Anda di halaman 1dari 25

5 Adab Istimewa

Terhadap Guru
Pendahuluan (Muqaddimah)

Belajar Ilmu agama tidaklah sama dengan belajar disiplin ilmu yang
lain. Setiap hamba yang kewajibannya mengabdi kepada Sang
Penciptanya, dituntut untuk belajar apa-apa yang menjadi fardhu ‘ain bagi
dirinya, tidak boleh tidak. Dia harus mempelajari ilmu syar’i yang
hukumnya wajib, memahaminya, dan mengamalkannya. Dan Orang yang
secara khusus menghabiskan waktu mempelajari dan menelaah ilmu
agama, disebut alim. Kelak dia akan menjadi guru bagi generasi penerus
selanjutnya.
Pendahuluan (Muqaddimah)

Dahulu Al-Hasan bin Ali berkata kepada puteranya, “Apabila engkau


bermajelis dengan orang-orang yang berilmu maka bersemangatlah
untuk mendengar ketimbang berbicara. Belajarlah mendengar yang
baik sebagaimana engkau belajar berbicara. Janganlah engkau
memutus pembicaraan orang.”

(lihat Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlih, 2/148 dalam riwayat lain


disebutkan dari Al-Hasan Al-Bashri).
Ajaran Islam yang mulia mengajarkan
etika dan adab

Kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam;


ُ‫ف ِل َعا ِل ِمنَا َحقَّه‬
ْ ‫ْر‬ َ ‫ َويَرْ َح ْم‬،‫ْس ِم ْن ُأ َّمتِي َم ْن لَ ْم ي ُِج َّل َكبِي َرنَا‬
ِ ‫ َويَع‬،‫ص ِغي َرنَا‬ َ ‫لَي‬

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang


lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak
ulama”
(HR. Ahmad, no. 22755, dari sahabat ‘Ubadah Bin Shamit dan
dishahihkan ahli hadits Al Albani dalam Shahih Al Jami).
Kenapa Peran Seorang Guru itu Sangat
Penting?

Seorang guru sangat berperan besar dalam penyebaran ilmu, apalagi jika
yang disebarkan adalah ilmu agama yang mulia ini. Para pewaris nabi begitu
julukan mereka para pemegang kemulian ilmu agama. Tinggi kedudukan
mereka di hadapan Allah Ta’ala Yang Maha Kuasa.

Jika seorang murid atau penuntut ilmu berakhlak (berprilaku) buruk kepada
gurunya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula, hilangnya berkah
dari ilmu yang didapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat
menyebarkan ilmunya. Itu semua contoh dari dampak buruk.”
Kenapa Peran Seorang Guru itu Sangat
Penting?

Kata Nabi Shallallaahu alaihi wasallam,

ٍّ ‫ فَ َم ْن َأ َخ َذ بِ ِه َأ َخ َذ بِ َح‬،‫ ِإ َّن اَأل ْنبِيَا َء لَ ْم يُ َورِّ ثُوا ِدينَارًا َواَل ِدرْ هَ ًما ِإنَّ َما َو َّرثُوا ال ِع ْل َم‬،‫ِإ َّن ال ُعلَ َما َء َو َرثَةُ اَأل ْنبِيَا ِء‬
‫ظ َوا ِف ٍر‬

“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi dan sesungguhnya para nabi
tidak mewariskan dinar dan dirham (Uang Zaman Dulu, seperti Uang Rupiah)
mereka hanya mewariskan ilmu, maka siapa yang mengambilnya berarti ia
telah mengambil bagian yang banyak”

(HR. at-Tirmidzi, no. 2682, dan lainnya. Ahli hadits syaikh Al-Albani
mengatakan sanadnya hasan dalam Shahih at-Targhib wat Tarhib, 1/139).
Kenapa Peran Seorang Guru itu Sangat
Penting?

Jika seorang murid atau penuntut ilmu berakhlak buruk kepada


gurunya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula, hilangnya
berkah dari ilmu yang didapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau
tidak dapat menyebarkan ilmunya. Itu semua contoh dari dampak
buruk.”
Kenapa Peran Seorang Guru itu Sangat
Penting?

Jika seorang murid atau penuntut ilmu berakhlak buruk kepada gurunya maka akan
menimbulkan dampak yang buruk pula, hilangnya berkah dari ilmu yang didapat, tidak
dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya. Itu semua contoh
dari dampak buruk.”

Yusuf bin Al-Husain berkata,

‫باألدب تفهم العلم‬

“Dengan memelihara adab engkau akan dimudahkan memahami ilmu.”

(lihat Iqtidho’ul ‘Ilmi, hal. 31).


5 Adab Istimewa Terhadap Guru

1. Memilih Guru Terbaik (Al-‘Ilal, karya Ibnu Rojab, 1/355).


2. Rendah Hati Dengan Memuliakan (HR. Ahmad, no. 11289, dan lainnya,
dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

3. Bersabar
4. Menjaga Sikap Ketika Berinteraksi Dengannya
5. Mendoakannya
1. Memilih Guru Terbaik

Seorang ulama tabi’in Muhammad bin Sirin rahimahullah berwasiat:

‫الع ْل َم ِدي ٌْن فَا ْنظُر ُْوا َع َّم ْن تَْأ ُخ ُذ ْو َن ِد ْينَ ُك ْم‬
ِ ‫ِإ َّن هَ َذا‬

“Ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kamu mengambil agama kamu.”
(lihat Al-‘Ilal, karya Ibnu Rojab, 1/355).

Imam Malik bin Anas rahimahullah pernah menasihatkan, “Ilmu tidak diambil dari
seorang Syaikh yang memiliki keutamaan, kesholihan serta banyak ibadah namun dia
tidak memahami apa yang diucapkan (bukan ahlinya).”
(Tadribur Rowi 1/43)
2. Rendah Hati Dengan Memuliakan

Para Salaf, suri tauladan untuk manusia setelahnya telah memberikan contoh dalam
penghormatan terhadap seorang guru. Sahabat Abdullah Bin Abbas radhiallahu ‘anhuma
seorang sahabat yang ‘alim, mufasir Quran umat ini, seorang dari Ahli Bait Nabi pernah
menuntun tali kendaraan Zaid bin Tsabit al-Anshari radhiallahu ‘anhu dan berkata,

‫هكذا أمرنا أن نفعل بعلمائنا‬


“Seperti inilah kami diperintahkan untuk memperlakukan para ulama kami”.
(lihat kisahnya dalam Tarikh Ibnu Asakir, 19/326)./
2. Rendah Hati Dengan Memuliakan

Bahkan cara pemuliaan para sahabat kepada sang guru, di madrasah


kenabian sangat menakjubkan. Kerendahan hati mereka diceritakan
oleh sahabat mulia Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu, beliau
menuturkan,
‫كنا جلوسا ً في المسجد إذ خرج رسول هللا فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير ال يتكلم أحد منا‬
“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka
seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami
yang berbicara”.
(HR. Ahmad, no. 11289, dan lainnya, dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnaut).
3. Bersabar

Manusia pasti pernah berbuat dosa, sebaik apapun agamanya, sebaik apapun amalnya
nya, sebanyak apapun ilmunya, selembut apapun perangainya, tetap ada
kekurangannya. Tetap bersabarlah bersama mereka dan jangan berpaling darinya.
Dan termasuk bersabar yang terbaik adalah bersabar bersama para guru kita ahli ilmu
untuk menimba ilmu dari mereka.

Imam Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan,


‫اصْ بِرْ َعلَى ُمرٍّ ِم ْن ال َجفَا ُم َعلَم‬
‫الع ْل ِم فِ ْي نُ ْف َراتِ ِه‬
ِ ‫ب‬ َ ‫فَِإ َّن ُرس ُْو‬
“Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru,
Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya”
4. Menjaga Sikap Ketika Berinteraksi
Dengannya

Mulai dari sikap ketika hadir di majelis ilmu, cara duduk, gaya bertanya, tata cara
berbicara, bahkan ketika ada sebuah masalah, dimana murid berbeda pandangan
dengan sang guru, dan bagaimana menyikapinya dengan benar.
Imam Ibnu Jama’ah rahimahullah, Seorang alim di zamannya pernah berpesan;
“Seorang penuntut ilmu hendaknya melihat gurunya dengan pandangan penuh
kehormatan dan percaya kepada gurunya dengan derajat kesempurnaan, karena hal
itu lebih dekat pada nilai manfaat. Sebagian salaf terbiasa apabila menghadap kepada
gurunya kemudian bersedekah terlebih dahulu dan berdo’a,

‫اللهم استر عيب شيخي عني وال تذهب بركة علمه مني‬
‘Ya Allah tutuplah aib guruku dariku dan janganlah hilangkan keberkahan ilmunya
dariku’…
4. Menjaga Sikap Ketika Berinteraksi
Dengannya

Seorang penuntut ilmu hendaknya ta’at kepada gurunya dalam


segala urusan dan tidak menyelisihi pendapat gurunya, bahkan dia
bersama gurunya seperti pasien di hadapan seorang dokter yang
terampil, dia diskusi tentang apa yang ia maksud dan memilih yang
terbaik atas keridhaan gurunya. Hendaknya dia melebih-lebihkan
dalam menghormati gurunya dalam mendekatkan diri kepada Allah
Ta’ala dengan memuliakan gurunya. Dan dia tau bahwa kerendahannya
kepada gurunya itu merupakan kemuliaan, ketundukannya kepada
gurunya merupakan kebanggaan, dan ke-tawadhuaannya (rendah hati)
kepada gurunya itu merupakan sifat yang agung”
(lihat kitab Tadzkirah al-Sami wa al-Mutakallim, Hal. 97- 98).
5. Mendoakannya

Mendo’akan guru yang telah mengajarkan ilmu agama merupakan bagian dari
adab penuntut ilmu. Dalam sebuah hadits dari sahabat mulia Abdullah bin Umar
radhiallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ َحتَّى يَعلَ َم أن قَد َكافَْئتُ ُموه‬،ُ‫َو َم ْن َأتَى ِإل ْي ُكم َمعْروفا ً فَ َكافُِئوه فَِإ ْن لَ ْم تَ ِجدوا فَا ْد ُعوا لَه‬

“Dan barangsiapa berbuat baik kepada kalian maka balaslah kebaikannya. Jika
kamu tidak mampu (membalas kebaikannya), maka doakanlah dia hingga
engkau memandang telah mencukupi untuk membalas dengan balasan yang
setimpal.”
(HR. Bukhari dalam Al-Adabul Mufrod no. 216).
Title and Content Layout with Chart

Chart Title
6

0
Category 1 Category 2 Category 3 Category 4

Series 1 Series 2 Series 3


Two Content Layout with Table

▪ First bullet point here Class Group A Group B

▪ Second bullet point here Class 1 82 95

▪ Third bullet point here Class 2 76 88

Class 3 84 90
Two Content Layout with SmartArt

▪ First bullet point here


Group A
• Task 1 ▪ Second bullet point here
• Task 2 ▪ Third bullet point here
Group B
• Task 1
• Task 2

Group C
• Task 1
Add a Slide Title - 1
Add a Slide Title - 2
Add a Slide Title - 3
Add a Slide Title - 4
Add a Slide Title - 5

Click icon to add picture

Anda mungkin juga menyukai