Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL HADIST TARBAWY

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Diajukan sebagai Ujian Akhir Semester


Dosen Pengampu: Saiful Amien, M. Pd

Disusun oleh :
Putri Nindia Aflakha
(201510010311017)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016/2017
A. Pendahuluan
Pendidikan dapat ditinjau dari dua segi. Pertama pendidikan dari sudut pandangan
masyrakat dimana pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada
generasi muda yang bertujuan agar hidup masyarakat tetap berlanjut, atau dengan kata lain
agar suatu masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang senantiasa tersalurkan dari
generasi ke generasi dan senantiasa terpelihara dan tetap eksis dari zaman ke zaman. Kedua
pendidikan dari sudut pandang individu dimana pendidikan berarti pengembangan potensi-
potensi yang terpendam dan tersembunyi dalam diri setipa individu sebab individu bagaikan
lautan yang penuh dengan keindahan yang tidak tampak, itu dikarenakan terpendam di dasar
laut yang paling dalam. Keindahan-keindahan yang terpendam tersebut perlu untuk
ditampakkan kepermukaan laut sehingga dapat dirasakan keberadaannya. Dalam diri setiap
manusia memiliki pelbagai bakat dan kemampuan yang apabila dapat dipergunakan dengan
baik, maka akan berubah menjadi intan dan permata yang keindahannya dapat dinikmati oleh
banyak orang dengan kata lain bahwa setiap individu yang terdidik akan bermanfaat bagi
manusia lainnya.
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim, lalu apa sebenarnya tujuan kita
menuntut ilmu. Salah satu tujuan pendidikan islam adalah menjadikan seorang bertaqwa dan
berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan tujuan nasional pendidikan Negara kita, dimana
tujuan pendidikannya adalah menciptakan manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur. Lalu bagaimana islam memandang tujuan pendidikan ini?
Disini kami kami akan membahas tentang tujuan pendidikan dan para ulama sebagai tonggak
pendidikan.
Tujuan pendidikan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bertakwa kepada
Allah, beriman, berilmu dan menggauli manusia dengan akhlak yang mulia. Mengapa hal ini
disebutkan oleh Rasulullah secara beriringan, jika kita mengkaji lebih mendalam tentang
makna tersirat dari dua hal yang seiringan ini seyoigyanya kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa, kita tidak boleh mementingkan akhirat saja, kita harus bersosialisasi dengan
lingkungan kita dengan baik. Hablumminannas harus lah kita jaga, sehingga
hablumminaallah kita akan semakin baik. Dalam pendidikan tidak terlepas dari seorang guru
atau ulama, yang mengarahkan kita untuk berjalan dikoridor yang benar sehingga tercapai
insan yang bertakwa kepada Allah dimanapun berada, dan insan yang bergaul dengan akhlak
mulia dengan sesama insan.

B. Pembahasan
1. Pengertian Tujuan Pendidikan

Tujuan merupakan sesuatu suasana ideal yang ingin diwujudkan. Secara umum
pendidikan dapat diartikan sebagai suatu metode untuk mengembangkan ketrampilan,
kebiasaan, dan sikap yang diharapkan dapat seseorang menjadi lebih baik. Menurut Dr.
Zakiyah Darajat bahwa Tujuan Pendidikan islam secara keseluruhan yaitu pribadi seseorang
yang menjadi insane kamil yang artinya manusia utuh rohani maupun jasmani dapat hidup
dan berkembang secara wajar dan normal karena tawakalnya kepada Allah SWT. Jadi,
Tujuan pendidikan ialah suatu factor yang sangat penting dalam pendidikan, karena tujuan
merupakan arah yang ingin dicapai dalam pendidikan.Tidak dapat dipungkiri kalau tujuan
pendidikan itu menyangkut tujuan hidup. Pendidikan dikembangkan dalam konteks
membantu perkembangan manusia. memiliki kecakapan untuk bertahan hidup, melaksanakan
tugas kehidupan, yang sering disebut tujuan fungsional dan tujuan praktis, yang meliputi
skill, keterampilan, dan kecakapan.1

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan harus memiliki lembaga pendidikan


yang berkualitas dengan dilengkapi oleh sumber daya pendidik yang kompeten. Dalam
kehidupan sehari-hari, indicator tercapainya tujuan pendidikan islam adalah mencetak anak
didik yang mampu bergaul dengan sesama manusia dengan baik dan benar serta
mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar kepada sesama manusia. Anak didik yang telah
dibina dan digembleng oleh pola pendidikan islam adalah anak didik yang sukses dalam
kehidupan karena ia memiliki kemampuan dan kemauan yang kuat untuk menjalani
kehidupan berbekal ilmu-ilmu keislaman yang diridhai Allah dan Rasul-Nya.2

2. Hadist tentang Tujuan Pendidikan Islam


a. Bertakwa Kepada Allah

Kata takwa berasal dari bahasa Arab, Ittaqa-Yattaqi-Ittiqaan, yang berarti takut. 3Dapat
dikatakan juga bahwa takwa adalah keinsyafan mengikuti dengan kepatuhan dan
ketaatan,melaksanakan perintah-perintah Allah serta menjauhi larangan-larangan-Nya. 4

Takwa merupakan seluruh kebaikan, dan hakikatnya adalah seseorang melindungi


dirinya dari hukuman Tuhan dengan ketundukan kepada-Nya. Asal usul takwa adalah

1
Hasbiyallah dan Moh.Sulhan, Hadist Tarbawi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), Hlm. 11.
2
Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), hlm.
147.
3
Abboed S. Abdullah, Kamus Istilah Agama Islam, (Jakarta: Ikhwan, 1988), hlm. 50.
4
Abu Ahmadi dan Abdullah, Kamus Pintar Agama Islam, (Solo: Aneka, 1991), hlm. 227.
menjaga dari syirik, dosa dan kejahatan, dan hal-hal yang meragukan(syubhat), serta
kemudian meninggalkan hal-hal utama (yang menyenangkan).5 Sedangkanpengertian lainnya,
orang yang bertakwa adalah orang yang tidak lepas dari perbuatan mensucikan diri;orang
yang selalu berusaha membenamkan dirinya dalam semua hal yang diridhai Allah serta
menjauhkan diri dari semua perbuatan yang dimurkaiAllah.6

‫َع ْن َأِبى ُهَر ْيَر َة – رضى هللا عنه – َقاَل ُس ِئَل َر ُسوُل ِهَّللا – صلى هللا عليه وسلم – َأُّى الَّناِس‬
‫ َقاَل « َفَأْك َر ُم الَّناِس ُيوُس ُف‬. ‫ َقاُلوا َلْيَس َع ْن َهَذ ا َنْس َأُلَك‬. » ‫َأْك َر ُم َقاَل « َأْك َرُم ُهْم ِع ْنَد ِهَّللا َأْتَقاُهْم‬
‫ َقاَل « َفَع ْن‬. ‫ َقاُلوا َلْيَس َع ْن َهَذ ا َنْس َأُلَك‬. » ‫َنِبُّى ِهَّللا اْبُن َنِبِّى ِهَّللا اْبِن َنِبِّى ِهَّللا اْبِن َخ ِليِل ِهَّللا‬
‫ َقاَل « َفِخَياُر ُك ْم ِفى اْلَج اِهِلَّيِة ِخَياُر ُك ْم ِفى اِإل ْس َالِم ِإَذ ا‬. ‫ َقاُلوا َنَعْم‬. » ‫َم َع اِد ِن اْلَعَرِب َتْس َأُلوِنى‬
‫» َفِقُهوا‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya, “Siapakah orang yang paling mulia?” “Yang paling mulia di sisi Allah adalah
yang paling bertakwa di antara mereka”, jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang
tersebut berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Manusia yang paling mulia adalah
Yusuf, nabi Allah, anak dari Nabi Allah, anak dari nabi Allah, anak dari kekasih-Nya”, jawab
beliau. Orang tersebut berkata lagi, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Apa dari keturunan
Arab?”, tanya beliau. Mereka menjawab, “Iya betul”. Beliau bersabada, “Yang terbaik di
antara kalian di masa jahiliyah adalah yang terbaik dalam Islam jika dia itu fakih (paham
agama). ( HR. Bukhori).7
Hadist diatas menunjukkan bahwa manusia yang paling mulia adalah orang yang paling
bertakwa. Sikap takwa mengalahkan semua indikasi kemuliaan martabat yang lain. Segala
sesuatu yang telah terjadi pada masa modern ini tidak bisa mengalahkan sikap takwa seperti,
mengikuti atau melakukan hal-hal yang tidak manfaat, meniggalkan kewajiban sebagai umat
Muslim. Adapaun dalam hadist diatas menceritakan bahwa pada keturunan arab, seseorang
yang paling mulia atau terbaik adalah pada masa Jahiliyah. Masa jahiliyah adalah yang
terbaik dalam Islam jika dia itu fakih (paham agama). Jadi berlomba-lombalah kalian untuk
menjadi orang bertakwa kepada-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya, taat beribadah, berbakti
kepada kedua orang tua dan guru.

5
Imam al Qusairy an Naisabury, Risalatul Qusyairiyah, Terj. Moh. Lukman Hakiem, Ar- Risalatul
Qusyairiyyah fi Ilmi at-Tashawwufi, (Surabaya: Risalah Gusti, 1999), Cet.3, hlm. 97
6
Syeikh Abdul Qadir al Jailani, Rahasia Sufi,Terj. Abdul Majid dan Khatib, Ar-Risalatul as-Sufiyyah,
(Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2002), Cet.3, hlm. 51
7
Ensiklopedi Hadist 9, (aplikasi pelacak hadist) , Hadist-hadist yang mriwayatkan tentang para Nabi, Hadist
Shahih no. 3104.
‫حدثنا محمد بن بشار حدثنا عبدالرحمن بن مهدئ حدثنا سفيان عن حبيب بن ابى ثابت عن ميمون‬
‫ اَّتِق ِهَّللا َح ْيُثَم ا ُك ْنَت َو َأْتِبْع الَّسِّيَئَة‬- ‫ قال لى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬,‫بن ابى شبيب عن ابى ذر قال‬
) ‫ (رواه الترمذ‬. ‫اْلَح َس َنَة َتْم ُح َها َو َخ اِلِق الَّناَس ِبُخ ُلٍق َح َس ٍن‬
Artinya : Bercerita pada kami Muhammad bin Basyar, bercerita pada kami Abdur
rahman bin Mahdi, bercerita pada kami Sufyan dari Habib bin Abi Tsabti dari Maimun bin
Abi Syabib dari Abi Zar ia berkata, Rasulullah SAW bersabda kepadaku, katanya:
Bertaqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada dan ikutilah semua perbuatan yang
jelek itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan dapat menghapusnya, dan bergaullah
dengan manusia dengan akhlak yang mulia. (HR. At-Tirmidzi)”.8
Asbabul Wurud Hadis:
Dalam al Shahihain disebutkan bahwa Ibnu ‘Abbas telah meriwayatkan: ketika Abu Dzar
menyatakan keislaman di Mekah, Rasulullah SAW bersabda kepadanya: “kebenaran bagi
kaummu dengan harapan semoga Allah SWT memberi manfaat kepada mereka. Ketika beliau
melihat betapa Abu Dzar berkeinginan untuk tinggal bersamanya di Mekah, maka Rasulullah
Saw memberitahukan ketidakmungkinannya, namun beliau berpesan kepada Abu Dzar
“Bertaqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada... dan seterusnya”.9
Hadist ini menegaskan untuk bertaqwalah dimanapun kita berada, dan berbuatlah selalu
dengan kebaikan meskipun terkadang ada seseorang yang berbuat jelek sekalipun, Insyaallah
perbuatan yang baik itu bisa menghapus beberapa dosa kita. Bergaullah dengan manusia
dengan akhlak yang mulia, dalam konteks ini bukannya kita memilih- milih teman, akan
tetapi kita diajarkan agar dekat dengan orang yang bartakwa karena jika kita dekat dengan
orang yang bertakwa, kita bisa ikut menjadi takwa. Yang asalnya tidak bertakwa, menjadi
orang yag bertakwa, jadi diibaratkan orang yang bertakwa dekat dengan orang yang tidak
bertakwa pasti nanti terjadi perubahan.
b. Beriman dan Berilmu

‫َح َّد َثَنا َنْص ُر ْبُن َع ِلٍّي اْلَج ْهَضِم ُّي َح َّد َثَنا َعْبُد ِهَّللا ْبُن َداُو َد َعْن َعاِص ِم ْبِن َرَج اِء ْبِن َح ْيَو َة َعْن َداُو َد ْبِن‬
‫ُك ْنُت َج اِلًس ا ِع ْنَد َأِبي الَّدْر َداِء ِفي َم ْس ِج ِد ِد َم ْشَق َفَأَتاُه َرُج ٌل َفَقاَل َيا َأَبا الَّدْر َداِء‬: ‫َج ِم يٍل َعْن َك ِثيِر ْبِن َقْيٍس َقاَل‬
‫َأَتْيُتَك ِم ْن اْلَم ِد يَنِة َم ِد يَنِة َرُس وِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِلَح ِد يٍث َبَلَغِني َأَّنَك ُتَح ِّد ُث ِبِه َعْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا‬
‫ َفِإِّني َسِمْع ُت َرُس وَل‬: ‫ َقاَل‬، ‫ اَل‬: ‫ َو اَل َج اَء ِبَك َغ ْيُرُه ؟ َقاَل‬: ‫ اَل َقاَل‬: ‫ َفَم ا َج اَء ِبَك ِتَج اَر ٌة ؟ َقاَل‬: ‫ َقاَل‬، ‫َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل َم ْن َس َلَك َطِريًقا َيْلَتِمُس ِفيِه ِع ْلًم ا َسَّهَل ُهَّللا َلُه َطِريًقا ِإَلى اْلَج َّنة‬
Artinya: Telah disampaikan kepada kami oleh Nasr bin ‘Aly al-Jahd}amy, Telah
disampaikan kepada kami oleh ‘Abd Allah bin Dawud, dari ‘Asim bin Raja’ bin Haywah,
dari Dawud bin Jamil, dari Kathir bin Qays, dia berkata suatu ketika aku duduk bersama Abu
8
Ensiklopedi Hadist 9, (aplikasi pelacak hadist), Ilmu: Memburu Ilmu, Hadist Shahih no. 2570.
9
Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, 2011, Asbabul Wurud, (Jakarta: Kalam Mulia), h. 25.
al-Darda’ di Masjid Damaskus, Sesorang datang kepadanya dan berkata: ‘wahai Abu al-
Darda’ aku datang kepadamu dari Madinah kota Nabi Saw untuk (mendaptkan) sebuah hadis
yang kamu dengarkan dari Rasulullah Saw’, Abu al-Darada’ berkata : Jadi kamu datang
bukan untuk berdagang? Orang itu menjawab: Bukan, Abu al-Darda berkata: dan bukan pula
selain itu ?, orang itu menjawab: bukan, Abu al-Darda’ berkata: Sesungguhnya kau pernah
mendengar Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang meniti jalan untuk mendapatkan
ilmu, Allah akan memudahan baginya jalan menuju surga.” (H.R Abu Daud).10
Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan pengaruh serta dampaknya yang baik.
Terkandung anjuran dan pahala yang sangat besar bagi mereka yang meniti jalan untuk
mencari ilmu melalui berbagai media pendidikan. Allah juga akan memudahkan baginya
jalan diakherat kelak, atau memudahkan baginya jalan didunia dengan cara memberi hidayah
kepadanya untuk melakukan perbuatan yang baik yang dapat menghantarkan menuju surga.
Hal ini mengandung kabar gembira bagi orang yang menuntut ilmu, bahwa Allah
memudahkan mereka untuk mencari dan mendapatkannya, karena menuntut ilmu adalah
salah satu jalan menuju surga. Maka dari itu berniatlah mencari ilmu karena ridho Allah,
semua urusan dunia dan Akhirat pun ikut dipermudahkan oleh-Nya. Dan janganlah kamu
meniatkan kepada selain Allah.

‫ َم ْن َتَع َّلَم ِع ْلًم ا ِمَّم ا ُيْبَتَغى ِبِه َو ْج ُه ِهللا َع َّز َو َج َّل َال‬: ‫قَاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫ ِرْيَحَها‬: ‫ َيْع ِني‬،‫َيَتَع َّلُم ُه ِاَّال ِلُيِص ْيَب ِبِه عرضًا ِم َن الُّد ْنَيا َلْم َيِج ِد َع ْر َف اْلَج َّنِة َيْو َم اْلِقَياَم ِة‬،
( ‫( َر َو اُه َأُبْو َداُوَد ِبِإْسَناٍد َص ِح ْيٍح‬
Artinya :
Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata Rasulullah SAW bersabda :
“ Barang siapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang semestinya bertujuan untuk
mencari ridho Allah ‘Azza wa Jalla. Kemudian ia mempelajarinya dengan tujuan hanya untuk
mendapatkan kedudukan / kekayaan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan baunya
syurga kelak pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud) Sanad Hadist ini Shohih.
Hadist diatas menjelaskan jika ada seseorang yang menuntut ilmu karena mencari
ridho Allah, dan dia bertujuan untuk mendapatkan kedudukan duniawi saja, maka dia tidak
akan mendapatkan baunya surga, hadist ini hampir sama dengan hadist sebelumnya, akan
tetapi mempunyai perbedaan. Orang yang menginginkan atau ingin mendapatkan kedudukan
dan kebaikan dunia dan akhirat, maka berniatlah menuntut ilmu karena mencari ridho Allah.

10
Ensiklopedi Hadist 9, (aplikasi pelacak hadist), Ilmu: Anjuran untuk Menuntut Ilmu, Hadist Shahih no. 1357.
‫َم ْن َاَر اَد الُّد ْنَيا َفَع َلْيِه ِبالِع ْلِم َو َم ْن َاَر اَد اَاْلِخَر َة َفَع َلْيِه ِباْلِع ْلِم َو َم ْن َاَر اَد ُهَم ا َفَع َلْيِه ِباْلِع ْلِم‬
(‫)رواه البخارى و مسلم‬
Artinya; Barangsiapa yang menghendaki kebaikan didunia maka dengan ilmu, barangsiapa
yang menghendaki kebahagiaan di akhirat maka dengan ilmu, barangsiapa yang
menghendaki keduanya maka dengan ilmu. (HR.Bukhori-muslim).
Hadist ini menegaskan jika seseorang menginginkan kebaikan dunia dan akhirat
ataupun kedua-duanya maka dengan mencari ilmu, pernyataan ini mungkin sudah sedikit
saya paparkan pada hadist-hadist sebelumnya. Jadi jika kalian ingin mendapatkan kedua-
duanya mencarilah ilmu sebanyak-banyaknya, sampai negara manapun, tapi ingatlah niatkan
tujuanmu mencari ilmu untuk mencari ridho-Nya.

‫ َبِّلُغ ْو ا َع ِّنى َو َلْو َاَيًة‬: ‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ْن َع ْبِدِهللا اْبِن ُع َم َر َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل‬
‫ َو َم ْن َك َّذ َب َع َلَّي ُم َتَعِّم ًدا َفْلَيَتَبَّواْء َم ْقَع َد ُه ِم َن الَّناِر‬: ‫َو َح ِّد ُثْو اَع ْن َبِنْي ِإْس َر اِئْيَل َو اَل َخ َر َج‬
‫))َر َو اُه اْلُبَخ اِر ى‬
Dari Abdullah bin Umar R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Sampaikanlah dariku
walaupun satu ayat, dan ceritakanlah apa yang datang dari bani Israil dan tidak ada dosa, dan
barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempat
duduknya di dalam neraka”. (HR. Bukhori).
Hadist diatas menjelaskan bahwasannya seseorang yang memiliki ilmu, sampaikanlah
ilmu kamu walaupun satu ayat, maksudnya adalah amalkanlah ilmu yang kamu dapatkan
kepada orang lain walaupun cuma satu ayat, dan ceritakanlah apa yang datang dari Bani Israil
dan tidak ada dosa, dan jika ada orang yang berdusta kapada-Nya dengan disengaja, maka
hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya didalam neraka. Jadi jika engkau tidak
menginginkan tempat duduk di neraka, maka lakukanlah yang diperintahkan Allah, dan
menjauhi apapun larangan-Nya.

c. Berakhlak Mulia
Menurut Al-Ghazali, akhlah mulia atau terpuji adalah “Menghilangkan semua adat
kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam serta menjauhkan diri dari
perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakukannya
dan mencintainya ”.11 Menurut Quraish Shihab akhlak mulia adalah akhlak yang
menggunakan ketentuan Allah sebagai tolak ukur dan tolak ukur kelakuan baik mestilah
merujuk kepada ketentuan Allah.

11
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak,Jakarta : Raja Grafindo Persada, cet ke-2. Hlm.204
Akhlak mulia berarti sifat-sifat atau tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma
ajaran Islam. Akhlak mulia dapat kita tiru dari keteladanan sosok pribadi Rasulullah SAW.
Beliau memenuhi kewajiban dan menunaikan amanah, menyuruh manusia kepada Tauhid
yang lurus, pemimpin rakyat tanpa pilih kasih, dan beragam sifat mulia lainnya. Dengan
berbagai sifat dan perbuatannya, didalam berbagai bidang dan keadaan beliau menjadi
panutan contoh dan suri tauladan bagi manusia. Adapun beberapa hadist tentang akhlak
mulia;

‫الّلُهَّم اْه ِدِنى َألْح َس ِن اَألْخ َالِق َال َيْهِد ى َألْح َسِنَها ِإَّال َأْنَت‬
Artinya: “Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat
menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau” (HR. Muslim).12

Hadist diatas menjelaskan bahwa Allah yang hanya bisa mencontohkan bagaimaa
akhlaq yang baik itu, hadist diatas merupakan doa nabi Muhammad SAW kepada Allah, agar
Nabi bisa melakukan akhlaq yang baik.

‫ِإَّنَم ا ُبِع ْثُت ُألَتِّمَم َص اِلَح اَألْخ َالِق‬


“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan baiknya akhlaq.” (HR. Ahmad 2/381,
shahih).
Hadist ini menegaskan untuk menyempurnakan akhlaq yang baik, jadi
sempurnakanlah akhlaqmu dengan mengikuti petunjuk dari Allah yang sudah dilakukan oleh
Nabi, dan dijelaskan pada surah-surah didalam Al-Qur’an Qs. Al Qalam: 4 (Seseungguhnya
engkau (Muhammad)benar-benar berakhlak agung) dan Qs. Al Maidah: 8, (Hai orang-orang
yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil lah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan), banyak lainnya ayat Al-Qur’an tentang menjelaskan akhlaq mulia,
akan tetapi penulis mengambil contoh pada kedua surah tersebut.

C. KESIMPULAN
Tujuan merupakan sesuatu suasana ideal yang ingin diwujudkan. Secara umum
pendidikan dapat diartikan sebagai suatu metode untuk mengembangkan ketrampilan,
kebiasaan, dan sikap yang diharapkan dapat seseorang menjadi lebih baik.

Berdasarkan pembahasan mengenai Tujuan Pendidikan Islam, terdapat beberapa hal


yang bisa diambil kesimpulan. Bahwa dalam tujuan pendidikan Islam harus memiliki ketiga
12
Ensiklopedi Hadist 9, (aplikasi pelacak hadist), Akhlaq, Hadist Shahih no. 771
hal yang telah dijelaskan diatas meliputi, bertakwa, beriman dan berilmu, berakhlaq mulia
kepada Allah.

Bertakwa adalah orang yang paling mulia dihadapan Allah, paling tinggi derajatnya
diantara yang lain, dan hubungannya dengan tujuan pendidikan adalah jika orang bertakwa
maka ia sudah pasti dekat dengan Allah, salah satu untuk mencapai tujuan kita harus
bertakwa kepada-Nya.

Beriman dan berilmu merupakan anjuran yang telah diperintahkan oleh Allah, jika
kalian berilmu karena mendapatkan keridhoan Allah, maka akan dipermudah jalan menuju
surga.

Barakhlak mulia adalah sifat-sifat atau tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma
ajaran Islam. Nabi Muhammad yang perlu kita contoh dalam berakhlak mulia, karena
beliaulah yang berakhlak paling agung.

Jadi hubungan antara bertakwa, beriman dan berilmu, berakhlak mulia dengan tujuan
pendidikan islam yaitu supaya tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik sesuai dengan apa
yang kita inginkan. Selain sudah berusaha selanjutnya kita bertawakkal kepada-Nya,
Insyaallah diijabahi oleh-Nya.
D. DAFTAR PUSTAKA

Abboed S. Abdullah, Kamus Istilah Agama Islam, (Jakarta: Ikhwan, 1988).

Abu Ahmadi dan Abdullah, Kamus Pintar Agama Islam, (Solo: Aneka, 1991).

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak,Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003.


Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2009).
Ensklopedi Hadist 9, Hadist-hadist yang mriwayatkan tentang para Nabi, Hadist
Shahih no. 3104.
Ensiklopedi Hadist 9, Ilmu: Memburu Ilmu, Hadist Shahih no. 2570.
Ensiklopedi Hadist 9, Ilmu: Anjuran untuk Menuntut Ilmu, Hadist Shahih no. 1357.
Hasbiyallah dan Moh.Sulhan, Hadist Tarbawi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015).
Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, 2011, Asbabul Wurud, (Jakarta:
Kalam Mulia).
Imam al Qusairy an Naisabury, Risalatul Qusyairiyah, Terj. Moh. Lukman Hakiem,
Ar- Risalatul Qusyairiyyah fi Ilmi at-Tashawwufi, (Surabaya: Risalah Gusti, 1999).
Syeikh Abdul Qadir al Jailani, Rahasia Sufi,Terj. Abdul Majid dan Khatib, Ar-
Risalatul as-Sufiyyah, (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2002).

Anda mungkin juga menyukai