Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS JURNAL

EFFECTS OF INFANT MASSAGE ON JAUNDICED NEONATES UNDERGOING


PHOTOTHERAPY

Ns. Norman Alfiat Talibo, S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2020
Section/Topik No Checklist Item
TITLE
Title 1  Effects of infant massage on jaundiced neonates undergoing
phototherapy
Judul  Efek pijat bayi pada neonatus yang mengalami ikterus yang
menjalani fototerapi

ABSTRACT
Structured summary 2
Latar belakang : Pijat bayi adalah cara alami bagi pengasuh untuk
meningkatkan kesehatan, pola tidur, dan mengurangi kolik. Tujuan:
Ringkasan Untuk mengetahui efek pijat bayi pada neonatus dengan penyakit
terstruktur
kuning yang juga menerima fototerapi. Metode : Neonatus cukup
bulan dengan ikterus dirawat dengan fototerapi di Rumah Sakit
Regional Teaching yang dibagi menjadi kelompok kontrol dan
kelompok pijat. Data untuk setiap neonatus dibutuhkan jumlah
makan,berat badan, frekuensi BAB, dan kadar bilirubin kemudian
dikumpulkan dan dibandingkan anatara dua kelompok. Hasil :
Sebanyak 56 neonatus dilibatkan dalam penelitian ini. Pada kelompok
kontrol terdapat 29 neonatus dan kelompok eksperimen pijat sebanyak
27 neonatus. Pada hari ketiga, kelompok pijat menunjukkan frekuensi
buang air besar yang lebih tinggi (p=0,045) dan secara signifikan
menurunkan kadar bilirubin (p=0,03) dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Tidak ada perbedaan yang signifikan terkait jumlah makan
atau berat badan yang diamati anatara kedua kelompok. Kesimpulan :
Pijat bayi membantu mengurangi kadar bilirubin dan meningktkan
frkuensi buang air besar pada neonatus yang menerima fototerapi
untuk penyakit kuning.
INTRODUCTION / PENGANTAR
Rationale / Alasan 3 Hiperbirilubin yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan otak
permanen. Kasus hiperbirilubin pada bayi presentasenya 60%
dibandingkan dengan neonatus yang sehat dan 75% merupakan
tanggung jawab rumah sakit dalam minggu pertama setelah bayi lahir.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pijat bayi dapat
menurunkan tingkat bilirubin neonatus yang menderita
hiperbilirubinemia dan memperbaiki ikterus pada neonatal.
Objectives / Tujuan 4 Object
Object dari penelitian ini adalah 56 neonatus yang menerima fototerapi
untuk penyakit kuning (kadar bilirubin lebih dari 15 mg/dL).Sebanyak
11 bayi laki-laki dan 16 bayi perempuan digunakan sebagai kelompok
intervensi. Sebanyak 16 bayi laki-laki dan 13 bayi perempuan
digunakan sebagai kelompok kontrol.
METHODS AND RESULTS / Metode Dan Hasil
- Protocol and 5 Terapi pijat dimulai pada hari pertama fototerapi, berlangsung
registration / selama 15 - 20 menit per sesi, dan dilakukan dua kali sehari (di antara
Protokol Dan waktu makan) selama 3 hari berturut-turut.
Registrasi Prosedur Pijat Bayi
1. Mencuci tangan
2. Mengoleskan minyak pijat (minyak almond)
3. Melakukan tes kulit sebelum prosedur selama 30 menit untuk
mengetahui apakah ada reaksi alergi atau mengalami efek samping
dari minyak almond.
4. Memulai memijat pada tungkai dan kaki (dengan satu tangan
digunakan untuk memperbaiki kaki)
5. Memijat bagian perut
6. Memijat bagian tangan
7. Terakhir, memijat bagian punggung
8. Pertahankan suhu ruangan antara 26oC – 28oC
- Eligibilty criteria 6 www.ncbi.nlm.nih.gov
/ Kriteria
Kelayakan

- Information 7 Lin, C. H., Yang, H. C., Cheng, C. C., Yen, C. E. 2015. Effects of
sources / Sumber Infant Massage on Jaundiced Neonates Undergoing Phototherapy.
Informasi Italian Journal of Pediatrics. 41-94. DOI 10.1186/s13052-015-0202-y.

- Search / Cari 8 Infant massage, Jaundice, Neonates, Phototherapy, Bilirubin

- Study selection / 9 Keperawatan Anak


Seleksi Studi

- Data collection 10 Pengumpulan Data


proccess / Proses 1. Data demografis dikumpulkan untuk semua anak termasuk usia,
Pengumpulan jenis kelamin, usia kehamilan, berat badan lahir dan mencatat data
Data klinis selama penelitian yaitu: jumlah total makan, berat badan,
frekuensi BAB, dan tingkat mikrobilirubin.
2. Jumlah total makan, berat badan dan frekuensi BAB dan tingkat
mikrobilirubin serta hasil laboratorium darah dicatat di hari pertama
hingga hari ketiga rawat inap menurut ibu, catatan pengasuhan dan
catatan keperawatan.
- Data items / Item 11 Karakteristik Peserta
Data Kelompok Pijat : Bayi yang menjadi kelompok intervensi sebanyak 11
bayi laki – laki dan 16 bayi perempuan. Asupan makan melalui ASI
sebanyak 5 bayi, susu formula 3 bayi, dan campuran antara keduanya
19 bayi. Sebanyak 25 bayi lahir spontan dan 2 bayi lahir dengan cara
operasi caesar. Rata – rata bayi lahir dalam usia cukup minggu 38,7
minggu. Rata – rata umur bayi adalah 117 jam.
Kelompok Kontrol : Bayi yang menjadi kelompok kontrol sebanyak 16
bayi laki – laki dan 13 bayi perempuan. Asupan makan melalui ASI
sebanyak 5 bayi, susu formula 4 bayi, dan campuran antara keduanya
20 bayi. Sebanyak 28 bayi lahir spontan dan 1 bayi lahir dengan cara
operasi caesar. Rata – rata bayi lahir dalam usia cukup minggu 39,1
minggu. Rata – rata umur bayi adalah 109 jam.
Asupan makan
Kelompok Pijat : Jumlah asupan makan pada hari pertama didapatkan
rata rata sebesar 330,7 ml, jumah asupan makan pada hari ke dua
didapatkan rata – rata sebanyak 504,1 ml, dan jumlah asupan makan
hari ke tiga didapatkan rata – rata sebesar 558,1 ml.
Kelompok Kontrol : Jumlah asupan makan pada hari pertama
didapatkan rata rata sebesar 330,4 ml, jumah asupan makan pada hari
ke dua didapatkan rata – rata sebanyak 499,0 ml, dan jumlah asupan
makan hari ke tiga didapatkan rata – rata sebesar 555,9 ml.
Frekuensi BAB
Kelompok Pijat : Frekuensi BAB pada hari pertama pada kelompok
pijat didapatkan rata – rata sebanyak 3,1 x/ hari, frekuensi BAB pada
hari ke dua didapatkan rata – rata sebesar 5 x / hari, dan frekuensi BAB
pada hari ke tiga didapatkan rata – rata sebanyak 4,6 x/ hari.
Kelompok Kontrol : Frekuensi BAB pada hari pertama pada kelompok
kontrol didapatkan rata – rata sebanyak 3,0 x/ hari, frekuensi BAB
pada hari ke dua didapatkan rata – rata sebesar 4,3 x / hari, dan
frekuensi BAB pada hari ke tiga didapatkan rata – rata sebanyak 3,9 x/
hari.
Berat Badan
Kelompok Pijat : Pada bayi kelompok pijat, berat badan bayi hari
pertama didapatkan rata – rata sebesar 2,888,9 gram, berat badan bayi
hari ke dua didapatkan rata – rata sebesar 2,968,1 gram, dan berat
badan rata – rata pada hari ke tiga sebesar 3,031,9 gram.
Kelompok Kontrol : Pada bayi kelompok kontrol, berat badan bayi hari
pertama didapatkan rata – rata sebesar 3,008,2 gram, berat badan bayi
hari ke dua didapatkan rata – rata sebesar 3,098,3 gram, dan berat
badan rata – rata pada hari ke tiga sebesar 3,163,8 gram.
Kadar Birilubin
Kelompok Pijat : Kadar birilubin bayi kelompok pijat hari pertama
didapatkan rata – rata sebesar 15,6 mg/dL, rata – rata hari ke dua
didapatkan kadar birilubin sebesar 13,9 mg/ dL, dan kadar birilubin
pada kelompok pijat hari ke tiga didapatkan rata – rata sebesar 10,8
mg/dL.
Kelompok Kontrol : Kadar birilubin bayi kelompok kontrol hari
pertama didapatkan rata – rata sebesar 15,9 mg/dL, rata – rata hari ke
dua didapatkan kadar birilubin sebesar 14,5 mg/ dL, dan kadar
birilubin pada kelompok kontrol hari ke tiga didapatkan rata – rata
sebesar 12,2 mg/dL.
- Hasil penelitian 12 Sebanyak 56 neonatus dilibatkan dalam penelitian ini. Pada kelompok
kontrol terdapat 29 neonatus dan kelompok eksperimen pijat sebanyak
27 neonatus. Pada hari ketiga, kelompok pijat menunjukkan frekuensi
buang air besar yang lebih tinggi (p=0,045) dan secara signifikan
menurunkan kadar bilirubin (p=0,03) dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Tidak ada perbedaan yang signifikan terkait jumlah makan
atau berat badan yang diamati anatara kedua kelompok.

- Kesimpulan : 13 P (Problem)
PICO Hiperbilirubinemia atau penyakit kuning merupakan penyakit yang
ditandai dengan perubahan warna kuning pada kulit dan sklera yang
disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin serum (American
Academy of Pediatrics, 2004). Hiperbilirubinemia yang berlebihan
dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. Hiperbilirubinemia
mempengaruhi sebanyak 60% dari neonatus yang sehat dan
bertanggung jawab atas 75% dari rawat inap dalam minggu pertama
setelah lahir (Maisels & McDonagh, 2008). Jenis penyakit kuning ini
dikenal sebagai ikterus fisiologis biasanya tidak berbahaya meskipun
harus tetap dipantau dan sepertinya tidak membutuhkan pengobatan.
Namun ada beberapa neonatus yang menderita ikterus fisologis yang
berlebihan atau ikterus patologis. Kasus ikterus patologis harus diobati
dengan fototerapi atau bahkan memerlukan tranfusi untuk mengurangi
risiko ensefalopati bilirubin atau kernikterus (Maisels & McDonagh,
2008).
I (Intervention)
Pemberian terapi pijat pada neonatus sesuai dengan International
Association of Infant Massage (IAIM) yang berlanjung selama 3 hari
berturut-turut untuk setiap sesi selama 20 menit dan diakhiri dengan
pengecekan kembali kadar bilirubin setelah diberikan terapi pijat.
Prosedur Pijat Bayi
1. Mencuci tangan
2. Mengoleskan minyak pijat (minyak almond)
3. Melakukan tes kulit sebelum prosedur selama 30 menit untuk
mengetahui apakah ada reaksi alergi atau mengalami efek samping
dari minyak almond.
4. Memulai memijat pada tungkai dan kaki (dengan satu tangan
digunakan untuk memperbaiki kaki)
5. Memijat bagian perut
6. Memijat bagian tangan
7. Terakhir, memijat bagian punggung
8. Pertahankan suhu ruangan antara 26oC – 28oC

C (Comparation)
Pijat bayi yang dilakukan 15-20 menit selama 3-4 hari berturut turut
dapat memberikan efek terhadap kadar bilirubin secara biomekanikal
tubuh, fisologikal, neurologikal, dan psikologikal. Efek biomekanikal
yang akan merangsang tubuh untuk mengurangi dan mencegah adesi
jaringan tubuh serta meningkatkan kemampuan otot dalam membantu
pengeluaran sisa metabolisme (bilirubin tak terkonjugasi dalam bentuk
fotobilirubin yang berikatan dengan albumin), efek fisiologikal akan
meningkatkan dan memperlancar aliran darah pembuangan. Darah
yang mengandung ikatan fotobilirubin dapat dengan mudah dibawa ke
hepar, kantung empedu dan duodenum, kemudian melalui gerakan dan
intensitas pijatan akan membantu peningkatan peristaltik usus sehingga
bilirubin tak terkonjugasi dikeluarkan melalui feses (exretion of
steroobilinogen) (Robert, Jeyaraj, & Kanchana, 2015). Efek
neurologikal dari pijat akan menstimulasi sensor penerimaan (saraf
aferen di permukaan tubuh) untuk menghantarkan sinyal listrik dan
menghasilkan aksi potensial yang akan merangsang keefektifan kerja
sel dan hormon diseluruh tubuh, bersamaan itu hipotalamus,
memberikan respon memperlancar aliran darah dan efektivitas hormon
target. Kerja sistem tubuh memberi rangsangan ke otak untuk
memproduksi hormon endorfin yang menimbulkan respon relaksasi
pada bayi. Respon relaksasi membuat bayi lebih tenang, tidur lebih
lelap selama fototerapi sehingga fototerapi lebih efektif (Stillerman,
2009). Pijat meningkatkan aliran getah bening dan sirkulasi darah.
Sirkulasi darah meningkat akan mempercepat ekskresi biilirubin yang
akan dipecah saat fototerapi serta mempercepat ekskresi meconium dan
mengurangi penyerapan kembali bilirubin dalam darah (sirkulasi
entrohepatik) (Kokab, Mahdi, Kianmehr, & Jani, 2015). Menstimulasi
saraf vagus, meningkatkan hormon yang mempengaruhi pencernaan
makanan dan penyerapan (gastrin dan insulin), sehingga
mengakibatkan peningkatan peristaltik usus dan ekskresi meconium
(terdapat 1mg/dL bilirubin) (Karbandi, Lotfi, Boskabadi, & Esmaily,
2016) serta dapat meningkatkan keinginan untuk menyusu (Robert,
Jeyaraj, & Kanchana, 2015). Membantu mengefektifkan pelaksanaan
fototerapi dengan pijat dapat merangsang hormon catecholamin
mengurangi stres bayi dan dapat mempromosikan ikatan emosional
yang positif antara orang tua dan bayi (Chen, Sadakata, Ishida,
Sekizuka, & Sayama, 2011).
O (Outcome)
Sebanyak 56 neonatus dilibatkan dalam penelitian ini. Pada kelompok
kontrol terdapat 29 neonatus dan kelompok eksperimen pijat sebanyak
27 neonatus. Pada hari ketiga, kelompok pijat menunjukkan frekuensi
buang air besar yang lebih tinggi (p=0,045) dan secara signifikan
menurunkan kadar bilirubin (p=0,03) dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
- Analisa SWOT 14 S (Strength)
- Terapi pijat merupakan praktik terapi yang aman dan ekonomis
serta tidak berbahaya.
- Terapi pijat dapat dilakukan ibu sendiri di rumah
- Terapi pijat juga dapat meningkatkan ikatan dan interaksi antara
ibu dan bayi.
W (Weakness)
- Pada jurnal tidak ditampilkan hasil analisis statistik uji t-test, uji
kolmogorov smirnov dan uji Chi-Square tetapi langsung
ditampilkan untuk kesimpulannya.
- Kelemahan penelitian ini, responden yang masih kecil, tidak
memperhatikan pemberian terapi cairan intravena yang dapat
diprediksi turut mendukung pemenuhan hidrasi selama fototerapi
dan dapat meningkatkan ekskresi produk sampah metabolic.
- Terbatasnya tenaga perawat di Rumah Sakit, karena terapi pijat
memerlukan extra tenaga dan waktu.
O (Opportunity)
- Terapi pijat dapat dikembangkan di Rumah Sakit
- Tidak memberikan intervensi yang berbahaya (invasif)
- Dapat menyiapkan ruangan khusus perawatan bayi dengan
hiperbilirubinemia untuk meningkatkan hasil intervensi yang telah
diberikan.
T (Threats)
Adanya perbedaan pendapat antar perawat maupun antar tenaga medis
yang lain yang menolak melakukan terapi pijat karena membutuhkan
waktu dan tenaga lebih.
DAFTAR PUSTAKA

Chen J, Sadakata M, Ishida M, Sekizuka N, Sayama M. (2011). Baby massage ameliorates


neonatal jaundice in full-term newborn infants. Tohoku J Exp Med. 2011;223:97–102.

Karbandi, S., Lotfi, M., Boskabadi, H., & Esmaily, H. (2016). The Effect of Field Massage
Technique on Birilubin Level and the Number of Defecations in Preterm Infants. Evidence
Based Care Journal. ISSN : 2008-370X

Kokab, B., Mahdi, B., Kianmehr, M., & Jani, S. (2015). The Effect of Massage on Neonatal
Jaundice in Stable Preterm Newborn Infant : a Randomized Controlled Trial. Journal of the
Pakistan Medical Association. ISSN : 0030-9982

Robert, A., Jeyaraj, P., & Kanchana,S. (2015). Effectiveness of Therapeutic Massage on
Level of Birilubin among Neonates with Physiological Jaundice. Issue Anitha Robert, 2
(212), 1-6

Stillerman, E. (2009). Modalities for Massage and Bodywork. Mosby

Anda mungkin juga menyukai