Anda di halaman 1dari 8

Nama: Ravini Asri Mulyani

Nim: 201610010311003
1. Konsep Guru menurut pandangan Ulama:
a. Menurut Syekh Az-Zarnuji
UntuK menjadi seorang guru yang baik menurut Syekh Az-Zarnuji dalam buku
terjemah Ta’limul Muta’allim yaitu:

:ِ َ ْ
‫اْلستاذ‬ ْ َ
‫ِيار‬ ْ
‫اخت‬ ‫َأما‬
ََّ ‫و‬
َ
‫لم‬َْ‫اْلَع‬
ْ ‫َار‬
َ ‫يخْت‬َ ‫ن‬ َْ
‫ِى أ‬ ‫ْب‬
‫َغ‬ ‫َن‬‫َي‬‫ف‬
‫َار‬
َ ‫ْت‬‫َا اخ‬ ‫َم‬‫ ك‬,َّ ‫اْلَسَن‬
ْ َ ‫َ و‬ ‫َع‬ ‫اْلَو‬
‫ْر‬ ْ َ ‫و‬
َ
‫بن‬ْ ‫د‬ َ‫َّا‬
‫َم‬‫ِذ ح‬ ‫َئ‬‫ْن‬‫ة حِي‬ ََ‫ْف‬‫ِي‬‫َن‬‫ْ ح‬ ‫َبو‬ ‫أ‬
َ َ‫َا‬ َ‫ِى س‬ ‫َب‬
ِ ‫َّأ‬
‫ل‬ ُّ
‫م‬ ‫د الت‬ َْ
‫بع‬َ ‫ن‬ ‫ْم‬‫لي‬ ‫ا‬
ََ
‫ة‬ ‫ْف‬‫ِي‬‫َن‬‫ْ ح‬ ‫َبو‬‫ل أ‬ َ‫َا‬ ‫َق‬‫ و‬.ِ ‫ُّر‬
‫َك‬‫َّف‬
‫َالت‬ ‫و‬
‫ْخًا‬‫دته شَي‬ َْ
‫َج‬‫ و‬:‫َالى‬ ‫تع‬َ ‫َه للا‬ ‫َحِم‬‫ر‬
.‫ًا‬ ‫َبو‬
‫ْر‬ ‫ًا ص‬ ‫ْم‬‫ِي‬‫ًا حِل‬ ‫ْر‬ ‫َقو‬ ‫و‬
Adapun memilih guru, hendaknya dapat memilih seorang guru yang benar-benar
Alim (pandai), lebih wira’i dan yang lebih tua. Sebagaimana Imam Abu Hanifah ketika
belajar, beliau memilih Ustadz Hammad bin Abi Sulaiman. Setelah dipikir-pikir dan
diangan-angan, maka Abu Hanifah rahimahullah Ta’ala mengatakan: Beliau (Syekh
Hammad) adalah seorang guru yang tua ilmunya, sikapnya mulia dan agung, serta
sifatnya baik dan sabar. Dalam hal ini syarat menjadi seorang guru yaitu:
1. Al-A’lam (lebih berpengetahuan) : makna dari kata Al-A’lam ini asal katanya adalah
al-‘ilm yang berarti ilmu. Orang yang berilmu disebut al-‘alim kata ini bisa
disamakan dengan ulul al-albab, ulul an-nuha, al-mudzakki, dan al-mudzakkir.
2. Al-Awra’ (lebih menjaga): dalam hal ini seorang guru harus bisa menjaga diri dari
segala perkara yang dapat menjerumuskan dirinya pada perbuatan yang haram.
Karena guru adalah tauladan dalam akhlak yang baik dan perangainya yang mulia.
3. Al-Asanna (Berpengalaman atau Lebih tua): Secara konteksual al-asanna berarti
lebih tua. Namun, dalam istilahnya lafadz ini juga bermakna lebih tua ilmunya,
pengalamannya dan kedewasaanya. Hal ini penting karena menyangkut
perkembangan seseorang, jadi menyangkut nasib seseorang. Oleh karena itu, tugas
itu harus dilaksanan dengan penuh tanggung jawab, dan itu hanya dapat dilakukan
oleh orang yang telah dewasa (Ahmad Tafsir, 2012).
4. Berwibawa: Wibawa adalah sikap mental seseorang yang ditampilkan sehingga ia
selalu mendapat perhatian, serta penilaian positif olehorang lain dalam segala
kondisi. Wibawa juga dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang memiliki kepemimpinan dan daya
tarik.
5. Al-Hilm (Penyantun): Dengan hal ini, al-Zarnuji menginginkan guru untuk bersifat
haliiman, yang merupakan bentuk jamak dari alhilm, yang berarti banyak kasih
sayangnya (Ibrahim Ismail).
6. Penyabar : Selain keenam syarat yang dikemukakan di atas, Iqbal menambahkan
syarat bagi seorang guru, yakni guru haruslah adil, artinya guru tidak boleh
membeda-bedakan dalam memperlakukan siswanya. Kemudian memiliki
kepercayaan dan rasa suka terhadap siswanya.
b. Menurut KH. M. Hasyim Asy’ari
Konsep Kepribadian Guru menurut KH. M. Hasyim Asy’ari yaitu pada
hakikatnya ingin membentuk pribadi guru yang sempurna (insan kamil) yang
berbudi luhur, tangguh sehat jasmani rohani serta mampu menggunakan hati dan
akalnya dengan sempurna. Dalam hal ini seorang guru mulai dari spiritual, yang
berorientasi pada akhirat, menjaga kehormatan diri, istiqomah beribadah, berakhlak
mulia, berpegang teguh pada sunnah dan memerangi bid’ah serta mengembangkan
keilmuannya. Dengan secara keseluruhan kepribadian tersebut memberikan
perhatian lebih pada aspeh ukhrawi dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan hal
ini dalam menyangkut duni menjadi pilihan kedua.
Yang harus dimiliki oleh guru atau ‘Alim (ahli ilmu) dalam setiap
kepribadian ada 20 macam anataranya; 1) Selalu mendekatkan diri
(muraqabah) kepada Allah SWT dalam berbagai situasi kondisi; 2) Takut
(khouf) kepada murka atau siksa Allah SWT dalam setiap gerak, diam,
perkataan dan perbuatan. Jika para ‘Alim meningglkan dan tidak
mengamalkan Ilmu pengetahuan maka khiyanat atas amanat tersebut.
Didalam Al-Quran surah An-Anfal:27

‫الر سُ و َل‬ َّ ‫ي َا أ َي ُّ َه ا ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُوا ََل ت َ ُخ و ن ُوا‬


َّ ‫َّللا َ َو‬
‫َو ت َ ُخ و ن ُوا أ َ َم ا ن َا ت ِ كُ ْم َو أ َنْ ت ُ ْم ت َعْ ل َ ُم و َن‬
Artinya: janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui;

3) Bersikap tenang (Sakinah); 4)Rendah hati atau tidak menyombongkan diri


(Tawadhu’); 4) Berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatan (wara’); 5)
Khusyu’ kepada Allah SWT; 6) Berpedoman kepada hukum Allah dalam setiap
hal (persoalan); 7) Senantiasa berpedoman kepada hukum Allah dalam setiap
hal (persoalan); 8) Tidak menjadikan ilmu pengetahuan yang dimiliki sebagai
sarana mencari keuntungan duniawi; 9) ‘alim tidak merasa rendah di hadapan
para dunia, demi menjaga wibawa dan kemuliaan diri dan ilmu pengetahuan;
10) Bersikap zuhud, seorang ‘alim setidanya harus membangun suatu perspektif
didalam dirinya; 11) Menjahui pekerjaan yang dianggap rendah atau hina baik
dalam adat maupun syariat; 12) Menghindari tempat-tempat yang dapat
menimbulkan fitnah, serta meninggalkan hl-hal yang menurut pandangan umum
dianggap tidak patut dilakukan meskipun tidak ada larangan atasnya dalam
syariat Islam; 13) Menghidupkan syiar dan ajaran-ajaran Islam seperti
mendirikan sholat berjamaah di masjid, menebarkan slam kepada orang lain,
menganjurkan kebaikan dan mencegah kemunkaran dengan penuh kesabaran;
14) Menegakkan sunnah Rasulullah SAW dan memerangi bid’ah serta
memperjuangkan kemaslahatan umat Islam dengan cara populis dan tidak asing
bagi mereka;15) Menjaga (mengamalkan) hal-hal yang sangat dianjrkan oleh
syariat Islam, baik berupa perkataan maupun pebuatan seperti memperbanyak
membaca Al-Quran, berzikir, dan lain-lain; 16) mempergauli manusia dengan
akhlak-akhlak terpuji;17) Menyucikan jiwa dan raga dari akhlak-akhlak tercela,
dan menghiasi keduannya dengan akhlak mulia;18) Selalu berusaha
mempertajam ilmu pengetahuan; 19) tidak merasa segan dalam mengambil
faedah dari orang lainn atas apapun yang belum di mengerti, tanpa perlu
memandang perbedaan status, nasab, dan usia; 20) meluangkan sebagian waktu
untk kegiatan menulis.

c. Kesimpulan dari pendapat ulama Syekh Az-Zarnuji dan KH. M. Hasyim


Asy’ari
a. Dapat disimpulkan konsep guru menurut Syekh Az-Zarnuji yaitu guru harus
memiliki syarat antaranya guru yang Al-A’lam (lebih berpengetahuan), Al-
Awara’ (lebih menjaga), Al-Asanna (bepengalaman atau lebih tua,
berwibawa, Al-Hilm (penyantun), dan penyabar. Adapun menirut KH. M.
Hasyim Asy’ari yaitu:
b. Dapat disimpulkan konsep guru menurut KH. M. Hasyim Asy’ari yaitu guru
harus memiliki nilai-nilai spritual, berorientasi dan termotivasi pada akhirat,
menjaga kehormatan diri, berpegang teguh pada sunnah, memerangi Bid’ah dan
istiqamah dalam beribadah, berakhlak mulia, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan.
2. Konsep Murid menurut Ulama Syekh Az-Zarnuji dan KH. M. Hasyim
Asy’ari
a. Konsep Murid menurut Syekh Az-Zarnuji
Dalam buku Ta’limul muta’alim menyebutkan sikap yang harus dimiliki
oleh seorang murid yaitu:
1. Niat belajar

‫ص ُل فِى‬ ْ َ ‫ى ْاْل‬َ ‫ ِإ ِذ النِيَّةُ ِه‬,‫ث ُ َّم َلَ بُدَّ لَهُ ِمنَ النِيَّةفِى زَ ما َ ِن تَعَلُّ ِم اْل ِع ْل ِم‬
ِ َ ‫ ِإنَّما َ ْاْلَعْما َ ُل با ِِلنيا‬:‫سالَ ُم‬
.‫ت‬ َّ ‫صالَة ُ َوال‬ َ ‫َج ِم ْي َع ْاْل َ ْف َعا ِل ِلقَ ْو ِل ِه‬
َّ ‫علَ ْي ِه ال‬
“ Kemudian bagi pelajar harus niat pada saat belajar, karena niat adalah
pokok dari segala hal, berdasarkan sabda Nabi Saw. Sesungguhnya segala
sesuatu itu bergantung pada niat”.
2. Menghargai Ilmu

‫لم َو ََليٌ ْنت َ ِف ُع ِبه ا َ ََّلبِت َ ْع ِظي ِْم ْال ِع ْل ِم َوا َ ْه ِله‬
َ ‫ب ْال ِع ْل ِم ََل َينَا ُل ْال ِع‬
َ ‫طا ِل‬ َ ‫ا ِِ ْعلَ ْم ِبأ َ َّن‬
‫َوت َ ْع ِظي ِْم ا َِْلُ ْستَاذ َِوت َ ْوقِي ِْره‬
”ketahuilah, sesungguhnya orang yang mencari ilmu itu tidak akan
memperoleh ilmu dan kemanfaatannya, kecuali dengan memuliakan ilmu
berserta ahlinya, dan memuliakan guru”.
3. Menghormati Guru

َ‫ِي‬ ‫ْش‬
‫يم‬َ ‫ن ََل‬َْ‫ِ ا‬ ‫ِم‬‫َل‬ ْ ِ
‫المع‬ ‫ْر‬‫ِي‬ ‫ْ ق‬ ‫تو‬َ ْ ‫َم‬
‫ِن‬ ‫و‬
‫َد‬
ِ ‫ْت‬‫يب‬َ‫َََل‬
‫نه و‬َ ‫َا‬‫مك‬ َ َ‫ِس‬
‫ْل‬‫يج‬َ ‫َ ََل‬‫مه و‬َ ‫ما‬ََ‫ا‬
ََ
‫َل‬‫ِه و‬ ‫ْ ن‬ ‫ِا‬
‫ِذ‬ َّ‫ده ا‬
‫َِل ب‬ َْ ‫َ ع‬
‫ِن‬ ‫َََل م‬‫ْلك‬
‫ئَ ا‬
‫َ َله‬ ‫يسْأ‬ َ ‫َََل‬
‫ده و‬ َْ
‫ِن‬‫َ ع‬ ‫َََلم‬ ْ َ
‫الك‬ ‫ِر‬‫َث‬
‫يك‬
‫ْت‬
َ ‫َق‬ ْ ‫َا عى‬
‫الو‬ ‫َير‬‫ِه و‬‫مََل َلت‬ َْ
َ ‫د‬ ‫ًا ع‬
‫ِن‬ ‫ْئ‬‫شَي‬
‫يخْرج‬
َ َ ‫َى‬
‫َت‬‫َ ح‬
‫ِر‬‫ْب‬
‫يص‬َ ْ
‫بل‬َ َ
‫َاب‬ ْ َّ
‫الب‬ َ
َ‫وَل‬
‫يدق‬
“Sebagian dari memuliakan guru, ialah janganlah berjalan di depannya,
duduk di tempat duduknya, memulai bicara kecuali mendapat izin darinya,
banyak bicara, dan janganlah. Mengajukan pertanyaan, jika guru sedang dalam
keadaan tidak enak, dan jagalah waktu, jangan sampai mengetuk pintunya.
Tetapi sabarlah sebentar, tunggi sampai dia keluar”
4. Sikap khidmat
Kepada penuntut ilmu agar memperhatikan seluruh ilmu hikmah dengan
penuh ta”dhim serta hormat.
5. Waro’ ketika belajar
Sebagian ulamameriwayatkan Hadist Nabi Sebagai berikut: “barang
siapa tidak berbuat waro’ ketika belajar, maka Allah akan memberikan cobaan
salah satu dari tiga macam: dimatiakan dalam usia muda, ditempatkan di tengah
komunitas orang bodoh, atau dijadikan abdi penguasa.
b. Konsep Murid menurut KH. M. Hasyim Asy’ari
Ada beberapa etika yang harus dimiliki seorang pelajar, yaitu:
1) Niat dalam mencari ilmu karena Allah SWT; 2) Dalam memilih figur
seorang guru hendaknya beruoaya mencari guru yang benar-benar di
bidangnya, memiliki kecakapan dibilitas yang baik, memiliki kehati-hatian
dalam berpikir dan bertindak; 3) Bersungguh-sungguh dalam mencari
seorang guru; 4) Sebagai seorang pelajar hendaknya patuh kepada gurunya;
5) Peserta didik hendaknya memiliki pandangan yang mulia terhadap
gurunya, serta mengerti akan hak-hak seorang guru dan tidak melupakan
keutamaan-keutamaan dan jasa-jasa guru; 6) Bersikap sabar dalam
kerasnya sikap seorang guru, serta bersikap sopan santun terhadap guru; 7)
bersikap Wara’ dalam setiap tindakkan.
Dalam belajar hendak seorang pelajar memperhatikan beberapa etika
yaitu sebelum memperlajari ilmu-ilmu yang lain, iya harus mempelajari 4
macam ilmu yang hukumnya fardu ‘ain: 1) ilmu tentang zat al-
‘Aliyah(pengetahun tentang Allah); 2) ilmu sifat ( pengetahuan tentang-
sifat-sifat Allah); 3) ilmu fiqih; 4) yang berkaitan dengan ahwal, muqamat
dan masalah-msalh nafsiyyah.
c. Kesimpulan konsep murid menurut Syekh Az-zarnuji dan KH. M. Hasyim
Asy’ari
a. Dapat disimpulkan bahwasan nya konsep murid menurut Syekh Az-
Zarnuji murid niat dalam belajar karena Allah, kemudian murid
hendaknya menghargai ilmu, serta menghormati guru dalam hal ini
murid wajib menghormati guru
b. Dapat disimpulkan konsep murid menurut KH. M. Hasyim Asy’ari
murid atau peserta didik niat dalam mencari ilmu semata-mata karena
Allah, bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, sopan dan santun
terhadap guru, serta bersifat baik, berakhlah terhadap guru dan teman,
bersifat wara’, sabar dan tekun dalam mencari ilmu.
3. Relasi Guru dan murid dalam pandangan Syekh Az-Zarnuji dan
KH. Hasyim Asy’ari:
Menurut Syekh Az-zarnuji : Hubungan guru dengan murid suatu
hal yang sangat penting dalam pendidikan, perlu membentuk suatu
lingkungan yang didasari dengan keharmonisan antara guru dengan
murid, dengan bertujuan untuk tercapainya pembelajaran dengan baik,
dalam hal ini pendidikan perlu diperhatikan memiliki hubungan antara
keduannya, seorang murid harus memiliki waktu yang cukup untuk
mengambil suatu manfaat pengetahuan dan sifat terpuji dari guru.
Hubungan guru dan murid adalah pembelajaran akhlak untuk relasi yang
lebih besar. Dalam hubungan ini harus memiliki sifat atau jiwa yang
tawadhu’, sabar. Ikhlas, penuh pegertian dan saling menghormati.
Dengan demikian, harus adanya hubungan yang baik antara guru
dengan murid, seperti hubungan antara orantua dengan anak, dengan itu
guru berperan sebagai orang tua baik dalam mendidik dengan penuh
kesabaran, keadilan, lemah lembut dan layak nya orang tua terhadap
anaknya. Hubungan guru dengan murid ada proses belajar dan mengajar
yang bersifat ilmu-ilmu dasar pengajaran, diwajibkan seorang guru
dalam kegiatan pendidikan menjaga dan memperlakukan sama antara
murid-muridnya.
Menurut KH. M. Hasyim Asy’ari: hubungan antara guru dan
murid dibangun atas dasar menghormatan yang besar dari murid dan
cinta kasih sayang yang tulus dari seorang guru. Sehingga guru adalah
sosok pengajar yang profesional dan pembimbing bagi murid dalam
menghadapi-persoalan.
Ada 3 macam etika kalau ditelaah lebih dalam yaitu: 1) pertama,
seorang murid harus mencari dan memilih guru yang betul-betul
memiliki kualifikasi sebagai seorang guru; 2) hendaknya mempunyai
keyakinan bahwa seorang guru memiliki derajat kesempurnaan dan
tidak pernah luntur sekalipun meski diketahui guru tersebut memiliki
perangai (akhlak) yang kurang baik; 3) hendaknya seorang murid selalu
menghormati guru dalam situasi yang bagaimanapun. Suatu
penghormatan semata-mata dilakukan karena ilmu yang dimiliki guru
tersebut.
Kesimpulan hubungan antara guru dan murid sangatlah erat untu
tercipta nya pendidikan dan pembelajaran yang baik dengan
keharmonisan, kesabaran, serta keikhlasan. Hubungan guru dengan
murid begitu penting dalam mendidikan murid ta hanya orang tua saja
guru juga sangat berperan dalam hal mendidik.

Anda mungkin juga menyukai