Anda di halaman 1dari 4

MATERI I

ADAB MENUNTUT ILMU

A. Tujuan
1. Mahasiswa santri memahami adab sebagai murid
2. Mahasiswa santri termotivasi untuk senantiasa meluruskan niat dalam menuntut ilmu
B. Materi
Majelis ilmu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup manusia. Bahkan
mengadakan majelis ilmu merupakan perkara penting yang harus dilakukan oleh setiap muslim,
sebagaimana sabda Rasulullah yang menganjurkan umatnya untuk menghadiri majelis ilmu,

“Jika kalian melewati taman syurga, maka berhentilah. Mereka bertanya, ‘Apakah taman
syurga itu?’ Rasulullah menjawab, “Halaqoh dzikir (majelis ilmu)”.” (HR. At Tirmidzi dan
dishahihkan Syeikh Salim bin Ied Hilali dalam Shahih Kitabul Adzkar).
Demikian juga salafus shalih sangat bersemangat mengadakan dan menghadiri ilmu.
Sehingga kita mendapatkan riwayat hadits tentang majelis ilmu dari mereka.
Keutamaan majelis ilmu
1. Mengamalkan perintah Allah dan Rasulullah serta mencontoh jalan hiup para salafus shalih
2. Mendapat ketenangan
3. Mendapatkan rahmat Allah
4. Dipuji Allah di hadapan para malaikat
5. Mengambil satu jalan mendapat warisan para Rasul
6. Mendapatkan ilmu dan adab dari seorang alim
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dan Dilakukan Agar dapat Mengambil Keutamaan dari
Majelis Ilmu
1. Ikhlas
2. Bersemangat menghadiri majelis ilmu
3. Bersegera dating ke majelis ilmu dan tidak terlambat
4. Mencatat point penting dalam setiap majelis ilmu
5. Tidak sibuk sendiri ketika di dalam majelis ilmu
Adab peserta majelis ilmu
1. Membersihkan hati dari akidah dan akhlak yang jelek
2. Memperbaiki niat
3. Qana’ah dalam makanan, pakaian, dan tempat
4. Semangat dalam menuntut ilmu
5. Menghiasi diri dengan akhlak mulia
6. Membawa alat tulis
7. Berinfaq
Adab terhadap guru
1. Tunduk dan taat terhadap guru selama tidak maksiat
2. Mengkomunikasikan urusan dirinya dengan murabbi
3. Berusaha memenuhi hak murabbi dan tidak melupakan jasanya
4. Sabar atas perlakuannya
5. Meminta izin ketika berhalangan
6. Bertutur kata yang sopan dan santun kepadanya
Adab terhadap sesama peserta majelis ilmu
1. Mendorong peserta lain untuk bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu
2. Tidak memotong pembicaraan orang lain
Adab Ketika di Majelis Ilmu
1. Memberi salam kepada orang-orang yang di dalam majelis saat masuk dan keuar majelis
Abu Hurairah ra telah meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, “Bila salah seorang
kamu sampai di suatu majlis, maka hendaklah memberi salam, lalu jika dilihat layak baginya
duduk maka duduklah ia. Kemudian jika bangkit (akan keluar) dari majlis hendaklah memberi
salam pula. Bukanlah yang pertama lebih berhak daripada yang selanjutnya.” (HR. Abu Daud
dan At-Tirmidzi).
2. Tidak berbisik berdua dengan meninggalkan orang lain dalam majelis
Ibnu Mas`ud Radhiallaahu ‘anhu menuturkan : Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam
telah bersabda, “Bila kamu tiga orang, maka dua orang tidak boleh berbisik-bisik tanpa
melibatkan yang ketiga sehingga kalian bercampur baur dengan orang banyak, karena hal
tersebut dapat membuatnya sedih.” (Muttafaq’alaih).
3. Hendaknya duduk di tempat yang masih tersisa
Jabir bin Samurah telah menuturkan: “Adalah kami, apabila kami datang kepada Nabi
SAW maka masing-masing kami duduk di tempat yang masih tersedia di majelis.” (HR. Abu
Daud).
Jangan memindahkan orang lain dari tempat duduknya kemudian mendudukinya, akan
tetapi berlapang-lapanglah di dalam majlis. Ibnu Umar ra telah meriwayatkan bahwa
sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda, “Seseorang tidak boleh memindahkan orang lain dari
tempat duduknya, lalu ia menggantikannya, akan tetapi berlapanglah dan perluaslah.”
(Muttafaq’alaih).
4. Tidak menempati duduk orang lain yang keluar sementara waktu untuk suatu keperluan
Nabi SAW bersabda, “Apabila seorang di antara kamu bangkit (keluar) dari tempat
duduknya, kemudian kembali, maka ia lebih berhak menempatinya.” (HR.Muslim)
5. Tidak melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan perasaan orang lain, seperti
menguap atau membuang ingus atau bersendawa di dalam majelis
6. Disunnahkan menutup majelis dengan membaca do’a kafaratul majlis
Rasulullah bersabda, “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang duduk di suatu majelis
lalu banyak senda guraunya (kalimat yang tidak bermanfaat untuk akhiranya), maka hendaklah
ia mengucapkan sebelum bangun dari majelisnya itu, ‘SUBHAANAKALLOHUMMA WA
BIHAMDIKA, ASY-HADU ALLA ILAHA ILLA ANTA, AS-TAGH-FIRUKA WA
ATUUBU ILAIK’ (Mahasuci Engkau, wahai Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Aku meminta ampun
kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu); kecuali diampuni baginya dosa-dosa selama di
majelisnya itu.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih). [HR. Tirmidzi,
no. 3433. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih].
Adab dan Tugas Murid
Secara lahiriyah, murid memiliki adab dan tugas, diantaranya:
1. Mendahulukan kesucian jiwa daripada kejelekan akhlaq dan keburukan sifat
Ilmu merupakan ibadahnya hati, shalatnya jiwa, dan peribatannya batin kepada Allah.
Sebagaimana shalat yang merupakan tugas anggota badan, tidak sah kecuali dengan
mensucikannya dari najis dan hadats. Demikian pula ibadah batin yang disemarakkan dengan
ilmu, tidak sah kecuali setelah kesuciannya dari kejelekan akhlaq.
2. Memurnikan niat dalam menerima ilmu
Ilmu tidak akan memberikan kepadamu sebagiannya sebelum kamu menyerahkan
kepadanya seluruh jiwamu.
3. Tidak bersikap sombong kepada orang yang berilmu dan tidak bertindak sewenang-wenang
terhadap guru
Hendaklah ia bersikap tawadu’ kepada gurunya dan mencari pahala serta ganjaran
dengan berkhidmat kepadanya. Diantara bentuk kesombongan terhadap guru ialah sikap tidak
mau mengambil manfaat (ilmu) kecuali dari orang-orang besar yang terkenal. Ilmu pengetahuan
adalah barang milik Kaum Muslimin yang hilang, Kaum Muslimin dapat memungut atau
mengambil dari mana saja dan merasa berhutang budi kepada orang yang memberikan ilmu,
siapapun orangnya.
4. Orang yang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dari mendengarkan perselisihan
diantara manusia, baik ilmu dunia maupun akhirat.
Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga diri dari kebingungan. Apabila mengalami
kebingungan, hendaknya mencari guru atau seseorang yang dianggap mampu menjelaskan hal
yang dibingungkan itu.
5. Seorang penuntut ilmu tidak boleh meninggalkan atau meremehkan suatu cabang ilmu.
Sejatinya ilmu pengetahuan saling mendukung dan saling terkait satu sama lain. Ilmu
Allah sangatlah luas dan bermakna. Maka seorang penuntut ilmu sebaiknya tidak pernah merasa
cukup dengan ilmu yang ia miliki.
6. Menuntut ilmu secara bertahap, dimulai dengan yang paling penting
Secara umum, ilmu yang paling mulia adalah pengenalan Allah yang bahkan semua ilmu
yang Allah hadirkan menjadi petunjuk untuk mengenal-Nya lebih dalam.
7. Hendaklah tujuan murid di dunia adalah untuk menghias dan mempercantik batinnya dengan
keutamaan (hal baik) dan tujuan di akhirat adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah
Allah berfirman dalam QS. Al Mujadilah: 11, “Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman diantara kamu dan dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Segala ilmu yang dimaksudkan untuk mencari ridha Allah, maka ilmu itu akan
bermanfaat baginya dan mengangkat derajatnya.
C. Post Test
1. Sebutkan keutamaan menuntut ilmu!
2. Sebutkan 3 adab dan tugas sebagai seorang murid!
3. Apa yang Allah janjikan kepada orang yang berilmu?

Refrensi
1. Al Qur’an dan Tejemahannya, Departemen Agama RI
2. Rihlah Fi Thalabil Hadits, hal.196.
3. Tadzkiratul Hufadz
4. Siyar A’lam Nubala
5. Miftah Daris Sa’adah
6. Al Faqiih Wal Mutafaaqih
7. Jami’ Bayanil Filmi Wa Fadhlihi
8. Intisari Ihya’ Ulumuddin Al-Ghazali

Anda mungkin juga menyukai