Anda di halaman 1dari 13

Materi Kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi

Pendahuluan

Mata Kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi mengandung makna bahwa persoalan evaluasi bagi
calaon Guru (Mahasiswa Tarbiyah) menjadi sangat penting iuntuk dipahami. Konsekuensinya
mata kuliah ini bertujuan memberi bekal pemahaman dan ketrampilan bagi mahasiswa agar
memiliki pengetahuan akademik dan ketrampilan dalam melakuan evaluasi yang dilakukan di
lembaga pendidikan Islam.

Problem esensi bagi lembaga pendidikan Islam (STIT,STAIN, IAIN dan UIN) selalu dihadapkan
dengan permasalahan Dikhotomi ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada rumusan kreteria
tentang Islam yang melengkapi nama mata kuliah. Mata kuliah Pengembanagn Evaluasi PAI
memiliki dua makna ; Pertama, mahasiswa mampu menjadi guru PAI yang profesional denagn
salah satu ciri mampu melakukan dan mengembangkan evaluasi dalam pendidikan. Kedua,
mahasiswa mampu menjelaskan kepada orang lain tentang kreteria atau perbedaan evaluasi
pendidikan dan evaluasi pendidikan agama Islam.

Materi ini bersifat sangat global dan umum yang harus diperdalam oleh masing masing
mahasiswa sendiri. Materi ini hanay dimaksudkan untuk bahan bacaan awal dan bahan untuk
menjelaskan materi pada saat perkuliahan di kelas. Oleh sebab itu saya berharap dengan materi
ini, mahasiswa harus lebih meningkatkan pendalaman materi sendiri dnegan cara membaca
referensi lainnya.

Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pendidikan Agama Islam (PAI)  adalah proses mengajarkan agama Islam (AI) yang dilakukan
dalam lingkungan proses formal dengan melibatkan setidaknya tiga aspek yaitu pendidik (guru),
Peserta didik (siswa) dan sumber bekajar. PAI menekankan pada proses pembelajaran pada
pendidikan formal (schooling) dengan berbagai macam pendekatan, metode dan strategi untuk
mencapai tujuan yang ditentukan.

Perbedaan antara Pendidikan Islam (PI) dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) terletak pada
lingkungan, subyek dan obyek. Pendidikan Islam dilakukan dalam konteks lingkungan yang
umum, di masyarakat dan keluarga, sedang Pendidikan Agama Islam dilakukan dalam
lingkungan sekolah formal. Subyek Pendidikan Islam tidak hanya Guru tetapi bisa tokoh
amsyarakat, mubaligh dan orang tua. Obyek Pendidikan Islam adalah masyarakat umum,
sedangkan obyek Pendidikan Agama Islam adalah peserta didik (siswa) yang sedang melakukan
pembelajaran di sekolah.

Persamaan antara pendidikan Islam dengan Pendidikan Agama Islam terletak pada materi yang
diajarkan yaitu sama sama mengajarkan atau membimbing dan memberi pemahaman tentang
ajaran Islam agar dapat diketahui, dipahami dan diaplikasikan kedalam kehidupan sosial. Dengan
kata lain Pendidikan Agama Islam adalah proses pembelajaran agama Islam yang dilakukan oleh
Guru dilingkungan pendidikan formal. Hakekat pembelajaran adalah proses melakukan interaksi
yang efektif dan edukatif antara peserta didik dengan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan
pengertian pembelajaran yaitu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. (pasal 1 ayat 20)

Ruanglingkup atau bahasan Pendidikan Agama Islam meliputi empat aspek yaitu Pertama,
Akidah Akhlaq. Materi ini berkaitan dengan proses menumbuhkan dan memperkuat keyakinan
bahwa Allah swt itu Esa dan memiliki kekuasaan diatas segala-galanya. Setiap ciptaan-
Nya( mahluk) harus tunduh, taat dan patuh keda Allah swt. Setiap Umat Islam harus mengakui
bahwa Allah swt itu Maha mengetahui segala apa yang ada di langit dan dibumi beserta segala
isinya. Oleh sebab itu setiap manusia harus memiliki kesadaran bahwa apa yang diekrjakan
selama hidup didunia sekecil apapun Allah mengetahui. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt
“ Katakanlah : Cukuplah Allah menjadi saksi, antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang
ada di langit dan di bumi. Dan orang orang yang percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada
Allah, mereka itulah orang orang yang merugi”. (QS. Al ‘Ankabut : 52).  Selain mengakui ke
Esaan Allah, setiap manusia harus juga berusaha untuk bersikap dan berperilaku baik. Hal ini
didasarkan dengan profil Nabi Muhamamd SAW yang dapat dijaidkan personifikasi sebagai
manusianyang agung. Seperti firman Allah Swt “ Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar
benar berbudi pekerti yang agung “ (QS. Al Qalam: 4).

Secara rinci perilaku manusia yang ideal tercermin dengan perilaku yang konsisten dalam situasi
apapun, dan mampu menahan emosi ketika menghadapi persoalan dalam kehidupan. Sesuai
dnegan firman Allah Swt “ Dan segeralah kamu kepada ampunan dari  Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang yang bertaqwa,
yaitu orang orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang orang
yang berbuat kebajikan”. QS. Ali Imran : 133-134).

Kedua,  Syariah atau Hukum Islam. Materi ini berkaitan dengan proses membimbing  dan
melatih agar sikap dan perilaku manusia selalu sesuai dengan ketentuan atau norma yang berlaku
baik norma agama (Islam) maupun norma sosial. Manusia hidup harus selalu berdasar kepada
aturan atau norma. sebagai manusia yang beragama sudah barang pasti selalu memagang teguh
aturan atau norma sesuai agama yang diyakini. Sebagai bangsa, juga harus mematuhi norma
yang berlaku di mana manusia berada. Firman Allah Swt “ Hai orang prang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri diantara kamu. kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An Nisaa: 59).

Ketiga, Sejarak Kebudayaan Islam, materi ini berkaitan dengan proses membimbing dan melatih
untuk mengetahui makna peristiwa masa lalu untuk dijadikan pelajaran memperbaiki masa
depannya. pentingnay sejarah atau masa lalu bagi manusia dijelaskan dalam Firman Allah swt
dslam surah al Asyr 1-3.

Pentingnya mengetahui sejarah atau masa lalu juga di jelaskan oleh Allah dalam firmanNya “
Hai orang orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memeprhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat) dan bertaqwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Hasyr : 18).
Keempat,  Al Qur’an dan Hadis. Materi ini berkaitan dengan proses membimbing dna melatih
untuk mengetahui dna memahami isi kandungan yang ada di dalam kitab suci Al Qur’an dan
hadis. kedua sumber ini harus dijadikan pedoman atau rujukan utama bagi umat Ilsam agar
kehidupannya selamat dunia sampai akherat. Umat islam harus mengetahui, memahami dan
mengambil makna di balik ayat al qur’an dan hadis. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Swt “
Sesungguhnya orang orang yang selalu membaca kitab Allah Swt dan mendirikan sholat dan
menafkahkan sebahagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam diam dan
terang terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. (QS. Faathir :
29).

Ayat tereebut mengandung makna, bahwa memahami al qur’an akan menjadikan manusia
selamat, sejahtera dan bahagian selama di dunia dan di akherat. membaca dan mempelajtri al
qur’an juga mendapatkan banyak pahala. Sesuai dnegan hadis Abdullah Inbu mas’ud RA
berkata; Rasulullah SAW bersdabda: Siapa saja yang membaca satu hruf dari Al Qur’an maka
baginya satu kebaikan dengan membaca terseebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh
kebaikan semisalnya, dan aku tidaka mengatakan (Alif Laam, Miim) itu satu huruf, melainkan
Aliif, satu huruf, Laam, satu huruf dan Miim juga satu huruf. (HR. Tirmidzi).

Karakteristik PAI

Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki karakteristik yang berbeda dengan pelajaran
diluar PAI. Guru PAI harus memahami secara tepat tentang karakteristik PAI. Jika PAI
disamakan dengan pelajaran non PAI maka selama itu pula tidak akan mampu menjawab
tantangan dan problem masyarakat. Guru PAI hakekatnya adalah menyampaikan, memberikan
pemahaman tentanag Islam kepada masyarakat dan peserta didik. Islam adalah agama yang besar
dan menyangkut berbagai dimensi kehidupan sosial. Islam harus dipahami dnegan cara fikir
yang multidimensional dalam arti harus dilihat dari berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan.
Jika islam hanya dilihat dari dimensi ilmu fiqh (hukum islam) maka yang terlihat Islam hanya
berbicara halal dan haram. Jika Islam hanya dilihat dari sudut pandang ilmu tauhid saja, maka
yang terlihat Islam hanya berbicara Kafir, Muslim, Taqwa, Munafik.

Pelajaran PAI memiliki karakteristik yang bersifat integral, lintas sektor dan zig zag. Artinya
pelajaran PAI selalu berkaitan dengan ilmu ilmu lain di luar PAI misalnya berkaitan dengan ilmu
psikologi, sosiologi, geografi, ilmu manajemen dan ilmu lainnya. Ilmu PAI selalu berkaitan
dnegan ilmu lain diluar dirinya. Ilmu PAI tidak mungkmin bisa dipahamis ecara utuh jika hanay
berdiri sendiri tanpa dikaitkan dengan ilmu diluar dirinya. Artinya Pelajaran PAI akan dipahami
secara utuh oleh siswa jika materi tersebut disampaikan dengan didukung dengan penjelasan
ilmu lain di luar PAI. Menjelaskan pokok bahasan zakat fitrah tidak cukup hanya menjelaskan
pengertian zakat, berapa nisob zakat, bagaimana makna atau hikmah zakat serta doa doa dalam
ibadah zakat.  Mengajarkan materi PAI pokok bahasan zakat fitrah pasti berkaitaan dengan
kemiskinan (ilmu ekonomi), berkaitan dengan pola pengelolaan zakat produktif (ilmu
manajemen), berkaitan dengan  melatih kepekaan atau kepedulian dengan fakir miskin (ilmu
psikologi dan ekonomi). Mengajarkan pelajaran PAI pokok bahasan sholat tidak cukup hanya
menjelaskan pengertian sholat, bacaan sholat, praktek sholat. Pokok bahasan sholat perlu
dijelaskan tentang makna gerakan sholat dalam kehidupan sosial (ilmu sosiologi/antropologi),
perlu juga menjelaskan tentang khusyu’ (berkaitan dengan ilmu psikologi).
Konsekuensinya, Guru PAI harus memiliki pengetahuan lintas sektor, artinya guru PAI  tidak
cukup hanya memiliki pengetahuan norma norma ritual keagamaan melainkan harus selalu
mengikuti dinamika atau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara ekstrem dapat
dikatakan bahwa guru PAI adalah sosok guru yang “serba bisa”, karena pelajaran PAI
menghendaki kemampuan yang serba bisa. Mengajarkan fiqih pokok bahasan mawaris, guru PAI
harus  paham ilmu matematika, mengajarkan pokok bahasan sholat pada materi sholat khusyu’,
guru PAI harus juga memiliki pemahaman tentang ilmu psikologi.

Sampai disini, dapat dikatakan bahwa dalam pelajaran PAI tidak mengenal mis match (tidak
relevan), karena karakteristik PAI adalah materi yang memgharuskan  mampu mamahami ilmu
pengetahuan lintas sektor. Oleh sebab itu jika ada lulusan PTAI jurusan PAI setelah lulus
mengajar mata pelajaran IPS, IPA, MTK, Olah raga, kesenian, bahasa Indonesia, bahas Inggris
tidak dapat dikatakan mismatch, melainkan itu merupakan sebuah keniscayaan dari karakerisktik
ilmu atau pelajaran PAI.

Implikasi dari karakter ilmu PAI yang lintas sektor itulah menyebabkan profil lulusan dari
lembaga pendidikan agama Islam menjadi sosok yang “serba bisa” dan lebih siap menghadapi
berbagai realitas problem kehidupan yang ditandai dengan karakter manusia yang memiliki
kemandirian tinggi, ulet, bekerja keras, selalu mencoba sehingga pada akhirnya memiliki
keberhasilan sesuai yang diharapkan.

Hakekat Guru PAI 

Memahami siapa guru yang sebenarnya, terlebih dahulu kita bandingkan pengertian antara guru
dan dosen. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar dan menengah. Dosen adalah pendidikan
profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui  pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indoensia, Ilmuwan diartikan orang yang ahli atau orang yang
memiliki banyak pengetahuan mengenai suatu ilmu. Ilmuwan juga dapat diartikan orang yang
berkecimpung dalam dunia ilmu pengetahuan, seperti senang membaca, menulis, meneliti.
Dalam Islam, ilmuwan adalah manusia yang selalu takut (dekat) kepada Allah swt. Hal ini
dijelaskan dalam Surah Faathir ayat 28. “ Dan demikianlah diantara manusia, binatang-binatang
melata dan binatang binatang ternak ada yang bermacam macam warnanya dan jenisnya.
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba hamba-Nya, hanyalah ulama (ilmuwan).
Kedudukan seorang ilmuwan (ulama) memiliki posisi sangat tinggi (mulia), setiap ulama
(ilmuwan) yang selalu melaksanakan kegiatan sesuai dengan norma yang berlaku akan diberi
beberapa kenikmatan dan derajat (posisi) yang tinggi dibanding lainnya. Hal ini di jelaskan
dalam Surah Al Mujadalah : 11 “ .. Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantara
kamu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. 
Guru dan dosen walaupun memiliki persamaan yaitu sama sama sebagai pendidik professional,
tetapi jika dilihat dari tugas utamanya memiliki perbedaan sangat tajam. Guru ruanglingkup
kerjanya terbatas di pendidikan  formal (sekolah) di pendidikan usia dini, pendidikan dasar
(MI/SD/ MTS/SMP) dan pendidikan mengah (MA/SMA/SMK) yang ditunjukkan dengaan
tindakan mendidik, mengajar, membimbing, melatih, mengevalausi dan menilai.
Konsekeunsinya guru harus lebih konsentrasi melaksanakan tugas pembelajaran disekolah
formal saja. Kegiatan selain proses pembelajaran  di sekolah formal tidak menjadi tugas dan
tanggung jawabnya seperti melakukan pengabdian kepada masyarakat dan mengembangkan ilmu
pengetahuan di forum publik.

Guru yang ideal adalah guru yang rajin dan disiplin melakukan pembelajaran siswa selama di
sekolah yang ditunjukkan dengan ketrampilan menyusun desain pembelajaran, member motivasi
siswa untuk belajar, menggunakan metode dan media secara tepat, dan mampu melakukan
penilaian yang dapat dijadikan bahan pengembangan program di sekolah. Setiap jam
pembelajaran harus berasa di sekolah, jika pada jam sekolah berlangsung guru berada di luar
sekolah maka itu bisa menjadi bukti pelanggaran yang berat.

Secara tehnis, guru yang ideal harus  melaksanakan   jam tatap muka sekurang kurangnya 24 jam
tatap muka dan sebanyak banyaknya 40 jam tatap muka dalam satu minggu. Hal ini
menggambarkan bahwa waktu guru dihabiskan untuk melaksanakan proses pembelajaran dan
pendidikan di sekolah. Guru tidak wajib melaksanakan kegiatan yang bersentuhan dengan
kegiatan di masyarakat.

Berbeda dengan dosen, walaupun sama sama sebagai pendidik profesional, tetapi dosen selain
pendidikn professional juga disebut sebagai ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dans eni melalui
pendidikan, penelitiaan dan pengabdian masyarakat. Sebagai dosen memiliki ruang lingkup
sangat luas tidak hanya di dalam pendidikan formal (kampus) tetapi juga di dalam realitas
kehidupan masyarakat. Artinya dosen tidak hanya bertugas membimbing dan melatih para
mahasiswanya tetapi juga harus mampu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dengan berbagai
media baik melalui perkuliahan (pendidikan/pengajaran) juga harus melalui penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Konsekuensinya, dosen tidak bisa dituntut selalu di dalam
kampus untuk melaksanakan perkuliahan dengan mahasiswa, karena jika hanya itu yang
dilaksanakan akan mengakibatkan kurang optimalnya tugas utama sebagai dosen. Selain
melakukan perkuliahan bersama mahasiswa, dosen juga harus melakukan penyebaran dan
pengembangan ilmu melalui seminar, diskusi, penerbitan buku, penelitian dan penerbitan hasil
hasil penelitian. Disinilah perbedaan utama antara guru dan dosen.

Dari aspek kompetensi inilah, dapat diketahui perbedaan antara guru PAI dengan guru non  PAI.
Guru PAI adalah pendidikan profesional yang memiliki tugas memberi pemahaman materi
agama Islam kepada peserta didik dan masyarakat. Guru PAI setidaknyaa memiliki dua tugas
yaitu tugas melaksanakan sebagai pendidik dan pengajar di sekolah dan juga memiliki tugas
memberikan pemahaman materi agama Islam kepada peserta didik agar peserta didik dan
masyarakat memiliki cara pandang atau pemahaman terhadap agama (al qur’an dan hadis) secara
tepat yang ditandai dengan sikap dan perilaku yang santun, damai serta  anti kekerasan.
Perbedaan nyata antara guru PAI dengan guru non PAI terletak pada aspek kompetensi sosial
dan pedagogiek. Kompetensi sosial bagi guru PAI lebih luas ruanglingkupnya dibanding guru
non PAI, karena guru PAI secara langsung maupun tidak langsung dituntut mampu memebrikan
pencerahan tidak hanya kepada peserta dididk di sekolah tetapi juga kepada masyarakat diluar
sekolah. Walaupun diluar jam sekolah, Guru PAI tidak boleh menghindar jika ada masyarakat
yang bertanaya atau meminta pendapat tentang berbagai hal kehidupan dan keagamaan. Guru
PAI tidak boleh lari dari permasalahan yang dihadapi masyarakat. Agama yang melekat kepada
diri guru PAI memiliki konsekeunsi dakwah Islam secara nyata kepada masyarakat.

Jangan disalahkan jika, ada tawur antar pelajar sedang marak, banyak aksi radikalisme dan
terorisme, banyaknya oknum pejabat yang korupsi, sikap dan moralitas sosial masyarakat rendah
yang ditandia dengan mudahnya konflik horizontal, oknum anggota wakil rakyat mudah
bertengkar, profesi guru PAI menjadi sasaran “kesalahan”. Artinya semua orang menengok
kepada profesi Guru PAI yang dianggap ada kesalahan atau kurang optimal.

Berbeda dengan posisis guru non PAI, walaupun tim nasional belum pernah menang ditingkat
ASEAN, ASIA bahkan Dunia, ketika pengurus PSSI masih berselisih pendapat sampai muncul
dualism kepengurusan, tidak pernah ada orang yang menuduh pendidikan olahraga telah gagal
atau salah. Pada pemilu menghasilkan para wakil rakyat yang belum sesuai harapan, belum
dewasa atau belum berkualitas, tidak ada masyarakat menuduh bahwa pendidikan
kewarganegaraan telah gagal atau salah. Disinilah uniknya perbedaan antara guru PAI dengan
non PAI dilihat dari aspek kompetensi sosial.

Dari aspek kompetensi pedagogiek, peran atau tanggung jawab guru PAI dengan non PAI juga
sangat terlihat jelas. Hal ini disebabkan karena perbedaan karakteristik ilmu PAI dan ilmu non
PAI berbeda. Karakteristik ilmu PAI bersifat multi disiplin/ zigzag sedangkan karakter ilmu non
PAI bersifat monodisiplin/monoton. Konsekeunsinya, gurun PAI juga harus memiliki wawasan
lintas sector/multidisiplin.

 Ciri khusus yang membedakan dengan guru lainnya (non PAI), Guru PAI harus memiliki
wawasan lintas sektor atau multi disiplin, karena materi PAI selalu berkaiatan dengan materi
diluar dirinya. Misalnya materi tentang sholat tidak cukup disampaikan tentang tatacara gerakan
sholat dan dalil yang menguatkan. Materi sholat juga berkaitaan dengan kekhusyu’an (ilmu
psikologi), berkaitan dengan persatuan dan kesatuan (soiologi). Materi al qur’an hadis tidak
cukup hanya disampaikan cara menulis dan membaca al qur’an dan hadis, tetapi juga berkaitan
dengan pemahaman kontekstual  atau asbabun nuzul/ asbabul wurudnya ( ilmu sosiologi,
antropologi), materi fiqih tidak hanya berkaitan dengan bagaiamana menjelaskan halal haram,
wajib, sunah, haram, makruh tetapi juga berkaitan dengan bagaimana membagi harta warisan,
bagaimana menghitung nisob zakat (matematika). Dengan kata lain guru PAI harus lebih cerdas
dibanding guru non PAI, karena menguasai ilmu diluar materi yang pokok suatu keniscayaan
yang harus dilakukan.

Perbedaan esensial antara profesi guru PAI dengan guru non PAI setidaknya dilihat dari dua
aspek kompetensi yaitu:
1. Kompetensi sosial, guru PAI memiliki ikatan sangat kuat dengan perhatian sosial atau
amsyarakat. Oleh sebab itu guru PAI harus selalu memeprhatikan etika dna nilai nilai
yang berkembang di masyarakat. Guru PAI memiliki tugas berat yang didberikan oleh
masyarakat. Guru PAI selain memiliki kemampuan melakukan pembelajaran di sekolah
juga harus smemiliki kemampuan dna ketrampilan untukm melakukan sosialisasi atau
partisipasi kepada masyarakat secara utuh. Konsekuensinya guru PAI harus memiliki
kemampuan dna ketrampilan tentangs eegala hal yang dibutuhkan masyarakat khususnya
dalam aktivitas sosial kemasyarakatan. Karena Guru PAI di daerah akan sangat mudah
diminta membantu kebutuhan amsyarakat yang berkaitan dengan sisal kemasyarakatan.
2. Kompetensi pedagogiek, guru PAI memiliki tugas dan tanggung jawab sangat berat
dalam melakukan pembelajaran di dalam kelas. Karena pembelajaran menyangkut
tentang pengembangan materi pelajaran. Materi PAI memiliki ketrkaitan atau ikatan
dengan ilmu lainnya sangat tinggi. Materi PAI pasti memiliki kaitan dnegan ilmu
psikologi, sosiologi, IPS, IPA, MTK dan ilmu lainnya. Hal ini disebabkan oleh
ruanglingkup PAI tidak hanay materi ritual keagamaan melainkan juga menyangkut
segala aspek kehidupan manusia. Konsekuensinya guru PAI dalam pembelajaran harus
memiliki kemampuan menghubungkan atau mengkaitkan dengan materi lainnya yang ada
diluar PAI. Mengajarkan atau menyampaikan materi sholat tidak cukup hanya
menyampaikan tentang pengertian sholat, bacaan sholat, gerakan sholat melainkan juga
harus menjelaskan keterkaitan sholat dengan toleransi dan kerukunan masyarakat.

Evaluasi Pendidikan

Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti penailaian atau penaksiran. Jika diartikan
secara istilah, maka evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk
mengetahuai hakekat suatu obyek yang dilakukan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian.
Kegiatan pengukuran bersifat atau ditandai dnegan hal hal yang bersifat kuantitatif sedanagkan
penilaian ditandai dnegan hal hal yang bersifat kualitatif. Evaluasi dalam pendidikan tidak akan
mungkin tanpa ddilakukan dengan dua hal tersebut.

Mengapa pendidikan perlu evaluasi? Sekurang kurangnya ada tiga hal untuk menjawab
pertanyaan tersebut.

Pertama, dari aspek manajemen, pendidikian selalu ditandai dengan input, proses dan out put.
Dimana untuk mengetahuai sejauhmaan hasil dari ketiga proses itu tidak mungkin tanpa
evalausi.

Kedua, dari kualitas Guru, bahwa evaluasi menjadi ciri utama pendidik profesional. Pendidik
atau Guru tidak akan bisa dikatakan sebagai pendidik profesional jika tidak melakukan proses
evaluasi. Oleh sebaba itu evaluasi menjadi makna sangat penting bagi semua guru termasuk
Guru PAI. Karena pendidikan tidak akan bisa diketahui hasil baik buruknya jika tanpa ada
evaluasi.

Ketiga, dari aspek pembelajaran. Bahwa evaluasi menjadi bagian integral dalam proses
pembelajaran. Dimana pembelajaran ditentukan oleh tiga hal yaitu Tujuan pembelajaran
(Educational Objective), pengalaman pembelajaran (Learning Experiences) dan prosedur
evaluasi (evaluation procedures).

Evaluasi pendidikan memiliki perbedaan jika dibanding dengan evaluasi lembaga selain
pendidikan. Ada beberapa ciri evaluasi pendidikan antara lain :

 Pertama, Evalausi dalam pendidikan dilakukan secara tidak langsung. Obyek yang dievaluasi
yaitu peserta didik tidak dilakukan lengausng kepada fisiknya peserta didik. Misalnya
mengevalausi tingkat kecerdasan inteelktual (kognitif) tidak dilakukan dnegan cara
mengevalausi fisik otaknya, melainkan dilakukan melalui tes atau soal yang dapat
menggambarkan kualitas kecerdasan peserta didik. Mengevalusi kualitas kepribadian juag tidak
dilakukan dnegan cara mengevalausi hati atau dadanya, melainkan dilakukan melalui instrumen
evaluasi sikap yang hasilnya akan menggambarkan kualitas sikap kepribdian.

Kedua, evaluasi pendidikan terlebih dahulu menggunakan angka (kuantitatif). Hal ini
didmkduakn agar memperoleh data atau hasil yang akurat. Untuk mengetahuai tingkat
kecerdasan peserta didik diawali dari angka (kuantitatif) terlebih dahulu. Untuk mengetahui
kecerdasan peserta didik juga diawali dari tingkat angka yang diperoleh pada saat mengerjakan
soal.

Ketiga, Evaluasi pendidikan memiliki satuan yang tetap. Karena jika satuan yang dievaluasi
tidaka tetap maka akan berakibat tidaka akan memiliki keajegan  dan prediksi atau validitas
hasilnya snagat rendah atau buruk.

Keempat, evaluasi pendidikan bersifat relatif. Artinya hasil evaluasi akan berubah setiap saat
sesuai sitausi dan kondisi. Artinya hasil evaluasi tahun ini akan berbeda dengan hasil evalausi di
tahun mendatang, begitu seterusnya.

Kelima, Evaluasi pendidikan tidaka akan bisa lepas dari kesalahan. Kesalahan itu bersifat
kultural karena kelemahan yang dimiliki oleh manusia.

Aspek yang di Evaluasi

Aspek yang dievaluasi dalam pendidikan sekurang kurangnya meliputi tiga hal yang biasa
disebut taksonomi pendidikan yang terdiri dari Kognitif ( kecerdasan intelektual), affektif
(kecerdasan sikap kepribadian), Psikomotorik (kecerdasan mekanik/otot).

KOGNITIF adalah kecerdasan atau ketrampilan intelektual yang memiliki enam tahapan atau
potensi yaitu :

1. Knowledge : kemamapuan menghafal teori atau fakta yang telah dilihat atau dibaca.
2. Comprehention: kemampuan mengungkapkan kembalai dari apa yang dilihat atau dihafal
dengan menggunakan bahasa sendiri.
3. Application: kemamapuan mempraktikan apa yang diketahuii dan dipahami
4. Analisis : kemampuan mengurai persoalan dengan menggunakan pendekatan induktif.
5. Synthesis: kemampuan mengurai persoalan dengan menggunakan pendekatan deduktif
6. Evaluasi : kemampuan menemukan perbedaan dari suatui obyek.

AFFEKTIF adalah kecerdasan atau ketrampilan sikap kepribadian yang didalamnya ada lima
tahapan atau potensi yaitu :

1. Receiving: menerima atau pengaruh dari luar dirinya


2. Responding : menggapi semua apa yang datang kepada dirinya
3. Oraganization : memebrdayakans emua potensi yang ada dalam dirinya
4. Valuing: kecenderungan yang ada di dalam diri atau psikologis
5. Characterization by complex: kemampuan mengelola semua potensi menjadi kepriabdian
dalam kehidupan. Ada inteegrasi antara apa yang diketahui, diyakini dan di laksanakan.

PSIKOMOTORIK adalah kecerdasan atau ketrampilan otot atau mekanik yang didalamnya
berisi tujuh tahapan/potensi yaitu :

1. Perception : kesan terhadap jenis ketrampilan yang akan dilakukan


2. Set: komitmen untuk meraih ketrampilan yang akan dilakukan
3. Guided response: memahami fungsi fungsi masing masing komponen dari jenis
ketrampilan yang akan dilakukan
4. Mechanism: melatih kemampaun dalam alam yang tidak nyata (semu)
5. Complexs over response: kemampuan praktik di alam nyata.
6. Adaptation: kemampuan/ketrampilan yang belum sempurna
7. Origination: kemampuan/ketrampilan sempurna yang mengandung unsur keindahan
(seni)

Macam macam Evaluasi

Secara umum ada beberapa macam evalausi dalam pendidikan yaitu evaluasi input, evaluasi
proses, evaluasi output (produk) dan Evaluasi konteks. Keempat evaluasi harus dilakukan dalam
lembaga pendidikan agar kualiats pendidikan benar benar dapat terjaga atau dipertahankan.

Evaluasi input adalah evaluasi yang berkaitan dnegan masukan atau proses  seleksi masuk
peserta didik. Evaluasi input dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana kualitas yang dimiliki
calon peserta didik jika dikaitkan dnegan visi dan misi sekolah. Salahs atu indikator untuk
mengetahui kualitas calon peserta didik dilihat dari aspek kesesuaian visi dan misi yang telah
dirumuskan.

Evaluasi proses adalah evaluasi yang berkaitan dnegan kualiats belajar mengajar yang
ditekiankan pada kemampuan guru menjelaskan materi, kemamuan peserta didik memahami
materi pelajaran, kemampuan guru menggunakan media dan emtode pembelajaran.

Evaluasi produk adalah evaluasi yang berkaitan dnegan kemampuan hasil akhir peserta didik.
Yaitu evalausi yang dapat menggambarkan sikap dan erilaku akademik dan non akademik
peserta didik.
Evaluasi konteks adalah evaluasi yang bersifat kompleks yang berkitan dengan aspek aspek
diluar pendidikan seperti pengaruh teknologi informasi trhadap pendidikan dan pembelajaran,
pengaruh lingkungan sosial, pengaruh karakter orang tua peserta didik. Aspek aspek tersebut
harus diketahui oleh sekolah agar mampu melakukan langkah langlah inovasi dan
pengembangan secara optimal.

Evaluasi Tes dan Non Tes

Evaluasi tes dilakukan untuk mengetahui kecerdasan atau kualitas intelektual (kognitif) yang
memiliki 6nam tahapan. Evalausi dengan tes dilakukan dengan memberi sejumlah pertanyaan
(soal) yang harus dijawab oleh siswa sehingga dapat diketahui kualitas pemahaman terhadap
materi pelajaran yang telah disampaikan. Evaluasi dengan tes dapat dilakukan dengan soal Benar
Salah (B-S), jenis soal Pilihan ganda, dan soal uraian.

Evalausi dengan tes lebih banyak berbicara tentang bagaimana membuat soal yang baik. Oleh
sebab itu ada hal hal yang perlu diperhatikan oleh guru terkait dengan soal yaitu:

 Soal harus ada kesesuaian antara tipe soal dengan materi pelajaran
 Soal harus ada kesesuaian antara tipe soal dengan tujuan evaluasi
 Soal harus ada kesesuaian antara tipe soal dengan sistem pengolahan (skoring)
 Soal harus ada kesesuaian antara tipe soal dengan aspek praktis birokrasi

Tes juga dapat dilakukan dengana cara lesan (tes lesan) dan tindakan (tes tindakan). Tes lesan
adalah suatu tes dnegan cara memebri pertanyaan yang harus dijawab dnegan bahasa verbal dari
peserta didik. Diantara kelebihan tes lesan antara lain :

1. Bisa mengetahui kondisi peserta didik secara utuh karena langsung berhadap hadapan
(face to face).
2. Lebih fleksibel, artinya jika peserta didik belum paham dnegan pertanyaan, bisa dirubah
sampai peserta didik memahami isi pertanyaan yang dimaksud.
3. Penguji atau guru yang melakukan tes dapat menggali lebih lanjut, oleh sebab itu satu
pertanyaan bisa untuk mengetahui banyak aspek.
4. Hasilnya langsung dapat diketahui

Selain ada kelebihan, tes lesan juga memiliki beberapa kelemahan atau kekurangan yaitu :

1. Apabila hubungan antara pendidik dan peserta didik tidak harmonis akan mudah
menimbulkan subyektivitas penilaian.
2. Pertanyaan yang diberikan cenderung tidak sama jumlah dna tingkat kesulitannya.
3. Kebebasan peserta didik menjawab seringkali berkurang, karena sering kali pendidik
(guru) memotong jawaban dari peserta didik.
4. Memerlukan waktu yang cukup lama
5. Hasil penilaiannya akan mudah terpeengaruh dnegan sikap kepriabdian pada saat
menjawab pertanyaan.
Tes tindakan adalah suatu tes yang dilakukan yang mengharuskan peserta didik menjawab atau
merespon dengan tindakan (perilaku). Dapat dilakukan dengan ujian praktik. Kelebuhan dari tes
tindakan adalah :

1. Sangat tepat untuk mengukur aspek psikomotorik yang memiliki tujuh tahapan.
2. Pendidik (guru) bisa langsung mengamati secara langsung dan hasilnya juga dapat
diketahui seketika itu.

Selain kelebihan, tes tindakan juga ada kelemahan. Kelebahan yang dimiliki dari tes tindakan
anatara lain :

1. Apa bila perintah tidaka jelas akan melahirkan tindakan yang tidak sesuai dengan
harapan.
2. Membutuhkan waktu yang lama
3. Seringkali ada gangguan dalam pengamatan, sehingga berpotensi memeproleh hasil yang
kurang obyektif.

Evaluasi non tes ddilakukan untuk mengetahui kecerdasan affektif yang memiliki lima tahapan
di dalamnya. Evalausi non tes dimaksudkan untuk mengetahui sikap, minat dan bakat yang
dimiliki oleh peserta didik. Evalausi non tes bisa dilakukan melalui skala sikap, cek lis, pedoman
observasi dan tes lain yang berkaiatan dengan aspek psikologis peserta didik.

Tes Yang baik

Tes yang baik harus dilakukan dengan beberapa hal yaitu (a) Pengembanagn soal (b) penulisan
soal (c) Penelaan Soal (d) pengujian butir soal (e) ada administarsi soal yang baik. Setiap guru
yang akan melakukan tes  di lembaga pendidikan haus memperhatikan aspek aspek tersebut agar
tujuan tes dapat dicapai sesuai harapan.

Yang perlu diperhatikan dalam pengembangan soal antara lain : menentukan tujuan evalausi/tes,
menyusun kisi kisi soal, memilih tipe soal, merencanakan tingkat kesulitan dna kemudahan,
merencanakan jumlah soal yang sesuai.

Penulisan soal harus memeprhatikan hal hal yang penting agar penulisan soal benar benar sesuai
harapan. Ada beberap hal khusus yang haarus dimiliki penulis soal adalah : (1) penguasaan
pengetahuan yang akan diujikan, (2) pemahaman terhadap karakteristik individu peserta didik
yang akan di tes (3) memiliki kemampuan membahasakan gagasan atau ide (4) memiliki
penguasaan tehnik penulisan soal.

Penelaah soal adalah proses untuk mengetahui kesempurnaa atau kebenaran soal yang telah
disusun. Untuk soal yang ditujuan untuk tes sekolah (lokal) maka penelaah sosla dilakukan oleh
si pembuat soal sendiri. Landasan atau acuan untuk menelaah soal didasarkan pada kisi kisi soal.
Oleh sebab itu dalam menelaah soal, guru harus mengetahui dan memahami kisi kisi soal.

Penutup
Materi ini bersifat global, yang harus diperdalam oleh masing maisng Mahasiswa dengan cara
membaca buku buku referensi lainnya. Materi ini hanay untuk sebagai pegangan awal
mahasisiwa dalam mendalami ilmu evaluasi PAI. Materi ini juga akan diperjelas dalam
perkuliahan secaar klasikal di kelas.

Komentar Facebook

PREVIOUS POST

Materi Perkuliahan: Issu Issu Kontemporer Pendidikan Islam

NEXT POST

Semoga Issu Kudeta Di Arab Saudi itu Tidak Benar

ABOUT THE AUTHOR M. Saekan Muchith

POST YOUR COMMENTS

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Name *

Email *

Website

Anda mungkin juga menyukai