Anda di halaman 1dari 5

RESUME JURNAL

STUDI ETNOPEDAGOGI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
DI ERA MILLENNIAL: STUDI KASUS MIN 1 SAMBAS

PENGEMBANGAN KURIKULUM SD/MI

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Aslan, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

KURNIA NINGSIH

102.2019.062

INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

2019/2020
Tantangan dalam dunia pendidikan terus meningkat karena perkembangan era teknologi dari
era pertanian dan industry,Oleh karena itu, generasi yang lahir di abad 21 atau yang dikenal
dengan sebutan milenial ini sangat bergantung pada teknologi yang menggantikan posisi orang
tua, guru, dan tokoh masyarakat. Revolusi industri 4.0 tidak hanya “mengguncang” eksistensi
manajemen pendidikan melainkan juga menantang kemajuan pendidikan yang lebih baik di masa
depan, Sebab Guru cenderung kehilangan eksistensinya sebagai pendidik, selain itu, sosialisasi
dalam masyarakat pun telah bergeser dari perasaan sosial ke perasaan asosial. Hal ini disebabkan
banyaknya pengaruh nilai asing yang masuk ke wilayah Indonesia tanpa melalui proses
penyaringan. Oleh karena itu, bila pengaruh ini dibiarkan, tentu cenderung merusak moral dan
akhlak para generasi muda, khususnya pelajar. untuk meminimalisir arus globalisasi yang saat ini
semakin parah dari rendahnya karakter anak anak zaman sekarang maka Penting adanya budaya
lokal digali kembali untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia yang beradab, santun,
ramah, dan berbudi luhur.
Etno pedagogi merupakan sumber inovasi dan keterampilan sosial yang dibangkitkan,
disimpan, dikelola, dan diwariskan di masing masing bidang. Ketika perubahan sosial semakin
mencekam dalam kehidupan masyarakat dengan nilai nilai negatif yang melingkupinya,
lembaga pendidikan berbasis etnopedagogi menjadi arena untuk meminggirkan nilai nilai
budaya negatif tersebut. Pendidikan etnopedagogik tujuan sekolah adalah untuk mengembalikan
karakter siswa sesuai dengan karakteristik Melayu Sambas, yaitu menunjukkan budaya malu
yang mencerminkan gengsi (martabat), penekanan pada kehormatan, reputasi, dan harga diri
daripada kesalahan. Hal ini juga terkait dengan nilai nilai gotong royong, musyawarah, hidup
sederhana DLL.
Lembaga pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga mengajarkan
budaya kepada peserta didik sesuai dengan daerahnya masing masing. Setiap tahun terjadi
peningkatan kasus luar biasa di Sambas. Menurut penelitian, beberapa peristiwa memilukan
terjadi di masyarakat Sambas selama lima tahun terakhir, dengan peningkatan jumlah kekerasan
seksual pada anak di bawah umur yang tercatat 35, 43, 42 dan 14 kasus pada tahun 2011, 2012,
2013, dan 2014, Berdasarkan latar belakang tersebut maka analisis etnopedagogis menjadi
penting karena kemampuannya untuk mengurangi terjadinya krisis karakter pada anak usia
sekolah dasar di era milenial. Oleh karena itu, pendidikan etnopedagogik di MIN 1 Sambas
mengintegrasikan dan melaksanakan program-program yang membina pendidikan karakter
melalui kegiatan ekstrakurikuler. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus
kualitatif adapun Teknik pengumpulan data meliputi observasi partisipan, wawancara terstruktur
dan tidak terstruktur yang dilakukan secara mendalam kepada kepala madrasah dan guru yang
bermaksud memperoleh data di MIN 1 Sambas untuk pelaksanaan penelitian untuk membangun
pemikiran setiap orang, kegiatan, perasaan, dan kepedulian sosial, serta teknik dokumentasi.
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa program pendidikan karakter dalam Ethno
pedagogy bertujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter siswa melalui lembaga pendidikan
Islam, keluarga, dan lingkungan masyarakat yang terintegrasi melalui budaya lokal, baik dari
adat, cara berpikir, bertindak, ritual keagamaan, dan bersosialisasi dengan anggota masyarakat.
Beberapa program pengembangan diri dalam pendidikan karakter dilaksanakan di MIN 1
Sambas, antara lain sebagai berikut :
1. Kegiatan Rutin Etnopedagogik di MIN 1 Sambas
Melalui Ethno pedagogy dalam pengembangan diri, program pendidikan karakter
ditentukan dari kegiatan sehari-hari siswa sebelum memulai proses pembelajaran dan
membersihkan lingkungan madrasah dan kelas. Menurut hasil wawancara yang dilakukan
dengan guru MIN 1 Sambas, setiap hari jum'at kegiatan bakti sosial dengan istilah jum'at
prima bersih, dilaksanakan di lingkungan atau ruang kelas pada siswa. Proses ini dilakukan
untuk mengetahui personal hygiene siswa, seperti kebersihan pakaian, gigi, kuku panjang,
dan rambut. Ini selalu dilakukan seminggu sekali. Selain kegiatan rutin membersihkan
lingkungan dengan primadona, membentuk karakter (membiasakan) dibiasakan dengan
perilaku budaya yang beradab dan sopan di madrasah. Masyarakat Melayu Sambas
menggunakan bentuk sapaan dwibahasa atau bilateral untuk menentukan tingkat dalam
keluarga dan bentuk bahasa yang benar untuk adik atau kakak. Seperti contoh sapaan “usu”
sapaan yang digunakan untuk anak bungsu.
Sistem pembiasaan dwibahasa atau bilateral Sambas Melayu bertujuan untuk
membentuk pendidikan karakter dalam menciptakan budaya bahasa dan mengenal lebih
dalam keluarga Melayu Sambas, yang mengajarkan siswa kebiasaan untuk tidak
menggunakan panggilan kasar atau istilah asing yang biasa terdengar di media. Oleh karena
itu, membiasakan sapaan dalam budaya Melayu Sambas melatih siswa untuk menjalin
ikatan yang lebih erat dengan solidaritas keluarga.
2. Program Ekstrakurikuler Etno Pedagogi MIN 1 Sambas
Program ekstrakurikuler diterapkan secara teratur dan terprogram dalam kurikulum
muatan lokal madrasah. Ada berbagai kegiatan dalam program ekstrakurikuler yang terkait
dengan pendekatan dan metode dalam membina karakter siswa Kegiatan ekstrakurikuler
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Sambas terdiri dari olahraga, seni, Pramuka, PMR, dan
dukungan UKS dalam pembinaan pendidikan karakter siswa. Selain itu, kegiatan
keagamaan siswa dalam mengikuti program TPA membuat mereka terlibat dalam kegiatan
ekstrakurikuler sepulang sekolah.Kegiatan TPA MIN 1 Sambas bertujuan untuk
membentuk sikap IMTAQ dalam mengetahui makna ibadah seperti berdoa, membaca
Al-Qur'an, menghormati orang yang lebih tua, dan memperoleh prestasi dalam kompetisi.
Selain itu dari hasil wawancara Ketua MIN 1 Sambas mengungkapkan bahwa “
kegiatan ekstrakurikuler bidang latihan seni anak, seperti tari raddat, zapin, dan manggar
dipersiapkan untuk lomba tingkat kabupaten bahkan tingkat provinsi. Setiap program
ekstrakurikuler yang dibuat oleh MIN 1 Sambas sesuai dengan visi, misi dan tujuan
program dibuat oleh Lickona's opinion. Program ekstrakurikuler merupakan sarana yang
paling efektif untuk membantu siswa menumbuhkan rasa nilai sebagai manusia di
sekolahnya

Implikasi etnopedagogis pendidikan karakter di era milenial ini adalahsesuai dengan visi dan
misi madrasah untuk meningkatkan akhlak mulia berdasarkan al-Qur'andan hadits. Berbagai
programdan pendekatan dilakukan dengan unsur pedagogi Etno Melayu Sambas untuk
membentuk sikap dan perilaku keagamaan (Islam) siswa. Fungsi lembaga formal dalam
membentuk pendidikan karakter untuk karakter religius memegang peranan penting sebagai
tindak lanjut dari orang tua di rumah. Kegiatan keagamaan yang dilakukan di madrasah
menjadikan siswa menampilkan karakter religius baik di madrasah, keluarga, maupun
masyarakat. Dalam konteks penelitian ini, implikasi etnopedagogis era milenial di MIN Sambas
sebenarnya telah berhasil membina sikap dan perilaku keagamaan siswa khususnya dalam hal
hablum minallah, dengan menjadikan mereka religius, sekaligus menerapkan sikap dan perilaku
Imam dan takwa dalam kehidupan sehari-hari.
Pengaruh peran orang tua dan guru dalam membentuk sikap dan perilaku religius pada anak
sangatlah penting. Bimbingan psikologis diarahkan pada pembentukan nilai-nilai agama,
sedangkan keteladanan, pembiasaan, dan disiplin difokuskan pada amal. Keduanya memiliki
hubungan timbal balik dengan kesadaran dan pengalaman beragama yang dibentuk melalui
proses pendampingan yang terintegrasi. Hasil yang diharapkan adalah menjadi sosok manusia
yang beriman pada kesadaran beragama dan beramal shaleh Berdasarkan penelitian tentang
perilaku beragama di MIN, perlu diketahui bahwa perilaku keagamaan diperoleh dari aspek
spiritual daripada fisik. Hal ini terlihat dari mentaati peraturan yang berlaku, seperti memiliki
tanggung jawab. Sedangkan dari aspek spiritual, keagamaan, siswa terbiasa melaksanakan
ibadah seperti sholat dzuhur berjamaah, mengikuti kegiatan TPA, dan menghafal juz amma.
Implikasi etnopedagogis karakter religius dalam menghadapi era milenial di MIN 1 Sambas
memberikan program keagamaan yang terarah dan bekerjasama dengan keluarga, masyarakat,
dan pemerintah.
Kesimpulannya, kajian etnopedagogi dalam mengembangkan karakter peserta didik pada
jenjang pendidikan dasar sangat penting karena usia ini merupakan landasan bagi pembentukan
sikap dan perilaku yang terkait dengan suatu daerah. Oleh karena itu, etnopedagogi di madrasah
memperkuat karakter dan kemampuan menangkal hal-hal negatif di era milenial ini. Dengan
adanya etnopedagogi dalam pendidikan karakter, penting untuk mengimbangi dampak negatif
kapitalisme dan arus globalisasi di era milenial ini. Program MIN 1 Sambas yang bernuansa
kearifan lokal Melayu Sambas memberikan kontribusi yang signifikan terhadap sikap dan
perilaku keagamaansiswa  
Rekomendasi dalam penelitian ini adalah kurikulum muatan lokal diadakan kembali di
lembaga pendidikan sekolah atau madrasah yang sudah memiliki kurikulum muatan lokal. Oleh
karena itu, guru juga perlu menjadi milenial tanpa menghilangkan ciri khas kearifan lokal untuk
menanamkan nilai nilai yang benar pada anak sesuai kebutuhan zaman.

Anda mungkin juga menyukai