Oleh:
Dr. Muhammad Fahad bin Ibrahim Al-Wad'an
Penerjemah:
Ahmad La Ode Lc.
0
Pembukaan
Segala puji hanya milik Allah semata, semoga shalawat dan salam tercurah
kepada makluknya yang terbaik, nabi kita Muhamaad shalallahu ‘alaihi wasallam, kepada
keluarganya dan para sahabatnya. Amma ba'ad:
Tidak diragukan lagi bahwa menuntut ilmu memiliki adab-adab yang sangat
banyak . Dimana apabila seorang penuntut ilmu berkomitmen dengannya maka hal itu
akan memperbaiki perilakunya, baik bersama gurunya maupun bersama teman-temannya.
Begitu pula akan mempersingkat jalannya dan membimbingnya untuk mendapatkan hasil
dan keunggulan.
Kebutuhan seorang penuntut ilmu terhadap adab sama halnya dengan kebutuhan
napas terhadap udara. Dengan adab ilmu dapat dipahami, dan sesuai kadar penghormatan
seorang penuntut ilmu kepada gurunya maka dia akan mendapatkan manfaat dari
ilmunya.
Sungguh syariat yang suci ini telah memotivasi untuk menghiasi diri dengan
akhlak dan adab-adab yang baik. Juga menjelaskan bahwa itu adalah ciri dari pemeluk
agama Islam. Dan sesungguhnya tidak akan sampai kepada ilmu melainkan bagi mereka
yang berhias dengan adab-adab ilmu dan terbebas dari perkara-perkara yang dapat
merusaknya . Oleh sebab itu, para ulama sangat perhatian dengannya, baik lewat tulisan
dan karya-karya ilmiah mereka ataupun mereka mengajarkan adab-adab ilmu tersebut
kepada murid-murid mereka dalam majelis-majelis ilmu. Pada akhirnya kerja keras
mereka terus berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya dan mereka saling
mewariskan ilmu. Karena itu mereka mendapatkan berkahnya ilmu dengan bermajelis
bersama ahlinya dan berhias dengan adab-adabnya.
Ketika saya duduk bermajelis dengan saudaraku, syaikh Dr. Ibrohim bin Fahad
Al-Wad'an -semoga Allah memberi taufik kepadanya-, dimana beliau telah
mendengarkan kaset rekaman suara syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
rahimahullah, yang menjelaskan kitab "Hilyatu Thalibil Ilmi" karya Syaikh Bakar Abu
Zaid, tiba-tiba saudara saya ini berkata: penjelasan kitab ini sangat panjang, -dan itu
tentunya karena asal dari kitabnya juga sangat panjang. Maka beliau pun berangan-angan
agar kitab ini dapat diringkas kepada ukuran yang lebih kecil sehingga para pemula dari
penuntut ilmu dapat mengambil manfaat darinya dan seorang yang telah menggapai ilmu
yang tinggi juga tidak merasa cukup dengannya! Pada saat itu juga terbesit dalam
pikiranku untuk meringkas kitab ini agar mudah dipahami dan seorang penuntut ilmu
dapat menguasai pembahasan-pembahasan utamanya sehingga dengan mudah tersimpan
dalam memorinya. Serta ia dapat memahaminya semenjak awal ia menuntut ilmu sampai
ketika wawasannya telah meluas dan daya serapanya semakin berkembang. Demikan
pula agar dapat memudahkan bagi penuntut ilmu untuk memperolehnya dan
menghafalnya.
Maka apa yang saya pikirkan ini, memanggilku untuk menulis ringkasan ini.
Untuk mengingatkan seorang yang berilmu dari apa yang telah dicapainya dan sebagai
1
pemberitahuan terhadap seorang penuntut ilmu apa yang harus ia perbuat. Semoga Allah
memberi taufik kepada kita terhadap ilmu dan amal serta menyampaikan kita kepada
keridhaanNya yang merupakan akhir dari harapan.
Dr. Muhammad bin Fahad Al-Wad'an
Riyadh, 10/5/1428 H
2
Bab 1
Adab-Adab Penuntut Ilmu Terhadap Dirinya
1. Ilmu adalah ibadah:
Dasar utama dalam "Hilyah" (perhiasan) ini, bahkan bagi segala perkara yang
dituntut, pengetahuanmu bahwa ilmu adalah ibadah. Karena itu anda harus mengetahui,
bahwa syarat ibadah adalah:
a. Mengikhlaskan niat kepada Allah ta'ala, sebagaimana firman Allah ta'ala:
3
Teruslah takut kepada Allah baik ketika anda sendirian ataupun di depan umum.
Karena sebaik-baik manusia adalah mereka yang takut kepada Allah ta'ala. Dan tidaklah
takut kepada Allah melainkan dia adalah seorang yang alim (berilmu). Tentunya tidak
hilang dari benakmu bahwa seorang yang berilmu tidaklah dikatakan sebagai seorang
yang berilmu kecuali dia adalah seorang yang beramal, dan seorang yang berilmu tidak
akan mengamalkan ilmunya melainkan ketakutan kepada Allah terus melekat kepadanya.
4
7. Berhias dengan keindahan ilmu:
Yakni menapaki jalan yang bagus dan petunjuk yang baik, seperti terus tenang
dan berwibawa, khusyu, tawadhu, dan komitmen terhadap sasaran yang dituju. Dan itu
dapat ditempuh dengan memperbaiki zahir dan batin serta membebaskan diri dari
perusak-perusaknya.
8. Berhias dengan muru'ah (menjaga diri agar terus berada pada keadaan paling
afdhal):
Yakni berhias dengan muru'ah dan yang mengantarkan kepadanya. Seperti
akhlak-akhlak yang mulia, muka yang berseri-seri, mengucapkan salam, menaggung
kebutuhan manusia, menjaga harga diri tanpa merasa sombong, gagah perkasa tanpa
merasa angkuh, bersifat kesatria tanpa ashabiyah (fanatik golongan), dan gagah berani
tetapi bukan dengan cara jahiliyah.
Karena itu, singkirkanlah peretak muru'ah. Baik itu dari pekerjaan-pekerjaan yang
hina ataupun dari sifat-sifat yang tercela, seperti ujub, riya, tidak mau menerima
kebenaran, angkuh, meremehkan orang lain, dan mendatangi tempat-tempat yang
menimbulkan kecurigaan.
5
hidup dalam rahbaniyyah (jalan hidup membebaskan diri dari kesibukan dunia demi
beribadah), cenderung suka main-main dan cinta ketenaran.
Maka berpakaianlah dengan pakaian yang dapat memperindahmu dan yang tidak
membuatmu buruk. Jangan jadikan pakaianmu sebagai sumber dimana orang menilaimu
dengan buruk dan orang-orang pencela mencelamu.
Menjauhlah dari pakaian kekanak-kanakan. Tetapi bukan berarti anda memakai
pakaian yang buruk rupa. Akan tetapi sederhana dalam berpakaian sesuai yang telah
digariskan oleh syariat yang dibalut dengan jalan yang shalih dan petunjuk yang baik.
6
BabII
Tata Cara Menimba Ilmu dan Talaki
7
tersebut dibesarkan didaerahnya ketika memantapkan mukhtashar dan ia digembleng di
atasnya.
Dan pencarian ilmu di daerah kami pada seorang guru di masjid-masjid melalui
tiga tahapan: tingkatan pemula, tingkatan orang-orang menengah dan tingkatan orang-
orang yang sudah matang:
Pada pelajaran tauhid (kitab-kitab yang dipelajari) : "Tsalaatsatul Ushuul wa
Adillatuha" (Tiga Landasan Pokok dan Dalil-Dalinya), "Qawaa'idul Arba'" (Empat
Kaidah-Kaidah Pokok), kemudian "Kasyfu Syubhat" (Menyingkap Syubhat-Syubhat),
kemudian "Kitabut Tauhid" (Kitab tauhid), kitab-kitab ini dalam tauhid ibadah.
Dan pada tauhid asma wa shifat (kitab-kitab yang dipelajari) : "Al-Aqiidatul
Washithiyah", kemudian "Al-Hamawiyah", "Tadmuriyah", lalu "Thahawiyah" bersama
syarahnya (penjelasannya).
Di dalam nahwu (kitab-kitab yang dipelajari) : "Al-Aajurumiyah" kemudian
"Mulihatul I'rab" karya Al-Hariri, kemudian "Qathrun Nada" karya Ibnu Hisyam dan
"Alfiyah Ibnu Maalik" bersama syarahnya karya Ibnu Aqiil.
Di dalam Hadits (kitab-kitab yang dipelajari) : "Al-Arbain" karya Imam An-
Nawawi, kemudian "Umdatul Ahkaam" karya Al-Maqdisi, kemudian "Bulughul Murom"
karya Ibnu hajar dan "Al-Muntaqa" karya Ibnu Taimiyah.
Di dalam Ilmu Musthalhul hadits (kitab-kitab yang dipelajari) : "Nukhbatul Fikr"
karya Ibnu Hajar, kemudian "Al-fiyah Al-'Iraaqi".
Dan di dalam fikih (kitab-kitab yang dipelajari), misalnya: "Aadaabul Masyi ila
Ash-Shalah", kemudian "Zaadul Mustaqni" karya Al-Hajaawi atau Umdatul Fiqh",
kemudian "Al-Muqni", karya Al-Khaallaf Al-Mazhabi, dan "Al-Mughni" karya Al-
Khallaf Al-Aali.
Di Dalam Ushulul Fiqh (kitab-kitab yang dipelajari) : "Al-Waroqaat" karya
Aljuwaini, kemudian "Raudhatun Naadzir" karya Ibnu Qudaamah.
Di dalam Faroidh (kitab-kitab yang dipelajari) : "Ar-Rahabiyah" kemudian
syarahnya (penjelasannya) dan Al-Fawaaid Al-Jaliyyah.
Di dalam Tafsir (kitab-kitab yang dipelajari) : "Tafsir Ibnu Katsir".
Di dalam Ushulut Tafsiir : "Al-Muqaddimah" karya Ibnu Taimiyah.
Di dalam Siroh Nabawiyah (kitab-kitab yang dipelajari) : "Mukhtashar Siroh
nabawiyah" karya Muhammad bin Abdul Wahhab, diringkas dari kitab Ibnu Hisyam dan
dari "Zaadul Ma'ad" karya Ibnul Qayyim.
Dan di dalam lisaanul Arob : agar perhatian dengan syair-syairnya, seperti "Al-
Mu'allaqatu As-Sab'u", dan supaya membaca pada "Al-Qamuusul Muhiith" karya Al-
Fairuuz Aabaadi. Semoga Allah merhamati mereka semua.
8
Imam Al-Auzaa'i berkata: "Dahulu ilmu ini sangatlah mulia, dimana para laki-laki
(penuntut ilmu) menerimanya diantara sesama mereka. Namun ketika sudah di tulis
dalam kitab-kitab maka masuklah di dalamnya orang-orang yang bukan ahlinya".
9
Bab III
Adab Seorang Penuntut Ilmu Terhadap Gurunya
10
pergerakannya dan bentuknya. Sebab dia dapat menjadi seorang syaikh yang agung
dengan itu, maka jangan kamu terjatuh dengan mengikutinya dalam hal ini.
11
Adapun apabila kamu berada pada sekolah formal, dimana kamu tidak memiliki
pilihan maka hendaklah kamu berwaspada darinya disertai meminta perlindungan Allah
dari keburukannya. Tentunya dengan terus mawas diri dari tipu muslihatnya. Dan tidak
ada jalan bagi kamu selain terus mencari tahu perkaranya, berlindung dari keburukannya
dan menyingkap tirai kebusukannya.
Apabila kamu telah kuat dalam ilmu, maka tumpaslah para mubtadi' dan
kebid'ahannya dengan hujjah dan penjelasan lisanmu. Wassalam.
12
Bab 1V
Adab Berteman
13
Bab V
Adab Penuntut Ilmu Dalam Kehidupan Ilmiahnya
14
temanya. Karena itu dapat membantu meringankan bebanmu pada saat-saat yang sempit
dimana kadang para pembesar ulama yang terpercaya tidak dapat mencapainya.
15
kandungannya adalah menjelaskan tentang wajibnya attafaquh (menuntu ilmu),
membahas makna-makna hadits dan mengeluarkan makna-maknanya yang tersembunyi.
Ketahuilah bahwa di hadapan attafaquh ada attafakur (berpikir) dengan melihat
lebih dalam kepada keagungan langit dan bumi serta memikirkan sedalam-dalamnya
tentang dirinya sendiri dan sekitarnya.
Akan tetapi tafaquh ini harus dibatasi oleh burhan (bukti) dan harus dicegah dari
kemauan sesuka hati dan hawa nafsuh.
Perhatikanlah dengan seksama ketika ada masalah-masalah baru, dengan
mengeluarkan cabang dari usulnya (dasarnya) dan dengan perhatian yang sempurna
terhadap qawaaid (kaidah-kaidah) dan dhawaabith (aturan-aturan).
Pusatkanlah pikiramnu untuk melihat pada cabang, antara penelitian dan
meletakannya dalam syariat-syariat yang umum sesuai dengan kaidah-kaidah umum dan
usul-usulnya. Seperti kaidah-kaidah almashaalih (maslahat-maslahat), daf'u ad-haror
(mencegah kemudhorotan), almasyaaqqah tajlibu at-taisir (kesusahan mendatangkan
kemudahan), saddu babil hiyal (menutup pintu-pintu rekayasa) dan saddu zariiah
(menutup sarana yang mengantarkan kepada keharaman).
Sudah seharusnya bagimu untuk bertafaquh (menuntut ilmu) dalam nas-nas
syariat dan melihat dengan seksama apa-apa yang mengelilingi keadaan-keadaan
pensyariatan serta mentadaburi maqashid (tujuan-tujuan) syariat. Orang yang fakih
adalah dia yang ketika ada masalah-masalah baru muncul yang tidak ada nasnya, ia dapat
mengeluarkan hukumnya.
8. Bersandar kepada Allah ta'ala dalam menuntut ilmu dan mencari hasil:
Tidak usah risau apabila tidak dibukakan bagimu satu ilmu dari disiplin ilmu.
Sebab kadang kala sebagian ilmu terasa sukar bagi sebagian orang yang telah terkenal…,
jadi wahai penuntut ilmu! Hendaknya kamu melipatgandakan semangatmu dan mintalah
pertolongan kepada Allah di dalam doamu, serta pasrah dan bersimpuh dihadapanNya.
9. Amanah ilmiah:
Wajib bagi seorang penuntut ilmu untuk melebihi orang lain ketika berhias
dengan amanah ilmiah baik dalam menuntut ilmu, menahan ilmu, beramal, dan
menyampaikan. Sebab "Keberhasilan umat begantung kepada kebaikan amalan-
amalannya, dan kebaikan amalan-amalan mereka bergantung kapada kebenaran ilmu
yang ada pada mereka, dan kebenaran ilmu mereka bergantung kepada amanahnya para
pemangku ilmu terhadap apa yang mereka riwayatkan dan mereka sifatkan…."
10. Jujur:
Kejujuran lisan merupakan tanda ketenangan, kemuliaan jiwa yang tersembunyi,
tingginya cita-cita dan kekuatan akal.
16
Jujur adalah menyampaikan pembicaraan sesuai kenyataan dan keyakinan. Dan
kejujuran hanya memiliki satu jalan. Adapun lawannya yaitu kebohongan maka itu
bermacam-macam. Dan itu dikumpulan pada tiga:
1. Kadzibul mutamaliq (kebohongan yang halus), yaitu yang menyelisihi
kenyataan dan keyakinan. Seperti orang berbohong secara halus berkaitan
dengan seseorang yang dia tahu bahwa orang ini fasik atau mubtadi' kemudian
dia sifati sebagai orang yang istiqamah.
2. Kadzibul munaafiq (kebohongan kemunafikan), yaitu kebohongan yang
menyelisihi keyakinan dan kenyataan yang sebenarnya. Seperti seorang
munafik yang berbicara seperti apa yang dikatakan oleh Ahlu Sunnah dan
yang mendapatkan hidayah.
3. Kadzibul ghabi (kebohongan yang tolol), yaitu yang menyelisihi kenyataan
dan keyakinan yang benar. Seperti seseorang yang meyakini kebaikan
seorang sufi yang mubtadi' lalu dia mensifatinya dengan bahwa ia adalah
wali-wali Allah.
Wahai penuntut ilmu! Berhati-hatilah kamu untuk keluar dari kejujuran menuju
kepada kebohongan. Dan kebohongan yang paling buruk ialah berdusta di dalam ilmu;
disebabkan penyakit untuk mengungguli orang-orang yang sepadan atau agar nama
tersohor di berbagai penjuru.
17
Dari Ali bin Abi Thalib radhi Allahu anhu, beliau berkata: "hendaklah kalian
menghibur hati-hati kalian, carilah untuknya hukmah-hikmah pilihan, karena hati juga
lelah sebagaimana badan lelah".
18
Berdiskusi bersama dirimu sendiri dalam membolak balikan perkara-perkara
ilmu, dimana hal semacam ini tidak boleh terpisah darimu. Ada yang mengatakan:
"menghidupkan ilmu adalah mudzakirotuhu (mendiskusikannya).
19
Bab VI
Berhias dengan amal
2. Menzakatkan ilmu:
Tunaikanlah zakatnya ilmu yaitu berbicara kebenaran dengan terang-terangan,
memerintahkan kepada yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mempertimbangkan
antara maslahat dan mudhorot (keburukuan), menyebarkan ilmu, senang memberi
manfaat, mempergunakan kedudukan untuk kebaikan, memberi syafaat (sebagai
perantara) yang baik bagi kaum muslimin dalam mewakili kebenaran dan kebaikan.
Maka bersemangatlah dengan perhiasan ini, karena ini adalah puncak dari buah
amalanmu. Ini pula untuk kemuliaan ilmu; sebab ilmu akan semakin bertambah dengan
banyak mendermakannya. Sebaliknya akan semakin berkurang bila sedikit
mendermakannya, dan akan hilang dengan menyembunyikannya. Jangan kamu termakan
isu oleh ucapan zaman telah rusak, orang-orang fasik telah mendominasi, nasehat kurang
bermanfaat dari kewajibanmu untuk menyampaikan dan berda'wah. Apabila kamu
melakukan itu, maka itu adalah perbuatan yang menjadikan orang-orang fasik telah
membawa emas merah agar mereka semakin sempurna menghancurkan kebaikan dan
mengankat bendera kehinaan.
3. Kemuliaan ulama:
Berhiaslah dengan (kemuliaan ulama) : menjaga ilmu dan mengagungkannya,
serta melindungi sisi keagungannya dan kemuliannya. Sesuai kadar yang kamu kerahkan
dalam perkara ini dan beramal dengannya, maka hasil akan dapat diperoleh. Dan sesuai
kadar kamu menyia-nyiakannya maka kehilangannya ada di depan matamu.
Untuk itu, berhati-hatilah dari para pembesar yang memanfaatkanmu dan dari
para sufaha (orang-orang bodoh) yang menunggangimu sehingga kamu bermudah-mudah
dalam berfatwa atau memutuskan, atau membahas atau berbicara….
Jangan kamu berjalan dengannya menuju ahli dunia dan jangan kamu menunggu
dengannya dipintu-pintu rumah mereka, jangan pula kamu berikan kepada yang bukan
ahlinya walaupun kedudukannya tinggi.
20
Senangkanlah matamu dan mata hatimu dengan membaca taraajim (terjemahan-
terjemahan) dan perjalan hidup ulama-ulama terdahulu maka kamu akan melihat
pengorbonan jiwa raga mereka dalam menjaga jalan ini. Terlebih lagi dia yang telah
mengumpulkan keteladan pada perkara ini.
4. Melindungi ilmu:
Apabila kamu telah mencapai kedudukan, maka ingatlah bahwa benang yang
membawamu sampai kesana disebabkan oleh jalanmu menuntut ilmu. Karena kebaikan
Allah kemudian sebab ilmumu akhirnya kamu mencapai apa yang telah kamu capai dari
kepemimpinan di dalam ilmu atau fatwa atau qadho (memutuskan hukum)…maka
berikanlah ilmu kehormatannya dan bagiannya dengan beramal dan mendudukannya
pada kedudukannya.
Hindarilah jalannya orang-orang yang menjadikan asas utama mereka (menjaga
kedudukan), lalu mereka melipat lidah-lidah mereka untuk berbicara kebenaran. Dan
karena kecintaan terhadap kepemimpinan telah membawa mereka tidak dapat berjalan
pada kebenaran.
7. Penopang perpustakaanmu:
Ambilah kitab-kitab yang disusun dengan metode istidlal dan mendalami ilal-ilal
(alasan-alasan) hukum dan menyelami rahasia-rahasia suatu perkara. Diantara yang
paling bagus dari kitab-kitab tersebut adalah kitab-kitab karangan: 1. Ibnu Taimiyah. 2.
Ibnul Qayyim. 3. Ibnu Abdil Barr, "At-Tamhiid". 4. Ibnu Qudaamah, "Al-Mughni". 5.
Adz-Zahabi. 6. Ibnu Katsir. 7. Ibnu Rojab. 8. Ibnu Hajar. 9. Asy-Syaukaani. 10. Syaikh
21
Muhammad bin Abdul Wahhab. 11. Kitab-kitab ulama da'wah, dan yang paling paripurna
adalah "Ad-Duroru As-Saniyyah. 12. As-Shan'aani, "Subulus Salam". 13. Shidiq Hasan
Khan Al-Qanwiji. 14. Al-Allamah Muhammad Al-Amiin ASy-Syinqhithi, "Adhwaul
Bayan", dan selain mereka sangat banyak sekali.
22
Bab : VII
Peringatan-Peringatan
23
kekeliruaannya saja. Kekeliruan dan kesalahan seorang alim yang berlimpah dalam
ilmunya dan keutamaanya hendaknya diingatkan. Namun jangan menyebarkan fitnah
terhadapnya untuk menjatuhkan dan merendahkannya sehingga orang-orang yang
semisalnya tertipu.
7. Lawanlah syubhat:
Jauhilah sumber dan timbulnya syubhat pada dirimu dan orang lain. Syubhat itu
menyambar-nyambar sementara hati manusia itu lemah. Dan yang paling banyak
membawakan syubhat-yubhat tersebut adalah orang-orang ahli bid’ah, maka menjauhlah
dari mereka.
9. Mengeluarkan pemikiran:
Berhati-hatilah dari mengeluarkan pemikiran sebalum matangnya.
12. Tidak ada kelompok dan golongan dimana wala (loyalitas) dan baro (berlepas
diri) dibangun di atasanya:
Asal dalam agama Islam tidak ada ciri bagi pemeluknya selain Islam dan salam.
Wahai penuntut ilmu! -Semoga Allah memberi berkah kepadamu dan kepada
ilmumu- tuntutlah ilmu, carilah amal dan berda'walah di jalan Allah ta'ala sesuai jalan
para salaf.
Janganlah menjadi orang yang keluar masuk dalam kelompok-kelompok sehingga
kamu kaluar dari keluasan kepada kesempitan. Islam semuanya untukmu, baik jalannya
24
yang lurus ataupun manhajnya. Kaum muslimin, mereka semua adalah satu jama'ah dan
tangan (pertolongan) Allah bersama jama'ah. Maka tidak ada hizbiyah (fanatik
kelompok) dan golongan di dalam Islam.
Berhati-hatilah, -semoga Allah merahmatimu- dari golongan-golongan dan
kelompok-kelompok sesat yang pemikirannya telah menyebar dan orang-orang yang
memunculkannya telah menimbulkan keburukan. Dan itu tidak lain seperti saluran air
yang mengumpulkan air yang keruh lalu dibuang percuma. Kecuali mereka yang telah
dirahmati Allah yang mereka berjalan di atas jalannya Rasulullah shalallahu 'alaihi
wasalam dan para sahabatnya.
Diringakas
Dr. Muhammad bin Fahhad bin Ibroohim Al-Wad'an
Riyadh 1438 H.
25
DAFTAR ISI
Pembukaan……………………………………………………………………………….. 1
Bab 1 : Adab-Adab Penuntut Ilmu Terhadap Dirinya
1.Ilmu adalah ibadah...…………………………………………………………………… 3
2. Jadilah salafi..……………………………………………………..……………....….. 3
3. Terus menerus takut kepada Allah ta'ala…………………………………………….. 3
4. Terus Muroqabah (merasa diawasi)…………………………………………………. 4
5. Rendah diri serta menghilangkan kesombongan dan keangkuhan…………………... 4
6. Qana'ah dan zuhud…………………………………………………………………… 4
7. Berhias dengan keindahan ilmu……………………………………………………… 5
8. Berhias dengan muru'ah (menjaga diri agar terus berada pada keadaan yang paling
afdhal)………………………………………………………………………………... 5
9. Bersenang-senang dengan sifat kesatria………………………………………………. 5
10. Memboikot gaya hidup mewah………………………………………………………. 5
11. Berpaling dari majelis yang sia-sia …………………………………………………...6
12. Berpaling dari kegaduhan……………………………………………………………. 6
13. Berhias dengan kelembutan………………………………………………………….. 6
14. Berpkir cermat……………………………………………………………………….. 6
15. Teguh dan kukuh……………………………………………………………………... 6
26
4. Menjaga ilmu dengan menulis……………………………………………………….. 14
5. Menjaga dengan merawatnya………………………………………………………... 15
6. Senantiasa memeriksa hafalan……………………………………………………….. 15
7. Attafaquh (mendalami ilmu hingga menjadi fakih) dengan mengeluarkan cabang dari
usulnya
(dasarnya)……………………………………………………………………………….. 15
8. Bersandar kepada Allah ta'ala dalam menuntut ilmu dan mencari hasil…………….. 16
9. Amanah ilmiah……………………………………………………………………….. 16
10. Jujur…………………………………………………………………………………. 16
11. Tameng penuntut ilmu……………………………………………………………… 17
12. Menjaga modal hartamu (waktu-waktu dalam hidupmu)…………………………... 17
13. Menghibur diri……………………………………………………………………… 17
14. Membaca untuk dibenarkan dan dikoreksi…………………………………………. 18
15. Mengupas kitab-kitab yang panjang………………………………………………... 18
16. Bagus dalam bertanya………………………………………………………………. 18
17. Almunaazhoroh (berdebat untuk mencari kebenaran) tanpa mumarooh (mendebat
setelah kebenaran jelas)………………………………………………………………… 18
18. Mendiskusikan ilmu………………………………………………………………… 18
19. Penuntut ilmu hidup diantara Alqur'an, sunnah dan ilmu-ilmunya………………… 19
20. Menyempurnakan ilmu alat dari setiap disiplin ilmu………………………………. 19
27
7. Lawanlah syubhat……………………………………………………………………. 24
8. Jauhilah Al-Lahn (kekeliruan dalam irob dan sharof)……………………………….. 24
9. Mengeluarkan pemikiran…………………………………………………………….. 24
10. Pemikiran isroiliyat (Yahhudi dan Nasrani) yang baru…………………………….. 24
11. Berhati-hatilah dari debat albinzanti……………………………………………….. 24
12. Tidak ada kelompok dan golongan dimana wala (loyalitas) dan baro (berlepas diri)
dibangun di atasanya……………………………………………………………………. 24
13. Perusak-perusak perhiasan ini………………………………………………………. 25
28