Anda di halaman 1dari 12

ADAB MENUNTUT ILMU DAN

KARAKTERISTIK ILMUWAN MUSLIM


OLEH:
KELOMPOK 2 MAB 1C

NUR ALIFFIA A.N. J3J117094


ASRI TALIA AMANDA J3J117233
DYAH TRISNAYANI R. J3J217405
RENALDI J3J217423
GIANTINA VERONIKA J3J217512

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN AGRIBISNIS


DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
2

Bismillahirrahmaanirrahim

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan tentang Islam,


termasuk di dalamnya masalah adab. Seorang penuntut ilmu harus menghiasi
dirinya dengan adab dan akhlak mulia. Dia harus mengamalkan ilmunya dengan
menerapkan akhlak yang mulia, baik terhadap dirinya maupun kepada orang lain.

Berikut diantara adab-adab yang selayaknya diperhatikan ketika seseorang


menuntut ilmu syar’i,

Pertama, Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu

Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Ta’ala dan seseorang tidak
akan mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah. “Padahal
mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan hanya kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5)

Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang
yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya. Rasulallah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia
lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya
melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat
harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

Kedua, Rajin berdoa kepada Allah Ta’ala, memohon ilmu yang bermanfaat

Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat


kepada Allah Ta’ala dan memohon pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu
serta selalu merasa butuh kepadaNya.

Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk selalu


memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan berlindung kepadaNya
dari ilmu yang tidak bermanfaat, karena banyak kaum Muslimin yang justru
mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat, seperti mempelajari ilmu filsafat, ilmu
kalam ilmu hukum sekuler, dan lainnya.

Ketiga, Bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu

Dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut
ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang
bermanfaat dengan izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam
menuntutnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang
tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah
3

kenyang dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah
kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)

Keempat, Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala

Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan


dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang
bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan mendatangkan
siksa Allah Ta’ala.

 Kelima, Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu

Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama
kedua sifat itu masih ada dalam dirinya.

Imam Mujahid mengatakan,

‫الَ يَتَ َعلَّ ُم ْال ِع ْل َم ُم ْستَحْ ٍى َوالَ ُم ْستَ ْكبِ ٌر‬

“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong”
(HR. Bukhari secara muallaq)

Keenam, Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru

Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada
hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti
apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.”
(QS. Az-Zumar: 17-18)

Ketujuh, Diam ketika pelajaran disampaikan

Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak
bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i
yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Allah Ta’ala berfirman, “dan apabila
dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat
rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204)

Kedelapan, Berusaha memahami ilmu syar’i yang disampaikan

Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat duduk yang tepat di
hadaapan guru, memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang
berpengalama. Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah
pelajaran, tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan, tidak membaca satu
kitab kepada banyak guru pada waktu yang sama, mengulang pelajaran setelah
kajian selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.

Kesembilan, Menghafalkan ilmu syar’i yang disampaikan


4

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar


perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan
menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih
faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).

Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah
Ta’ala agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar,
memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Maka kita pun diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang
bersumber dari Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kesepuluh, Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan

Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin


penting, fawaa-id (faedah dan manfaat) dari ayat, hadits dan perkataan para
sahabat serta ulama, atau berbagai dalil bagi suatu permasalahan yang dibawa kan
oleh syaikh atau gurunya. Agar ilmu yang disampaikannya tidak hilang dan terus
tertancap dalam ingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. Ibnu
‘Abdil Barr)

Kesebelas, Mengamalkan ilmu syar’i yang telah dipelajari

Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada
tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-
Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan
demikian, barang siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya
ia diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang
besar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang


mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak
mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia,
namun membakar dirinya sendiri.” (HR Ath-Thabrani)

Kedua belas, Berusaha mendakwahkan ilmu

Objek dakwah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita, Allah Ta’ala
berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6).

Hal yang harus diperhatikan oleh penuntut ilmu, apabila dakwah mengajak
manusia ke jalan Allah merupakan kedudukan yang mulia dan utama bagi seorang
hamba, maka hal itu tidak akan terlaksana kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu,
5

seorang dapat berdakwah dan kepada ilmu ia berdakwah. Bahkan demi


sempurnannya dakwah, ilmu itu harus dicapai sampai batas usaha yang maksimal.
Syarat dakwah:

1. Aqidah yang benar, seorang yang berdakwah harus meyakini kebenaran


‘aqidah Salaf tentang Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, Asma’ dan Shifat,
serta semua yang berkaitan dengan masalah ‘aqidah dan iman.
2. Manhajnya benar, memahami Al-quran dan As-sunnah sesuai dengan
pemahaman Salafush Shalih.
3. Beramal dengan benar, semata-mata ikhlas karena Allah dan ittiba’
(mengikuti) contoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak
mengadakan bid’ah, baik dalam i’tiqad (keyakinan), perbuatan, atau
perkataan.
4. 2.3 Adab Menuntut Ilmu
A. Adab murid kepada guru
• menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan
ikhlas
• tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru
• jujur dan setia bersama guru
• bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru
• hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan
• tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru
• tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru
• berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya
• selalu berusaha menyenangkan hati guru
• memanggil guru dengan panggilan yang disukainya
• berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru
• membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya
sebagai tanda penghormatan kepada mereka
• tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya
• tidak terbahak-bahak di depan guru
• tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru
• selalu duduk dalam sikap sopan

5. B. Adab murid kepada sesama murid


• menghormati dan memuliakan sesama murid dengan tulus dan ikhlas
• hendaknya memberikan nasehat kepada sesama murid dengan
kerendahan hati dan bebas dari kesombongan ( amar ma’ruf nahi munkar )
• selalu berbaik sangka kepada sesama murid dan tidak mencari-cari
keburukan mereka
• tidak menyakiti hati sesama murid
• hendaknya menerima permintaan maaf sesama murid apabila mereka
memintanya
• selalu membantu sesama murid dalam suka maupun duka
• bersikap rendah hati dan santun kepada sesama murid
• tidak meminta menjadi pemimpin mereka, hanya menjadi sesama
saudara dengan mereka
• lapang dada dalam perbedaan pendapat yang mungkin terjadi di antara
6

sesama murid
C. Adab murid kepada pelajaran
• niat yang ikhlas karena Allah ketika memulai belajar
• diniatkan bahwa belajar ( menuntut ilmu ) itu untuk menghilangkan
kebodohan diri dan orang lain di lingkungannya
• menghormati dan memuliakan buku pelajaran ( kitab ) dengan tulus dan
ikhlas
• menjaga kebersihan dan kerapihan buku pelajaran ( kitab )
• meletakkan buku pelajaran ( kitab ) di tempat yang baik dan terhormat
• tekun dan kontinyu dalam memahami pelajaran ( ilmu )
• membiasakan diri menghafal pelajaran dan menjaga hafalan
• selalu menulis atau mencatat pelajaran ( ilmu ) yang diperoleh
• meneliti sumber dan isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
• bersikap adil terhadap isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau
kitab
• menjauhkan sifat malu yang berlebihan dalam proses memahami suatu
pelajaran atau ilmu
2.4 Deskripsi tentang orang yang akan memperoleh kemudahan dalam
menuntut ilmu
Beberapa hal yang dapat memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu:
1. taat beribadah, rajin bangun malam untuk sholat tahajud dan tafakur.
2. tidak berbuat maksiat
3. memuliakan/menghormati guru (adab murid kepada guru)
4. memuliakan/menghormati sahabat (adab murid kepada sesama murid)
5. memuliakan/menghormati kitab/buku (adab murid kepada pelajaran)
6. sering bergaul/berdiskusi dengan ulama (memuliakan ulama)
7

KATA PENGANTAR

                                       
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan
makalah pendidikan agama islam dengan judul "Adab menuntut Ilmu dan
Karakteristik Ilmuan Muslim”

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam merampungkan makalah ini, terutama kepada Bapak
Musthofa selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini


dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.

                                                          Bogor, 21 Februari 2018

Penyusun
8

Karakteristik Ilmuwan Muslim

Tanda-tanda seorang ilmuwan yang muslim (cendekiawan


muslim/intelektual Islam) haruslah memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Bersungguh-sungguh belajar (QS 3/7). Firman Allah :

Artinya:
Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi)
nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan
yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam
hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-
ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk
mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya
melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan
kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-
orang yang berakal.
Seorang muslim sangat menyadari akan hakikat semua aktifitas hidupnya
adalah dalam rangka pengabdiannya kepada Allah SWT, sehingga dirinya
haruslah mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya untuk sebesar-
besarnya digunakan meningkatkan taraf hidup kaum muslimin.

2. Berpihak pada kebenaran (QS 5/100). Firman Allah :

Artinya:
Katakanlah: "tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya
yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-
orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."
Seorang muslim sangat menyadari bahwa ilmu yang bermanfaat yang
9

didapatnya itu kesemuanya dari sisi Allah SWT. Allah-lah yang telah
mengajarinya dan membuatnya bisa mengenal alam semesta ini. Sehingga
sebagai konsekuensinya, maka ia haruslah berpihak kepada kebenaran yang
telah diturunkan Allah SWT, tidak peduli ia harus berhadapan dengan para
oportunis, dan tidak peduli walaupun yang berpihak kepada kebenaran itu
sangat sedikit. Karena ia tahu bahwa saat menghadap Allah SWT kelak,
masing-masing akan mempertanggungjawab kan perbuatannya sendiri-sendiri
dan Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan setiap perbuatan walaupun kecil

3. Kritis dalam belajar (QS 39/18). Firman Allah

t ûï Ï %©! $# t bqãèÏ Jt Fó¡ o„ t Aöqs) ø9$# t bqãèÎ 6- Fu‹sù


ÿ¼çmuZ| ¡ ômr& 4 y7Í ´ ¯ »s9' r é& t ûï Ï %©! $# ãNßg1y‰yd ª ! $# (
y7Í ´ ¯ »s9' r é&ur öNèd ( #qä9' r é& É=»t 7ø9F{$# ÇÊÑÈ
Artinya:
yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di
antaranya. mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan
mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal.
Setiap muslim mengetahui bahwa kebenaran yang terkandung dalam
ilmu pengetahuan yang dipelajarinya bersifat relatif dan tidak tetap. Sehingga
ia selalu berusaha bersifat kritis dan tidak menelan bulat2 apa yang
dipelajarinya dari berbagai ilmu pengetahuan modern tanpa melakukan suatu
pengujian dan eksperimen. Bisa saja suatu saat nanti teori yang saat ini
dianggap benar akan ditinggalkan, karena kebenaran teori bersifat akumulatif,
sehingga dengan semakin berlalunya waktu maka akan semakin mengalami
penyempurnaan. Hal ini berbeda dengan kebenaran al-Qur'an yang bersifat
absolut karena ia diturunkan oleh Yang Maha Mengetahui akan kebenaran.

4. Menyampaikan ilmu (QS 14/52).

Artinya:
(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya
mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui
bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang
berakal mengambil pelajaran.
Sifat kaum muslimin yang keempat adalah berusaha mengamalkan ilmu
yang sudah didapatnya dengan berusaha menyampaikannya sedapat mungkin
kepada orang lain. Karena pahala ilmu yang telah dipelajari akan menjadi suatu
amal yang tidak pernah putus walaupun ia telah tiada, jika telah menjadi
suatu ilmu yang bermanfaat.
10

6. Sangat takut pd Allah SWT (QS 65/10).

Artinya:
Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah kepada
Allah Hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang
beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu
Sifat yang kelima dari seorang ilmuwan muslim adalah bahwa dengan
semakin bertambahnya ilmu pengetahuan yang didapatnya maka ia merasa
semakin takut kepada Allah SWT. Hal ini disebabkan karena dengan semakin
banyaknya ilmunya, maka semakin banyak rahasia alam semesta ini yang
diketahuinya dan semakin yakinlah ia akan kebenaran firman Allah SWT
dalam kitab-Nya. Bukan sebaliknya, semakin pandai maka semakin jauh ia
kepada Allah SWT.

6. Bangun diwaktu malam (QS 39/9).

Artinya:
(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.

D. Syarat-Syarat Seorang Ilmuwan


Beberapa syarat seorang ilmuwan adalah :
1. Kejujuran Intelektual
2. Emtode ilmiah
3. Prosedur ilmiah
4. Adanya suatu gelar yang berdasarkan pendidikan formal yang ditempuh
5. Menyatakan pendapat argumentatif
11

6. Berani surut kalau keliru


7. Terbuka dan menerima kebenaran yang baru dikenalnya

Referensi:
Adab & Akhlak Penuntut Ilmu karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas
- Kritis dalam belajar
- Menyampaikan ilmu
- Sangat takut pd Allah SWT
- Bangun diwaktu malam
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 1996. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos
Syadali, Ahmad dan Mudzakir. 1999. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia
Djumransjah, dkk. 2007. Pendidikan Islam ; Menggali “Tradisi”, Meneguhkan
Eksistensi, Malang : UIN-Malang Press
Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam
Bandung: al Ma'arif
Daradjat, Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara
12

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam menuntut ilmu seorang muslim wajib mengamalkan ilmu yang didapat.
Pada proses menuntut ilmu seorang muslim harus memperhatikan adab-adab
dalam proses menuntut ilmu yang sesuai dengan ajaran islam. Intinya agar ilmu
yang telah didaptkan dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Ilmu yang bermanfaat akan melahirkan seorang ilmuwan, apalagi ditambah


dengan ada nya globalisasi maka ilmuwan pun semakin bertambah
Menghadapi era globalisasi dan abad ilmu pengetahuan modern,
perkembangan dunia akan diramaikan dengan berbagai perubahan dalam aspek-
aspek kehidupan. Peradaban dunia dewasa ini akan semakin bebas dan terbuka,
sehingga persinggungan peradaban antara budaya dan bangsa akan meluas tanpa
mengenal batas wilayah ataupun negara. Berbagai peradaban yang dibentuk oleh
bangsa-bangsa di dunia akan menimbulkan pergumulan, saling mempengaruhi
satu dengan lainnya, yang terkadang bisa menimbulkan bentrokan yang
merugikan dan persaingan yang tidak sehat. Akibat pergumulan peradaban dunia
itu, langsung atapun tidak langsung akan menimbulkan berbagai perubahan norma
dan nilai dalam suatu masyarakat. Perubahan norma dan nilai itu sering berbeda
atau bahkan bertentangan dengan ajaran agama.
Mengamati kenyataan itu, maka peran ilmuwan muslim sangat dominan
dalam mengantisipasi berbagai perkembangan dan benturan budaya antar etnis
dan bangsa di dunia. Kaum ilmuwan muslim seharusnya menjadi pelopor dalam
membentuk masyarakat yang religius di masa depan. Mereka seharusnya
mengarahkan perkembangan sains dan teknologi serta pendayagunaan fungsinya
untuk membentuk suatu peradaban yang luhur, sesuai dengan pesan-pesan Islam.
dengan ilmu yang dimiliki, kemampuan menganalisis masa depan dan
kemampuan lain yang terus melaju, ilmuwan muslim akan menjadi peletak dasar
bagi pembentukan budaya umat manusia pada masa yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dalam pembahasan kali
ini pemakalah akan membahasa mengenai bagaimana karateristik seorang
Ilmuwan Muslim itu.

Anda mungkin juga menyukai