Anda di halaman 1dari 2

KULTUM

Adab dan Akhlak di atas Ilmu

Assalammualaikum.wr.wb

Adab atau akhlak merupakan inti dari ajaran Islam. Sebagaimana Rasulullah
SAW pun diutus untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Allah SWT
memperingatkan orang-orang munafik bahwa sebenarnya mereka dapat
memperoleh teladan yang baik dari Nabi SAW.

Sosok teladan bagi kita semua yaitu Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW
adalah seorang yang kuat imannya, berani, sabar, dan tabah menghadapi
segala macam cobaan, percaya sepenuhnya kepada segala ketentuan Allah,
dan mempunyai akhlak yang mulia.

Allah memerintahkan kita untuk beradab dan berakhlak. Dijelaskan oleh


Ibnu Qayyim, bahwa adab itu merupakan kumpulnya perkara-perkara
kebaikan bagi seorang hamba. Jadi jika seseorang memiliki adab, maka dia
akan menjadi orang yang baik. Adab juga sangat penting untuk dikaji dan
diulang karena timbangan yang paling berat dihari kiamat adalah dari adab
yang mulia.
Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
. ‫َم ا َش ْي ٌء َأْثَقُل ِفي ِم يَز اِن اْلُم ْؤ ِم ِن َيْو َم اْلِقَياَم ِة ِم ْن ُخ ُلٍق َحَس ٍن َو ِإَّن َهَّللا َلُيْبِغ ُض اْلَفاِح َش اْلَبِذ يَء‬
“Tidak ada sesuatu apapun yang paling berat di dalam timbangan seorang
mukmin pada hari kiamat nanti dari pada akhlak yang mulia. Sesungguhnya
Allah sungguh membenci orang yang berkata kotor lagi jahat.” (HR. At-
Tirmdzi)

Dalam dunia pendidikan, aspek akhlak, adab atau budi pekerti menjadi unsur
yang paling penting, dan lebih penting daripada ilmu itu sendiri. Sehingga
berlaku kaidah hukum yang disepakati para ulama, yaitu: adab sebelum ilmu.
Artinya seorang murid harus belajar adab terlebih dahulu sebelum mencari
ilmu. Seorang guru harus memiliki adab sebelum menyampaikan ilmu.
Bahkan seorang murid belajar adab terlebih dahulu terhadap gurunya
sebelum belajar ilmu.

Dalam al-qur’an pun dijelaskan bahwa ada ahli ilmu (dalam hal ini
dicontohkan ahli taurat), tetapi tidak mengerti hakikat tanggung jawabnya
untuk menjadi teladan, maka mereka diibaratkan seperti keledai. Bagi
masyarakat Arab, keledai merupakan binatang lambang kebodohan, tidak
bisa diajari apa-apa. Dari sinilah maka akhlak keteladanan seorang guru
menjadi sesuatu yang bukan merupakan pilihan, tapi sebuah keharusan
(bahkan prasyarat). Keteladanan gurulah yang akan mampu menembus hati
seseorang. Ketika ia mengajarkan ilmu, maka akan sampai ke hati murid-
muridnya dengan sangat tajam. Bila seorang guru ingin menyampaikan
sebuah ilmu yang baik, tapi dia sendiri tidak mengamalkannya, maka hal itu
artinya ia hanya menyampaikan dengan bibirnya, dan itu sulit menyentuh
hati muridnya; karena dia tidak menyampaikan dengan tulus dari hatinya.

Menurut Syaikh Shalah Najib ad-Daqq, adab itu ada dua: Pertama, adab alami
[thabî’i], yaitu adab yang Allah ciptakan pada diri manusia, dengan ciri dan
karakteristik itu. Kedua, adab hasil belajar [iktisâ bi], yaitu adab yang
diperoleh oleh seseorang karena belajar dari orang yang memiliki ilmu dan
kemuliaan.

Imam Ibnu Jauzi dalam Shifatush Shafwah juga menyampaikan “Adab itu
hampir dua pertiga dari ilmu.“ Kalau seseorang ingin mendapatkan ilmu yang
bermanfaat, ilmu yang banyak, dan melimpah, maka berlajarlah adab
sebelum ilmu. Begitu perhatiannya para ulama salaf pada masalah adab dan
akhlak. Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Yusuf
bin Al Husain berkata:

‫ َو ِباْلَع َمِل َتَناُل اْلِح ْك َم َة‬،‫ َو ِباْلِع ْلِم َيِص ُّح َلَك اْلَع َم ُل‬، ‫ِباَأْلَد ِب َتْفَهُم اْلِع ْلَم‬،

“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu,


dengan ilmu amalan menjadi benar, dengan amalan engkau akan meraih
hikmah.”

Anda mungkin juga menyukai