Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS JURNAL

EFFECTS OF INFANT MASSAGE ON JAUNDICED NEONATES UNDERGOING


PHOTOTHERAPY

Ns. Norman Alfiat Talibo, S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2021
Section/Topik No Checklist Item
TITLE
Title 1  Effects of infant massage on jaundiced neonates undergoing
phototherapy
Judul  Efek pijat bayi pada neonatus yang mengalami ikterus yang
menjalani fototerapi

Penulis  Chien-Heng Lin, Hsiu-Chuan Yang, Chien-Sheng Cheng and Chin-


En Yen
Di Publikasikan  Italian Journal of Pediatrics ( Tahun 2015)

- Kesimpulan : 2 P (Problem)
PICOT Hiperbilirubinemia atau penyakit kuning merupakan penyakit yang
ditandai dengan perubahan warna kuning pada kulit dan sklera yang
disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin serum (American
Academy of Pediatrics, 2004). Hiperbilirubinemia yang berlebihan
dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. Hiperbilirubinemia
mempengaruhi sebanyak 60% dari neonatus yang sehat dan
bertanggung jawab atas 75% dari rawat inap dalam minggu pertama
setelah lahir (Maisels & McDonagh, 2008). Jenis penyakit kuning ini
dikenal sebagai ikterus fisiologis biasanya tidak berbahaya meskipun
harus tetap dipantau dan sepertinya tidak membutuhkan pengobatan.
Namun ada beberapa neonatus yang menderita ikterus fisologis yang
berlebihan atau ikterus patologis. Kasus ikterus patologis harus diobati
dengan fototerapi atau bahkan memerlukan tranfusi untuk mengurangi
risiko ensefalopati bilirubin atau kernikterus (Maisels & McDonagh,
2008).

I (Intervention)
Pemberian terapi pijat pada neonatus sesuai dengan International
Association of Infant Massage (IAIM) yang berlanjung selama 3 hari
berturut-turut untuk setiap sesi selama 20 menit dan diakhiri dengan
pengecekan kembali kadar bilirubin setelah diberikan terapi pijat.
Prosedur Pijat Bayi
1. Mencuci tangan
2. Mengoleskan minyak pijat (minyak almond)
3. Melakukan tes kulit sebelum prosedur selama 30 menit untuk
mengetahui apakah ada reaksi alergi atau mengalami efek samping
dari minyak almond.
4. Memulai memijat pada tungkai dan kaki (dengan satu tangan
digunakan untuk memperbaiki kaki)
5. Memijat bagian perut
6. Memijat bagian tangan
7. Terakhir, memijat bagian punggung
8. Pertahankan suhu ruangan antara 26oC – 28oC

C (Comparation)
Pijat bayi yang dilakukan 15-20 menit selama 3-4 hari berturut turut
dapat memberikan efek terhadap kadar bilirubin secara biomekanikal
tubuh, fisologikal, neurologikal, dan psikologikal. Efek biomekanikal
yang akan merangsang tubuh untuk mengurangi dan mencegah adesi
jaringan tubuh serta meningkatkan kemampuan otot dalam membantu
pengeluaran sisa metabolisme (bilirubin tak terkonjugasi dalam bentuk
fotobilirubin yang berikatan dengan albumin), efek fisiologikal akan
meningkatkan dan memperlancar aliran darah pembuangan. Darah
yang mengandung ikatan fotobilirubin dapat dengan mudah dibawa ke
hepar, kantung empedu dan duodenum, kemudian melalui gerakan dan
intensitas pijatan akan membantu peningkatan peristaltik usus sehingga
bilirubin tak terkonjugasi dikeluarkan melalui feses (exretion of
steroobilinogen) (Robert, Jeyaraj, & Kanchana, 2015). Efek
neurologikal dari pijat akan menstimulasi sensor penerimaan (saraf
aferen di permukaan tubuh) untuk menghantarkan sinyal listrik dan
menghasilkan aksi potensial yang akan merangsang keefektifan kerja
sel dan hormon diseluruh tubuh, bersamaan itu hipotalamus,
memberikan respon memperlancar aliran darah dan efektivitas hormon
target. Kerja sistem tubuh memberi rangsangan ke otak untuk
memproduksi hormon endorfin yang menimbulkan respon relaksasi
pada bayi. Respon relaksasi membuat bayi lebih tenang, tidur lebih
lelap selama fototerapi sehingga fototerapi lebih efektif (Stillerman,
2009). Pijat meningkatkan aliran getah bening dan sirkulasi darah.
Sirkulasi darah meningkat akan mempercepat ekskresi biilirubin yang
akan dipecah saat fototerapi serta mempercepat ekskresi meconium dan
mengurangi penyerapan kembali bilirubin dalam darah (sirkulasi
entrohepatik) (Kokab, Mahdi, Kianmehr, & Jani, 2015). Menstimulasi
saraf vagus, meningkatkan hormon yang mempengaruhi pencernaan
makanan dan penyerapan (gastrin dan insulin), sehingga
mengakibatkan peningkatan peristaltik usus dan ekskresi meconium
(terdapat 1mg/dL bilirubin) (Karbandi, Lotfi, Boskabadi, & Esmaily,
2016) serta dapat meningkatkan keinginan untuk menyusu (Robert,
Jeyaraj, & Kanchana, 2015). Membantu mengefektifkan pelaksanaan
fototerapi dengan pijat dapat merangsang hormon catecholamin
mengurangi stres bayi dan dapat mempromosikan ikatan emosional
yang positif antara orang tua dan bayi (Chen, Sadakata, Ishida,
Sekizuka, & Sayama, 2011).

O (Outcome)
Sebanyak 56 neonatus dilibatkan dalam penelitian ini. Pada kelompok
kontrol terdapat 29 neonatus dan kelompok eksperimen pijat sebanyak
27 neonatus. Pada hari ketiga, kelompok pijat menunjukkan frekuensi
buang air besar yang lebih tinggi (p=0,045) dan secara signifikan
menurunkan kadar bilirubin (p=0,03) dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
T (Time)
Penelitian Ini Di Lakukan Pada Tanggal 4 September – 15 November
2015 , Dan di Publikasikan Pada Tanggal 25 November 2015.

- Analisa SWOT 14 S (Strength)


- Terapi pijat merupakan praktik terapi yang aman dan ekonomis
serta tidak berbahaya.
- Terapi pijat dapat dilakukan ibu sendiri di rumah
- Terapi pijat juga dapat meningkatkan ikatan dan interaksi antara
ibu dan bayi.
W (Weakness)
- Pada jurnal tidak ditampilkan hasil analisis statistik uji t-test, uji
kolmogorov smirnov dan uji Chi-Square tetapi langsung
ditampilkan untuk kesimpulannya.
- Kelemahan penelitian ini, responden yang masih kecil, tidak
memperhatikan pemberian terapi cairan intravena yang dapat
diprediksi turut mendukung pemenuhan hidrasi selama fototerapi
dan dapat meningkatkan ekskresi produk sampah metabolic.
- Terbatasnya tenaga perawat di Rumah Sakit, karena terapi pijat
memerlukan extra tenaga dan waktu.
O (Opportunity)
- Terapi pijat dapat dikembangkan di Rumah Sakit
- Tidak memberikan intervensi yang berbahaya (invasif)
- Dapat menyiapkan ruangan khusus perawatan bayi dengan
hiperbilirubinemia untuk meningkatkan hasil intervensi yang telah
diberikan.
T (Threats)
Adanya perbedaan pendapat antar perawat maupun antar tenaga medis
yang lain yang menolak melakukan terapi pijat karena membutuhkan
waktu dan tenaga lebih.

DAFTAR PUSTAKA
Chen J, Sadakata M, Ishida M, Sekizuka N, Sayama M. (2011). Baby massage ameliorates
neonatal jaundice in full-term newborn infants. Tohoku J Exp Med. 2011;223:97–102.

Karbandi, S., Lotfi, M., Boskabadi, H., & Esmaily, H. (2016). The Effect of Field Massage
Technique on Birilubin Level and the Number of Defecations in Preterm Infants. Evidence
Based Care Journal. ISSN : 2008-370X

Kokab, B., Mahdi, B., Kianmehr, M., & Jani, S. (2015). The Effect of Massage on Neonatal
Jaundice in Stable Preterm Newborn Infant : a Randomized Controlled Trial. Journal of the
Pakistan Medical Association. ISSN : 0030-9982

Robert, A., Jeyaraj, P., & Kanchana,S. (2015). Effectiveness of Therapeutic Massage on
Level of Birilubin among Neonates with Physiological Jaundice. Issue Anitha Robert, 2
(212), 1-6

Stillerman, E. (2009). Modalities for Massage and Bodywork. Mosby

Anda mungkin juga menyukai