Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kepada Allah swt, atas rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Hadits
Tarbawi yang berjudul PENDIDIKAN KELUARGA dengan tepat waktu dan tanpa
halangan apapun. Shalawat dan salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai penuntun dan pembimbing kita menuju kebahagian yang hakiki. Kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Miftachur Rif’ah Mahmud, M.Ag.
selaku dosen pengampu mata kuliah Hadits Tarbawi serta semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh
karena itu kami menerima segala kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan teman-teman semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHLUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang berlangsung dalam keluarga
yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam
mendidik anak dalam keluarga, atau proses transformasi perilaku dan sikap di
dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga
merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan
norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang penting bagi
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Dalam keluarga sangat perlu memperhatikan masalah kemandirian anak,
dan anakpun perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tuanya. Dengan
perhatian atau pola kepemimpinan dari orang tua, anak mendapat latihan mandiri,
sehingga pengalaman yang hakiki dan pertama, anak dapat belajar untuk
menyesuaikan diri sebagai manusia sosial dalam pembentukan norma-norma,
terutama dengan orang tuanya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bunyi hadits-hadits tentang pendidikan keluarga?
2. Apa itu pendidikan keluarga?
3. Apa tujuan, fungsi, dan urgensi pendidikan keluarga?
4. Bagaimana strategi pendidikan keluarga?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana bunyi hadits-hadits tentang pendidikan
keluarga.
2. Untuk mengetahui apa itu pendidikan keluarga.
3. Untuk mengetahui apa tujuan, fungsi, dan urgensi pendidikan keluarga.
4. Untuk mengetahui bagaimana strategi pendidikan keluarga.
1
BAB II
PEMBAHASAN
ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه ٍ صلَّى اللَّه َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َال ُكلُّ ُك ْم َر ِ َ َأن رس ِ ِ ِ
ٌ اع فَ َم ْس ُئ َ ول اللَّه ُ َ َّ َع ْن َعْبداللَّه َرضي اللَّه َعْنه
ول َعْن ُه ْم ِِ
َ اع َعلَى َْأه ِل َبْيت ه َوه
ٌ ُو َم ْس ُئ ٍ ُل َر ِ اَأْلمريُ الَّ ِذي َعلَى الن
ِ َف
ُ الرج َّ ول َعْن ُه ْم َو
ٌ ُو َم ْس ُئ َ اع َوه ٍ َّاس َر
ِِ ِ ٍ ت َب ْعلِ َها َو َولَ ِد ِه َو ِه َي َم ْسُئولَةٌ َعْن ُه ْم َوالْ َعْب ُد َرِ اعيةٌ علَى بيِ
ولٌ ُو َم ْس ُئ َ اع َعلَى َم ال َس يِّده َوه َْ َ َ َوالْ َم ْرَأةُ َر
ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه * متفق عليه ٌ اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئٍ َعْنهُ َأاَل فَ ُكلُّ ُك ْم َر
Artinya: “Dari Abdillah ra, sesungguhnya Rasulullah saw
bersabda: setiap segala sesuatu pasti akan dimintai pertanggung
jawabannya. Seorang pemimpin akan bertanggung jawab atas
umatnya (manusia yang dipimpin), laki-laki bertanggung jawab
atas keluarganya dan akan dimintai pertanggung jawabannya.
Seorang perempuan bertanggung jawab atas rumah suaminya dan
anak-anaknya, dan di akan dimintai pertanggung jawabannya.
Seorang hamba bertanggung jawab atas harta majikannya dan
akan dimintai pertanggung jawabannya. Maka ingatlah, semua
akan dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang menjadi
tanggung jawabnya.
2
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda :
Mukmin yang paling kuat imannya adalah yang paling baik akhlaknya
dan pilihlah diantara kamu istri yang baik akhlaknya”. (HR. At-
Tirmidzi)
صالِ ٍح َع ْن َأيِب َ ش َع ْن َأيِب ْ َح َّد َثنَا عُثْ َما ُن قَ َال َعْبد اللَّ ِه َومَسِ ْعتُهُ َأنَا ِم ْن عُثْ َما َن َح َّد َثنَا َج ِر ٌير َع ْن
ِ اَأْلع َم
ِ ِ ٍ ِسع
ُصلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َوحَنْ ُن عْن َده َ ِّ ص ْف َوا َن بْ ِن الْ ُم َعطَّ ِل ِإىَل النَّيِب
َ ُت ْامَرَأة ْ َي قَ َال َجاء ِّ يد اخْلُ ْد ِر َ
ِ ِ
ت َواَل ُ ت َويُ َفطُِّريِن ِإ َذا
ُ ص ْم ُ صلَّْيَ ض ِربُيِن ِإ َذاْ َص ْف َوا َن بْ َن الْ ُم َعطَّ ِل يَ ول اللَّه ِإ َّن َز ْوجي َ ت يَا َر ُس ْ ََف َقال
ِ
ولَ ت َف َق َال يَا َر ُس ْ َص ْف َوا ُن عْن َدهُ قَ َال فَ َسَألَهُ َع َّما قَالَ س قَ َال َو ُ َّم ْ صاَل َة الْ َف ْج ِر َحىَّت تَطْلُ َع الش َ صلِّي َ ُي
ٌورة َ ت ُس ْ َورَتنْي ِ َف َق ْد َن َهْيُت َها َعْن َها قَ َال َف َق َال لَ ْو َكان صلَّْي ُ ِإ
َ ت فَ ن ََّها َت ْقَرُأ ُس ْ َاللَّ ِه ََّأما َق ْوهُلَا ي
َ ض ِربُيِن ِإ َذا
ُ َأصرِب ُ قَ َال َف َق َال َر ُس ِ
ول ْ اب فَاَل ٌّ وم َوَأنَا َر ُج ٌل َش ُ ص ُ ََّاس َو ََّأما َق ْوهُلَا يُ َفطُِّريِن فَِإن ََّها ت
َ ت الن ْ َواح َدةٌ لَ َك َف
ِ ِ ٍ ِئ ِ ِ
َ وم َّن ْامَرَأةٌ ِإاَّل بِِإ ْذن َز ْوج َها قَ َال َو ََّأما َق ْوهُلَا بَِأيِّن اَل
ُأصلِّي َ صُ َصلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َي ْو َم ذ اَل ت َ اللَّه
1
Lidwa pustaka
3
س قَ َال فَِإ َذا
ُ َّم ُ اد نَ ْسَتْي ِق
ْ ظ َحىَّت تَطْلُ َع الش ُ ف لَنَا َذ َاك اَل نَ َك
ٍ حىَّت تَطْلُع الشَّمس فَِإنَّا َأهل بي
َ ت قَ ْد عُ ِر َْ ُ ْ ُ ْ َ َ
ص ِّل
َ َت ف
َ ْاسَتْي َقظ
ْ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu
Syaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Al A'masy dari
Abu Shalih, dari Abu Sa'id, ia berkata; seorang wanita telah datang
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sementara kami berada
di sisi beliau, kemudian wanita tersebut berkata; wahai Rasulullah,
sesungguhnya suamiku yaitu Shafwan bin Al Mu'aththal memukulku
apabila aku melakukan shalat dan ia memberiku makan untuk
berbuka apabila aku berpuasa, dan ia tidak melakukan shalat Fajar
hingga matahari terbit. Abu Said berkata; sedangkan Shafwan
berada di sisinya. Kemudian dia menanyakan apa yang telah
dikatakan wanita tersebut. Shafwan berkata; "Wahai Rasulullah,
pengaduannya bahwa dia memukulku jika saya shalat, itu karena
dia membaca dua surat yang telah saya larang. Jika saja dia mau
membaca satu surat saja yaitu An Nas, maka cukuplah hal itu.
Sedangkan dia menyuruhku berbuka, itu karena dia pergi dan
berpuasa, padahal saya adalah seseorang yang masih muda, maka
saya tidak akan bisa bersabar." Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda pada saat itu: "Janganlah seorang istri
berpuasa kecuali dengan izin dari suaminya." "Sedangkan
pengaduan bahwa dia tidak shalat sehingga matahari terbit, karena
kami adalah para penghuni rumah, dan hal itu sudah dimaklum
bahwa kami bangun pada saat mendekati matahari terbit." Beliau
bersabda: "Jika kamu telah bangun maka shalatlah." Abu Daud
berkata; dan telah meriwayatkan juga Hammad yaitu Ibnu
Salamah, dari Humaid atau Tsabit, dari Abu Al Mutawakkil. (HR.
Abu Daud: 2103 dan Ahmad: 11335)2
صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َبنْي َ َس ْل َما َن َوَأيِب الد َّْر َد ِاء َفَز َار َس ْل َما ُن َأبَا الد َّْر َد ِاء ِ
َ َأبِيه قَ َال
َ ُّ آخى النَّيِب
2
Lidwa pustaka
4
ُّ اجةٌ يِف
الد ْنيَا ِ ِ َُفرَأى َُّأم الدَّر َد ِاء متَب ِّذلَةً َف َق َال هَل ا ما َشْأن
َ س لَهُ َح
َ وك َأبُو الد َّْر َداء لَْي
َ َأخ
ُ تْ َك قَال َ َ َُ ْ َ
صاِئ ٌم قَ َال َما َأنَا بِآكِ ٍل َحىَّت تَْأ ُك َل قَ َال ِ
َ صنَ َع لَهُ طَ َع ًاما َف َق َال ُك ْل قَ َال فَِإيِّن
َ َفَ َجاءَ َأبُو الد َّْر َداء ف
ِ
وم َف َق َال مَنْ َفلَ َّما َكا َن
ُ ب َي ُق
َ وم قَ َال مَنْ َفنَ َام مُثَّ َذ َه َ فََأ َك َل َفلَ َّما َكا َن اللَّْي ُل َذ َه
ُ ب َأبُو الد َّْر َداء َي ُق
ِ ِ
َ ك َحقًّا َولَن ْف ِس
ك َ ِّصلَّيَا َف َق َال لَهُ َس ْل َما ُن ِإ َّن لَرب
َ ك َعلَْي ِ ِ
َ َم ْن آخ ِر اللَّْي ِل قَ َال َس ْل َما ُن قُ ْم اآْل َن ف
صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ ِ ْ َك حقًّا ف ِ علَيك حقًّا و
َ َّ َأعط ُك َّل ذي َح ٍّق َحقَّهُ فََأتَى النَّيِب َ َ ك َعلَْي
َ َأِلهل
ْ َ َ َ َْ
ِ ِ
َ صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم
ص َد َق َس ْل َما ُن َ ُّ ك لَهُ َف َق َال النَّيِب
َ فَ َذ َكَر َذل
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar
telah menceritakan kepada kami Ja'far bin 'Aun telah menceritakan
kepada kami Abu Al 'Umais dari 'Aun bin Abu Juhaifah dari bapaknya
berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mempersaudarakan
Salman dan Abu Darda'. Suatu hari Salman mengunjungi Abu Darda',
lalu ia melihat Ummu Darda' dengan baju yang kumuh, lalu ia
berkata, kepadanya; "Ada apa denganmu?" Dia menjawab:
"Saudaramu Abu Darda', dia tidak memperhatikan kebutuhan dunia".
Kemudian Abu Darda' datang, lalu ia membuat makanan untuk
Salman. Salman berkata kepada Abu Darda': "Makanlah!". Abu
Darda' menjawab: "Aku sedang berpuasa". Salman berkata: "Aku
tidak akan makan hingga engkau makan". Dia berkata: "Lalu Abu
Darda' ikut makan". Pada malam hari Abu Darda' bangun, lalu
Salman berkata: "Teruskanlah tidur". Maka iapun tidur lalu bangun
lagi, lalu Salman berkata: "Teruskanlah tidur". Maka iapun tidur lagi.
Pada akhir malam Salman berkata: "Sekarang bangunlah". Kemudian
mereka berdua shalat malam". Lalu Salman berkata kepada Abu
Darda': "Sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak atasmu, dan jiwamu
mempunyai hak atasmu, dan isterimu mempunyai hak atasmu, maka
berilah setiap hak kepada orang yang berhak". Kemudian Abu Darda'
menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu ia menceritakan hal
itu. Maka Beliau bersabda: "Salman benar". (HR Bukhari 1832)3
3
Lidwa pustaka
5
c. Masa dalam kandungan
ٍ ش َع ِن َزيْ ِد بْ ِن و ْه
ب قَ َال َعْب ُد اهلل ِ اَألم َ الربِْي ِع َح َّد َثنَا َأبُو
ِ اَألح َو
َ اص َع ِن َّ َح َّدثَنَا احلَ َس ُن بْ ُن
َ
ِ ِ ِ ِ َّ ح َّدثَنا رسو ُل اهلل – وهو
َ ا َّن اَ َح َد ُك ْم جُيْ َم ُع َخ ْل ُقهُ يِف بَطْ ِن ُِّأمه اَْربَعنْي: ص ُد ْوق قَ َال
ْ َالصد ُق امل َُ َ ُْ َ َ َ
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya dia berkta Rasulullah saw
telah bersabda: setiap kelahiran anak berada dalam keadaan fitrah, maka
kedua orng tuanya yang mempengaruhi anak itu menjadi yahudi, Nasrani, dan
Majusi”. (HR. Abu Daud)
فَ ْار ِج ْع اِىَل: قَ َال. َن َع ْم:ك اَ َح ٌد َح ٌّي؟ قَ َال ِ ِ اهلِج ر ِة واجْلِه ِاد اَبتَغِى اآلج ر ِمن
َ ْ َه ْل ِم ْن َوال َدي:اهلل قَ َال َ َْ ْ َ َ َْ
)ص ْحبََت ُهماَ (رواه مسلم ِ َ والِ َدي
ُ ك فاَ ْحس ْنْ َ
7
dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau
bimbingan. Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara
khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti khusus, pendidikan adalah
bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaannya.5
5
Diakses pada tanggal 23 November 2021 dari https://dinaspendidikan.kepriprov.go.id/?p=2531
6
M.Syahran Jailani. Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pendidikn Anak
Usia Dini. Jurnal Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol.8, No.2, Oktober 2014. Hl. 248. Diakses dari
https://Journal.walisongo.ac.id
8
anggota keluarga berkembang menjadi orang dewasa yang mengerti nilai
budaya bangsanya dan menjadu irang yang bertaqwa sesuai dengan ajaran
agama islam.7
Dalam pendidikan keluarga, selalu ditandai dengan proses pendidikan
berkaitan dengan peran hak dan kewajiban serta tanggungjawab orang tua baik
secara psikologis, maupun aktualisasi peran orang tua dalam pendidikan
keluarga dalam perspektif Islam. Hal ini menegaskan bahwa penanaman
pendidikan Islam harus berangkat dari keluarga, karena peran pendidikan
Islam merupakan kunci utama pendidikan keluarga.
Tujuan lain dari pendidikan keluarga adalah memelihara, melindungi
anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Serta mengarahkan
anak untuk taat beribadah kepada Allah, berbakti kepada orang tua juga
menghormati saudara dan sesamanya.
Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang utama dikenal oleh
anak sehingga disebut lingkungan pendidikan utama. Proses pendidikan awal
di mulai sejak dalam kandungan. Latar belakang sosial ekonomi dan budaya
keluarga, keharmonisan hubungan antar anggota keluarga, intensitas hubungan
anak dengan orang tua akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku anak.
Keberhasilan anak di sekolah secara empirik sangat dipengaruhi oleh besarnya
dukungan orang tua dan keluarga dalam membimbing anak.8
2. Fungsi Pendidikan Keluarga
Fungsi adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan. Fungsi
keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus
dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.
Adapun fungsi pendidikan dalam keluarga merupakan konsekuensi
yang logis daripada pemeliharaan anak-anak yang dilahirkan di dalam
keluarga. Proses sosialisasi dari seseorang anak dimulai di dalam lingkungan
keluarga. Dari lingkungan keluarga itulah anak belajar berbahasa,
mengumpulkan pengertian-pengertian dan menggunakan nilai-nilai
kebudayaan yang berlaku. Keluarga dalam hubungan ini mempunyai fungsi
meneruskan kebudayaan. Didikan yang diberikan di dalam keluarga pada
7
Melly Sri Sulastri Rifai, "Ilmu dan Aplikasi Pendidikan", (PT. Imperial Bhakti Utama-Grasindo, 2007)
hlm, 92.
8
Dr. Idi Warsah, M.Pd.I, "Pendidikan Islam dalam Krluarga: Studi Psikologi dan Sosiologis Masyarakat
Multi Agama Desa Suro Bali", (Palembang: Tunas Gemilang Press, 2020) hlm, 90.
9
masa kanak-kanak disesuaikan dengan daya tangkap dan sifat-sifat
emosionalnya.
Adapun fungsi keluarga menurut MI Soelaeman (1978) adalah :
a) Fungsi edukatif adalah yang mengarahkan keluarga sebagai wahana
pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya agar dapat menjadi
manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri sesuai dengan tuntutan
kebutuhan pembangunan yang semakin tinggi.
b) Fungsi sosialisasi anak adalah keluarga memiliki tugas untuk
mengantarkan dan membimbing anak agar dapat beradaptasi dengan
kehidupan sosial (masyarakat), sehingga kehadirannya akan diterima oleh
masyarakat luas.
c) Fungsi proteksi (perlindungan) adalah keluarga berfungsi sebagai wahana
atau tempat memperoleh rasa nyaman, damai dan tentram seluruh anggota
keluarganya.
d) Fungsi afeksi (perasaan) keluarga sebagai wahana untuk menumbuhkan
dan membina rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga
dan masyarakat serta lingkungannya.
e) Fungsi religius keluarga sebagai wahana pembangunan insan-insan
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berahlak
dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya.
f) Fungsi ekonomi adalah keluarga sebagai wahana pemenuhan kebutuhan
ekonomi fisik dan materil yang sekaligus mendidik keluarga untuk hidup
efisien, ekonomis dan rasional.
g) Fungsi rekreasi, keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman,
menyenangkan, cerah, ceria, hangat dan penuh semangat.
h) Fungsi biologis, keluarga sebagai wahana menyalurkan kebutuhan
reproduksi sehat bagi semua anggota keluarganya.9
3. Urgensi
Urgensi dan strateginya penguatan institusi keluarga sebagai wahana
pengembangan sumber daya manusia. Brean Frenbrenner dalam Syakrani
(2001) mengemukakan bahwa sejak dulu keluarga menjadi wahana
pembentukan karakter dan keterampilan dasar manusia. Bahkan Brenner dan
9
Muhammad Fariz Kasyidi, "Pendidikan Keluarga Berbasis Tauhid: Penelitian tentang Pentingnya
Pendidikan Tuhid bagi Keluarga", (Daarul Hijrah Technology, 2015) hlm, 68
10
Couts menjabarkan lebih luas bahwa keluarga yang tangguh bersama lembaga
keagamaan dan politik akan menjadi pilar penyangga terbentuknya civil
society.10
Betapa pentingnya pendidikan keluarga bagi anak-anak yang sedang
berkembang. Pentingnya pembentukan sumber daya manusia berbasis
keluarga juga bisa dilihat dari konsep investment in children memahami
perlunya penguatan keluarga sebagai wahana pengembangan sumber daya
manusia dari sudut pandang orientasi nilai dan perkembangan daya nalar
anak.11
10
Prof. Dr. H. Tobroni, M.Si., dkk, "Memperbincangkan Pemikiran Pendidikan Islam: Dari Idealisme
Substantif Hingga Konsep Aktual ", (Jakarta: Kencana, 2018) hlm, 86
11
http://imeymaemunah.blogspot.com/2010/12/makalah-pendidikan-keluarga.html?m=1 diakses
pada tanggal 12 Nov 2021, pukul : 09.35
11
Strategi yang dapat digunakan oleh orang untuk mengembangkan
moral dan keterampilannya, yaitu :
a. Bantulah anak untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya.
b. Bantulah anak mengembangkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan hidupnya.
c. Jadilah figur ideal bagi anak dalam berperilaku.
d. Beri semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji.
12
Imam Syafi'uddin, "Strategi Penenrapan Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Keluarga", (Malang:
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM, 2014), Hlm. 136.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan hal pokok dalam kehidupan. Sebuah peradaban
maju dan berkembang faktor utamanya adaah pendidikan. Semakin maju
pendidikan, maka peluang kemajuan suatu negara akan lebih pesat. Pada
pembahasan kali ini, pendidikan menjadi pokok mulai dari ruang lingkup
keluarga. Keluarga adalah faktor penentu utama dalam pedidikan anak. Maka
dari itu peran orang tua dalam memulai pendidikan anak sangat dibutuhkan.
Pendidikan berarti pengetahuan dan pengembangan. Dalam sebuah hadis
disebutkan bahwa Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Maka dari
itu keluarga yang baik akan memberikan dampak yang baik kepada anak-anak
mereka.
B. Saran
Disarankan kepada orang tua agar seyogiannya dapat memberikan
perhatian yang serius tentang pendidikan anak dalam keluarga, karena
keluarga merupakan salah satu pusat pendidikan. Dan kita sebagai mahasiswa
disarankan untuk lebih giat dalam belajar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Arini, Aida dan Shohibus Surur. Pendidikan Keluarga (Analisis Pendidikan Keluarga
Dalam Muatan Do’a Ibrahim as). Jurnal El-Islam Vol. I, No. I Januari
2019. diakses dari
http://ejournal.unhasy.ac.id/index.php/el-islam/article/view/759/612
Fariz Kasyidi, Muhammad. Pendidikan Keluarga Berbasis Tauhid: Penelitian tentang
Pentingnya Pendidikan Tuhid bagi Keluarga. (Daarul Hijrah Technology,
2015)
http://imeymaemunah.blogspot.com/2010/12/makalah-pendidikan-keluarga.html?m=1
https://dinaspendidikan.kepriprov.go.id/?p=2531
Jailani, M.Syahran. Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua
Dalam Pendidikn Anak Usia Dini. Jurnal Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam
Vol.8, No.2, Oktober 2014. Diakses dari https://Journal.walisongo.ac.id
Lidwa pustaka
Melly Sri Sulastri Rifai, "Ilmu dan Aplikasi Pendidikan", (PT. Imperial Bhakti
Utama-Grasindo, 2007) hlm, 92.
Syafi'uddin, Imam. Strategi Penenrapan Pendidikan Agama Islam di Lingkungan
Keluarga. (Malang: UIN MAULANA MALIK IBRAHIM, 2014)
Tobroni, dkk. Memperbincangkan Pemikiran Pendidikan Islam: Dari Idealisme
Substantif Hingga Konsep Aktual . (Jakarta: Kencana, 2018)
Warsah, Idi. Pendidikan Islam dalam Krluarga: Studi Psikologi dan Sosiologis
Masyarakat Multi Agama Desa Suro Bali. (Palembang: Tunas Gemilang
Press, 2020)
14