Anda di halaman 1dari 13

Makalah Akhlak dan Tasawuf

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama Islam

Oleh :

1. Daesy Ulfatinnur Fadhilah (17030014)

2. Daffa Shalihan (17030015)

Group : 1G1

Dosen : Pardan S., Lc., M. Si.

PROGRAM STUDI PRODUKSI GARMEN


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas kehendak dan keridhoannya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Akhlak dan Tasawuf ini dengan baik.

Makalah ini disusun sebagai dalam rangka memenuhi salah satu tugas yang tercantum dalam
kurikulum Pendidikan Agama Islam, semester dua ini.Dalam makalah ini menyajikan tentang
pengertian akhlak dan tasawuf, sumber-sumber surat (dalil-dalil), contoh dalam kehidupan
sehari-hari dan masih banyak lagi.

Pada kesempatan ini, kami penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada Bapak Pardan S., Lc., M. Si. selaku dosen mata kuliah Agama Islam,
karena berkat tugas inilah kami mempelajari dan mencoba memahami tentang akhlak dan
tasawuf.
BAB I
PENDAHULUAN
A.. Latar Belakang
Kita mengetahui bahwa pada zaman modern seperti sekarang ini dimana teknologi yang ada
sudah semakin canggih. Banyak pemuda yang mengalami degradasi moral, sehingga sangat
diperlukan pemahaman dan juga pembelajaran menganai akhlak dan tasawuf.

Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat menimbulkan perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. (Imam Ghozali)

Tasawuf merupakan suatu upaya menyucikan diri, meningkatkan akhlak dan membangun
kehidupan jasmani dan rohani untuk mencapai kebahagiaan abadi. Unsur utama tasawuf
adalah mensucikan diri dan tujuan akhirnya adalah kebahagiaan dan keselamatan.

Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan sedekat mungkin dengan Tuhan
sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata hati bahkan rohnya dapat bersatu dengan Roh
Tuhan.

Kedua hal tersebut sangat diperlukan para pemuda agar mereka senantiasa berakhlakul
karimah dan juga mendekatkan diri pada Allah agar kita selalu berada di jalan yang benar.
Dan hal inilah yang akan menjadi materi dalam makalah ini, pembahasan tentang akhlak dan
tasawuf yang terdapat dalam khasanah kehidupan

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana makna atau pengertian dari Akhlak?
2. Bagaimana landasan dan sumber berakhlak itu sendiri?
3. Bagaimana jenis-jenis akhlak?
4. Bagaimana kedudukan akhlak dalam islam?
5. Bagaimana keutamaan dan pahala bagi orang yang berakhlak mulia?
6. Bagaimana cara membina akhlak dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama Islam
2. Untuk memahami beberapa hal tentang akhlak dan tasawuf.
3. Supaya dapat mengaplikasikan akhlak dan tasawuf dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
AKHLAK

A. Pengertian Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau
kelakuan. Pengertian secara sederhana tentang akhlak, bahwa akhlak adalah perangai atau
tingkah laku yang terdapat dalam diri manusia.

Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab berasal dari kata ‫( اخالقا – ٌخلق – اخلق‬yang
biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak
ditemukan dalam Al-Quran. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu
khuluq yang tercantum dalam Al-Quran surat Al-Qolam ayat 4. Ayat tersebut dinilai sebagai
konsiderans pengangkatan Nabi Muhammad saw sebagai Rasul.

Allah berfirman: “wa-innaka la'alaa khuluqin 'adzhiim”.


Artinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung”
(QS. Al-Qolam [68]: 4).

Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis Nabi, dan salah satunya yang paling
populer adalah sabda Rasulullah SAW yang artinya: "Aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Imam Malik).

Bertitik tolak dari pengertian bahasa di atas, yakni akhlak sebagai kelakuan, kita selanjutnya
dapat berkata bahwa akhlak atau kelakuan manusia sangat beragam.

B. Landasan berakhlak
1. Al-Qur’an
Akhlak Rasulullah adalah akhlak al-Qur’an. Rasulullah juga diibaratkan sebagai al-Qur’an
yang yang dan berjalan. demikian para sahabat Nabi. Rasulullah pernah bersabda, jika
hendak melihat akhlak Qur’ani lihatlah Umar, Abu Bakar, Utsman, Ali.

2. As-Sunnah
Mengikuti sunnah berarti mengikuti cara Rasulullah bersikap, bertindak, berpikir dan
memutuskan. Dalam Rukun Iman ada pengajaran akhlak, yaitu berakhlak dengan cara
beriman kepada Allah, Rasululloh, kitab Suci, adanya hari kebangkitan dan beriman pada
qodho dan qodar, yang menjadikan manusia berakhlak mulia. Demikian pula dalam Rukun
Islam.
“Allah berfirman: Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji
dan mungkar.” (Al-Angkabut 29:45)
Dalam rukun Islam yang terdiri dari syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji, di dalamnya ada
nilai akhlak yang tinggi, baik kepada sesama makhluk maupun kepada Kholiqnya.

C. Jenis Akhlak
Akhlak terbagi ke dalam 2 (dua) macam yaitu: 1. akhlak terpuji (akhlakul mahmudah) atau
disebut juga akhlaqul karimah (akhlak mulia); 2. akhlak tercela (akhlakul madzmumah).

1. Akhlak terpuji
Akhlak terpuji (akhlaqul mahmudah) adalah sikap sederhana dan lurus, sikap sedang, tidak
berlebih-lebihan, baik perilaku, rendah hati, berilmu, beramal, jujur, tepati janji, amanah,
istiqomah, berkemauan, berani, sabar, syukur, lemah lembut, berharap dan bercemas, takwa,
malu, zuhud, tawakkal kepada Allah, pemaaf dan bertoleransi, kasih sayang, cinta kasih, adil,
baik dan mulia, tafakkur pada ciptaan Alloh, disiplin, bersiaga dan berwaspada, menjaga
lisan, adil dalam kata dan perbuatan, memelihara kebersihan, menimbang, apa adanya
(qonaah) , bijaksana, melayani, tanggung jawab, penuh kehandalan, penuh arti, menjaga
kedamaian, memelihara ketertiban, menjaga kebaikan, menolong tanpa pamrih, dermawan,
ramah, akrab, luwes, wajar , gigih, rajin, benar, semangat, penyelesaian yang baik,
menghargai orang lain, dll.

2. Akhlak tercela
Akhlak tercela adalah sikap berlebihan, buruk perilaku, takabbur, bodoh (jahil), malas,
bohong (dusta). ingkar janji, khianat, Plinplan, lemah jiwa, penakut, putus asa, tidak
bersyukur, kasar, ingkar, tidak tahu malu, serakah, sombong, dendam, kebencian, ghildzah
(kasar), curang, buruk dan hina, lalai, cuek, suka meremehkan, banyak bicara sia-sia,
perbuatan tidak sesuai ucapan, bermuka dua, sangka buruk, mengintai-intai, ghibah, adu
domba, suka mencela, hasad, marah, judi dan mabuk, banyak senda gurau, egoistis, sogok
menyogok, pungli, riya’, boros dan tabdzir, bakhil, aniaya, bangga diri, melampau batas,
mengingat-ingat dan menyebut-nyebut pemberian, pengecut dan penakut, al-faudha
(gegabah), dan lain-lain.
D. Objek Akhlak
Dari segi objeknya, akhlak terbagi atas akhlak kepada Allah (Kholik) dan akhlak kepada
makhluk. Akhlak kepada makhluk terdiri atas akhlak kepada sesama manusia dan kepada
selain manusia.

1. Akhlak kepada sesama manusia terdiri atas :


a. Akhlak kepada Rasulullah SAW
Akhlak kepada Rasulullah, seperti mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti
semua sunnahnya.

b. Akhlak kepada diri sendiri


Sebagai contoh, sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan
ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah dari Allah.
Syukur, adalah sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya; ‘tawadhu’ adalah rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
kepada orang tua, muda, baik kaya atau miskin. Sikap tawadhu’ lahir dari kesadaran akan
hakikat dirinya sebagai manusia yang lemah dan serba terbatas yang tidak layak untuk
bersikap sombong dan angkuh di muka bumi.a

c. Akhlak kepada keluarga dan kerabat


Akhlak kepada kedua orang tua, anak, suami, istri, sanak saudara, kerabat yang berbeda
agama, keluarga, karib kerabat dan lain-lain. Misalnya: saling membina rasa cinta dan kasih
sayang dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak,
berbakti kepada ibu-bapak, mendidik anak-anak dengan kasih sayang, dan memelihara
hubungan silaturahmi yang dibina orang tua yang telah meninggal.

d. Akhlak kepada tetangga dan masyarakat


Akhlak kepada tetangga, seperti saling mengunjungi, saling membantu di waktu senggang,
lebih-lebih di waktu susah, saling memberi, saling menghormati dan saling menghindari
pertengkaran dan permusuhan.
Akhlak kepada masyarakat, seperti memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat, saling menolong dalam melakukan kebajikan dan takwa,
menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri untuk berbuat baik, dan mencegah
diri dari melakukan perbuatan dosa.
Demikian juga dalam bersosial kepada sesama masyarakat seagama, berbeda agama,
tetangga, kawan, dan lawan.
Bidang politik; akhlak pemimpin kepada rakyat, akhlak rakyat kepada pemimpin.
Bidang ekonomi; akhlak dalam berproduksi, distribusi, bertransaksi.
Bidang budaya: akhlak dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, akhlak kepada guru dan lain
sebagainya.

e. Akhlak kepada makhluk selain manusia (lingkungan hidup)


Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan hidup), seperti sadar dan memelihara kelestarian
lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam, terutama hewani dan nabati, untuk
kepentingan manusia dan makhluk lainnya, sayang pada sesama makhluk, dan menggali
potensi alam seoptimal mungkin demi kemaslahatan manusia dan alam sekitarnya.

E.Kedudukan akhlak dalam islam


1. Tujuan utama diutusnya Rasulullah Salallahi Alaihiwassalam
Hadits dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah –shallallâhu ‘alayhi wa sallam-
bersabda:
َ ‫ِإنَّ َما بُ ِعثْتُ ِِلُت َِم َم‬
ِ ‫صا ِل َح ْاِل َ ْخ َال‬
‫ق‬
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Ahmad
dalam Musnad-nya (no. 8952), Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad (no. 273), al-Bayhaqi
dalam Syu’ab al-Îmân (no. 7609), al-Khara’ith dalam Makârim al-Akhlâq (no. 1), dan
lainnya)
2. Akhlak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aqidah dan iman
Ketika Rasulullah Salallahi Alaihiwassalam ditanya: “Siapa orang yang beriman yang paling
utama imannya”. Maka beliau menjawab “ Yang paling baik akhlaknya” (HR. At tirmidzi
No. 1162 dan Abu Daud 4628)

Allah telah menanamkan iman dengan kebaikan dalam firman-Nya :

Surat Al-Baqarah [2:177]

‫ب‬ ِ َّ ‫ب َو َٰلَ ِكنَّ ا ْل ِب َّر َم ْن آ َمنَ ِب‬


ِ ‫اَّلل َوا ْليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر َوا ْل َم ََلئِ َك ِة َوا ْل ِكتَا‬ ِ ‫ق َوا ْل َم ْغ ِر‬ ِ ‫س ا ْل ِب َّر أ َ ْن ت ُ َولُّوا ُو ُجو َه ُك ْم قِبَ َل ا ْل َمش ِْر‬
َ ‫لَ ْي‬
‫ب‬ َ
ِ ‫الرقا‬ ِّ ِ ‫سائِ ِلينَ َوفِي‬ َّ ‫سبِي ِل َوال‬ َّ ‫سا ِكينَ َوا ْبنَ ال‬ ْ ْ ْ َ
َ ‫عل َٰى ُحبِِّ ِه ذ ِوي القُ ْربَ َٰى َواليَتَا َم َٰى َوال َم‬ َ ْ
َ ‫َوالنَّبِيِِّينَ َوآتَى ال َما َل‬
ْ ْ
ۗ ‫اء َو ِحينَ البَأ ِس‬ ِ ‫اء َوالض ََّّر‬ ِ ‫س‬ ْ ْ
َ ‫صابِ ِرينَ فِي البَأ‬ َ ُ
َّ ‫الزكَاة َوال ُموفونَ بِعَ ْه ِد ِه ْم إِذا عَا َهدُوا ۖ َوال‬ْ َ َّ ‫ص ََلةَ َوآتَى‬ َّ ‫َوأَقَا َم ال‬
َٰ
َ‫ص َدقُوا ۖ َوأُولَئِكَ ُه ُم ا ْل ُمتَّقُون‬ َ َ‫أُولَئِكَ الَّ ِذين‬ َٰ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Kata “ al birr” merupakan nama bagi semua jenis kebaikan, mulai dari akhlak, perkataan dan
perbuatan. Karenanya Nabi Muhammad shalallahi alaihiwasalam bersabda “Yang disebut
dengan al birr (kebaikan)adalah akhlak yang baik.” (HR. Muslim, no 2553)

3. akhlah berkaitan dengan hampir seluruh ibadah


a. Sholah
Allah Ta’ala berfirman,
‫َاء َو ْال ُم ْنك َِر‬
ِ ‫ص َالة َ ت َ ْن َهى َع ِن ْالفَحْ ش‬
َّ ‫إِ َّن ال‬
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al
‘Ankabut: 45).

b. Puasa
Perintah meninggalkan dusta saat berpuasa telah disebutkan dalam hadits berikut ini,
ُ‫طعَا َمهُ َوش ََرابَه‬ َ َ‫ْس ِ َّّلِلِ َحا َجةٌ فِى أ َ ْن يَد‬
َ ‫ع‬ َ ‫ور َو ْالعَ َم َل بِ ِه فَلَي‬
ِ ‫الز‬ ْ َ‫َم ْن لَ ْم يَد‬
ُّ ‫ع قَ ْو َل‬
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka
Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

c. Zakat

‫علَ ْي ِه ْم ۖ ِإ َّن‬ َ ‫ط ِه ُر ُه ْم َوتُزَ ِكي ِه ْم ِب َها َو‬


َ ‫ص ِل‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬
َ ُ ‫صدَقَةً ت‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ ‫س ِمي ٌع‬ َّ ‫س َك ٌن لَ ُه ْم ۗ َو‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ص ََلتَ َك‬ َ
Artinya: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.” (QS. At Taubah : 103)

Walaupun hakikat zakat adalah berbuat kebaikan bagi manusia tetapi tujuan lainnya adalah
mendidik jiwa dan membersihkannya dari akhlak yang buruk.
F. Keutamaan dan pahala jika memiliki akhlak mulia
1. Akhlak mulia bobotnya paling berat pada timbangan amal
Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang tidak pernah berbicara dari hawa nafsunya,
yang telah diberikan perkataan-perkataan yang sempurna telah menjelaskan kepada kita,
bahwa amalan yang paling berat di dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat
adalah Akhlak yang mulia, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
”.‫ش ا ْلبَذِي َء‬ ِ َ‫ض ا ْلف‬
َ ‫اح‬ ُ ‫َّللاَ لَيُ ْب ِغ‬
َّ َّ‫س ٍن َو ِإن‬ ٍ ُ‫ان ا ْل ُمؤْ ِم ِن يَ ْو َم ا ْل ِق َيا َم ِة ِم ْن ُخل‬
َ ‫ق َح‬ َ ‫“ َما ش َْي ٌء أَثْقَ ُل فِي ِم‬
ِ ‫يز‬
“Tidak ada sesuatu apapun yang paling berat di dalam timbangan seorang mukmin pada
hari kiamat nanti daripada akhlak yang mulia. Sesungguhnya Allah sungguh membenci
orang yang berkata kotor lagi jahat.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah memuji rosul-Nya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, Allah berfirman:
))‫يم‬ ٍ ُ‫(( َو ِإنَّكَ لَ َعلَى ُخل‬
ٍ ‫ق ع َِظ‬
((Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.))
2. akhlak mulia merupakan salah 1 sebab sesorang masuk syurga
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
‫سئِ َل َع ْن أَ ْكثَ ِر َما‬ ِ ُ‫َّللاِ َو ُح ْسنُ ْال ُخل‬
ُ ‫ َو‬.» ‫ق‬ َّ ‫اس ْال َجنَّةَ فَقَا َل « ت َ ْق َوى‬
َ َّ‫ َع ْن أ َ ْكث َ ِر َما يُد ِْخ ُل الن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو ُل‬
ُ ‫سئِ َل َر‬
ُ
» ‫ار فَقَا َل « ْالفَ ُم َو ْالفَ ْر ُج‬
َ َّ‫اس الن‬
َ َّ‫يُد ِْخ ُل الن‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak
memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan
berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan
orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.”
(HR. Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa
sanad hadits ini shahih).
3. orang yang akhlaknya paling mulia di hari akhir akan dekat dengan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
Islam meninggikan dan mengutamakan orang-orang yang mau menghiasi diri mereka dengan
akhlak yang mulia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian
adalah yang paling mulia akhlaknya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang
paling dekat tempat tinggalnya denganku pada hari kiamat adalah yang paling mulia
akhlaknya” (HR. Tirmidzi)
Dengan adab dan akhlak mulia pulalah kelak pada hari kiamat timbangan kebaikan seseorang
bisa lebih berat daripada timbangan kejelekannya sebagaimana sabda Nabi, “Tidak ada
sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada
akhlak yang mulia” (HR. Tirmidzi)
Jika seseorang mau mempelajari bagaimana adab dan akhlak yang melekat pada diri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tentu itu lebih dari cukup baginya. Segala
adab dan akhlak yang mulia tersebut telah beliau contohkan dan praktikkan dalam kehidupan
beliau.
Sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan
kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab. 33 : 21).
4. bahwa orang yang berakhlak mulia dijamin menempati surga yang paling tinggi
“Aku memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan
perdebatan walaupun dia orang yang benar. Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga
bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk candaan. Aku memberikan
jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang bagus akhlaknya.” (HR. Abu Daud, no.
4800. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

“Aku menjamin orang yang beriman kepadaku, masuk islam dan berhijrah dengan sebuah
rumah di pinggir surga, di tengah surga, dan surga yang paling tingggi. Aku menjamin orang
yang beriman kepadaku, masuk islam dan berjihad dengan rumah di pinggir surga, di tengah
surga dan di surga yang paling tinggi. Barangsiapa yang melakukan itu, maka ia tidak
membiarkan satu pun kebaikan, dan ia lari dari setiap keburukan, ia pun akan meninggal, di
mana saja Allah kehendaki untuk meninggal.” (HR. An-Nasa’i, no. 3135. Al-Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

G. Pembinaan Akhlak dalam kehidupan sehari-hari


Islam membina penganutnya melalui rukun Iman dan Rukun Islam.
1. Melalui pemahaman dan kesadaran akan apa yang terkandung dalam rukun iman dan
menerapkannya dalam kehidupan.
2. Pembiasaan diri dengan nilai-nilai mulia dalam kehidupan sehari-hari akan tertanam
kuat menjadi jati diri.
3. Memperbanyak membaca al-Qur’an, menggali dan memahami maknanya untuk
diamalkan.
4. Memperbanyak membaca hadist-hadist Rasulullah saw. untuk mengisi akal pikiran,
inspirasi bertindak dan berperilaku serta menjadi standar dalam berakhlak mulia.
TASAWUF
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala

pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk

dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak ini merupakan hal

yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia

yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W.

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah

shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.”

(HR.Bukhari dan Muslim).

B. Saran

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca

semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun

penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam

kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W , setidaknya kita

termasuk kedalam golongan kaumnya.

C. Daftar Pustaka

1. Endah, Wulan. “Hubungan Akhlak”. 9 Maret 2018.


http://wulanendah.blogspot.co.id/2011/12/hubungan-ibadah-dengan-akhlak.html
2. Purnomo, Dedi. “Amalan Yang Dapat Jaminan Rumah Di Surga”. 9 Maret 2018.
https://dedipurnomo.com/amalan-amalan-dapat-jaminan-rumah-di-surga/
3. Rumaysho. “Sholat Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar”. 9 Maret 2018.
https://rumaysho.com/3773-benarkah-shalat-dapat-mencegah-dari-perbuatan-keji-
dan-mungkar.html
4. Tuasikal, Muhammad Abduh. “Tinggalkan Dusta Sebagian dari Akhlak Terpuji” 10
Maret 2018. https://muslim.or.id/21935-kajian-ramadhan-24-tinggalkanlah-dusta.html
5. Thauro, Ryseven. “Akhlak dan Tasawuf”. 10 Maret 2018.
https://dokumen.tips/documents/makalah-agama-akhlak-dan-tasawuf.html
6. Wakhidah. Akhlak dan Tasawuf. 10 Maret 2018.
http://wakhidah87.blogspot.co.id/2016/11/makalah-pai-akhlak-dan-tasawuf.html.
7. Ayyub, Muhammad. Makalah akhlak dan tasawuf . 11 Maret 2018.
http://muhammadayyub31.blogspot.co.id/2015/08/makalah-akhlak-tasawuf.html
8.

Anda mungkin juga menyukai