Bismillahirrahmaanirrahim
Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Ta’ala dan seseorang tidak
akan mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah. “Padahal
mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan hanya kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5)
Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang
yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya. Rasulallah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia
lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya
melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat
harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
Kedua, Rajin berdoa kepada Allah Ta’ala, memohon ilmu yang bermanfaat
Dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut
ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang
bermanfaat dengan izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam
menuntutnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang
tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah
3
kenyang dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah
kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)
Keempat, Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala
Kelima, Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu
Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama
kedua sifat itu masih ada dalam dirinya.
“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong”
(HR. Bukhari secara muallaq)
Keenam, Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru
Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada
hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti
apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.”
(QS. Az-Zumar: 17-18)
Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak
bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i
yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Allah Ta’ala berfirman, “dan apabila
dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat
rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204)
Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat duduk yang tepat di
hadaapan guru, memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang
berpengalama. Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah
pelajaran, tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan, tidak membaca satu
kitab kepada banyak guru pada waktu yang sama, mengulang pelajaran setelah
kajian selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.
Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah
Ta’ala agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar,
memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Maka kita pun diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang
bersumber dari Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada
tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-
Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan
demikian, barang siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya
ia diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang
besar.
Objek dakwah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita, Allah Ta’ala
berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6).
Hal yang harus diperhatikan oleh penuntut ilmu, apabila dakwah mengajak
manusia ke jalan Allah merupakan kedudukan yang mulia dan utama bagi seorang
hamba, maka hal itu tidak akan terlaksana kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu,
5
sesama murid
C. Adab murid kepada pelajaran
• niat yang ikhlas karena Allah ketika memulai belajar
• diniatkan bahwa belajar ( menuntut ilmu ) itu untuk menghilangkan
kebodohan diri dan orang lain di lingkungannya
• menghormati dan memuliakan buku pelajaran ( kitab ) dengan tulus dan
ikhlas
• menjaga kebersihan dan kerapihan buku pelajaran ( kitab )
• meletakkan buku pelajaran ( kitab ) di tempat yang baik dan terhormat
• tekun dan kontinyu dalam memahami pelajaran ( ilmu )
• membiasakan diri menghafal pelajaran dan menjaga hafalan
• selalu menulis atau mencatat pelajaran ( ilmu ) yang diperoleh
• meneliti sumber dan isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
• bersikap adil terhadap isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau
kitab
• menjauhkan sifat malu yang berlebihan dalam proses memahami suatu
pelajaran atau ilmu
2.4 Deskripsi tentang orang yang akan memperoleh kemudahan dalam
menuntut ilmu
Beberapa hal yang dapat memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu:
1. taat beribadah, rajin bangun malam untuk sholat tahajud dan tafakur.
2. tidak berbuat maksiat
3. memuliakan/menghormati guru (adab murid kepada guru)
4. memuliakan/menghormati sahabat (adab murid kepada sesama murid)
5. memuliakan/menghormati kitab/buku (adab murid kepada pelajaran)
6. sering bergaul/berdiskusi dengan ulama (memuliakan ulama)
7
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan
makalah pendidikan agama islam dengan judul "Adab menuntut Ilmu dan
Karakteristik Ilmuan Muslim”
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.
Penyusun
8
Artinya:
Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi)
nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan
yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam
hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-
ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk
mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya
melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan
kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-
orang yang berakal.
Seorang muslim sangat menyadari akan hakikat semua aktifitas hidupnya
adalah dalam rangka pengabdiannya kepada Allah SWT, sehingga dirinya
haruslah mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya untuk sebesar-
besarnya digunakan meningkatkan taraf hidup kaum muslimin.
Artinya:
Katakanlah: "tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya
yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-
orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."
Seorang muslim sangat menyadari bahwa ilmu yang bermanfaat yang
9
didapatnya itu kesemuanya dari sisi Allah SWT. Allah-lah yang telah
mengajarinya dan membuatnya bisa mengenal alam semesta ini. Sehingga
sebagai konsekuensinya, maka ia haruslah berpihak kepada kebenaran yang
telah diturunkan Allah SWT, tidak peduli ia harus berhadapan dengan para
oportunis, dan tidak peduli walaupun yang berpihak kepada kebenaran itu
sangat sedikit. Karena ia tahu bahwa saat menghadap Allah SWT kelak,
masing-masing akan mempertanggungjawab kan perbuatannya sendiri-sendiri
dan Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan setiap perbuatan walaupun kecil
Artinya:
(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya
mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui
bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang
berakal mengambil pelajaran.
Sifat kaum muslimin yang keempat adalah berusaha mengamalkan ilmu
yang sudah didapatnya dengan berusaha menyampaikannya sedapat mungkin
kepada orang lain. Karena pahala ilmu yang telah dipelajari akan menjadi suatu
amal yang tidak pernah putus walaupun ia telah tiada, jika telah menjadi
suatu ilmu yang bermanfaat.
10
Artinya:
Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah kepada
Allah Hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang
beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu
Sifat yang kelima dari seorang ilmuwan muslim adalah bahwa dengan
semakin bertambahnya ilmu pengetahuan yang didapatnya maka ia merasa
semakin takut kepada Allah SWT. Hal ini disebabkan karena dengan semakin
banyaknya ilmunya, maka semakin banyak rahasia alam semesta ini yang
diketahuinya dan semakin yakinlah ia akan kebenaran firman Allah SWT
dalam kitab-Nya. Bukan sebaliknya, semakin pandai maka semakin jauh ia
kepada Allah SWT.
Artinya:
(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.
Referensi:
Adab & Akhlak Penuntut Ilmu karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas
- Kritis dalam belajar
- Menyampaikan ilmu
- Sangat takut pd Allah SWT
- Bangun diwaktu malam
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 1996. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos
Syadali, Ahmad dan Mudzakir. 1999. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia
Djumransjah, dkk. 2007. Pendidikan Islam ; Menggali “Tradisi”, Meneguhkan
Eksistensi, Malang : UIN-Malang Press
Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam
Bandung: al Ma'arif
Daradjat, Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara
12
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam menuntut ilmu seorang muslim wajib mengamalkan ilmu yang didapat.
Pada proses menuntut ilmu seorang muslim harus memperhatikan adab-adab
dalam proses menuntut ilmu yang sesuai dengan ajaran islam. Intinya agar ilmu
yang telah didaptkan dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.