Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Naufal Haidar
Kelas : 5B Ikhwan
Mata Kuliah : ‘Ulumul Hadits
Dosen : Ust. Abdulrahman Makatita, M.Ag.

Adab Muhaddits

Seseorang yang menyibukkan dirinya dengan hadits merupakan antara cara yang
paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan tugas yang paling mulia, maka
sepatutnya orang yang terlibat dengannya dan menyebarkannya dikalangan orang ramai
menghiaskan diri dengan akhlak-akhlak yang mulia dan penampilan yang elok. Dia mestilah
menjadi gambaran yang tepat kepada apa yang diajarkan kepada orang ramai di samping
terlebih dahulu mempraktikkannya pada diri sendiri sebelum menyuruh orang lain.

Hal-Hal Utama yang Menjadi Adab Muhaddits

1. Meluruskan niat dan ikhlas, yaitu dengan membersihkan hati dari motif-motif
keduniawian seperti mencari kedudukan dan popularitas.
2. Memberi perhatian yang amat besar terhadap penyebarluasan hadits, dan
menyampaikan sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dalam rangka meraih
pahala yang melimpah.
3. Tidak berbicara hadits di depan orang yang lebih utama daripada dirinya, baik dari
sisi usia maupun ilmunya.
4. Menunjukkan orang yang bertanya kepadanya tentang sesuatu hadis yang ada pada
ahli hadis yang lain.
5. Tidak menolak diri daripada menyampaikan hadis kepada seseorang karena dia
seorang yang tidak ikhlas. Orang itu diharapkan dapat memperbaiki niatnya.
6. Hendaknya seorang muhaddits membentuk majelis untuk mengkaji hadits jika
memang memiliki kelayakan untuk mengajarkan hadits.

Menghadiri majelis ilmu


Anjuran-anjuran jika hendak menghadiri Majelis, yakni :

1. Bersuci, merapikan diri, dan menata jenggot.


2. Duduk dengan tentang dan penuh perhatian sebagai penghormatan terhadap hadits
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam.
3. Menghadap kepada seluruh peserta majelis serta tidak menaruh perhatian hanya pada
orang-orang tertentu dengan melalaikan peserta yang lain.
4. Membuka dan menutup majelis dengan pujian kepada Allah Ta'ala serta shalawat
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam serta berdoa dengan doa sesuai dengan
keadaan.
5. Menjauhi perkara yang tidak dapat diterima oleh akal seorang murid atau hadits-
hadits yang tidak dipahami oleh mereka.
6. Menutup majlis imla' (membacakan hadits dengan tujuan untuk disalin) dengan
cerita-cerita untuk menghiburkan hati dan menghilangkan kejemuan.

Usia Seseorang Sehingga Layak Untuk Menyampaikan Hadits

Dalam hal ini ada perbedaan pendapat :


1. Ada yang berpendapat usia lima puluh tahun. Ada pula yang mengatakan usia empat
puluh tahun.
2. Pendapat yang benar adalah ketika seseorang sudah memiliki kemampuan dan
sanggup membentuk majelis hadits, berapa pun usianya.

Adab Thalibul Hadits

Adab yang harus dimiliki seorang penuntut ilmu hadits yaitu berupa adab yang tinggi
dan akhlak yang mulia sesuai dengan kemuliaan ilmu yang dicarinya, yaitu Hadits Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam. Di antara adab-adab tersebut ada yang menyamainya dengan
adab muhaddits, dan ada juga yang khusus bagi penuntut ilmu hadits.

Adab-adab Thalibul Hadits yang sama dengan Muhaddits

1. Meluruskan niat dan ikhlas hanya kepada Allah Ta'ala dalam menuntut ilmu hadits.
2. Bersikap hati-hati terhadap tujuannya menuntut ilmu hadits yang bisa
menjerumuskannya pada motivasi keduniawian. Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam bersabda, "Barangsiapa yang menuntut ilmu yang dianjurkan untuk Allah
Ta'ala, dan ia tidak mempelajarinya melainkan untuk meraih keduniawian, maka pada
hari Kiamat tidak akan memperoleh harumnya wangi surga." (HR. Abu Daud, Ibnu
Majah)
3. Mengamalkan hadits yang didengarnya.

Adab-adab yang khusus bagi Thalibul Hadits

1. Memohon daripada Allah Swt taufiq, kemudahan, kelurusan dan pertolongan supaya
dapat mencatat hadits dan memahaminya.
2. Memberi perhatian sepenuhnya dan mencurahkan segala usaha untuk memperolehi
ilmu hadits.
3. Hendaklah memulaikan pengjaian hadits dengan guru-guru di tempatnya yang paling
utama dari segi sanad, ilmu dan agama.
4. Menghormati dan memuliakan guru, ini sebagai memuliakan ilmu itu sendiri. Mencari
keridhaan guru dan bersabar dengan kekasarannya jika ada.
5. Menunjukkan faedah-faedah ilmiah yang diperolehinya kepada temanteman dan
saudara-saudaranya dalam belajar dan jangan pula disorokkan. Menyorokkan sesuatu
faedah ilmiah adalah perbuatqn tercela yang dilakukan oleh pelajar-pelajr yang rendah
akhlaknya sedangkan tujuan menuntut ilmu ialah untuk menyebarkannya.
6. Sifat malu dan sombong hendaknya tidak menghalanginya untuk terus mendengar dan
mendapatkan ilmu, meskipun berasal dari orang yang lebih muda atau kedudukannya
lebih rendah.
7. Berusaha memahami hadits yang telah ditulis. Oleh karena itu, ia harus rela
melelahkan dirinya tanpa mengenal waktu.

Anda mungkin juga menyukai