Anda di halaman 1dari 40

ASKEP PADA PASIEN HIPERTENSI

Dosen Pengampuh: Ns. Hj Zainar Kasim, S,Kep, M.Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III

1. Riska yudiningsi awing (2101057)

2. Maharani lakoro (2101065)

3. Ira wahyuni umaternate (2001052)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Teori Asuhan Keperawatan ini dengan judul
“HIPERTENSI”.

Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Zainar Kasim selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Dewasa Sistem Pernafasan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan
masukan – masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan asuhan teori keperawatan ini.

Demikianlah tugas ini kami buat,apabila ada kesalahan – kesalahan kata dalam penulisan kami
memohon maaf sebesar – besarnya.

2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
a. Tujuan umum..................................................................................................5
b. Tujuan Khusus................................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................................6


A. Definisi Hipertensi...........................................................................................6
B. Anatomi fisiologi jantung dan pembuluh darah...............................................6
C. Etiologi Hipertensi............................................................................................7
D. Patofisiologi Hipertensi....................................................................................8
E. Pathway...........................................................................................................10
F. Manifestasi klinis............................................................................................11
G. Penatalaksanaan Hipertensi............................................................................11
H. Komplikasi.....................................................................................................11
I. Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................12
J. Diagnosa Keperawatan....................................................................................13
K. Intervensi Keperawatan..................................................................................13
L. Implementasi...................................................................................................21
M. Evaluasi.........................................................................................................21
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................22
A. Pembahasan Proses Asuhan Keperawatan......................................................22
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................36
A. Kesimpilan......................................................................................................36
B. Penutup...........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................37

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertens merupakan penyebab utama
gagal jantung, gagal ginjal. Disebut sebagai pembunuh diam-diam karena orang dengan
hipertensi sering tidak menampakkan gejala (Brunner & Suddart, 2015 dalam Sumaryati,
2018). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan darah di
atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka diastolic (bagian
bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang
berupa cuff air raksa (Sphygomanometer) ataupun alat digital lainnya (Irwan,2016 dalam
Sumaryati, 2018).World Health Organization (WHO) mencatat prevalensi hipertensi di
Amerika sebanyak 35%. Secara keseluruhan di antara orang dewasa yang menderita
hipertensi tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk
menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya,
para peneliti memperkirakan bahwa tekanan darah tinggi hampir 9,4 juta kematian akibat
penyakit kardiovaskuler pada setiap tahun (WHO, 2015 dalam Jayanti, 2017).Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013 dalam Jayanti, 2017 menunjukkan hasil survei dari 33
Provinsi di Indonesia terdapat 8 provinsi yang kasus penderita Hipertensi melebihi rata – rata,
yang paling tinggi Provinsi Jawa Timur (37,4%) diikuti oleh provinsi Bangka Belitung
(30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), JawaBarat (29,4%),
Gorontalo (29%), Sulawesi Tengah (28,7%), KalimantanBarat (28,3%) Sulawesi Utara
(27,1%) (Riskesdas, 2013,13 dalam Jayanti, 2017). Sementara di Jombang hipertensi
menduduki peringkat ke 5 dengan jumlah 45.099 orang, khususnya di Pulorejo angka kejadian
hipertensi sebanyak 5.041 orang (Dinkes Kab Jombang, 2014,1 dalam Jayanti, 2017).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, jumlah kasus
hipertensi di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2017 (dalam Martiningsih, 2015)
sebanyak 17.376 kasus. Dalam tiga tahun terakhir, penyakit hipertensi berada pada urutan
kedua dari gambaran 10 besar penyakit terbanyak di Kota Pontianak. Pada tahun 2016
didapatkan data prevalensi hipertensi di Kota Pontianak sebanyak 3.859 kasus dan meningkat
pada tahun 2017 menjadi 14.639 kasus. Berdasarkan data capaian penderita hipertensi yang
dilayani di seluruh Puskesmas Kota Pontianak pada tahun 2017, tercatat bahwa di Puskesmas
Parit H. Husin II Kota Pontianak menunjukkan angka capaian hipertensi dilayani paling
rendah yaitu dari jumlah estimasi penderita hipertensi sebanyak 5.547 kasus hanya 63 orang
yang datang berobat ke pelayanan kesehatan dengan capaian persentase sebesar
1,1%.Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat, dapat menyebabkan terjadinya penyakit
hipertensi, misalnya; Makanan, aktifitas fisik, stres, dan merokok (Puspitorini, 2009,19 dalam
Jayanti, 2017). Makanan dapat mempengaruh penyakit hipertensi, jenis makanan yang
menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap saji yang mengandung pengawet, kadar
garam yang terlalu tinggi dalam makanan, dan kelebihan konsumsi lemak (Susilo dan
Wulandari,,(2011,22 dalam Jayanti, 2017).
Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang berbahaya, padahal
hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena penderita hipertensi merasa sehat
dan tanpa keluhan berarti sehingga menganggap ringan penyakitnya. Sehingga keluhan
hipertensi ditemukan ketika sudah memasuki masa kronis atau menetap dan menimbulkan
berbagai macam komplikasi. Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ yang di serang,
4
seperti serebrovaskular, mata, kardiovaskular, ginjal, arteri perifer, maupun yang lainnya,
Tentunya hal tersebut dapat menyebabkan masalah keperawatan yang serius apabila tidak
cepat ditangani dengan baik. Masalah keperawatan yang akan timbul akibat hipertensi adalah
nyeri akut, penurunan curah jantung, kelebihan volume cairan, Ketidakefektifan koping,
intoleransi aktivitas, resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak, resiko cedera, defisiensi
pengetahuan dan ansietas. Hal ini jika tidak segera ditangani, akan mengakibatkan iskemik
jaringan otak dan bahkan menyebabkan kematian (Gunawan, 2012 dalam Rahman, 2019).
Masalah keperawatan nyeri akut bisa ditangani dengan cara farmakologi dan non
farmakologi. Penanganan farmakologi pada hipertensi dengan masalah nyeri akut dapat
dilakukan dengan pemberian obat amlodipine dan obat vasodilator lainnya sedangkan cara
penanganan nyeri akut non farmakologi yaitu dengan distraksi, relaksasi, mengubah pola
hidup penderita dan latihan fisik secara ergonomik, menurut (Muttaqin 2009 dikutip dalam
Saputro, 2013 dalam Rahman, 2019). The International Association for the Study of Pain
mendefiniskan nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri
merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh
stimulus tertentu intensitas bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat namun
sejalan dengan proses penyembuhan (Price & Wilson, 2014 dalam Iman, 2019).
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan ini adalah memberikan Gambaran Tentang Asuhan Keperawatan
Pada Ny. N Yang Mengalami Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Rs
Kartika Husada
2. Tujuan khusus
a. Memberikan gambaran pengkajian data pada Ny. N dengan kasus Hipertensi Di RS
Kartika Husada.
b. Memberikan gambaran diagnosa keperawatan pada Ny. N dengan kasus Hipertensi Di
RS Kartika Husada.
c. Memberikan gambaran intervensi keperawatan pada Ny. N dengan kasus Hipertensi
Di RS Kartika Husada.
d. Memberikan gambaran implementasi keperawatan pada Ny. N dengan kasus
Hipertensi Di RS Kartika Husada.
e. Memberikan gambaran evaluasi tindakan keperawatan pada Ny. N dengan kasus
Hipertensi Di RS Kartika Husada.
f. Menganalisis kesenjangan antara teori dan praktik lapangan asuhan keperawatan pada
Ny. N dengan kasus Hipertensi Di RS Kartika Husada.
g. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dilakukannya asuhan keperawatan
pada Ny. N dengan kasus Hipertensi Di RS Kartika Husada.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi hipertensi
Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah melebihi
140/90 mmHg secara kronis. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit
jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh
darah, semakin tinggi tekanannya, maka semakin tinggi pula resikonya ( Sylvia A.Price, 2015
dalam Iman, 2019). Hipertens merupakan penyebab utama gagal jantung, gagal ginjal.
Disebut sebagai pembunuh diam-diam karena orang dengan hipertensi sering tidak
menampakkan gejala (Brunner & Suddart, 2015 dalam Sumaryati, 2018). Hipertensi adalah
suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka diastolic (bagian bawah) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air
raksa (Sphygomanometer) ataupun alat digital lainnya (Irwan,2016 dalam Sumaryati, 2018).
B. Anatomi Fisiologi Jantung dan Pembuluh darah
Jantung adalah organ yang memompa darah melalui pembuluh darah menuju ke seluruh
jaringan tubuh. Sistem kardiovaskuler terdiri darah, jantung, dan pembuluh darah. Darah yang
mencapai sel-sel tubuh dan melakukan pertukaran zat dengan sel-sel tersebut harus di pompa
secara terus-menerus oleh jantung melalui pembuluh darah. Sisi kanan dari jantung,
memompa darah melewati paru-paru, memungkinkan darah untuk melakukan pertukaran
antara oksigen dan karbondioksida (Tortora, 2012 dalam Iman, 2019). Walaupun jantung
memompa darah ke seluruh tubuh, jantung tidak menerima nutrisi dari darah yang di
pompanya. Nutrisi tidak dapat menyebar cukup cepat dari darah yang ada dalam bilik jantung
untuk memberi nurisi semua lapisan sel yang membentuk dinding jantung. Untuk alasan ini,
miokardium memiliki jaringan pembuluh darah sendiri, yaitu sirkulasi koroner (Tortora, 2012
dalam Iman, 2019).Jantung kaya akan pasokan darah, yang berasal dari arteri koronari kiri
dan kanan. Arteri-arteri ini muncul secara terpisan dari sinus aorta pada dasar aorta, di
belakang tonjolan katup aorta. Arteri ini tidak diblockade oleh tonjolan katup selama sistol
karena adanya aliran sirkulasi dan sepanjang siklus jantung.Arteri koronari kanan terus
berjalan diantara bronkus pulmonalis dan atrium kanan, menuju sulkus AV. Saat arteri
tersebut menuruni tepi bawah jantung, arteri terbagi menjandi cabang descendes anterior.
Terdapat anastomosis antara cabang marginal kanan dan kiri, serta arteri descendens anterior
dan poserior, meskipun anastomosis ini tidak cukup untuk mempertahankan perfusi jika salah
satu sisi sirkulasi konorer tersumbat.Sebagaian besar darah kembali ke atrium kanan melalui
sinus koronarius dan vena jantung anterior. Vena koronari besar dan kecil secara berturut-
turut terletak paralel terhadap arteri koronaria kiri dan kanan, dan berakhir di dalam sinus.
Banyak pembuluh-pembuluh kecil lainnya yang langsung berakhir di dalam ruang jantung,
termasuk vena thebesisn dan pembuluh arterisinusoidal. Sirkulasi koroner mampu membentuk
sirkulasi tambahan yang baik pada penyakit jantung iskemik, misalnya oleh plak ateromatoa.
Sebagai besar ventrikel kiri disuplai oleh arteri koronari kiri, dan oleh sebab itu adanya
sumbatan pada arteri tersebut sangant berbahaya, AVN dan nodus sinus disuplai oleh arteri
koronaria kanan pada sebagian besar orang, penyakit pada arteri ini dapat menyebabkan
lambatnya denyut jantung dan blockade AVN ( Aaronson, 2010 dalam Iman, 2019). Fisioligi
utama pembuluh darah arteri untuk mendristribusikan darah yang kaya oksigen (O2) dari
jantung keseluruh tubuh, sedangkan fungsi utama vena adalah mengalirkan darah yang
membawa sisa metabolisme, dan karbon dioksida (C02) dari jaringan, kembali kejantung.
Pada peredaran darah paru, pembuluh arteri mengandung darah miskin oksigen (O2) dan
banyak karbon dioksida (C02) sedangkan vena pulmonal mengadung banyak oksigen. Darah
6
dalam vena dapat dipompakan oleh jantung menimbulkan perubahan tekanan yang mampu
memompakan darah dari jantung dan kembali ke jantung. Tekanan darah sangat penting
dalam sistem sirkulasi darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirkan darah dalam
arteri, arteriole, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Pada
perekaman tekanan didalam sistem arteri, tampak kenaikan tekanan arteri sampai pada
puncaknya sekitar 120 mmHg, tekanan ini disebut tekanan sistole, tekanan ini menyebabkan
aorta distensi, sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole, ventrikel
tekanan aorta cenderung menurun sampai 80 mmHg, tekanan ini dalam pemeriksaan disebut
diastolik. Adapun pusat pengawasan dan pengaturan perubahan tekanan darah dipengaruhi
oleh:
a. Sistem saraf : Terdiri dari pusat yang terdapat di batang otak, diluar susunan saraf pusat,
dan sistemik
b. Sistem humoral: Berlangsung lokal atau sistemik, seperti renin angiostensi, vasopresin,
dan epinefrin.
c. Sistem hemodinamika: Lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah, susunan kapiler,
perubahan tekanan osmotik, hidrostatik bagian luar dan dalam sistem vaskuler (Syaifudin,
2013 dalam Iman, 2019).
C. Etiologi
a. Hipertensi Esensial
Penyebab hipertensi esensial atau hipertensi primer bersifat multifaktorial, yakni sebagai hasil
interaksi dari faktor-faktor tersebut. Beberapa faktor yang memicu timbulnya hipertensi
tersebut antara lain faktor risiko, aktivitas sistem saraf simpatik, keseimbangan vasodilatasi
dan vasokonstriksi pembuluh darah, serta aktivitas sistem renin- angiotensin. Beberapa hal
yang dapat menjadi faktor risiko di antaranya usia, jenis kelamin, dan faktor herediter atau
keturunan. Selain itu pola hidup yang tidak sehat seperti mengonsumsi alkohol, merokok,
kurang olahraga, dan makanan berlemak dapat menjadi pemicu hipertensi. Seiring dengan
pertambahan usia, elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun. Demikian pula
dengan jenis kelamin, laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih tinggi dibandingkan wanita.
Hal ini berkaitan dengan adanya hormon estrogen pada wanita yang berkontribusi pada
kelenturan pembuluh darah. Penurunan produksi estrogen pada usia menopause membuat
risiko pada wanita juga akan meningkat.Faktor lain yang dapat memicu hipertensi adalah
perangsangan sistem saraf simpatik. Berbagai kondisi yang menimbulkan stresor baik secara
fisik maupun psikologis dapat memicu aktivitas saraf simpatik Efek yang ditimbulkan dari
perangsangan sistem saraf simpatik adalah vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan
denyut jantung. Kedua hal ini akan menyebabkan peningkatan resistensi perifer pembuluh
darah sistemik sehingga memicu peningkatan tekanan darah. Selain itu perangsangan sistem
saraf simpatik memicu aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron yang berperan dalam
meningkatkan tekanan darahSistem renin- angiotensin-aldosteron sebenarnya be-kerja secara
otonom sebagai respons terhadap kondisi tubuh. Saat terjadi syok, peningkatan sistem saraf
simpatik, atau penurunan kadar natrium, ginjal akan mengeluarkan renin yang mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I. Selanjutnya atas bantuan Angiotensin converting
enzym (ACE) angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Keberadaan angiotensin II ini akan
memicu pengeluaran aldosteron oleh korteks adrenal. Keberadaan aldosteron ini akan menarik
air dan NaCl tetap di dalam tubulus sehingga meningkatkan volume cairan ekstraseluler yakni
dalam pembuluh darah Angiotensin II ini juga memicu vasokonstriksi darah. Kombinasi
peningkatan volume pembuluh darah dan vasokonstriksi ini menyebabkan peningkatan
tekanan darah.

7
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan dampak dari penyakit tertentu. Angka kejadiannya berkisar antara
10-20% saja. Beberapa penyakit atau kelainan yang dapat menimbulkan hipertensi sekunder
antara lain:
1. Glomerulonefritis akut Hipertensi terjadi secara tiba-tiba dan memburuk dengan cepat. Jika
tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan gagal jantung
2. Sindrom nefrotik
Penyakit ini berlangsung lambat danmenimbulkan gejala klinis sindrom nefrotik seperti
proteinuria berat, hipoproteinemia, dan edema yang berat. Meskipun pada tahap awal fungsi
ginjal masih baik, namun lama kelamaan daya filtrasi glomerulus semakin menurun, faal
ginjal memburuk, dan terjadi kenaikan tekanan darah.
3. Pielonefritis
Terdapat kaitan antara pielonefritis dan adanya hipertensi. Peradangan pada ginjal ini sering
disertai dengan kelainan struktur bawaan ginjal atau juga pada batu ginjal. Diagnosis klinis
sering sukar ditegakkan. Namun demikian terdapat keluhan yang biasanya muncul yaitu nyeri
pinggang, mudah lelah, dan rasa lemas pada badan. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan adanya proteinupiuria, dan kadang-kadang disertai dengan hematuria.
4. Kimmelt Stiel Wilon
Penyakit pada ginjal ini merupakan komplikasi dari penyakit diabetes melitus yang
berlangsung lama Gejala yang timbul nyerupai glomerulonefritis kronis dapat disertai dengan
tekanan darah tinggi. Penyakit ini memiliki prognosis yang buruk, penderita dapat meninggal
akbat gangguan fungsi ginjal atau gagal jantung.
5. Hipertensi renovaskular
Hipertensi ini disebabkan oleh adanya lesi pada arteri renalis. Stenosis yang terjadi pada arteri
renalis ini memicu pengeluaran renin yang berlebihan. Meskipun kemudian mengalami
penurunan, namun kadarnya tidak akan mencapai tingkat terendah. Selain itu terdapat pula
penambahan volume cairan tubuh serta peningkatan curah jantung. (Deni, Nuriswati, &
Arafat, 2016 dalam Prasetya, 2018).
D. Patofisiologi Hipertensi
Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa mekanisme yangmengontrol konstriksi
dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor padamedulla oblongata di otak dimana
dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari
kolomna medulla ke gangliasimpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis . Pada
titikganglion ini neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabutsaraf paska
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskannyanorepinefrine mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang atau menurundan berakibat
diproduksinya renin, renin akan merangsang pembentukan angiostensinI yang kemudian diubah
menjadi angiostensin II yang merupakan vasokonstriktoryang kuat yang merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal dimana hormonaldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler yang
menyebabkan hipertensi. Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai
berikut :

8
1. Curah jantung dan tahanan perifer
Mempertahankan tekanan darah yang normal bergantung kepada keseimbangan antara curah
jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian terbesar pasiendengan hipertensi esensial
mempunyai curah jantung yang normal, namun tahanan perifernya meningkat. Tahanan
perifer ditentukan bukan oleh arteri yang besar atau kapiler, melainkan oleh arteriola kecil,
yang dindingnya mengandungsel otot polos. Kontraksi sel otot polos diduga berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler (Lumbantobing, 2008). Kontriksi otot polos
berlangsung lama diduga menginduksi perubahan sruktural dengan penebalan dinding
pembuluh darah arteriola, mungkin dimediasi oleh angiotensin, dan dapat mengakibatkan
peningkatan tahanan perifer yang irreversible. Pada hipertensi yang sangat dini, tahanan
perifer tidak meningkat dan peningkatan tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya curah
jantung, yang berkaitandengan overaktivitas simpatis. Peningkatan tahanan peifer yang
terjadikemungkinan merupakan kompensasi untuk mencegah agar peningkatan tekanantidak
disebarluaskan ke jaringan pembuluh darah kapiler, yang akan dapatmengganggu homeostasis
sel secara substansial (Lumbantobing, 2008).
2. Sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang paling penting dalam
mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat juxtaglomerular ginjal sebagai jawaban
terhadap kurang perfusi glomerular ataukurang asupan garam. Ia juga dilepas sebagai jawaban
terhadap stimulasi dansistem saraf simpatis (Lumbantobing, 2008). Renin bertanggung
jawabmengkonversi substrat renin (angiotensinogen) menjadi angotensin II di paru- paru oleh
angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II merupakan vasokontriktor yang kuat
dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Lumbantobing, 2008).
3. Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriola dandilatasi arteriola.
Jadi sistem saraf otonom mempunyai peranan yang pentingdalam mempertahankan tekanan
darah yang normal. Ia juga mempunyai peranan penting dalam memediasi perubahan yang
berlangsung singkat pada tekanandarah sebagai jawaban terhadap stres dan kerja fisik
(Lumbantobing, 2008).
4. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic pept ide /ANP)ANP merupakan hormon yang
diproduksi oleh atrium jantung sebagai jawabanterhadap peningkatan volum darah. Efeknya
ialah meningkatkan ekskresi garamdan air dari ginjal, jadi sebagai semacam diuretik alamiah.
Gangguan pada sistemini dapat mengakibatkan retensi cairan dan hipertensi
(Lumbantobing, 2008).

9
10
F. Manifestasi klinis
a. Sakit kepala (pusing, migrain)
b. Gampang marah
c. Epistaksis (mimisan)
d. Tinitus (telinga berdenging)
e. Palpitasi (berdebar-debar)
f. Kaku kuduk
g. Pandangan mata berkunang-kunang
h. Susah tidur
i. Tekanan darah di atas normal
(Awan Harianto dan Rini Sulistyowati, 2017 dalam Iman, 2019)

G. Penatalaksanaan hipertensi
a. Farmakologi
Terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat berikut:
1. Hidroklorotazid (HCT) 12,5-25 mg perhari dengan dosis tunggal pada pagi hari
2. Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tungga
3. Propanolol mulai dari 10mg dua kali sehari
4. Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari
5. Nifedipin mulai dari 5mg dua kali sehari

b. Non farmakologi Hipertensi


Langkah awal biasanya dengan mengubah pola hidup penderita, yakni dengan
cara: (Ardiansyah 2012 dalam )
1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal
2) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar
kolesterol darah tinggi
3) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap hari
4) Mengurangi konsumsi alkohol
5) Berhenti merokok
6) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat.

H. Komplikasi
a. Storoke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi di otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh darah nonotak.Stroke dapat terjadi karena
hipertensi kronis apabila arteri yang pemperdarahi otak mengalami hipertrofi
dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahinya menjari
berkurang. Arteri otak yabg mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga dapat meningkatkan terbentuknya aneurisma.
b. Infark Miokardium
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang mengalami aterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trhombus yang
dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi
hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium
tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan
waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan pembekuan darah.
11
c. Gagal ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakanprogresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-
kapiler glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit fungsional
ginjal neuron akan terganggu, dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerulus, protein akankeluar melalui urin, sehingga tekanan osmotic
koloid plasma berkurang. Hal ini menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kroni
d. Ensefalopati
Atau sering juga disebut dengan kerusakan otak yang dapat terjadi terutama
pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang
sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan kedalam ruang intertisium di seluruh susuan saraf pusat.
Akibatnya neuron-neuron di sekitarnya menjadi kolaps dan terjadi koma serta
kematian. (Ardiansyah 2012 dalam Rahman, 2019).

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Menurut Debora (2011) tahapan pengkajian sebagai berikut yaitu:
a. Biodata
Data lengkap dari pasien meliputi: nama lengkap, umur, jenis kelamin,
kawin / belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan alamat identitas penanggung, meliputi: nama lengkap,
jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
hubungan dengan pasien dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan aliran darah ke otak.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan Sekarang
Keadaan yang didapatkan pada saat pengkajian misalnya pusing, jantung
kadang berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, kelainan pembuluh retina
(hypertensi retinopati), vertigo dan muka merah dan epistaksis spontan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan
a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetic,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis dan faktor- faktor
yang meningkatkan resiko seperti: obesitas, alcohol, merokok, serta
polisetemia.
b) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebabnya seperti:
Penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria dan
penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan yaitu jika orang tua
mempunyai riwayat hipertensi maka anaknya memilik resiko tinggi
menderita penyakit seperti orang tuanya.
a) Riwayat psikososial
Gejala: Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik,
factor stress multiple.
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
tangisan yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik,
pernafasan menghela nafas, penurunan pola bicara.
b) Riwayat spiritual Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus
12
hipertensi belum dapat diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan
kepercayaan masing-masing individu.
c) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Pasien nampak lemah
2) Tanda-tanda vital: Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan
dangkal dan nadi juga cepat, tekanan darah sistolik diatas 140
mmHg dan diastolic di atas 90 mmHg.
4) Review of sistem
a) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jan tung
kongesti/ katup dan penyakit serebrovaskuler. Tanda: Kenaikan tekanan
darah Nadi: denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan
denyut. Denyut apical: titik point of maksimum impuls, mungki
bergeser atau sangat kuat. Frekuensi / irama: takikardia, berbagai
disritmia. Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar
bunyi jantung II dan bunyi jantung III. Murmur stenosis valvular.
Distensi venajugularis/kongesti vena. Desiran vaskuler tidak terdengar
di atas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri). Ekstremitas:
perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin lambat
atau tertunda.
b) Neurosensori
Gejala: Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub occipital.
Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan
penglihatan dan episode statis staksis. Tanda: Status mental: perubahan
keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara, afek, proses fikir atau memori.
respon motorik: penurunan kekuatan, genggaman tangan Perubahan
retinal optik: sclerosis, penyempitan arteri ringan-mendatar, edema,
papiladema, exudat, hemoragi.
c) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung). Nyeri
tungkai yang hilang timbul/klaudasi. Sakit kepala oxipital berat. Nyeri
abdomen/massa.
d) Pernafasan (berhubungan dengan efek ardiopulmonal tahap lanjut dari
hipertensi menetap/berat).
Gejala: Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja tachypnea,
ortopnea, dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress respirasi / penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi
nafas tambahan, sianosis.
e) Keamanan Keluhan:
Gangguan koordinasi / cara berjalan. Gejala: Episode parastesia
unilateral transien, hypotensi postural.
d. Aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas
Gejala: Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
tachypnea.
2) Eliminasi
Gejala: Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
3) Makanan dan cairan
Gejala: Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam, lemak,
kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi kalori.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema, kongesti
vena, distensi vena jugulalaris, glikosuria.
13
e. Pemeriksaan diagnostic
1) BUN/ kreatinin: Memberikan informasi tentang perfusi /fungsi
ginjal.
2) Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
mening- katkan hipertensi.
3) Urinalisa: Darah, protein, glukosa sangat m engisyaratkan
disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
4) EKG: Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi.
f. Penatalaksanaan
1) Pengobatan non farmakologis dapat berupa penurunan berat badan
dan diet rendah garam.
2) Pengobatan farmakologis untuk regresi hipertrofi ventrikel kiri pada
hipertensi berdasarkan penelitian yang didapatkan ACE inhibitor,
beta-blocker, antagonis kalsium dan diuretic mengurangi massa
ventrikel kiri dan ternyata ACE inhibitor menunjukkan pengobatan
yang paling efektif.

J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang faktor-faktor yang
mempertahankan respon/tanggapan yang tidak sehat dan mengalami perubahan yang
tidak diharapkan (Mubarak, 2009: 62 dalam Suriyanti, 2018):
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi, dan iskemia miokardia.
b. Nyeri (akut): sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral pada region sub oksipital
c.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolic pola hidup monoton.

K. Intervensi keperawatan
Resiko Tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi dan iskemia miokardia. Tujuan: Setelah
dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan penurunan curah jantung tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
a. Tekanan darah dalam batas normal/terkontrol (110/70-120/80 mmHg)
b. Irama dan Frekuensi Jantung stabil (HR=60-100x/i)
c.Akral hangat
d. Kulit tidak pucat
e.Pengisian kapiler (Capilarry refile) baik, kembali dalam waktu 2-3 detik
f. Oedema tidak ada
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi, dan iskemia miokardia

Tabel 2.1. Intervensi keperawatan diagnosa 1

Interven Rasion
si al
1) Pantau tekanan 1) Perbandingan dari
darah, ukur tekanan
tangan/paha, untuk memberikan gambaran
evaluasi awal yang lebih lengkap
tentang bidang
14
2) Catat keberadaan, masalah vascular.

kualitas Denyutan
denyutan kar otis, jugularis, radialis dan

sentral dan femoralis


perifer mungkin teram ati/terpalpasi.

3) Auskultasi tonus Umum terdengar pada pasien

hipertensi
jantung dan bunyi berat karena adanya hipertrofi

nafas

4) Adanya
Amati warna kulit,pucat, dingin, kulit lembab, dan

kelembaban pengisian kapiler lambat mungkin


suhu,

dan masa pengisiaan dengan vasokonstriksi

kapiler Dapat mengindikasikan gagal jantung,

5) kerusakan
Catat edema umum ginjal, dan vascular.

dan tertentuMembantu untuk menurunkan rangsangan

6) simpatis:meningkatkan relaksasi
Berikan lingkungan

Menurunkan stress dan ketegangan


tenang, nyaman,

kurangi yang mempengaaruhi

aktivitas/keributan tekanan darah

lingkunganMengurangi ketidaknyamanan dan dapat

7) Pertahankanmenurunkan rangsangan simpatis

pembatasanMenurunkan
aktifitas rangsangan yang dapat

8) Lakukan menimbulkan stress, sehingga dapat

menurunkan tekanan darah.


tindakanyang

nyaman Respon terhadap terapi obat

9) Anjurkan tekhnik

relaksasi, panduan

imajinasi, aktivitas
15
pengalihan

10) Pantau respons

terhadap obat untuk

mengontrol tekanan

darah.

11) Berikan obat-obatan

sesuai indikasi

12) Berikan pembatasan

cairan dan diit

natrium sesuaii

indikasi

16
tergantung padindividu dan efek sinergis

obat

Karena efek kerja obat bervariasi

waktupun secara umum dapat

menurunkan tekanan darah

Dapat menangani retensi cairan dengan

respon hipertensi

Nyeri akut: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan


vascular selebar

Tabel 2.2. Intervensi keperawatan diagnosa 2

Intervensi Rasiona
l
1) Pertahankan tirah 1) Meminimalkan

baring selama fase stimulus/tindakan

aktif relaksasi

2) Berikan tindakan 2) indakan yang

non farmokologis menurunkan tekanan

untuk vaskuler serebal dan

menghilangkan yang

sakit kepala memperlambat/memblo

3) Hilangkan k respon simpatis

minimal aktifitas efektif dalam

vasokontraksi yang menghilangkan sakit

dapat kepala dan

meningkatkan sakit komplikasinya.

kepala. 3) Aktifitas yang

4) Bantu pasien dalam meningkatakan

17
ambulasi vasokontraksi

sesuai kebutuhan. menyebabkan skit

5) Berikan kepala.
cairan,makanan
4) Pasien juga dapat
lunak,perawatan
mulut
mengalami episode

impotensi postural.

5) Meningkatkan
kenyamanan

umum.
yang teratur bila 6) Menurunkan nyeri dan

terjadi pendarahan menurunkan

hidung rangsangan system

6) Berikan obat syaraf simpatis.

sesuai dengan 7) Mengurangi tekanan

indikasi analgesic. dan ketidak nyamanan

7) Anti ansientas. yang

diperberat oleh stress

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Tabel 2.3. Intervensi keperawatan diagnosa 3

Interven Rasion
si al
1) Kaji respon pasien 1) Menyebutkan

terhadap aktivitas, parameter membantu

perhitungan frekuensi dalam mengkaji,

nadi lebih dari respons fisiologis

20x/menit di atas terhadap stress

frekuensi istirahat aktivitas dan bila ada

2) Instruksikan pasien merupakan indicator

tentang teknik dari kelebihan kerja

18
penghematan energy yang berkaitan dengan

3) Berikan dorongan tingkat aktivitas

untuk melakukan 2) Teknik menghemat

aktifitas perawatan energy mengurangi

diri terhadap jika penggunaan energy,

dapat di toleransi juga membantu

keseimbangan antara

suplai dan kebutuhan

oksigen.

3) Kemajuan aktivitas
terhadap
menncegah
peningkatan kerja
jantung tiba

19
Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebihan berhubungan dengan kebutuhan metabolic, pola hidup monoton
dan keyakinan budaya.

Tabel 2.4. Intervensi keperawatan diagnosa 4

Interven Rasion
si al
1) Kaji pemahaman 1) Kegemukan adalah

pasien tentang resiko tambahan pada

hubungan langsung tekanan darah naik

antara hipertensi dan 2) Kesalahan kebiasaan

kegemukan makan dapat

2) Bicarakan menunjang terjadinya

pentinganya arterosklerosis

menurunkan masukan dan kegemukan

kalori dan batasi 3) Memberikan data

masukan lemak, dasar tentang

garam, dan gula sesuai keadekuatan nutrisi

indikasi yang dimakan dan

3) Dorong pasien untuk kondisi emosi saat

mempertahankan makan.

masukan makan harian 4) Menghindari

termasuk kapan dan makanan tinggi lemak

dimana makan jenuh dan kolesterol

dilakukan dan penting dalam

lingkungan dan menvegah

perasaan sekitar saat perkembangan

makanan di makan aterogenesis

4) Instruksikan dan bantu 5) Memberikan

memilih makan yang konseling dan

20
tepat, hindari makanan bantuan dengan

dengan kejenuhan memenuhi kebutuhan

lemak tinggi. diet individual

5) Rujuk ke ahli gizi


sesuai

Indikasi
L. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat yang mengasuh
keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri tetapi juga melibatkan anggota keluarga. Faktor
penghambat adalah kondisi pasien yang sulit untuk dikaji dikarenakan usia klien sudah
tua sehingga penulis dalam melakukan pemeriksaan fisik tidak secara optimal.
M. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan keluarga agar mencapai tujuan/kriteria hasil
yang telah ditetapkan. Tujuan evaluasi ini yaitu untuk melihat kemampuan keluarga
dalam mencapai tujuan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN Ny. N
DENGAN HIPERTENSI

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Inisial klien : Ny. N
Tempat tanggal lahir : Pontianak, 26 Februari 1973, 48 Th Jenis kelamin : Perempuan
Satus kawin : Sudah Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Tanjung pulau, Dalam bugis, Pontianak Timur

2. Riwayat Penyakit Sekarang

21
Sejak kapan serang datang : 1 hari sebelum masuk rumah sakit klien mengalami sakit hebat
di bagian kepala sehingga kalien tidak mampu menahan sakit,
seperti ditususk tusuk,
Lamanya : 1 hari Gejala Klien mengalami nyeri pada bagian kepala
sampai ke tengkuk sehingga pasien tidak mampu untuk duduk
dan berdiri, hanya bisa terbaring di tempat tidur.
Faktor predisposisi : Klien mengatakan bahwa penyakitnya tidak ditrunkan oleh
keluarganya
Tindakan pengobatan : Klien mengatakan kalau serangan sakit kepala datang pasien
langsung minum obat dan menempel koyo di bagian kepala
Harapan klien terhadap pemberian perawatan: Klien mengatakan sakitnya tidak lagi ia rasakan
sehingga bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


a. Penyakit
1) Kecelakaan dan hospitalisasi
2) Operasi
3) Penyakit yang paling sering diderita
b. Alergi
1) Tipe
2) Reaksi
3) Pengobatan
c.Imunisasi
d. Kebiasaan
1) Alcohol : Banyaknya : Lamanya :
2) Merokok : + Banyaknya : 1 bungkus / hari Lamanya : 15 th
e. Pola tidur
1) Sebelum sakit
pasien mengatakan bahwa saat sebelum sakit pasien bisa tidur selama 8 jam sehari
2) Saat sakit
pasien mengatakan saat sakit ia tidak bisa tidur sama sekali karna diakibatkansakit
kepala yang ia rasakan tidak kunjung redah, pasien mengatakan kalau pun bisa tidur
diperkirakan salama 1 jam sehari itu pun sering terjadi.
f. Pola latihan
1) Sebelum sakit
Saat sebelum sakit klien hanya melakukan kegiatan seperti biasa memasak dan
bersih-bersih.
2) Saat sakit
Saat sakit pasien hanya bisa berbaring ditempat tidur
g. Pola nutrisi
1) sebelum sakit
pasien mengatakan saat sebelum sakit ia makan selalu habis, tidak ada pantangan saat
makan
2) saat sakit
saat sakit pasien tidak mampu untuk makan, yang dimakan tidak habis
22
h. Pola kerja
1) Saat sebelum sakit
Pasien mengatakan saat sebelum sakit ia berkerja sebagai orang pintar yang bisa
mengobati orang sakit
2) Saat sakit
Pasien yang dirawat

4. Riwayat Keluarga
a. Kesehatan anggota keluarga
Pasien menggatakan hanya dia yang memiliki riwayat hipertensi.
Genogram:

Keterangan:

: laki-laki

: Perempuan

: pasien

X : meninggal

: menikah

b. Faktor resiko penyakit dalam keluarga


Pasien mengatakan tidak ada penyakit turunan yang diturunkan keluarganya.

5. Riwayat Lingkungan
a) Kebersihan: pasien mengatakan di sekitar rumah selalu bersih
b) Bahaya Kesehatan: pasien mengatakan tidak ada bahaya kesehatan disekitar rumah nya.
c) Polutan: pasien mengatakan udara di sekitar rumah segar, jauh dari polusi/ asap kendaraan.
6.Riwayat Psikososial
a) Bahasa yang digunakan: sehari-hari klien menggunakan bahasa melayu
b) Organisasi masyarakat: klien mengatakan sebelum sakit ia mengikuti arisan dan ikut
pengajian di masyarakat.
23
c) Sumber dukungan masyarakat: klien mengatakan mendapatkan support dan doa dari
masyarakat.
d) Suasana hati: pasien mengatakan sedih selama sakit
e) Tingkat perkembangan:
7. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Inspeksi: bentuk simetris, rambut bewarna hitam, kebersihan kulit baik
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
b) Mata
Inspeksi: bentuk simetris, pupil isokor Palpasi: tidak ditemukan kelainan
c) Hidung
Inspeksi: bentuk simetris, tidak terdapat polip Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
d) Mulut dan tenggorokan Inspeksi: mukosa bibir lembab
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, reflek menelan baik
e) Telinga
Inspeksi: tidak ditemukan cairan yang keluar, bentuk simetris Palpasi: tidak terdapat nyeri
tekan dan tidak ada kelainan
f) Leher
Inspeksi: tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
g) Kelenjar limfe
Inspeksi: tidak terdapat pembengkakan di daerah aksila Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
h) Paru-paru
Inspeksi: tidak ditemukan kelainan
Perkusi: sonor
Palpasi: vocal kremitas kanan kiri sama Auskultasi: vesikuler
i) Jantung
Inspeksi: bentuk simetris Auskultasi: terdengar S1/S2 reguler Perkusi: redup
Palpasi: teraba denyut jantung
j) Abdomen
Inspeksi: tidak ada ditemukan kelainan dan benjolan pada abdomen Auskultasi: bising usus
12x/menit
Perkusi: terdengar suara dullness Palpasi: tidak ditemukan nyeri tekan
k) Genetalia: pasien tidak terpasang kateter
l) Ekstremitas atas: bentuk simetris, tidak ditemukan kelainan
m) Ekstremitas bawah: bentuk simetris, tidak ditemukan kelainan
n) Kulit: tidak ditemukan pigmentasi kulit

8. Data penunjang
a. Rontgen: -
b. CT-Scan:-
c. EEG:-
d.ECG:-
e.Terapi/ pengobatan
1) Infus RL 20 tpm
2) Injeksi dekstrofen 1x
24
3) Injeksi ondan 3x
4) Captopril 25 mg 3x
5) Injeksi omeprazole 40 mg 2x1
6) Altran 3x1
7) Amlodiprine 1x100 mg
8) ISDN 3x5 mg

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Analisa data

No. Data Etiologi Masalah

25
1. DS Agen pencedera biologis Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri
pada bagian kepala
- P: nyeri datang tiba-tiba
Q: seperti di tusuk-tusuk
tekanan darah tinggi
R: sakit bagian kepala
S: skala nyeri 7 T: nyeri
hilang datang
DO
nyeri akut

- Klien meringis kesakitan


- Kliem tampak gelisah
- Klientampak menunjukkan
nyeri pada bagian kepala
Belakang

TTV
TD: 200/ 100 mmgH N: 86
S: 36,5
RR: 20 x/mnt

26
2. DS nyeri bagian kepala gangguan

- Klien mengeluh pola


sulit tidur hambatan tidur
- Klien mengeluh tidur
sering terjaga
- Klien mengeluh
tidur tidak nyenyak gangguan pola tidur
- Klien mengatakan
saat sebelum sakit
- klien bisa tidur
selama 7-8 jam/
hari
- Klien mengatakan
saat sakit hanya
bisa tidur 1-3 jam/
hari
- Klien mengatakan
sulit tidur saatnyeri
datang

DO
- Klien tampak
lemah, lesu

27
- Mata

klien

tampak

cekung
3. DS sirkulasi darah Resiko

- Klien yang kurang ke perfusi

mengatakan otak serebral

pusing tidak

dibagian efektif

kepala

- Klien

mengata hipertensi
kan
perfusi serebral
mual
tidak efektif
- Klien

mengatakan

sudah 5

th

mengalami

penyakit

hipertensi

- Klien

mengata

kan

memiliki

riwayat

merokok

28
DO

- Klien

tampak

lemah

- TTV

- Td :
200/100

mmHg

- S : 36,6 ‘C

- N : 86 x/m

- RR : 20 x/m

2. Intervensi Keperawatan

N Diangnosa Tujuan Intervensi Rasion


o al
Keperawat
an

29
1. Nyeri akut Setelah Observasi: 1. untuk mengetahui

Tgl: b.d agen dilakukan - Identfikasi tingkatan nyeri agar

23/10/2 pencedera tindakan karakteristik mempermudah

020 fisiologis keperawatan nyeri (mis. tindakan yang akan

3x24 jam Pereda, diberikan

di kualitas, 2. membatasi aktivitas

harapkan pasien 3.pasien bisa

nyeri lokasi, mengatasi nyeri

klien intensitas, secara mandiri

berkurang frekuensi, 4. menyiapkan

dengan durasi) lingkungan yang

- Identifikasi nyaman ke pada

kriteria riwayat alergi pasien

5. meredakan nyeri
hasil : obat

1. Keluhan - Identfikasi

nyeri kesesuaian

cukup jenis

menurun analgesik

(4) (mis.

2. Meringis Non-narkotik,

cukup NSAID)

menurun dengan

(4) tingkat

3. Gelisah

cukup keparahan

menurun nyeri

(4) - Monitor

tanda- tanda
30
vital sebelum

dan

sesudah

pemberian

analgesik

- Monitor

efektifitas

analgesik

Terapeutik:

- Pertimbangkan
penggunaan

infus kontinu,
atau bolus

31
opioid

untuk

mempertahank

an kadar

dalam serum

- Tetapkan

target

efektifitas

analgesik

untuk

mengoptimalk

an respons

pasien

Edukasi:

- Jelaskan efek

terapi dan efek

samping obat

kolaborasi:

- Kolaborasi

pemberian

dosis dan jenis

analgesik,

sesuai indikasi
2. Gangguan setelah 1. Identifikasi 1. Untuk

32
pola tidur dilakukan pola aktivitas mengetahui

b.d nyeri tindakan dan tidur aktivitas pasien

pada bagian keperawatan 2. Identifikasi 2. Untuk

kepala 3x24 faktor mengetahui letak

pengganggu dimana pasien

jam tidur mengalami

diharapkan: (fisik/psikososi gangguang saat

1. keluhan al) tidur

sulit tidur 3. modifikasi 3. Membuat

cukup lingkungan pasien tenang

meningkat 4. batasi waktu dan rileks saat

(4) tidur siang tidur

2. keluhan 5. jelaskan 4. Agar

sering pentingnya mempermudah

terjaga tidur cukup istirahat pada

cukup selama sakit. malam hari

meningkat 5. Agar pasien


lebih
(4) memahami
3. keluhan bahwa
tidak puas

tidur cukup

meningkat (4)

33
4. tidur penting

untuk kesehatan

keluhan tubuh.

istirahat

tidak

cukup,
cukup

meningkat (4)
3. Resiko setelah 1. Identifikasi 1. Mengetahui

dilakukan penyeba penyebab

perfusi tindakan b timbulnya resiko

selebral keperawatan peningka peningkatan

tidak 3x24 tan tekanan darah

efektif 2. Monitor 2. Mempertaha

jam status nkan status

b.d diharapkan: pernapasan pernafasan

hipertensi, 1. tingk 3. Berikan posisi 3. Memberikan


at
kurangnya semi fowler rasa nyaman
kesadaran
asupan 4. Hindari 4. Timbulnya
cukup
pemberian
darah ke gejala yang lain/
meningkat
cairan IV
otak komplikasi
(4)
hipotonik
5. Menghindari
2. sakit
5. Pertahankan
kejang- kejang
kepala cukup suhu tubuh
menurun (4) normal
3. tekanan

34
darah sistolik

cukup

membaik (4)

4. tekanan
darah
diastolic
cukup
membaik (4)

35
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dalam menyusun karya ilmiah akhir ini, maka
penulis dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya: Asuhan keperawatan pada Ny. N dengan
hipertensi penulis menegakkan 3 diagnosa keperawatan yaitu, Nyeri akut b.d Agen pecendera
fisiologis, Gangguan pola tidur b.d Nyeri kepala, Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d
hipertensi. Penulis mengangkat diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan pencedera
fisiologis sebagai masalah prioritas utama karena nyeri jika tidak ditangani segera akan
mempengaruhi pola aktivitas sehari-hari klien sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan.
Masalah ini juga selalu menjadi keluhan klien dan penulis melihat kondisi umum klien pada saat
pengkajian pada tanggal 23 Oktober 2020.
1. Berdasarkan dari ketiga diagnosa keperawatan yang diangkat pada Ny. N setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama proses keperawatan 3 hari yaitu pada tanggal 23 – 25 Oktober
2020 menunjukkan bahwa ketiga diagnosa keperawatan semuanya teratasi.
2. Asuhan keperawatan pada Ny. N telah dilakukan sesuai dengan kondisi dan keluhan yang
klien ungkapkan ketika dilakukan pengkajian, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan oleh penulis. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan pada asuhan keperawatan, kondisi klien serta sarana dan prasarana
yang ada di rumah dengan memperhatikan beberapa aspek yaitu mengarah pada tujuan yang
akan dicapai dan melibatkan kerjasama yang baik dengan klien, maupun keluarga.
3. Melakukan asuhan keperawatan pada Ny. N penulis dapat mengetahui faktor pendukung dan
faktor penghambat yang dirasakan selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny. N.
Adapun faktor pendukung yang dirasakan oleh penulis adalah sikap klien dan keluarga yang
sangat kooperatif dalam memberikan informasi sehingga penulis dapat lebih mudah
melakukan penilaian untuk merumuskan pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi. Sedangkan faktor penghambat yang dirasakan oleh penulis adalah terbatasnya waktu
yang diberikan untuk melakukan proses keperawatan (pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi).
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai
pertimbangan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan
hipertensi, yaitu:
1. Untuk Keluarga
Diharapkan sebagai keluarga, mampu merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri
khususnya pada pasien hipertensi dengan menggunakan teknik nonfarmakologi seperti
kompres hangat.
2. Untuk Mahasiswa/i
Penulisan karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dan selalu inovatif untuk
mengembangkan tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan evidence based.

36
DAFTAR PUSTAKA

Arissandi, D., Setiawan, C. T., & Wiludjeng, R. (2019). Hubungan Gangguan Pola Tidur Dengan
Hipertensi Lansia Di Desa Sei Kapitan Kabupaten Kota Waringin Barat (Studi Di Desa Sei Kapitan
Kotawaringin Barat). Hubungan Gangguan Pola Tidur Dengan Hipertensi Lansia Di Desa Sei
Kapitan Kabupaten Kota Waringin Barat, 3(2), 82-88.
AZIZAH, N. (2019). Pengelolaan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak Pada Ny. S Dengan
Hipertensi Di Ruang Bougenvile Rsud Ungaran (Doctoral dissertation, Universitas Ngudi Waluyo).
Fachrul Iman, M. U. H. A. M. M. A. D. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Hipertensi Dengan
Nyeri Akut Di Ruang Dahlia Ii Rsud Ciamis.
Jayanti, W. P., Puspitasari, M. T., & Arisanti, N. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga pada
Anggota yang Mengalami Hipetensi dengan Ketidakmampuan Koping Keluarga Mengatasi Nyeri
Akut di Desa Badang Ngorojombang. Jurnal Keperawatan, 14(1).
Martiningsih, U. (2015). Hubungan peran petugas kesehatan terhadap kepatuhan minum obat
antihipertensi pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Parit H. Husin II Kota
Pontianak. Jurnal ProNers, 3(1).
Ni'mah, F. (2019). Hubungan Perokok Aktif dan Pasif dengan Hipertensi pada Kuli Bangunan dan
Keluarga (Studi Di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang) (Doctoral dissertation,
STIKes Insan Cendikia Medika Jombang).
Nurarif, Amin, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC Jilid 1 dan 2. Yogyakarta: Mediaction
Nursalam. (2011). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika

37
38
39
40

Anda mungkin juga menyukai