Anda di halaman 1dari 5

ADAB TERHADAP GURU DAN TEMAN

Adab terhadap guru

Guru/dosen merupakan ‘orang tua kedua’ kita, merekalah yang berjasa dalam mendidik kita
setelah orang tua, Ilmu yang kita peroleh saat ini tidak lepas dari peranan seorang guru,
seseorang dapat membedakan baik dan buruk karena ilmu. Islam meletakkan ilmu di atas yang
lainnya, dan Islam juga meninggikan derajat orang yang berilmu dibanding yang lain.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw.  yang artinya “Umamah Al-Bahili berkata bahwasannya
Rasulullah saw. bersabda : “Kelebihan orang alim (ulama) atas ahli ibadah seperti kelebihanku
atas orang yang paling rendah di antara kamu. Kemudian Baginda besabda lagi :
Sesungguhnya para malaikat dan penduduk langit dan bumi hingga semut dalam lubangnya
serta ikan bersalawat (berdoa) untuk orang-orang yang mengejar kebaikan kepada manusia”
(HR. Imam Tirmidzi).

Selain itu biasanya Orang tidak memiliki banyak waktu untuk mengajarkan berbagai macam
ilmu kepada anaknya, maka dari itu peran guru/dosen adalah mengajarkan berbagai macam
ilmu. Setelah hormat dan ta’at kepada orang tua, setiap muslim wajib hormat dan menghargai
gurunya/dosennya, karena gurunya merupakan orang yang perannya sangat penting dalam
mendidik kita. Oleh karena itu, sudah seharusnya seorang siswa menghargai dan menghormati
gurunya Sebagaimana diperintahkan dalam sabda Nabi Muhammad saw. berikut.

Artinya : muliakanlah orang-orang yang telah memberikan pelajaran kepadamu. (HR. Abu
Hasan).

Orang yang berilmu tidaklah pandai begitu saja tanpa proses belajar. Proses belajar bisa
dilakukan secara formal maupun non-formal. Proses belajar biasanya membutuhkan pembina
yang biasa disebut guru/dosen, yang mempunyai andil besar dalam proses belajar.
Guru/doesen akan membukakan pintu-pintu ilmu lain baginya, yang menunjukkan bila kita
salah, agar tidak tergelincir pada kekeliruan. Hendaknya orang yang sedang belajar dan berilmu
itu bersikap baik terhadap guru/dosen.

Berikut adalah beberapa adab murid kepada guru.

1. Muliakan dan menghormati guru

Memuliakan orang yang berilmu/guru/dosen termasuk perkara yang dianjurkan, sebagaimana


Rasulullah saw. berikut.

Ibnu Abbas r.a berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Bukan termasuk golongan umatku orang
yang tidak menyayangi yang muda, tidak menghormati yang tua, tidak memerintahkan
kebajikan dan tidak melarang kemungkaran” (HR. Tirmidzi).

Agar mendapat ilmu dan taufik, seorang murid hendaknya memuliakan dan menghargai guru,
serta berlaku lemah lembut dan sopan santun, jangan memotong pembicaraannya, dan
memperhatikan dengan baik. Agar kita mendapat ilmu yang bermanfaat.
2. Mendoakan untuk kebaikan bagi guru

Ibnu Umar r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Jika ada orang  yang memberilmu, maka
balaslah pemberian itu, jika tidak bisa membalasnya, maka doakanlah ia, sehingga kamu
memandang telah cukup membalas kebaikan tersebut”.

Ibnu Jama’ah ra. berkata : “Hendaklah seorang penuntut ilmu mendoakan gurunyqa sepanjang
masa, memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya, dan menunaikan haknya apabila telah
wafat”. “Dan karena ilmu yang telah diberikannya juga, hendaknya seorang murid mendoakan
gurunya, semoga ia diberikan pahala atas ilmu yang telah diberikan kepada muridnya”.

3. Rendah hati kepada guru

Sama halnya dengan adab kepada orang tua, kita juga harus merendahkan hati kepada guru,
walaupun sang murid lebih pintar, hendaknya menghidari perdebatan dengan guru, dalam hal
ini seorang murid hendaklah bersikap rendah hati kepada gurunya, karena sesungguhnya
rendah hatinya seorang murid kepada gurunya adalah kemuliaan dan tunduknya adalah
kebangaan, sebagaimana Ibnu Jama’ah pernah mengatakan demikian.

Nabi Muhammad saw. bersabda, yang artinya : “Abu Hurairah ra. berkata : bahwasanya
Rasulullah saw. bersabda :”Pelajarilah ilmu, pelajarilah ilmu ketenangan dan kesopanan, dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kamu ambil ilmunya” (HR. Tabrani). Ibnu Abbas juga
peenah menyampaikan :”Aku merendahkan diri tatkala aku menuntut ilmu, maka aku
dimuliakan tatkala aku menjadi guru”.

4. Mencontoh Akhlaknya

Guru adalah teladan bagi muridnya, oleh karenanya, hendaklah seorang murid mencontoh
akhlak dan kepribadian gurunya yang baik. Seperti mencontoh kebiasaan dan ibadahnya.
Seorang guru pasti membrikan hal-hal yang baik secara lisan atau perbuatan terhadap
murid-muridnya.

5. Menenangkan hati guru

Seorang murid hendaknya tidak membuat gusar gurunya. Imam Syafi’i dalam pertemuannya
dengan gurunya, Imam Malik, pada tahun 170 H, hampir tidak pernah meninggalkan gurunya
sampai gurunya wafat pada tahun 179 H. Imam Syafi’i tidak pernah meninggalkannya, kecuali
ketika ia pergi ke Mekah untuk menjenguk ibunya ataupun pergi ke pusat ilmu atau faqoh.
Itupun setelah diperoleh izin dan restu daru gurunya.

6.Memperhatikan adab-adab ketika berada di depan guru

a.Adab Duduk

Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah
adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam
bertanya dan mendengarkannya.”
Syaikh Utsaimin mengomentari perkataan ini, “Duduklah dengan duduk yang beradab, tidak
membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada di dalam majelis.”

Ibnul Jamaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang, tawadhu’, mata
tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak bersandar, tidak pula bersandar dengan
tangannya, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi  juga tidak
membelakangi gurunya”.

b.Adab Berbicara

Berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih baik
dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun jika berada depan Imam
Malik ia layaknya seorang anak di hadapan ayahnya.

Para Sahabat Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, muridnya Rasulullah, tidak pernah kita dapati
mereka beradab buruk kepada gurunya tersebut, mereka tidak pernah memotog ucapannya
atau mengeraskan suara di hadapannya, bahkan Umar bin khattab yang terkenal keras
wataknya tak pernah menarik suaranya di depan Rasulullah, bahkan di beberapa riwayat,
Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara  Umar jika berbicara. Di hadist Abi Said al
Khudry radhiallahu ‘anhu juga menjelaskan,

 “Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat
burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).

Sungguh adab tersebut tak terdapatkan di umat manapun.

c.Adab Bertanya

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”
(QS. An Nahl: 43).

Bertanyalah kepada para ulama, begitulah pesan Allah di ayat ini, dengan bertanya maka akan
terobati kebodohan, hilang  kerancuan, serta mendapat keilmuan. Tidak diragukan bahwa
bertanya juga mempunyai adab di dalam Islam. Para ulama telah menjelaskan tentang adab
bertanya ini. Mereka mengajarkan bahwa pertanyaan  harus disampaikan dengan tenang,
penuh kelembutan,  jelas, singkat dan padat, juga  tidak menanyakan pertanyaan yang sudah
diketahui jawabannya.

Di dalam Al-Qur’an terdapat kisah adab yang baik seorang murid terhadap gurunya, kisah Nabi
Musa dan Khidir. Pada saat Nabi Musa ‘alihi salam meminta Khidir untuk mengajarkannya ilmu,

ً‫صبْرا‬
َ ‫ِي‬ َ ِ‫ك َلنْ َتسْ َتط‬
َ ‫يع َمع‬ َ ‫ِإ َّن‬

Khidir menjawab, Sungguh, engkau(musa) tidak akan sanggup sabar bersamaku” (QS. Al“
.)Kahfi: 67
Nabi Musa, Kaliimullah dengan segenap ketinggian maqomnya di hadapan Allah, tidak diizinkan
untuk mengambil ilmu dari Khidir, sampai akhirnya percakapan berlangsung dan membuahkan
hasil dengan sebuah syarat dari Khidir.

ً‫ك ِم ْن ُه ذ ِْكرا‬ َ ‫َفال َتسْ َأ ْلنِي َعنْ َشيْ ٍء َح َّتى ُأحْ د‬


َ ‫ِث َل‬

Khidir berkata, jika engkau mengikuti maka janganlah engkau menanyakanku tentang sesuatu“
.)apapun, sampai aku menerangkannya” (QS. Al Kahfi:70

Jangan bertanya sampai diizinkan, itulah syarat Khidir kepada Musa. Maka jika seorang guru
tidak mengizinkannya untuk bertanya maka jangalah bertanya, tunggulah sampai ia
mengizinkan bertanya. Kemudian, doakanlah guru setelah bertanya seperti ucapan,
Barakallahu fiik, atau Jazakallahu khoiron dan lain lain. Banyak dari kalangan salaf berkata,

ً ‫ما صليت إال ودعيت لوالدي ولمشايخي جميعا‬

Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua orang tuaku dan guru“
”.guruku semuanya

d.Adab dalam Mendengarkan Pelajaran

Sudah kita ketahui  kisah Nabi Musa yang berjanji tak mengatakan apa-apa selama belum
diizinkan. Juga para sahabat Rasulullah yang diam pada saat Rasulullah berada di tengah
mereka.

Bahkan di riwayatkan Yahya bin Yahya Al Laitsi tak beranjak dari tempat duduknya saat para
kawannya keluar melihat rombongan gajah yang lewat di tengah pelajaran, yahya mengetahui
tujuannya duduk di sebuah majelis adalah mendengarkan apa yang dibicarakan gurunya bukan
yang lain.

Apa yang akan Yahya bin Yahya katakan jika melihat keadaan para penuntut ilmu saat ini,
jangankan segerombol gajah yang lewat, sedikit suarapun akan dikejar untuk mengetahuinya
seakan tak ada seorang guru di hadapannya, belum lagi yang sibuk berbicara dengan kawan di
sampingnya, atau sibuk dengan gadgetnya.

Ada sebuah cerita tentang Imam Syafi’i, ketika beliau berziarah ke makam Abu Hanifah, ia
datang bersama dengan salah satu murid seniornya Abu Hanifah, bernama Hasan
Asy-Syaibani. Setelah tiba di makam, Hasan Asy-Syaibani mempersilahkan Imam Syafi’i untuk
menjadi imam shalat subuh.

Pada rakaat kedua Imam Syafi’i tidak membaca qunut; padahal dalam mahzabImam Syafi’i
sendiri membaca qunut asalah sunat ab’ad, tetapi beliau meninggalkan membaca qunut.

Setelah selesai shalat, Hasan Syaibani bertanya, “Mengapa Anda tidak membaca qunut wahai
Syafi’i? Bukankah engkau berpendapat bahwa qunut subuh sebuah amalan sunat yang perlu
dibaca?” Aku malu dengan pemilik kuburan ini” Sahut Imam Asy-Syafi’i.
3. Adab terhadap teman

Setiap manusia memiliki teman sebaya. teman sebaya ialah teman yang umurnya sama atau
hampir sama dengan umur kita. misalnya teman satu kelasmu,teman belajar,dan
bermain,sebagai teman,kita selalu bergaul,dan bekerja sama.kita saling bersaudara dengan 
teman.oleh karena itu,tali persaudaraan  dengan teman harus dijaga agar jangan sampai
renggang dan putus jangan pula saling bermusuhan dengan teman.Untuk memelihara
hubungan baik dengan teman,perlu diperhatikan adab sopan santun,caranya sebagai berikut:

1.Ucapkan lah salam atau Assalamu'alaikum jika bertemu dengan teman

2.Berbuat yang baik dan jujur kepada teman

3.Berbicara lemah lembut kepada teman

4.Tidak menyakiti dan menyinggung perasaan teman

5.Memaafkan kesalahan teman

6.Menerima kelebihan dan kekurangan dari teman

7.saling menghargai dan menghormati

8.Saling tolong-menolong dan membantu dalam kebaikan dan taqwa

9.Tidak sombong sesama teman,

10.tidak kikir sesama teman

11. Dilarang atau jangan mencari-cari kesalahan, keburukan atau aib orang lain

Anda mungkin juga menyukai