1. Nurcahya Kawirian
2. Alfath Farhan
Semester 1 (Satu)
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
Dalam Islam, akhlak menempati posisi yang sangat penting, karena kesempurnaan
Islam seseorang sangat tergantung kepada kebaikan dan kemuliaan akhlaknya. Manusia yang
dikehendaki Islam adalah manusia yang memiliki akhlak mulia, manusia yang memiliki akhlak
mulialah yang akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.
Seiring dengan berlalunya masa kenabian, syariat Islam semakin tenggelam, dan
manusia disibukkan dengan kesibukan dunia. Akibatnya lenyaplah peranan akhlak yang telah
membentuk generasi pertama yang mulia dari umat ini.
Akhlak mempunyai pengaruh besar terhadap individu manusia dan terhadap suatu
bangsa. Ajaran-ajaran akhlak sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam
kehidupan sehari-hari, seperti yang terdapat di beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan
tentang akhlak mulia Rasulullah.
Dalam upaya meningkatkan akhlak mulia peserta didik seorang guru Pendidikan Agama
Islam memiliki peranan yang sangat penting. Karena menurut Zuhairin, guru Pendidikan
Agama Islam merupakan pendidik yang mempunyai tanggung jawab dalam membentuk
kepribadian Islam anak didik, serta bertanggung jawab terhadap Allah SWT.
Menurut Abudin Nata, “Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar dari kata
akhlaqo, yukhliqu, ikhlaqon yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan,
tabiat, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan ad-din
(agama).
Sedangkan pengertian akhlak menurut Abudin Nata secara istilah dapat disimpulkan
sebagai sifat yang melekat pada diri seseorang dan menjadi identitasnya. Selain itu, akhlak
dapat pula diartikan sebagai sifat yang telah dibiasakan, ditabiatkan, di darah dagingkan,
sehingga menjadi kebiasaan dan mudah dilaksanakan, dapat dilihat indikatornya, dan dapat
dirasakan manfaatnya.
Menurut Zakiayah Daradjat, secara terminologi akhlak ialah keadaan gerak jiwa yang
mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran
terlebih dahulu. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,
terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.
Menurut Al-Ghazali, secara terminologi akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melakukan pemikiran dan
pertimbangan.
Di samping istilah akhlak, juga dikenal dengan istilah etika dan moral. Meskipun kedua
istilah tersebut mempunyai kesamaan pengertian dalam percakapan sehari-hari, namun di
sisi lain mempunyai unsur perbedaan. Istilah etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai
yang ada, karena etika merupakan suatu ilmu. Istilah moral digunakan untuk memberi
kriteria perbuatan yang sedang dinilai. Karena itu, moral bukan suatu ilmu tetapi
merupakan suatu perbuatan manusia.
Akhlak terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Akhlak mahmudah, ialah segala tingkah laku yang terpuji (yang baik). Akhlak yang
baik umpamanya: benar, amanah, menepati janji, sabar, pemaaf, sabar, dan lain-lain
sifat dan sikap yang baik.
2. Akhlak madzmumah, berarti tingkah laku yang tercela atau akhlak yang tidak
baik. Akhlak tercela umpamanya: sombong, mengadu domba, dengki, ghibah, khianat,
riya, dan lain-lain sifat dan sikap yang tidak baik.
3
4
Akhlak adalah suatu yang utama dalam ajaran agama Islam. Hanya manusialah yang
dituntut untuk berakhlak mulia bila dibandingkan dengan ciptaan Allah SWT yang lain.
Hal ini dituntut dari manusia karena ia disamping berpancra indera, ia juga diberi akal
untuk memilih, menilai, dan membandingkan di antara perbuatan yang baik, buruk atau
salah dan benar dalam kehidupannya.
Menurut Al-Qur’an, kedudukan manusia yang tidak berakhlak mulia adalah rendah
sekali. Sebagai contoh, apa yang kita dapati dalam ayat Al-Qur’an yang bermaksud :
س له ََُ ْم قلُ ْوَُ بٌ َّ ْل يفَقه ََُ ْونَ ب ِه ََ ِۖا َوله ََُ ْم ِ ْ ث ْي ِ َْ ًرا ِ ِّمنَ ْال ِج ِِّن َو
ِۖ ِ اْل ْن ِ ذر ََأ ْنا َ ِل َج َه َّن َم َك
َ ََْ َولقَد
عو َْنَ ب ِه ََ ۗا ُاو ٰٰۤل ىكَ َك ْاْلنَ َْعا َ ِم َ ص ُر ْونَ ب ِه ََ ِۖا َوله ََُ ْم ٰاذا َ ٌن َّ ْل
ُ يس َْ َم ِ َْ َْ يب ُ ََْ اع
ُ ينٌَ َّ ْل
“Dan sesungguhnya kami jadikan neraka jahannam banyak dari jin dan manusia yang
mempunyai hati (tetapi) tidak mau memahami dengannya (ayat-ayat Allah), dan yang
mempunyai mata (tetapi) tidak mau melihat dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang
mempunyai telinga (tetapi) tidak mendengar dengannya (ajaran dan nasihat) mereka itu
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang
lalai”. (Q.S. Al-A’raf (7) : 179.
Manusia bukan mulia hanya karena pembentukan fisikalnya saja, akan tetapi yang lebih
utama adalah karena ketakwaan dan akhlaknya. Berikut ini adalah huraian mengenai
peranan akhlak pada beberapa segi dalam kehidupan manusia :
1. Peranan akhlak dalam kehidupan individu dan masyarakat
Dalam kehidupan individu mau pun masyarakat, akjlak yang mulia merupakan
perhiasan yang paling tinggi nilainya yang dimiliki oleh seorang muslim.
Orangorang yang berakhlak mulia adalah orang yang mempunyai rasa tanggung
jawab yang tinggi mengenai tingkah laku diri pribadinya sendiri dan masyarakat
yang berhubungan dengan nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam ajaran agama.
2. Peranan akhlak dalam keluarga
5
Keluarga adalah suatu institusi kecil dalam sebuah masyarakat dan negara. Bagi
anak-anak, keluarga adalah tempat pertama mereka mendapat pendidikan akhlak,
sebelum mereka memasuki alam persekolahan dan sebagainya.
3. Peranan akhlak dalam negara
Akhlak yang mulia tidak hanya diperlukan dalam kehidupan individu, keluarga dan
masyarakat, malah turut diperlukan untuk kewujudan sebuah negara yang aman dan
sentosa. Menurut Prof. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, peranan akhlak
yang mulia bagi bangsa dan negara adalah “dasar pokok untuk menjaga bangsa,
negara, rakyat, dan masyarakat dan oleh sebab akhlak itulah timbulnya amal shaleh
yang berguna untuk kebaikan umat dan masyarakat”.
Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak mulia ini sangat
ditekankan karena disamping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus
membawa kebahagiaan bagi masyarakat umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak
utama yang ditampilkan seseorang, tujuannya adalah untuk mendapatkan kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.
Orang yang selalu melaksanakan akhlak mulia, mereka akan senantiasa memperoleh
kehidupan yang baik, mendapatkan pahala berlipat ganda di akhirat dan akan dimasukkan
ke dalam surga. Dengan demikian, orang yang berakhlak mulia akan mendapatkan
keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat.
Landasan umum berakhlak kepada Allah SWT adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan
selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji. Demikian sifat itu yang semua makhluk tidak
dapat mengetahui dengan baik dan benar betapa kesempurnaan dan keterpujian Allah
SWT. Oleh karena itu, mereka sebelum memuji-Nya, bertasbih terlebih dahulu dalam arti
menyucikan-Nya. Jadi, jangan sampai pujian yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan
kebesaran-Nya.
Akhlak terhadap Allah adalah segala perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang
ditujukan kepada Allah, karena akhlak ini adalah akhlak yang paling agung dan diwajibkan
6
bagi umat manusia. Dalam pendidikan kepada anak harus menitikberatkan dalam hal ini,
karena hanya kepada Allah SWT yang berhak disembah dan hanya kepada Allahlah rasa
syukur dipanjatkan, karena hanya kepada Allahlah yang Maha Pemberi Nikmat, Maha
Pencipta, Maha Pemberi Rizki serta berhak menerima kedudukan dan kecintaan yang
sempurna.
di atas dapat dipahami, bahwa yang dimaksud akhlak terhadap sesama manusia adalah
berbuat baik terhadap orang lain, tidak menyakiti perasaan atau badannya, tidak
mengganggu hak-hak orang lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Yang dimaksud dengan alam semesta di sini adalah segala sesuatu yang berada di
sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap alam semesta bersumber dari
fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan ini menuntut adanya interaksi antara
manusia dengan sesama dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti
pengayoman, pemeliharaan, dan pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya. Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil
buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum matang, karena hal ini berarti tidak
memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti
manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan
terhadap semua proses yang sedang terjadi. Keyakinan ini meyakinkan setiap muslim
untuk menyadari bahwa semuanya adalah umat Tuhan yang harus diperlakukan secara
wajar dan baik.
Kewajiban manusia untuk berakhlak kepada alam sekitar ini didasarkan kepada halhal
berikut :
1. Bahwa manusia hidup dan mati berada di alam, yaitu bumi.
2. Bahwa alam merupakan salah satu pokok yang dibicarakan oleh Al-Qur’an.
3. Bahwa Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk menjaga pelestarian alam
yang bersifat umum dan yang khusus.
4. Bahwa Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk mengambil manfaat yang
sebesar-besarnya dari alam agar kehidupan menjadi makmur.
5. Manusia berkewajiban mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan di muka bumi.
3.1. Kesimpulan
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang
buruk dalam hubungannya dengan khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak ini
merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang
manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah SAW.
Nilai manusia ditentukan oleh kedudukan akhlak, semakin tinggi akhlak semakin tinggi
nilai dan martabat manusia. Nabi Muhammad SAW menyeru umatnya untuk menjada
keelokan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak seseorang adalah pembawaan lahir seseorang,
keluarga, lingkungan, serta pendidikan yang diterima seseorang baik sekolah atau
universitas maupun di luar lembaga pendidikan.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon
kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang. Serta diharapkan kepada
pembaca maupun penulis dapat menerapkan akhlak yang baik sesuai dengan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad SAW,
setidaknya kita termasuk ke dalam golongan kaumnya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Anor Abdul, Alies. 2016. Pemikiran Al-Ghazali dan Konteks Politik Malaysia: Kuala
Lumpur
Nata, Abudin. 2015. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta
Https://muhibbatulalami96.blogspot.com
Https://www.unisba.ac.id