Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AL - ISLAM KEMUHAMMADIYAAN V

“PRINSIP DAN AJARAN ISLAM DALAM ILMU ”

Dosen Pengampuh : Abdul Rivai Poli SH,MH

Disusun Oleh :

Kelas 4A / kelompok 7

1. (2101002) Naya Alexandra Kakio


2. (2101065) Mahrani Lakoro

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu”.

Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Rivai Poli selaku dosen mata kuliah
Al-Islam Kemuhammadiyaan V yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu kami harapkan
kepada pembaca untuk memberikan masukan – masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan asuhan teori keperawatan ini.

Demikianlah tugas ini kami buat,apabila ada kesalahan – kesalahan kata dalam
penulisan kami memohon maaf sebesar – besarnya.

Manado.18-maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan.................................................................................................. 2
D. Manfaat................................................................................................ 2
BAB II TINJAUN TEORI

A. Prinsip dan Ajaran Islam Dalam Ilmu.................................................. 3


B. Ilmu Dalam Perspektif Islam............................................................... 7
C. Penerapan Ilmu Berbasis Sunnatullah dan Qadarullah........................ 11
D. Ayat dan hadis yang relevan................................................................ 14
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................... 16
B. Saran..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepanjang yang kita ketahui, rasanya belum ada sesuatu agamapun yang
melampaui dalamnya pandangan terhadap ilmu pengetahuan sebagaimana
pandangan yang diberikan Islam. Islam sangat gigih dalam mendorong
umat manusia untuk mencari ilmu dan mendudukkannya, sebagai sesuatu
yang utama dan mulia.
Dari sini kita dapat mengambil pengertian bahwa Allah benar-benar
menyatakan betapa tingginya nilai ilmu itu. Karena itu Allah meninggikan
kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah maupun disisi
manusia.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan”. (QS. 58 : 11).Adapun sumber
nilai dalam Islam adalah al-Quran dan sunnah Rasul. Karena banyaknya
nilai yang terdapat dalam sumber tersebut, maka dipilih dan diangkat
beberapa di antaranya yang dipandang fundamental dan dapat merangkum
berbagai nilai yang lain, yaitu tauhid, kemanusiaan, kesatuan umat
manusia, keseimbangan, rahmatan lil’alamin.
Dengan demikian, pendidikan Islam sangat ideal terutama dikarenakan
memperhatikan kebersamaan, pengembangan diri, masyarakat,
menggalakkan ilmu, dilakukan secara manusiawi, menyeluruh dan selalu
berupaya meningkatkannya.

B. Rumusan Masalah
1. Prinsip dan Ajaran Islam Dalam Ilmu
2. Ilmu Dalam Perspektif Islam
3. Penerapan Ilmu Berbasis Sunnatullah dan Qadarullah
4. Ayat dan hadis yang relevan
5. Keperawatan dalam Perspektif Islam
C. Tujuan
1. Prinsip dan Ajaran Islam Dalam Ilmu
2. Ilmu Dalam Perspektif Islam
3. Penerapan Ilmu Berbasis Sunnatullah dan Qadarullah
4. Ayat dan hadis yang relevan

D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa/i dapat berguna untuk meningkatkan pengetahuan
dan wawasan mengenai prinsip dan ajaran islam dalam ilmu
2. Bagi pembaca dapat ingin mengetahui prinsip dan ajaran islam dalam
ilmu

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Dan Ajaran Islam Dalam Ilmu


Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia,
masyarakat, pengetahuan, dan akhlak, secra jelas tercermin dalam prinsip-
prinsip pendidikan Islam. Dalam pembelajaran, pendidik merupakan
fasilitator harus mampu memberdayagunakan beraneka ragam sumber
belajar. Dalam memimpin proses pembelajaran, pendidik perlu perlu
memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dan senantiasa
mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin merealisasikannya bersama-
sama dengan peserta didik. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip
pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Integral dan Seimbang
a. Prinsip Integral
Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains
dan agama. Keduanya harus terintegrasi secara harmonis. Dalam
ajaran Islam, Allah adalah pencipta alam semesta termasuk
manusia. Allah pula yang menurunkan hukum-hukum untuk
mengelola dan melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam
fisik disebut sunatullah, sedangkan pedoman hidup dan hukum-
hukum untuk kehidupan manusia telah ditentukan pula dalam
ajaran agama yang disebut dinullah yang mencakup akidah dan
syariah.
Dalam ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan, Allah
memerintahkan agar mansuia untuk membaca yaitu dalam QS
Al-‘Alaq ayat-1-5. Dan ditempat lain ditemukan ayat yang
menafsirkan perintah membaca tersebut, seperti dalam Firman
Allah QS Al-Ankabut: Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) (QS. Al-Ankabut : 45).

4
Di sini, Allah memberikan penjelasan bahwa Al-Qur’an
yang harus dibaca. Ia merupakan ayat yang diturunkan Allah
(ayat tanziliyah, qur’aniyah) Selain itu, Allah memerintahkan
agar manusia membaca ayat Allah yang berwujud fenomena-
fenomena alam (ayat kauniyah, sunatullah), anatara lain,
“Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada dilangit dan
dibumi”(QS. Yunus : 101).
Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah
memerintahkan agar manusia membaca Al-Qur’an (ayat-ayat
quraniyah) dan fenomena alam (ayat kauniyah) tanpa
memberikan tekanan terhadap slah satu jenis ayat yang dimaksud.
Hal itu berarti bahwa pendidikan Islam harus dilaksanakan secara
terpadu (integral)
b. Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara
berbagai aspek yang meliputi keseimbangan antara dunia dan
akhirat, antara ilmu dan amal, urusan hubungan dengan Allah dan
sesama manusia, hak dan kewajiban.
Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dalam ajaran
Islam harus menjadi perhatian. Rasul diutus Allah untuk mengajar
dan mendidik manusia agar mereka dapat meraih kebahagiaan
kedua alam itu. implikasinya pendidikan harus senantiasa
diarahkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. hal ini
senada dengan FirmanAllah SWT:

‫ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا ۖ َوَأحْ ِسن‬ َ َ‫َصيب‬


ِ ‫سن‬َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَاكَ هَّللا ُ ال َّدا َر اآْل ِخ َرةَ ۖ َواَل تَ ْن‬
َ‫ض ۖ ِإ َّن هَّللا َ اَل يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِدين‬
ِ ْ‫َك َما َأحْ َسنَ هَّللا ُ ِإلَ ْيكَ ۖ َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِي اَأْلر‬
“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan

4
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. ” (Al-Qashas : 77)
Dalam dunia pendidikan, khususunya dalam pembelajaran,
pendidik harus memperhatikan keseimbangan dengan menggunakan
pendekatan yang relevan. selain mentrasfer ilmu pengetahuan, pendidik
perlu mengkondisikan secara bijak dan profesional agar peserta didik
dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di dalam maupun di luar
kelas.
2. Prinsip Bagian dari Proses Rububiyah
Al-Qur’an menggambarkan bahwa Allah adalah Al-Khaliq, dan
Rabb Al-Amin (pemelihara semesta alam). Dalam proses penciptaan
alam semesta termasuk manusia. Allah menampakan proses yang
memperlihatkan konsistensi dan keteraturan. Hal demikian kemudian
dikenal sebagai aturan-aturan yang diterpakan Allah atau disebut
Sunnatullah.
Sebagaiman Al-Kailani yang dikutip oleh Bukhari Umar dalam
bukunya menjelaskan, bahwa peranan manusia dalam pendidikan
secara teologis dimungkinkan karena posisinya sebagai makhluk,
ciptaan Allah, yang paling sempurna dan dijadikan sebagai
khalifatullah fi al-ardh.
Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi rubbubiyah
Allah terhadap alam semesta termasuk diri manusia sendiri. Dengan
perimbangan tersebut dapat dikatakan bahwa karakter hakiki
pendidikan Isam pada intinya terletak pada fungsi rubbubiyah Allah
secara praktis dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia. Dengakn
kata lain, pendidikan Islam tidak lain adalah keseluruhan proses dan
fungsi rubbubiyah Allah terhadap manusia, sejak dari proses
penciptaan samspai dewasa dan sempurna.
3. Prinsip Membentuk Manusia yang Seutuhnya
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia
yang telah tergambar dan terangkum dalam Al-Qur’an dan hadist.

5
Potret manusia dalam pendidikan sekuler diserhakan pada orang-
orang tertentu dalam msyarakat atau pada seorang individu karena
kekuasaanya, yang berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang
atau sekelompok orang semata. Pendidikan Islam dalam hal ini
merupakan usaha untuk mengubah kesempurnaan potensi yang
dimiliki oleh peserta didik menjadi kesempurnaan aktual, melalui
setiap tahapan hidupnya. Dengan demikian fungsi pendidikan Islam
adalah menjaga keutuhan unsur-unsur individual peserta didik dan
mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan Allah. Prinsip ini
harus direalisasikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran.
Pendidik harus mengembangkan baik kecerdasan intelektual,
emosional maupun spiritual secara simultan.
4. Prinsip yang Selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk
menumbuhkan dan memantapkan kecendrungan tauhid yang telah
menjadi fitrah manusia. Agama menjadi petunjuk dan penuntun ke
arah itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu menyelenggrakan
pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih kepada fungsinya
sebagai sumebr moral nilai.
Sesuai dengan ajaran Islam pula, pendidikan Islam bukan hanya
mengajarkan ilmu-ilmu sebagai materi, atau keterampilan sebagai
kegiatan jasmani semata, melainkan selalu mengaitkan semuanya itu
dengan kerangka praktik (‘amaliyyah) yang bermuatan nilai dan
moral. Jadi, pengajaran agama dalam Islam tidak selalu dalam
pengertian (ilmu agama) formal, tetapi dalam pengertian esensinya
yang bisa saja berada dalam ilmu-ilmu lain yang sering dikategorikan
secara tidak proporsional sebagai ilmu sekuler.
5. Prinsip Terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaam manusia. Akan tetapi,
perbedaan hakiki ditentukan oleh amal perbuatan manusia (QS, Al-
Mulk : 2), atau ketakwaan (QS, Al-Hujrat : 13). oleh karena itu,

6
pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, dan
universal. menurut Jalaludin yang dikutip oleh Bukhari Umar
menjelaskan bahwa keterbukaan pendidikan Islam ditandai dengan
kelenturan untuk mengadopsi unsur-unsur positif dar luar, sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dengan tetap
menjaga dasar-dasarnya yang original (shalih), yang bersumber pada
Al-Qur’an dan Hadist.

B. Ilmu dalam perspektif islam


Berbicara mengenai ilmu dalam pandangan islam memang mempunyai
cakupan yang sangat luas terutama dalam masalah nilai, etika, kebenaran,
kemajuan ilmu dan teknologi bahkan tidak jarang membicarakan sesuatu
hahekat kebenaran dan penciptaan segala sesuatu. Ditengah ramainya
dunia global yang penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, umat islam akan mampu menyamai orang-orang barat apabila
mampu menstranformasikan dan menyerap secara aktual ilmu
pengetahuan dalam rangka memahami wahyu untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan yang sesungguhnya merupakan hasil pembacaan
manusia terhadap ayat-ayat Allah swt. Jika dipandang dari sisi aksiologis
ilmu dan teknologi harus memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kehidupan manusia. Artinya, ilmu dan teknologi menjadi sarana penting
dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk mewujudkan
kemaslahatan hidup manusia seluruhnya.
Menurut pandangan religius bahwa keberadaan agama islam menjadi
sumber motivasi bagi pengembangan ilmu. Karena di dalam islam terdapat
sumber atau dasar hukum yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits dimana di
dalamnya terdapat perintah untuk berfikir dan menganalisis tentang unsur
kejadian alam semesta beserta isinya. Sebagaimana firman Allah dalam
surat Ali Imron ayat 190-191 :

7
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal (190). (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka” (191).

Berdasarkan ayat diatas manusia diperintahkan oleh Allah untuk


berfikir atas penciptaan langit dan bumi. Dengan berfikir inilah kita akan
tahu sebab suatu peristiwa itu terjadi, bagaimana peristiwa itu terjadi, dll.
Al-Qur’an menempatkan ilmu dan ilmuan dalam kedudukan yang tinggi,
sejajar dengan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam surat Al-
Mujadalah: 11.
‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم‬ ِ ِ‫ۖ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوا فِي ْال َم َجال‬
ِ ‫س فَا ْف َسحُوا يَ ْف َس‬
ۚ‫ت‬ ٍ ‫َوِإ َذا قِي َل ا ْن ُش ُزوا• فَا ْن ُش ُزوا• يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجا‬
‫َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِي ٌر‬
Artinya :“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

8
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.

Ilmu pengetahuan dalam islam mendapatkan posisi yang sangat


penting, bahkan Rasulullah saw mewajibkan manusia untuk mencarinya,
sebagaimana dalam sabda beliau yang artinya: “mencari ilmu itu
diwajibkan atas setiap mukmin laki-laki dan mukmin perempuan”.
Banyak nash Al-Qur’an yang menganjurkan manusia untuk menuntut
ilmu, seperti wahyu yang pertama kali turun merupakam ayat yang
berkenaan dengan ilmu yakni perintah untuk membaca yang terdapat
dalam surat Al-Alaq ayat 1-5: Artinya : 1) bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2) Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. 3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5) Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Disamping itu, Al-Qur’an juga menghargai panca indra dan
menetapkan bahwasannya indra adalah pintu menuju ilmu pengetahuan
sebagaimana yang terdapat dalam surat An-Nahl:78.
َ‫ار َواَأْل ْفِئ َدة‬ َ ‫َوهَّللا ُ َأ ْخ َر َج ُك ْ•م ِم ْن بُطُو ِن ُأ َّمهَاتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَ َش ْيًئا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َواَأْلب‬
َ ‫ْص‬
َ‫ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬
Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Syekh Mahmud Abdul Wahab Fayid mengatakan bahwa ayat ini
mendahuluhan pendengaran dan penglihatan daripada hati disebabkan
keduanya itu sebagai sumber petunjuk berbagai pemikiran dan
merupakan kunci membuka pengetahuan yang rasional. Dengan
demikian Al-Qur’an dan Hadits dijadikan sebagai sumber pengembangan
ilmu sampai seluas-luasnya baik ilmu umum maupun ilmu agama. Kedua
sumber hukum tersebut mempunyai peran dalam pengembangan

9
keilmuan-keilmuan dan yang melatarbelakangi munculnya berbagai ilmu
pengetahuan islam seperti ilmu Fiqh, Ushul Fiqh, Teologi, Tafsir,
Tasawuf, dll.
Menurut Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutib oleh Quraish
Shihab, mengatakan bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang
terdahulu dan yang kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum,
semuanya bersumber dari Al-Qur’an. Kuntowijoyo juga mengatakan
bahwa Al-Qur’an menyediakan kemungkinan yang sangat besar untuk
dijadikan sebagai cara berfikir. Cara berfikir inilah yang disebut dengan
paradigma Al-Qur’an atau paradigm islam. Pengembangan eksperimen-
eksperimen ilmu pengetahuan yang berdasarkan paradigma Al-Qur’an
jelas akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang
dilakukan oleh ilmuan-ilmuan islam terdahulu lewat karya-karyanya
yang dijelaskan dalam bukunya Mehdi Nakosteen, antara lain :
a. Al-Kindi, merupakan filsuf yang menulis banyak risalah-risalah
ilmiah seperti: Kitab al-Falsafah al-Dakhilat wa al-Masa`il al-
Manthiqiyyah wa al-Muqtashah wa ma Fawqa al-Thabi`iyyah
(membahas kajian filsafat dan berbagai masalah yang berhubungan
dengan logika, muskil, dan metafisika).
b. Ibnu Sina, kitabnya yang terkenal adalah Al-Qanun fit-Thibb yang
tersusun secara sistematis dalam bidang kedokteran.
c. Yahya Ibnul Batriq yang telah banyak menterjemahkan banyak
karya Plato dan Aristoteles kedalam bahasa arab.
d. Ibnu Khaldun, seorang yang ahli teori pendidikan.
e. Zakariyya Ar-Razi, seorang ahli kimia dan fisika terbesar. Karyanya
ialah Al-Hawi, sebuah ensiklopedia yang luas dalam dunia
kedokteran.
Dalam hadits juga disebutkan tentang keutamaan mencari ilmu
yaitu, “Barang siapa menginginkan dunia maka harus dengan ilmu, barang
siapa menginginkan akhirat maka harus dengan ilmu, dan barang siapa
menginginkan keduanya maka dengan ilmu”. Hadits tersebut mempertegas

10
bahwa ilmu menjadi pengendali dari perkembangan peradaban. Akan
tetapi, keterbatasan akal manusia dalam eksperimentasi ilmu pengetahuan
sering berlandaskan trial and error (percobaan dan kesalahan). Oleh karena
itu etika selalu dibutuhkan untuk menjaga kenetralan ilmu. Ilmu akan lebih
sempurna jika diiringi dengan etika yang diperkuat dengan nilai-nilai
religius. Karena kebenaran ilmu adalah kebenaran ilmiah yang sementara,
sedangkan kebenaran agama adalah kebenaran absolut.

C. Penerapan ilmu berbasis sunnatullah dan qadarullah


1. Pengertian Sunnatullah
Kata sunnatullah dari segi bahasa terdiri dari kata sunnah dan Allah.
Kata sunnah antara lain berarti kebiasaan. Sunnatullah adalah
kebiasaan-kebiasaan Allah dalam memperlakukan masyarakat. Dalam
al-Qur’an kata sunnatullah dan yang semakna dengannya seperti
sunnatina atau sunnatul awwalin terulang sebanyak tiga belas kali.
Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah yang disampaikan untuk
umat manusia melalui para Rasul, undang-undang keagamaan yang
ditetapkan oleh Allah yang termaksud di dalam al-Qur’an, hukum
(kejadian) alam yang berjalan tetap dan otomatis.
Sunatullah adalah bagian yang bersifat 'dinamis' dari ilmu-
pengetahuan-Nya di alam semesta ini. Karena sunatullah memang
hanya semata terkait dengan segala proses penciptaan dan segala
proses kejadian lainnya (segala proses dinamis). Sunatullah itu sendiri
tidak berubah-ubah, namun masukan dan keluaran prosesnya yang
bisa selalu berubah-ubah secara 'dinamis' (segala keadaan lahiriah dan
batiniah 'tiap saatnya'), dan tentunya sunatullah juga berjalan atau
berlaku 'tiap saatnya'. Sunatullah berupa tak-terhitung jumlah aturan
atau rumus proses kejadian (lahiriah dan batiniah), yang bersifat
'mutlak' dan 'kekal', yang tiap saatnya pasti selalu mengatur segala zat
ciptaan-Nya di alam semesta ini.

11
2. Ilmu berdasarkan Sunnatullah
Segala bentuk ilmu-pengetahuan (beserta segala teori dan rumus di
dalamnya), yang dikenal dan dicapai oleh manusia, secara "amat
obyektif" (sesuai dengan fakta-kenyataan-kebenaran secara apa
adanya, tanpa ditambah dan dikurangi), pada dasarnya hanya semata
hasil dari pengungkapan, atas sebagian amat sangat sedikit dari ilmu
pengetahuan Nya (terutama sunatullah).
Bahkan nantinya, segala bentuk ilmu-pengetahuan yang belum
dikenal, juga hanya hasil dari usaha mengungkap atau
memformulasikan sunatullah, yang justru telah ditentukan atau
ditetapkan-Nya, sebelum awal penciptaan alam semesta ini.
Dan segala bentuk ilmu pengetahuan lainnya pada manusia, yang
bukan hasil dari usaha mengungkap atau memformulasikan
sunatullah, secara "amat obyektif", tentunya bukan bentuk ilmu-
pengetahuan yang 'benar'. Ilmu-pengetahuan Allah, Yang Maha
Mengetahui bersifat 'mutlak' (pasti benar) dan 'kekal' (selalu benar).
Sedangkan segala bentuk ilmu-pengetahuan manusia (bahkan
termasuk para nabi-Nya), pasti bersifat 'relatif' (tidak mutlak benar),
'fana' (hanya benar dalam keadaan tertentu) dan 'terbatas' (tidak
mengetahui segala sesuatu hal). Karena tiap manusia memang pasti
memiliki segala kekurangan dan keterbatasan.
Namun tiap manusia justru bisa berusaha semaksimal mungkin, agar
tiap bentuk ilmu-pengetahuannya bisa makin 'sesuai' atau 'mendekati'
ilmu-pengetahuan Allah di alam semesta ini, dengan menggunakan
akalnya secara relatif makin cermat, obyektif dan mendalam.
Usaha seperti ini justru juga telah dilakukan oleh para nabi-Nya.
Sehingga seluruh pengetahuan mereka tentang pengetahuan atau
kebenaran-Nya, terutama yang paling penting, mendasar dan hakiki
bagi kehidupan umat manusia (hal-hal gaib dan batiniah), memang
telah bisa tersusun relatif sempurna (relatif amat lengkap, mendalam,

12
konsisten, utuh dan tidak saling bertentangan secara keseluruhannya).
Segala bentuk ilmu-pengetahuan manusia mestinya bisa dipilih
terlebih dahulu, secara amat hati-hati, cermat dan selektif, sebelum
dipakai atau diyakini, karena relatif bisa mudah menyesatkan,
terutama pada agama, ajaran dan paham yang bersifat 'musyrik' dan
'materialistik', yang memang pasti tidak sesuai dengan kebenaran-Nya
(mustahil berasal dari Allah dan tidak bersifat mendasar / hakiki).
3. Qadarullah
Takdir (qadar) adalah perkara yang telah diketahui dan ditentukan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan telah dituliskan oleh al-qalam
(pena) dari segala sesuatu yang akan terjadi hingga akhir zaman.
4. Ilmu berdasarkan Qadarullah
Allah telah menentukan segala perkara untuk makhluk-Nya sesuai
dengan ilmu-Nya yang terdahulu (azali) dan ditentukan oleh hikmah-
Nya. Tidak ada sesuatupun yang terjadi melainkan atas kehendak-Nya
dan tidak ada sesuatupun yang keluar dari kehendak-Nya. Maka,
semua yang terjadi dalam kehidupan seorang hamba adalah berasal
dari ilmu, kekuasaan dan kehendak Allah, namun tidak terlepas dari
kehendak dan usaha hamba-Nya.

Allah Ta’ala berfirman, ‫خلقنه بقدر‬ ‫إنا كل شىء‬


“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
(Qs. Al-Qamar: 49)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada
qadar baik dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa
yang menimpanya tidak akan luput darinya, serta apa yang luput
darinya tidak akan menimpanya.”
(Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir bin
‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam
Ahmad dalam Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr.
Syaikh Ahmad Syakir berkata: ‘Sanad hadits ini shahih.’

13
Beriman bahwa Allah mengetahui dengan ilmu-Nya yang azali
mengenai apa-apa yang telah terjadi, yang akan terjadi, dan apa yang
tidak terjadi, baik secara global maupun terperinci, di seluruh
penjuru langit dan bumi serta di antara keduanya. Allah Maha
Mengetahui semua yang diperbuat makhluk-Nya sebelum mereka
diciptakan, mengetahui rizki, ajal, amal, gerak, dan diam mereka,
serta mengetahui siapa di antara mereka yang sengsara dan bahagia.

D. Ayat dan hadis yang relevan


Kedudukan Ilmu pengetahuan dalam Islam menempati kedudukan
tinggi dimana Al-Qur’an memandang orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan berada pada posisi yang tinggi dan mulia, dan juga
ditegaskan dalam Hadits-hadits Nabi yang memuat anjuran dan dorongan
untuk menuntut ilmu. “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Mujadillah [58]:
Hal ini juga ditegaskan dalam beberapa ayat dan hadits rasulullah saw
sebagai berikut:
‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم‬ ِ ِ‫ۖ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوا فِي ْال َم َجال‬
ِ ‫س فَا ْف َسحُوا يَ ْف َس‬
ۚ‫ت‬ ٍ ‫َوِإ َذا قِي َل ا ْن ُش ُزوا• فَا ْن ُش ُزوا• يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجا‬
‫َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِي ٌر‬
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS
Mujaadilah [58] :11)
Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar mendidik
anak-anaknya dengan sebaik mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena
mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari
zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi saw). “Menuntut ilmu itu diwajibkan
bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu.”
(Hadis Nabi saw).

14
Ayat ini menguraikan bagaimana kedudukan dari setiap umat
manusia yang memiliki tingkat keimanan yang tinggi yang dibarengi
dengan Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. Tidak akan beriman
seseorang jika tidak memiliki pengetahuan dan sesungguhnya pengetahuan
itu akan melahirkan kemudharatan jika tidak dibarengi dengan kaar
keimanan yang baik. Hal ini memberikan indikasi bahwa sesungguhnya
antara Islam dan Ilmu Pengetahuan adalah maerupakan dua sisi mata uang
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Allah telah menentukan segala perkara untuk makhluk-Nya sesuai
dengan ilmu-Nya yang terdahulu (azali) dan ditentukan oleh hikmah-Nya.
Tidak ada sesuatupun yang terjadi melainkan atas kehendak-Nya dan tidak
ada sesuatupun yang keluar dari kehendak-Nya. Maka, semua yang terjadi
dalam kehidupan seorang hamba adalah berasal dari ilmu, kekuasaan dan
kehendak Allah, namun tidak terlepas dari kehendak dan usaha hamba-
Nya.
Allah Ta’ala berfirman,

ٍ ‫ِإنَّا ُك َّل َش ْي ٍء خَ لَ ْقنَاهُ بِقَد‬


‫َر‬
"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
(Qs. Al-Qamar: 49)

ِ ‫ك فِي ْال ُم ْل‬


‫ك‬ •ٌ ‫ض َولَ ْم يَتَّ ِخ ْذ َولَدًا َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ َش ِري‬
ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫ك ال َّس َما َوا‬ ُ ‫الَّ ِذي لَهُ ُم ْل‬
‫ق ُك َّل َش ْي ٍء فَقَ َّد َرهُ تَ ْق ِديرًا‬ َ َ‫َوخَ ل‬

“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan


ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Qs. Al-Furqan: 2)

•ٍ ُ‫َر َم ْعل‬
‫وم‬ ٍ ‫َوِإ ْن ِم ْن َش ْي ٍء ِإاَّل ِع ْن َدنَا َخ َزاِئنُهُ َو َما نُنَ ِّزلُهُ ِإاَّل بِقَد‬

“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah


khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan
ukuran tertentu.” (Qs. Al-Hijr: 21)

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan dan mewajibkan kepada ummatnya untuk senantiasa mencari
ilmu.
B. Saran
Mengingat didalam Islam sangat memprioritaskan kesehatan baik secara
jasmani, rohani dan sosial, maka hendaknya kita sebagai umat muslim
selalu menjaga pola hidup dan berolahraga, menjaga lingkungan,
senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan bersosialisasi dengan
masyarakat

16
DAFTAR PUSTAKA

Salam, Burhanuddin. 2005. Pengantar Filasafat. Jakarta : Pt Bumi Askara

Zainuddin, M. 2006. Filsafat Ilmu Perspektif pemikiran Islam. Jakarta. Perpustakaan Nasional:
katalog Dalam Terbitan

http://birulwaliden.blogspot.com/2015/11/islam-dan-prinsip-prinsip-keilmuan.html diakses pada


tanggal 11 Oktober 2018

http://arkaskdn.blogspot.com/2014/12/ilmu-dalam-perspektif-islam.html diakses pada tanggal 11


Oktober 2018

https://muslimah.or.id/756-iman-kepada-takdir-baik-dan-takdir-buruk.html

17

Anda mungkin juga menyukai