Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDALAMAN AKIDAH AKHLAK MI

“AKHLAK TERHADAP SESAMA MANUSIA”

Disusun Oleh:

Iga Mawarni (2120201050)

Dosen Pengampu:

Drs. Ahmad Syarifuddin, M.Pd.I

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

TAHUN AJARAN 2023


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. memiliki
ajaran yang paling lengkap di antara agama-agama yang pernah diturunkan oleh
Allah Swt. kepada umat manusia. Semua umat Islam harus mendasari
keislamannya dengan pengetahuan agama (Islam) yang memadai, minimal
sebagai bekal untuk menjalankan fungsinya di muka bumi ini, baik sebagai
khalifatullah (QS. al-Baqarah (2): 30) maupun sebagai ‘abdullah (QS. al-Dzariyat
(51): 56). Sebagai khalifah Allah, manusia harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan mengenai masalah keduniaan, sehingga dapat memfungsikannya
secara maksimal.
Sedang sebagai hamba Allah, manusia harus memiliki bekal ilmu agama
untuk dapat mengabdikan dirinya kepada Allah dengan benar. Jika seorang
Muslim dapat membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup, baik
pengetahuan umum maupun pengetahuan agama, dan sekaligus dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka ia akan menjadi seorang
Muslim yang kaffah/utuh (QS. al-Baqarah (2): 208). Untuk memahami dan
mengamalkan ajaran Islam secara mendasar, maka setiap Muslim harus
memahami dan mengamalkan dasar-dasar Islam. Dasar-dasar inilah yang
kemudian oleh sebagian ulama disebut kerangka dasar ajaran Islam. Kerangka
dasar ajaran Islam sangat terkait erat dengan tujuan ajaran Islam. Kerangka ini
meliputi tiga konsep kajian pokok, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Kalau
dikembalikan pada konsep dasarnya, tiga kerangka dasar Islam ini berasal dari
tiga konsep dasar Islam, yaitu iman, islam, dan ihsan (HR. Muslim).
Semua umat Islam harus mendasari keislamannya dengan pengetahuan
agama (Islam) yang memadai, minimal sebagai bekal untuk menjalankan
fungsinya di muka bumi ini, Sebagai khalifah Allah, manusia harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan mengenai masalah keduniaan, sehingga dapat
memfungsikannya secara maksimal. Sedang sebagai hamba Allah, manusia harus
memiliki bekal ilmu agama untuk dapat mengabdikan dirinya kepada Allah dengan
benar. Jika seorang Muslim dapat membekali dirinya dengan pengetahuan yang
cukup, baik pengetahuan umum maupun pengetahuan agama, dan sekaligus
dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka ia akan menjadi
seorang Muslim yang kaffah/utuh.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana akhlak terhadap orang tua?
2. Bagaimana akhlak terhadap siswa pada guru?
3. Bagaimana akhlak terhadap yang lebih tua dan muda?
4. Bagaimana akhlak terhadap teman sebaya?
5. Bagaiman akhlak terhadap lawan jenis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui akhlak terhadap orang tua
2. Untuk mengetahui akhlak terhadap siswa pada guru
3. Untuk mengetahui akhlak terhadap yang lebih tua dan muda
4. Untuk mengerahui akhlak terhadap teman sebaya
5. Untuk mengetahui akhlak terhadap lawan jenis
PEMBAHASAN

A. Makna Akhlak
Akhlak adalah bentuk jamak (plural) dari kata khuluq, yang berarti perangai,
tabiat, dan adat. Khuluq berasal dari khalq yang berarti kejadian, buatan dan
ciptaan. Secara bahasa akhlak diartikan sebagai perangai, adat istiadat, tabiat
atau sistem perilaku yang dibuat.
Secara istilah (terminologis) Imam Al-Ghazali mendefinisikan, bahwa “akhlak
ialah sifat yang tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam
perbuatan dengan gampang/mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan”.
Berdasarkan definisi tersebut maka cakupan akhlak cukup luas, yakni tidak
hanya perbuatan yang baik saja tetapi juga termasuk perbuatan yang buruk. Oleh
karena itu, dalam islam akhlak terbagi dua yaitu akhlak yang baik/terpuji (al-
akhlaaq al-mahmudah) dan akhlak yang buruk/tercela (al-akhlaaq al-
1
madzmuumah).

B. Jenis-jenis Akhlak
1. Akhlak Anak Terhadap Orang Tua
Kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut
bahasa berarti budi pekerti , perangai, tingkah laku , dan tabiat.2 Tabiat atau
watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi
biasa. Adapun defenisi akhlak menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia
yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.3
Dengan demikian pengertian akhlak dan kedua orang tua diatas dapat
dikatakan bahwa akhlak kepada kedua orang tua adalah jiwa manusia yang
menimbulkan perbuatan baik karena kebiasaan tanpa pemikiran dan
pertimbangan sehingga menjadi kepribadian yang kuat didalam jiwa seseorang
untuk selalu berbuat baik kepada orang yang telah mengasuhnya mulai dari
dalam kandungan maupun setelah dewasa.

1
Imam Syafe’i, dkk. Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter Di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2016). Hlm. 139
2
A. Mustafa, Akhlak tasawuf, (Jakarta: PT. Pustaka Setia, 1999). Hlm. 11.
3
Abd. Hamid Yunus, Dairah al-Ma.arif, II, Asy.Syab, t.t:Cairo, Hlm. 436.
Adapun akhlak terhadap orang tua adalah sebagai berikut :
Menyayanginya, mencintainya, menghormatinya, mematuhinya, dan
merendahkan diri padanya serta sopan kepadanya.Kita mengetahui dan
menyadarinya dengan sepenuh hati bahwa hidup bersama orang tua
merupakan nikmat yang luar biasa, yang tidak dapat tergantikan dengan
apapun didunia ini. Ketika orang tua kita meninggal alangkah sedihnya hati kita
karena tidak ada yang dapat dipandanginya lagi.Pandanglah kedua orang tua
dengan penuh kasih sayang , janganlah memandangnya dengan pandangan
marah dan bersuara keras kepadanya.
.Dalam AL-Qur’an surat Alisra’ ayat 23-24 Allah mengatakan , “ Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-dua sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka selaki-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai
Tuhanku , kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku di waktu kecil.”
Berbuat baik kepada kedua orang tua lebih dikenal dengan istilah Birrul
Walidain artinya menunaikan hak orang tua dan kewajiban terhadap mereka
berdua. Tetap mentaati keduanya, melakukan hal-hal yang membuat mereka
senang dan menjauhi berbuat buruk terhadap mereka. Berbakti kepada kedua
orang tua adalah menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya, mencintai
dan mengikuti perintahnya yang baik, dan menjauhi larangannya dan
mencegah gangguan yang akan menimpanya bila mampu.4
Keutamaan dari berbuat baik terhadap kedua orang tua adalah :5
a) Merupakan amalan yang paling mulia.
Dari Abdullah Bin Mas’ud mudah-mudahan Allah meridhainya dia
berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah salallahi alaihi wasallam, Apakah
amalan yang paling dicintai oleh Allah? , Bersabda Rasulullah SAW : “Shalat
tepat pada waktunya”, Saya bertanya kemudian apa lagi? Bersabda

4
Abu Luthfiyah, Wahai Anakku Berbaktilah Kepada Kedua Orang Tuamu, (Bogor: Pustaka Ibnu
Kastir, 2000), hlm. 1.
5
Ibid
Rasulullah SAW “Berbuat baik kepada kedua orang tua. Saya bertanya lagi
, lalu apa lagi? Rasulullah SAW bersabda “ Berjihad di jalan Allah”.
b) Sebab masuknya seseorang ke syurga.
Dari Muawiyah bin jahimah mudah-mudahan Allah merihdai mereka
berdua, dia berkata kepada Rasulullah : Wahai Rasulullah, sya ingin
berangkat untuk berperang, dan saya datang kesini untuk minta nasehat
pada Anda. Maka Rasulullah Saw Bersabda: “kamu masih memiliki ibu?”.
Berkata dia, “ Ya” . Bersabda Rasulullah Saw : “Tetaplah dengannya karena
sesungguhnya syurga itu dibawah telapak kakinya.”
c) Bertambahnya Umur dan Rejeki.
Sebagaimana kita ketahui bahwa silaturrahmi dapat memperluas rizki
dan memanjangkan umur seseorang dan silaturrahmi yang paling utama
adalah silaturrahmi dengan orang tua dan senantiasa berbuat baik kepada
mereka. Jika orang tua tinggal jauh dengan anak maka sang anak
hendaknya selalu berusaha menyambung komunikasi dengan mereka dan
mengunjungi orang tuanya pada suatu waktu untuk memastikan kondisi
kedua orang tuanya.

2. Akhlak Siswa Terhadap Guru


Guru adalah orang yang memiliki pengetahuan, wawasan, keterampilan,
dan bersedia menularkan yang dimilikinya untuk orang lain dengan penuh
ketulusan. Guru bisa menjadi "sahabat" yang mampu memberikan
pertimbangan atas persoalan keilmuan kepada murid-muridnya. Dan adapun
sikap sebagai seorang murid yang baik adalah yang dapat mendengarkan,
menghormati, mempertimbangkan saran, dan menuruti nasihat guru akan
sangat positif bagi keberhasilan studi. 6
Sebagaimana dalam sabda Nabi SAW terkait keutamaan menghormati
guru: “Muliakanlah ulama, karena mereka adalah pewaris para nabi; maka
barangsiapa memuliakan mereka, sesungguhny mereka telah memuliakan
Allah dan Rasul-nya.” (HR Thabrani) 7

6
Ibnu Burdah, Pendidikan Karakter Islami, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 20133). Hlm. 60
7
Imam Syafe’i, Op. Cit. Hlm. 146
3. Akhlak Terhadap Yang Lebih Tua
Untuk menjalin hubungan dengan orang-orang yang lebih tua, yang kita
lakukan tidak jauh berbeda dengan apa yang kita lakukan terhadap kedua
orang tua dan guru, selama orang yang lebih tua itu patut untuk diperlakukan
seperti itu. Jika mereka adalah saudara kita, maka kita harus memberikan
penghormatan yang sebaik-baiknya, apalagi jika mereka adalah saudara dari
bapak atau ibu kita.
Sikap saling menghormati, menyayangi dan memuliakan sesama,
selain baik pada yang lebih tua merupakan perintah agama, juga di
dalamnya ter-kandung nilai-nilai kemanusiaan. Sikap inilah yang semakin
terkikis dalam masyarakat kita saat ini. Berbagai faktor penyebab antara
lain adalah modernisasi yang menyebabkan masyarakat semakin individualis
sehingga mudah sekali masyarakat kita terpropokasi dan mudah marah. Ini
karena rasa saling hormat kepada orang tua dan saling menyayangi
kepada yang lebih muda tidak lagi diaplikasikan.8
Contoh perilaku adab terhadap orang yang lebih tua
1. Mendahulukan orang yang lebih tua
2. Tidak memotong pembicaraan begitu saja
3. Berbicara dengan lembut dan sopan
4. Apabila dinasehati dengarkan dengan baik

4. Akhlak Terhadap Yang Lebih Muda


Akhlak dengan orang-orang yang lebih muda, jika mereka saudara kita, kita
harus memberikan kasih sayang kita yang sepenuhnya dengan ikut merawat
mereka, membimbing, mendidik, dan membantu mereka jika mereka
membutuhkan bantuan kita. Jika mereka bukan saudara kita, kita tetap harus
menyayangi mereka dengan menunjukkan kasih sayang kita kepada mereka,
jangan sekali-kali kita menyakiti Pembinaan Akhlak Mulia dalam Berhubungan
antar Sesama Manusia dalam Perspektif Islam (Marzuki) 35 mereka dan
melakukan sesuatu yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
mereka, baik dari segi fisik maupun mental atau kejiwaan mereka.9

8
Hestu Nugroho Warasto, “Pembentukan Akhlak Siswa (Studi Kasus Sekolah Madrasah Aliyah
Annida Al-Islamy, Cengkareng)” Jurnal Mandiri, Vol. 2, No. 1, 2018. Hlm. 69
9
Murzaki, “Pembinaan Akhlak Mulia Dalam Berhubungan Antar Sesama Dalam Perspektif Islam”
Jurnal Humanika, Vol. 9, No. 1, 2009. Hlm. 34
5. Akhlak Terhadap Teman Sebaya
Hubungan pertemanan mendapat tempat yang istimewa dalam interaksi
teman sebaya karena melibatkan perasaan, penerimaan, kedekatan dan
keterbukaan. Keakraban yang terjalin dengan teman sebaya memiliki banyak
manfaat dan menjadi pelengkap dalam sejarah perjalanan hidup. Dalam
sebuah hadist yang diriwayatkan Dari Abu Musa Al-Asy’ariy ra berkata bahwa
Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk adalah seperti penjual
minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi
ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan membeli darinya atau kamu
akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa jadi ia
akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak
sedap darinya.” (HR. Bukhari No. 2101, Muslim No. 2628)
Hadis di atas dapat menjadi landasan akan pentingnya memilih teman.
Seseorang yang bergaul dengan siswa yang kurang dapat mengontrol
emosinya, kasar dan berperilaku kuran sopan, berkemungkinan akan
mempengaruhi perkembangan perilaku anak yang lain. Seorang siswa yang
berteman dengan suka membolos, lambat laun siswa itu juga akan menjadi
seorang yang suka membolos begitu seterusnya.10

6. Akhlak Terhadap Lawan Jenis


Salah satu godaan yang sangat besar pada usia remaja adalah rasa
ketertarikan terhadap lawan jenis. memang, rasa tertarik terhadap lawan jenis
adalah Citra manusia, baik wanita atau lelaki. Namun kalau kita tidak bisa
menjaga perasaan tersebut, maka akan menjadi mala petaka yang sangat
besar, baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang yang kita sukai. Sudah Allah
tunjukkan dalam sebuah hadist.
“Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan
mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah
dengan meraba (menyentuh). Zina kaki sedang melangkah. Zina hati
adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu
kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang
demikian”. (HR. Muslim)

10
Nila Pratiwi, dkk. “Peran Teman Sebaya Dalam Pembentukan Akhlak Anak: Studi Di MTs
Muhammadiyah Curup”, Jurnal Al – Mau’izhoh, Vol. 3, No. 1, Juni, 2021. Hlm. 25-26
Sebagai wanita muslimah kita harus yakin bahwa kehormatan kita harus
dijaga dan dirawat, terutama ketika berkomunikasi atau bergaul dengan lawan
jenis agar tidak ada (mudhorot) bahaya atau bahkan fitnah. Berikut ini adab
dalam bergaul dengan lawan jenis:
1) Dilarang untuk berkholwat (berdua-duan)
2) Menundukan pandangan
3) Menjaga aurat terhadap lawan jenis
DAFTAR PUSTAKA

Syafe’i, Imam, dkk. (2016). Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter Di Perguruan
Tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
A. Mustafa. (1999). Akhlak tasawuf. Jakarta: PT. Pustaka Setia.
Yunus Hamid Abd. Dairah al-Ma.arif, II, Asy.Syab, t.t:Cairo.
Luthfiyah Abu. (2009). Wahai Anakku Berbaktilah Kepada Kedua Orang Tuamu. Bogor:
Pustaka Ibnu Kastir.

Burdah Ibnu. (2013). Pendidikan Karakter Islami. Jakarta: Penerbit Erlangga


Warasto Nugroho Hestu. (2018). “Pembentukan Akhlak Siswa (Studi Kasus Sekolah
Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy, Cengkareng)” Jurnal Mandiri, Vol. 2, No. 1.
Murzaki. (2009). “Pembinaan Akhlak Mulia Dalam Berhubungan Antar Sesama Dalam
Perspektif Islam” Jurnal Humanika, Vol. 9, No. 1
Pratiwi Nila, dkk. (2021). “Peran Teman Sebaya Dalam Pembentukan Akhlak Anak:
Studi Di MTs Muhammadiyah Curup”, Jurnal Al – Mau’izhoh, Vol. 3, No. 1

Anda mungkin juga menyukai