Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SUMBER PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU :

RIZKI SUSANTO, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

Beri Prima (12001259)

Tohir (12001363)

Siti Soliha (12001265)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PRROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1

C. TUJUAN MASALAH..................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. PENGERTIAN SUMBER PENDIDIKAN ISLAM.....................................2

B. MACAM-MACAM SUMBER PENDIDIKAN ISLAM..............................3

C. PERAN SUMBER BELAJAR DALAM ISLAM......................................12

BAB III..................................................................................................................14

PENUTUP..............................................................................................................14

A. KESIMPULAN...........................................................................................14

B. SARAN.......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

i
KATA PENGANTAR

‫ــــــــــــــــــم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬


ِ ‫س‬
ْ ِ‫ب‬

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
Ridho-nya kita masih diberikan kesehatan dan dapat beraktivitas sehari-hari.
Makalah ini dibuat untuk membantu mahasiswa sekaligus melengkapi referensi
pengembangan keilmuan dan pengetahuan sehingga mahasiswa dapat memahami
tujuan dan kegunaan pembelajaran mata kuliah ILMU PENDIDIKAN ISLAM
pada materi Sumber Pendidikan Islam.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan masukan dengan sumbangsih yang sifatnya untuk perbaikan dan
meningkatkan kualitas pembelajaran Mahasiswa, tentunya Makalah ini masih
banyak kelemahan - kelemahannya, Atas dukungan dan kerjasama yang baik kami
ucapkan terima kasih.

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kehidupan dan penghidupan umat islam banyak masalah yang
dihadapi Demikian pula dalam pendidikan islam mempunyai problema yang sama
dalam kehidupan pada umumnya. Segala persoalan dalam islam hendaklah selalu
dikembangkan kepada sumber-sumber autentik yang dapat dijadikan hujjah untuk
menghasilkan sesuatu yang berhubungan dengan perundangan.
Jika berbicara tentang politik ada sumbernya, ekonomi ada sumbernya,
pendidikan islam juga ada sumbernya. Menurut Dr. Sa’id Ismail Ali bahwa
sumber-sumber pendidikan islam ada lima macam: Al-Qur’an, Sunnah Nabi, kata-
kata sahabat, kemaslahatan masyarakat (sosial), nilai-nilai dan kebiasaan
masyarakat Dua sumber yang pertama di atas menjadi sumber dasar, sedangkan
yang lainnya bermuara kedua sumber tersebut. Jika sesuai diterima, jika tidak
maka ditolak. Demikianlah apa yang pernah dilakukan oleh para sahabat nabi,
para pengikut beliau, dan para pemikir muslim dalam berbagai bidang keahlian
mereka masing-masing..
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Sumber Pendidikan Islam?
2. Apa Saja Macam-Macam Sumber Pendidikan Islam?
3. Apa Peran Sumber Belajar Dalam Islam?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Sumber Pendidikan Islam
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Macam-Macam Sumber Pendidikan Islam
3. Untuk Mengetahui Apa Peran Sumber Belajar Dalam Islam
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SUMBER PENDIDIKAN ISLAM


Sumber pendidikan islam adalah acuan atau rujukan yang darinya
memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditransinternalisasikan
dalam pendidikan islam. Sumber ini tentunya telah diyakini kebenaran dan
kekuatannya dalam menghantar aktivitas pendidikan dan telah diuji dari waktu ke
waktu. Sumber pendidikan islam terkadang disebut dengan dasar ideal pendidikan
islam. Urgensi penentuan sumber di sini adalah untuk:
1. Mengarahkan tujuan pendidikan islam yang ingin dicapai
2. Membingkai seluruh kurikulum yang dilakukan dalam proses belajar
mengajar, yang di dalamnya termasuk materi, metode, media, sarana, dan
evaluasi.
3. Menjadi standar dan tolak ukur dalam evaluasi, apakah kegiatan pendidikan
telah mencapai dan sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum.

Sumber pendidikan Islam dapat diketahui dari firman Allah dalam Al-Quran Surat
An-Nisa’ ayat 59:

‫هّٰللا‬
ْ ‫س ْو َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم َفاِنْ تَنَازَ ْعتُ ْم ِف ْي ش‬
‫َي ٍء‬ ُ ‫ٰيٓا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْي ُعوا َ َواَ ِط ْي ُعوا ال َّر‬
‫هّٰلل‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫س ْو ِل اِنْ ُك ْنتُ ْم تُؤْ ِمنُ ْونَ بِا ِ َوا ْليَ ْو ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذلِكَ َخ ْي ٌر َّواَ ْح‬
‫سنُ تَأْ ِو ْياًل‬ ُ ‫فَ ُرد ُّْوهُ اِلَى ِ َوال َّر‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
3

Berdasarkan ayat diatas, sumber pendidikan islam ada tiga, yaitu Allah SWT
(Al Qur’an), Nabi Muhammad SAW (As-Sunnah), dan Ulil Amri
(Sahabat/ulama). Menurut Sa’id Ismail Ali, sebagaimana yang dikutip oleh Hasan
Langgulung, sumber pendidikan islam terdiri atas enam macam, yaitu Al Qur’an,
As Sunnah, kata-kata sahabat, kemaslahatan umat/sosial (Mashalih Al Mursalah),
tradisi atau adat kebiasaan masyarakat (‘uruf), dan hasil pemikiran para ahli dalam
islam (ijtihad). Keenam sumber pendidikan islam tersebut didudukkan secara
hierarkis. Artinya rujukan pendidikan islam diawali dari sumber pertama (Al
Qur’an) untuk kemudian dilanjutkan pada sumber-sumber berikutnya secara
berurutan..

B. MACAM-MACAM SUMBER PENDIDIKAN ISLAM


1. Al Qur’an

Secara etimologi Al Qur’an berasal dari kata qara’a-yaqra’u-qira’atan atau


qur’anan, yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) atau menghimpun (al-dhammu)
huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian lain secara teratur.
Muhammad Salim Muhsin mendefinisikan Al Qur’an dengan: “Firman Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tertulis dalam mushaf-
mushaf dan dinukil/diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir dan
membacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang (bagi yang tidak
percaya) walaupun surat terpendek”. Sedangkan Muhammad Abduh
mendefinisikan Al Qur’an: “Kalam mulia yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW, ajarannya mencakup keseluruhan ilmu
pengetahuan. Ia merupakan sumber yang mulia yang esensinya tidak dimengerti
kecuali bagi orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas”.

Al Qur’an dijadikan sebagai sumber pendidikan islam yang pertama dan


utama karena ia memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Tuhan. Allah SWT
menciptakan manusia dan Dia pula yang mendidik manusia, yang mana
pendidikan itu telah termaktub dalam wahyu-Nya. Tidak satu pun persoalan,
4

termasuk persoalan pendidikan yang luput dari jangkauan Al Qur’an.


Sebagaimana firman Allah QS. Al An’am ayat 38:

َ ‫َي ٍء ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ِه ْم يُ ْح‬


َ‫ش ُر ْون‬ ِ ‫َما فَ َّر ْطنَا فِى ا ْل ِك ٰت‬
ْ ‫ب ِمنْ ش‬

Artinya : “Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab, kemudian


kepada Tuhanlah mereka dihimpun ”

Dan QS. An Nahl ayat 89:

ْ ‫َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْيكَ ا ْل ِك ٰت َب تِ ْبيَانًا لِّ ُك ِّل ش‬


ْ ‫َي ٍء َّو ُهدًى َّو َر ْح َمةً َّوبُش ْٰرى لِ ْل ُم‬
َ‫سلِ ِميْن‬

Artinya : “Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk


menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri ”.

Dua ayat tersebut memberikan isyarat bahwa pendidikan islam cukup digali dari
sumber autentik islam, yaitu Al Qur’an. Menurut Dr. Sa’id Ismail Ali di dalam Al
Qur’an terdapat beberapa keistimewaan dalam usaha pendidikan manusia, di
antaranya:

a. Menghormati akal manusia.


b. Bimbingan ilmiah.
c. Tidak menentang fitrah manusia.
d. Penggunaan cerita-cerita untuk tujuan pendidikan.
e. Memelihara keperluan-keperluan sosial.[1]

Penurunan Al-Quran yang dimulai dengan ayat-ayat yang mengandung


konsep pendidikan dapat menunjukan bahwa tujuan Al-Qur’an yang penting
adalah mendidik manusia melalui metode yang bernalar serta sarat dengan
kegiatan meneliti, membaca, mempelajari, dan observasi ilmiah terhadap manusia
1
Djumranjah, Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam; Menggali ‘Tradisi’,
Mengukuhkan Eksistensi, UIN-Malang Pres, Malang: 2007, Hal. 62
5

sejak manusia masih dalam bentuk segumpal darah. Sebagaimana firman Allah
berikut ini:(Al-Alaq:1-5)[2]

Nilai esensi dalam Al Qur’an selamanya abadi dan selalu relevan setiap waktu
dan zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Perubahan dimungkinkan hanya
menyangkut masalah interpretasi mengenai nilai-nilai instrumental dan
menyangkut masalah teknik perasional. Pendidikan islam yang ideal harus
sepenuhnya mengacu pada nilai dasar Al Qur’an, tanpa sedikitpun
menghindarinya. Sehingga Al Qur’an secara normatif mengungkapkan lima aspek
pendidikan dalam dimensi-dimensi kehidupan manusia meliputi:

a. Pendidikan menjaga agama (hifdz al-din), yang mampu menjaga eksistensi


agamanya; memahami dan melaksanakan ajaran agama secara konsekuen
dan konsisten; mengembangkan, meramaikan, mendakwahkan, dan
mensyiarkan agama.
b. Pendidikan menjaga jiwa (hifdz al-nafs), yang memenui hak dan
kelangsungan hidup diri sendiri dan masing-masing anggota masyarakat.
Karenanya perlu diterapkan hukum qishash (pidana islam) bagi yang
melanggarnya, seperti hukuman mati.
c. Pendidikan menjaga akal pikiran (hifdz al-‘aqal), yang menggunakan akal
pikirannya untuk memahami tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan
hukum-hukum-Nya; menghiindari perbuatan yang merusak akalnya
dengan minum khamar atau zat adiktif, yang karenanya diberlakukan had
(sanksi), seperti cambuk.
d. Pendidikan menjaga keturunan (hifdz al-nasb), yang mampu menjaga dan
melestarikan generasi muslim yang tangguh dan berkualitas; menghindari
perilaku seks yang menyimpang, seperti free sex, kumpul kebo,
homoseksual, lesbian, sodomi, yang karenanya diundang-undangkan
hukum rajam (lempar batu) atau cambuk.

2
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, Gema Insani
Press, Jakarta:1995, Hal. 28-29.
6

e. Pendidikan menjaga harta benda dan kehormatan (hifdz al-mal wa al-


iirdh), yang mampu mempertahankan hidup melalui pencarian rejeki yang
halal; menjaga kehormatan diri dari pencurian, penipuan, perampokan,
pencekalan, riba, dan kezaliman.[3]

2. As-Sunnah
As-Sunnah menurut bahasa berarti tradisi yang bisa dilakukan atau jalan yang
dilalui, baik yang terpuji maupun tercela. Menurut istilah As-Sunnah adalah
segala sesuatu yang dinukilkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa perkataan,
perbuatan, dan taqrirnya. Termasuk selain itu adalah sifat-sifat, keadaan, dan cita-
cita (himmah) Nabi SAW yang belum kesampaian. Misalnya sifat-sifat baik
beliau, silsilah (nasab), nama-nama dan tahun kelahirannya yang ditetapkan oleh
para ahli sejarah”. Sunah merupakan penjelasan Al-Qur’an, karena Al-Qur’an
umumnya hanya menjelaskan ketentuan-ketentuan secara garis besar. Sunah
adalah petunjuk hidup manusia dalam segala aspeknya agar tumbuh secara wajar
dan takwa kepada Allah. Umat islam semestinya mengikuti sunah rasul dengan
alasan tiga faktor berikut:

1. Sebagai Nabi dan utusan Allah, Nabi Muhammad merupakan orang yang
paling tahu tentang agama yang dibawanya (Islam), dan paling sempurna
dalam hal mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam.

2. Seorang muslim selain diharuskan untuk taat kepada Allah, juga harus patuh
dan mengikuti jejak langkah orang yang menjadi Nabi dan utusan-Nya yaitu
Nabi Muhammad. Jejak langkah Nabi Muhammad inilah yang disebut Sunah
Nabi yang menjadi sumber hukum dan ajaran kedua sesudah kitab suci Al-
Qur’an.

3. Dalam kenyataannya pribadi Nabi Muhammad adalah sangat mulia dan


disebut insan kamil (manusia sempurna). Kesempurnaan pribadi Nabi ini tidak

3
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media, Jakarta: 2010, Hal. 36
7

saja terjadi sesudah masa kenabian, tetapi hal itu telah terjadi semenjak beliau
belum diutus menjadi Nabi.[4]

Adapun corak pendidikan islam yang diturunkan dari Sunnah Nabi adalah sebagai
berikut:

a. Disampaikan sebagai ramat lil ‘alamin (rahmat bagi semua alam), yang ruang
lingkupnya tidak sebatas spesies manusia, tetapi juga pada makhluk biotik dan
abiotik lainnya. Seperti firman Allah QS. Al Anbiya’: 107

َ‫س ْل ٰن َك اِاَّل َر ْح َمةً لِّ ْل ٰعلَ ِميْن‬


َ ‫َو َمٓا اَ ْر‬

“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.”

b. Disampaikan secara utuh dan lengkap, yang memuat berita gembira dan
peringatan pada umatnya. Sebagaimana surat Saba’ ayat 28:

ِ ‫ش ْي ًرا َّونَ ِذ ْي ًرا َّو ٰل ِكنَّ اَ ْكثَ َر النَّا‬


َ‫س اَل يَ ْعلَ ُم ْون‬ ِ ‫س ْل ٰن َك اِاَّل َك ۤافَّةً لِّلنَّا‬
ِ َ‫س ب‬ َ ‫َو َمٓا اَ ْر‬

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui”.

c. Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak (QS Al Baqarah: 119)


dan terpelihara autentitasnya (QS. Al Hijr: 9).

d. Kehadirannya sebagai evaluator yang mampu mengawasi dan senantiasa


bertanggung jawab atas aktivitas pendidikan (QS. Al Fath: 8).

4
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Rizki Putra, Sematrang:
2013, Hal. 29
8

e. Perilaku nabi tercermin sebagai uswah hasanah yang dapat dijadikan figur
atau suri teladan (QS. Al Ahzab: 21), karena perilakunya dijaga oleh Allah
(QS. AnNajm: 3-4), sehingga beliau tidak pernah berbuat maksiat.

f. Dalam masalah teknik operasional dalam pelaksanaan pendidikan islam


diserahkan penuh pada umatnya. Strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran diserahkan penuh pada ijtihad umatnya, selama hal itu tidak
menyalahi aturan pokok dalam islam.[5]

Pada hakikatnya, keberadaan sunnah ditujukan untuk mewujudkan dua sasaran,


antara lain,

a. Menjelaskan apa yang terdapat dalam Al-Quran. Tujuan ini di isyaratkan


Allah dalam QS. An-Nahl ayat 44:

َ‫س َما نُ ِّز َل اِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّ ُه ْم يَتَفَ َّك ُر ْون‬ ِّ ‫الزبُ ۗ ِر َواَ ْنزَ ْلنَٓا اِلَ ْي َك‬
ِ ‫الذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلنَّا‬ ِ ‫بِا ْلبَيِّ ٰن‬
ُّ ‫ت َو‬

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan”

b. Menjelaskan syariat dan pola perilaku sebagaimana ditegaskan firman Allah:

َ‫س ْواًل ِّم ْن ُه ْم يَ ْتلُ ْوا َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتِ ٖه َويُزَ ِّك ْي ِه ْم َويُ َعلِّ ُم ُه ُم ا ْل ِك ٰت َب َوا ْل ِح ْك َمة‬ ْ ‫ُه َو الَّ ِذ‬
ُ ‫ي بَ َع َث فِى ااْل ُ ِّم ٖيّنَ َر‬

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah
(As-Sunnah)....’’(QS. al-Jumuah:2)[6]

3. Perilaku dan Pendapat Para Sahabat atau Ulama sebagai Sumber


Pendidikan Islam

5
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media, Jakarta: 2010, Hal: 37
6
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, Gema Insani
Press, Jakarta:1995. Hal 30-32.
9

‫هّٰللا‬
ْ ‫س ْو َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم َفاِنْ تَنَا َز ْعتُ ْم فِ ْي ش‬
‫َي ٍء‬ ُ ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْي ُعوا َ َواَ ِط ْي ُعوا ال َّر‬
‫هّٰلل‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫س ْو ِل اِنْ ُك ْنتُ ْم تُؤْ ِمنُ ْونَ بِا ِ َوا ْليَ ْو ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذلِكَ َخ ْي ٌر َّواَ ْح‬
ࣖ ‫سنُ تَأْ ِو ْياًل‬ ُ ‫فَ ُرد ُّْوهُ اِلَى ِ َوال َّر‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul


(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian,
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Berdasarkan Surat An-Nisa’ ayat 59 di atas dapat disimpulkan bahwa para


pemimpin diistilahkan ulil amri yang harus ditaati. Maka mereka menjadi salah
satu sumber bagi penyelenggara pendidikan. Pemimpin/ulama tersebut adalah
para pemimpin yang memiliki karya atau pemikiran yang berkaitan dengan
pendidikan islam. Dalam kenyataan para sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in atau ulama-
ulama terdahulu memiliki karya yang sangat besar bagi pendidikan islam.
Sumbangan pemikiran dan ahli didik seprti Imam Al Ghazali, ibnu Khaldun, ibnu
Seina, dan lain-lain, kesemuanya itu dapat dijadikan sebagai rujukan dalam
pembahasan pendidikan islam. Pendapat dan perilaku tersebut diterima selama
tidak menyimpang Al Qur’an dan Sunnah. Apabila pendapat dan perilaku tersebut
menyimpang, maka wajib ditinggalkan.[7]

Sahabat adalah orang yang pernah berjumpa dengan nabi dalam keadaan
beriman dan mati dalam keadaan beriman juga. Upaya sahabat nabi dalam
pendidikan islam sangat menentukan bagi perkembangan pemikiran pendidikan
dewasa ini. Upaya yang dilakukan Abu Bakar As sidiq, misalnya mengumpulkan
Al-Qur’an dalam satu mushaf yang dijadikan sebagai sumber utama pendidikan
islam; meluruskan keimanan masyarakat dari kemurtadan dan memerangi
pembangkang dari pembayaran zakat. Sedangkan upaya yang dilakukukan umar
bin khatab adalah ia sebagai bapak revolusioner terhadap ajaran islam.
Tindakannya dalam memperluas wilayah islam dan mengurangi kezaliman
menjadi salah satu model dalam membangun strategi dan perluasan pendidikna

7
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Rizki Putra, Semarang: 2013, Hal. 29
10

islam dewasa ini. Sedangkan Usman bin Affan berusaha untuk menyatukan
sistematika berpikir ilmiah dalam menyatukan susunan Al Qur’an dalam satu
mushaf. Sementara Ali bin Abi Thalib banyak merumuskan konsep-konsep
kependidikan sebagaimana seyogyanya etika peserta didik pada pendidikannya,
bagaiman ghirah pemuda dalam belajar, dan sebaliknya.[8] Oleh karena mereka
yang paling dekat dengan Rasulullah dan yang menyaksikan perkembangan
agama islam sejak awal, serta mereka pula yang mengalami pasang surutnya
perjuangan dalam dakwah islam bersama Rasulullah SAW, maka atsar (kata-kata
sahabat) juga dijadikan sumber pendidikan islam

4. Kemaslahatan Umat Sosial (Maslahah al-Mursalah)

Maslahah atau kemaslahatan sosial banyak mendapat perhatian dari para


ulama yang ditulis dalam perundang-undangan dan sejarah islam. Menurut imam
Al-ghozali, maslahah merupakan menjaga tujuan agama pada manusia yang
terdiri dari 5 perkara, yaitu menjaga agamanya, dirinya, akalnya, keturunanya, dan
harta bendanya. Islam sebagai agama diturunkan ke dunia oleh Allah bertujuan
untuk memberi kemaslahatan untuk manusia dan menjauhkan kerusakan dan
kemudaratan bagi mereka. Oleh karena itu, kemaslahatan sosial menjadi salah
satu sumber pendidikan, karena termasuk dalam hal-hal yang sesuai dengan
hikmah islam.

5. Nilai-nilai dan Kebiasaan Masyarakat (‘Uruf)

Sumber pendidikan islam selanjutnya adalah nilai-nilai dan kebiasaan sosial.


Maksud nilai-nilai sosial adalah kata yang kita nyatakan untuk menunjukan
kepada suatu proses penilaian yang dianuat manusia. Sedangkan kebiasaan sosial
ialah segala tingkah laku yang berulang-ulang yang diperoleh secara sosial,
dipelajari dan diamalkan secara sosial serta diwarisi secara sosial pula. Kebiasaan
sosial tersebut hanya terbatas pada masalah adat istiadat saja. Menurut mazhab
Hanafi dan Maliki, nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat dapat digunakan dalam
menentukan hukum. Jika dalam bidang perundang-undangan hal ini dijadikan

8
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media, Jakarta: 2010, Hal. 37
11

hujjah, maka dalam pendidikan islam pun kebiasaan masyarakat menjadi bahan
pertimbangan pula.[9]

6. Hasil Pemikiran Para Pemikir Islam (Ijtihad)

Ijtihad menurut bahasa adalah bekerja dengan sungguh-sunggguh dalam suatu


perbuatan. Menurut istilah ijtihad ialah menggunakan segala kesungguhan untuk
menetapkan hukum-hukum syari’at islam yang belum ditegaskan di dalam Al
Qur’an dan As Sunnah. Ijtihad juga digunakan untuk seluruh aspek kehidupan
umat manusia, termasuk aspek pendidikan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas
bahwa Al Qur’an dan Sunnah umumnya memberikan tuntunan kehidupan
manusia hanya secara garis besar. Oleh karena itu, umat islam harus berusaha
memeras tenaga untuk dapat menginterpretasikan dan mengimplementasikan
pedoman umum itu dalam bentuk perincian. Sehingga umat islam dapat mengikuti
alur atau perubahan pemikiran masyarakat yang berlaku selama alur tersebut itu
tidak menyimpang dari pokok-pokok al Qur’an dan hadis Rasulullah.[10]

Dengan beberapa hasil pemikiran para pemikir islam, terutama dalam bidang
pendidikan banyak mempengaruhi perkembangan di dunia islam seperti falsafah,
fiqih, ilmu kalam, tasawuf, dan lain-lain. Beberapa tokoh pemikir islam, antara
lain Imam malik, Imam Syafi’i, dan para ahli agama lainya seperti Ibnu sina, Ibnu
Rusydi, Ibnu Majah, dan para penemu ahli lainnya. Meskipun banyak yang telah
hilang dimusnahkan oleh kebiadaban Jenghis Khan dan orang-orang Kristen di
Spanyol yang tega memenggal kepala ilmuan muslim, namun hasil karya mereka
masih banyak yang kekal memenuhi perpustakaan di Timur dan Barat. Oleh
karena itu, hasil pemikiran dari pemikir muslim dijadikan sumber dalam
pendidikan islam.[11]

Dengan ijtihad ini diharapkan mampu menginterpretasikan dan menemukan


pola serta sistem pendidikan baru yang mampu menaggapi perkembangan zaman
9
9. Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Rizki Putra, Semarang: 2013, Hal.
29
10
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Rizki Putra, Sematrang: 2013, Hal.
29
Djumransjah, Adul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam; Menggali ‘Tradisi,
11

mengukuhkan Eksistensi’, UIN-Malang Pres, Malang:2007, Hal. 62-65


12

dan kemajuan teknologi. Serta mampu memenuhi keinginan ide-ide atau falsafah
hidup yang dianut oleh masyarakat asalkan tidak bertentangan dengan prinsip
dasar Al Qur’an dan Sunnah. Oleh karena itu, ijtihad memiliki jangkauan yang
luas dan perlu dikembangkan umat islam dalam berambisi untuk semakin maju
dan berkembang serta mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan hidupnya

C. PERAN SUMBER BELAJAR DALAM ISLAM


1. Menambahkan iman dan taqwa kepada tuhan yang maha kuasa.
2. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan
informasi yang mampu menembus batas geografis.
3. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan:
a. Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu
secara lebih baik dan
b. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih
banyak membina dan mengembangkan gairah.
4. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,
dengan cara:
a. Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan
b. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannnya.
5. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:
a. perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan
b. pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
6. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan:
a. Meningkatkan kemampuan sumber belajar;
b. Menyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
7. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu:
a. mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan
abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit;
b. memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setiap umat Muslim laki-laki maupun perempuan diwajibkan untuk mencari
ilmu, terutama ilmu pendidikan islam. Supaya ilmu pendidikan Islam tidak
menyimpang dari ketetapan hukum syariat, maka diperlukan sumber-sumber
pendidikan islam sebagai acuan atau landasan mutlak. Di antara sumber
pendidikan islam menurut Dr. Sa’id Ismail Ali yaitu Al Qur’an, As Sunnah, kata-
kata sahabat, kemaslahatan umat/sosial (Mashalih Al Mursalah), tradisi atau adat
kebiasaan masyarakat (‘uruf), dan hasil pemikiran para ahli dalam islam (ijtihad).

B. SARAN

Setitik harapan dari kami sebagai penyusun kepada semua pihak baik
pengoreksi maupun pembaca untuk memberikan kritik dan saran kepada kami.
Karena makalah yang kami susun ini masih terlihat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk
memperbaiki kekurangan yang ada dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

An Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan


Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press.

Djumranjah, Amrullah, Abdul Malik Karim. 2007. Pendidikan Islam; Menggali


‘Tradisi’, Mengukuhkan Eksistens. Malang: UIN-Malang Pres.

Mujib, Abdul. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Uhbiyati , Nur. 2013. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam. Sematrang: Pustaka


Rizki Putra.

Nata, Abudin. 2012.  Ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

Ramayulis. 2012. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: kalam mulia.

Purwadarminta, W.J.S. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka.

Mujib, Abdul & Jusuf Mudzakkir.Ilmu Pendidikan Isalm, Jakarta: Kencana


Prenada Medi.
16

Anda mungkin juga menyukai