Anda di halaman 1dari 7

Tipologi ayat-ayat dan hadis-hadis Tarbawi

Oleh :

Ilham Zafarudin

M. Fitra Ramadan, M. Syahrul Mubarok

M. Zidni Mubarok, Muhammad Najwan

Pendahuluan

Berbicara persoalan pendidikan Islam setidaknya, bisa diuraikan dari dua istilah,
yakni pendidikan dan Islam. Istilah pendidikan, biasanya ditujukan pada pendidikan secara
sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan
nilai-nilai yang terdapat di dalam masyarakat dan bangsa. Pendapat lain mengatakan bahwa
pendidikan ialah sebagai suatu kegiatan manusia yang dilaksanakan untuk membantu sesama
manusia agar mau dan mampu meraih harkat dan martabat sebagai manusia. Sementara
istilah Islam merujuk pada agama paripurna dari agama-agama yang telah diturunkan oleh
Allah kepada umat-umat terdahulu atau disebut sebagai agama yang menyempurnakan
agama-agama samawi. Sumber agama Islam terdiri dari dua yakni Al-Quran dan Hadis.

Perbincangan persoalan istilah pendidikan Islam tidak akan ada habisnya dan akan
selalu diwarnai wacana-wacana yang bermacam-macam. Selain karena istilah “pendidikan
Islam” itu sendiri bisa diurai dari berbagai perspektif, pendidikan Islam saat ini sudah
menjadi sebuah kelompok keilmuan tersendiri bila ilmu tersebut diurai dari berbagai
perspektif maka akan muncul simpul-simpul keilmuan baru yang nantinya akan berujung
pada pertautan integratif interkonektif.

Sedangkan persoalan tipologi pendidik yang ideal menurut Al-Quran dan Hadis
adalah sebuah tema yang tidak akan ada habisnya, sebab hingga saat ini tema tersebut masih
kembali dipelajari calon sarjanawan-sajanawan baik dari kalangan pendidikan Islam sendiri
(insider) maupun kalangan nonpendidikan Islam (outsider).

Sedikit mengangkat pernyataan dari Ahmad dan Saehuddin bahwa pada hakikatnya
pendidik dalam Islam ialah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta
didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik baik afektif, kognitif, maupun
psikomotor. Sementara masyarakat awam masih saja beranggapan bahwa pendidik itu ialah
orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, padahal bila dianalisis lebih
lanjut melalui teknik tafsir tarbawi, anggapan tersebut tidak tentu benar.

Pembahasan

A. Ayat-ayat Tarbawi

Nah, pada pembahasan kali ini kita akan fokus pada pembahasan tipologi ayat ayat Al
Quran, kalau kita cermati dan perhatikan ternyata di dalam Al Quran juga ada ayat ayat yang
di khususkan, di kelompokkan, di klasifikasikan (tipologi).

Sebagai contoh, tipologi arsitektur yang memfokuskan pembahasan pada berbagai macam
pengelompokkan bangunan sesuai jenis dan kategorinya, ada bangunan ibadah, pendidikan,
tempat tinggal, perindustrian, kelembagaan, pertanian, ritel dan sebagainya. Maka di dalam Al
Quran pun demikian ada ayat ayat yang membahas tentang hukum, ada juga pendidikan, ada
juga Akhlaq, ada juga akidah, ada juga muamalah dan sebagainya. Yang intinya satu ayat
dengan ayat yang lain saling berhubugan sehingga sama jenis dan tujuannya hanya berbeda
redaksinya.

Di dalam Al Quran ada juga ayat ayat yang khusus membahas tentang akhlaq misal Q.S.
Al A’raf ayat 199, kemudian surat Al Ahzab ayat 21 dan surat al balad ayat 11-16. Jika kita
analisa ayat ayat dari surat di atas semua memfokuskan pembahasan pada pendidikan akhlaq.
Agar setiap muslim meniru akhlaq Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam.

Di dalam ayat yang lain juga ada pembahasan khusus mengenai metode dalam berdakwah,
metode dalam mendidik umat, seperti dalam Q.S. Al Maidah ayat 67, kemudian Q.S. An Nahl
ayat 125 dan surat Ibrahim ayat 24-27. Walaupun sebenarnya masih ada banyak ayat ayat yang
sejenis dan satu tujuan dengan ayat di atas, ini hanya sebagai contoh gambaran bahwa di dalam
Al Quran pun ada ayat ayat tipologi (pengelompokkan/pengklasifikasian).

Surat al-Isra’ : 15

‫ وال تزر وازرة وزر أخرىو وما كنا معذبين حتى نبعث رسوال‬,‫ ومن ضل فإنما يضل عليها‬,‫من اهتدى فإنما يهتدى لنفسه‬

Artinya :

“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya dia
berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat Maka
Sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak
dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan meng'azab sebelum kami mengutus
seorang rasul.”

Tafsir dan kontekstual ayat

Ibnu Katsir mengomentari ayat ini dengan menegaskan bahwa Allah memberitahukan
bahwa barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk dan mengikuti kebenaran serta mengikuti
jejak kenabian, maka yang demikian itu akan berakhir dengan hasil yang terpuji bagi dirinya
sendiri. (‫)ومن ضل‬,” dan barangsiapa yang sesat,” yakni menyimpang dari kebenaran serta
keluar dari jalan petunjuk, berarti ia telah berbuat jahat terhadap dirinya sendiri, dan
akibatnya juga akan kembali pada dirinya sendiri.

Setelah itu, Allah berfirman (‫و )وما كنا معذبين حتى نبعث رسوال‬seorang yang berdosa tidak
dapat memikul dosa orang lain.” Maksudnya, seseorang tidak akan memikul dosa orang lain,
dan tidaklah seseorang itu berbuat jahat melainkan akan berakibat pada dirinya sendiri.

Demikian halnya dengan firman Allah:(‫) وال تزر وازرة وزر أخرى‬,“dan Kami tidak akan
mengadzab sebelum Kami mengutus seorang Rasul.” Yang demikian itu merupakan
pemberitahuan tentang keadilan Allah, di mana Dia tidak akan pernah mengadzab seorang
pun melainkan setelah disampaikannya hujjah kepadanya, yakni dengan pengutusan Rasul
kepadanya.

Surat Yunus: 109

‫ وهو خير الحكمين‬,‫واتبع ما يوحى إليك واصبر حتى يحكم هللا‬

Artinya :

“Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan Bersabarlah hingga Allah
memberi Keputusan dan dia adalah hakim yang sebaik-baiknya.”

Quraish Shihab menjelaskan bahwa, ”Dan hai Muhammad setelah engkau


menyampaikan tuntunan dan peringatan ini, ikutilah dengan sungguh-sungguh dalam semua
kegiatanmu apa yang diwahyukan yakni yang dituntut, dianjurkan oleh Allah kepadamu, dan
Bersabarlah dalam menyampaikan wahyu itu dan dalam menghadapi segala tantangan hingga
Allah memberi Keputusan antara kamu dan mereka yang durhaka dan Dia adalah hakim yang
sebaik-baiknya, karena Dia mengetahui yang lahir dan yang batin, Maha Adil dan Maha
Bijaksana.”

Tafsir dan kontekstual ayat

Di akhir surat ini Allah memerintah kepada Nabi Muhammad untuk konsisten
mengikuti wahyu al-Qur’an serta bersabar dalam melaksanakan tuntunan wahyu itu dan tabah
menghadapi segala macam bentuk tantangan yang ditimbulkan oleh mereka yang
meragukannya. Dan Allah sebaik-baik hakim dan seadil-adil pemberi keputusan, karena Dia
tidak akan memberi keputusan kecuali dengan kebenaran, sedang selain-Nya terkadang
bahkan sering kali memberi keputusan kebatilan, baik karena kebodohannya terhadap
kebenaran atau karena melanggar kebenaran tersebut dengan mengikuti hawa nafsunya.

Dalam konteks pendidikan, ayat ini seakan-akan berbicara dengan analogi seperti ini,
“hai para guru, para pengajar, sampaikan ilmu kalian sebagaimana yang telah kalian baca dari
sumber-sumber yang kalian baca, baik dari sumber agama dan sumber-sumber penunjang
lainnya. Ajarkan kepada para murid kalian dengan sabar jika sebagian murid ada yang belum
memahami apa yang kalian sampaikan. Setelah itu, jangan memberi keputusan atau penilaian
hasil belajar karena menuruti hawa nafsu, karena emosi, karena perasaan suka atau tidak.

B. Hadis-hadis Tarbawi

Ditinjau dari segi bahasa, lafadz Hadits berasal dari kata “ Hadatsa-Yahdutsu-Hudutsun-
Hadatsatun-Haaditsun-Mahdutsun “ yang memiliki makna Baru, dekat, berita ataupun
riwayat. Sedangkan menurut istilah (Jumhuru’l-Muhadditsin) ialah sesuatu yang di sandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan
yang sebagainya. Sedangkan“Tarbawi” adalah terjemahan dari bahasa Arab, yaitu Rabba-
Yurabbi-Tarbiyyatan. Yang bermakna pendidikan, pengasuhan, dan pemeliharaan. Jadi yang
dimaksud dengan Hadits Tarbawi ialah Hadits yang membahas tentang pendidikan yang di
ajarkan oleh Rosululloh SAW.

Kata “Pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang dalam bahasa Arabnya adalah
“Tarbiyah”, dengan kata kerja “Rabba”. Kata “Pengajaran” dalam bahasa arabnya adalah
“ta’lim” dengan kata kerjanya adalah “Allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa
Arabnya “Tarbiyah wa ta’lim”. Sedangkan pendidikan islam dalam bahasa Arabnya
adalah ”Tarbiyah Islamiyah”.Namun Islam memiliki konsep yang sangat universal tentang
sebuah pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya diartikan atau di maknai sebagai
tarbiyah, tetapi mencakup juga ta’lim dan ta’dib, sebagaimana telah diajarkan oleh Rosululloh
SAW. Pendidikan dalam Islam tidak hanya mengacu pada transfer pengetahuan atau ilmu ke
otak sebagai simbol intelektualitas, namun juga melibatkan hati (spiritualitas) dan perilaku
(akhlak).Dengan adanya pendidikan seseorang akan mendapatkan sebuah nilai dan juga ilmu,
yang nantinya dengan nilai dan ilmu tersebut seseorang bisa memahami dirinya sebagai
seorang kholifah di bumi, yang ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengabdi kepada-Nya.
1. Manusia dan potensi pendidiknnya

َ ُ‫ ُك ُّل َم ْولُ ْو ٍد يُ ْولَد‬: ‫سلَّ َم‬


‫علَى‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ‫صلَّى هللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ع ْنهُ قَا َل‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن اَبِ ْى ه َُري َْرةَ َر‬ َ
) ‫َارى َو ُم ْس ِل ْم‬ِ ‫(ر َواهُ ْالبُخ‬ َ ‫َص َرنِ ِه اَ ْو يُ َم ِ ِّج‬
َ ‫سنِ ِه‬ ْ ‫ْال ِف‬
ِّ ِ ‫ط َرةِ فَاَبَ َواهُ يُ َه ِّ ِودَانِ ِه اَ ْو يُن‬

Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda :

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)

‫ب‬ِ ِّ ‫ ُح‬: ‫صا ٍل‬ َ ‫ث ِخ‬ ِ ‫علَى ثَ ََل‬ َ ‫ اَ ِدِّب ُْوا اَ ْو َالدَ ُك ْم‬: ‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ع ْنهُ قَا َل‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ي ٍ َر‬ َ ‫ع ْن‬
ِّ ‫ع ِل‬ َ
ُ‫(ر َواه‬ ْ َ‫نَ ِب ِِّي ُك ْم َوحُبِّ ِ اَ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َو قِ َرأَة ُ ْالقُ ْرأَ ِن فَإِ َّن َح ْملَةَ ْالقُ ْرأَنُ فِ ْي ِظ ِِّل هللاِ يَ ْو َم َال ِظ ٌّل ِظلَّهُ َم َع اَ ْن ِبيَائِ ِه َوا‬
َ ‫ص ِفيَائِ ِه‬
) ‫الدَّ ْيلَ ِم‬

Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :

“Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan
keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi
Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain
lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)

2. Legalitas penyelenggaraan dan tujuan Pendidikan

َ َ‫سا فَت ُ ْهلِك‬


ُ‫(ر َواه‬ ِ ‫عا ِل ًما اَ ْو ُمتَ َع ِلِّ ًما اَ ْو ُم ْست َِم ًعا اَ ْو ُم ِحبًا َو َال تَ ُك ْن َخ‬
ً ‫ام‬ َ ‫ ُك ْن‬:‫سلَّم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُّ ‫قَا َل النَّ ِب‬
َ ‫ي‬
)‫ق‬ ِ ‫ْال َب ْي َه‬

Telah bersabda Rasulullah SAW :


”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang belajar, atau orang yang
mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang
kelima maka kamu akan celaka” (H.R Baehaqi)

ِ ‫(ر َواهُ ْالبُخ‬


‫َارى َو ُم ْس ِل ٌم‬ َ ‫َم ْن اَ َرادَ الدُّ ْنيَا فَعَلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم َو َم ْن اَ َرادَ ْاْل َ ِخ َرةَ فَعَلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم َو َم ْن اَ َرادَه ُِما فَعَلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬
)“

Barang siapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu.Barang siApa yang
menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu.Barangsiapa yang menghendaki keduanya
maka dengan ilmu” (HR. Bukhori dan Muslim)

Penutup

Tafsir adalah mengungkap dan menjelaskan makna al-Quran yang belum jelas, samar, menjadi
jelas maknanya sehingga mudah diambil hikmah dan maksud yang dikandungnya.

Hadis ialah sesuatu yang di sandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Baik berupa perkataan,
perbuatan, pernyataan (taqrir) dan yang sebagainya.

Sedangkan“Tarbawi” adalah terjemahan dari bahasa Arab, yaitu Rabba-Yurabbi-Tarbiyyatan.


Yang bermakna pendidikan, pengasuhan, dan pemeliharaan.

Jadi yang dimaksud dengan Tafsir Hadis Tarbawi ialah ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis
yang membahas tentang Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai