakan hadits kepada kami,
Hammam bin Yahya menceritakan hadits kepada kami, Qatadah
menceritakan hadits kepada kami dari al-Hasan dari Dhabbah bin
Mihshan dari Ummi Salamah sesungguhnya Rasulullah bersabda:[
kelak akan ada para pemimpin yang kalian kenali dan kalian
ingkari, siapa saja yang mengenalinya maka dia telah berlepas diri
dan siapa saja yang mengingkarinya maka dia selamat. Akan tetapi
orang yang mengikutinya. Para shahabat bertanya: apakah kita
memerangi mereka? Rasul menjawab: tidak, selama mereka masih
menegakkan shalat]. Lafadz ini milik Muslim.

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh:
🢜 Muslim no. 1853 dalam kitab al-Imarah, bab wajibnya
mengingkari pemimpin jika mereka menyelisihi syariat, dan tidak
memeranginya selama mereka masih menegakkan shalat, Dan no.
1855 dalam bab sebaik-baik pemimpin dan seburuk-buruk
mereka.
🢜 Imam Ahmad no. 23999 dan no. 26528 keduanya dalam musnad
‘Auf bin Malik al-Asyja’iy al-Anshariy.

6. Hadits Keenam

ْ َ‫ُ عب‬ َ ْ َ َ َّ َ
‫ي ِد‬ َ ُ َ ْ َ ‫َ ح َّد‬
ْ ‫ح‬ ‫َ ح َّدث َ جا قا‬ ‫مو ح د ث نا ال َو‬ ‫َي َي‬
َ َ ‫ِب‬ َ ْ َ
‫َّدث ِِن ُْس ب‬ ‫ل‬
ْ
‫ِِن اب ُن‬ َ َ ُ
‫ِْل د قا ل‬ ‫ثنَا ب ُن َس‬
‫ٍر‬
‫ب ُن‬

َ َ ‫َع‬ َ َ َ ‫ن د‬
‫َ ن ا َي ك ن‬
‫ح‬
ُ َ ُ َّ ْ ‫أ ُبو َ س ال ِ ُِّن‬ َ
‫ث‬
‫أن ه‬
ُ ُ َ ْ ‫ا‬ ‫ح‬
‫َذ ْي َف ْلَ ما ِن قو ل‬ ‫س‬
‫ل‬
ْ
‫إِدِري‬
َ ‫ِم‬ ِِ
‫ةب‬ ‫ْو‬
17
‫َ َ‬ ‫َّ‬
‫ِ ُِّم قا ل‬ ‫ْ‬ ‫َْض‬ ‫ْ‬ ‫ا َْل‬ ‫َّلِل ا‬

‫َ َ ََ‬ ‫َّ ُ س ي َ ْس َ‬
‫ْ َ ُ ْ َ ُ ُ َ َماف ة‬ ‫َ‬ ‫ََّّللِ َ َ َعليْ ِه وَ‬ ‫ر‬ ‫انلا‬
‫ْل ت س أ ل ّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫َ ْ‬ ‫َ َّ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ‬
‫ِْْي َ و َ ع ن ال ر‬ ‫سل َم ع‬ ‫ألو ن سو ل ص َّل ا َّلُ‬
‫ش‬
‫أ‬
‫ُ‬ ‫ْن ا‬ ‫ا‬
‫كن‬ ‫ل‬

‫ْ‬ ‫َ‬
‫ْ ف َه ل‬ ‫َ َ َ َ َّ‬ ‫ُ َّ‬ ‫َ َّ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ ْ‬
‫َُّلل ب‬ ‫و ءنا‬
‫ِ‬
‫ك نا‬ ‫ر َّللِ‬ ‫ُ‬
‫ِدر ك ِِن ت‬ ‫أ ني‬
‫َ‬ ‫ا َ ‬ ‫َ هل‬ ‫َّ‬ ‫َ ُ َ‬
‫َه ذا ا ل‬ ‫ٍرَش ف‬ ‫َّ‬
‫ِف جا‬ ‫َف ُقلْ ‪Q‬يا سو ل ا ِإ نا‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ي ٍة‬
‫ِْي‬ ‫جا‬

‫‪18‬‬
‫َ َ‬
‫وِفيِه د‬ ‫َخ َ‬ ‫ْ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َ‬ ‫ن‬ ‫ع د ذِل ك‬ ‫ب‬
‫َ‬ ‫م‬ ‫ٍر َش‬ ‫ْل‬ ‫ه‬ ‫ب‬
‫خ ٌن‬ ‫َ َ َ‬ ‫َّ‬ ‫ُْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ َ‬
‫ر ِش ِم ْن ٍْي قا ل ع‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫قل‬ ‫َ َ َ َ‬
‫ِْي ِم قا ل ن ع‬ ‫ع د ذا ا‬
‫َ‬ ‫ُت‬
‫ْم‬ ‫ه‬ ‫ْن‬
‫ْ‬
‫ل‬
‫َ ْ َ َ َ‬
‫ُ ُ ْ ب ع د ذِل ك‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ُ ُ َ َ‬ ‫ُ ْ‬
‫ت ع ِر ف ِمن ِ ك ر قل‬ ‫ه‬ ‫د خن ه قا ل ق ن ب‬ ‫قل ُت‬
‫َ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ٌ َ ْ ُ‬ ‫َ‬
‫ُ‬
‫ُه ْم َو تنْ ُت ف َه ل‬ ‫د‬ ‫َ ْ‬
‫و م ي ه دو غ ْي‬ ‫َو ما‬
‫ِِي‬
‫ُْ‬ ‫َ ُ‬
‫َ ْ َ َ َ ذفو ُه ِفي َها قل ُت َيا َر‬ ‫َ‬ ‫ُ َ ٌ َ‬
‫ٍر َش‬
‫َ‬ ‫ْ َْ‬
‫ُ َ‬
‫م ن أ جا ب‬ ‫د َعة ِإ َل‬ ‫ا ْل ِ ِم‬
‫ْي‬
‫سو ل‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْن َ َ َ َ‬
‫ُه ْم ِإ ْْل َها ق‬ ‫ج‬
‫ب‬ ‫ِ ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫أبْ َ‬ ‫ع‬ ‫قا ل ن‬
‫َ َّ‬
‫هن‬ ‫ْم‬
‫َم‬
‫ْ‬
‫ُ‬ ‫َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ َ ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬
‫ن بِ أل ِ سنتِنا قل ت ف ما تأ م ر ِِن ِإ‬ ‫قا ل ه ْم ِم ْن ِج‬ ‫ا لَِّل ِص ف ُه ْم‬
‫ْ َْ َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َ َ ‬
‫ن أد َر ك ِِن ذِل ك‬ ‫َْلت َِنا َويَتَ ف ك‬ ‫َنال‬
‫ُمو‬
‫َ َ َ ٌ َ َ‬ ‫ْ َ‬ ‫ُ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬
‫و ال ِإ ما م قا ل‬ ‫ْم‬ ‫ن ل ُه‬ ‫ن‬ ‫َ قا ل َتل َز ُم َ ع َة ال ني َِإو ما م‬
‫َ ْ َ ْ‬ ‫َ َ ٌ‬ ‫ت َ‬ ‫ُ‬ ‫ََ‬
‫فا ع َِت ل‬ ‫ك‬
‫ُ‬
‫َ ل ْم َجا ع ة‬ ‫ُه ْم قل‬ ‫ْ ‬
‫َجا ُم سِل ِم‬
‫فإ‬
‫ي‬
‫ََ‬ ‫َ َ ْ‬ ‫َ‬
‫ِتلْ َ ك ال ُ َ ول ْو َ ت َع َّض بأ َ ش َ ح ْ َ ك ال و أن َت َلع‬
‫ِ‬
‫ذلك‪.P‬‬
‫در َم ْو‬ ‫ي‬ ‫ِت‬
‫َّ‬
‫ٍ‬ ‫رة‬‫َج َ‬ ‫ْ‬ ‫ف َر َق َّ َ ْ‬
‫ِ‬ ‫ل‬ ‫ِ‬ ‫ص‬ ‫ك أ ن‬ ‫ِ‬
‫ُ‬
‫ت‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫َها‬

‫‪ARTINYA‬‬

‫‪19‬‬
Yahya bin Musa menceritakan hadits kepada kami, al-Walid
menceritakan hadits kepada kami, dia berkata: Ibnu Jabir
menceritakan hadits kepadaku, dia berkata: Busr bin ‘Ubaidillah
al- Hadramiy menceritakan hadits kepadaku, dia berkata: Abu
Idris al- Khawlany menceritakan hadits kepadaku, sungguh dia
telah mendengar Hudzaifah bin al-Yaman berkata: dahulu orang-
orang bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, semetara aku
bertanya tentang keburukan karena takut hal itu menimpaku.
Maka aku berkata: [wahai Rasulullah, sungguh dahulunya kami
berada dizaman jahiliyah dan keburukan, lalu Allah datangkan
kebaikan ini. Apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan?
Beliau menjawab: ya. Aku berkata: apakah setelah keburukan itu
akan datang kebaikan? Beliau menjawab: ya, dan didalamnya ada
kabut. Aku berkata: apakah kabutnya? Beliau menjawab: suatu
kaum yang mengambil petunjuk selain petunjukku, kamu
mengenali mereka dan mengingkarinya, aku berkata: apakah
setelah kebaikan itu ada keburukan? Beliau menjawab: ya, para
da’i yang menyeru kepintu-pintu neraka jahannam, siapa saja
yang memenuhi seruanya maka mereka akan

20
melemparkannya keneraka. Aku berkata: wahai Rasulullah: beritahu
kami ciri-ciri mereka, beliaupun menjawab: mereka memiliki kulit
seperti kalian dan berbicara dengan bahasa kalian. Aku berkata:
lalu apa yang engkau perintahkan padaku jika aku mendapati hal
yang demikian itu? Beliau bersabda: berpegang teguhlah dengan
jama’ah muslimin dan pemimpin mereka, aku berkata: bagaimana
kalau saat itu tidak ada jama’ah dan pemimpin? Beliau menjawab:
menyingkirlah engkau dari seluruh firqah-firqah itu! Meskipun
engkau harus menyendiri sampai tiba kematian]. Lafadz hadits ini
milik al-Bukhariy.

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh:
🢜 Al-Bukhary no. 3606 dalam kitab al-Manaqib, bab tanda-tanda
kenabian dalam Islam dan no. 7084 dalam kitab al-Fitan, bab
bagaimana jadinya kalau tidak ada jama’ah.
🢜 Muslim no. 1847 dalam kitab al-Imarah, bab wajibnya menjaga
jama’ah muslimin.
🢜 Abu Dawud no. 4244 dalam kitab al-Fitan, bab penyebutan
fitnah- fitnah dan petunjuknya. Dihasankan oleh al-Albany.
🢜 Imam Ahmad no. 23427

KOSA KATA
َ ْ َ َّ َ َ ْ َ
‫ )أ ن ت ع ض ِبأ ص ِل ش‬adalah pohon” dibawah gerahammu gigit “engkau
َ
ٍ َ‫ج‬
(‫رة‬

kinayah yang bermakna kesungguhan dalam menanggung derita


dalam pengasingan.

B. Syarah Hadits
Jika kita perhatikan hadits pertama diatas kita dapati sebuah perintah
untuk taat kepada pemimpin secara umum dari kalangan apapun,
21
meskipun pemimpin itu berasal dari kalangan budak. Keumuman
perintah ini telah Allah serukan dalam firmanNya:
ُ ُ َ َ ‫َ َ ُ ِ طي‬ َ
) ۡ‫ك أۖم‬ ْ‫عوا ٱل َّر َ وأ و‬ ْ ُ ‫ءا من‬ َ‫يََٰٓ أ ُّي َها ٱ ََِّّلي ن‬
ِ ‫ِ طي‬ ْ
:59‫النساء‬ ‫و‬ ُ
‫ٓ ْ َ عوا ٱ‬
‫أَأ ر‬ َ ُ
َ ‫ََّل‬ ‫او أ‬
‫ِمن‬ ‫م‬ ‫ْل‬ ‫ٱ‬ ِ ‫سو‬
‫ِل‬ ‫ل‬
‫أ‬ (
‫ل‬

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(An Nisa [4] : 59)
Ibnu Qayyim memberi penjelasan terkait ayat ini, beliau berkata:
“ini adalah sebuah isyarat jika engkau beriman, maka iman itu akan
berkonsekuensi untuk melakukan perintah ini. Dan inilah makna dari
hadits Rasulullah:
َ ْ َْ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َّ َ
‫ح د ث نا َي ََي ب ُن َي ََي أ خ ََب نا ال ُمغِ َ ْي ة ب ُن عب ِ د ال َّر ْح ِن ا ْلِ َزا ِ ُِّم ع‬
َ َ‫ر‬ َ
‫ْن أ ِِب ال ِ زنادِ ع ن‬
ْ

َ َ ْ َ َ ْ َْ
‫م َ َ د أ َطا ع‬ ‫و َسل‬
َ ْ‫ع ُ ه َ ع ْ ن َ ص َ َ علَي‬
‫ا ْل‬
‫ع‬ َ ‫ِه‬ َّ َّ
‫ف‬ ‫َم َقا ل ْن أ‬ ُ‫انل ِ َّل ا َّل‬ ‫ْن أ َري‬ ‫ع‬
َ ‫َطا ِِن‬ ‫ِرب‬ َ
‫ِِب َر ة‬ ‫َر‬
‫ق‬ ‫ل‬ ‫ِج‬

‫ْ د َ َ َ ِ ص َ ْي‬ ََ ‫َ َ َ ْ ِط‬ َ َ َ َ َّ
َْ َْ ْ ‫ع‬ ‫ف‬ ِ ‫ا َّلل‬
َ ْ ‫ن ع ا ْل‬ َ ‫و ي ص‬
‫أ َطا ع و ي ا ْلِم‬ ‫ِم ف‬ ‫ََص ا َ و‬ ‫ق‬
ْ َ ‫ِِن‬ ‫ي‬َ ‫َّل َ ي‬ ْ ‫َم ْع ِِن‬
‫م ع‬ ‫ق‬ ‫م‬ ‫د‬
‫ل‬
‫ْن‬ ‫ْن‬
َ َ ْ َ َ
‫ف ق د ع صا ِِن‬
22
Yahya bin Yahya menceritakan hadits kepada kami, al-Mughirah bin
‘Abdirrahman al-Hizamiy mengabarkan kepada kami dari Abi az-
Zinad dari al-A’raj dari Abi Hurairah dari Nabi beliau bersabda: siapa
saja yang taat kepadaku maka dia telah taat kepada Allah, dan siapa saja yang
menentangku maka dia telah menentang Allah. Dan siapa saja yang taat
kepada pemimpin (amir) maka dia telah mentaatiku, dan siapa saja yang
menentang pemimpin maka dia telah menentangku.
Dalam ayat ini para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna
siapakah ulil amri yang dimaksud dalam ayat tersebut, pendapat pertama :

23
mengatakan bahwa ulil amri adalah umara’ (para pemimpin). pendapat
kedua : mengatakan bahwasanya ulil amri adalah ulama. pendapat ketiga
: mengatakan bahwa ulil amri maksudnya adalah para shahabat
Rasulullah. pendapat keempat: berpendapat bahwa ulil amri adalah
Abu Bakar dan Umar. Pendapat yang rajih dalam permasalahan ini
adalah pendapat pertama dan kedua, sebagaimana dirajihkan oleh ath-
Thabariy. Siapakah yang dimaksud dengan pemimpin? Dan yang
dimaksud pemimpin adalah pemimpin kaum muslimin yang berada di
negeri islam.
Adapun negeri islam adalah mencakup seluruh negeri yang mana
kaum muslimin bisa menampakkan hukum-hukum islam, baik
mayoritas atau minoritas, meskipun pemimpinnya non muslim, namun
selama kaum muslimin masih bisa menampakkan hukum-hukum islam
atau tidak ada larangan terhadap hal itu maka negeri itu termasuk
negara islam.
Dalam hadits kedua dan ketiga menjelaskan bahwa ketaatan
kepada ulil amri bukanlah ketaatan yang mutlaq atau ketaatan yang
berdiri sendiri, akan tetapi ketaatan yang terikat dengan Allah dan
RasulNya sebagaimana yang tersebut pada surat an-Nisa ayat 59 diatas.
Maka ada batasan – batasan kapan kita boleh taat kepada mereka, hal
inilah yang dijelaskan pada hadits ketiga diatas yaitu sebatas dalam
perkara yang ma’ruf dan bukan kemaksiatan.
Dalam hadits keempat menjelaskan larangan untuk memerangi
umara’ sampai nampak jelas kekafiran mereka, dan di hadits kelima
menjelaskan batasan kapan maksud dari kakafiran itu. Dijelaskan
bahwa selama mereka masih menegakkan shalat maka kita tidak
boleh
memeranginya. sebagaimana hadits:
ْ ُ ُ َ ْ ‫ي ُ َ ع ْ ن ِ ه‬
‫ع َ ُ ت َ ر َ َ ص َ َ لَعيْ َ و ي قو ل ال‬ ‫َّللِ ب‬
َّ
َ َ َ
ُ ْ َ َّ ّ َ ُ ‫س‬ ‫َد َة ن‬
‫عهد‬ ‫ِه َسل‬ ُ‫سو ل ا َّل َّل ا َّل‬
‫قا ل‬
‫أِبي‬
‫ب‬
‫َم‬ ‫ل‬ ‫ِم‬
‫ل‬ ِ ‫َر‬
24
ُْ َ َ ‫ح‬
َ ‫ا‬
‫عب د ا‬ ‫د‬ ‫ثن‬

َ َ
.‫ك ف َر‬ َ ْ َ ‫ْ َّ ص‬ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َّ
‫نت ف‬ ‫ا َِّلي بيننا وبين‬
َ َ ُ َ ‫م‬
‫ال َّلة ف َر ك ق‬ ‫ُه‬
ْ
‫ها د‬
َ ‫َم‬

‘Abdullah bin Buraidah menceritakan hadits kepada kami dari ayahnya dia
berkata: aku mendengar Rasulullah bersabda: perjanjian (ikatan) antara

25
kita (muslimin) dan mereka (orang kafir) adalah shalat, siapa yang
meninggalkan shalat maka dia telah kafir.
Hadits ini keenam menjelaskan solusi bagaimana jika terjadi
huru- hara oleh pemerintah yang menindas sementara kita dilarang
untuk melawan mereka, maka kita diperintahkan untuk bersabar
untuk selalu menjaga persatuan kaum muslimin dan menghindari
perlawanan kepada mereka. Hal ini memiliki hikmah yang besar yaitu
bertujuan agar gejolak fitnah tidak semakin menjadi. Ibnu Hajar
berkata: hikmah dari ketaatan kepada pemimpin adalah untuk
menyatukan kalimat dari perpecahan dan kerusakan.
Pemimimpin Adalah Cerminan Rakyatnya. Diantara bentuk
konsekwensi ketaatan kepada pemimpin adalah dengan tidak
mencelanya, mencacinya apalagi melakukan pemberontakan. Karena
seburuk-buruk pemimpin adalah gambaran dari rakyatnya, cukup
bagi kita apa yang
dinukil oleh Imam asy-Syaukaniy dalam tafsir:
َ ْ ُ َ َ َ ‫أ‬ َ َ َّٰ َ ‫أ‬ ‫َ َ َ َ ُ ر‬
‫و ك ذٰ َِل ك ن َو ِ ِل َ ب ع ض ٱل ظِل ِم ني َ ب ع َۢضا ِب ما كنوا ي‬
َ ‫أ‬
:129(‫ك ِ سبُو ن ) ْالنعام‬

Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu


menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka
usahakan. (Al An'am [6] : 129)
Beliau tuliskan:

‫ سألت ْا لعمش عن قول {وكذلك نِو ل‬: ‫وأخرج أبو الشيخ عن منصور بن ِأب ْا لسود قال‬

‫ُر‬ ُ َ َ
‫ سمعتهم يقولون إذا فسد انالس أ ِمر‬: ‫بع ض الظالمني بعضا} ما سمعتهم يقولون فيه؟ قال‬

.‫ِ َشا ُرهم‬


‫عليهم‬

Abu Syaikh telah mengeluarkan riwayat dari Manshur Bin Abil Aswad,
beliau berkata: aku bertanya kepada Al A’masy tentang ayat ini, apa
yang engkau dengar dari mereka (shahabat atau tabiin) berkata tentang

26
ayat ini? Al A’masy menjawab: aku mendengar mereka berkata: Jika
manusia telah rusak maka mereka akan dipimpin oleh orang-orang
buruk dari mereka.

27
Semakna dengan itu terdapat pula firman Allah Ta’ala yang
menunjukkan bahwa Allah-lah yang akan memilih pemimipin bagi rakyat-
rakyat, Allah Ta’ala berfirman:
ٓ ََ َ ‫ُ أُأ‬ َ ٓ ََ َ َ ‫أ أ‬ ‫ُأ‬ ‫َّ ُ َّ َ َ أ أ‬ ُ
‫ك ِم َّمن ت شا‬ ‫ِزن ع ٱل مل‬ ‫مل ك ٱل ُم ل ِك ت ؤ ِِت ٱل ُمل ك من ت شا ُء َوت‬
ِ َٰ ‫ق ِل ٱلل ه م‬
ُّ ُ ٓ َ َ َ ُ
‫شا ُء َوت ِذ ل‬ ‫َوتِع ُّز من ت‬ ‫ُء‬
َ ُ َ ُ‫َ ََُٓ َ َ أَأ‬
:26(‫ِ دي ) آل عمران‬ ‫ْل ْۡۖي‬ ِ‫من ت اش ۡۖء ِبي د‬
ٞ‫ر‬
‫ر أَشء‬ َ َّ ‫ك‬
‫ٱ ِإن ك‬
‫ََٰلع‬
‫ق‬
‫ك‬

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan


kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala
sesuatu. (Al 'Imran [3] : 26)
Muhammad Haqqiy –rahimahullah- dalam tafsir ayat ini
mengatakan:
َ َ
ْ‫ َِإو ْن ُكنْتُ م‬,‫“ َم ْع َناهُ إ ْن ُكنْتُ ْم ْن أه ل ال رطاَ َع يُ َو َّل َعلَيْ ُك ْم أ ْه َل ال َّر ْ َ ِْحة‬
‫ِة‬ ِ ‫ِم‬ ِ
َّ ُ ْ ْ ْ َ
‫ِم ْن أ ه ِل ال َم ع ِصيَِة ي َو ل‬

َ ْ ُ ُْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ
”‫علي ك م أ ه ل ال ع ق وبِة‬

“Maknanya adalah jika kalian dari kalangan orang yang taat maka
Allah akan berikan kepada kalian pemimpin yang penuh rahmat, dan jika
kalian dari kalangan ahli maksiat maka Allah akan memberikan
pemimpin yang kejam“

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Meskipun ketaatan kepada ulil amri bukanlah ketaatan yang mutlaq,


namun dari pemaparan di atas bisa kita ambil kesimpulan
bahwa:Wajib hukumnya taat kepada ulil amri dan haram hukumnya
melawan ulil amri baik berupa demonstrasi, pemberontakan atau
kudeta. Imam Nawawiy berkata:

‫وأما ْا لروج عليهم وقتالهم فحرام بَإجاع المسلمني وإن كنوا فسقة ظالمني‬

“Adapun memberontak mereka (ulil amri) dan memeranginya maka hukumnya


haram secara ijma’ kaum muslimin, meskipun mereka fasiq dan dzalim”.
Otoritarianisme memiliki peranan yang lebih baik dalam
menjaga stabilitas pemerintahan dibanding demokrasi. Perlu adanya
penegakan hukum kepada siapa saja yang melanggar batasan etika
yang terkait dengan nama baik pemerintah, seperti pembangkangan,
demontrasi dan sebagainya. Negeri islam adalah mencakup seluruh
negeri yang mana kaum muslimin bisa menampakkan hukum-hukum
islam, baik mayoritas atau minoritas, meskipun pemimpinnya non
muslim, namun selama kaum muslimin masih bisa menampakkan
hukum-hukum islam atau tidak ada larangan terhadap hal itu maka
negeri itu termasuk negara islam.
Sikap seorang muslim saat terjadi huru-hara oleh pemerintah
yang menindas dan menganiaya, maka diperintahkan untuk bersabar
untuk selalu menjaga persatuan kaum muslimin dan menghindari
perlawanan kepada mereka. Pemimipin adalah cerminan rakyatnya.
Jika rakyatnya

29
baik maka akan Allah beri mereka pemimpin yang baik, jika rakyatnya
buruk maka Allah akan beri mereka pemimpin yang buruk pula.

30
DAFTAR PUSTAKA

Al-'Asqalany, A. b. '. b. H., 2000. Fathul al-Bary bi Syarhi Shahih al-Bukhary.


Riyadh: Bait al-Afkar al-Dauliyah.
Al-Bukhary, M. b. I. b. a.-M. b. B., 1998. Shahih al-Bukhary. Riyadh: Bait al-
Afkar al-Dauliyah.
Al-Qazwainy, M. b. Y. I. M., 199. Sunan Ibnu Majah. Riyadh: Bait al-Afkar al-
Dauliyah.
An-Naisabury, M. b. H. a.-Q., 1998. Shahih Muslim. Riyadh: Bait al-Afkar al-
Dauliyah.
AN-Nawawy, Y. b. S. a.-M., 2000. Syarhu an-Nawawy ala Muslim. Riyadh:
Bait al-Afkar al-Dauliyah.
As-Sijistany, A. D. S. b. A. b. I. A.-A., 1999. Sunan Abu Dawud. Riyadh:
Darussalam.
Asy-Syaibani, A. b. H. b. H., 1995. Musnad al-Imam Ahmad. Kairo: Dar al-
Hadits.
At-Tirmidzy, M. b. I. b. S., 1999. Jami' At-Tirmidzy. Riyadh: Bait al-Afkar al-
Dauliyah.

31

Anda mungkin juga menyukai