i
Tauhid Mewajibkan Wujudnya Iman...................................... 71
Hijrah untuk Membangun Perdaban ...................................... 77
V. PENUTUP ........................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 79
PROFIL PENULIS ...................................................................... 81
ii
Pengantar Penulis
ور ُ َونَعُوذُ ّباهللّ ّم ْن،ُإن الـ َح ْمدَ ّ هلِلّ نَـحْ َمدُهُ َونَ ْست َ ّع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ّف ُره
ّ ش ُر َّ
ّ َم ْن َي ْه ّد ّه هللاُ فَ ََل ُم،ت أ َ ْع َما ّلنَا
ْ ُ َو َم ْن ي،ُض َّل َله
ض ّل ْل َ أ َ ْنفُ ّسنَا َو ّم ْن
ّ سيّهئ َا
َوأ َ ْش َهدُ أَن الَّ ّإلَهَ ّإالَّ هللا َوحْ دَهُ َال ش َّريْكَ لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن،ُّي لَه
َ فَ ََل هَاد
ُ أ َ َّما بَ ْعد.سولُه َ ً ُمـ َح َّمدا
ُ ع ْبدُهُ َو َر
Indana Zulfa
iii
“Pelajarilah Ilmu, karena mempelajarinya
karena Allah merupakan suatu bentuk rasa
takut, menuntutnya adalah ibadah,
mengulang-ngulangnya adalah tasbih,
mencarinya merupakan jihad,
mengajarkannya kepada orang yang tidak
mengetahuinya adlaah sedekah, dan
menyebarluaskannya merupakan bentuk
kedekatan kepada Allah.”
1
I. Konsep Adab Menurut Naquib al-
Attas
Definisi
2
Ibid, hlm 7
4
waqowwamahu (memperbaiki, melatih
berdisiplin). Al-adabu wattaaddubu bermakna
kesopanan, attahaddabu bermakna pendidikan.
3
Fathur Rohman, Mutiara Adab, (Mojokerto: eLKISI, 2020),
hlm. 13
5
adalah undangan kepada suatu jamuan. Konsep
jamuan ini membawa makna bahwa tuan rumah
adalah seorang yang mulia dan terhormat.
6
Dalam bukunya, Risalah untuk Kaum
Muslimin al-Attas menyatakan adab yang
berkaitan dengan ilmu: Adab itu suatu kelakuan
yang harus diamalkan atau dilakukan terhadap
diri sendiri, adab tidak terbatas pada hubungan
etika sesama, tapi meliput segala yang wujud
sesuai kedudukannya yang tepat. Adab berkaitan
dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan
manusia, dengan ilmu, dengan alam, dan
sebagainya. Sedangkan adab yang berkaitan
dengan hikmah, yang mana adab dimaknai
sebagai tindakan yang benar yang bersemi dari
disiplin diri yang dibangun di atas ilmu dan
bersumberkan hikmah.
7
ۡ َولَقَ ۡد ٰات َۡينَا لُ ۡقمٰ نَ ۡال ّح ۡك َمةَ ا َ ّن
ّاش ُك ۡر ّ ٰلِل
َو َم ۡن ي َّۡش ُك ۡر فَ ّانَّ َما يَ ۡش ُك ُر ّلن َۡفسّهۚ َو َم ۡن َكفَ َر فَا َّّن
غنّى َح ّم ۡيد
َ َّللا
ٰ
“Dan sungguh, telah Kami berikan
hikmah kepada Lukman, yaitu,
Bersyukurlah kepada Allah! Dan
barangsiapa bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa
tidak bersyukur (kufur), maka
sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha
Terpuji.”
8
perlakuan yang baik sesuai perintah Allah,
mendirikan shalat, puasa, muraqbatullah, amr
ma'ruf dan nahi munkar, bersabar menghadapi
kehidupan, dan tidak sombong kepada sesama.
10
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang
itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi
dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-
kata (yang mengandung) keselamatan.
11
12
Pengaplikasian Adab dalam
Pendidikan
6
Fatih Madini, Reformasi Pemikiran Pendidikan Kita, (Depok:
At-Taqwa, 2020), hlm 212
13
Peran penting bagi orangtua untuk selalu
mendidik anaknya, yakni menanamkan nilai diin
dan adab. Yang mana ini adalah ilmu yang
tergolong fardhu 'ain. Dan kita tanamkan pada
anak kita yang terpenting bagi seorang murid itu
bukan bagaimana cara ia belajar dan dimana ia
mendapatkan pelajaran. Tetapi, apa yang ia
pelajari dan kepada siapa ia belajar.
18
maka konsep pendidikan Islam tidak akan lari
kepada sekulerisasi dan liberalisasi.
19
Dalam merumuskan tujuan
pendidikan Islam, Adian Husaini sependapat
dengan tujuan pendidikan Islam yang telah
dirumuskan Syed Muhammad Naquib Al-
Attas, bahwa:
21
mencintai Nabinya, menjadikan Nabi saw
sebagai uswah hasanah, menghormati
ulama sebagai pewaris nabi, memahami dan
meletakkan ilmu pada tempat yan terhormat
paham mana ilmu yang fardu ain, dan mana
yang fardu kifayah; juga mana ilmu yang
bermanfaat dan ilmu yang merusak dan
memahami serta mampu menjalankan
tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardh
dengan baik.11
25
Rosulullah shollallohu ‘alaihi wasallam
mengumpamakan orang yang mendengar ilmu
agama dengan berbagai macam tanah yang
terkena air hujan. Diantara mereka adalah orang
alim yang mengamalkan ilmunya dan
mengajarkannya. Orang ini diumpamakan sepeti
tanah yang subur yang menyerap air sehingga
dapat memberi manfaat bagi dirinya dan juga
dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
sehingga dapat memberi manfaat bagi yang lain
baik kepada manusia maupun binatang.13
13
Fathur Rohman, Mutiara Adab, (Mojokerto: eLKISI, 2020),
hlm. 64.
26
Di antara adab guru adalah kepada dirinya
sendiri dan itu mencakup hal-hal beikut:14
14
Imam Nawawi, Adabul ‘ALim wal Muta’allim: Adab Guru
dan Murid (Solo: PQS Publishing, 2020), hlm. 65.
27
Intelektual. Guru dalam Islam itu bukan hanya
datang ke sekolah lalu sekadar mengajar, tanpa
sedikitpun memperhatikan dan masuk ke ruang
lingkup murid. Tugas guru adalah mendidik
bukan sekadar mengajar.
15
Fatih Madini, Reformasi Pemikiran Pendidikan Kita,
(Depok: At-Taqwa, 2020), hlm 212
28
menulis. Maka penting bagi seorang guru untuk
menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif dan
bermanfaat. Selain itu, janganlah enggan untuk
belajar dari orang yang lebih muda, lebih bawah
nasab dan popularitasnya.
Mujahid menuturkan:16
16
Ibid, hlm 70
29
Sa’id bin Jabir pernah menuturkan:17
17
Imam Nawawi, Adabul ‘ALim wal Muta’allim: Adab Guru
dan Murid (Solo: PQS Publishing, 2020), hlm. 71.
30
kewajiban fardhu kifayah yang paling tegas.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
18
Imam Nawawi, Adabul ‘Alim wal Muta’allim: Adab Guru
dan Murid (Solo: PQS Publishing, 2020), hlm. 55.
31
2. Ilmu Fardhu Kifayah
Yaitu menguasai ilmu-ilmu agama
yang menjadi kewajiban bagi orang
banyak dalam menegakkan agama
mereka, seperti menghafal Al-Qur’an,
hadis dan ilmu-ilmunya, ushul fiqih,
fiqih, nahwu, Bahasa, tashrif,
pengetahuan tentang para perawi
hadis, jima’, dan perbedaan
pendapat.
Adapunyang bukan ilmu agama dan
dibutuhkan untuk keperluan urusan
dunia, seperti kedokteran dan
akutansi, maka hukumnya juga
fardhu kifayah sebagimana yang
dinyatakan oleh Al-Ghazali.
3. Ilmu Sunnah
Yaitu seperti mempelajari ilmu
tentang asal-usul dalil, apalagi
memaksakan diri mempelajirnya
melebihi ilmu fardhu kifayah.
32
Adab yang harus dimiliki seorang murid
(Muta’allim)
19
Ibid, hlm.91
33
9) Menghadiri majelis guru dengan
penuh kesadaran
10) Mengucapkan salam di dalam majelis
11) Tidak melangkahi pundak orang lain
12) Tidak menyuruh orang lain berdiri
dari tempat duduknya
13) Tidak duduk di antara kerumunan
orang
14) Senantiasa beradab dengan siapa saja
dalam majelis
15) Tidak meninggikan suara ketika
bermajelis
16) Tidak melakukan gerakan tanpa
keperluan
17) Tidak mendahului guru dalam
menjelaskan suatu masalah atau
jawaban dari suatu pertanyaan
18) Hendaknya ia bertanya kepada guru
dengan cara yang lembut dan bahasa
yang baik
34
19) Tidak berbohong perihal ilmu yang
diajarkan sang guru
20) Tidak perlu malu mengatakan “saya
tidka paham”
21) Mendengarkan penjelasan guru
22) Bersemangat dalam menuntut ilmu
23) Bersabar dengan kekurangan dan
perilaku buruk guru
24) Bersikap santun, sabar dan memiliki
cita-cita yang tinggi
25) Menunggu guru jika belum datang
26) Hendaknya ia memaksimalkan belajar
pada waktu kosong
27) Bersemangat dalam mengulangi
materi yang telah disampaikan
28) Mengawali dengan memuji Allah
ketika memulai proses belajar
29) Mengulang-ngulang hafalan
30) Mengulang-ngulang tulisan dan
catatan
31) Selalu meminta bimbingan guru
35
32) Segera menulis dan mencatat jika
mendapati ilmu baru
33) Mengarhkan murid-murid lain kepada
kesibukan positif dan memberikan
manfaat
34) Tidak dengki kepada siapapun
Adab Bermajelis
Majelis adalah tempat
berkumpulnya orang-orang
yang membicarakan urusan-
urusan umum maupun khusus.
Orang menuntut ilmu wajib
36
memperhatikan adab-adab
yang terkait agar mereka bisa
mengambil manfaat dan juga
kutamaan yang banyak dari
majelis ilmu.
Adab-adab majelis
antara lain:20
Adab Duduk
Adab Berbicara
Adab Bertanya
20
Fathur Rohman, Ainur Rofiq, Cahaya Adab-adab Islami,
(Mojokerto: eLKISI, 2019 )
37
38
II. Adab dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah
40
Telah diberikan dengan jelas sebuah
petunjuk, yaitu Al-Qur’an dan Hadits yang di
dalamnya juga muntut dan menjelaskan kepada
manusia tentang sejauh apa pun dan selama apa
pun manusia mencari bahwa kebenaran itu
adalah dari Allah subahanahu wata’ala (termuat
dalam surah al-Baqarah ayat 147).
Pembagian Adab
43
ٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذّينَ َءا َمنُواْ َال ت َۡرفَعُ َٰٓواْ أَصۡ ٰ َوت َ ُك ۡم
ُي ّ َو َال ت َۡج َه ُرواْ لَ ۥه
ت ٱلنَّبّ ه
ّ ص ۡوَ َفَ ۡوق
َ َض أَن ت َۡحب
ط ٍ ۡض ُك ۡم ّل َبعّ ّۡب ۡٱلقَ ۡو ّل َك َجهۡ ّر َبع
َأ َ ۡع ٰ َملُ ُك ۡم َوأَنت ُ ۡم َال ت َۡشعُ ُرون
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu meninggikan suaramu
lebih dari suara Nabi, dan janganlah
kamu berkata kepadanya dengan suara
keras sebagaimana kerasnya (suara)
sebagian kamu terhadap sebagian yang
lain, supaya tidak hapus (pahala)
amalanmu, sedang kamu tidak
menyadari.” (al-Hujurat: 2)
45
Tanamkan Adab pada
Keluarga
46
Bagi seorang anak, kasih sayang dari
orangtua adalah kebutuhan yang mutlak dan
yang selalu dirindukan. Secara fitrah manusia
mempunyai sifat kasih sayang baik kepada
anaknya maupun kepada semua makhluk Allah.
Dalam hadits lain juga menggambarkan bentuk
kasih sayang seorang ibu kepada Anaknya. Ketika
ia mendapatkan makanan yang tidak cukup
untuk di makan bersama anak-anaknya yang
sedang kelaparan, maka anak-anaknya yang
tetap didahulukan dan dia rela menahan lapar.
47
Berikan Nama yang Baik untuk Anak
48
sehingga dia tetap sedih walau bertemu dengan
orang lain.21
21
Fathur Rohman, Mutiara Adab, (Mojokerto: eLKISI, 2020),
hlm. 234
49
Adab dalam Islam
Syari’at Sempurna
وال ّ هم ۡن ُه ۡم
ً س ُ ث فّي ۡٱۡل ُ ّ هميّۧهنَ َر َ ُه َو ٱلَّذّي بَ َع
َ َ علَ ۡي ّه ۡم َءا ٰيَتّّۦه َويُزَ ّ هكي ّه ۡم َويُعَ ّله ُم ُه ُم ۡٱل ّك ٰت
ب َ ْيَ ۡتلُوا
ٰ َ و ۡٱل ّح ۡكمةَ وإن َكانُواْ ّمن قَ ۡب ُل لَ ّفي
ٍ ضلَ ٍل ُّم ّب
ين َّ َ َ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
menyucikan mereka dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.” (al-Jumu’ah: 2)
52
yang sempurna. Syariat tersebut menjamin
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat kelak
bagi orang yang berpegang teguh dengannya.
Syariat yang beliau shallallahu alaihi wa sallam
bawa bersifat universal. Segala aspek kehidupan
manusia telah diatur dalam Islam dengan begitu
rapinya.
23
Shalih bin Fauzan, Kitab Tauhid, (Cipayung: Umul Qura,
2014), hlm. 18
53
shalat, zakat, puasa, dan seluruh hokum-hukum
amaliyah. Bagian ini disebut far’iyah (cabang
agama), karena dibangun di atas i’tiqadiyah.
54
Kedudukan Adab dalam Islam
ّ َم ْن َكانَ يُؤْ ّمنُ ّباهللّ َو ْال َي ْو ّم ْال ّخ ّرفَ ْليُحْ س ّْن ّإلَى َج
اره
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah ia berbuat baik terhadap tetangganya .”
55
(HR. Muslim, “Bab Al-Hatstsu ‘ala Ikramil Jar
wadh Dhaif”)
56
Membangun Perdaban Ilmu
57
Pandangannya tentang ketiadaan adab dan
kerusakan ilmu diperlihatkan oleh banyaknya
kebingungan dan kekeliuran persepsi mengenai
ilmu pengetahuan yang selanjutnya menciptakan
ketiadaan adab dalam masyarakat. Akibatnya
kemudian ialah munculnya para pemimpin yang
bukan saja tidak layak memimpin, tetapi juga tidak
memiliki karakter yang luhur dan kapasitas
intelektual dan spiritual yang sangat diperlukan
dalam kepemimpinan.
59
tercela maka ia tidak melakukannya; orang
beradab mengetahui bahwa alam ini ialah ciptaan-
Nya maka ia menjaga dan menghormatinya; dan
orang yang beradab mengetahui apa yang harus
dilakukannya terhadap apa yang dikenalnya
melalui ilmu.
61
62
III. Ciri Pendidik Unggul dalam
Pandangan Islam
Murabbi
63
Mudarris
Mu’allim
64
mempunyai rasa belas kasihan kepada pelajar
dan menganggap mereka seperti anak sendiri.
Mualim mengajar kerana Allah
Subhanahuwataala dan bukannya kerana
ganjaran dan tidak mengharapkan balasan
daripada pelajar.
Mu’addib
65
baik daripada hanya penyampaian secara teori
sahaja.
Mursyid
67
IV. Menanamkan Adab dalam
Kehidupan
68
Tauhid dan Aqidah yang Benar,
melahirkan Adab dan Akhlak Mulia
24
Shalih bin Fauzan, Kitab Tauhid, (Cipayung: Umul Qura,
2014), hlm. 17
69
amal, sebagaimana firman Allah Subhanahu
wata’ala:
70
Tauhid Mewajibkan Wujudnya Iman
73
gambaran ketaatan seseorang dalam beribadah
dengan menjalankan segala perintah-Nya untuk
mendapatkan cinta-Nya. Pengertian tersebut
mengisyaratkan bahwa ketika seseorang telah
menetapkan sikapnya, maka sejatinya ia telah
mengungkapkan pendiriannya, kepercaya- anya
atau pandanganya.
75
hubungan erat dengan niat seperti dalam al-Asl.
Dalam al-Asl seseorang bisa dikatakan taat
apabila niat melakukan tindakan itu semata
untuk ibadah kepada Allah, tetapi jika niatnya
riya’ maka ia menjadi maksiat. Kedua, maksiat
merupakan suatu tindakan manusia yang tidak
berubah niatnya. Dan ketiga, mubah adalah
suatu tindakan yang sangat tergantung pada
niatnya, apakah tinda- kan itu dilakukan sebagai
sarana mendekatkan diri kepada Allah atau
sebaliknya.
76
Hijrah untuk Membangun
Perdaban
77
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
78
DAFTAR PUSTAKA
79
Husaini, Adian; Galih Bambang Setyawan,
Pemikiran dan perjuangan M. Natsir dan
Hamka dalam Pendidikan, (Jogjakarta:
Gema Insani, 2019)
80
PROFIL PENULIS
81
82
ّ فَإّ َّن ت َ َعلُّ َمهُ ّ َّلِل، تَ َعلَّ ُموا ْال ّع ْل َم
، طلَبَهُ ّع َبادَة َ َو، َخ ْش َية
ث َ َو ْالبَ ْح، َو ُمذَا َك َرتَهُ تَ ْس ّبيح
َوتَ ْع ّلي َمهُ ّل َم ْن ال، ع ْنهُ ّج َهاد َ
َوبَ ْذلَهُ ۡل َ ْه ّل ّه، صدَقَة َ ُيَ ْعلَ ُمه
قُ ْربَة
“Pelajarilah Ilmu, karena
mempelajarinya karena Allah
merupakan suatu bentuk rasa takut,
menuntutnya adalah ibadah,
mengulang-ngulangnya adalah
tasbih, mencarinya merupakan jihad,
mengajarkannya kepada orang yang
tidak mengetahuinya adlaah sedekah,
83
dan menyebarluaskannya merupakan
bentuk kedekatan kepada Allah.”
84
اليس يستغفر لطالب
العلم كل شىء أفكهذا
منزلة
“Bukankah orang yang menuntut
ilmu itu dimohonkan ampunan oleh
segala sesuatu? Maka, bukankah
demikian pula halnya dengan
kedudukannya?.” (32)
َ س َك َوأ َ ْن
ُ ت تَ ْح ُر
س ُ ْال ّع ْل ُم يَ ْح ُر
ال َما َل
“Ilmu menjagamu sedangkan engkau
menjaga harta.”
87
SINOPSIS
88
tapi mengapa sukses dicapai dengan
mengorbankan moral. Kita menjadi lebih faham
setelah membaca bait berikutnya:
Bahkan seorang yang hina dan bodoh dapat
pandai dan terhormat, jika memiliki harta.
Sedangkan orang miskin tidak dipandang
walaupun pandai dan terhormat
89