Anda di halaman 1dari 27

ETIKA PERGAULAN

DAN BERBUSANA
DALAM ISLAM
Dosen: Fathor Rohman
Mata Kuliah: AIK
l
o
m
p
o
k
Gina Rojanatun Nisa 6 Nindyasasanti M
220803000006 22080300016
PMTK PMTK

Amelia Rahma cahyaningtyas


Melani 220803000007
22080300017 PMTK
PMTK
ISLAM DAN
tawadhu dalam
belajar
ISLAM
Menurut ilmu bahasa (etimologi), Islam berasal dari bahasa Arab yaitu kata salima
yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama,
yuslimu, Islaman, yang berarti memelihara dalam keadaan selamat sentosa, dan
berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Seseorang yang bersikap
sebagaimana maksud pengertian Islam tersebut dinamakan muslim, yaitu orang
yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, patuh, dan tunduk kepada
Allah SWT.

TAWADHU
Secara etimologi, kata tawadhu berasal dari kata wadh‟a yang berarti
merendahkan, serta juga berasal dari kata “ittadha‟a” dengan arti
merendahkan diri. Disamping itu, kata tawadhu juga diartikan dengan
rendah terhadap sesuatu. Sedangkan secara istilah, tawadhu adalah
menampakan kerendahan hati kepada sesuatu yang diagungkan.
KONSEP BELAJAR MENURUT ISLAM

Konsep belajar menurut pandangan Islam adalah proses pencarian pengetahuan dengan
mengoptimalkan potensi (fitrah) yang termanifestasikan dalam perbuatan demi
terbentuknya Insan Kamil, selain itu Islam sangat memperhatikan adanya aspek
spiritual dalam proses belajar.
Konsep belajar dalam Islam bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dan
perkembangan rasional saja, tetapi harus meliputi seluruh kebutuhan jasmani dan
rohani secara seimbang, tidak melihat unsurunsur psikologinya secara dikotomis.

Islam telah menjelaskan secara rinci dan operasionalmengenaiproses belajar,


(pemahamandan pengetahuan) Proses kerja sistem memori (akal) dan proses
penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Al-qur’an hanya memberikan indikasi-
indikasi yang sekiranya bisa menjelaskan tentang ketiga proses tersebut.
Islam memberikan penekanan pada signifikansi fungsi kognitif (aspek akliah) dan sensori
(inderaindera) sebagai alat penting untuk belajar dengan sangat jelas. Ada beberapa kata kunci
yang termaktub dalam al-Qur’an yaitu: ya’qiluun, Yatafakkaruun, yubsiruun, dan yasma’uu.
Dalam beberapa ayat al-Qur’an yang secara eksplisit ataupu implisit mewajibkan orang untuk
belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah Swt

Artinya:”...Katakanlah apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak
mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakalah yang mampu menerima pelajaran”.
TAWADHU DALAM BELAJAR

Berkata Abu Ayub Akh Syathani, “Hendaklah bagi seorang penuntut ilmu meletakan
tanahnya diatas kepalanya dalam rangka tawadhu kepada Allah azza wa jalla”.
Maknanya jangan sombong dengan ilmunya dan tawadhu-lah kepada Allah.

Dan para ulama berkata, “Orang yang tawadhu dikalangan para penuntut ilmu itu jauh
lebih banyak ilmunya sebagaimana tempat yang lebih rendah, lebih banyak
menampung air dibanding tempat yang lebih tinggi”. Dan ini di ilustrasikan oleh para
ulama seperti ilmu pada sikap seseorang. Semakin seseorang merendahkan dirinya
maka ilmu akan semakin banyak tertampung pada dirinya.
MENGHORMATI
GURU
dan Menghargai
Ilmu
PENUNTUT ILMU WAJIB
MENGHORMATI GURU DAN
BERTERIMA KASIH KEPADANYA
Seorang penuntut ilmu wajib menghormati ustadz (guru)nya yang telah mengajarnya,
wajib beradab dengan adab yang mulia, juga harus berterima kasih kepada guru yang
telah mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepadanya.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


‫ َو َيْع ِر ْف ِلَع اِلـِم َنا َح َّقُه‬،‫ َو َيْر َحْم َصِغ ْيـَر َنا‬،‫َلـْيَس ِم َّنا َم ْن َلـْم ُيِج َّل َك ِبْيـَر َنا‬
“Tidak termasuk golongan kami; orang yang tidak menghormati yang lebih tua, tidak
menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak seorang ulama.”
Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullaah berkata,
“Seorang penuntut ilmu harus memperbaiki adabnya terhadap gurunya, memuji Allah
yang telah memudahkan baginya dengan memberikan kepadanya orang yang
mengajarkannya dari kebodohannya, menghidupkannya dari kematian (hati)nya,
membangunkannya dari tidurnya, serta mempergunakan setiap kesempatan untuk
menimba ilmu darinya.
Hendaklah ia memperbanyak do’a bagi gurunya, baik ketika ada maupun ketika tidak ada.
Karena, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

‫و‬ ‫ُت‬‫ْأ‬
‫َم ْن َص َنَع ِإَلْيُك ْم َم ْع ُروًفا َفَك اِفُئوُه َفِإْن َلْم َتِج ُد وا َم ا ُتَك اِفُئوَنُه َفاْد ُع وا َلُه َح َّتى َتَر ْو ا َأَّنُك ْم َقْد َك اَف ُم ُه‬

“Barangsiapa telah berbuat kebaikan kepadamu, maka balaslah kebaikannya itu. Jika engkau
tidak mendapati apa yang dapat membalas kebaikannya itu, maka berdo’alah untuknya hingga
engkau menganggap bahwa engkau benar-benar telah membalas kebaikannya.”
Setiap masalah yang dimanfaatkan oleh setiap
manusia dan orang yang mengambil ilmu darinya, Ini adalah perkara yang telah dikenal dalam
maka manfaatnya akan diperoleh oleh orang yang syari’at,
mengajarkannya dan juga penuntut ilmu dan orang
lain. Sebab, hal itu adalah kebaikan yang senantiasa ‫َم ْن َس َّن ُس َّنًة َحَس َنًة َفَلُه َأْج ُر َها َو َأْج ُر َم ْن َع ِمَل ِبَها ِإَلى َيْو ِم‬
mengalir kepada pemiliknya. ‫اْلِقَياَم ِة‬
Syaikh as-Sa’di rahimahullaah melanjutkan, “Barangsiapa membuat contoh yang baik,
“Temanku telah mengabarkan kepadaku -ketika itu maka ia memperoleh pahalanya dan pahala
gurunya telah meninggal- ketika ia telah berfatwa orang yang mengamalkannya sampai hari
dalam suatu masalah dalam ilmu faraa-idh (ilmu Kiamat.”
waris) bahwa ia melihat gurunya dalam mimpi
membaca di dalam kuburnya. Ia berkata, ‘Masalah si
fulan yang engkau berfatwa mengenainya, pahalanya
telah sampai kepadaku."
MENGHARGAI Ilmu
Banyak sekali dalil dari Al-Qur’an yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu.
Sebagaimana ketika kita salat, membaca Al-Qur’an, dan berpuasa kita merasa
mendapatkan pahala maka demikian juga ketika kita belajar dan mengajar
sesungguhnya kita sedang beribadah kepada Allah ‫ﷻ‬.

DALIL
Di antara ayat-ayat yang menjelaskan akan agungnya ilmu yaitu Allah ‫ﷻ‬
tidak pernah memerintahkan Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬untuk meminta
tambahan kecuali tambahan ilmu. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,
‫َو ُقْل َر ِّب ِز ْد ِني ِع ْلًم ا‬
“dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan.” (QS. Thaha: 114)
Juga di antara dalil yang menunjukkan agungnya ilmu adalah
firman Allah ‫ﷻ‬,

‫َيْر َفِع ُهَّللا اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِم ْنُك ْم َو اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِع ْلَم َد َرَج اٍت‬

“niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman


di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah: 11)
،‫َو ِإَّن َفْض َل اْلَع اِلِم َع َلى اْلَع اِبِد َك َفْض ِل اْلَقَم ِر َع َلى َس اِئِر اْلَك َو اِكِب‬
‫ ِإَّن اَأْلْنِبَياَء َلْم ُيَو ِّر ُثوا ِد يَناًر ا َو اَل‬، ‫ِإَّن اْلُع َلَم اَء َو َر َثُة اَأْلْنِبَياِء‬
ORANG-ORANG ‫ َفَم ْن َأَخ َذ ُه َأَخ َذ ِبَح ٍّظ َو اِفٍر‬، ‫ ِإَّنَم ا َو َّر ُثوا اْلِع ْلَم‬،‫ِد ْر َهًم ا‬
BERILMU DAN BERIMAN
DIANGKAT DERAJATNYA
LEBIH TINGGI DARI “sungguh keutamaan orang yang berilmu atas
ORANG YANG HANYA ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan di
SEKEDAR BERIMAN malam purnama di atas seluruh bintang-
bintang, dan sungguh para ulama adalah
NAMUN TIDAK
pewaris para nabi, dan sungguh para nabi tidak
BERILMU. OLEH mewariskan dinar dan dirham, mereka
KARENANYA DALAM hanyalah mewariskan ilmu, maka siapa yang
SUATU HADIS NABI mengambilnya, ia telah mengambil bagian
MUHAMMAD ‫ﷺ‬ yang melimpah.”
BERSABDA,
ETIKA BELAJAR
Dalam Islam
ETIKA
istilah etika dalam Islam lebih dikenal dengan istilah akhlak. Secara etimologis,
kata akhlak adalah bentuk masdar dalam Bahasa Arab dari kata akhlaqa-
yukhliqu-ikhlaqan yang berarti perangai, kelakuan, tabiat atau watak dasar,
kebiasaan atau kelaziman, peradaban yang baik, dan agama (lihat Syarif, 2012:
72).

BELAJAR
Dalam perspektif agama pun (dalam hal ini Islam), belajar merupakan
kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan
sehingga derajad kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surah
Mujadalah: 11
yang artinya: ...niscaya Allah akan meningkatkan beberapa derajad kepada
orang-orang dan “berilmu”.
ETIKA BELAJAR DALAM
ISLAM
Etika belajar merupakan sebuah nilai atau ajaran tentang
baik dan buruknya dalam
memperoleh ilmu.
Etika dan proses belajar manusia memiliki hubungan
yang saling terkait. Pada satu sisi, belajar sebagai kegiatan
manusia merupakan aktivitas yang memerlukan norma?
norma moral tentang bagaimana seharusnya belajar dalam
bingkai karakter dan ciri khas manusia yang demikian
unik, disisi lain etika sebagai pemikiran manusia tentang
baik atau buruk sangat diperlukan untuk merefleksikan
kegiatan belajar manusia setiap saat.
‫َاَيْطُلُب َأَح ٌد َهَذ ا اْلِع ْلَم ِباْلُم ْلِك َو ِع زِ النَ ْفِس َفُيْفِلُح َو َلِكْن َم ْن َطَلَبُه‬
untuk bisa meraih apa yang ‫ِبُذ لِ النَ ْفِس َو ِض ْيِق اْلَع ْيِش َو ِخ ْد َم ِة اْلُع َلَم اِء َأْفَلَح‬
diinginkan oleh murid Para
ulama telah merumuskan
etika yang harus dijalankan
ketika belajar agar ilmu yang "Tidak seorang pun akan beruntung dalam
di peroleh bisa membuahkan menuntut ilmu dengan bermodalkan
barakah, menebarkan rahmah kemewahan dan gengsi tinggi. Akan tetapi,
dan bukannya bisa mereka yang mencari ilmu dengan berbekal
menebarkan fitnah atau kerendahan diri, kesempitan hidup dan
kesediaan untuk berkhidmat kepada guru,
justru menyulut api
maka dialah yang akan berhasil."
permusuhan.
Pertama : Mengutamakan kesucian jiwa dari
Dalam menerangkan konsep akhlak yang tercela. Kerena ilmu pengetahuan itu
murid, Imam Al Ghazali adalah kebaktian hati, shalat bathin, dan
menawarkan beberapa etika murid pendekatan jiwa kepada Allah Ta’ala.”
yang terbagi menjadi dua hal,
yaitu etika murid terhadap dirinya
Kedua : Hendaknya seorang murid mengurangi kesibukan
sendiri, dan etika murid terhadap dunianya dan hijrah dari negerinya sehingga hatinya hanya
guru. Bagi murid atau pelajar, ada terfokus untuk ilmu semata. Allah SWT tidak menjadikan dalam
diri seseorang dua hati dalam satu rongga.
berbagai etika dan tugas-tugas
siswa yang haru dipenuhi menurut
Imam Al Ghazali adalah sebagai Ketiga : Seorang murid janga bersifat angkuh dengan ilmunya
berikut : dan jangan menentang gurunya. Tetapi menyerah seluruhnya
kepada guru dengan keyakinan kepada segala nasihatnya,
sebagaimana seorang sakit yang bodoh yakin kepada dokternya
yang ahli berpengalaman
Keempat : Seorang pelajar pada tingkat permulaan, hendaknya menjaga diri dari
mendengarkan perdebatan orang tentang ilmu pengetahuan. Sama saja yang
dipelajarinya itu ilmu keduniaan atau ilmu keakhiratan.

Kelima : seorang pelajar tidak meninggalkan suatu mata pelajaranpun dari ilmu pengetahuan yang
baik dan tidak suatu macampun dari berbagai macamya. Selain dengan pandangan dimana ia
memandang kepada maksud dan tujuan dari masing-masing ilmu itu.

Keenam : Seorang pelajar itu tidak memasuki suatu bidang dalam ilmu pengetahuan
dengan serentak. tetapi memelihara tertib dan memulainya dengan yang lebih
penting.”
Ketujuh : bahwa tidak mencemplungkan diri ke dalam suatu bidang ilmu pengetahuan,
sebelum menyempurnakan bidang yang sebelumnya. Karena ilmu pengetahuan itu
tersusun dengan tertib.”

Keldelapan : seorang murid itu hendaklah mengetahui kedudukan dan manfaat ilmu.
Hendaknya seorang murid memahami kemuliaan atau kemanfaatan ilmu serta kekuatan
dan kepercayaan dahlilnya
ETIKA BEKERJA
Dalam Islam
PENGERTIAN
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti kebiasaan.
Etika adalah Ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).

Kerja adalah segala aktifitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk


memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam
mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh
kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagi bukti
pengabdian dirinya kepada Allah SWT.
Q.S AT-TAUBAH AYAT 105

‫َو ُقِل اْع َم ُلْو ا َفَسَيَر ى ُهللا َع َم َلُك ْم َو َر ُس ْو ُلُه َو اْلُم ْؤ ِم ُنوٌن َو َس ُتَر ُّد وَن ِإَلى َع ِلِم اْلَغ ْيِب َو الَّش َهاَد ِة‬
)١٠٥( ‫َفُيَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُك نُتْم َتْع َم ُلوَن‬
Artinya: "Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan".
PEDOMAN ETIS BEKERJA
1. Bekerja adalah manifestasi keimanan. Dengan kata lain, poros dari kerja adalah tauhid.
2. Menghindari eksploitasi terhadap sumber-sumber alam dengan cara yang melampaui batas.
3. Menghindarkan dari perbuatan merugikan orang lain atau merusak lingkungan.
4. Rezeki yang didapatkan dari hasil kerja, sebagiannya ada yang berfungsi sosial.
5. Adanya keterikatan individu terhadap diri dan kerja yang menjadi tanggungjawabnya.
6. Berusaha dengan cara halal dalam seluruh jenis pekerjaan. Rasulullah SAW pernah ditanya tentang
pekerjaan yang paling utama.
7. Dilarang menjadikan seseorang sebagai alat produksi atau binatang dalam kerja.
8. Islam tidak mengenal pekerjaan yang mendurhakai Allah.
9. Profesionalisme.
PRINSIP ETIKA BEKERJA
DALAM ISLAM
Ketiga, Bekerja demi mencukupi kebutuhan
pertama, bekerja secara halal. Seorang muslim keluarga. Mencukupi kebutuhan keluarga
dituntut untuk makan dari sesuatu yang halal. Jika
memberikan nafkah kepada keluarga haruslah dari
hukumnya fardu ain, dan menunaikannya
penghasilan yang baik dan halal, karena jika rezeki termasuk jihad. Tegasnya seseorang yang
yang dibawa itu dihasilkan dari perbuatan haram maka memeras keringat dan membanting tulang
tidak akan membawa keberkahan, justru membawa demi keluarganya akan dicintai Allah dan
kebinasaan. Rasulullah.

Kedua, bekerja demi menjaga diri supaya tidak


menjadi beban hidup orang lain. Setiap muslim
dilarang menjadi benalu bagi orang lain. Terlebih
jika seseorang memilih berkerja dengan cara
mengemis dan meminta-minta tanpa berusaha
dan tanpa menghasilkan rezekinya dari
keringatnya sendiri.
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai