Disusun Oleh :
Kelompok 8
Dosen Pengampu:
1442 H/2021 M
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah hadits tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah ﷺyang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
A. Kesimpulan............................................................................................. 16
B. Saran........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gelar pemimpin umat layak diberikan kepada mereka yang mampu
memecahkan segala persoalan yang dihadapi umat itu dan mengantarkannya
dengan selamat sampai kepada tujuan yang dicita-citakan. Orang yang
menghantarkan tidak selalu berjalan didepan, terkadang disamping, di tengah,
dimana saja menurut jalan keadaan jalannya, diperlukan guna keselamatan
orang yang diantarkannya.
Tidak hanya sekedar mengantar para anggotanya agar sampai pada
tujuan yang diharapkannya. Seorang pemimpin juga harus memiliki suatu
komitmen yang didukung oleh kemampuan, integritas, kepekaan terhadap
perubahan dan perkembangan yang terjadi di sekelilingnya dan juga memiliki
keberanian untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.
Namun dewasa ini, jika kita melihat realita yang ada sulit sekali kita
mendapati pemimpin yang memiliki kriteria yang telah disebutkan di atas.
Banyak pemimpin yang hanya mementingkan ego pribadi demi
mementingkan kesejahteraan bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Mereka
bersikap sedemikian rupa seolah-olah kepemimpinan mereka tidak akan
dipertanggungjawabkan suatu saat nanti. Hal ini bisa jadi disebabkan karena
kurangnya tingkat keimanan yang dimiliki oleh seorang pemimpin, sehingga
ia terpengaruh oleh hal-hal yang negatif dan menyalahi aturan agama, bahkan
aturan yang berlaku di tempat tersebut.
B. Rumusan masalah
1
2. Bagaimanakah teguran terhadap pemimpin yang tidak bertanggung
jawab?
3. Bagaimanakah batasan kepatuhan pada pemimpin ?
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat penulisan
1. Supaya dapat memberi referensi dari sudut pandang berbeda bagi
pembaca.
2. Dapat menambah wawasan tentang sistem Pendidikan Agama Islam.
3. Dapat menambah wawasan mengenai tanggung jawab pemimpin.
2
BAB II
PEMBAHASAN
َ َح َّدثَنَا َأبُو النُّ ْع َما ِن َح َّدثَنَا َح َّما ُد ب ُْن زَ ْي ٍد ع َْن َأي
ُّوب ع َْن نَافِ ٍع ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ قَا َل
ٍ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َأاَل ُكلُّ ُك ْم َر
اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه فَاِإْل َما ُم الَّ ِذي َعلَى َ النَّبِ ُّي
اع َعلَى َأ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َوهُ َو َم ْسُئو ٌل
ٍ اع َوهُ َو َم ْسُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه َوال َّر ُج ُل َر ِ َّالن
ٍ اس َر
ت َزوْ ِجهَا َو َولَ ِد ِه َو ِه َي َم ْسُئولَةٌ َع ْنهُ ْم ِ ع َْن َر ِعيَّتِ ِه َو ْال َمرْ َأةُ َرا ِعيَةٌ َعلَى َأ ْه ِل بَ ْي
ٍ ال َسيِّ ِد ِه َوهُ َو َم ْسُئو ٌل َع ْنهُ َأاَل فَ ُكلُّ ُك ْم َر
اع َو ُكلُّ ُك ْم ِ اع َعلَى َم ٍ َو َع ْب ُد ال َّر ُج ِل َر
ِ َم ْسُئو ٌل ع َْن َر
ِعيَّتِه
Kandungan hadits:
1
Shahih Bukhori No. 4789 online di https://carihadis.com/Shahih_Bukhari/4789
3
1. Setiap muslim dalam berbagai posisi dan tingkatannya, mulai dari
tingkatan pemimpin rakyat sampai pada tingkatan pengembala adalah
pemimpin, termasuk pada tingkatan memimpin diri sendiri. Semua orang
pasti memiliki tanggung jawab dan akan dimintai pertanggungjawabannya
oleh Allah swt. atas kepemimpinannya kelak di akhirat.
2
Rulitawati, Tanggung Jawab Dan Otoritas Kepemimpinan Dalam Pendidikan Islam,
Jurnal.um-palembang, (2018), 1 (2), 101–108 101, h. 104
4
bahwa setiap apa yang telah diamanahkan oleh Allah SWT tentunya akan
mendapat ganjaran yang setimpal.
3
Olan Darmadi, Karakteristik Pemimpin dalam Islam, Al-Imarah: Jurnal Pemerintahan
dan Politik Islam, Vol. 4, No. 2, 2019. h. 154
5
ْ ………وةَ َوَأ َم……… ر
ٰ ٱلص………لَ ٰوةَ… َو َءاتَ……… ُو ْا ٱل َّز َك ْ ض َأقَ………ا ُم ٰ
ُوا َّ وا ِ ٱلَّ ِذينَ ِإن َّم َّكنَّهُمۡ فِي ٱَأۡل ۡر
ُأۡل ۡ ِ بِ ۡٱل َم ۡعر
٤١ ور ِ ُوف َونَهَ ۡو ْا َع ِن ٱل ُمن َك ۗ ِر َوهَّلِل ِ ٰ َعقِبَةُ ٱ ُم
41. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi niscaya mereka mendirikan sembah yang, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar;
dan kepada Allah-lah kembali segala urusan
“Mendirikan sholat” adalah lambang hubungan baik dengan Allah,
sedangkan “menunaikan zakat” adalah lambang perhatian yang ditujukan
kepada masyarakat lemah. “Amar ma‟ruf” mencakup segala macam
kebajikan, adat istiadat, dan budaya yang sejalan dengan nilai-nilai
agama, sedang nahi „an al munkar adalah lawan dari amr ma‟ruf. Dalam
rangka melaksanakan tugas-tugasnya, para penguasa dituntut untuk selalu
melakukan musyawarah, yakni bertukar pikiran dengan siapa yang
dianggap tepat guna mencapai yang terbaik untuk semua. Mereka juga
dituntut untuk memanfaatkan semua potensi yang dapat dimanfaatkan
guna mencapai hasil maksimal yang diharapkan.4
2. Menggerakkan dan mengarahkan, menuntun, memberi motivasi serta
mendorong orang yang dipimpin untuk berbuat sesuatu guna mencapai
tujuan. Sedangkan tugas dan tanggungjawab yang dipimpin adalah
mengambil peran aktif dalam mensukseskan pekerjaan yang
dibebankannya tanpa adanya kesatuan komando yang didasarkan atas satu
perencanaan dan kebijakan yang jelas, maka rasanya sulit diharapkan
tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai dengan baik. Bahkan
sebaliknya, yang terjadi adalah kekacauan dalam pekerjaan. Inilah arti
penting komitmen dan kesadaran bersama untuk mentaati pemimpin dan
peraturan yang telah ditetapkan.
3. Bersikap Adil
Sesuai dengan firman Allah di Q.S an-Nahl:90
4
Umar Sidiq, Kepemimpinan dalam Islam, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, Dialogia, Vol. 12 No. 1 Juni 2014 h. 140-141
6
…ٓاي ِذي ۡٱلقُ… ۡ…ربَ ٰى َويَ ۡنهَ ٰى َع ِن ۡٱلفَ ۡح َش …ٓا ِء ٰ ۡ ۡ ۡ ۡ هَّلل
ِٕ …َ۞ِإ َّن ٱ َ يَأ ُم ُر بِٱل َعد ِل َوٱِإۡل ح َس ِن َوِإيت
٩٠ ََو ۡٱل ُمن َك ِر َو ۡٱلبَ ۡغ ۚ ِي يَ ِعظُ ُكمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ تَ َذ َّكرُون
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran
Serta Q.S. an-Nisa: 58
اس َأن
ِ َّت ِإلَ ٰ ٓى َأ ۡهلِهَ……ا َوِإ َذا َح َكمۡ تُم بَ ۡينَ ٱلن ْ ۞ِإ َّن ٱهَّلل َ يَ ۡأ ُم ُر ُكمۡ َأن تُ……َؤ ُّد
ِ َوا ٱَأۡل ٰ َم ٰن
٥٨ يرا ٗ ص ِ َوا بِ ۡٱل َع ۡد ۚ ِل ِإ َّن ٱهَّلل َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُكم بِ ۗ ِٓۦه ِإ َّن ٱهَّلل َ َكانَ َس ِمي ۢ َعا ب
ْ ت َۡح ُك ُم
58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat
7
memberatkan dan membebankannya terhadap sesuatu yang tidak mampu
dilakukannya. Demikian juga wajib bersikap adil bagi seorang suami
terhadap keluarganya. Seperti orang yang memiliki dua orang istri, ia
wajib bersikap adil diantara keduanya. Dan wajib pula bersikap adil
kepada anak-anaknya. Begitu pula bagi seorang istri yang juga seorang
pemimpin dalam rumah suaminya. Baik dalam menjaga harta suaminya
dan tidak menghambur-hamburkannya.
َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن ِسنَا ٍن َح… َّدثَنَا فُلَ ْي ُح ب ُْن ُس…لَ ْي َمانَ َح… َّدثَنَا ِهاَل ُل ب ُْن َعلِ ٍّي ع َْن َعطَ……ا ِء
ص…لَّى هَّللا ُ َعلَيْ… ِه
َ ِ …ال قَ…ا َل َر ُس…و ُل هَّللا
َ َض َي هَّللا ُ َع ْن…هُ ق ِ ار ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َر ٍ ب ِْن يَ َس
ضا َعتُهَا يَا َر ُس …و َل هَّللا ِ قَ……ا َل َ َت اَأْل َمانَةُ فَا ْنت َِظرْ السَّا َعةَ ق
َ ال َك ْيفَ ِإ ُ َو َسلَّ َم ِإ َذا
ْ ضيِّ َع
ِإ َذا
َُأ ْسنِ َد اَأْل ْم ُر ِإلَى َغي ِْر َأ ْهلِ ِه فَا ْنتَ ِظرْ السَّا َعة
Artinya :
8
Manusia hadir ke muka bumi ini telah diserahkan amanah untuk berperan
sebagai khalifah yang diwajibkan membangun dan memelihara kehidupan di
dunia berdasarkan aturan dan hukum Yang Memberi Amanah, yaitu
Allah subhaanahu wa ta’aala.
9
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah
yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS
Al-Maidah 50)
“Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan
sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” (QS
Al-Maidah 49)
10
amanah ketaatan kepada Allah ta’aala. Tidak saja sembarang muslim di
negeri ini yang mengabaikan aturan dan hukum Allah, tetapi bahkan mereka
yang dikenal sebagai Ulama, Ustadz, aktifis da’wah dan para muballigh-pun
turut membiarkan berlakunya hukum selain hukum Allah. Hanya sedikit dari
kalangan ini yang memperingatkan ummat akan bahaya mengabaikan hukum
Allah.
ض َي ِ َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد َح َّدثَنَا يَحْ يَى ب ُْن َس ِعي ٍد ع َْن ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ َح َّدثَنِي نَافِ ٌع ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ َر
ال ال َّس ْم ُع َوالطَّا َعةُ َعلَى ْال َمرْ ِء ْال ُم ْسلِ ِم َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق
َ هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي
ِ ْصيَ ٍة فَِإ َذا ُأ ِم َر بِ َم ْع
صيَ ٍة فَاَل َس ْم َع َواَل طَاعَة ِ فِي َما َأ َحبَّ َو َك ِرهَ َما لَ ْم يُْؤ َمرْ بِ َمع
6
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu’lu Wal Marjan, (Semarang: Al-Ridha, 1993),
Hal. 569-570
7
Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalhin, Jilid 2, Cet. 2,
(Jakarta Timur: Darussunnah Press, 2009), Hal. 1053-1054
11
َث َح َّدثَنَا َأبِي َح َّدثَنَا اَأْل ْع َمشُ َح َّدثَنَا َس ْع ُد ب ُْن ُعبَ ْي َدة ِ َح َّدثَنَا ُع َم ُر ب ُْن َح ْف
ٍ ص ْب ِن ِغيَا
ص …لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي … ِهَ ث النَّبِ ُّي ِ ع َْن َأبِي َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ع َْن َعلِ ٍّي َر
َ ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل بَ َع
ب َعلَ ْي ِه ْم ِ ار َوَأ َم َرهُ ْم َأ ْن يُ ِطيعُوهُ فَغ
َ َض ِ ص َ َو َسلَّ َم َس ِريَّةً َوَأ َّم َر َعلَ ْي ِه ْم َر ُجاًل ِم ْن اَأْل ْن
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس…لَّ َم َأ ْن تُ ِطي ُع……ونِي قَ……الُوا بَلَى قَ……ا َل قَ… ْد
َ ْس قَ ْد َأ َم َر النَّبِ ُّيَ ال َألَي
َ ََوق
ت َعلَ ْي ُك ْم لَ َم……ا َج َم ْعتُ ْم َحطَبًا َوَأوْ قَ … ْدتُ ْم نَ……ارًا ثُ َّم َدخ َْلتُ ْم ِفيهَ……ا فَ َج َم ُع……وا َحطَبًا
ُ َع……زَ ْم
ضهُ ْم ِإنَّ َما ُ فََأوْ قَ ُدوا نَارًا فَلَ َّما هَ ُّموا بِال ُّد ُخو ِل فَقَا َم يَ ْنظُ ُر بَ ْع
ٍ ضهُ ْم ِإلَى بَع
ُ ْض قَا َل بَ ْع
َ ِار َأفَنَ … ْد ُخلُهَا فَبَ ْينَ َم……ا هُ ْم َك… َذل
ك ِ َّص …لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي… ِه َو َس …لَّ َم فِ … َرارًا ِم ْن الن َّ ِتَبِ ْعنَ……ا النَّب
َ ي
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َل لَوْ َد َخلُوهَ……ا َ ضبُهُ فَ ُذ ِك َر لِلنَّبِ ِّي
َ َت النَّا ُر َو َس َكنَ َغ ْ ِإ ْذ َخ َمد
ِ خَرجُ…………………وا ِم ْنهَ…………………ا َأبَ…………………دًا ِإنَّ َم…………………ا الطَّاعَ………………… ةُ فِي ْال َمعْ………………… ر
ُوف َ َم…………………ا
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin hafs bin Ghiyats telah
menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Al
A'masy telah menceritakan kepada kami Sa'd bin Ubaidah dari Abu
AbdurrahmanHadits Ali ra, ia berkata: Nabi saw mengirimkan pasukan
tentara dan mengangkat seorang laki-laki dari golongan anshar untuk
menjadi komanan pasukan itu. Dan Nabi memerintahkan pasukan itu agar
menaatinya lalu komandan pasukan itu memarahi pasukan sambil
mengatakan: bukankan Nabi saw sungguh telah menyuruh kalian untuk
menaati ku. Mereka menjawab “ya, benar”. Ia berkata: “saya bermaksud
agar kalian mengumpulkan kayu bakar, dan kamu nyalakan api lalu kamu
sekalian masuk kedalamnya.” Maka mereka mengumpulkan kayu bakar, lalu
mereka menyalakannya. Ketika mereka hendak masuk ke dalam api maka
sebagian dari mereka melihat kepada sebagian yang lain. Sebagian dari
mereka berkata: “sesungguhnya kami mengikuti Nabi saw. agar terlepas dari
api maka mengapakah kita akan memasukinya?” ketika mereka dalam
keadaan demikian tiba-tiba api pun padam dan kemarahan komandan pun
hilang. Lalu kasus tersebut disampaikan kepada Nabi saw. maka beliau
12
bersabda: “seandainya mereka masuk ke dalam api itu, pastilah mereka
tidak akan keluar dari padanya untuk selamanya, sesungguhnya kepatuhan
itu adalah pada sesuatu yang baik.8
ُۡوا ٱل َّرسُو َل َوُأوْ لِي ٱَأۡلمۡ ِر ِمن ُكمۡ ۖ فَِإن تَ ٰنَ… ز َۡعتُم ْ ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا َأ ِطيع
ْ ُوا ٱهَّلل َ َوَأ ِطيع
رٞ ك خ َۡيَ ُِول ِإن ُكنتُمۡ تُ ۡؤ ِمنُونَ بِٱهَّلل ِ َو ۡٱليَ ۡو ِم ٱأۡل ٓ ِخ ۚ ِر ٰ َذل
ِ فِي َش ۡي ٖء فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى ٱهَّلل ِ َوٱل َّرس
٥٩ َوَأ ۡح َس ُن ت َۡأ ِوياًل
Masih berkaitan dengan surah annisa ayat 59, al-hafidh ibnu hajar
berpendapat bahwa maksud kisah Abdullah bin hudzafah, munasabah atau
keterkaitan disangkut pautkan dengan alasan turunnya ayat ini (surah an-nisa:
59), karena dalam kisah itu dihasilkan adanya perbatasan antara taat kepada
pemerintah (pimpnan) dan menolak perintah, ntuk terjun ke dalam api. Ayat
ini turun memberikan petunjuk kepada mereka apabila berbantahan
hendaknya kembali kepada Allah dan Rasulnya.9Karena perintah penguasa itu
terbagi tiga bagian:
1. Perintah yang sesuai dengan yang diperintahkan Allah ta’ala maka wajib
ditaati
2. Mereka memerintahkan kemaksiatan, maka tidak perlu mendengarkan dan
metaati mereka apapun yang terjadi jika kamu disiksa oleh mereka
disebabkan hal ini (tidak mentaati) maka mereka akan dibalas pada hari
kiamat oleh Allah SWT
8
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Op. Cit., Hal. 570-571
9
Shaleh, Dkk, Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-
Qur’an, Cet. 3, (Bandung: Cv Diponegoro, 1982), Hal. 138-139
13
3. Mereka memerintahkan sesuatu yang di dalamnya tidak ada perintah atau
larangan syar’i, di dalam hal ini wajib mentaati mereka, jika tidak mentaati
termasuk orang-orang yang berdosa, dan penguasa berhak meberi
hukuman dengan sesuatu yang mereka pandang sesuai, karena telah
melanggar perintah Allah dalam mentaati mereka.10
10
Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Op. Cit, Hal. 1053-1056
11
Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi. Mutiara Hadits. Semarang: PT Pustaka
Rizki Putra. 2003.
14
BAB III
PENUUTP
A. Kesimpulan
1. Seorang wajib menegakkan keadilan dalam diri dan keluarganya, dan
orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Adil dalam dirinya
dengan tidak memberatkan pada sesuatu yang tidak dieprintahkan Allah,
dia harus memperhatikannya hingga kepada masalah kebaikan, jangan
memberatkan dan membebankannya terhadap sesuatu yang tidak mampu
dilakukannya
2. Sungguh benarlah ucapan Rasulullah sholallahu’alaihi wa sallam di
atas. “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran
terjadi.” Amanah yang paling pertama dan utama bagi manusia ialah
amanah ketaatan kepada Allah, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan
Penguasa alam semesta dengan segenap isinya. Manusia hadir ke muka
bumi ini telah diserahkan amanah untuk berperan sebagai khalifah yang
diwajibkan membangun dan memelihara kehidupan di dunia berdasarkan
aturan dan hukum Yang Memberi Amanah, yaitu Allah subhaanahu wa
ta’aala.
3. Sabda Rasulullah saw: “wajib atas seorang muslim”, kalimat ini
menunjukkan kewajiban. Maka wajib bagi seseorang muslim
berdasarkan keislamannya untuk selalu mendengarkan dan menaati
pemerintah. Baik dalam hal yang ia sukai maupun yang ia benci.
Walaupun ia memerintahkan dengan sesuatu yang dibencinya, namun ia
wajib melaksanakannya, kecuali jika perintah itu bermaksiat kepada
Allah, maka ketaatan kepada Allah itu diatas segala ketaatan. Tidak ada
ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat terhadap khaliq.
15
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17