MAKALAH
SEMARANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan budayanya yang beragam, Indonesia dianggap sebagai negara
multikultural. Masyarakat multikultural memiliki berbagai macam suku dan
budaya. Latar belakang (historis), lokasi geografis, dan keterbukaan terhadap
kebudayaan luar adalah komponen utama yang mendorong multikulturalisme.
Kesadaran untuk menghargai dan menerima keanekaragaman dan perbedaan
ini didasarkan pada pengalaman hitam sejarah Indonesia. Ada perbedaan dalam
latar belakang sejarah Indonesia dibandingkan dengan latar belakang sejarah
multikulturalisme Amerika. Menurut Moeslim Abdurrahman, suku-suku
bangsalah yang membangun bangsa ini, bukan imigran. Selain itu, lebih dari 300
suku bangsa tidak memiliki tempat yang sama dalam proses pembangunan
bangsa.
Jika Anda ingin memahami multikulturalisme, Anda harus memperhatikan
bahwa konsep itu tidak hanya berkaitan dengan perbedaan budaya atau etnis; itu
mencakup lebih banyak hal, seperti keyakinan, nilai, dan cara hidup yang
beragam. Oleh karena itu, multikulturalisme berarti menerima perbedaan tidak
hanya secara fisik, tetapi juga menerima keberagaman perspektif dan pemikiran
dunia yang membedakan setiap orang.
Kita akan mempelajari konsep multikulturalisme dalam makalah ini.
Memahami multikulturalisme akan membantu kita memahami keragaman
manusia dan membangun masyarakat yang adil, harmonis, dan mampu mengatasi
perbedaan.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami hadis yang membahas mengenai
multikulturalisme
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang pengertian dari
multikulturalisme
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang unsur-unsur dari
multikulturalisme
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang contoh perilaku
multikulturalisme
2
BAB II
PEMBAHASAN
صلَّى َِّ ول ِ ضرةَ ح َّدثَِِن من َِْسع خطمبةَ رس يل َحدَّثَنَا َسعِي ٌد م
ُّ اْلَُريم ِر ِ ِ
َ اّلل ُ َ َ ُ َ ي َع من أَِِب نَ م َ َ َ م ُ َحدَّثَنَا إ مْسَاع
ِ اح ٌد وإِ َّن أََب ُكم و ِ ِ َ اّللُ َعلَمي ِه َو َسلَّ َم ِِف َو َس ِط أَََّّيِم التَّ مش ِر ِيق فَ َق
اح ٌد َ َّاس أَََل إ َّن َربَّ ُك مم َو َ َ م ُ ال ََّي أَيُّ َها الن َّ
َس َوَد َعلَى َس َوَد َوََل أ م َْحََر َعلَى أ م ِب َوََل ِِل م ِ ِ ِ
ِب َعلَى أ مَع َجم ٍّيي َوََل ل َع َجم ٍّيي َعلَى َعَرٍِّي
ِ أَََل ََل فَ م
ض َل ل َعَرٍِّي
َي يَ موٍّم َه َذا قَالُوا
ُّ ال أ َ َاّللُ َعلَمي ِه َو َسلَّ َم ُُثَّ ق
َّ صلَّى َ اّلل
َِّ ول ُ ت قَالُوا بَلَّ َغ َر ُس ُ َْحََر إََِّل َِبلتَّ مق َوى أَبَلَّ مغ
أم
الَ ََي بَلَ ٍّد َه َذا قَالُوا بَلَ ٌد َحَر ٌام ق ُّ ال أ َ َال ُُثَّ قَ ََي َش مه ٍّر َه َذا قَالُوا َش مهٌر َحَر ٌام ق ُّ ال أ َ َيَ موٌم َحَر ٌام ُُثَّ ق
اض ُك مم أ مَم ََل َك ُح مرَم ِة يَ موِم ُك مم َ ال أ مَو أ مَعَر َ َال َوََل أ مَد ِري ق َ َاّللَ قَ مد َحَّرَم بَمي نَ ُك مم ِد َماءَ ُك مم َوأ مَم َوالَ ُك مم قَّ فَِإ َّن
ال لِيُبَ لِي مغ
َ َاّللُ َعلَمي ِه َو َسلَّ َم ق
َّ صلَّى َ اّلل
َِّ ول ُ ت قَالُوا بَلَّ َغ َر ُس ِ
ُ َه َذا ِِف َش مه ِرُك مم َه َذا ِِف بَلَد ُك مم َه َذا أَبَلَّ مغ
َّاه ُد المغَائِب ِ الش
Terjemah
Telah menceritakan kepada kami Isma'il Telah menceritakan kepada kami Sa'id Al
Jurairi dari Abu Nadhrah telah menceritakan kepadaku orang yang pernah mendengar
khutbah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam ditengah-tengah hari tasyriq, beliau
bersabda: "Wahai sekalian manusia!! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu, ingat! Tidak
ada kelebihan bagi orang arab atas orang ajam dan bagi orang ajam atas orang arab, tidak
ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit
hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. Apa aku sudah
menyampaikan?" mereka menjawab: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam telah
menyampaikan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Hari apa ini?"
mereka menjawab: Hari haram. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Bulan
apa ini?" mereka menjawab: Bulan haram. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam
bersabda: "Tanah apa ini?" mereka menjawab: Tanah haram. Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa salam bersabda: " Allah mengharamkan darah dan harta kalian diantara kalian
3
aku (Abu Nadhrah) Berkata; Aku tidak tahu apakah beliau menyebut kehormatan atau
tidak seperti haramnya hari kalian ini, di bulan ini dan di tanah ini." Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Apa aku sudah menyampaikan?" mereka
menjawab: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam telah menyampaikan. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada
yang tidak hadir.”
Takhrij Hadis
Hadis ini shahih, diriwayatkan juga oleh HR. Abu Daud no 4271, HR. Ahmad no 2239,
HR. Ahmad no 2003, HR. Ibnu Majah no 243, HR Trimidzi dan Ibnu Majah, HR.
Muslim No 4646.
Analisis Hadis
Dalam hadis ini Rasulullah menegaskan bahwa walaupun kita berbeda beda suku, agama,
keberagaman kita tidak di perbolehkan untuk saling mencela. Hendaknya kita berhati-hati
agar kita tidak terjebak dalam kesombongan dengan nasab dan keturunan atau suku
karena sebagian orang terkadang akan menjadi sombong ketika telah memiliki sesuatu,
kita tidak di perbolehkan untuk mencela suku atau nasab orang lain, karena tidak semua
orang dari suku tertentu tersebut buruk.
B. Pengertian Multikulturalisme
1
Scott Lash dan Mike Featherstone (ed.), Recognition And Difference: Politics, Identity, Multiculture
(London: Sage Publication, 2002), hlm. 34.
4
multikultural. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain
secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, jender,
bahasa, ataupun agama. Apabila pluralitas sekadar merepresentasikan adanya
kemajemukan (yang lebih dari satu), multikulturalisme memberikan penegasan bahwa
dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama di dalam ruang publik.
Multikulturalisme menjadi semacam respons kebijakan baru terhadap keragaman.
Dengan kata lain, adanya komunitaskomunitas yang berbeda saja tidak cukup; sebab
yang terpenting adalah bahwa komunitas-komunitas itu diperlakukan sama oleh negara.2
C. Unsur-Unsur Multikulturalisme
2
H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme; Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi
Pendidikan Nasional (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 83.
3
Andi Mappaenre, dkk., Multicultural Education In Indonesia: Characteristic And Urgency, Jisip:
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, 2023, Vol. 7, No. 2, hlm. 878.
4
Clifford Greetz, The Interpretation of Culture, (New York: Basic Books, Inc, 1973), hlm. 225.
5
Muhammad Thobroni dan Burhan Nurgiyantoro, Multikulturalisme dalam Cerita Tradisional,
Yogyakarta, (Pacitan: STKIP PGRI Pacitan, 2010), hlm. 158-167.
5
maupun sosial. Masih banyak orang yang kurang tidak sedia memahami persoalan ini,
yakni membedakan mana peran jenis kelamin secara fisik dan secara sosial, sehingga
membangun stigma tertentu terhadap jenis kelamin.
Menurut KBBI susila adalah sikap berbudi baik, beradap dan berprilaku sopan
antarsesama. Sedangkan Kaelan dan Achmad Zubaidi menyatakan nilai-nilai kehidupan
serta interaksi individu menjadi selaras dan serasi, jika keadaan lingkungan mendukung,
dalam arti interaksi anggota masyarakat itu selalu dilandasi oleh sistem nilai dan norma,
sehingga menempatkan manusia pada posisi saling hormat, menghormati dan harga-
menghargai. Masyarakat multikultural cenderung berada dalam kondisi yang stabil,
kohesif, hidup dan nyaman dalam dirinya jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-
syarat itu meliputi sebuah struktur kekuasaan yang didasarkan pada kesepakatan, hak-
hak konstitusional yang dapat diterima secara kolektif, sebuah negara yang adil dan
tidak memihak, sebuah kebudayaan umum yang terbentuk secara multikultur dan
pendidikan multikultur, serta padangan identitas nasional yang plural dan inklusif. Di
antara hal-hal tersebut tidak ada yang mampu memenuhi dirinya sendiri.
6
6. Merasa Cukup dalam Hidup
Sebuah kehidupan akan tercapai ketika kita tidak berat sebelah atau lebih tepatnya
adalah adil. Keadilan adalah hal utama yang diperlukan oleh masyarakat multikultur.
Keadilan mencegah penumpukan dendam, frustasi, kemarahan, dan membangkitkan
sebuah persoalan yang mendasar terhadap komunitas politik, namun tidak dengan
sendirinya mempertahankan komitmen yang tinggi dan perasaan penyatuan moral dan
emosional terhadap keadilan.
Berbagi dan kontrol kekuasaan erat kaitannya dengan kehidupan politik suatu negara.
Dalam pandangan masyarakat multikultural kekuasaan adalah kepercayaan yang
diberikan oleh masyarakat dari Tuhan kepada sosok yang dianggap mampu
mengembannya. Dengan pandangan seperti ini, kekuasaan bukanlah sesuatu yang perlu
diperebutkan karena dianggap sebagai sebuah tanggungjawab yang maha berat.
4. Menghormati tradisi agama: menghormati dan memahami tradisi agama orang lain
tanpa menghakimi atau mendiskriminasi berdasarkan keyakinan keagamaan.
6
Triana Rosalina Noor, Menepis Prasangka Dan Diskriminasi Dalam Perilaku Beragama Untuk Masa
Depan Multikulturalisme Di Indonesia, Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya, hlm. 213.
7
6. Mempromosikan kesetaraan: memperjuangkan kesetaraan hak dan peluang untuk
semua tanpa memandang latar belakang budaya atau etnis.7
8. Berpartisipasi dalam dialog antarbudaya: terlibat dalam dialog yang membahas isu-
isu antarbudaya, meningkatkan pemahaman, dan memecah ketidakpahaman atau
stereotip.
9. Berbicara dengan bahasa hormat: berkomunikasi dengan bahasa yang hormat dan
menghindari stereotip atau presepsi negatif terhadap kelompok budaya tertentu.8
10. Mendukung inklusi: mendorong inklusi dalam lingkungan kerja, pendidikan, dan
masyarakat umumnya, memastikan bahwa setiap individu memiliki peluang yang
sama.
7
Agus Ramdani, Literasi Budaya Dan Kewargaan Sebagai Enkulturasi Multikulturalisme, Jurnal AKRAB:
Volume V, Edisi 2 2017, hlm. 25-27.
8
Heru Nugroho, Multikulturalisme dan Politik Anti Kekerasan, Jurnal Pemikiran Sosiologi, Volume 2,
No. 2, 2013, hlm. 3-4.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi multikulturalisme berasal dari kata “multi” yang berarti plural, dan
“Kultural” berarti kultur atau budaya, sedangkan “isme” berarti paham atau aliran. Jadi
multikulturalisme secara sederhana adalah paham atau aliran tentang budaya yang plural.
Pengertian yang lebih mendalam istilah multikulturalisme bukan hanya sekedar
pengakuan terhadap budaya (kultur) yang beragam, melainkan pengakuan yang memiliki
implikasi-implikasi politis, sosial, ekonomi dan lainnya.
Tujuh unsur multikulturalisme, seperti solidaritas, kesetaraan gender, perdagangan
terbuka, nilai kekeluargaan, penghormatan terhadap tata susila, merasa cukup dalam
hidup, dan berbagi serta kontrol kekuasaan, merupakan fondasi bagi kehidupan
masyarakat yang inklusif dan harmonis. Bentuk-bentuk multikulturalisme seperti
akomodatif, isolasionis, otonomis, interaktif, dan kosmopolitan memberikan kerangka
kerja yang berbeda dalam mengelola keberagaman. Akomodatif dan interaktif cenderung
menciptakan harmoni, sementara isolasionis dan otonomis dapat menimbulkan
ketidakseimbangan dan konflik.
Perilaku multikulturalisme, termasuk menghargai perbedaan, berpartisipasi dalam
kegiatan multikultural, menghormati tradisi agama, dan mendukung inklusi, merupakan
langkah-langkah nyata untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung
keberagaman dalam masyarakat. Dengan mengamalkan nilai-nilai multikulturalisme
dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu dapat berkontribusi pada pembentukan
masyarakat yang menghargai perbedaan dan menjadikan keberagaman sebagai sumber
kekayaan dan kekuatan bersama.
9
DAFTAR PUSTAKA
Greetz, Clifford. 1973. The Interpretation of Culture. New York: Basic Books, Inc.
H.A.R. Tilaar. 2002. Multikulturalisme; Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalam
Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo. Jurnal Ilmu Sosial dan
Pendidikan. Vol. 7. No. 2.
Mappaenre, Andi, dkk., 2023. Multicultural Education In Indonesia: Characteristic And
Urgency. Jisip:
Muhammad Thobroni dan Burhan Nurgiyantoro. 2010. Multikulturalisme dalam Cerita
Tradisional.
Noor, Triana Rosalina. Menepis Prasangka Dan Diskriminasi Dalam Perilaku Beragama
Untuk Masa Depan Multikulturalisme Di Indonesia. Fikri: Jurnal Kajian Agama.
Sosial dan Budaya.
Nugroho, Heru. 2013. Multikulturalisme dan Politik Anti Kekerasan. Jurnal Pemikiran
Sosiologi. Volume 2. No. 2.
Ramdani, Agus. 2017. Literasi Budaya Dan Kewargaan Sebagai Enkulturasi
Multikulturalisme. Jurnal AKRAB: Volume V. Edisi 2.
Scott Lash dan Mike Featherstone (ed.). 2002. Recognition And Difference: Politics. Identity.
Multiculture. London: Sage Publication. Yogyakarta. Pacitan: STKIP PGRI Pacitan.
10
11