A. Pendidik
Berkaitan dengan guru Syekh al-Zarnuji memposisikan guru pada banyak
posisi. Berikut penulis paparkan yang ada dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim:
1. ابوك في الدين
Syekh al-Zarnuji memposisikan guru yang pertama setara dengan
bapak. Layaknya orangtua yang memberikan pengarahan, kasih sayang,
nasihat dan lain-lain. Begitu juga dengan guru memberikan pengarahan, kasih
sayang, nasihat, dan petuah-petuah, yang bahkan melebihi apa-apa yang telah
diberikan orangtua kandung. Maka sesungguhnya orang yang mengajari kamu
satu huruf yang kamu butuhkan dalam perkara agama, maka ia adalah ابوك في
Kesuksesan murid terletak pada gurunya. Guru lebih tahu betul mana
ilmu yang cocok dengan watak atau kecenderungan muridnya, atau yang
dikenal dengan bakat. Maka seorang murid tidak patut memilih bidang ilmu
sendiri. Akan tetapi menyerahkannya secara penuh kepada sang guru. Syaikh
Burhanul Haqqi berkata, “Pada zaman dahulu para santri itu menyerahkan
agar persoalan mengajinya kepada guru mereka, sehingga mereka berhasil
meraih cita-citanya.” Lain hal dengan zaman sekarang para murid enggan
diarahkan sang guru, ia lebih memilih pengajiannya sendiri, akibatnya mereka
tidak berhasil meraih ilmu yang dicita-citakan. (al-Zarnuji, TT: 24)
أنا عبد من علمني حرفا واحدا و إن شاء باع وإن شاء أعتق وإن شاء إسترق
“Aku tetap menjadi budak orang yang mengajariku, meskipun hanya satu
kalimat. Kalau orang tersebut ingin menjualku, maka bolehlah. Jika ia
ingin membebaskan atau menetapkanku menjadi budaknya, aku tetap
mau.”
Imam Ali bin Abi Thalib rela jika dirinya dijual oleh gurunya, yang
artinya begitu hormatnya kedudukan guru. Imam Ali menempatkan guru
sebagai majikan, sedangkan murid sebagai budak.
انما وجدت هذا المنصب بحرمة األستاذ فإنى كنت أخدم أستاذى القاضى أبا يزيد
digunakan sebagai penguat untuk lawan bicara agar percaya dengan pernyataan
اعلم بان الطالب العلم ال ينال العلم وال ينتفع به اال بتعظيم العلم و اهله و تعظيم
االستاذ و توقيره
“Ketahuilah, sesunggguhnya orang yang mencari ilmu (murid) tidak
akan mendapatkan ilmu dan manfaat kecuali dengan cara
memuliakan ilmu dan ahlinya atau gurunya.”
Murid adalah orang yang menuntut ilmu, sedang penuntut ilmu adalah
orang yang dihargai Allah, Allah akan jamin hidupnya. Sahabat Rasulullah SAW
berkata (al-Zarnuji, TT: 49):
)من تفقه في الدين اهلل كفاه اهلل همه و رزقه من حيث ال يحتسب (الحديث
“Barang siapa yang memperdalam ilmu agama Allah, maka Allah akan
cukupkan cita-cita dan rezekinya dari arah yang tak disangka-sangka. (al-
Hadits)”
KH. M. Hasyim Asy‟ari dalam kitabnya Adab al-Alim wa al-Muta’allim,
bahwa peserta didik atau murid dapat didudukkan sebagai subyek pendidikan.
Artinya, peluang-peluang untuk pengembangan daya kreasi dan intelek peserta
didik dapat dilakukan oleh peserta didik itu sendiri, di samping memang harus
adanya peranan guru yang memberi corak dalam pengembangan pengetahuannya.
C. Tujuan Pendidikan
أومن منافعه،فلما رأيت كثيرا من طالب العلم في زماننا اليجدون الى العلم واليصلون
وثمراته وهي العمل به والنشر يحرمون لما أنهم أخطؤا طرائقه وتركوا شرائطه وكل من
والينال المقصود قل أوجل أردت وأحببت أن أبين لهم طريق التعلم،أخطأ الطريق ضل
من عرف نفسه فقد عرف ربه فإذا عرف عجز نفسه عرف قدرة اهلل تعالى
1. Kesuksesan ilmu yang bermanfaat
Menurut Imam al-Ghozali (Al-Mutamakkin, 2003) ilmu yang
bermanfaat adalah ilmu yang bisa menambah dalam ketakutanmu kepada
Allah SWT, bisa menambah pengetahuan batinmu tentang cacatnya dirimu,
bisa menambah ma’rifatmu dalam beribadah kepada Tuhan, bisa mengurangi
rasa cintamu terhadap dunia, dan menambah rasa cinta pada akhirat, bisa
membuka mata hatimu untuk melihat bahayanya amal-amalmu sehingga
kamu bisa menjaga dari bahaya tersebut, bisa memperlihatkanmu terhadap
tipu daya setan, bisa memperlihatkanmu cara menyamarnya setan terhadap
ulama su’ yang menjadikan murka Allah SWT, yaitu ulama-ulama yang
memakan dunia dengan agamanya, mereka mengambil ilmu sebagai perantara
untuk mendapatkan harta dari raja, memakan harta wakaf, anak yatim dan
orang-orang miskin, dan mereka menggunakan waktu panjang siangnya untuk
mencari pangkat dan derajat di hati makhluk, yang menjadikan mereka jadi
pamer, adu domba, berlebihan dalam ucapan dan juga sombong.
Bersabda Nabi Saw :
قال رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم ِنْع َم الَعِط ِّيُة َو ِنْع َم الَه ِد َّيُة َك ِلَم ُة,عن ابن عباس
ِح ْك َم ٍة َتْسَم ُعَه ا َفَتْطِو ْى َعَلْيَه ا ُثَّم َتْح ِم ُلَه ا ِاَلى َأٍخ َلَك ُمْس ِلٍم ُتَعِّلُم ُه ِاَّياَه ا َتْع ِد ُل ِع َباَد َة
و تأتى على قدر الكريم المكارم # على قدر أهل العزم تأتى العزائم
D. Materi Pendidikan
1. Hakikat, fikih dan keutamaan ilmu (Mahiyah al-Ilmu wa al-Fiqh wa
Fadhlihi)
Syekh al-Zarnuji menjelaskan urgensi memahami dan keutamaan
ilmu, untuk mendorong para penuntut ilmu agar bersungguh-sungguh
dalam mempelajarinya. Beliau menerangkan hakikat ilmu agar para
penuntut ilmu meremehkan hal-hal kecil yang memang harus dilakukan
penuntut ilmu, seperti halnya niat yang lurus dan lain-lain. Nabi Saw
bersabda bahwa “menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan
muslimat”.
Syekh al-Zarnuji memulai penulisannya dengan hadis Nabi karena
mengharapkan keberkahan. Maksudnya bahwa menuntut ilmu itu
hukumnya wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan, khususnya
agama. Demikian pula bagi setiap muslim diwajibkan mempelajari ilmu
bermasyarakat, dan teori-teori dalam bekerja agar dapat terpelihara dari
larangan agama. Sebab siapa yang akan melakukan suatu pekerjaan, maka
ia diwajibkan untuk mengetahui ilmunya dan memelihara diri dari
larangan agama.
و إنما شرف العلم لكونه و سيلة الى التقوى التي يستحق بها الكرامة عند اهلل تعالى
و السعادة األبدية.
2. Niat dalam mencari ilmu (al-Niyyah Hal al-Ta’allum)
1. Meluruskan niat; orang yang menuntut ilmu harus didasari dengan niat
yang baik, ikhlas, dan mencari ridho Allah. (al-Zarnuji, TT: 9)
و ينبغي أن ينوي المتعلم بطلب العلم رضا اهلل تعالى والدار األخرة و إزالة الجهل
بل يفترض عليه طلب,إعلم بأنه ال يفترض على كل مسلم و مسلمة طلب كل علم
افضل العلم علم الحال و افضل العمل حفظ الحال:علم الحال كما يقال.
Ketahuilah bahwa kewajiban menuntut ilmu bagi muslim dan muslimat ini
tidak sembarang menuntut ilmu, tapi diwajibkan pada ilmu agama dan
ilmu yang menerangkan tingkah laku atau bermuamalah dengan sesama
manusia. Seperti yang dikatakan: ilmu yang paling utama adalah ilmu hal,
dan perbuatan yang paling utama adalah menjaga perilaku.
Adapun cara memilih guru carilah yang alim, yang bersifat wara’ dan
yang lebih tua. (al-Zarnuji, TT: 16)
Seorang santri harus memilih atau berteman dengan orang yang tekun
belajar, bersifat wara’ dan berwatak istiqamah.Dan orang suka memahami
ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi. Dan ia harus menjauhi teman
yang malas, banyak bicara, suka merusak dan suka menfitnah. (al-Zarnuji,
TT: 17)
Seorang penyair berkata: