Disusun Oleh :
KPI-3/B
FAKULTAS DAKWAH
BANTEN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca , untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik . karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, dan
kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hadist pertama. Perintah berdakwah pada kebaikan, dan larangan berdakwah pada
kesesatan.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ْص َْل تَبِعَ ْهُ َمنْ أ ُ ُجو ِْر ِمث ُْل األَج ِْر ِمنَْ لَ ْهُ كَانَْ ُهدًى إِلَى َدعَا َمن
ُْ ُ أ ُ ُجو ِر ِهمْ ِمنْ ذَ ِلكَْ يَنق، ض َََللَةْ إِلَى َدعَا َو َمنْ شَيئ ًا، َْعلَي ِْه كَان
َ
َْاْلث ِْم ِمن
ِ ام ِمث ُْل ُْ ُام ِهمْ ِمنْ ذَ ِلكَْ يَنق
ِْ َ ص َْل تَ ِبعَ ْهُ َمنْ آث ِ َ شَيئ ًا آث
“Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang
yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak
(manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun”. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim,
no. 2674; Abu Dawud, no. 4611; At-Tirmidzi, dan lainnya.)
4
yang mengikutinya (sampai hari kiamat) tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun”.
(HR.Ahmad, Muslim, An-Nasa’I dan lainnya)
Dakwah di jalan Allâh Azza wa Jalla merupakan amal yang sangat mulia, ketaatan yang
besar dan ibadah yang tinggi kedudukannya di sisi Allâh Subhanahu wa Ta’ala.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
ْوف َويَأ ُم ُرونَْ ال َخي ِْر إِلَى يَدعُونَْ أُمةْ ِمنكُمْ َولتَكُن ِْ ال ُمف ِل ُحونَْ ُه ُْم َوأُو َٰلَئِكَْ ْۙ ال ُمنك َِْر ع
ِْ َن َويَنهَونَْ ِبال َمع ُر
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung”. [Ali ‘Imrân/3:104]
5
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu
anhu :
،ِِي َألَنْ فَ َوهللا ْ ََْلً بِك
َْ هللاُ يَهد ِ النعَ ِْم ُحم ِْر ِمنْ لَكَْ َخيرْ َو
ْ احدًا َر ُج
Demi Allâh, bila Allâh memberi petunjuk (hidayah) lewat dirimu kepada satu orang saja, lebih
baik (berharga) bagimu daripada unta-unta yang merah. (HR.Bukhari dan Muslim)
Setiap orang yang memberi nasehat berkaitan dengan agama atau dunia yang bisa
mengantarkannya kepada ajaran agama, maka orang itu adalah penyeru kepada petunjuk. Dan
setiap orang yang membantu orang lain dalam amal kebaikan atau proyek umum yang
bermanfaat, maka dia masuk dalam kategori hadits ini, seperti berdakwah, sedekah,
membangun masjid, sekolah, pondok pesantren dan lainnya.
Dakwah adalah perkara besar yang agung dan utama, tak sebanding dengan segala
perkara lain yang ada di dunia. Alloh subhanahu wa ta’ala mengutus ribuan nabi dan rosul
hanya untuk perkara ini saja. Berdakwah di tengah-tengah umatnya, membacakan ayat-ayat-
Nya, membangkitkan jiwa-jiwa, memberi petunjuk kepada manusia, mengeluarkan manusia
dari kegelapan menuju cahaya, dan menjelaskan kebenaran kepada mereka. “ Dialah yang
mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rosul diantara mereka, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka al-kitab
dan al-hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata.” (QS. al-Jumu’ah [62] : 2)
6
Masih banyak ayat-ayat lain yang menunjukkan kewajiban dakwah atas kaum Mukmin, baik
dakwah yang dilakukan oleh individu, kelompok, maupun negara. Di dalam Sunnah juga
dituturkan tentang kewajiban melakukan dakwah. Di dalam sebuah hadits diceritakan,
bahwasanya :
ّللا َعبدْ َعنْ َعم ٍرو أَبي بنْ َعمرو َعنْ هم َح َْم ٍْد بنهْ ال َعزيزْ َعب ْد ه َحدَثَنَا قهتَي َب ْةه َحدَثَنَا َْ ْصاري َ عنْ اْلَن َ َالنَبيْ َعنْ ال َي َمانْ بنْ هحذَيفَ ْة
ص َلى َْ ْسلَ َْم َعلَيه
َ ّللاه َ ل َو َْ ن ب َيدهْ نَفسي َوالَذي قَا َْ َن أَوْ ال همنكَرْ َعنْ َولَت َن َه هو
َْ ن بال َمع هروفْ لَت َأ هم هر َْ ْث أَن
َْ ّللاه لَْيهوشك َْ من ْه ه عقَابا َعلَي هكمْ َيب َع
ْل ت َدعهونَ ْهه ث ه َم َْ سى أَبهو قَا
ْ َ َل َل هكمْ يهستَ َجابهْ ف َ ل أَخبَ َرنَا هحج ٍْر بنهْ َعليْ َحدَثَنَا َح
َ سنْ َحديثْ َهذَا عي ْأَبي بنْ َعمرو َعنْ َجعفَ ٍْر بنهْ إس َمعي ه
نَح َو ْهه اْلسنَادْ ب َهذَا َعم ٍرو
“Demi Dzat Yang jiwaku ada di dalam genggaman tanganNya, sungguh kalian melakukan
amar makruf nahi ‘anil mungkar, atau Allah pasti akan menimpakan siksa; kemudian kalian
berdoa memohon kepada Allah, dan doa itu tidak dikabulkan untuk kalian.” [HR. Turmudziy,
Abu ‘Isa berkata, hadits ini hasan]
َْ ل َع َْز
ّْللاَ إ َن ْ َ ْصةْ بعَ َملْ العَا َم ْةَ يهعَذبه
َْ ل َو َج َ َر يَ َروا َحتَى الخَا
َْ ظه َرانَيهمْ بَينَْ ال همنك َ ْل يهنك هرو ْهه أَن
َ ْعلَى قَاد هرونَْ َوههم ْ َ َفَإذَا يهنك هرو ْهه ف
ب ذَلكَْ فَعَلهوا
َْ َّللاه َعذ
َْ َص ْة
َ َوالعَا َم ْةَ الخَا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab orang-orang secara keseluruhan akibat perbuatan
mungkar yang dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka melihat kemungkaran itu di depannya,
dan mereka sanggup menolaknya, akan tetapi mereka tidak menolaknya. Apabila mereka
melakukannya, niscaya Allah akan mengadzab orang yang melakukan kemungkaran tadi dan
semua orang secara menyeluruh.”[HR. Imam Ahmad]
7
Riwayat-riwayat di atas merupakan dalil yang sharih mengenai kewajiban dakwah atas
setiap Mukmin dan Muslim. Bahkan, Allah swt mengancam siapa saja yang meninggalkan
dakwah Islam, atau berdiam diri terhadap kemaksiyatan dengan “tidak terkabulnya doa”.
Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak lagi ada orang yang mencegah kemungkaran,
niscaya Allah akan mengadzab semua orang yang ada di masyarakat tersebut, baik ia ikut
berbuat maksiat maupun tidak.
Kenyataan ini menunjukkan dengan sangat jelas, bahwa hukum dakwah adalah wajib,
bukan sunnah. Sebab, tuntutan untuk mengerjakan yang terkandung di dalam nash-nash yang
berbicara tentang dakwah datang dalam bentuk pasti. Indikasi yang menunjukkan bahwa
tuntutan dakwah bersifat pasti adalah, adanya siksa bagi siapa saja yang meninggalkan dakwah.
Ini menunjukkan, bahwa hukum dakwah adalah wajib.
D. URGENSI DAKWAH
Pada dasarnya, urgensitas dakwah bagi kehidupan manusia telah digambarkan oleh Rasulullah
saw di dalam sebuah haditsnya,”
“Perumpamaan orang-orang yang mencegah berbuat maksiat dan yang melanggarnya adalah
seperti kaum yang menumpang kapal. Sebagian dari mereka berada di bagian atas dan yang
lain berada di bagian bawah. Jika orang-orang yang berada di bawah membutuhkan air, mereka
harus melewati orang-orang yang berada di atasnya. Lalu mereka berkata: ‘Andai saja kami
lubangi (kapal) pada bagian kami, tentu kami tidak akan menyakiti orang-orang yang berada
di atas kami’. Tetapi jika yang demikian itu dibiarkan oleh orang-orang yang berada di atas
(padahal mereka tidak menghendaki), akan binasalah seluruhnya. Dan jika dikehendaki dari
tangan mereka keselamatan, maka akan selamatlah semuanya“. (HR. Bukhari)
8
BAB III
PENUTUP
Dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim sesuai dengan kemampuan dan
kesanggupan setiap individu bersumberkan dari al-qur’an, hadist, dan ijma’ para ulama.
Banyak keutamaan dari aktivitas berdakwah. Namun selain itu, ada pula ancaman bagi orang
yang meninggalkan kewajibannya dalam berdakwah.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/agendakwah.wordpress.com/2010/09/27/dakwah-adalah-
sebuah-kewajiban-ancaman-
meninggalkannya/amp/#ampshare=https://agendakwah.wordpress.com/2010/09/27/dakw
ah-adalah-sebuah-kewajiban-ancaman-meninggalkannya/
https://almanhaj.or.id/6354-wajib-berdakwah-mengajak-manusia-kepada-kebaikan-
danharam-berdakwah-mengajak-kepada-kesesatan.html
10