Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Batas Ketaatan Kepada Pemimpin

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Hadits

Dosen Pengampu :
KOMARUDIN SOLEH, M.Ag.

Disusun Oleh :
MUMUD SALIMUDIN - 18.05.0178

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah SWT. kita memuji, meminta

pertolongan, meminta ampunan dan bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung

kepada Allah SWT. dari kejahatan diri dan keburukan perbuatan kita.

Siapapun yang diberi petunjuk oleh Allah SWT., maka tidak ada yang bisa

menyesatkannya. Dan siapa yang disesatkan-Nya maka tidak ada yang bisa

memberi petunjuk kepadanya. Kami bersaksi bahwa tiada Ilah yang hak untuk

disembah selain Allah SWT. dan tiada sekutu baginya. Dan Kami bersaksi

bahwa Muhammad SAW. adalah hamba dan Rasul-Nya.

Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah firman Allah SWT. dan sebaik-

baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad SAW. Seburuk-buruk perkara

adalah yang ditambah-tambah dan setiap yang ditambah-tambah adalah

bid’ah. Setiap yang bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan masuk neraka

(HR. Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Batasan Taat Kepada Pemimpin” tepat pada waktunya. Makalah ini

merupakan salah satu tugas mata kuliah Hadits yang diasuh oleh Bapak

Komarudin Soleh, M.Ag. Selain itu, saya mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini dengan

baik.

Saya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,

saya sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari berbagai pihak

i
demi penyempurnaan makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca, terutama menambah wawasan mengenai Ayat-

Ayat Ekonomi.

Demikian, semoga Allah SWT. memberikan kita kekuatan dan

keikhlasan untuk berjuang demi kemajuan umat di segala bidang kehidupan.

Aamiin.

Bandung, Mei 2020

MUMUD SALIMUDIN

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2

PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Hadits-Hadits Tentang Batas Ketaatan Kepada Pemimpin ..................... 3

1. Hadits Pertama ........................................................................... 3

2. Hadits Kedua ............................................................................. 4

3. Hadits Ketiga ............................................................................. 7

4. Hadits Keempat:......................................................................... 9

5. Hadits Kelima .......................................................................... 10

6. Hadits Keenam......................................................................... 11

B. Syarah Hadits ..................................................................................... 13

PENUTUP ............................................................................................... 18

A. Kesimpulan ........................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana yang kita ketahui seorang pemimpin identik dengan


kekuasaan, di jaman yang modern ini masing-masing individu berlomba-
lomba untuk menjadi pemimpin, dengan berbagai cara mereka lakukan
demi mendapatkan kekuasaan atau kepemimpinan di sebuah Negara
bahkan yang terkecil sekalipun, namun Islam membicarakan tentang
semua itu, baik tentang kepemimpinan maupun jabatan. Islam menyuruh
kita untuk mencari seorang pemimpin yang adil, berilmu dan berwibawa
serta beragama Islam, contohnya seperti Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam, di jaman yang modern ini telah banyak yang berlawanan dengan
Al Qur’an dan Hadits dalam memilih pemimpin maupun hak kuasa
pemimpin terhadap kepemimpinannya,
Sekarang ini pemilihan pemimpin sesuai dengan suara yang paling
banyak memilihnya, bukan karna seorang itu berilmu ataupun adil serta
beragama islam, jadi seorang yang ingin menjadi pemimpin dia bisa
menggunakan cara yang tidak sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits, maka
dengan demikian timbullah pemimpin-pemimpin yang tidak memiliki
akhlak dan moral yang baik, sehingga terkadang dia menyuruh
bawahannya untuk berbuat tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh
seorang muslim bahkan juga merugikan manusia.
Jadi sampai manakah kita bisa mentaati seorang pemimpin itu?
apakah kita masih pantas untuk mematuhi perintahnya, atau kita harus
mematuhinya lantaran kita takut akan turun dari jabatan! Maka semua itu
harus kita kembali kepada al quran dan hadits, banyak hadits-hadits yang
membahas tentang taat kepada pemimpin, namun bukan berarti pemimpin

1
yang tidak adil tidak kita patuhi perintahnya, walaupun seorang pemimpin
itu tidak bisa berlaku adil akan tetapi jikalau perintah yang keluar dari
mulutnya sesuai dengan al quran dan hadits maka itu wajib kita patuhi,

‫انظر ماقال والتنظر من قال‬

“Lihatlah apa yang di katakannya dan jangan kamu lihat siapa yang
mengatakan.”

B. Rumusan Masalah

1. Apa Saja Hadits-Hadits entang Batas Ketaatan Kepada Pemimpin?

2. Bagaimana Takhrij Hadits-Hadits Tersebut?

3. Apa Saja Kosa Kata Penting Dalam Hadits -Hadits Tersebut?

4. Bagaimana Syarah Hadits-Hadits Tersebut?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Hadits-Hadits entang Batas Ketaatan Kepada

Pemimpin?

2. Untuk Mengetahui Takhrij Hadits-Hadits Tersebut?

3. Untuk Mengetahui Kosa Kata Penting Dalam Hadits -Hadits

Tersebut?

4. Untuk Mengetahui Syarah Hadits-Hadits Tersebut?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadits-Hadits Tentang Batas Ketaatan Kepada Pemimpin


Dalam makalah ini, akan disampaikan 6 hadits yang memiliki poin
inti dalam masalah ketaatan kepada pemimpin, yaitu :
1. Hadits Pertama
َ َّ َّ‫ِيد َع ْن ُش ْعبَ َة َع ْن أَِب اتل‬
َ ِ ‫اح َع ْن أن َ ِس بْن َمال ِ ٍك َر‬
‫ِض‬ ِ ‫ي‬ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ ٌ َّ َ ُ َ َ َّ َ
ٍ ‫حدثنا مسدد حدثنا َيَي ب ُن سع‬
ِ ِ
َ ْ ْ
‫استُ ْع ِمل‬ ُ ‫اس َم ُعوا َوأَط‬
‫ِيعوا ِإَون‬ ْ ‫اَّلل َعلَيْ ِه َو َسلَّ َم‬
ُ َّ ‫اَّللِ َص ََّّل‬ ُ ُ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َّ
َّ ‫ول‬ ‫قال رس‬Q ‫اَّلل عنه قال‬

ٌ ْ َّ َ َ ُ ْ‫َعلَي‬
َ ‫ك ْم َعبْ ٌد‬
P.‫ِش كأن َرأ َس ُه َزبِيبَة‬
ٌّ ِ َ‫حب‬

ARTINYA
Musaddad menceritakan hadits kepada kami, Yahya bin Said
menceritakan hadits kepada kami, dari Syu’bah dari Abi at-Tayyah
dari Anas bin Malik – radiyallahu ‘anhu- beliau berkata: (Rasulullah
bersabda: dengarkanlah dan taatlah kalian! Meski pemimpin kalian
dari kalangan budak etiopia yang kepalanya seperti kismis). Lafadz
milik al-Bukhariy.

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh :
 Al-Bukhary no. 7142 dalam kitab Al-Ahkam, bab wajibnya
mendengar dan taat kepada imam selama itu bukan kemaksiatan.
 Muslim no. 1692 dalam kitab al-Hajj, bab anjuran melempat jumrah
‘aqabah dihari nahr dengan menunggang kendaraan dan kitab al-

3
‫‪Imarah, bab wajibnya taat kepada pemimpin dalam hal yang ma’ruf‬‬
‫‪dan larangan taat dalam kemaksiatan.‬‬
‫‪ Ibnu Majah no. 2859 dalam kitab Jihad, bab ketaatan kepada imam.‬‬
‫‪Dishahihkan oleh al-Albany.‬‬
‫‪ Imam Ahmad no. 12126 dalam musnad Anas bin Malik.‬‬
‫‪Yang seluruhannya berasal dari shahabat Anas bin Malik, kecuali‬‬
‫‪periwayatan Muslim dari shahabiyah Ummu al-Hushain dengan‬‬

‫‪.‬عبد جمدع ‪ dengan lafadz‬عبد حبِش ‪perbedaan lafadz pada kalimat‬‬

‫‪KOSA KATA‬‬
‫ٌ‬ ‫َ َ َّ ْ‬
‫‪) : Kepalanya kecil seperti kismis: sebuah permisalan‬كأن َرأ َس ُه َزبِيبَة(‬

‫‪yang bermakna kerendahan atau kehinaan.‬‬

‫‪2. Hadits Kedua‬‬

‫ح َّد َث َنا َعبْ ُد َّ‬ ‫َ َّ َ ُ َ َّ ُ ْ ُ َ ْ ْ َ ْ َ َّ ُّ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ َّ َ‬


‫ان و َ‬
‫اَّللِ‬ ‫يِم حدثنا َيَي بن حس‬ ‫و حدث ِِن ُممد بن سه ِل ب ِن عسك ٍر اتل ِم ِ‬
‫ْ َ َ َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ ُّ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ ُ َ َّ َ َ َّ َ َ ُ َ َ ُ‬ ‫الر ْ َ‬
‫بْ ُن َعبْ ِد َّ‬
‫ْح ِن ادلارِ ِِم أخَبنا َيَي وهو ابن حسان حدثنا معاوِية يع ِِن ابن سَّل ٍم‬

‫َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ ُ َ َّ َّ‬ ‫َّ‬ ‫َ َ‬
‫ح َّدثنَا َزيْ ُد بْ ُن َسَّل ٍم عن أ ِِب سَّل ٍم قال قال حذيفة بن اْلما ِن قلت ‪ Q‬يا رسول ِ‬
‫اَّلل إِنا‬

‫َش قَ َال َن َع ْم قُلْ ُ‬


‫ت َه ْل َو َر َ‬ ‫ََْ ْ ََ َ َ ْ‬
‫اْلَ ْْي َ ٌّ‬ ‫حُ‬‫اَّلل ِبَ ْْي َفنَ ْ‬
‫اء َّ ُ‬ ‫ش فَ َ‬
‫ج َ‬ ‫ُك َّنا ب َ ر‬
‫اء‬ ‫ِ‬ ‫ا‬‫ذ‬‫ه‬ ‫ِ‬ ‫ء‬ ‫ا‬‫ر‬‫و‬ ‫ِن‬ ‫م‬ ‫ل‬‫ه‬ ‫ف‬ ‫ه‬
‫ِ‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ٍ‬
‫َ َ َّ ر َ ْ ٌ َ َ َ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ٌّ َ َ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ُ ُ‬
‫كون‬ ‫ْي َش قال نعم قلت كيف قال ي‬ ‫الش خْي قال نعم قلت فهل وراء ذل ِك اْل ِ‬ ‫ِ‬ ‫ذل ِك‬

‫ج ٌال قُلُوبُ ُه ْم قُلُ ُ‬ ‫َ َّ ٌ َ َ ْ َ ُ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ُّ َ‬


‫ون ب ُس َّنِت َو َسيَ ُق ُ‬
‫وم فِيه ْم ر َ‬ ‫َْ‬
‫وب‬ ‫ِ ِ‬ ‫بعدِي أئِمة ال يهتدون بِهداي وال يستن ِ ِ‬
‫اَّللِ إ ْن أَدْ َر ْك ُ‬
‫ت ذَل َِك قَ َال ت َ ْس َمعُ‬ ‫ْ َ َ ُْ ُ ََْ َ ْ َُ َ َُ َ‬
‫ول َّ‬ ‫ُْ‬
‫جث َما ِن إِن ٍس قال قلت كيف أصنع يا رس‬ ‫ِني ِف‬ ‫َّ َ‬
‫ِ‬ ‫الشياط ِ‬
‫َ‬ ‫ُض َب َظ ْه ُر َك َوأُخ َِذ َمال ُ َ‬
‫ك َف ْ‬ ‫ْ‬
‫ِإَون ُ‬ ‫َُ ُ َْ‬
‫اس َم ْع َوأط ِْع‪P‬‬ ‫ِ‬ ‫ِْي‬
‫وت ِطيع ل ِْل ِ‬
‫م‬

‫‪4‬‬
ARTINYA :
Muhammad bin Sahl bin ‘Askar at-Tamimy menceritakan hadits
kepadaku, Yahya bin Hassan menceritakan hadits kepada kami, Dan
Abdullah bin Abdirrahman ad-Darimy menceritakan hadits kepada
kami, Yahya bin Hassan mengabarkan kepada kami, Mu’awiyah bin
Sallam menceritakan hadits kepada kami, Zaid bin Sallam
menceritakan hadits kepada kami dari Abi Sallam, dia berkata:
Hudzaifah bin al-Yaman berkata: (wahai Rasulullah sungguh
dahulunya kami berada di zaman keburukan, lalu Allah datangkan
kebaikan ini. Apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan? Beliau
menjawab: ya. Aku berkata: apakah setelah keburukan itu akan datang
kebaikan? Beliau menjawab: ya. Aku berkata: apakah setelah kebaikan
ini akan datang keburukan? Beliau menjawab: ya, aku berkata:
bagaimana yang demikian itu? Beliau menjawab: sepeninggalku akan
ada para pemimpin yang tidak memakai petunjuknya dan tidak
memakai sunnahku, akan ada diantara mereka orang-orang yang hati
mereka seperti hati-hati setan dalam jasad manusia, aku berkata: lalu
apa yang harus aku perbuat jika aku mendapatinya? Beliau menjawab:
Dengarkan dan taatilah seorang pemimpin meskipun punggungmu
dipukul dan hartamu diambil, dengarkanlah dan taatilah!) Lafadz hadits
ini milik Muslim.

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh:
 Muslim no. 1847 dalam kitab al-Imarah, bab wajibnya
berbepegang teguh dengan jama’ah muslimin saat munculnya
huru-hara, dan larangan memberontak.
 Abu Dawud no. 4244 dalam kitab al-Fitan, bab penyebutan fitnah-
fitnah dan petunjuknya. Dihasankan oleh al-Albany.

5
َ َ ْ
 Imam Ahmad no. 23427 dengan menggunakan lafadz ‫ِإَون ن َهك‬

َ
‫ظ ْه َر َك‬. Dengan jalur sanad yang berbeda sebagaimana berikut:

َ ُ َ ُ ً ْ َ ُ ْ َ َ َ ِ َّ َّ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ْ ُ َّ َ ُ َ َ َّ َ
‫َي ردِث ع ْن‬ ‫ج ْعف ٍر َح َّدثنَا ش ْعبَة ع ْن أ ِِب اتلياح قال س ِمعت صخرا‬ ‫حدثنا ُممد بن‬

‫ُسبَيْ ٍع‬

Muhammad bin Ja’far menceritakan hadits kepada kami, Syu’bah


menceritakan hadits kepada kami dari Abi at-Tayyah berkata: aku
mendengar Shahr menceritakan hadits dari Subay’ (yang beliau
mendengar Hudzaifah tentang hadits ini).
Penilaian ulama hadits terhadap rantai sanad tersebut:
Muhammad bin Ja’far al-Hudzaliy
• Muhammad bin Ja’far al-Hudzaliy yang terkenal dengan
Ghundar: Beliau banyak meriwayat hadits dari Syu’bah bahkan
berguru selama 20 tahunan, Imam Ahmad salah satu yang
meriwayatkan haditsnya.
• ‘Abdulkhaliq bin Manshur berkata, dari ibnu Ma’in beliau
berkata: beliau adalah orang yang paling shahih penulisan
haditsnya (dalam kitab).
• Ibnu al-Mubarak berkata: Jika orang-orang berselisih pendapat
terhadap hadits yang diriwayatkan Syu’bah, maka kitabnya
Ghundar (Muhammad bin Ja’far) sebagai hakimnya.
• Ibnu Abi Hatim berkata: aku bertanya kepada ayahku tentang
Ghundar, maka beliau berkata: dia shaduq, muaddib, dan
kapasitasnya dalam posisi hadits Syu’bah dinilai Tsiqah.
• Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab ats-Tsiqat.
• Ibnu Hajar menilainya dengan Tsiqah.

6
Syu’bah bin al-Hajjaj bin al-Warad al-‘Atakiy al-Azadiy:
• Yahya bin Said al-Qatthan berkata: tidak pernah aku melihat
seorang yang lebih baik hadits dibanding Syu’bah.
• Abu Dawud berkata: ketika Syu’bah wafat, Abu Sufyan
berkata: Hadits telah wafat.
• Ibnu Hajar berkata bahwa Syu’bah tergolong dalam kitabnya
Ibnu Hibban (ats-Tsiqah).
• Abu at-Tayyah Yazid bin Humaid adh-Dhuba’iy al-Basriy.
• Ibnu Ma’in, Abu Zur’ah dan an-Nasa’i berkata: dia Tsiqah.
• Ibnu al-Madiniy berkata: dia terkenal.
• Abu Hatim berkata: dia Shalih.
• Ibnu Hibban telah menyebutnya dalam kitabnya ats-Tsiqah.

Shahr bin Badr.


• Ibnu Hibban menyebutkannya dalam kitab ats-Tsiqat.

Subaiy’ bin Khalid al-Yasykuriy al-Basriy.


• Ibnu Hibban menyebutkannya dalam kitab ats-Tsiqat.

3. Hadits Ketiga

َّ ‫ح َّدثَِن نَاف ٌِع َع ْن َعبْد‬ َّ ‫ح َّد َثنَا ََيْ ََي بْ ُن َسعِيد َع ْن ُعبَيْد‬
َ ِ‫اَّلل‬ َ ‫ح َّد َثنَا ُم َس َّد ٌد‬
َ
‫اَّللِ بن عمر‬ ِ ِ ِ ٍ
ْ ْ َ َ ُ َ َّ َ ُ ْ َّ َ َ َّ َ ُ َّ َّ َ ‫َ َ َّ ُ َ ْ ُ َ ْ َّ ر‬
‫اعة لَع ال َم ْر ِء ال ُم ْسل ِِم‬‫ السمع والط‬Q ‫اَّلل َعل ْيهِ َو َسل َم قال‬ ِ ِ ‫ر ِِض اَّلل عنه عن انل‬
‫ب صَّل‬

َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ
P.‫صي ٍة فَّل سمع وال طاعة‬
ِ ‫صي ٍة فإِذا أمِر بِمع‬
ِ ‫فِيما أحب وك ِره ما لم يؤمر بِمع‬

ARTINYA
Musaddad menceritakan hadits kepada kami, Yahya bin Said
menceritakan hadits kepada kami dari ‘Ubaidillah, Nafi’ menceritakan

7
kepada kami hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar –radiyallahu ‘anhu- dari
Nabi ‫ ﷺ‬beliau bersabda:( seorang muslim wajib mendengar dan taat
kepada pemimpin dalam hal yang disukai dan dibencinya, selama
tidak diperintah untuk sebuah kemaksiatan. Jika dia diperintah dalam
kemaksiatan maka tidak boleh didengar dan ditaati). Lafadz hadits milik
al-Bukhariy.

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh:
 Al-Bukhary no. 7144 dalam kitab al-Ahkam, bab wajibnya
mendengar dan taat kepada imam selama itu bukan kemaksiatan.
 Abu Dawud no. 2628 dalam kitab al-Jihad, bab Ketaatan.
Dishahihkan oleh al-Albany.
 At-Tirmidzy no. 1707 dalam kitab al-Jihad, bab tidak ada ketaatan
kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah, beliau berkata
bahwa hadits ini adalah hadits hasan shahih. Dengan sanad

penambahan nama ‘Ubaidillah bin Umar (‫)عبيد اَّلل بن عمر‬, namun

kita dapati satu-satunya nama ‘Ubaidillah yang meriwayatkan


hadits dari Nafi’ dan haditsnya diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id
adalah ‘Ubaidillah bin al-Akhnas an-Nakhaiy Abu Malik al-Kufiy.
 Imam Ahmad no. 4668 dan no. 6278 pada musnad Abdullah bin
Umar bin al-Khattab.

KOSA KATA

(‫ )الطاعة‬Taat secara bahasa bermakna kepatuhan dan ketundukan.

Secara istilah adalah melakukan sesuatu yang diperintah dan


meninggalkan sesuatu yang dilarang.

8
4. Hadits Keempat:

َ ُ‫ح َّدثَِن ابْ ُن َو ْهب َع ْن َع ْمرو َع ْن ب‬


ُ ‫ك ْْي َع ْن ب ُ ْْس بْن َسعِيد َع ْن‬ ُ َ ْ َ َ َّ َ
‫اد َة‬
َ ‫ج َن‬ َ ‫ِيل‬
ٍ ِ ِ ٍ ٍ ٍ ِ ‫حدثنا إِسماع‬

ْ َ ُ َّ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ ٌ َ َ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َّ َ ُ َ ْ
َ ‫لَع ُع َب‬
َّ ‫ادةَ بْن‬
‫ح ردِث‬ ‫ِت وهو م ِريض قلنا أصلحك اَّلل‬
ِ ‫الصام‬ ِ ‫ب ِن أ ِِب أمية قال دخلنا‬

َّ ُّ َّ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ ‫َ ْ َ ُ ْ َّ ر‬ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ
‫ب َصَّل‬ ِ ‫ دَعنا انل‬Q ‫ب صَّل اَّلل علي ِه وسلم قال‬
ِ ِ ‫ِيث ينفعك اَّلل ب ِ ِه س ِمعته مِن انل‬ٍ ‫ِِبد‬

َ‫اعةِ ف َمنْ َشطنا‬


َ ‫الط‬
َّ َ ْ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ
ِ ِ ‫اَّلل عليهِ وسلم فبايعناه فقال فِيما أخذ علينا أن بايعنا لَع السمعِ و‬

ُ ‫ع ْاْلَ ْم َر أَ ْهلَ ُه إ َّال أَ ْن تَ َر ْوا‬


ً ‫ك ْف ًرا بَ َو‬ َ َُ َ ْ ََ ََْ َ ًََََ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ َ
‫احا‬ ِ ‫از‬
ِ ‫ْسنا وأثرة علينا وأن ال نن‬
ِ ‫ْسنا وي‬
ِ ‫ومكرهِنا وع‬
ٌ
P.‫اَّللِ فِيهِ بُ ْر َهان‬
َّ ‫ك ْم م ِْن‬
ُ ‫عِنْ َد‬

ARTINYA
Ismail menceritakan hadits kepada kami, Ibnu Wahb menceritakan
hadits kepada kami dari ‘Amr dari Bukair dari Busr bin Said dari
Junadah bin Abi Umayyah berkata: kami masuk menemui Ubadah bin
Shamit saat dia sedang sakit, kami berkata: semoga Allah Membaikan
kondisimu, ceritakan kepada kami hadits yang engkau dengar dari
Nabi, dia berkata: (Nabi memanggil kami, maka kamipun
membai’atnya, beliaupun berbicara tentang hal-hal apa saja yang
menjadi bai’at kami, yaitu kami harus mendengar dan taat dalam
keadaan suka, duka, sempit, lapang dan mendahulukannya dari pada
kepentingan kami. Dan tidak boleh mencopot kepemimpinan kecuali
telah Nampak kekafirannya dengan bukti yang jelas). Lafadz hadits ini
milik al-Bukhariy.

9
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh:
 Al-Bukhary no. 7056 dalam kitab al-Fitan, bab sabda Nabi: setelah
kepergianku kalian akan melihat perkara-perkara yang kalian
ingkari.
 Muslim no. 1709 dalam kitab al-Imarah, bab wajibnya taat kepada
pemimpin dalam hal yang ma’ruf dan larangan taat dalam
kemaksiatan.

KOSA KATA
ً َ ً ‫ إ ْظ َه‬menampakkan, ‫ارا‬
 (‫ )ب َواحا‬bermakna ‫ارا‬ ً ‫ ج َه‬terang-terangan, atau
ِ ِ

ً ‫ص‬
‫احا‬ َ َ secara jelas.

َّ ُ َْ
 (‫ )عِندك ْم م ِْن اَّللِ فيه برهان‬maksudnya adalah nash berupa ayat atau

hadits yang shahih dan sharih yang tidak memungkinkan untuk


ditakwil.

5. Hadits Kelima
َْ
َ َ َ ْ ‫ادةُ َع ْن‬
‫اْل َس ِن ع ْن َض َّبة‬ َ ‫ام بْ ُن ََيْ ََي‬
َ َ‫ح َّد َثنَا َقت‬ ُ ‫ح َّد َثنَا َه َّم‬
َ ‫اْل ْزد ُِّي‬ َ ْ ُ ‫حد َثنَا َه َّد‬
ٍ ِ ‫اب ب ُن خ‬
‫ادل‬ َّ

َ ُ ْ َ َ ُ َ َ ُ ُ ُ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َ َّ َ َ َ َ َ ‫ْ ْ َ َ ْ ُ ِ ر‬
‫ستكون أمراء فتع ِرفون‬Q ‫ب ِن ُِمص ٍن عن أم سلمة أن رسول اَّللِ صَّل اَّلل عليهِ وسلم قال‬

ُ َُ َََ ُ َ َ ََ َ َ ْ َ ْ ََ َ َ َ َ َْ ْ ََ َ َ ََ َ ْ َ َ َ ُ َُْ
‫اب َع قالوا أفَّل نقات ِل ُه ْم‬‫وتنكِرون فمن عرف ب ِرئ ومن أنكر سلِم ولكِن من ر ِِض وت‬

َّ َ َ َ
P ‫قال ال َما َصل ْوا‬

10
ARTINYA
Haddab bin Khalid al-Azdy menceritakan hadits kepada kami,
Hammam bin Yahya menceritakan hadits kepada kami, Qatadah
menceritakan hadits kepada kami dari al-Hasan dari Dhabbah bin
Mihshan dari Ummi Salamah sesungguhnya Rasulullah bersabda:[
kelak akan ada para pemimpin yang kalian kenali dan kalian ingkari,
siapa saja yang mengenalinya maka dia telah berlepas diri dan siapa
saja yang mengingkarinya maka dia selamat. Akan tetapi orang yang
mengikutinya. Para shahabat bertanya: apakah kita memerangi
mereka? Rasul menjawab: tidak, selama mereka masih menegakkan
shalat]. Lafadz ini milik Muslim.

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh:
 Muslim no. 1853 dalam kitab al-Imarah, bab wajibnya mengingkari
pemimpin jika mereka menyelisihi syariat, dan tidak memeranginya
selama mereka masih menegakkan shalat, Dan no. 1855 dalam bab
sebaik-baik pemimpin dan seburuk-buruk mereka.
 Imam Ahmad no. 23999 dan no. 26528 keduanya dalam musnad
‘Auf bin Malik al-Asyja’iy al-Anshariy.

6. Hadits Keenam

ُ ُ ْ ُ ‫ح َّدثَِن ب‬
‫ْس بْ ُن عبَيْ ِد‬ َ ‫ح َّد َث َنا ال ْ َو ِْل ُد قَ َال‬
َ ‫ح َّدثَِن ابْ ُن َجابر َق َال‬ َ ‫ح َّد َثنَا ََيْ ََي بْ ُن ُم‬
َ ‫وَس‬ َ
ِ ٍِ ِ
َ َ ُ ُ
‫ان َيقول كن‬ ‫م‬ ُ ‫ِن َأنَّ ُه َس ِم َع‬
َ َ‫ح َذ ْي َف َة بْ َن ْاْل‬ ُّ َ ْ َْ
‫ال‬ ‫و‬ ‫اْل‬ َ ‫ح َّدثَِن َأبُو إدْر‬
‫يس‬ َ ‫ِم قَ َال‬
ُّ ِ ‫ْض‬ َ ْ ِ‫اَّلل‬
َ ْ ‫اْل‬ َّ
ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ َ ‫َّ ُ َ ْ َ ُ َ َ ُ َ َّ َ َّ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ ْ َ ْ َ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ ُ َ ْ َّ ر‬
‫الش َمافة‬
ِ ‫ْي وكنت أسأل عن‬ ِ ‫انلاس يسألون رسول اَّللِ صَّل اَّلل علي ِه وسلم عن اْل‬
ْ َ ْ َ ْ َ َ ُ َّ َ َ َ َ ‫َ َّ َ َ ر‬ َّ ‫اَّللِ إ َّنا ُك‬ َ َُ َ ُ ْ َُ َ ُْ ْ َ
َّ ‫ول‬
‫ْي ف َهل‬
ِ ‫اْل‬ ‫ا‬‫ذ‬‫ه‬ِ ‫ب‬ ‫اَّلل‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫اء‬‫ج‬ ‫ف‬ ‫َش‬
ٍ ‫و‬ ‫ة‬
ٍ ‫ِي‬ ‫ل‬‫ه‬ِ ‫ا‬‫ج‬ ‫ف‬ِ ‫ا‬ ‫ن‬ ِ ‫يا رس‬Q ‫أن يد ِرك ِِن فقلت‬

11
َ ‫خ ْْي قَ َال َن َع ْم َوفِيهِ َد‬ ُ ْ‫َش قَ َال َن َع ْم قُل‬
‫ت َو َه ْل َب ْع َد ذَل َِك َّ ر‬
َ ‫الش مِ ْن‬ ْ َ َ ََْ
‫اْلَ ْْي م ِْن َ ر‬
‫خ ٌن‬ ٍ ِ ٍ ِ ‫بعد هذا‬

َ ْ َ ُ ُْ ُ َُْ ْ ُْ ُ َْ ْ َ َْ َ َُْ ٌَْ َ َ َُُ َ ََ ُ ُْ


‫ت ف َهل َب ْع َد ذل َِك‬‫ْي هد ِِي تع ِرف مِنهم وتنكِر قل‬
ِ ‫قلت وما دخنه قال قوم يهدون بِغ‬
َ ُ ْ‫ِيها قُل‬
‫ت يَا َر ُسول‬ ُ ُ‫اب ُه ْم إ َْلْ َها قَ َذف‬
َ ‫وه ف‬ َ ‫ج‬َ َ‫ج َه َّن َم َم ْن أ‬
َ ‫َش قَ َال َن َع ْم ُد ََعةٌ إ ََل َأب ْ َواب‬ ْ
‫اْلَ ْ ْ َ ر‬
ِ ِ ِ ٍ ‫ْي مِن‬
ِ
َ‫ت َف َما تَأْ ُم ُرِن إ ْن أَدْ َر َكِن ذَل ِك‬
ُ ْ‫ون ب َألْسِنَتِنَا قُل‬
َ ُ َّ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ َّ
ِ ِ ِ ِ ‫جْلت ِنا ويتَكم‬ ِ ‫اَّللِ صِ فهم نلا فقال هم مِن‬
ْ َ ْ َ َ َ ٌ َ ََ ٌ َ ََ ْ َُ ْ ُ َ َْ ْ َ ُ ُْ ْ ُ َ َ َ ْ ُْ َ َ ََ ُ ََْ َ َ
‫َتل‬
ِ ‫قال تلزم َجاعة المسلِ ِمني ِإَومامهم قلت فإِن لم يكن لهم َجاعة وال إِمام قال فاع‬
َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َّ َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ ُ َ َ ْ َ ْ
P.‫ت لَع ذلك‬ ‫ت ِلك الفِرق ُكها ولو أن تعض بِأص ِل شجر ٍة حِت يد ِركك الموت وأن‬

ARTINYA
Yahya bin Musa menceritakan hadits kepada kami, al-Walid
menceritakan hadits kepada kami, dia berkata: Ibnu Jabir
menceritakan hadits kepadaku, dia berkata: Busr bin ‘Ubaidillah al-
Hadramiy menceritakan hadits kepadaku, dia berkata: Abu Idris al-
Khawlany menceritakan hadits kepadaku, sungguh dia telah
mendengar Hudzaifah bin al-Yaman berkata: dahulu orang-orang
bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, semetara aku bertanya
tentang keburukan karena takut hal itu menimpaku. Maka aku
berkata: [wahai Rasulullah, sungguh dahulunya kami berada dizaman
jahiliyah dan keburukan, lalu Allah datangkan kebaikan ini. Apakah
setelah kebaikan ini akan ada keburukan? Beliau menjawab: ya. Aku
berkata: apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan? Beliau
menjawab: ya, dan didalamnya ada kabut. Aku berkata: apakah
kabutnya? Beliau menjawab: suatu kaum yang mengambil petunjuk
selain petunjukku, kamu mengenali mereka dan mengingkarinya, aku
berkata: apakah setelah kebaikan itu ada keburukan? Beliau
menjawab: ya, para da’i yang menyeru kepintu-pintu neraka
jahannam, siapa saja yang memenuhi seruanya maka mereka akan

12
melemparkannya keneraka. Aku berkata: wahai Rasulullah: beritahu
kami ciri-ciri mereka, beliaupun menjawab: mereka memiliki kulit
seperti kalian dan berbicara dengan bahasa kalian. Aku berkata: lalu
apa yang engkau perintahkan padaku jika aku mendapati hal yang
demikian itu? Beliau bersabda: berpegang teguhlah dengan jama’ah
muslimin dan pemimpin mereka, aku berkata: bagaimana kalau saat
itu tidak ada jama’ah dan pemimpin? Beliau menjawab: menyingkirlah
engkau dari seluruh firqah-firqah itu! Meskipun engkau harus
menyendiri sampai tiba kematian]. Lafadz hadits ini milik al-Bukhariy.

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh:
 Al-Bukhary no. 3606 dalam kitab al-Manaqib, bab tanda-tanda
kenabian dalam Islam dan no. 7084 dalam kitab al-Fitan, bab
bagaimana jadinya kalau tidak ada jama’ah.
 Muslim no. 1847 dalam kitab al-Imarah, bab wajibnya menjaga
jama’ah muslimin.
 Abu Dawud no. 4244 dalam kitab al-Fitan, bab penyebutan fitnah-
fitnah dan petunjuknya. Dihasankan oleh al-Albany.
 Imam Ahmad no. 23427

KOSA KATA
َ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ
(ٍ‫“ )أن تعض بِأص ِل شجرة‬engkau gigit gerahammu dibawah pohon” adalah

kinayah yang bermakna kesungguhan dalam menanggung derita


dalam pengasingan.

B. Syarah Hadits
Jika kita perhatikan hadits pertama diatas kita dapati sebuah perintah
untuk taat kepada pemimpin secara umum dari kalangan apapun,

13
meskipun pemimpin itu berasal dari kalangan budak. Keumuman perintah
ini telah Allah serukan dalam firmanNya:
‫أ‬ ُ ‫أ‬ َ ‫ََٰٓ َ ُّ َ َّ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َّ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ ُ ْ أ‬
َّ ‫يأيها ٱَّلِين َءامن ٓوا أطِيعوا ٱَّلل وأطِيعوا‬
59:‫ٱلرسول وأو ِِل ٱْلم ِر مِنكمۖۡ ) النساء‬

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An Nisa [4] : 59)
Ibnu Qayyim memberi penjelasan terkait ayat ini, beliau berkata: “ini
adalah sebuah isyarat jika engkau beriman, maka iman itu akan
berkonsekuensi untuk melakukan perintah ini. Dan inilah makna dari
hadits Rasulullah:
َ َ‫ر‬ َ ْ َ ْ َ ْ ‫الر‬ َ ‫َبنَا ال ْ ُمغ‬ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ
‫الزنادِ ع ْن‬ ‫ِب‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ُّ ِ ‫اْل َِز‬
‫اِم‬ ‫ن‬ ‫ْح‬ َّ ‫ِْي ُة بْ ُن َعبْ ِد‬ ََ‫خ‬ ‫حدثنا َيَي بن َيَي أ‬
ِ ِ ِ
َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ ‫ْ َ ْ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ َّ ر‬
‫اع ِِن فق ْد أ َطاع‬ ‫ب صَّل اَّلل عليهِ وسلم قال من أط‬
ِ ِ ‫اْلعر ِج عن أ ِِب هريرة عن انل‬
َ ‫اعِن َو َم ْن َي ْع ِص ْاْلَم‬
‫ِْي‬ َ ‫ِْي َف َق ْد أَ َط‬
َ ‫اَّلل َو َم ْن يُ ِط ْع ْاْلَم‬
َ َّ ‫صِن َف َق ْد َع ََص‬ ْ َ ْ َ َ َ َّ
ِ ِ ِ ‫اَّلل ومن يع‬

‫اِن‬ َ َ ْ ََ
ِ ‫فقد عص‬

Yahya bin Yahya menceritakan hadits kepada kami, al-Mughirah bin


‘Abdirrahman al-Hizamiy mengabarkan kepada kami dari Abi az-Zinad
dari al-A’raj dari Abi Hurairah dari Nabi beliau bersabda: siapa saja yang
taat kepadaku maka dia telah taat kepada Allah, dan siapa saja yang menentangku
maka dia telah menentang Allah. Dan siapa saja yang taat kepada pemimpin
(amir) maka dia telah mentaatiku, dan siapa saja yang menentang pemimpin maka
dia telah menentangku.
Dalam ayat ini para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna
siapakah ulil amri yang dimaksud dalam ayat tersebut, pendapat pertama :

14
mengatakan bahwa ulil amri adalah umara’ (para pemimpin). pendapat
kedua : mengatakan bahwasanya ulil amri adalah ulama. pendapat ketiga
: mengatakan bahwa ulil amri maksudnya adalah para shahabat
Rasulullah. pendapat keempat: berpendapat bahwa ulil amri adalah Abu
Bakar dan Umar. Pendapat yang rajih dalam permasalahan ini adalah
pendapat pertama dan kedua, sebagaimana dirajihkan oleh ath-Thabariy.
Siapakah yang dimaksud dengan pemimpin? Dan yang dimaksud
pemimpin adalah pemimpin kaum muslimin yang berada di negeri islam.
Adapun negeri islam adalah mencakup seluruh negeri yang mana
kaum muslimin bisa menampakkan hukum-hukum islam, baik mayoritas
atau minoritas, meskipun pemimpinnya non muslim, namun selama kaum
muslimin masih bisa menampakkan hukum-hukum islam atau tidak ada
larangan terhadap hal itu maka negeri itu termasuk negara islam.
Dalam hadits kedua dan ketiga menjelaskan bahwa ketaatan kepada
ulil amri bukanlah ketaatan yang mutlaq atau ketaatan yang berdiri sendiri,
akan tetapi ketaatan yang terikat dengan Allah dan RasulNya sebagaimana
yang tersebut pada surat an-Nisa ayat 59 diatas. Maka ada batasan –
batasan kapan kita boleh taat kepada mereka, hal inilah yang dijelaskan
pada hadits ketiga diatas yaitu sebatas dalam perkara yang ma’ruf dan
bukan kemaksiatan.
Dalam hadits keempat menjelaskan larangan untuk memerangi
umara’ sampai nampak jelas kekafiran mereka, dan di hadits kelima
menjelaskan batasan kapan maksud dari kakafiran itu. Dijelaskan bahwa
selama mereka masih menegakkan shalat maka kita tidak boleh
memeranginya. sebagaimana hadits:
ْ ُ ُ َّ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ُ ْ َّ ُ ْ َ َ َ َّ َ
‫اَّلل َعليْ ِه َو َسل َم َيقول ال َع ْه ُد‬ ‫حدثنا عبد اَّللِ بن بريدة عن أبِي ِه قال س ِمعت رسول اَّللِ صَّل‬

َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ َّ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َّ
.‫كف َر‬ ‫اَّلِي بيننا وبينهم الصَّلة فمن تركها فقد‬

‘Abdullah bin Buraidah menceritakan hadits kepada kami dari ayahnya dia
berkata: aku mendengar Rasulullah bersabda: perjanjian (ikatan) antara

15
kita (muslimin) dan mereka (orang kafir) adalah shalat, siapa yang
meninggalkan shalat maka dia telah kafir.
Hadits ini keenam menjelaskan solusi bagaimana jika terjadi huru-
hara oleh pemerintah yang menindas sementara kita dilarang untuk
melawan mereka, maka kita diperintahkan untuk bersabar untuk selalu
menjaga persatuan kaum muslimin dan menghindari perlawanan kepada
mereka. Hal ini memiliki hikmah yang besar yaitu bertujuan agar gejolak
fitnah tidak semakin menjadi. Ibnu Hajar berkata: hikmah dari ketaatan
kepada pemimpin adalah untuk menyatukan kalimat dari perpecahan dan
kerusakan.
Pemimimpin Adalah Cerminan Rakyatnya. Diantara bentuk
konsekwensi ketaatan kepada pemimpin adalah dengan tidak mencelanya,
mencacinya apalagi melakukan pemberontakan. Karena seburuk-buruk
pemimpin adalah gambaran dari rakyatnya, cukup bagi kita apa yang
dinukil oleh Imam asy-Syaukaniy dalam tafsir:
َ ‫َ ُ ْ أ‬ َۢ َ ‫ني َب أع‬ َٰ َّ َ ‫ُ ر‬ َ َ
(129:‫ضا ب ِ َما كنوا يَكسِبُون ) اْلنعام‬ َ ‫ٱلظلِ ِم‬ ‫َوكذَٰل َِك ن َو ِِل َب أعض‬

Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi
teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan. (Al
An'am [6] : 129)
Beliau tuliskan:

‫ سألت اْلعمش عن قول {وكذلك نوِل‬: ‫وأخرج أبو الشيخ عن منصور بن أِب اْلسود قال‬
ُ َ
‫ سمعتُهم يقولون إذا فسد انلاس أ رمِر‬: ‫بعض الظالمني بعضا} ما سمعتَهم يقولون فيه؟ قال‬

.‫عليهم َِش ُارهم‬

Abu Syaikh telah mengeluarkan riwayat dari Manshur Bin Abil Aswad,
beliau berkata: aku bertanya kepada Al A’masy tentang ayat ini, apa yang
engkau dengar dari mereka (shahabat atau tabiin) berkata tentang ayat ini?
Al A’masy menjawab: aku mendengar mereka berkata: Jika manusia telah
rusak maka mereka akan dipimpin oleh orang-orang buruk dari mereka.

16
Semakna dengan itu terdapat pula firman Allah Ta’ala yang
menunjukkan bahwa Allah-lah yang akan memilih pemimipin bagi rakyat-
rakyat, Allah Ta’ala berfirman:
ُّ ُ ٓ َ َ ُ ٓ ََ َ ‫ع ٱل أ ُملأ‬
ُ َ َ ُ ٓ َ َ َ َ ‫ُ َّ ُ َّ َ َٰ َ أ ُ أ ُ أ أ ُ أ‬
‫ك م َِّمن تشا ُء َوتع ُِّز َمن تشا ُء َوتذِل‬ ‫زن‬
ِ ‫ك تؤ ِِت ٱلملك من تشاء وت‬
ِ ‫ق ِل ٱللهم ملِك ٱلمل‬

‫ك َ أ‬
ٞ ‫َشءٖ قَد‬ ‫َ َ َ ٓ ُ َ َ أ َ أ ُ َّ َ َ َ َٰ ُ ر‬
(26:‫ِير ) آل عمران‬ ِ ‫من تشاء ۖۡ بِيدِك ٱْلْي ۖۡ إِنك لَع‬

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan


kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al 'Imran
[3] : 26)
Muhammad Haqqiy –rahimahullah- dalam tafsir ayat ini
mengatakan:
َّ ْ ‫ِإَون ُكنْتُ ْم م ِْن أَ ْهل ال ْ َم‬
ْ َ ْ ‫الر‬ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َّ َ ُ َ َ ‫ر‬ َ ْ ْ ُُْ ْ ُ َْ َ
‫صيَةِ يُ َول‬
ِ ‫ع‬ ِ ,‫ة‬
ِ ‫ْح‬ َّ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫ل‬‫ع‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ة‬
ِ ‫ع‬‫ا‬‫الط‬ ‫هل‬
ِ ‫“معناه إِن كنتم مِن أ‬
َ ْ ُُْ َْ َ ْ ُ َْ َ
”ِ‫عليكم أهل العقوبة‬

“Maknanya adalah jika kalian dari kalangan orang yang taat maka Allah
akan berikan kepada kalian pemimpin yang penuh rahmat, dan jika kalian
dari kalangan ahli maksiat maka Allah akan memberikan pemimpin yang
kejam“

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Meskipun ketaatan kepada ulil amri bukanlah ketaatan yang mutlaq,


namun dari pemaparan di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa:Wajib
hukumnya taat kepada ulil amri dan haram hukumnya melawan ulil amri
baik berupa demonstrasi, pemberontakan atau kudeta. Imam Nawawiy
berkata:

‫وأما اْلروج عليهم وقتالهم فحرام بإَجاع المسلمني وإن كنوا فسقة ظالمني‬

“Adapun memberontak mereka (ulil amri) dan memeranginya maka hukumnya


haram secara ijma’ kaum muslimin, meskipun mereka fasiq dan dzalim”.
Otoritarianisme memiliki peranan yang lebih baik dalam menjaga
stabilitas pemerintahan dibanding demokrasi. Perlu adanya penegakan
hukum kepada siapa saja yang melanggar batasan etika yang terkait
dengan nama baik pemerintah, seperti pembangkangan, demontrasi dan
sebagainya. Negeri islam adalah mencakup seluruh negeri yang mana
kaum muslimin bisa menampakkan hukum-hukum islam, baik mayoritas
atau minoritas, meskipun pemimpinnya non muslim, namun selama kaum
muslimin masih bisa menampakkan hukum-hukum islam atau tidak ada
larangan terhadap hal itu maka negeri itu termasuk negara islam.
Sikap seorang muslim saat terjadi huru-hara oleh pemerintah yang
menindas dan menganiaya, maka diperintahkan untuk bersabar untuk
selalu menjaga persatuan kaum muslimin dan menghindari perlawanan
kepada mereka. Pemimipin adalah cerminan rakyatnya. Jika rakyatnya

18
baik maka akan Allah beri mereka pemimpin yang baik, jika rakyatnya
buruk maka Allah akan beri mereka pemimpin yang buruk pula.

19
DAFTAR PUSTAKA

Al-'Asqalany, A. b. '. b. H., 2000. Fathul al-Bary bi Syarhi Shahih al-Bukhary.


Riyadh: Bait al-Afkar al-Dauliyah.
Al-Bukhary, M. b. I. b. a.-M. b. B., 1998. Shahih al-Bukhary. Riyadh: Bait al-
Afkar al-Dauliyah.
Al-Qazwainy, M. b. Y. I. M., 199. Sunan Ibnu Majah. Riyadh: Bait al-Afkar al-
Dauliyah.
An-Naisabury, M. b. H. a.-Q., 1998. Shahih Muslim. Riyadh: Bait al-Afkar al-
Dauliyah.
AN-Nawawy, Y. b. S. a.-M., 2000. Syarhu an-Nawawy ala Muslim. Riyadh: Bait
al-Afkar al-Dauliyah.
As-Sijistany, A. D. S. b. A. b. I. A.-A., 1999. Sunan Abu Dawud. Riyadh:
Darussalam.
Asy-Syaibani, A. b. H. b. H., 1995. Musnad al-Imam Ahmad. Kairo: Dar al-
Hadits.
At-Tirmidzy, M. b. I. b. S., 1999. Jami' At-Tirmidzy. Riyadh: Bait al-Afkar al-
Dauliyah.

20

Anda mungkin juga menyukai