Anda di halaman 1dari 264

MUQODDIMAH

AL-HIKAM

Syeikh Ibnu 'Athoillah As-sakandariy

َّ ‫الر ْح ٰمن‬ ‫ه‬


‫الر ِح ْي ِم‬ ِ
َّ ‫اّٰلل‬
ِ ‫م‬ِ ‫س‬ْ‫ب‬
ِ
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang mengisi [memenuhi] hati para wali-
Nya dengan kasih sayang-Nya dan mengistimewakan jiwa mereka
dengan memperhatikan kebesaran-Nya dan mempersiapkan Rahasia
mereka untuk menerima ma'rifat-Nya, maka hati nurani mereka merasa
bergembira dalam kebun ma'rifat-Nya dan roh mereka terasa nikmat di
alam malakut-Nya, sedang Rahasia mereka berenang di lautan jabarut,
maka keluar dari alam pikiran mereka berbagai permata ilmu dan dari
lidah mereka mutiara hikmah. Maha suci Allah yang memilih mereka
untuk mendekat pada-Nya dan mengutamakan mereka dengan kasih
sayang-Nya. Maka terbagi antara mereka salik dan majdzub dan
menyintai dengan yang dicintai, mereka tenggelam dalam cinta Dzat-Nya
dan timbul kembali karena memperhatikan sifat-Nya. Kemudian shalawat
dan salam atas Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
sumber dari semua ilmu dan cahaya, bibit dari semua ma'rifat dan sir
[rahasia]. Dan semoga Allah ridha pada keluarga dan sahabatnya yang
tetap taat mengikuti jejaknya. Amiiin.

Adapun dalam segala masa, maka ilmu tasawuf yang dahulunya atau
hakikatnya ilmu tauhid untuk mengenal Allah, maka termasuk semulia-
mulia ilmu terbesar dan tertinggi, sebab ia sebagai intisari dari pada
syari'at, bahkan menjadi sendi yang utama dalam agama Islam, sebab
Allah telah berfirman: "Wa maa khalaq tul jinna wal insan illa liya'buduun".
[Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka
menyembah Aku]. Karena pengertian ilmu Tauhid telah berubah
namanya menjadi ilmu kalam, ilmu filsafat yang sama sekali, seakan-akan
tidak ada hubungannya dengan akhlak dan amal usaha, maka timbul
nama ilmu tauhid yang dijernihkan kembali dari sumber yang semula di
ajarkan dan dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan
sahabatnya. Sebab dari ilmu inilah akan dapat memancar nur [cahaya]
hakikat, sehingga dapat menilai semua soal hidup dan penghidupan ini
dengan bimbingan dan pentunjuk Allah dan pelaksanaan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 1


Sedang kitab yang disusun oleh Abul Fadhel Ahmad bin Muhammad bin
Isa bin al-Husain bin Athaillah al-Iskandary. Salah satu kitab yang sangat
baik menjadi pedoman dalam ajaran tauhidnya, sehingga tampak benar
bahwa ia berupa ilmu ladunni dan rahasia quddus.

Adapun definisi ilmu tasawuf [tauhid], Junaid al-Baghdadi berkata:


"Mengenal Allah, sehingga antaramu dengan Allah tidak ada perantara
[hubungan dengan Allah tanpa perantara]. - Menerapkan dalam
kehidupan semua akhlak yang terpuji menurut apa yang telah di
sunnahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan meninggalkan
akhlak yang tercela. - Mengendalikan hawa nafsu sesuai kehendak Allah.
- Merasa tidak memiliki apapun dan juga tidak dimiliki oleh siapapun
kecuali Allah. Adapun caranya: Mengenal Asmaa Allah dengan penuh
keyakinan, sehingga menyadari sifat-sifat dan af'al Allah di dunia ini.
Maka Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang telah
mengajarkan dari tuntunan wahyu dan melaksanakannya lahir-batin
sehingga diikuti oleh para sahabat-sahabatnya radhiallahu 'anhu.

Adapun mamfaatnya: Mendidik hati sehingga mengenal Dzat Allah,


sehingga berbuah kelapangan dada, kesucian hati dan berbudi pekerti
yang luhur menghadapi semua makhluk.

Abul Hasan asy-Syadzily radhiallahu 'anhu berkata: Pengembaraan kami


terdiri diatas lima:

1. Taqwa kepada Allah lahir dan batin dalam kesendirian dan di depan
publik.
2. Mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam semua
kata dan perbuatan.
3. Mengabaikan semua makhluk dalam kesukaan ataupun dalam
kebencian mereka. [tidak menghiraukan apakah mereka suka atau
benci].
4. Rela [ridha] menurut hukum [takdir] Allah, baik yang ringan maupun
yang berat.
5. Kembali kepada Allah dalam suka dan duka.

Maka untuk melaksanakan taqwa harus berlaku wara' [menjauh dari


makruh, subhat dan haram] dan tetap istiqamah dalam mentaati semua
perintah dan tetap tabah tidak berubah. Dan untuk melaksanakan sunnah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, harus berhati-hati dan
menerapkan budi pekerti yang baik. Dan mengabaikan makhluk dengan
sabar dan tawakkal [berserah diri kepada Allah subhanahu wataala]. Rela
[ridha] pada Allah atas segala takdir-Nya dan merasa cukup dan tidak

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 2


tamak terhadap sesuatu. Mengembalikan segala-galanya hanya kepada
Allah dalam suka dan duka dengan bersyukur dalam suka dan berlindung
kepada-Nya dalam duka. Dan semua ini pada intinya ada 5 hal:

1. Semangat yang tinggi.


2. Berhati-hati pada yang haram dan menjaga kehormatan.
3. Taat dan memahami diri sebagai seorang hamba.
4. Melaksanakan kewajiban.
5. Menghargai nikmat.

Maka barangsiapa yang bersemangat tinggi, pasti naik tingkat derajatnya.


Dan barangsiapa yang meninggalkan larangan yang diharamkan Allah,
maka Allah akan menjaga kehormatannya. Dan barangsiapa yang benar
dalam taatnya, pasti mencapai tujuan kebesaran-Nya dan kemulian-Nya.
Dan barangsiapa yang melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka
bahagia hidupnya. Dan barangsiapa yang menghargai nikmat, berarti
mensyukuri dan selalu akan menerima tambahan nikmat yang lebih
besar.

Abul Hasan asy-Syadzily radhiallahu 'anhu berkata: Aku dipesan oleh


guruku[Abdussalam bin Masyisy radhiallahu 'anhu] : "Janganlah kamu
melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mencapai
keridhaan Allah, dan jangan duduk di majlis kecuali yang aman dari murka
Allah. Dan jangan bersahabat kecuali kepada orang yang dapat
membantu berbuat taat kepada Allah. Dan jangan memilih sahabat karib
kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap Allah, yang
demikian ini sudah jarang untuk didapat.

Sayid Ahmad al-Badawi radhiallahu 'anhu berkata: "Perjalanan kami


berdasarkan kitab Allah dan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam:

1. Benar dan jujur.


2. Bersih hati.
3. Menepati janji.
4. Bertanggung jawab dalam tugas dan derita.
5. Menjaga kewajiban.

" Seorang muridnya yang bernama Abdul Ali bertanya: Apakah syarat
yang harus diperbuat oleh orang yang ingin menjadi wali Allah?
Jawabnya: Seorang yang benar-benar dalam syariat ada 12 tanda-
tandanya:

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 3


1. Benar-benar mengenal Allah [yakni mengerti benar tauhid dan
penuh keyakinan kepada Allah].
2. Menjaga benar-benar perintah Allah.
3. Berpegang teguh pada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam.
4. Selalu berwudhu [bila berhadas segera berwudhu kembali].
5. Rela menerima ketentuan [takdir] Allah dalam suka maupun duka.
6. Yakin terhadap semua janji Allah.
7. Putus harapan dari semua apa yang di tangan mkhluk.
8. Tabah, sabar menanggung berbagai derita dan gangguan orang.
9. Rajin mentaati perintah Allah.
10. Kasih sayang terhadap semua makhluk Allah.
11. Tawadhu, merendah diri terhadap yang tua dan muda.
12. Menyadari selalu bahwa syaitan itu musuh yang utama.

Sedang kendaraan syaitan itu dalam hawa nafsumu dan selalu berbisik
untuk mempengaruhimu. Firman Allah: "Innasysyaithana laku
aduwwun fattakhi dzuhu aduwwa." [Sesungguhnya syaitan itu musuh
bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. QS. Fathir 6].

Kemudian Ahmad Badawi melanjutkan nasehatnya; Wahai Abdul Ali:


Berhati-hatilah kepada cinta dunia, sebab itu bibit segala dosa dan
dapat merusak amal saleh. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam: "Hubbud dunia ra'su kulli khathi'ah" [Cinta pada dunia
itu sumber segala kejahatan]. Sedang Allah subhanahu wataala
berfirman: ''Inna Allaha ma'alladzinat taqau walladzina hum muhsinun"
[Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang bertakwa, dan orang-
orang yang berbuat kebaikan. QS. an-Nahl 128].

Orang boleh mempunyai kekayaan di dunia ini, tetapi Rasulullah


shallallahu 'alaihi wasallam melarang jangan cinta dunia, seperti Nabi
Sulaiman 'alaihi salam dan para sahabat yang kaya, kita harus
menundukkan dunia, dunia tidak boleh di letakkan dalam hati. Wahai
Abdul Ali! Kasihanilah anak yatim dan berikan pakaian pada orang yang
tidak berpakaian, dan beri makan pada orang yang lapar, dan
hormatilah tamu dan orang dalam perantauan, semoga dengan begitu
kamu diterima oleh Allah. Dan perbanyaklah dzikir, jangan sampai
termasuk golongan orang yang lalai disisi Allah. Dan ketahuilah bahwa
satu rakaat di waktu malam lebih baik dari seribu rakaat di waktu siang,
dan jangan mengejek/merendahkan orang yang tertimpa musibah. Dan
jangan berkata ghibah atau namimah [membicaraka aib seseorang
atau mengadu domba seseorang dengna yang lain]. Dan jangan
membalas mengganggu orang yang telah mengganggumu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 4


Dan maafkan orang yang menganiayamu. Dan berilah pada orang yang
kikir padamu. Dan berlaku baik pada orang yang jahat padamu. Dan
sebaik-baik moral [budi pekerti] seseorang ialah yang sempurna
imannya. Dan barangsiapa tidak berilmu, maka tidak berharga di dunia
dan akhirat. Dan barangsiapa yang tidak sabar, tidak berguna ilmunya.
Barangsiapa yang tidak dermawan, tidak mendapat keuntungan dari
kekayaannya. Barangsiapa tidak sayang kepada sesama manusia,
tidak mendapat hak syafaat disisi Allah. Barangsiapa yang tidak
bertakwa, tidak berharga disisi Allah. Dan barangsiapa yang tidak
memiliki sifat-sifat ini, tidak mendapat tempat di surga. Berzikirlah
kepada Allah dengan hati yang khusyu' dan waspadalah terhadap
sesuatu yang melalaikan, sebab lalai itu menyebabkan hati beku. Dan
serahkan dirimu pada Allah, dan relakan hatimu menerima musibah,
ujian sebagaimana kegembiraanmu ketika menerima nikmat dan
tundukkan hawa nafsu dengan meninggalkan syahwat.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 5


Al-Hikam Pasal 1

Bersandar pada Amal

"BERSANDARLAH PADA ALLOH JANGAN PADA AMAL"

َ َّ ُ ُ َ ْ َ َّ ُ َ ْ ُ َ َْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ
‫ـل‬
ِ ‫ـود الز لــ‬
ِ ‫ نقصان الرج ِاء ِعند وج‬،‫ـتــم ِاد على العم ِل‬
ِ ‫ِمن علا م ِة ا ِلاع‬
1. "Di antara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-
amalnya, adalah kurangnya ar-raja' (rasa harap kepada rahmat Allah) di
sisi alam yang fana."

Syarah

Ar-raja adalah istilah khusus dalam terminologi agama, yang bermakna


pengharapan kepada Allah Ta'ala. Pasal Al-Hikam yang pertama ini
bukan ditujukan ketika seseorang berbuat salah, gagal atau melakukan
dosa. Karena ar-rajalebih menyifati orang-orang yang mengharapkan
kedekatan dengan Allah, untuk taqarrub.

Kalimat "wujuudi zalal", artinya segala wujud yang akan hancur, alam
fana. Menunjukkan seseorang yang hidup di dunia dan masih terikat oleh
alam hawa nafsu dan alam syahwat. Itu semua adalah wujud al-zalal,
wujud yang akan musnah. Seorang mukmin yang kuat tauhidnya,
sekalipun masih hidup di dunia dan terikat pada semua wujud yang fana,
namun harapannya semata kepada Allah Ta'ala.

Seorang mukmin yang kuat tauhidnya, sekalipun masih hidup di dunia


dan terikat pada semua wujud yang fana, namun harapannya semata
kepada Allah Ta'ala

Jika kita berharap akan rahmat-Nya, maka kita tidak akan


menggantungkan harapan kepada amal-amal kita, baik itu besar atau pun
kecil. Dan hal yang paling mahal dalam suluk adalah hati, yaitu apa yang
dicarinya dalam hidup. Dunia ini akan menguji sejauh mana
kualitas raja (harap) kita kepada Allah Ta'ala.

Rasulullah saw. bersabda: "Tidaklah seseorang masuk surga dengan


amalnya."

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 6


Ditanyakan, "Sekalipun engkau wahai Rasulullah?" Beliau bersabda,
"Sekalipun saya, hanya saja Allah telah memberikan rahmat kepadaku." -
H.R. Bukhari dan Muslim

Orang yang melakukan amal ibadah itu pasti punya pengharapan kepada
Alloh, meminta kepada Alloh supaya hasil pengharapannya, akan tetapi
jangan sampai orang beramal itu bergantung pada amalnya, karena
hakikatnya yang menggerakkan amal ibadah itu Alloh,. sehingga apabila
terjadi kesalahan, seperti, terlanjur melakukan maksiat, atau
meninggalkan ibadah rutinnya, ia merasa putus asa dan berkurang
pengharapannya kepada Alloh. sehingga apabila berkurang pengharapan
kepada rohmat Alloh, maka amalnyapuan akan berkurang dan akhirnya
berhenti beramal.

seharusnya dalam beramal itu semua dikehendaki dan dijalankan oleh


Alloh. sedangkan dirikita hanya sebagai media berlakunya Qudrat Alloh.

Kalimat: Laa ilaha illalloh. Tidak ada Tuhan, berarti tidak ada tempat
bersandar, berlindung, berharap kecuali Alloh, tidak ada yang
menghidupkan dan mematikan, tidak ada yang memberi dan menolak
melainkan Alloh.

Pada dasarnya syari'at menyuruh kita berusaha dan beramal. Sedang


hakikat syari'at melarang kita menyandarkan diri pada amal dan usaha
itu, supaya tetap bersandar pada karunia dan rahmat Alloh subhanahu
wata'ala.

Apabila kita dilarang menyekutukan Alloh dengan berhala, batu, kayu,


pohon, kuburan, binatang dan manusia, maka janganlah menyekutukan
Allah dengan kekuatan diri sendiri, seakan-akan merasa sudah cukup
kuat dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa rahmat, taufik,
hidayat dan karunia Allah subhanahu wata'ala.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 7


Al-Hikam Pasal 2

Syahwat dan Himmah

"TAJRID dan KASAB"

َ ْ َّ َ َ ْ َ َّ َّ َ ‫ـع إ َق‬ َّ َ ُ َ َ
َ ‫الـت ْجر ْي َد َم‬
‫اب ِمن الشـهـو ِة‬ َ
‫ب‬ ‫س‬ْ ‫لأ‬ ‫ا‬ ‫في‬ ‫ـاك‬ ‫ي‬ ‫إ‬ ‫اّٰلل‬
ِ ‫ـة‬ ‫ام‬ ‫ِإر اد تــك‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ َ ْ ْ َّ َ َّ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ َ َّ َ ْ
‫نحطاط‬ ِ ‫اّٰلل ِإ يـاك ِفي الـتج ِر ي ِد ِا‬
ِ ‫الخ ِفـيـ ِة و ِإراد تـك الأسباب مع ِإقام ِة‬
َّ َ ْ َّ ْ َ
‫ـلـيـ ِة‬ِ ‫ِمن ال ِهم ِة الع‬

2. "Keinginanmu untuk tajrid, sementara Allah masih menegakkan


engkau di dalam asbab, merupakan syahwah yang tersamar (halus). Dan
keinginanmu kepada asbab, pada saat Allah sudah menegakkan engkau
dalam tajrid, merupakan suatu kejatuhan dari himmah yang tinggi."

Syarah

Dalam pasal ini, Ibnu Atha'illah menggunakan beberapa istilah baku


dalam khazanah sufi, yang harus dipahami terlebih dahulu agar
mendapatkan pemahaman yang utuh. Istilah-istilah itu
adalah: tajrid, asbab, syahwat danhimmah.

Tajrid secara bahasa memiliki arti: penanggalan, pelepasan, atau


pemurnian. Secara maknawi adalah penanggalan aspek-aspek dunia dari
jiwa (nafs), atau secara singkat bisa dikatakan sebagai pemurnian jiwa.

Asbab secara bahasa memiliki arti: sebab-sebab atau sebab-akibat.


Secara maknawi adalah status jiwa (nafs) yang sedang Allah tempatkan
dalam dunia sebab akibat. Semisal Iskandar Zulkarnain yang Allah
tempatkan sebagai raja di dunia, mengurusi dunia sebab-akibat.

Syahwah (atau syahwat) secara bahasa memiliki arti: tatapan yang kuat,
atau keinginan. Secara maknawi merupakan keinginan kepada bentuk-
bentuk material dan duniawi, seperti harta, makanan dan lawan jenis.
Berbeda dari syahwat, hawa-nafsu (disingkat "nafsu") adalah keinginan
kepada bentuk-bentuk non-material, seperti ego, kesombongan, dan
harga diri.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 8


Himmah merupakan lawan kata dari syahwat, yang juga memiliki arti
keinginan. Namun bila syahwat merupakan keinginan yang rendah,
maka himmah adalah keinginan yang tinggi, keinginan menuju Allah.

Adakalanya Allah menempatkan seseorang dalam dunia asbab dalam


kurun tertentu-misalnya, untuk mencari nafkah, mengurus keluarga, atau
memimpin negara. Bila seseorang sedang Allah tempatkan dalam
kondisi asbab itu, namun dia berkeinginan untuk tajrid (misalkan dengan
ber-uzlah), maka itu dikatakan sebagai syahwat yang samar. Sebaliknya,
saat Allah menempatkan seseorang dalam tajrid, namun dia justru
menginginkan asbab, maka itu merupakan sebuah kejatuhan dari
keinginan yang tinggi.

Inilah pentingnya untuk berserah diri dalam bersuluk, agar mengetahui


kapan seseorang harus tajrid dan kapan seseorang harus terjun dalam
dunia asbab. Semua kehendak seorang salik haruslah bekesesuaian
dengan Kehendak Allah.

Sebagai seorang yang beriman, haruslah berusaha menyempurnakan


imannya dengan berfikir tentang ayat-ayat Alloh, dan beribadah dan harus
tahu bahwa tujuan hidup itu hanya untuk beribadah(menghamba) kepada
Alloh,sesuai tuntunan Al-qur'an.

Tetapi setelah ada semangat dalam ibadah, kadang ada yang


berpendapat bahwa salah satu yang merepoti/mengganggu dalam ibadah
yaitu bekerja(kasab). Lalu berkeinginan lepas dari kasab/usaha dan
hanya ingin melulu beribadah.

Keinginan yang seperti ini termasuk keinginan nafsu yang


tersembunyi/samar.

Sebab kewajiban seorang hamba, menyerah kepada apa yang dipilihkan


oleh majikannya. Apa lagi kalau majikan itu adalah Alloh yang maha
mengetahui tentang apa yang terbaik bagi hambanya.

Dan tanda-tanda bahwa Alloh menempatkan dirimu dalam golongan


orang yang harus berusaha [kasab], apabila terasa ringan bagimu,
sehingga tidak menyebabkan lalai menjalankan suatu kewajiban dalam
agamamu, juga menyebabkan engkau tidak tamak [rakus] terhadap milik
orang lain.

Dan tanda bahwa Allah mendudukkan dirimu dalam golongan hamba


yang tidak berusaha [Tajrid]. Apabila Tuhan memudahkan bagimu
kebutuhan hidup dari jalan yang tidak tersangka, kemudian jiwamu tetap

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 9


tenang ketika terjadi kekurangan, karena tetap ingat dan bersandar
kepada Tuhan, dan tidak berubah dalam menunaikan kewajiban-
kewajiban.

Syeikh Ibnu 'Atoillah berkata : "Aku datang kepada guruku Syeikh Abu
Abbas al- mursy. Aku merasa, bahwa untuk sampai kepada Allah dan
masuk dalam barisan para wali dengan sibuk pada ilmu lahiriah dan
bergaul dengan sesama manusia (kasab) agak jauh dan tidak mungkin.
tiba-tiba sebelum aku sempat bertanya, guru bercerita: Ada seorang ahli
dibidang ilmu lahiriah, ketika ia dapat merasakan sedikit dalam perjalanan
ini, ia datang kepadaku sambil berkata: Aku akan meninggalkan
kebiasaanku untuk mengikuti perjalananmu. Aku menjawab: Bukan itu
yang kamu harus lakukan, tetapi tetaplah dalam kedudukanmu, sedang
apa yang akan diberikan Allah kepadamu pasti sampai kepadamu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 10


Al-Hikam Pasal 3

Himmah dan Qadar

"KEKUATAN TAQDIR"

َ
َ َْ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َ ‫َس‬
‫ـو ِابـق ال ِهم ِم لا تخـ ِرق أسوار الأقد ِار‬

3. "Kekuatan himmah-himmah tidak akan mampu mengoyak tirai qadar-


qadar."

Syarah

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Hikam Pasal 2, himmah adalah


sebuah tarikan ke atas, keinginan menuju Allah, merupakan lawan kata
darisyahwat. Adapun pengertian sawaabiqu (dari akar kata sabaqa)
bermakna kekuatan atau perlombaan-satu akar kata dengan
istilah musabaqah.

Pengertiannya adalah bahwa sekalipun seseorang memiliki himmah yang


sangat kuat, namun pencapaian dalam bersuluk itu sudah ditentukan
kadarnya, porsinya, dan waktunya. Segala sesuatu sudah ditentukan
takdirnya. Bersuluk itu pada intinya adalah berserah diri kepada Allah;
pencapaian dalam jalan suluk tidak dapat dipercepat maupun
diperlambat.

kekeramatan atau kejadian-kejadian yang luar biasa dari seorang wali itu,
tidak dapat menembus keluar dari takdir, maka segala apa yang terjadi
semata-mata hanya dengan takdir Alloh."

Hikmah ini menjadi ta'lil atau sebab dari hikmah sebelumnya (Iroodatuka
tajriid) seakan akan Mushonnif berkata: Hai murid, keinginan/himmahmu
pada sesuatu, itu tidak ada gunanya, karena himmah yang keras/kuat itu
tidak bisa menjadikan apa-apa seperti yang kau inginkan, apabila tidak
ada dan bersamaan dengan taqdir dari Alloh. Jadi hikmah ini (Sawa-biqul
himam) mengandung arti menentramkan hati murid dari keinginannya
yang sangat.

SAWAA-BIQUL HIMAM (keinginan yang kuat): apabila keluar dari orang-


orang sholih/walinya Alloh itu disebut: Karomah. Apabila keluar dari orang
fasiq disebut istidroj/ penghinaan dari Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 11


Firman Allah subhanahu wata'ala:

"Dan tidaklah kamu berkehendak, kecuali apa yang dikehendaki


Alloh Tuhan yang mengatur alam semesta." [At-Takwir 29]. "Dan
tidaklah kamu menghendaki kecuali apa yang dikehendaki oleh
Alloh, sungguh Alloh maha mengetahui, maha bijaksana." [QS. Al-
Insaan 30].

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 12


Al-Hikam Pasal 4

Istirahatkan Dirimu dari Pengaturan

"JANGAN IKUT MENGATUR"

ُْ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ َ
َ َْ َ
َ َ ْ ْ َّ َ َ ْ َ ْ
‫ـه ِلنف ِسك‬
ِ ‫ـه غير ك عـنك لا تـقم ِب‬ِ ‫ فما قام ِب‬،‫أ ِرح نــف َسـك ِمن الـتد ِبــي ِر‬

4. "Istirahatkan dirimu dari tadbiir (melakukan pengaturan-pengaturan)!


Maka apa-apa yang selainmu (Allah) telah melakukannya untukmu,
janganlah engkau (turut) mengurusinya untuk dirimu."

Syarah

Tanpa kita sadari, banyak hal yang telah Allah atur untuk diri kita. Jaringan
syaraf yang terus bekerja, paru-paru yang memompa udara, oksigen yang
kita hirup dengan leluasa, rizki yang kita makan, dan banyak hal lain yang
sesungguhnya telah Allah atur untuk setiap manusia. Maka kita tidak perlu
terlalu khawatir, takut, turut serta melakukan pengaturan untuk diri kita
sendiri, dan bertawakallah! Sebagaimana firman-Nya:

ْ
َ ْ
َ َ َّ َ ِّ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ ُ َ ٰ ُ ْ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ
ٍ ‫ولو أن أهل الق َرى آمنوا واتقوا لفتحنا علي ِهم ب َرك‬
‫ات ِمن السم ِاء والأر ِض‬
َ ُ ْ َ ُ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ُ ََّ ََٰ
‫ولـ ِكن كذبوا فأخذناهم ِبما كانوا يك ِسبون‬

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah


Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya.. - Q.S. Al-A'raaf [7]: 96

Yang di maksud TADBIIR (mengatur diri sendiri)dalam hikmah ini yaitu


Tadbir yang tidak di barengi dengan Tafwiidh (menyerahkan kepada
Alloh). Apabila Tadbir itu dibarengi dengan Tafwidh itu diperbolehkan,
bahkan Rosululloh bersabda: At-tadbiiru nishful ma-'isyah.(mengatur
apa yang menjadi keperluan itu sebagian dari hasilnya mencari
ma'isah/penghidupan).

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 13


Hadits ini mengandung anjuran untuk membuat peraturan didalam
mencari fadholnya Alloh. pengertian Tadbir disini ialah menentukan dan
memastikan hasil. karena itu semua menjadi aturan Alloh.

al-hasil,Tadbir yang dilarang yaitu ikut mengatur dan menentukan


/memastikan hasilnya.

Sebagai seorang hamba wajib dan harus mengenal kewajiban, sedang


jaminan upah ada di tangan majikan, maka tidak usah risau pikiran dan
perasaan untuk mengatur, karena kuatir kalau apa yang telah dijamin itu
tidak sampai kepadamu atau terlambat, sebab ragu terhadap jaminan
Allah tanda lemahnya iman.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 14


Al-Hikam Pasal 5

Bashirah

"TANDA MATA HATI YG BUTA"

َ َ ٌ َ َ ْ ُ َ َ ُْ ْ َ َ َ َ َ ُ َ َ ُ ْ
‫ د ِليل على‬،‫ و تـق ِصيرك ِفيما ط ِلب ِمنك‬،‫ِاج ِت َهادك ِفيما ض ِمن لك‬
َ

َ ْ ْ ْ َ ْ
‫رة ِمنك‬ َ
ِ ‫اس الــب ِصي‬
ِ ‫انـــ ِطم‬
5. "Kesungguhanmu pada apa-apa yang telah Dia Ta'ala jamin bagimu,
dan kelalaianmu pada apa-apa yang Dia Ta'ala tuntut darimu, merupakan
bukti atas lenyapnya bashirah darimu!"

Syarah

Bashirah adalah istilah teknis agama untuk "mata hati" yang memiliki
fungsi spesifik. Di dalam Al-Quran terdapat banyak kata
tentang "bashirah", misalkan dalam Surah Al-Israa' [17]: 72
dikatakan, "Dan barangsiapa yang buta (a'maa) di dunia, niscaya di
akhirat (nanti) ia akan lebih buta dan lebih tersesat jalannya" . Atau dalam
ayat lain disebutkan:
َ ٌ َ َ َ
َ
ٌ‫اب عظيم‬ َ َ ُ َ ‫اّٰلل َع َل ٰى ُق ُلوبه ْم َو َع َل ٰى َس ْمعه ْم َو َعل ٰى أبصاره ْم غش‬
ٌ ‫اوة َوله ْم عذ‬ َ ْ ُ َّ ‫َخ َت َم‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
Allah telah mengunci-mati qalb-qalb mereka dan telinga-telinga mereka,
dan bashirah-basirah mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat
berat. -Q.S. Al-Baqarah [2]: 6

Meski seseorang bisa melihat hingga ke ujung dunia atau dapat


menembus langit yang tujuh, namun bila masih bingung dengan
kehidupan, maka itu sebuah penanda bahwa bashirah kita masih
tertutup.

Karena bashirah itu bukan untuk melihat hal-hal di luar diri, tetapi untuk
melihat kebenaran hakikat. Bashirah adalah untuk melihat Al-
Haqq dalam segala sesuatu, dalam segenap ufuk dan dalam dirinya.
Sebagaimana firman-Nya:

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 15


ْ َ َ ُّ َ ْ ُ ََّ ُ َ َ َّ َ َّ َ ُ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ
َ ْ َ ْ َ َ ٰ ْ َ
‫اق و ِفي أنف ِس ِهم حتى يتبين لهم أنه الحق أولم يك ِف‬ِ ‫سن ِر ي ِهم آياتِنا ِفي الآف‬
َ
ٌ َ ْ َ ِّ ُ ٰ َ َ ُ َّ َ ِّ َ
‫ِبر ِبك أنه على ك ِل شي ٍء ش ِهيد‬

Akan Kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat Kami di segenap ufuk


dan pada nafs-nafs mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa
semua itu adalah Al-Haqq. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya
Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? -Q.S. Fushshilat [41]: 53

Siapa saja yang disibukkan mencari apa yang sudah dijamin Alloh seperti
rizki, dan meninggalkan apa yang menjadi perintah Alloh, itulah tanda
orang yang buta hatinya.

Firman Alloh:

"Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak


[dapat] membawa [mengurus] rezekinya sendiri. Allah-lah yang
memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha mendengar,
Maha mengetahui." [QS. al-Ankabuut 60].

Firman Alloh:

"Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar


dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu,
Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat [yang baik di
akhirat] adalah bagi orang yang bertakwa." [QS. Thaha 132].

Kerjakan apa yang menjadi kewajibanmu terhadap Kami, dan Kami


melengkapi bagimu bagian Kamu.

Di sini ada dua perkara :

1. Yang dijamin oleh Alloh, maka jangan menuduh atau berburuk


sangka kepada Alloh subhanahu wa ta'ala.
2. Yang dituntut [menjadi kewajiban bagimu] kepada Allah, maka
jangan abaikan.

Dalam sebuah hadits Qudsy yang kurang lebih artinya:

"Hambaku, taatilah semua perintah-Ku, dan jangan memberi tahu


kepada-Ku apa yang baik bagimu, [jangan mengajari kepada-Ku apa
yang menjadi kebutuhanmu].

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 16


Syeih Ibrahim al-Khawwas berkata:

"Jangan memaksa diri untuk mencapai apa yang telah dijamin dan
jangan menyia-nyiakan [mengabaikan] apa yang diamanatkan
kepadamu." Oleh sebab itu, barangsiapa yang berusaha untuk mencapai
apa yang sudah dijamin dan mengabaikan apa yang menjadi tugas dan
kewajiban kepadanya, maka buta mata hatinya dan sangat bodoh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 17


Al-Hikam Pasal 6

Doa dan Ijabah

"RIDHO DENGAN PILIHAN ALLAH"

َ
َ َْ ًَ ْ ُ َ ُّ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ ُّ َ َ ْ ُ َ َ
‫ـاح في الدع ِاء مو ِجـبا ِلـيأ ِسك؛‬ ‫لا يــكن تــأخر أ م ِد العط ِاء مع ا ِلإلـح‬
ِ ِ
َ َ َْ ُ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ َ
‫فـهـو ض ِمن لـك ا ِلإجـابـة ِفيما يـختاره لـك لا ِفيما تـختار ِلـنف ِسك؛ وفي‬
ِ
ُ ُ َّ ْ ْ َ ُ ْ ُ ْ َّ ْ َ ْ
َ
‫ـذي ي ِر يـد لا في الـوق ِت ال ِذي ت ِر يد‬
ِ ِ ‫الـوق ِت ال‬

6."Janganlah karena keterlambatan datangnya pemberian-Nya


kepadamu, saat engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdoa,
menyebabkan engkau berputus asa; sebab Dia telah menjamin bagimu
suatu ijabah (pengabulan doa) dalam apa-apa yang Dia pilihkan bagimu,
bukan dalam apa-apa yang engkau pilih untuk dirimu; dan pada waktu
yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau kehendaki."

Syarah

Doa adalah sebuah bentuk ibadah. Dan dalam Al-Quran, Allah


memerintahkan kepada kita untuk berdoa kepada-Nya-dan Dia Ta'ala
pasti kabulkan.
ُ َ َ ُ
ْ‫َو َق َال َر ُّبك ُم ْاد ُعوني أ ْستج ْب لكم‬
َ
ِ ِ
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku
perkenankan bagimu." - Q.S. Al-Mu'min [40]: 60

Tanda seorang mukmin sejati adalah: lebih yakin dengan apa yang ada
di Tangan Allah daripada apa yang dapat diusahakan oleh tangannya
sendiri. Ketika doa yang kita panjatkan seolah tidak mendapat
pengabulan dari Allah Ta'ala, disitu terdapat ruang pengetahuan yang
kosong yang harus kita cari dan isi. Doa disini bukan hanya terkait
masalah duniawi; tetapi juga termasuk dalam hal spiritual. Misalkan, kita
berdoa agar diterima taubatnya dan dibersihkan dari segala dosa.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 18


Hakikatnya setiap doa yang kita panjatakan adalah sebuah refleksi dari
objek yang telah Allah siapkan. Tidak serta merta kita menginginkan
sesuatu di dalam hati, kecuali telah ada objeknya. Tanpa objek yang telah
Allah sediakan, pada dasarnya setiap orang tidak akan punya keinginan
untuk berdoa. Seperti ketika menginginkan sebuah makanan, karena
baunya sudah tercium dari jauh.

Hanya saja manusia kerap terjebak oleh ketidak-sabaran


dan waham (kesalahan pemikiran) tentang dirinya sendiri. Seperti ketika
seorang sahabat meminta kepada Rasulullah SAW agar berjodoh dengan
seorang perempuan; maka jawaban Rasulullah SAW adalah: sekalipun
dirinya dan seluruh malaikan memanjatkan doa maka bila itu bukan
haknya dan tidak tertulis di Lauh Mahfudz pasti tidak akan terlaksana.
Keinginannya untuk memiliki jodoh adalah sebuah isyarat akan objek
yang telah Allah sediakan, tetapi keinginannya akan perempuan tertentu
adalah karena syahwat dan wahamnya yang masih belum surut.

Doa membutuhkan pengenalan (ma'rifah) akan Allah dan akan diri


sendiri. Allah yang lebih tahu apa yang terbaik bagi makhluknya, lebih dari
seorang ibu mengetahui kebutuhan bayinya.

Alloh telah berjanji akan mengabulkan do'a. sesuai dengan firman-Nya :

"Mintalah kamu semua kepada-Ku, Aku akan mengijabah do'amu


semua" . dan Alloh berfirman, "Tuhanmulah yang menjadikan segala
yang dikehendaki-Nya dan memilihnya sendiri, tidak ada hak bagi
mereka untuk memilih."

Sebaiknya seorang hamba yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi
mengakui kebodohan dirinya, sehingga tidak memilih sesuatu yang
tampak baginya sepintas baik, padahal ia tidak mengetahui bagaimana
akibatnya. Karena itu bila Tuhan yang maha mengetahui, maha bijaksana
memilihkan untuknya sesuatu, hendaknya rela dan menerima pilihan
Tuhan yang Maha pengasih, Maha mengetahui dan Maha bijaksana.
Walaupun pada lahirnya pahit dan menyakitkan rasanya, namun itulah
yang terbaik baginya, karena itu bila berdoa, kemudian belum juga
terkabulkan keinginannya, janganlah terburu-buru putus asa.

Firman Allah :

"Dan mungkin jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik
bagimu, dan mungkin jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak
baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui." [QS. al-Baqarah 216].

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 19


Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily radhiallahu 'anhu ketika mengartikan
ayat ini:

''Sungguh telah diterima do'amu berdua [Musa dan Harun


alaihissalam] yaitu tentang kebinasaan Fir'aun dan tentaranya, maka
hendaklah kamu berdua tetap istiqamah [sabar dalam melanjutkan
perjuangan dan terus berdo'a], dan jangan mengikuti jejak orang-
orang yang tidak mengerti [kekuasaan dan kebijaksanaan
Allah]." [QS. Yunus 89].

Maka terlaksananya kebinasaan Fir'aun yang berarti setelah diterima do'a


Nabi Musa dan Harun alaihissalam selama/sesudah 40 tahun lamanya.

Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam bersabda:

"Pasti akan dikabulkan do'amu selama tidak terburu-buru serta


mengatakan, aku telah berdo'a dan tidak diterima."

Anas rodhiallohu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam


bersabda :

"Tidak ada orang berdoa, melainkan pasti diterima oleh Allah doanya,
atau dihindarkan dari padanya bahaya, atau diampuni sebagian dosanya,
selama ia tidak berdoa untuk sesuatu yang berdosa atau untuk memutus
silaturrahim.

Syeih Abu Abbas al-Mursi ketika ia sakit, datang seseorang


membesuknya dan berkata:

Semoga Alloh menyembuhkanmu [Afakallohu]. Abu Abbas terdiam dan


tidak menjawab. Kemudian orang itu berkata lagi: Alloh yu'aafika. Maka
Abu Abbas menjawab: Apakah kamu mengira aku tidak memohon
kesehatan kepada Alloh? Sungguh aku telah memohon kesehatan dan
penderitaanku ini termasuk kesehatan, ketahuilah Rasululloh shallallohu
'alaihi wasallam memohon kesehatan dan ia berkata: " Selalu bekas
makanan khaibar itu terasa olehku, dan kini masa putusnya urat
jantungku.''

Abu Bakar as-Siddiq memohon kesehatan dan meninggal terkena racun.


Umar bin Khottob memohon kesehatan dan meninggal dalam keadaan
terbunuh. Usman bin Affan memohon kesehatan dan juga meninggal
dalam keadaan terbunuh. Ali bin Abi Tholib memohon kesehatan dan juga
meninggal dalam keadaan terbunuh. Maka bila engkau memohon
kesehatan kepada Alloh, mohonlah menurut apa yang telah ditentukan

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 20


oleh Alloh untukmu, maka sebaik-baik seorang hamba ialah yang
menyerahkan segala sesuatunya menurut kehendak Tuhannya, dan
meyakini bahwa apa yang diberikan Tuhan kepadanya, itulah yang terbaik
walaupun tidak sejalan dengan nafsu syahwatnya. Dan syarat utama
untuk diterimanya doa ialah keadaan terpaksa/kesulitan. Allah subhanahu
wata'ala berfirman: " Bukankah Dia [Alloh] yang memperkenankan
[do'a] orang yang dalam kesulitan apabila dia berdo'a kepada-
Nya..." [QS. an-Naml 62].

Keadaan terpaksa atau kesulitan itu, apabila merasa tidak ada sesuatu
yang di harapkan selain semata-mata karunia Allah subhanahu wata'ala,
tidak ada yang dapat membantu lagi baik dari luar berupa orang dan
benda atau dari dalam diri sendiri.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 21


Al-Hikam Pasal 7

Cahaya Basirah dan Cahaya Sirr

"JANGAN MERAGUKAN JANJI ALLAH"

ُ ُ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ ْ ُُ ُ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ ِّ َ ُ َ
‫ و ِإن تـعـي ِن زمنه‬، ‫ـككــنك في الـوع ِد عدم وقــو ِع الـمـوعـو ِد‬ ِ ‫لا يـش‬
ِ
َ َ ْ َ ُ ً َْ َ َ َ ْ َ ً ْ َ َ َ َ ْ ُ َ َّ َ
‫ور س ِر يـر ِتـك‬
ِ ‫ و ِإخمـاد ا ِلـن‬، ‫ـصير ِتـك‬ِ ‫؛ ِلئـلا يـكون ذ ِلك قدحـا ِفي ب‬

7. "Janganlah karena tiadanya pemenuhan atas apa-apa yang dijanjikan,


padahal telah jatuh waktunya, membuatmu ragu terhadap janji-Nya; agar
yang demikian itu tidak menyebabkan bashirah-mu buram dan cahaya
sirr-mu padam!"

Syarah

Dalam Al-Quran, ada sebuah hikmah dari kisah Nabi Ibrahim a.s. dan
istrinya Siti Sarah.

Ibrahim a.s. senantiasa berdoa agar dikaruniai keturunan, sebagaimana


termaktub dalam Al-Qur'an Surah Ash-Shaaffaat [37]: 100: " Rabbii hablii
minash-shaalihiin." Tatkala datang dua malaikat yang memberi kabar
gembira akan lahirnya Ishaq a.s., Siti Sarah digambarkan "tersenyum
keheranan" (Q.S. Huud [11]: 72-73 ), atau "memekik" (Q.S. Adz
Dzaariyaat [51]: 29).
َ َ ََ
ٌ ُ َ َ َ ُ ٰ َ ََْ َ ْ َ َ
ٌ‫وز َو َه ٰـ َذا َب ْعلي َش ْي ًخاۖ إَّن َه ٰـ َذا ل َش ْي ٌء َعجيب‬
ِ ِ ِ ‫قالت يا ويلتى أأ ِلد وأنا عج‬
َ َّ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ َ
ُ َّ َْ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ُ ُ َ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ
‫ـه وبركاته عليكم أهل البي ِت ِإنه‬ ِ ‫ـهۖ رحمت الل‬ ِ ‫قالوا أتعج ِبين ِمن أم ِر الل‬
ٌ َّ ٌ َ
‫ح ِميد ِمجيد‬

Istrinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan


anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan suamiku pun
dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 22


sesuatu yang sangat aneh." Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu
merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan
keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul-bait! Sesungguhnya
Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah." - Q.S. Huud [11]: 72-73

Demikian halnya Ibrahim a.s. berkata:

َ َ ِّ َ ْ َ َ ََّ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ
ِّ َ ُ ُ َ َّ َ ُ ََّ
‫قال أبش ْرت ُم ِوني عل ٰى أن مَّس ِن َي ال ِكبر ف ِب َم تب ِش ُرون قالوا بش ْرناك ِبالح ِق فلا‬
َ َ ْ َ ِّ ُ َ
‫تكن ِمن القا ِن ِطين‬

Berkata Ibrahim: "Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku


padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah
(terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?" Mereka
menjawab: "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan
benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa."
Ibrahim berkata: "(Tidak ada) orang yang berputus-asa dari rahmat-Nya,
kecuali orang-orang yang sesat." - Q.S. Al-Hijr [15]: 54-55

Keraguan kita akan janji Allah, sesungguhnya adalah tanda dari


kelemahan tauhid, sehingga membuat bashirahmenjadi buram dan
cahaya sirr (rahasia-rahasia) menjadi padam. Keraguan adalah sesuatu
yang berbahaya dalam jalan suluk. Dalam kisah Siti Hajar, hal tersebut
telah membuat kelahiran Ishaq a.s. tertunda sebagai sebuah hukuman
karena bersitan keraguan akan janji Allah.

Mengenai bashirah, seperti telah dibahas dalam pasal-pasal sebelumnya


(lihat Al-Hikam Pasal 5), adalah cahaya untuk melihatAl-Haqq pada
segenap ufuk alam semesta. Adapun cahaya sirr merupakan cahaya
yang akan menampakan jati diri setiap insan. Rahasia tentang hakikat diri
kita, qadha dan qadar, misi hidup, hanya bisa ditampakkan dengan
cahaya sirr Allah.

Manusia sebagai hamba tidak mengetahui kapankah Alloh akan


menurunkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga manusia jika melihat
tanda-tanda ia menduga, mungkin telah tiba saatnya, padahal bagi Alloh
belum memenuhi semua syarat yang dikehendaki-Nya, maka bila tidak
terjadi apa yang telah diduganya, hendaknya tidak ada keraguan
terhadap kebenaran janji Alloh subhanahu wata'ala.

Sebagaimana yang terjadi dalam Sulhul [perdamaian] Hudaibiyah, ketika


Rasululloh shallalloahu 'alaihi wasallam, menceritakan mimpinya kepada

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 23


sahabatnya, sehingga mereka mengira bahwa pada tahun itu mereka
akan dapat masuk ke kota Makkah dan melaksanakan ibadah umroh
dengan aman dan sejahtera [mimpi Rasululloh saw. yang tersebut dalam
surah al-Fath].

Alloh berfirman: "Sungguh Alloh akan membuktikan kepada Rosul-


Nya tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti memasuki
Masjidil Haram, jika Alloh menghendaki dalam keadaan aman,
dengan menggundul rambut kepala dan memendekkannya, sedang
kamu merasa takut. Maka Alloh mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui, dan selain itu Dia telah memberikan kemenangan yang
dekat." [QS. al-Fath 27].

Sehingga ketika gagal tujuan umroh karena di tolak oleh bangsa Quraisy
dan terjadi penanda tanganan perjanjian Sulhul [perdamaian] Hudaibiyah,
yang oleh Umar dan sahabat-sahabat lainnya dianggap sangat
mengecewakan,

maka ketika Umar ra. mengajukan beberapa pertanyaan, dijawab oleh


Nabi saw : Aku hamba Alloh dan utusan-Nya dan Alloh tidak akan
mengabaikan aku .

Firman Alloh: "(Dalam menghadapi ujian dari Alloh) Sehingga Rosul


dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah
datang pertolongan Alloh? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan
Alloh itu dekat." [QS. al-Baqoroh 214].

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 24


Al-Hikam Pasal 8

Amal, Berserah Diri dan Ma'rifat

"KETIKA ALLAH MEMBUKA PINTU PERKENALAN"

َ‫ـه ما‬ ُ َّ َ َ ُ َ َ َّ َ ْ َ َ َ َ ُ َ َ ُّ َ َّ َ ً َ ْ َ َ َ َ َ َ
‫ال معها ِأن قل عملك ف ِإن‬
ِ ‫ِإذا فتح لـك ِوجهة ِمن التعر ِف فلا تبــ‬
َ ُّ َ َّ َّ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ ُ ْ ُ َ ُ َ َّ َ َ َ َ َ َ
‫ ألم تـعلم أن الـتــعرف‬.‫فـتـحها لك ِإلا وهو ي ِر يد أن يـتـعرف ِإليك‬
َ َ َ َ
ْ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ْ ْ ُ َ ْ ُ َ َْ َْ َ َْ َ ُُ ْ ُ َ ُ
‫ وأيــن ما تــه ِد ي ِه‬،‫ والأعمال أنت مــه ِد يــها ِإلـي ِه‬،‫هو مو ِرده عليك‬
َ ْ َ َ ُ ُ ْ ُ َ ُ َّ ْ َ
‫ِإلـي ِه ِِما هـو مو ِرده علـيك‬

8. "Ketika Dia membukakan bagimu (suatu) Wajah Pengenalan, maka


jangan engkau sandingkan (hadirnya) pengenalan itu dengan sedikitnya
amal-amalmu; karena sesungguhnya Dia tidak membukakan pengenalan
itu bagimu kecuali (bahwa) Dia semata-mata menginginkan untuk
memperkenalkan (Diri-Nya) kepadamu.Tidakkah engkau mengetahui
bahwa sesungguhnya (suatu) pengenalan itu (semata-mata) Dia yang
menginginkannya atasmu, sedangkan amal-amal itu (semata-mata) suatu
hadiah dari engkau kepada-Nya; maka tidaklah sebanding antara apa-
apa yang engkau hadiahkan kepada-Nya dengan apa-apa yang Dia
inginkan untukmu."

Syarah

Ada rahasia yang sangat halus dibalik kalimat-kalimat Ibnu Athaillah


dalam pasal ini. Ibnu Athaillah bukan hendak mengatakan
bahwa amaliah tidak berarti, karena itu adalah tanda kepatuhan kepada-
Nya. Namun ada persoalan yang lebih besar dari itu yang harus dimiliki
setiap pejalan suluk.

Ketika Allah membuka "Wajah Pengenalan", maka yang Dia anugrahkan


kepada seorang hamba adalah Diri-Nya, Eksistensi-Nya, bukan semata
perbuatan-Nya, karunia-Nya, atau surga-Nya. Maka tidaklah sebanding
ketika Allah menyerahkan seluruh Diri-Nya untuk dikenali, sementara
seseorang hanya menyerahkan amal perbuatannya, bukan dirinya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 25


Adalah Nabi Muhammad SAW memberi nasihat kepada putrinya Fatimah
r.a. untuk senantiasa berdoa pada setiap pagi dan petang:

َْ َ ْ َ َ َ ُ َّ ُ ْ َ َ ُ َ
ْ ْ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ
‫ ولا ت ِكل ِني ِإلى نف ِسي‬،‫َيا ح ُّي َيا ق ُّيوم ِب َرحم ِتك أست ِغيث! أص ِلح ِلي ش ِأن َي كله‬
ْ

َ َ َ َ
‫ط ْرفة ع ْي ٍن‬

Wahai (Dzat) yang Maha Hidup dan Maha Berdiri! Dengan rahmat-Mu aku
memohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya; dan jangan
Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata. - H.R.
Imam An-Nasai, Imam Al-Hakim.

Dalam hadits yang lain dikatakan:


ْ َ َ َْ َ َ
ُ َّ ُ ْ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ََ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َُّ َّ
،‫ وأص ِلح ِلي ش ِأني كله‬،‫ فلا ت ِكل ِني ِإلى نف ِسي طرفة عي ٍن‬،‫هَّللا رحمتك أرجو‬
َ
َ ْ َّ َ َ
‫لا ِإله ِإلا أنت‬

Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang kuharapkan! Maka janganlah Engkau


serahkan aku kepada diriku meski sekejap mata, dan perbaikilah
urusanku seluruhnya. (Sungguh) tidak ada tuhan selain Engkau. - H.R.
Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban.

Bahwa kebanyakan manusia mengandalkan urusannya kepada dirinya,


kepintarannya, amal perbuatannya. Dan sangatlah sedikit manusia yang
menginginkan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Sementara dalam
Al-Quran dikatakan bahwa sebaik-baik agama seseorang adalah
yang: aslama wajhahu (menyerahkan wajahnya), seluruh eksistensinya,
seluruh jiwa-raganya, hidup dan matinya, hanya kepada Allah.

ً َ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ ٌ ْ ُ َ ُ َ َّ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َِّّ ً ُ ْ
َ
ْ َ
‫اهيم ح ِنيفا‬ َ
ِ ‫ّٰلل وهو مح ِسن واتبع ِملة ِإبر‬ِ ِ ‫َومن أحسن ِدينا ِِمن أسلم وجهه‬
َ

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang
menyerahkan wajahnya kepada Allah, sedang diapun seorang yang ihsan
dan mengikuti millah Ibrahim yang lurus? - Q.S. An-Nisa [4]: 125

Ma'rifat [mengenal] kepada Allah, itu adalah puncak keberuntungan


seorang hamba, maka apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 26


jalan untuk mengenal kepada-Nya, maka tidak perlu pedulikan berapa
banyak amal perbuatanmu, walaupun masih sedikit amal kebaikanmu.
Sebab ma'rifat itu suatu karunia dan pemberian langsung dari Allah, maka
sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau sedikitnya amal
kebaikan.

Abu Huroiroh ra. berkata: Rasululloh saw. bersabda: Alloh azza wajalla
berfirman: "Apabila Aku menguji hamba-Ku yang beriman, kemudian
ia tidak mengeluh kepada orang lain, maka Aku lepaskan ia dari
ikatan-Ku dan Aku gantikan baginya daging dan darah yang lebih
baik dari semula, dan ia boleh memperbarui amal, sebab yang lalu
telah diampuni semua."

Diriwayatkan: Bahwa Alloh telah menurunkan wahyu kepada salah


seorang Nabi diantara beberapa Nabi-Nya ." Aku telah menurunkan
ujian kepada salah seorang hamba-Ku, maka ia berdoa dan tetap
Aku tunda permintaannya, akhirnya ia mengeluh, maka Aku berkata
kepadanya: Hamba-Ku bagaimana Aku akan melepaskan dari
padamu rahmat yang justru ujian itu mengandung rahmat-Ku."

Karena dengan segala kelakuan kebaikanmu engkau tidak dapat sampai


ke tingkat yang akan Aku berikan kepadamu, maka dengan ujian itulah
engkau dapat mencapai tingkat dan kedudukan di sisi Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 27


Al-Hikam Pasal 9

Amal, Ahwal dan Warid

"AHWAL AKAN MENENTUKAN A'MAAL"

َ ْ َ ْ َ
ْ َ َ َ ْ ُ ‫ـنَّو َع ْت أجن‬
َ ‫اس الأع َمال لـتـن ُّو ِع َواردات الأح‬ َ ْ َ َ
‫ال‬
ِ ‫و‬ ِ ِ ِ ِ ‫ت‬

9."Beragamnya jenis amal-amal itu disebabkan oleh beragamnya warid-


warid (yang turun) pada ahwal-ahwal (hamba-Nya)."

Syarah

Warid adalah terminologi suluk yang banyak ditemukan dalam Al-Hikam.


Makna sederhana warid adalah karunia Allah yang turun kepada seorang
hamba. Proses turunnya warid terkait dengan kesiapan qalb , dalam hal
ini adalah kadar ahwal si hamba. Sebagai contoh, dalam Al-Quran Allah
berfirman:

ُ َ َ َ َّ َّ َ ََّ ُ َ َ
... ‫وما يلقاها ِإلا ال ِذين صبروا‬

Tidak dianugerahkan (al-hasanah) itu melainkan kepada orang-orang


yang sabar ... - Q.S. Al-Fushilat [41]: 35

Dalam ayat di atas, sabar adalah ahwal si hamba, dan al-hasanah yang
dianugrahkan merupakan warid yang Allah karuniakan.

Namun dalam pasal ini Ibnu Athaillah tidak hanya berbicara


tentangahwal dan warid; namun juga berbicara keterkaitan
antara warid dan amal. Bahwa warid yang diterima seorang hamba terkait
dengan amal hamba tersebut. Amal yang dimaksud disini adalah berupa
amal yang khusus, yakni amal atau dharma yang terkait dengan misi
hidup atau jatidiri seseorang.

Haruslah dipahami bahwa jatidiri setiap manusia adalah unik dan


berbeda. Suatu warid yang Allah karuniakan kepada seorang hamba
pasti akan mengungkap jatidiri hamba tersebut. Seorang nabi, seorang
rasul, seorang wali, seorang mursyid, seorang raja, seorang ilmuwan,
masing-masing memiliki amal-amal yang khusus terkait jatidirinya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 28


Misalkan seorang hamba yang jatidirinya sebagai mursyid, maka akan
dikaruniai warid berupa pengetahuan atau kemampuan untuk
membimbing murid-muridnya.

Dalam pandangan tasawuf, Hal diartikan sebagai pengalaman rohani


dalam proses mencapai hakikat dan makrifat. Hal merupakan zauk atau
rasa yang berkaitan dengan hakikat ketuhanan yang melahirkan
makrifatullah (pengenalan tentang Alloh). tanpa Hal tidak ada hakikat dan
tidak diperoleh makrifat. Ahli ilmu membina makrifat melalui dalil ilmiah
tetapi ahli tasawuf bermakrifat melalui pengalaman tentang hakikat.

Sebelum memperoleh pengalaman hakikat, ahli kerohanian terlebih


dahulu memperoleh kasyaf yaitu terbuka keghoiban kepadanya. Ada
orang mencari kasyaf yang dapat melihat makhluk ghaib seperti jin.
Dalam proses mencapai hakikat ketuhanan kasyaf yang demikian tidak
penting. Kasyaf yang penting adalah yang dapat mengenali tipu daya
syaitan yang bersembunyi dalam berbagai bentuk dan suasana dunia ini.

Rasululloh saw. sendiri sebagai ahli kasyaf yang paling unggul hanya
melihat Jibrail a.s dalam rupanya yang asli dua kali saja, walaupun pada
setiap kali Jibrail a.s menemui Rasululloh saw. dengan rupa yang
berbeda-beda, Rasululloh tetap mengenalinya sebagai Jibrail a.s.

Bila seseorang ahli kerohanian memperoleh kasyaf maka dia telah


bersedia untuk menerima kedatangan Hal atau zauk yaitu pengalaman
kerohanian tentang hakikat ketuhanan. Hal tidak mungkin diperoleh
dengan beramal dan menuntut ilmu. Sebelum ini pernah dinyatakan
bahawa tidak ada jalan untuk masuk ke dalam gerbang makrifat.
Seseorang hanya mampu beramal dan menuntut ilmu untuk sampai pintu
gerbangnya. Apabila sampai di situ seseorang hanya menanti karunia
Alloh, semata-mata karunia Alloh yang membawa makrifat kepada
hamba-hamba-Nya. karunia Alloh yang mengandung makrifat itu
dinamakan Hal.

Ada orang yang memperoleh Hal sekali saja dan dikuasai oleh Hal dalam
waktu yang tertentu saja dan ada juga yang terus-menerus di dalam Hal.
Hal yang terus-menerus atau berkekalan dinamakan wishol yaitu
penyerapan Hal secara terus-menerus, kekal atau baqo'. Orang yang
mencapai wishol akan terus hidup dengan cara Hal yang terjadi. Hal-hal
(ahwal) dan wishol bisa dibagi menjadi lima macam:

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 29


1 : Abid:

Abid adalah orang yang dikuasai oleh Hal atau zauk yang membuat dia
merasakan dengan sangat bahawa dirinya hanyalah seorang hamba
yang tidak memiliki apa-apa dan tidak mempunyai daya dan upaya untuk
melakukan sesuatu. Kekuatan, usaha, bakat-bakat dan apa saja yang ada
dengannya adalah daya dan upaya yang dari Alloh. Semuanya itu adalah
karunia Allohsemata-mata. Alloh sebagai Pemilik yang sebenarnya,
apabila Dia memberi, maka Dia berhak mengambil kembali pada masa
yang Dia kehendaki. Seorang abid benar-benar bersandar kepada Allah
s.w.t sekiranya dia melepaskan sandaran itu dia akan jatuh, kerana dia
benar-benar melihat dirinya kehilangan apa yang datangnya dari Allah
s.w.t.

2 : Asyikin:

Asyikin ialah orang yang memandang sifat Keindahan Allah s.w.t. Rupa,
bentuk, warna dan ukuran tidak menjadi soal kepadanya kerana apa saja
yang dilihatnya menjadi cermin yang dia melihat Keindahan serta
Keelokan Allah s.w.t di dalamnya. Amal atau kelakuan asyikin ialah gemar
merenungi alam dan memuji Keindahan Allah s.w.t pada apa yang
disaksikannya. Dia boleh duduk menikmati keindahan alam beberapa jam
tanpa merasa jemu. Kilauan ombak dan titikan hujan memukau
pandangan hatinya. Semua yang kelihatan adalah warna Keindahan dan
Keelokan Allah s.w.t. Orang yang menjadi asyikin tidak memperdulikan
lagi adab dan peraturan masyarakat. Kesedarannya bukan lagi pada alam
ini. Dia mempunyai alamnya sendiri yang di dalamnya hanyalah
Keindahan Alloh s.w.t.

3 : Muttakholiq:

Muttakholiq adalah orang yang mencapai yang Haq dan bertukar sifatnya.
Hatinya dikuasai oleh suasana Qurbi Faroidh atau Qurbi Nawafil. Dalam
Qurbi Faroidh, muttakholiq merasakan dirinya adalah alat dan Allah s.w.t
menjadi Pengguna alat. Dia melihat perbuatan atau kelakuan dirinya
terjadi tanpa dia merancang dan campur tangan, bahkan dia tidak mampu
mengubah apa yang akan terjadi pada kelakuan dan perbuatannya. Dia
menjadi orang yang berpisah daripada dirinya sendiri. Dia melihat dirinya
melakukan sesuatu perbuatan seperti dia melihat orang lain yang
melakukannya, yang dia tidak berdaya mengawal atau

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 30


mempengaruhinya. Hal Qurbi Faraidh adalah dia melihat bahawa Allah
s.w.t melakukan apa yang Dia kehendaki. Perbuatan dia sendiri adalah
gerakan Allah s.w.t, dan diamnya juga adalah gerakan Allah s.w.t. Orang
ini tidak mempunyai kehendak sendiri, tidak ada ikhtiar dan tadbir. Apa
yang mengenai dirinya, seperti perkataan dan perbuatan, berlaku secara
spontan. Kelakuan atau amal Qurbi Faroidh ialah bercampur-campur di
antara logika dengan tidak logika, mengikut adat dengan merombak adat,
kelakuan alim dengan jahil. Dalam banyak perkara penjelasan yang boleh
diberikannya ialah, "Tidak tahu! Allah s.w.t berbuat apa yang Dia
kehendaki".

Dalam suasana Qurbi Nawafil pula muttakholiq melihat dengan mata


hatinya sifat-sifat Allah s.w.t dan dia menjadi pelaku atau pengguna sifat-
sifat tersebut, yaitu dia menjadi khalifah dirinya sendiri. Hal Qurbi Nawafil
ialah berbuat dengan izin Allah s.w.t kerana Allah s.w.t memberikan
kepadanya untuk berbuat sesuatu. Contoh Qurbi Nawafil adalah kelakuan
Nabi Isa a.s yang membentuk rupa burung dari tanah liat lalu menyuruh
burung itu terbang dengan izin Allah s.w.t, juga kelakuan beliau a.s
menyeru orang mati supaya bangkit dari kuburnya. Nabi Isa a.s melihat
sifat-sifat Allah s.w.t yang diizinkan menjadi kemampuan beliau, sebab itu
beliau tidak ragu-ragu untuk menggunakan kemampuan tersebut
menjadikan burung dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah s.w.t.

4 : Muwahhid:

Muwahhid fana' dalam dzat, dzatnya lenyap dan DZat Mutlak yang
menguasainya. bagi muwahhid ialah dirinya tidak ada, yang ada hanya
Alloh s.w.t. Orang ini telah putus hubungannya dengan kesedaran
basyariah dan sekalian maujud. Kelakuan atau amalnya tidak lagi seperti
manusia biasa karena dia telah terlepas dari sifat-sifat kemanusiaan dan
kemakhlukan. Misalkan dia bernama Abdullah, dan jika ditanya
kepadanya di manakah Abdullah, maka dia akan menjawab Abdullah
tidak ada, yang ada hanyalah Allah! Dia benar-benar telah lenyap dari
ke'Abdullah-an' dan benar-benar dikuasai oleh ke'Allah-an'. Ketika dia
dikuasai oleh hal dia terlepas daripada beban hukum syarak. Dia telah
fana dari 'aku' dirinya dan dikuasai oleh kewujudan 'Aku Hakiki'. Walau
bagaimana pun sikap dan kelakuannya dia tetap dalam ridho Allah s.w.t.
Apabila dia tidak dikuasai oleh hal, kesedarannya kembali dan dia
menjadi ahli syariat yang taat. Perlu diketahui bahawa hal tidak boleh
dibuat-buat dan orang yang dikuasai oleh hal tidak berupaya
menahannya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 31


Orang-orang sufi bersepakat mengatakan bahawa siapa yang
mengatakan, "Ana al-Haq!" sedangkan dia masih sadar tentang dirinya
maka orang tersebut adalah sesat dan kufur!

5 : Mutahaqqiq:

Mutahaqqiq ialah orang yang setelah fana dalam dzat turun kembali
kepada kesedaran sifat, seperti yang terjadi kepada nabi-nabi dan wali-
wali demi melaksanakan amanat sebagai khalifah Alloh di muka bumi dan
kehidupan dunia yang wajib diurusi.

Dalam kesadaran dzat seseorang tidak keluar dari khalwatnya dengan


Alloh s.w.t dan tidak peduli tentang keruntuhan rumah tangga dan
kehancuran dunia seluruhnya. Sebab itu orang yang demikian tidak boleh
dijadikan pemimpin. Dia mesti turun kepada kesedaran sifat barulah dia
boleh memimpin orang lain. Orang yang telah mengalami kefanaan dalam
zat kemudian disadarkan dalam sifat adalah benar-benar pemimpin yang
dilantik oleh Alloh s.w.t menjadi Khalifah-Nya untuk memakmurkan
makhluk Alloh s.w.t dan memimpin umat manusia menuju jalan yang
diridhoi Alloh s.w.t. Orang inilah yang menjadi ahli makrifat yang sejati,
ahli hakikat yang sejati, ahli thorikoh yang sejati dan ahli syariat yang
sejati, berkumpul padanya dalam satu kesatuan yang menjadikannya
Insan Robbani. Insan Robbani peringkat tertinggi ialah para nabi-nabi dan
Alloh karuniakan kepada mereka maksum, sementara yang tidak menjadi
nabi dilantik sebagai wali-Nya yang diberi perlindungan dan
pemeliharaan.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 32


Al-Hikam Pasal 10

Cahaya Ikhlas

"RUH NYA AMAL YAITU IKHLAS"

ْ َ ْ
ْ َ ُ ُ َ ‫ َوأ ْر َواح‬،‫َالأَ ْع َم ُال ُص َو ٌر َقائ َم ٌة‬
َ‫ـها ُوج ْود س ِّر الإخلاص فيها‬ ُ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
"Amal-amal itu semata bentuk-bentuk yang tampil, adapun ruh-ruh yang
menghidupkannya adalah hadirnya sirr ikhlas (cahaya ikhlas) padanya"

Syarah

Alkisah, suatu hari saat Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan


beberapa sahabatnya, datanglah seorang wanita kafir membawa
beberapa biji buah jeruk sebagai hadiah. Rasulullah SAW menerimanya
dengan senyuman gembira. Lalu mulailah jeruk itu dimakan oleh
Rasulullah SAW dengan tersenyum, sebiji demi sebiji hingga habislah
semua jeruk tersebut. Maka ketika wanita itu meminta izin untuk pulang,
maka salah seorang sahabat segera bertanya mengapa tidak sedikit pun
Rasulullah menyisakan jeruk tadi untuk sahabat lainnya. Rasulullah SAW
pun menjawab: " Tahukah kamu, sebenarnya buah jeruk itu terlalu asam
sewaktu saya merasakannya pertama kali. Kalau kalian turut makan, saya
takut ada di antara kalian yang akan mengernyitkan dahi atau memarahi
wanita tersebut. Saya takut hatinya akan tersinggung. Sebab itu saya
habiskan semuanya ."

Akhlak yang agung seperti ini tidak dapat dipoles di permukaan, tetapi
semata-mata karena ada cahaya ikhlas yang sudah tertanam di dalam
hati. Sikap dan perilaku adalah cerminan hati. Dalam sebuah Hadits
Qudsi, Rasulullah SAW bersabda:

"Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, 'Aku
telah menanyakan hal itu kepada Allah', lalu Allah berfirman, '(Ikhlas)
adalah salah satu dari rahasiaku, yang Aku berikan ke dalam hati orang-
orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku" -Hadits Qudsi

Sirr secara bahasa artinya adalah "rahasia". Secara hakikat sirr adalah
cahaya khusus yang Allah berikan kepada seorang hamba yang Dia
cintai, sebagaimana diungkap dalam hadits diatas.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 33


Tidak ada amal-amal yang agung dapat tegak kecuali Allah telah
menanamkan ruh berupa cahaya ikhlas yang dapat menghidupkan amal
tersebut. Sebagaimana akhlak-akhlak yang tinggi yang ditampilkan oleh
para nabi, rasul serta hamba-Nya yang Dia cintai adalah karena ada ruh-
ruh yang menghidupkannya; dan itu berupa sirr (cahaya) ikhlas yang
menyala di dalam hati.

Amal ialah, geraknya badan lahir atau hati. amal itu digambarkan sebagai
tubuh/jasad. sedangkan ikhlas itu sebagai ruhnya. yakni., badan tanpa
ruh berarti mati. amal lahir atau amal hati itu bisa hidup hanya dengan
adanya ikhlas. Alloh berfirma, "Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
(ikhlas)kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus" albayyinah 5. "Maka sembahlah Allah dengan memurnikan
ketaatan (ikhlas)kepada-Nya ." Az-zumar 2. Imam Hasan Al-Bashari,
barkata, "Aku pernah bertanya kepada shahabat Hudzaifah r.a.
tentang ikhlas, beliau menjawab: Aku pernah bertanya kepada
Rasululloh SAW ikhlas itu apa, beliau menjawab: Aku pernah
menanyakan ttg ikhlas itu kpd malaikat Jibril a.s dan beliau
menjawab: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Alloh Rabbul
'Izzaah, dan IA menjawab: "IKHLAS ialah RAHASIA di antara rahasia-
rahasiaKU yg Kutitipkan di hati hambaKU yg Aku cintai."

Ikhlas itu berbeda/bertingkat sesuai dengan perbedaan orang yang


beramal.

Keikhlasan orang yang bersungguh-sungguh dalam ibadah, dan amal


perbuatan itu telah bersih dari pada riya' yang nampak ataupun yang
tersembunyi, sedang tujuan amal perbuatan mereka selalu hanya pahala
yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya ,dan supaya diselamatkan
dari neraka-Nya.Keikhlasan orang-orang yang cinta kepada Alloh, yang
beramal hanya karena mengagungkan Alloh,karena hanya Alloh dzat
yang wajib di Agungkan, tidak karena pahala atau selamat dari siksa
neraka. Sayyidah Robi'ah al-'Adawiyyah bermunajat pada Alloh: Ya Alloh,
saya beribadah kepadamu bukan karena takut nerakamu, dan juga tidak
karena cinta dengan surgamu. Perkataan ini masih mengnggap dirinya
yang beribadah(mengaku bisa beribadah).

Keikhlasan orang -orang yang sudah Ma'rifat kepada Alloh. Mereka


selalu melihat kepada Alloh, gerak dan diamnya badan dan hatinya
itu semua atas kehendak Alloh, mereka tidak merasa kalau bisa
beramal,kecuali diberi pertolongan oleh Alloh, tidak sebab daya
kekuatan dirinya sendiri.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 34


Al-Hikam Pasal 11

Kuburlah Eksistensimu!

"HATI-HATI DENGAN KETERKENALAN"

َ َ َ َ ْ َ
ُ ُ َ َ
‫ــت ُّم نـت ِاءجه‬ َ ‫ ف َما نـبت َِِّمال ْم ُيدف ْن لا‬،‫ود َك في أ ْرض الخ ُمول‬
‫ي‬
ْ َ َ َ ُ َ ُ ُ ْ ْ
‫ِاد ِفن وج‬
ِ ِ ِ ِ
11. "Kuburlah wujudmu (eksistensimu) di dalam bumi kerendahan
(ketiadaan); maka segala yang tumbuh namun tidak ditanam (dengan
baik) tidak akan sempurna buahnya."

Syarah

Secara bahasa, al-humuul artinya adalah kosong, lemah, bodoh, tidak


aktif, tidak dikenal; yang dalam pasal ini bermakna "kerendahan" atau
"ketiadaan". Sementara wujud atau eksistensi manusia pada dasarnya
ingin diakui, dikenal, mahsyur, terpandang, paling hebat, dan
semacamnya. Dalam istilah psikologi, manusia diatur oleh ego yang ada
dalam dirinya.

Bersuluk pada dasarnya adalah proses menumbuhkan jiwa. Adapun jiwa


bagaikan pohon yang tumbuh; jiwa harus ditanam dan dirawat agar dapat
tumbuh dan berbuah dengan sempurna. Sebagaimana firman Allah
Ta'ala:

َ َ ُ َ َ َ ً َّ َ َ َ َ
ُ ٌ ْ ِّ َ َ َ ً ِّ َ ً َ َ َ
‫اّٰلل َمثلا ك ِل َمة ط ِي َبة كشج َر ٍة ط ِي َب ٍة أصل َها ث ِابت َوف ْرع َها‬
ُ ‫أل ْم ت َر ك ْيف ض َر َب‬
َ
ْ‫لناس ل َعَّل ُهم‬ َّ َ َ ْ َ ْ ُ َّ ُ ْ َ َ َ ِّ َ ْ َُّ َ َ ُ ُ ْ ُ َ َّ
ِ ‫ين ِب ِإذ ِن ر ِبها ويض ِرب اّٰلل الأمثال ِل‬ ٍ ‫ِفي السم ِاء ت ِؤتي أكلها كل ِح‬
َ ُ َّ َ َ َ
‫يتذكرون‬

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat


perumpamaan kalimah tayyibah itu seperti pohon yang baik, akarnya
teguh, dan cabangnya (menjulang) ke langit,pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat.- Q.S. Ibrahim [14]: 24-25

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 35


Kita tidak akan mampu mengenal siapa diri kita, buah takwa apa yang
harus kita hasilkan, kecuali Allah memberi petunjuk dan perlindungan.
Selama ini ego diri kita yang mengatur siapa diri kita dan apa yang kita
inginkan; sementara Allah lah yang lebih mengetahui diri kita yang
sesungguhnya.

Dalam pasal ini, Ibnu Athaillah mengungkap sebuah kunci agar kita dapat
menghasilkan buah takwa yang sempurna, yakni dengan mengubur
eksistensi kita, ego kita, dalam bumi ketiadaan.

Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi seorang yang beramal, dari
pada menginginkan kedudukan dan terkenal pergaulannya di tengah-
tengah masyarakat. Dan ini termasuk keinginan hawa nafsu yang utama.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang


merendahkan diri, maka Alloh akan memuliakannya dan barang siapa
yang sombong, Alloh akan menghinanya.

Ibrahim bin Adham radhiallohu 'anhu berkata: "Tidak benar tujuan kepada
Alloh, siapa yang ingin terkenal."

Ayyub as-Asakhtiyani radhiallohu 'anhu berkata: "Demi Alloh tidak ada


seorang hamba yang sungguh-sungguh ikhlas pada Alloh, melainkan ia
merasa senang, gembira jika ia tidak mengetahui kedudukan dirinya."

Mu'adz bin Jabal berkata: Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam


bersabda: "Sesungguhnya sedikit riya' itu sudah termasuk syirik. Dan
barangsiapa yang memusuhi wali Alloh, maka telah memusuhi Alloh. Dan
sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang bertaqwa yang
tersembunyi [tidak terkenal], yang bila tidak ada, tidak dicari dan bila hadir
tidak dipanggil dan tidak dikenal. Hati mereka bagai pelita hidayat, mereka
terhindar dari segala kegelapan dan kesukaran."

Abu Hurairoh rodhiallahu 'anhu berkata: Ketika kami di majlis Rasululloh


shallallohu 'alaihi wasallam, tiba-tiba Rasululloh bersabda: Besok pagi
akan ada seorang ahli surga yang sholat bersama kamu. Abu Hurairoh
berkata: Aku berharap semoga akulah orang yang ditunjuk oleh
Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam itu. Maka pagi-pagi aku shalat di
belakang Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam dan tetap tinggal di majlis
setelah orang-orang pada pulang. Tiba-tiba ada seorang budak hitam
berkain compang-camping datang berjabat tangan pada Rasululloh
shallallohu 'alaihi wasallam sambil berkata: Wahai Nabi Alloh! Do'akan
semoga aku mati syahid. Maka Rasululloh shollallohu 'alaihi wasallam
berdoa, sedang kami mencium bau kasturi dari badannya. Kemudian aku

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 36


bertanya: Apakah orang itu wahai Rasululloh? Jawab Nabi: Ya benar. Ia
seorang budak dari bani fulan. Abu Hurairoh berkata: Mengapa engkau
tidak membeli dan memerdekakannya wahai Nabi Alloh? Jawab
Nabi: Bagaimana aku akan dapat berbuat demikian, sedangkan Alloh
akan menjadikannya seorang raja di surga. Wahai Abu Hurairoh!
Sesungguhnya di surga itu ada raja dan orang-orang terkemuka, dan ini
salah seorang raja dan terkemuka. Wahai Abu Hurairoh! Sesungguhnya
Alloh mengasihi, mencintai makhluknya yang suci hati, yang samar, yang
bersih, yang terurai rambut, yang kempes perut kecuali dari hasil yang
halal, yang bila akan masuk kepada raja tidak diizinkan, bila meminang
wanita bangsawan tidak akan diterima, bila tidak ada tidak dicari, bila
hadir tidak dihiraukan, bila sakit tidak dijenguk, bahkan ia meninggal tidak
dihadiri jenazahnya.

Para sahabat bertanya: Tunjukkan kepada kami wahai Rasululloh salah


seorang dari mereka? Jawab Nabi: Uwais al-Qorany, seorang berkulit
coklat, lebar kedua bahunya, tingginya agak sedang dan selalu
menundukkan kepalanya sambil membaca al-Qur'an, tidak terkenal di
bumi tetapi terkenal di langit, andaikan ia bersungguh-sungguh memohon
sesuatu kepada Allah pasti diberinya. Di bawah bahu kirinya berbekas.
Wahai Umar dan Ali! Jika kamu bertemu padanya, maka mintalah
kepadanya supaya memohonkan ampun untukmu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 37


Al-Hikam Pasal 12

'Uzlah

ُ ُ َْ ْ ُ ُ َ َ َ َ
‫كرة‬
ٍ ‫ل بهٍا ميدان ِف‬
ٍ ‫لة يدخ‬
ٍ ‫مثل عز‬
ٍ ‫يء‬ٍ ‫لب ش‬
ٍ ‫مانفع الق‬
ٍ

12."Tidak ada sesuatu yang sangat berguna bagi hati [jiwa], sebagaimana
menyendiri untuk masuk ke medan tafakur."

Syarah

Seorang murid/salik kalau benar-benar ingin wushul kepada Alloh,


pastilah ia berusaha bagaimana supaya hatinya tidak lupa pada Alloh,
bisa selalu mendekatkan diri kepada Alloh. Dalam usaha ini tidak ada
yang lebih bermanfaat kecuali uzlah (menyendiri dari pergaulan umum),
dan dalam kondisi uzlah murid mau Tafakkur(berfikir tentang makhluknya
Alloh, kekuasaan Alloh, keagungan Alloh, keadilan Alloh dan belas kasih
nya Alloh) yang bisa menjadikan Hati timbul rasa takdhim kepada Alloh.
Menambah keyaqinan dan ketaqwaan kepada Alloh.

Adapun bahayanya murid yang tidak uzlah itu banyak sekali,

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Perumpamaan


seorang sahabat yang tidak baik, bagaikan pandai besi yang
membakar besi, jika kamu tidak terkena oleh percikan apinya, maka
kamu terkena bau busuknya."

Alloh Ta'ala mewahyukan kepada Nabi Musa alaihissalam: " Wahai putra
Imran! Waspadalah selalu dan pilihlah untuk dirimu seorang sahabat
[teman], dan sahabatmu yang tidak membantumu untuk membuat taat
kepada-Ku, maka ia adalah musuhmu."

Dan juga Alloh mewahyukan kepada Nabi Dawud alaihissalam: " Wahai
Dawud! Mengapakah engkau menyendiri? Jawab Dawud: Aku
menjauhkan diri dari makhluk untuk mendekat kepada-Mu . Maka Alloh
berfirman: Wahai Dawud! Waspadalah selalu, dan pilihlah untukmu
sahabat, dan tiap sahabat yang tidak membantu untuk taat kepada-Ku,
maka itu adalah musuhmu, dan akan menyebabkan membeku hatimu
serta jauh dari-Ku."

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 38


Nabi Isa alaihissalam bersabda : "Jangan berteman dengan orang-orang
yang mati, niscaya hatimu akan mati. Ketika ditanya: Siapakah orang-
orang yang mati itu? Nabi Isa memjawab: Mereka yang rakus kepada
dunia. "

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang paling aku


khawatirkan pada umatku, ialah lemahnya iman dan keyakinan ."

Nabi Isa alaihissalam bersabda: "Berbahagialah orang yang perkataanya


dzikir, diamnya tafakur dan pandangannya tertunduk. Sesungguhnya
orang yang sempurna akal ialah yang selalu mengoreksi dirinya, dan
selalu menyiapkan bekal untuk menghadapi hari setelah mati."

Sahl at-Tustary radhiallahu 'anhu berkata: "Kebaikan itu terhimpun dalam


empat macam, dan dengan itu tercapai derajat wali [di samping
melakukan semua kewajiban-kewajiban agama], yaitu:

1. Lapar.
2. Diam.
3. Menyendiri
4. Bangun tengah malam [sholat tahajjud].

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 39


Al-Hikam Pasal 13

“Resiko Hati yang keruh”

ُ َ َ َ ُ َ َ َُ ُ ُ ُْ
‫يرحل ال ٍى‬
ٍ ‫كيف‬
ٍ ْ
‫نطبعةٍٍٍ ف ٍى ِمرات ٍه ٍ؟ ا ٍم‬ ‫م‬ ‫ان‬
ٍ ‫كو‬ ‫ٍالا‬ ‫ٍر‬ ‫و‬‫ص‬ ‫قلب‬
ٍ ‫رق‬
ٍ ‫ف يش‬ ٍ ‫كي‬
ِ ِ
َ َ َ َ ُ َْ ُ َ َ َّ ‫لل وه ٍو ُم‬
‫ل حضر ٍة اللٍِ وه ٍو ل ٍم‬ ٍ ‫ن يدخ‬ ٍ ‫طمع ا‬
ٍ ‫كيف ي‬ ٍ ‫شهوات ٍِه ٍ؟ ا ٍم‬
ِ ‫ب‬ِ ‫ل‬
ٍ ‫كب‬ ٍ ‫ا‬
ُ
َ‫وه ٍو‬ َ َ َ ْ َ ُ َ َّ
‫قاءـق الاسرا ٍِر‬
ٍ َ
‫ن يفه ٍم ٍد‬ َ ٍ ‫كيف يرجوا‬ ٍ ‫غفلاته ٍ؟ ا ٍم‬
ٍِ ‫جنابة‬
ٍِ ‫ن‬
ٍ‫رم‬ ٍْ ‫يتطه‬
َ َ ٍ ‫بم‬
‫ن هفو ِات ٍِه ٍ؟‬
ُ ْ
ٍ ْ ‫لم َيٍتـ‬
ٍ

13."Bagaimana akan dapat bercahaya hati seseorang yang gambar dunia


ini terlukis dalam cermin hatinya. Bagaimana berangkat menuju kepada
Allah, padahal ia masih terbelenggu oleh nafsu syahwat. Bagaimana akan
dapat masuk menjumpai Allah, padahal ia belum bersih dari kelalaian.
Bagaimana ia berharap akan mengerti rahasia yang halus dan
tersembunyi, padahal ia belum taubat dari kekeliruannya."

Syarah

Dalam hikmah ke 13 ini menjadi kelanjutan hikmah sebelumnya (12) yang


menerangkan tentang pentingnya Uzlah, sedang hikmah 13
memperingatkan Uzlah jasad (tubuh) saja tidak akan ada artinya jika
hatinya tidak ikut ber-Uzlah, hatinya masih bebas dan dipenuhi empat
perkara :

1. Gambaran, ingatan, keinginan terhadap benda(dunia), seperti


harta, wanita,pangkat jabatan dll.
2. Syahwat,keinginan yang melupakan Alloh.
3. Kelalaian dari dzikir kepada Alloh.
4. Dosa-dosa yang tidah di basuh dengan Taubat.

Jadi seorang murid yang ingin wushul kepada Alloh harus membersihkan
dari empat perkara tersebut.

Karena Berkumpulnya dua hal yang berlawanan pada saat besamaan


dalam satu tempat dan waktu itu mustahil [tidak mungkin], sebagaimana
berkumpulnya antara diam dan gerak, antara cahaya terang dan gelap.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 40


Demikian pula cahaya iman berlawanan dengan gelap yang disebabkan
karena selalu masih berharap kepada sesuatu selain Alloh. Demikian pula
mengembara menuju kepada Alloh harus bebas dari belenggu hawa
nafsu supaya dapat sampai kepada Alloh azza wajalla. Alloh berfirman :
"Bertakwalah kepada Alloh dan Alloh akan mengajarkan kepadamu
segala kebutuhanmu."

Rosulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda : "Barangsiapa


mengamalkan apa yang telah diketahui, maka Allah akan mewariskan
kepadanya pengetahuan yang belum diketahui."

Imam Ahmad bin Hambal rodhiallohu 'anhu bertemu dengan Ahmad bin
Abi Hawari dan berkata: Ceritakanlah kepada kami apa-apa yang pernah
engkau dapat dari gurumu Abu Sulaiman. Jawab Ahmad bin Abi Hawari:
Bacalah Subhanallah tapi tanpa rasa kekaguman. Setelah dibaca oleh
Ahmad bin Hambal: "Subhanallah". Maka Ibnu Hawari berkata: Aku telah
mendengar Abu Sulaiman berkata: Apabila hati [jiwa] manusia benar-
benar berjanji akan meninggalkan semua dosa, niscaya akan terbang ke
alam malakut, kemudian kembali membawa berbagai ilmu yang penuh
hikmah tanpa memerlukan lagi guru. Ahmad bin Hambal setelah
mendengar keterangan itu langsung ia berdiri dan duduk ditempatnya
berulang-ulang sampai tiga kali, lalu berkata: Belum pernah aku
mendengar keterangan serupa ini sejak aku masuk Islam. Ia sungguh
merasa puas dan sangat gembira menerima keterangan itu,

lalu ia membaca hadits : " Man amila bima alima warrotsahullohu ilma
maa lam ya'lam." Barangsiapa yang mengamalkan apa yang telah
diketahui, maka Alloh akan mewariskan kepadanya pengetahuan yang
belum diketahui.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 41


Al-Hikam Pasal 14

“Alam terang karena Nur Ilahi”

ُ‫ن ولم يَ ْش َه ْد ٍه‬ َ ْ َ َ ُ ُ ُ ُ ََ َ َ ُ ُ ُّ ُ َ


ٍ ‫وانما انار ٍه ظهورالح ِقٍ فيه فمن رأى الكو‬ ِ ٍٍٍ‫ون كل ٍه ظلمة‬ ٍ ‫الك‬
َ ْ ُ َ ُ ُ َ َ ُ َْ ْ َ ُ
‫س‬
ٍ ‫بت عن ٍه شمو‬ ٍ ‫وجود الانو ٍِر وح ِج‬
ٍ ‫د اعوز ٍه‬
ٍ ‫ده فق‬
ٍ ‫نده اوقبل ٍه اوبع‬ٍ ‫اوع‬ ِ ‫يه‬ٍِ ‫ف‬
ُ
‫الاثار‬
ٍِ ٍ ِ ‫المعارف ِب ُسح‬
‫ب‬ ٍ ِ

14."Alam itu semuanya dalam kegelapan, sedangkan yang


meneranginya, hanya karena dhohirnya Al-haq [Alloh] padanya, maka
barangsiapa yang melihat alam, lantas tidak melihat Alloh di dalamnya,
atau didekatnya, atau sebelumnya, atau sesudahnya, maka sungguh ia
telah disilaukan oleh nur [cahaya], dan tertutup baginya surya [nur-
cahaya] ma'rifat oleh tebalnya benda-benda alam ini."

Syarah

Alam semesta yang mulanya tidak ada dan memang gelap, sedang yang
menampakkannya sehingga berupa kenyataan, hanya kekuasaan Alloh
padanya, karena itu barangsiapa yang melihat sesuatu benda alam ini,
lantas tidak terlihat olehnya kebesaran dan kekuasaan Alloh yang ada
pada benda itu, sebelum atau sesudahnya, berarti ia telah disilaukan oleh
cahaya. Bagaikan ia melihat cahaya yang terang benderang, lalu ia
mengira tidak ada bola yang menimbulkan cahaya itu. Maka semua seisi
alam ini bagaikan cahaya, sedang yang hakiki [sebenarnya] terlihat itu
semata-mata kekuasaan dzat Alloh subhanahu wata'ala.

Arti melihat Alloh didalam AL-KAUN (alam) yaitu:segala sesuatu yang ada
ini berjalan menurut hukum Alloh, jadi hatinya hamba ketika melihat alam,
langsung dia tahu Alloh yang membuat. ALLOHU KHOOLIQU KULLI
SYAI'(Alloh-lah yang menciptakan segala sesuatu). Tidak melihat sebab-
musababnya.

Melihat Alloh didekat AL-KAUN (alam) yaitu: sadar kalau Alloh-lah yang
mengurusi dan mengatur semuanya sesuai dengan kehendakNya,
dengan kesadaran yang seperti ini hati akan terdorong untuk selalu
muroqobah dengan rasa syukur dan selalu berusaha melaksanakan

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 42


kewajiban dari Alloh, dan akhirnya akan hilang kesenangan-kesenangan
nafsu.

Melihat Alloh sebelum AL-KAUN (alam)sebelum sesuatu diwujudkan


yaitu: melihat kita melakukan sesuatu yang di inginkan itu tidak akan
terjadi tanpa dikehendaki oleh Alloh. Dengan kesadaran seperti ini hati
bisa bertawakkal(menyerahkan semua pada Alloh atas apa yang di
inginkan.karena yaqin semua yang wujud itu pasti Alloh yang
mewujudkan.

Melihat Alloh sesudah AL-KAUN (alam) yaitu:sebab melihat Alloh hamba


tidak merasa kalau dia melakukan sesuatu/amal, karena sadar bahwa
Alloh-lah yang menjadikan amal itu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 43


Al-Hikam Pasal 15 - 24

“Bukti Kekuasaan Alloh”

ُ َ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ َ ُّ ُ َ َّ
‫ود مع ٍه‬
ٍ ‫ليس بموج‬
ٍ ‫نه بمٍا‬
ٍ ‫حجبك ع‬
ٍ ‫حانه ان‬
ٍ ‫قهر ٍِه سب‬
ِ ‫ود‬ٍِ ‫ك عل ٍى وج‬
ٍ ‫ِِمايدل‬

15."Di antara bukti-bukti yang menunjukkan adanya kekuasaan Alloh


yang luar biasa, ialah dapat menghijab engkau dari pada melihat kepada-
Nya dengan hijab tanpa wujud di sisi Alloh."

Syarah

Sepakat para orang-orang arif, bahwa segala sesuatu selain Alloh tidak
ada artinya, tidak dapat disamakan adanya sebagaimana adanya Allah,
sebab adanya alam terserah kepada karunia Alloh, bagaikan adanya
bayangan yang tergantung selalu kepada benda yang membayanginya.
Maka barangsiapa yang melihat bayangan dan tidak melihat kepada yang
membayanginya, maka di sinilah terhijabnya. Alloh berfirman: "segala
sesuatu rusak binasa kecuali dzat Alloh." Rosulullah shollallohu 'alaihi
wasallam membenarkan ucapan seorang penyair yang berkata:
''Camkanlah!Bahwa segala sesuatu selain Alloh itu palsu belaka. Dan tiap
nikmat kesenangan dunia, pasti akan binasa.]

َّ ُ َّ َ
‫شيىء‬
ٍ ‫كل‬
ٍ ‫ى اظهر‬
ٍ ‫شيىء وهوالذ‬
ٍ ‫ٍجبه‬ ٍ ‫يتصو ٍُر ا‬
ٍ ‫ن يح‬ ‫كيف‬
ٍ

16."Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab [dibatasi


tirai] oleh sesuatu padahal Alloh yang menampakkan [mendhohirkan]
segala sesuatu."

َ ُ َّ
ُ ‫يتصو‬ َ
‫شيىء‬
ٍ ‫كل‬
ٍ ‫هرب‬
ِ ‫ظ‬ ‫ى‬
ٍ ‫وهوالذ‬ ‫شيىء‬
ٍ ‫حجبه‬
ٍ ‫ي‬ ‫ن‬
ٍ ‫ا‬ ‫ر‬
ٍ ‫كيف‬
ٍ

17."Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh]


yang tampak [dhohir] pada segala sesuatu."

ُ َّ َ
‫شيىء‬
ٍ ٍ‫ى ظهرف ٍى كل‬
ٍ ‫شيىء وهوالذ‬
ٍ ‫حجبه‬
ٍ ‫ني‬ ٍ ‫يتصو ٍُر ا‬ ‫كيف‬
ٍ

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 44


18."Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh]
yang terlihat dalam tiap sesuatu."

ُ َ
َّ ‫كيف ي‬
‫شيىء‬
ٍ ‫كل‬
ٍ ‫ى ظهر ِل‬
ٍ ‫شيىء وهوالذ‬
ٍ ‫حجبه‬
ٍ ‫ني‬ ٍ ‫ٍتصو ٍُر ا‬ ٍ

ُ ُ َّ َ
‫شيىء‬
ٍ ‫كل‬
ٍ ‫وجود‬
ٍِ ‫ل‬
ٍ ‫شيىء وه ٍو الظاهرقب‬
ٍ ‫حجبه‬
ٍ ‫ني‬ ٍ ‫كيف يتصو ٍر ا‬
ٍ

19."Bagaimana akan dapat ditutupi oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh]


yang tampak pada tiap sesuatu. Bagaimana mungkin akan dihijab oleh
sesuatu, padahal Dia [Alloh] yang ada dhohir sebelum adanya sesuatu."

َْ ُ َّ َ
‫شيىء‬
ٍ ٍ‫ن كل‬
ٍ ‫شيىء وه ٍو اظٍهرم‬
ٍ ‫حجبه‬
ٍ ‫ني‬ ٍ ‫يتصو ٍُر ا‬ ‫كيف‬
ٍ

20."Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh]


lebih jelas dari segala sesuatu."

ُ ُ َّ َ
‫شيىء‬
ٍ ‫معه‬ ٍ َ ‫ى‬
ٍ ‫ليس‬ ٍ ‫د الذ‬
ٍ‫ح‬ٍ ‫شيىء وهوالوٍا‬
ٍ ‫حجبه‬
ٍ ‫ني‬ ٍ ‫يتصو ٍُر ا‬ ‫كيف‬
ٍ

21."Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh]


yang tunggal yang tidak ada di samping-Nya sesuatu apapun."

َ ُ ُ ُ َّ َ
‫شيىء‬
ٍ ٍ‫ن كل‬
ٍ ‫ٍليك م‬
ٍ ٍِ‫وهواقرب ٍا‬
ٍ ‫شيىء‬
ٍ ‫حجبه‬
ٍ ‫ني‬ ٍ ‫كيف يتصو ٍر ا‬
ٍ

22."Bagaimana akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Alloh] lebih dekat
kepadamu dari segala sesuatu."

ُ ُ َّ َ
‫شيىء‬
ٍ ٍ‫وجود كل‬
ٍ ‫ن‬
ٍ ‫شيىء ولولا ٍه ماكا‬
ٍ ‫حجبه‬
ٍ ‫ني‬ ٍ ‫يتصو ٍُر ا‬ ‫كيف‬
ٍ

23."Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal seandainya


tidak ada Alloh, niscaya tidak akan ada segala sesuatu."

Syarah

Alloh itu dzat yang mendhohirkan segala sesuatu, bagaimana mungkin


sesuatu itu bisa menutupi/menghijab-Nya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 45


Alloh itu dzat yang nyata pada segala sesuatu, bagaimana bisa Dia
tertutupi,

Alloh itu dzat yang maha Esa, tidak ada sesuatu yang bersama-Nya,
bagaimana mungkin Dia dihijab oleh sesuatu yang tidak wujud disamping-
Nya.

Demikian tampak jelas sifat-sifat Alloh pada tiap-tiap sesuatu di alam ini,
yang semua isi alam ini sebagai bukti kebesaran, kekuasaan, keindahan,
kebijaksanaan dan kesempurnaan dzat Alloh yang tidak menyerupai
sesuatu apapun dari makhluknya. Sehingga bila masih ada manusia yang
tidak mengenal Alloh [tidak melihat Alloh], maka benar-benar ia telah silau
oleh cahaya yang sangat terang, dan telah terhijab dari nur ma'rifat oleh
awan tebal yang berupa alam sekitarnya.

ُ ُ ُ ُ َ َ ُ َ
‫له‬
ٍ ‫ن‬ ٍَ ‫حادث‬
ٍ ‫مع م‬ ٍ ‫ت ال‬
ٍ ‫ثب‬ ‫كيف ي‬
ٍ ‫ ا ٍم‬،ٍ ‫العدم‬
ٍِ ُ
‫يظهرالوجودف ٍى‬ ‫كيف‬
ٍ ‫يٍا عجبٍا‬
َ ُ َ
‫القد ٍِم‬
ِ ‫صف‬ٍ ‫و‬

24."Sungguh sangat ajaib, bagaimana tampak wujud dalam ketiadaan,


atau bagaimana dapat bertahan sesuatu yang hancur itu, di samping dzat
yang bersifat qidam."

Syarah

Yakni, sesuatu yang hakikatnya tidak ada bagaimana dapat tampak ada
wujudnya. Hakikat 'adam [tidak ada] itu gelap, sedangkan wujud itu
bagaikan cahaya terang. Demikian pula bathil dan haq. Bathil itu harus
rusak dan binasa, sedangkan yang haq itulah yang harus tetap kuat
bertahan.

Kata KAYFA yang jumlahnya ada sepuluh, semua isim Istifham, tapi yang
dimaksudkan menggunakkan arti Ta'ajjub(heran),dan arti menafikan
(tidak mungkin). Ta'ajjub itu karena syuhudnya kepada Alloh, jika hamba
sudah syuhud kepada Alloh semua wujud selain Alloh itu hilang dari
pandangan mata hatinya, semua selain Alloh itu sama sekali tidak ada
wujudnya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 46


Al-Hikam Pasal 25

“Tanda-Tanda Kebodohan”

َ ُ َ َ
ٍُ
ٍُ ‫مااظهره‬
ٍِ ‫الل ف‬
‫يه‬ َ ‫قت‬
‫غير‬ َ ‫ث ف ٍى‬
ٍ ِ ‫الو‬ ٍ ‫اراد ان ي ِحد‬
ٍ ‫ن‬ ْ ‫جهل‬
ٍ ‫شيـءـاًم‬ ٍ ِ ‫ن ال‬
ٍ ‫ماترك م‬
ٍ

25."Tiada meninggalkan sedikitpun dari kebodohan, barangsiapa yang


berusaha akan mengadakan sesuatu dalam suatu masa, selain dari apa
yang dijadikan oleh Alloh di dalam masa itu."

Syarah

Sungguh amat bodoh seorang yang mengadakan sesuatu yang tidak


dikehendaki oleh Alloh. Pada Hikmah lain ada keterangan: Tiada suatu
saat pun yang berjalan melainkan di situ pasti ada takdir Alloh yang
dilaksanakan.

Alloh berfirman: "Tiap hari Dia [Alloh] menentukan urusan ."


Menciptakan, menghidupkan, mematikan, memuliakan, menghinakan
dan lain-lain. Maka sebaiknya seorang hamba menyerah dengan ikhlas
kepada hukum ketentuan Alloh pada tiap saat, sebab ia harus percaya
kepada rahmat dan kebijaksanaan kekuasaan Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 47


Al-Hikam Pasal 26

“Jangan Menunda Amal”

ْ َّ َ َ
‫س‬
ٍ ِ ‫رعونات النـفـ‬
ٍِ ‫ن‬
ٍ ‫الفراغ م‬
ٍِ ‫وجود‬
ٍِ ٍ‫عمال علٍى‬
ٍِ ‫حالتك الا‬
ٍ ‫ِا‬

26." Menunda amal perbuatan [kebaikan] karena menanti kesempatan


lebih baik, suatu tanda kebodohan yang mempengaruhi jiwa "

Syarah

Seorang murid apabila terlalu disibukkan dengan urusan dunianya, yang


bisa menghalangi amal yang menyebabkan dekat dengan Alloh, sehingga
dia menangguhkan amal menunggu kesempatan yang tidak sibuk itu
dinamakan kumprung/kebodohan.

Kebodohan itu disebabkan oleh:

1. Karena ia mengutamakan duniawi. Padahal Alloh subhanahu


wata'ala berfirman: ''Tetapi kamu mengutamakan kehidupan
dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan kekal selamanya.''
2. Penundaan amal itu kepada masa yang ia sendiri tidak mengetahui
apakah ia akan mendapatkan kesempatan itu atau kemungkinan ia
akan dijemput oleh maut yang setiap saat selalu menantinya.
3. Kemungkinan azam, niat dan hasrat itu menjadi lemah dan
berubah. Seorang penyair berkata: ''Janganlah menunda sampai
besok, apa yang dapat engkau kerjakan hari ini. Waktu sangat
berharga, maka jangan engkau habiskan kecuali untuk sesuatu
yang berharga.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 48


Al-Hikam Pasal 27

“Jangan Minta Dipindah Dari Satu Maqom Ke Maqom Lain”

َ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ ْ ُ َ
‫ادك‬
ٍ ‫فيما ِسواهٍا فلوار‬
ٍ ‫تعملك‬
ٍ ‫حالة ليس‬
ٍ ‫ن‬
ٍ ‫جك م‬
ٍ ‫ن ي ِخر‬ٍ ‫منه ا‬
ٍ ‫ب‬ ٍ ‫لاتطل‬
َ ‫ن غي ٍر ِا‬ َْ ْ
‫اج‬
ٍ ‫خر‬ ٍ ‫كم‬
ٍ ‫لاستعمل‬

27.."Jangan engkau meminta kepada Alloh supaya dipindahkan dari


suatu masalah kepada masalah yang lain, sebab sekiranya Alloh
menghendakinya tentu telah memindahkanmu, tanpa merubah keadaan
yang terdahulu."

Syarah

Dalam suatu hikayat: Ada seorang yang salik, dia bekerja mencari nafkah
dan beribadat dengan tekun, lalu ia berkata dalam hatinya: Andaikata aku
bisa mendapatkan untuk tiap hari, dua potong roti, niscaya aku tidak
susah bekerja dan melulu beribadat. Tiba-tiba ia tanpa ada masalah tiba-
tiba ia ditangkap dan dipenjara, dan tiap hari ia menerima dua potong roti,
kemudian setelah beberapa lama ia merasa menderita dalam penjara, ia
berpikir: Bagaimana sampai terjadi demikian ini? Tiba-tiba ia mendengar
suara yang berkata: Engkau minta dua potong roti, dan tidak minta
keselamatan, maka Kami [Alloh] menerima dan memberi apa yang
engkau minta. Setelah itu ia memohon ampun dan membaca istighfar,
maka seketika itu pula pintu penjara terbuka dan ia dibebaskan dari
penjara. Sebab Alloh menjadikan manusia dengan segala kebutuhannya,
sehingga tidak perlu manusia merasa khawatir, ragu dan jemu terhadap
sesuatu pemberian Alloh, walaupun berbentuk penderitaan pada lahirnya,
sebab hakikatnya nikmat besar bagi siapa yang mengetahui hakikatnya,
sebab tidak ada sesuatu yang tidak muncul dari rahmat, karunia dan
hikmah Alloh subhanahu wata'ala.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 49


Al-Hikam Pasal 28

“Salik, Jangan Berhenti Karena Godaan”

َ ُ َ َ ُ ْ َ َّ َ َ ُ َ َ َ ْ َ
‫ف الحقيق ٍِة‬
ٍ ‫لها الاونادتـ ٍه هو ِات‬
ٍ ‫ف‬ٍ ‫ف ِعندمٍا ك ِش‬ٍ ‫ن ِتق‬
ٍ ‫ٍالك ا‬
ٍ ‫رادت ِهمـ ٍةٍُ س‬
ٍ ‫ماا‬
َّ
َّ َ َ َ َّ
ُ َ ْ َ ََّ َ َ َ ُ ُُ ْ
‫ءـقها انمٍا‬
ٍ ‫ونادتك حقا‬
ٍ ‫الا‬
ٍ ‫نات‬
ٍ ِ ‫واهرالمكو‬ِ ‫تظ‬ ٍ ‫لا تبرج‬ٍ ‫امامك و‬
ٍ ‫ى تطلب ٍه‬ٍ ‫الذ‬
ُ
ٍْ ‫تنة فلٍا تـكفـ‬
‫ر‬ ٍُ ‫ن‬
ٍ ‫حن ِف‬

28."Tiada kehendak dan semangat orang salik [yang mengembara


menuju kepada Alloh] untuk berhenti ketika terbuka baginya sebagian
yang ghoib, melainkan segera diperingatkan oleh suara hakikat. Bukan
itu tujuan, dan teruslah mengembara berjalan menuju ke depan. Demikian
pula tiada tampak baginya keindahan alam, melainkan diperingatkan oleh
hakikatnya: Bahwa kami semata-mata sebagai ujian, maka janganlah
tertipu hingga menjadi kafir."

Syarah

Arti SALIK yaitu: menempuh jalan. Yang di maksud Salik disini usaha
caranya bisa Wushul kepada Alloh.

Yang di maksud WUSHUL disini yaitu : sampai pada tingkatan merasa


selalu berada disisi Alloh, di dekat Alloh, dalam segala kesempatan dan
waktu.

Abu Hasan at-Tustary berkata: "Di dalam pengembaraan menuju kepada


Allah jangan menoleh kepada yang lain, dan selalu ber-dzikir kepada
Allah, sebagai benteng pertahananmu. Sebab segala sesuatu selain
Allah, akan menghambat pengembaraanmu."

Syeih Abu Hasan [Ali] asy-Syadzily rodhiallohu anhu berkata: "Jika


engkau ingin mendapat apa yang telah dicapai oleh waliyulloh, maka
hendaknya engkau mengabaikan semua manusia, kecuali orang-orang
yang menunjukkan kepadamu jalan menuju Alloh, dengan isyarat [teori]
yang tepat atau perbuatan yang tidak bertentangan dengan Kitabulloh
dan Sunnaturrosul, dan abaikan dunia tetapi jangan mengabaikan
sebagian untuk mendapat bagian yang lain, sebaliknya hendaknya

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 50


engkau menjadi hamba Alloh yang diperintah mengabaikan musuh-Nya.
Apabila engkau telah dapat melakukan dua sifat itu, yakni: Mengabaikan
manusia dan dunia, maka tetaplah tunduk kepada hukum ajaran Alloh
dengan Istiqomah dan selalu tunduk serta Istighfar." Pengertian
keterangan ini: Agar engkau benar-benar merasakan sebagai hamba
Alloh dalam semua yang engkau kerjakan atau engkau tinggalkan, dan
menjaga hati dan perasaan, jangan sampai merasa seolah-olah di dalam
alam ini ada kekuasaan selain Alloh, yakni bersungguh-sungguh dalam
menanggapi dan memahami: "Tiada daya dan kekuatan sama sekali,
kecuali dengan bantuan dan pertolongan Alloh." Maka apabila masih
merasa ada kekuatan diri sendiri berarti belum sempurna mengaku diri
hamba Alloh. Sebaliknya bila telah benar-benar mantap perasaan La
haula wala Quwwata illa billah itu, dan tetap demikian beberapa lama,
niscaya Alloh membukakan untuknya pintu rahasia-rahasia yang tidak
pernah di dengar dari manusia seisi alam.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 51


Al-Hikam Pasal 29

“Jangan Menuduh Alloh”

َّ َ ُ ْ َ َ ْ ُ َ َُ ُ ُ َ ُ
‫ة‬
ٍِ ‫لغير ٍِه ِلقل‬
ِ ‫وطلبك‬
ٍ ‫ه‬
ٍ ‫عنـ‬ ‫ٍمنك‬
ٍ ٍٍ‫ة‬ ‫ب‬ ‫غي‬ ‫له‬
ٍ ‫ك‬
ٍ ‫ب‬ ‫وطل‬ ‫له‬
ٍ ‫هام‬
ٍ ‫تـ‬ ‫ا‬
ِ ِ ‫منه‬
ٍ ‫ك‬
ٍ ‫طلب‬
ُ ْ َ َ ُْ ُ ُ َ َُ ُ َ
‫ك عن ٍه‬ ٍ ‫ود بع ِد‬
ٍِ ‫غيره ِلوج‬
ٍِ ‫ن‬
ٍ ‫كم‬ ٍ ‫منه وطلب‬ ٍ ‫حياءـك‬
ٍ

29."Permintaanmu dari Alloh mengandung pengertian menuduh Alloh,


khawatir tidak memberimu. Dan engkau memohon kepada Alloh supaya
mendekatkan dirimu kepada-Nya, berarti engkau masih merasa jauh dari
pada-Nya".

Syarah

Dan engkau memohon kepada Alloh untuk mencapai kedudukan dunia


dan akhirat, membuktikan tiada malunya engkau kepada-Nya, dan
permohonanmu kepada sesuatu selain dari Alloh menunjukkan engkau
jauh dari pada-Nya. Permohonan seorang hamba kepada Alloh terbagi
dalam empat macam, dan kemudian kesemuanya itu tidak tepat bila
diteliti dengan seksama dan mendalam. Permintaan kepada Alloh
mempunyai pengertian menuduh, sebab sekiranya ia percaya bahwa
Alloh akan memberi tanpa minta, ia tidak akan minta, disebabkan karena
khawatir tidak diberi apa yang dibutuhkannya menurut pendapatnya, atau
menyangka Alloh melupakannya, dan lebih jahat lagi bila ia merasa
berhak, tetapi oleh Alloh belum juga diberi. Dan permintaanmu untuk
taqarrub, menunjukkan bahwa engkau merasa ghaib dari pada-Nya.
Sedang permintaanmu sesuatu dari kepentingan-kepentingan duniawi
membuktikan tiada malunya engkau dari pada-Nya, sebab sekiranya
engkau malu dari Alloh tentu tidak merasa ada kepentingan bagimu selain
mendekat kepada-Nya. Sedang bila engkau minta dari sesuatu selain
Alloh, membuktikan jauhmu dari pada-Nya, sebab sekiranya engkau
mengetahui bahwa Alloh dekat kepadamu, tentu engkau tidak akan
meminta selain kepada-Nya. Kecuali permintaan yang semata-mata
untuk menurut perintah Alloh, karena hanya inilah yang benar.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 52


Al-Hikam Pasal 30

“Semua Atas Taqdir Alloh”

َ ُ َ ُ ْ
‫مضيه‬
ٍِ ‫مامنٍنفسٍتـ ْب ِديهٍالاٍولهٍقدرٍفيكٍي‬
ُ

30."Tiada suatu nafas terlepas dari padamu, melainkan di situ pula ada
takdir Alloh yang berlaku atas dirimu."

Syarah

Sebab tiap nafas hidup manusia pasti terjadi suatu taat atau maksiat,
nikmat atau musibah [ujian]. Berarti nafas yang keluar sebagai wadah
bagi sesuatu kejadian, karena itu jangan sampai nafas itu terpakai untuk
maksiat dan perbuatan terkutuk oleh Alloh subhanahu wata'ala.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 53


Al-Hikam Pasal 31

“Jangan Menunggu Kesempatan”

ُ َ
َ‫ٍه ٍو‬ ُ َ َ َ َ َّ َ ُ ُ ْ َّ َ
‫ٍالمراقبةٍلهٍفيما‬
ِ ‫ٍعنٍوجود‬
ِ ‫َالاغيارٍف ِانٍذلكٍيقطعك‬
ِ ٍ‫ٍبٍٍفروغ‬
ٍ ‫ٍلاتترقـ‬
َ ُ
ٍِ ‫يمكٍف‬
‫يه‬ ‫مق‬
ِ

31."Jangan menantikan habisnya penghalang-penghalang untuk lebih


mendekat kepada Alloh, sebab yang demikian itu akan memutuskan
engkau dari kewajiban menunaikan hak terhadap apa yang Alloh telah
mendudukkan engkau di dalamnya. [Sebab yang demikian itu
memutuskan kewaspadaanmu terhadap kewajibanmu]."

Syarah

Yang dituntut bagi salik, yaitu selalu melakukan amal ibadah, dan selalu
mengawasi taqdirnya Alloh pada amal yang kau kerjakan, jangan
terpengaruh dengan apa-apa yang menjadikan kau ragu dan penghalang-
penghalangnya ibadah.

Abdulloh bin Umar rodhiyallohu 'anhu berkata: "Jika engkau berada di


waktu senja, maka jangan menunggu tibanya pagi, demikian pula jika
engkau berada di waktu pagi, jangan menunggu sore hari. Pergunakanlah
kesempatan di waktu muda, sehat, kuat dan kaya untuk menghadapi
masa tua, sakit, lemah dan miskin."

Sahl bin Abdullah at-Tustary berkata: "Jika tiba waktu malam maka jangan
mengharap tibanya siang hari, sehingga engkau menunaikan hak Alloh,
waktu malam itu. Dan menjaga benar-benar hawa nafsumu, demikian
pula bila engkau berada pada pagi hari." Allah berfirman: "Kami [Alloh]
akan menguji kamu dengan kejahatan dan kebaikan, sebagai ujian
dan kepada Kami kamu akan dikembalikan." [QS. al-Anbiyaa 35 ].
Kadangkala ujian itu berupa, sehat, sakit, kesulitan, kelapangan,
kekayaan dan kemiskinan. Ujian keyakinan terhadap Alloh subhanahu
wata'ala, sampai di mana ia mensyukuri nikmat dan bagaimana ia
bersabar menghadapi musibah.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 54


Al-Hikam Pasal 32

“Sifatnya Dunia”

ُ َّ ْ َ ْ
َ‫ماهو‬ َ َّ َّ ٰ َ ُ َ َ َ ُ ْ ْ ْ َ
‫لاتستغـ ِربوقـوع الاكدا ِر مادمت فى ه ِذ ِه الدار فإنـها ماأبرزت الا‬
َْ ْ ِّ َ ْ ُ
‫وواج ُب نع ِت َها‬
ِ ‫ها‬‫ف‬ِ ‫ُوص‬ ‫مست ِحق‬

32."jangan heran atas terjadinya kesulitan-kesulitan selama engkau


masih di dunia ini, sebab ia tidak melahirkan kecuali yang layak dan murni
sifatnya."

Syarah

Abdulloh bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: "Dunia ini adalah


penderitaan dan duka cita, maka apabila terdapat kesenangan di
dalamnya, berarti itu hanyalah sebuah keberuntungan."

Syeikh Jafar As-shoddiq rodhiyallohu 'anhu berkata:

ُ َ ُ
‫ الراحة‬:‫ وما ذاك؟ قال‬: ‫ قيل له‬.‫من طلب مالم يخلق اتعب نفسه ولم يرزق‬
َ
‫فى الدنيا‬

"Barangsiapa meminta sesuatu yang tidak dijadikan oleh Alloh, berarti ia


melelahkan dirinya dan tidak akan diberi. Ketika ditanya: Apakah itu?
Jawabnya: Kesenangan di dunia."

Syeikh Junaid al-Baghdadi rodhiyallohu anhu berkata: "Aku tidak merasa


terhina apa yang menimpa diriku, sebab aku telah berpendirian, bahwa
dunia ini tempat penderitaan dan ujian dan alam ini dikelilingi oleh
bencana, maka sudah selayaknya ia menyambutku dengan segala
kesulitan dan penderitaan, maka apabila ia menyambut aku dengan
kesenangan, maka itu adalah suatu karunia dan kelebihan.

" Rosululloh shollallohu 'alaihi wassalam berkata kepada Abdulloh bin


Abbas:

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 55


Jika engkau dapat beramal karena Alloh dengan ikhlas dan keyakinan,
maka laksanakanlah dan jika tidak dapat, maka sabarlah. Maka
sesungguhnya sabar menghadapi kesulitan itu suatu keuntungan yang
besar."

Umar bin Khottob radhiyallohu 'anhu berkata kepada orang yang


dinasehatinya: "Jika engkau sabar, maka hukum [ketentuan - takdir] Alloh
tetap berjalan dan engkau mendapat pahala, dan apabila engkau tidak
sabar tetap berlaku ketentuan Alloh sedang engkau berdosa." Maka
apapun yang menimpa dirimu tetaplah berserah diri kepada Alloh dengan
penuh kesabaran, sebab ketentuan Alloh pasti akan terjadi padamu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 56


Al-Hikam Pasal 33

“Bersandarlah Kepada Alloh”

َ َ َ َ ِّ َ ُ ُ َ َ َ َّ َ
‫نفسك‬‫ب‬
ُ
‫طالبه‬
َ
‫انت‬ ٌ
‫ب‬ ‫مطل‬ ‫ر‬َ ‫ولات َيَّس‬ ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫الب‬ ‫ط‬ ‫انت‬ ٌ
‫مطلب‬ ‫ف‬ ‫ماتوقـ‬
ِ ِ ِ ِ
33."Tidak akan terhenti suatu permintaan yang semata-mata engkau
sandarkan kepada karunia [kekuasaan] Tuhanmu, dan tidak mudah
tercapai permintaan yang engkau sandarkan kepada kekuatan dan daya
upaya serta kepandaian dirimu sendiri."

Syarah

Siapa yang menyampaikan semua hajat-hajatnya kepada Alloh, pasrah


dan bergantung hanya pada Alloh, maka Alloh akan mendekatkan yang
jauh, memudahkan yang sulit dan memberi keberhasilan pada hajatnya.

Dan barang siapa mengandalkan kepandean, kekuatannya sendiri, maka


Alloh akan menyerahkan hajatnya itu pada mereka sendiri.dan Alloh akan
menghinakan mereka dan semua hajatnya tidak akan berhasil.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 57


Al-Hikam Pasal 34 - 35

“Permulaan Menentukan Akhirnya”

َ ُ ُ ُ َ ْ َّ
‫البدايات‬
ِ ‫فى‬ ِ‫اّٰلل‬ ‫الى‬ ‫ع‬‫و‬‫ج‬ ‫الر‬ ‫يات‬
ِ ‫النها‬ ‫فى‬ ‫ح‬ِ ‫ج‬ ‫علامات النـ‬
ِ ‫ِمن‬

34."Suatu tanda akan lulusnya seseorang pada akhir perjuangannya, jika


selalu tawakkal, menyerahkan kepada Alloh sejak awal perjuangannya."

Syarah

Siapa saja yang memperbaiki suluknya pada permulaan dengan kembali


kepada Alloh, pasrah, dan minta pertolaongan hanya kepada Alloh
supaya diberi bisa wushul kepada-Nya, dan tidak mengandalkan
amalnyanya yang berpenyakit, maka pada ahirnya akan mendapat
kelulusan bisa wushul kepada Alloh, dan diberi keselamatan tidak putus
di tengah jalan.

Seorang arif berkata: Barangsiapa menyangka bahwa ia akan dapat


sampai kepada Allah dengan perantaraan sesuatu selain dari pada Allah,
pasti akan putus karenanya. Dan barangsiapa dalam ibadahnya
bersandar pada kekuatan dirinya, tidak diserahkan kepada Allah, hanya
sampai di situ saja, dan tidak mencapai bagian-bagian yang hanya dapat
dicapai dengan tawakkal dan menyandarkan diri kepada Alloh.

ُ ُ ََ ْ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ ْ َ
‫٭ من اشـرقت بدايتـه اشرقت ِنهايتـه ٭‬

35."Barangsiapa yang bersinar terang dengan taat dimasa permulaannya


[salik], pasti akan bersinar terang pula di masa akhirnya dengan cahaya
[nur] ma'rifat."

Syarah

Barangsiapa yang kuat tawakkalnya dimasa permulaan [bidayah], maka


akan bersinar terang terus hingga masa sampainya ke hadirat Tuhannya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 58


Al-Hikam Pasal 36

“Anggota Lahir Sebagai Cermin Anggota Batin”

َ َ َ َ َّ ْ َ ُ ْ َ
‫اه ِر‬
ِ ‫راءـر ظهر ِفى شهاد ِة الظو‬
ِ ‫ودع ِفى غي ِب الس‬
ِ ‫مااسـتـ‬

36.”Apa yang tersembunyi dalam rahasia ghoib, yaitu berupa Nur ma’rifat
dan nur ilahi, pasti akan ada pengaruhnya di anggota lahir

Syarah

Apabila dalam hati hamba sudah ada Nur ma’rifat dari Alloh,pengaruhnya
Nur tersebut akan jelas tampak pada anggota lahir, karena keadaan lahir
itu bisa menjadi cermin keadaan batin.

Abu Hafs berkata: Bagusnya adab kesopanan lahir, membuktikan adanya


adab yang didalam batin.

Rosululloh saw. Ketika melihat seorang yang memain-mainkan


tangannya ketika sholat, maka Rosululloh saw. Bersabda : Lau-khosya’a
qolbuhu lakhosya-‘at jawarikhuhu. ( andaikan khusyu’ hati orang itu,
niscaya khusyu' semua anggota badannya.”

Abu Tholib al-makky barkata: Alloh telah menunjukkan tanda bukti orang
kafir, yaitu bila disebut nama Alloh mereka mengejek dan enggan tidak
mau menerimanya.

Alloh berfirman :” Apabila disebut nama Alloh saja (sendiri), cemas dan
muak hati orang-orang yang tidak percaya kepada akhirat, sebaliknya bila
disebut nama-nama selain Alloh mereka gembira, dan menerima dan
puas”. Az-zumar.45.

Alloh menerangkan dalam ayat ini tentang sikap orang-orang kafir,


berbeda dengan sikap orang mukmin, jiwanya merasa puas jika
dikatakan, ini semua dari Alloh. Dan ini semua perbedaan antara iman
tauhid dengan syirik.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 59


Al-Hikam Pasal 37 - 38

“Perbedaan pandang orang sudah wushul dengan salik”

َ ُّ ُّ ُّ
‫ المستدل ِبه عرف الحقَّ لاهله‬. ‫عليه‬ ِ ‫شتان بين من يستد ل به او يستد ل‬
َّ َ ُ ُ َ َ َ
‫ والا‬.‫ليه‬ِ ‫صول ِا‬ َ
ِ ‫عدم الو‬ِ ‫عليه من‬
ِ ‫والا ستدلال‬ِ . ‫فاثبت الامر من وجود اهله‬
ُ َّ َ َ َ َ َّ ُ َ
‫توصل‬ َ َ َ َ
ِ ‫عليه ومتى بعد حتى تكون الاثارُُ ِهي ال ِتي‬ ِ ‫فمتى غاب حتي يستدل‬

‫ليه‬
ِ ‫ِا‬

37."Jauh berbeda orang yang berpendapat (membuat dalil); adanya Alloh


menunjukkan adanya alam, dengan orang yang berpendapat (membuat
dalil); bahwa adanya alam inilah yang menunjukkan adanya Alloh. Orang
yang berpendapat adanya Alloh menunjukkan adanya alam, yaitu orang
yang mengenal hak dan meletakkan pada tempatnya, sehingga
menetapkan adanya sesuatu dari asal mulanya. Sedang orang yang
berpendapat adanya alam menunjukkan adanya Alloh, karena ia tidak
sampai kepada Alloh. Maka kapnkah Alloh itu ghaib sehingga
memerlukan dalil untuk mengetahuinya. Dan kapankah Alloh itu jauh
sehingga adanya alam ini dapat menyampaikan kepadanya."

Syarah

Orang yang wushul ila-lloh itu ada dua cara :

1. Muriiduun / Salikuun yaitu: orang yang mengharapkan bisa wushul


kepada Alloh.
2. Murooduun / Majdzubuun yaitu: orang dikehendaki oleh Alloh atau
ditarik oleh Alloh sehingga bisa wushul kepada Alloh.

Golongan pertama (Muriiduun / Salikuun) dalam suluknya masih


terhalang dari Alloh, karena mata hatinya masih masih melihat selain
Alloh, Alloh masih ghoib dalam mata hatinya, sehingga dia menggunakan
makhluk (selain Alloh) untuk dalil adanya (wujudnya) Alloh. Lisannya
berdzikir, diya yaqin kalau yangmenggerakkan lisannya berdzikir itu alloh,
tapi dia masih memperhatikan lisan dan dzikirnya, belum memperhatikan
Alloh yang menggerakkan lisannya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 60


Golongan kedua (Murooduun / Majdzubuun) dia langsung ditarik oleh
Alloh dan dihadapi Alloh, sehingga hilanglah semua makhlk selain Alloh
dalam mata hatinya, semua tidak ada wujudnya, yang wujud hanya Alloh.
Tapi ketika dia turun kebawah lagi(sadar dengan kehidupan dunia) dia
tahu semua makhluk itu wujud karena wujudnya Alloh.

َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ُ
‫السا ِء ُرون ِا ْلي ِه‬
َّ ‫قه‬‫عليه ِرز‬
ِ ‫قد َر‬
ِ ‫ومن‬ ‫ليه‬
ِ ‫ا‬ِ ‫ن‬ ‫لو‬‫اص‬
ِ
َ ‫سعته‬
‫الو‬ ِ ‫من‬ ‫ة‬
ٍ ‫ع‬ ‫ذوس‬ ‫نفق‬‫ي‬ ‫ل‬

38."Hendaknya membelanjakan tiap orang kaya menurut kekayaannya,


ialah mereka yang telah sampai kepada Alloh. Dan orang yang terbatas
rezekinya, yaitu orang sedang berjalan menuju kepada Alloh."

Syarah

Orang yang telah sampai kepada Alloh, karena mereka telah terlepas dari
kurungan melihat kepada sesuatu selain Allah, ke alam tauhid, maka
luaslah pandangan mereka, maka mereka berbuat di alam mereka lebih
lapang, sebaliknya orang yang masih merangkak-rangkak di dalam ilmu
dan faham yang terbatas, mereka inipun mengeluarkan sekedarnya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 61


Al-Hikam Pasal 39

“Nurut-Tawajjuh (Ibadah)”

َّ َ ُ
َ ُ َ ْ
ْ ُّ َ َّ َ ْ َ َ ْ ُ َّ َ ْ
، ‫هة‬ ِ ‫والواصلون لهم انوار الموج‬ ِ ‫احلون ِبأنو ِار التـوج ِه‬ ِ ‫الر‬ ‫دى‬ ‫تـ‬ ‫ِاه‬
ُ‫دون ُه ُقل اّٰلل‬
َ َ ْ ُ ََّ ْ ُ َ
ُ‫الا َنوار‬ َ ٰ َ َ ْ َ َ ُ ََّ َ
ِ ‫لهم لانهم ّٰللِ لا ِلشي ٍء‬ ‫فالاولون ِللاَُنو ِار وهــءـولا ِء‬
َ ْ ُ ََْ ْ َ ُ ُ
‫ثـَّم ذ َْره ْم فى ح ْو ِض ِهم يلعبون‬

39."Orang-orang salik [yang mengembara menuju kepada Alloh] telah


mendapat hidayat dengan nur [cahaya] ibadah yang merupakan amalan
untuk taqarrub [mendekat] kepada Alloh, sedang orang-orang yang telah
sampai, mereka tertarik oleh nur yang langsung dari Tuhan bukan
sebagai hasil ibadah, tetapi semata-mata karunia dan rahmat Alloh. Maka
orang-orang salik menuju ke alam nur, sedangkan yang telah sampai
berkecimpung di dalam nur, sebab orang yang telah sampai itu telah
bersih dari segala sesuatu selain Alloh. Alloh berfirman: "Katakanlah:
Alloh, kemudian biarkan yang lain-lain di dalam kesibukan mereka
bermain-main."

Syarah

Hakikat tauhid itu bila telah tidak melihat pengaruh-pengaruh sesuatu


selain Alloh, dan inilah yang bernama haqqul-yaqin, dan melihat, merasa
adanya pengaruh dari suatu selain Alloh itu hanya permainan bekaka, dan
itu bersifat penipuan atau munafik. Katakanlah: Alloh, yakni jangan
menganggap ada sesuatu selain Alloh yang dapat engkau harap, engkau
takuti dan berkuasa, sebab semua harapan kepada sesuatu selain Alloh
adalah syirik, baik yang nampak ataupun yang samar-samar, besar
ataupun kecil dalam pengertian syirik hampir tiada berbeda.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 62


Al-Hikam Pasal 40

“Berusahalah Mengetahui Aib Diri Sendiri”

َ ْ َ َ
َ ‫ك‬ ُ َ ََ ْ ٌ َ ُ َ َ ْ َ َ َ ُّ َ َ
‫من‬ ‫من تش ُّو ِفك الى ماح ِجب عن‬ ‫وب خير‬
ِ
ُ ‫الع‬
‫ي‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫ك‬ ‫في‬ ‫ن‬ ‫بط‬ ‫ما‬ َ ‫فك ا‬
‫لى‬ ِ ‫تشو‬
ُ
ُ ‫الغ‬
‫وب‬
ِ ‫ي‬

40."Usahamu untuk mengetahui cela diri yang masih ada di dalam dirimu,
itu lebih baik dari usahamu untuk terbukanya bagimu tirai ghaib”.

Syarah

Seorang salik haruslah berusaha selalu melihat cela dan aib yang ada
pada diri sendiri, jangan sampai mempunyai tujuan supaya mengetahui
perkara yang ghoib yang menjadi kemauan hawa nafsu, seperti ingin
mengetahui rahasia di hati orang lain, rahasia taqdir dan lain-lain. Karena
itu bisa mencela kehambaanmu kepada Alloh.

Orang arif berkata: “Jadilah hamba Alloh yang selalu ingin mencapai
Istiqamah, dan jangan menjadi hamba yang menuntut karomah.
Istiqomah adalah menunaikan kewajiban, sedang karomah adalah
menuntut kedudukan. Karomah dan kedudukan yang diberikan Allah
kepada seorang wali itu, sebagai hasil dari Istiqamah.”

Istiqomah berarti tetap dalam Ubudiyah, tidak berubah keyakinan dan


kepercayaannya kepada Alloh, ketuhanan Alloh, kekuasaan Alloh dan
kebijaksanaan Alloh, baik dalam keadaan sehat ataupun sakit, senang
ataupun susah, suka ataupun duka, kaya ataupun miskin.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 63


Al-Hikam Pasal 41

“Al-Haq Itu Tidak Bisa Dihijab”

ُ َ َ َ َ َ ُ َ َّ َ ُ
ْ
‫اليه اذ ْ لو حجبه‬
ِ ‫عن النظ ِر‬ ‫انت‬ ‫وب‬ُ ‫المحج‬ ‫ما‬ ‫نـ‬ ِ‫ا‬ ‫و‬ ‫وب‬ ‫محج‬ ‫ب‬ َ ‫ال ُّحق‬
‫ليس‬
ِ ٍ ِ
ُ َ ُ َ ُّ
ٌ ُ ُ َ ٌ ُ َ َ ُ ََ َ ٌ َ
‫حاص ٍر لشى ٍء فهو له‬
ِ ‫حاصر وكل‬ِ ‫ساتر لكان ِلوج ِد ِه‬ ِ ‫شيء لستره ولوكان له‬
َ َ ُ َ َ ُ َ ٌ َ
‫عباد ِه‬
ِ ‫قا ِهر وهوالقا ِهر فوق‬

41."Al-Haq, ialah Alloh subhanahu wata'ala, tiada terhijab [terbatas tirai]


oleh sesuatu apapun, sebab tidak mungkin adanya sesuatu yang dapat
menghijab Alloh. Sebaliknya manusialah yang terhijab sehingga tidak
dapat melihat adanya Alloh. Sebab sekiranya ada sesuatu yang
menghijab Alloh, berarti sesuatu itu dapat menutupi Alloh, dan andaikata
ada tutup bagi Alloh, berarti wujud Alloh dapat terkurung/dibatasi, dan
sesuatu yang mengurung/membatasi itu, dapat menguasai yang
dikurung/dibatasi, padahal “Alloh yang berkuasa atas segala makhluk-
Nya."

Syarah

Pada hakikatnya Alloh itu tidak bisa dihijab, yakni hijab itu menjadi
sifatnya Alloh itu tidak. akan tetapi yang menghijab sehingga kamu tidak
bisa melihat Alloh itu adalah sifat-sifat nafsumu sendiri. karena sekiranya
ada sesuatu yang bisa menghijab Alloh, pastilah perkara tersebut lebih
besar dan lebih berkuasa bisa mengalahkan Alloh. karena sesuatu yang
bisa menghijab/menghalangi itu bisa menutupi dari melihat sesuatu yang
dibelakangnya. dan itu tidak sah buat Alloh. karena Alloh berfirman, “Alloh
itu dzat yang bisa memaksakan apa yang dikehendaki mengalahkan
semua hamba-Nya”.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 64


Al-Hikam Pasal 42

“Keluarlah Dari Sifat Basyariyyah”

َ َ ُ َ َ َّ ُ ُ َ ُ ْ َ َ َّ َ َ ْ
َ ْ ُ ْ ُ
ِ ‫عنكل وص ٍف منا ِق ٍض ِلعب‬
‫ودي ِتك ِلتكون ِل ِند ِاء‬ ِ ‫صاف بشا ِري ِتك‬
ِ ‫اخرج من او‬
ً ْ َ ْ َ ْ ً ُ ِّ َ
َ
‫الح ِق ِمجيبا ومن حضـر ِت ِه قـريبا‬

42."Keluarlah dari sifat-sifat kemanusianmu [sifat buruk dan rendah],


semua sifat yang menyalahi kehambaan-mu, supaya mudah bagimu
untuk menyambut panggilan Alloh dan mendekat kepada-Nya."

Syarah

Sifat-sifat manusia terbagi jadi dua yaitu : Lahir dan Bathin.

Sifat lahir ialah yang berhubungan dan dilakukan dengan anggota


jasmani, dan sifat bathin ialah berlaku dalam hati [rohani]. Sedang yang
berhubungan dengan anggota lahiriyah juga terbagi dua: Yang sesuai
dengan perintah syari'ah dan yang menyalahi perintah syari'ah yang
berupa maksiat. Demikian pula yang berhubungan dengan hati juga
terbagi dua: Yang sesuai dengan hakikat [kebenaran] bernama iman dan
ilmu, dan yang berlawanan dengan hakikat [kebenaran] berupa nifaq dan
kebodohan.

Sifat-sifat yang buruk [rendah] ialah: Hasad, iri hati, dengki, sombong,
mengadu domba, merampok [korupsi], gila jabatan, ingin dikenal, cinta
dunia, tamak, rakus, riya dan lain-lain.

Dan dari sifat-sifat buruk ini akan menimbulkan sifat permusuhan,


kebencian, merendahkan diri terhadap orang kaya, menghina orang
miskin, pandai menjilat, sempit dada, hilang kepercayaan terhadap
jaminan Allah, kejam, tidak malu dan lain-lain.

Apabila seseorang telah dapat menguasai dan membersihkan diri dari


sifat-sifat yang rendah, yang bertentangan dengan kehambaan itu, maka
pasti ia akan sanggup menerima dan menyambut tuntunan Tuhan, baik
yang langsung dalam ayat-ayat al-Qur'an dan yang berupa tuntunan dan
contoh yang diberikan oleh Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam. Dan

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 65


dengan demikian berarti ia telah mendekat kehadirat Alloh subhanahu
wata'ala.

Sifat Ubudiyah [kehambaan] ialah mentaati semua perintah dan menjauhi


semua larangan, mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan
tanpa membantah dan merasa keberatan.

Ingatlah sesungguhnya Hakikatnya suluk yaitu,berusaha untuk


membersihkan hati dari akhlaq yang tercela, lalu dihiasi dengan akhlaq
yang baik dan terpuji, dan ini semua tidak akan berhasil kecuali mendapat
pertolongan dari Alloh.

Sehingga bisa mengetahui sifat-sifat jelek yang ada pada dirinya, dan
selaluu menaruh curiga pada nafsunya. Berprasangka buruk pada
nafsunya,sehingga Syeih Ibnu ‘Ato’illah dawuh pada hikmah selanjutnya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 66


Al-Hikam Pasal 43 - 44

“Ridho dengan Nafsu adalah pangkal kemaksiatan”

َ َََ َ ِّ ُ ُ ْ ْ َ َ ِّ َ ْ َ َ َ َ َّ َ ُّ ُ ْ َ
‫اعة ويقظ ٍة‬
ٍ ‫ واصل ك ِل ط‬،‫الرضا ع ِن النف ِس‬
ِ ‫فلة وشهو ٍة‬
ٍ ‫عصي ٍةوغ‬ ِ ‫أصل كل م‬
َ ْ َ َ ْ َ ُ َ َ َ َ
‫الرضا ِمنك عنها‬ِّ
ِ ‫وعف ٍة عدم‬
43."Pokok /sumber dari semua maksiat, kelalaian dan syahwat itu, karena
ingin memuaskan (ridho dengan)hawa nafsu. Sedangkan pokok/sumber
segala ketaatan, kesadaran dan moral [budi pekerti], ialah karena adanya
pengendalian terhadap hawa nafsu."

Syarah

Sebagaimana firman Alloh subhanahu wata'ala:

"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena


Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali
nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Maha Pengampun lagi Maha penyanyang. QS. Yusuf 53.”

Ridho dengan nafsu itu menjadi sumber semua kemaksiatan dan lupa
kepada Alloh dikarenakan menjadi sebabnya tertutupnya cela dan
cacatnya nafsu, sehingga celanya nafsu akan dianggap baik. dan orang
yang ridho dengan nafsunya akan menganggap baik kelakuannya, orang
yang menganggap baik kelakuannya tentu akan lupa kepada Alloh, dan
sebab lupa itu manusia tidak mau meneliti kelakuannya dan meneliti aib
dan cela dirinya, sehingga macam-macamnya kesenangan nafsu
menguasai hatinya, dan ahirnya dia terjerumus pada kemaksiatan.

Abu Hafash berkata:

"Barangsiapa yang tidak menuduh hawa nafsunya sepanjang waktu dan


tidak menentangnya dalam segala hal, dan tidak menarik ke jalan
kebaikan, maka sungguh ia telah tertipu. Dan barangsiapa melihat
padanya dengan sebuah kebaikan, berarti ia telah dibinasakannya."

Al-Junaid al-Baghdadi berkata:

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 67


"Jangan mempercayai hawa nafsumu, walaupun telah lama taat
kepadamu, untuk beribadah kepada Tuhan- mu." Al-Bushiry dalam
Burdahnya berkata: "Lawan selalu hawa nafsumu dan syaitan serta
jangan menuruti keduanya, walaupun keduanya itu memberi nasehat
kepadamu untuk berbuat kebaikan, tetap engkau harus curiga dan
waspada."

Sedangkan curiga terhadap nafsu(tidak ridho dengan nafsu)itu menjadi


sumber ketaatan dan ingat kepada Alloh, itu dikarenakan orang yang tidak
ridho dengan nafsunya ia tidak menganggap baik kelakuannya, sehingga
ia selalu waspada dan selalu meneliti semua kelakuannya, sehingga
nafsunya tidak bisa bebas menguasai orang tersebut. dan orang yang
waspada terhadap gerak gerik nafsu akan selalu menjauhi apa yang
dilarang oleh Alloh. dan itulah yang dinamakan taat kepada Alloh.

ً َ َ ٌ َ َ َ َْ َ ً ْ ْ َ
َ‫تص َح َب َعالما َي ْرضى‬ْ
‫فس ِه خير لك ِمن ان‬ َ
ِ ِ ‫جاهلا لايرضى عن ن‬ ِ ‫ولان تصحب‬
َ َ ْ َ ُّ َ َ َ ُّ ََ َ ْ َ
َ
‫نفسه واي جه ٍل ِلجا ِه ٍل لا يرضى عن‬ َ ْ
‫فس ِه فاي ِع ٍلم لعا ِل ٍم يرضى عن‬
ِ ِ ‫عن‬
‫ن‬

‫نفسه‬
ِ

44. "Dan sekiranya engkau bersahabat dengan orang bodoh yang tidak
menurutkan hawa nafsunya, itu lebih baik dari pada bersahabat dengan
orang berilmu [orang alim] yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Maka
ilmu apakah yang dapat diberikan bagi seorang alim yang selalu
menurutkan hawa nafsunya itu, sebaliknya kebodohan apakah yang
dapat disebutkan bagi seorang yang sudah dapat menahan hawa
nafsunya."

Syarah

Orang yang tidak ridho dengan nafsunya akan selalu menganggap dirinya
belum baik dan akhlaknya masih jelek.orang seperti ini baik untuk
dijadikan sahabat, karena sangat banyak manfaatnya bagimu,
kebodohannya tidak akan membahayakan dirimu. Bagaimana akan
dinamakan bodoh, seorang yang telah dapat menahan dan mengekang
hawa nafsunya, sehingga membuktikan bahwa semua amal
perbuatannya hanya semata-mata untuk keridhoan Alloh dan bersih dari
dorongan hawa nafsu. Sebaliknya apakah arti suatu ilmu yang tidak dapat
menahan atau mengendalikan hawa nafsu dari sifat kebinatangan dan
kejahatannya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 68


Dalam sebuah hadits ada keterangan :

"Seorang akan mengikuti pendirian sahabat karibnya, karena itu


hendaknya seseorang itu memperhatikan, siapakah yang harus
diambil sebagai sahabat."

Seorang penyair berkata:

"Barang siapa bergaul dengan orang-orang yang baik, akan hidup


mulia. Dan yang bergaul dengan orang-orang yang rendah
akhlaqnya pasti tidak mulia.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 69


Al-Hikam Pasal 45

“Bashiroh (Mata Hati)”

َ َ َ َ ُ ْ ُ َ ْ ُْ َ َ ْ َُ ُ َ ُ ْ ُ َ ْ ُ َ ُ
َ َ ْ َ
‫شعاع الب ِصير ِة يشـ ِهدك قـربه ِمنك وعين الب ِصير ِة يشـ ِهدك عدمك‬
َ َ ُ ُ َ َ َ َ َ َُ ُ ُ َ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ ُ
‫وده َوحق ُّ الب ِصير ِة يشـ ِهدك وجوده لا عدمك ولا وجودك‬
َ
ِ ‫ِلوج‬

45.”Sinar mata hati itu dapat memperlihatkan dekatnya Allah kepadamu.


Dan matahati itu sendiri dapat memperlihatkan kepadamu ketiadaanmu
karena wujud [adanya] Allah dan hakikat matahati itulah yang
menunjukkan kepadamu, hanya adanya Allah, bukan ketiadaanmu
['adam] dan bukan pula wujudmu

Syarah

Salik dalam perjalanannya menuju Alloh akan ada Nur dari Alloh tiga
macam :

1. Syu'aa 'ul-bashirah yaitu cahaya akal.


2. Ainul-bashirah yaitu cahaya ilmu. Dan
3. haqqul-bashirah yaitu cahaya Ilahi.

dan semua nur tersebut akan menimbulkan macam-macam buah dan


faidah yang penting.

Maka orang-orang yang menggunakan akal mereka, masih merasa


adanya dirinya dan dekatnya kepada Tuhan [yakni, Alloh selalu meliputi
dan mengurung mereka]. Sedang orang-orang yang menggunakan nurul
ilmi merasa dirinya tidak ada jika dibanding dengan adanya Alloh. Sedang
ahli hakikat hanya melihat kepada Alloh dan tidak melihat apapun di
samping-Nya. Bukannya mereka tidak melihat adanya alam sekitarnya,
tetapi karena alam sekitarnya itu tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhajat
kepada Alloh, maka adanya alam ini tidak menarik perhatian mereka,
karena itu mereka menganggap bagaikan tidak ada.

Sebagian ulama ahli Thoriqoh berkata, “seorang hamba tidak akan


mencapai hakikatnya tawadhu’ kecuali sudah bersinarnya hati dengan
nur musyahadah. dan ketika hati sudah bersinar maka nafsunya akan
lebur dan bisa menetapi kebenaran dan akhlak yang baik.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 70


Al-Hikam Pasal 46

“Maqam fana”

َ َ َ َ َ َ َ ُ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ َ
‫عليه‬
ِ ‫كان اّٰلل ولاشىء معه وهو الان على ماكان‬

46."(sebelum adanya makhluk)Telah ada Alloh, dan tiada suatu di


samping-Nya, dan Ia kini sebagaimana ada-Nya semula."

Syarah

Keadaan seperti ini adalah keadaan orang yang sudah berada di maqam
fana', dia tiada melihat sesuatu kecuali Alloh. Bagaikan seorang di dalam
gedungnya, kemudian ia mengisi rumah dengan perabot dan boneka atau
patung, lalu ditanya: 'Siapakah yang ada di dalam gedung itu?' Jawabnya:
'Hanya dia seorang', yakni semua boneka dan patung itu tidak dapat
disebut sebagai temannya. Demikian pun orang ahli hakikat tidak melihat
adanya sesuatu yang dapat disebut selain Alloh 'Azza wa Jalla.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 71


Al-Hikam Pasal 47

“Al-Karim Tumpuan Segala Hajat”

ُ َ َ ُ َّ َ َ ُ ْ َ َْ َ َ َ َّ ُ َّ َّ َ َ
‫غير ِه فالكريم لاتتخـطـاه الامال‬
ِ ‫لا تتعد نية ِهمتك ِالى‬
47."Jangan melampaui/melanggar niat dan tujuanmu [hasrat dan
harapanmu] kepada lain-Nya. Maka Tuhan yang maha pemurah itu tidak
dapat di lampaui oleh sesuatu harapan (angan-angan)hamba.''

Syarah

Sebaiknya bagi orang yang mengharapkan berhasil hajatnya, jangan


meminta kapada selain Alloh (makhluk), karena itu bertentangan dengan
sifat ‘ubudiyyah. Itu kalau permintaan itu disandarkan/bergantung pada
makhluk, dan lupa pada Alloh ketika berdo’a. apabila permintaan pada
makhluk (manusia) menjadi perantara untuk meminta kepada Alloh, dan
selalu memandang Alloh-lah dzat yang memberi. Permintaan seperti ini
masih diperbolehkan.

Perasaan yang luhur enggan membuka kebutuhan [hajat] -nya kepada


orang yang tidak dermawan, dan tidak ada yang dermawan pada hakikat
yang sebenarnya kecuali Alloh Ta'ala.

Syeikh Junaid al-Baghdadi berkata: ''Dermawan [Al-Karim] itu ialah yang


memberi kebutuhan seseorang sebelum diminta.''

Ada pula berpendapat: ''Dermawan [Al-Karim] ialah yang tidak pernah


mengecewakan harapan orang yang berharap.''

Dermawan [Al-Karim] yaitu apabila berkuasa mema'afkan, dan bila


berjanji menepati, dan bila memberi lebih memuaskan dari harapan, dan
tidak memperdulikan tentang berapa banyak pemberiaannya, dan kepada
siapa yang ia berikannya.

Al-karim adalah salah satu dari Asma’ul husna. Asma’ ini memberi
pengertian yang istimewa tentang Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 72


Al-karim berarti:

1. Alloh Maha pemurah.


2. Alloh memberi tanpa diminta.
3. Alloh memberi sebelum diminta.
4. Alloh memberi apabila diminta.
5. Alloh memberi bukan karena permintaan tetapi cukup sekedar
harapan, cita-cita dan angan-angan hamba-hamba-Nya. Alloh tidak
mengecewakan harapan hambanya.
6. Alloh memberi lebih baik daripada apa yang diminta dan diharapkan
oleh para hamba-Nya.
7. Alloh Yang Maha Pemurah tidak dikira berapa banyak yang
diberikan-Nya dan kepada siapa Dia memberi.
8. Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya sendiri, Alloh memberi
dengan bijaksana, dengan cara yang paling baik, masa yang paling
sesuai dan paling bermanafaat kepada si hamba yang
menerimanya.

Sekiranya para hamba mengenali Al-Karim niscaya permintaan, harapan


dan angan-angannya tidak tertuju kepada yang lain melainkan kepada-
Nya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 73


Al-Hikam Pasal 48

“Jangan Mengadu Kepada Selain Alloh”

ُ َ ُ َ ُ َ ُ َ َْ َْ َ َ ْ َ َ ُ ُ َ ُ ً َ َ َ َّ ََ ْ َ َ
‫وردها عليك فكيف يرفع غيره ماكان هو له‬ ِ ‫غير ِه حاجة هو م‬
ِ ‫لا تـرفعن ِالى‬
َ َ ْ َ ُ َ َْ َْ َ َْ ً َ َ َ َْ ُ َ ََْ ْ َ ً
‫واضعا من لايست ِطيع ان يرفع حاجة عن نف ِس ِه فكيف يست ِطيع ان يكون‬ ِ
ً َ َ َ
‫غير ِه را ِفعا‬
ِ ‫لها عن‬
48."Jangan mengadu dan meminta sesuatu kebutuhan/hajat selain
kepada Alloh, sebab Ia sendiri yang memberi dan menurunkan kebutuhan
itu kepadamu. Maka bagaimanakah sesuatu selain Alloh akan dapat
menyingkirkan sesuatu yang diletakkan oleh Alloh. Barangsiapa yang
tidak dapat menyingkirkan bencana yang menimpa dirinya sendiri, maka
bagaimanakah ia akan dapat menyingkirkan bencana yang ada pada
orang lain."

Syarah

Adanya sesuatu bencana [musibah] itu menyebabkan engkau berhajat


[butuh] kepada bantuan [pertolongan], maka dalam tiap kebutuhan [hajat]
jangan mengharap selain kepada Alloh, sebab segala sesuatu selain
Alloh itu juga berhajat seperti engkau. Sebab barangsiapa yang
menyandarkan [menggantungkan nasib] pada sesuatu selain Alloh,
berarti ia tertipu oleh sesuatu bayangan fatamorgana, sebab tidak ada
yang tetap selain Alloh yang selalu tetap karunia dan nikmat serta rahmat-
nya kepadamu.

Syeikh Atho' al-Khurasani berkata: " Saya bertemu dengan Wahb bin
Munabbih di suatu jalan, maka saya berkata, 'Ceritakanlah kepadaku
suatu hadits yang dapat saya ingat, tetapi persingkatlah'.

Maka berkata Wahb, “Alloh telah mewahyukan kepada Nabi Dawud


'alaihissalam: Wahai Dawud, demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak
ada seorang hamba-Ku yang minta tolong kepada-Ku, tidak pada
selainnya, dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya, kemudian orang
itu akan ditipu oleh penduduk langit yang tujuh dan bumi yang tujuh,
melainkan pasti Aku akan menghindarkannya dari semua itu, sebaliknya

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 74


demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, tidak ada seorang yang berlindung
kepada seorang makhluk-Ku, tidak kepada-Ku dan Aku ketahui yang
demikian dari niatnya, melainkan Aku putuskan rahmat yang dari langit,
dan Aku longsorkan bumi di bawahnya, dan tidak Aku pedulikan dalam
lembah dan jurang yang mana ia binasa."

Syeih Muhammad bin Husain bin Hamdan berkata: "Ketika saya di majlis
Yazid bin Harun, saya bertanya kepada seorang yang duduk
disampingku, 'Siapakah namamu?' Jawabnya. 'Said'. Saya bertanya,
'Siapakah gelarmu?' Jawabnya, 'Abu Usman'. Lalu saya bertanya tentang
keadaannya. Jawabnya, 'Kini telah habis belanjaku. Lalu saya tanya, 'Dan
siapakah yang engkau harapkan untuk kebutuhanmu itu?' Jawabnya.
'Yazid bin Harun. Maka saya berkata kepadanya, 'Jika demikian, maka ia
tidak menyampaikan hajatmu, dan tidak akan membantu meringankan
kebutuhanmu'.

Dia bertanya, 'Dari mana engkau mengetahui hal itu?' Jawabku, 'Saya
telah membaca dalam sebuah kitab: Bahwasanya Alloh telah berfiman:
Demi kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku, dan kemurahan-Ku dan
ketinggian kedudukan-Ku, di atas Arsy. Aku akan mematahkan harapan
orang yang mengharap kepada selain-Ku dengan kekecewaan, dan akan
Aku singkirkan ia dari dekat-Ku, dan Aku putuskan dari hubungan-Ku.
Mengapa ia berharap selain Aku dalam kesukaran, padahal kesukaran itu
di tangan-Ku, dan Aku dapat menyingkirkannya, dan mengharap kepada
selain Aku serta mengetuk pintu lain padahal kunci pintu-pintu itu tertutup,
hanya pintu-Ku yang terbuka bagi siapa yang berdoa kepada-Ku.
Siapakah yang pernah mengharapkan Aku untuk menghalaukan
kesukarannya lalu Aku kecewakan? Siapakah yang pernah
mengharapkan Aku karena besar dosanya, lalu Aku putuskan
harapannya? Atau siapakah yang pernah mengetuk pintu-Ku, lalu Aku
tidak bukakan? Aku telah mengadakan hubungan yang langsung antara-
Ku dengan angan-angan dan harapan semua makhluk-Ku, maka
mengapakah engkau bersandar kepada selain-Ku. Dan Aku telah
menyediakan semua harapan hamba-Ku, tepapi tidak puas dengan
perlindungan-Ku, dan Aku telah memenuhi langit-Ku dengan makhluk
yang tidak jemu bertasbih kepada-Ku dari para Malaikat, dan Aku
perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara-Ku dengan para
hamba-Ku, tetapi mereka tidak percaya kepada firman-Ku. Tidakkah
engkau mengetahui bahwa barangsiapa yang ditimpa oleh bencana yang
Aku turunkan, tidak ada dapat menyingkirkan selain Aku, maka
mengapakah Aku melihat ia dengan segala angan-angan dan
harapannya selalu berpaling dari pada-Ku, mengapakah ia tertipu oleh
selain-Ku. Aku telah memberi kepadanya dengan kemurahan-Ku apa-apa

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 75


yang tidak ia minta, kemudian Aku yang mencabut dari padanya lalu ia
tidak minta kepada-Ku untuk mengembalikannya, dan ia minta kepada
selain-Ku. Apakah Aku yang memberi sebelum di minta, kemudian jika
dimintai lalu tidak memberi kepada peminta?

Apakah Aku bakhil [kikir], sehingga dianggap bakhil oleh hamba-Ku.


Tidakkah dunia dan akhirat itu semua milik-Ku? Tidakkah semua rahmat
dan karunia itu di tangan-Ku? Tidakkah dermawan dan kemurahan itu
sifat-Ku? Tidakkah hanya Aku tempat semua harapan? Maka siapakah
yang dapat memutuskan dari pada-Ku. Dan apa pula yang diharapkan
oleh orang-orang yang mengharap, andaikata Aku berkata kepada semua
penduduk langit dan bumi: Mintalah kepada-Ku, kemudian Aku memberi
kepada masing-masing orang pikiran apa yang terpikir pada semuanya,
lalu Aku beri semua itu tidak akan mengurangi kekayaan-Ku walau pun
sekecil debu? Maka bagaimana akan berkurang kekayaan yang lengkap,
sedang Aku yang mengawasinya?

Alangkah sial [celaka] orang yang putus dari rahmat-Ku, alangkah kecewa
orang yang maksiat kepada-Ku dan tidak memperhatikan Aku, dan tetap
melakukan yang haram dan tiada malu kepada-Ku'. Maka orang itu
berkata: 'Ulangilah keteranganmu itu, lalu ia menulisnya'.

Kemudian ia berkata: “Demi Alloh, setelah ini saya tidak usah menulis
suatu keterangan yang lain'.”

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 76


Al-Hikam Pasal 49

Husnud-Dhon Terhadap Alloh

َ َ ُ ُ ُ َ َّ َ ْ ِّ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ َّ َ ْ ْ ُ ْ َ
‫لت ِه‬
ِ ‫سن وص ِف ِه فح ِسن ظنـك ِبه ِلوجو ِد معام‬ ِ ‫ِان لم تح ِسن ظنـك ِب ِه لاج ِل ح‬
ً َ َ َّ َ َ َ ً َ َّ َ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َ
َ
‫معك فهل عودك الا حسنا اسدى ِاليك الا مننا‬

49."Jika engkau tidak bisa berbaik sangka [husnud-dhon] terhadap Alloh


Ta'ala karena sifat-sifat Alloh yang baik itu, berbaik sangkalah kepada
Alloh karena karunia pemberian-Nya kepadamu. Tidakkah selalu ia
memberi nikmat dan karunia-Nya kepadamu?"

Syarah

Manusia dalam hal husnud-dhon kepada Alloh itu ada dua golongan.

1. Golongan khos-shoh , yaitu orang yang berhusnud-dhon kepada


Alloh karena melihat sifat-sifat Alloh yang bagus dan tinggi.
2. ‘Ammah, yaitu orang yang berhusnud-dhon kepada Alloh karena
macam-macamnya nikmat Alloh dan anugerah dari Alloh yang tidak
bisa terhitung.

Apabila engkau tidak dapat berbaik sangka terhadap Allah, karena Allah
itu bersifat: Rabbul Alamiin [Tuhan yang mencipta, melengkapi,
memelihara dan menjamin seisi alam, Ar-Rahman, Ar-Rahim: Pemurah,
Penyayang]. Maka sudah selayaknya engkau harus berbaik sangka
kepada Allah, karena tiada henti-hentinya nikmat dan karunia Allah atas
dirimu dan anak keluargamu. Yakni sejak engkau berupa sperma hingga
matimu. Dan sebaik-baik khusnud-dhon [baik sangka] terhadap Allah
diwaktu menerima nikmat Allah yang berupa ujian [musibah], bagaikan
ayah yang menyambut anak yang disayang, demi untuk kebaikan anak
itu sendiri.

Allah berfirman : "Dan mungkin kamu tidak menyukai sesuatu


padahal itu baik bagimu." [QS. al-Baqarah 216].

"Maka mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, sedang Allah telah


menjadikan padanya kebaikan yang banyak." [QS. An-Nisaa 19].

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 77


Jabir radhiayallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: 'Barangsiapa yang dapat melakukan khusnud-dhon [baik
sangka] kepada Allah, sehingga ia tidak akan mati kecuali tetap dalam
khusnudz-dzon terhadap Allah, maka hendaklah ia
melakukannya'." Kemudian ia membaca ayat: " Dan itulah persangkaan
kamu yang kamu sangkakan terhadap Tuhan kamu, yang telah
menjerumuskan kamu, hingga membinasakan kamu." [QS. Fussilat
23].

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam


bersabda: "Sesungguhnya berbaik sangka kepada Allah itu, sebaik-
sebaik melakukan ibadah kepada Allah ."

Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu bersumpah: "Demi Allah tidak ada orang
yang berbaik sangka terhadap Allah, melainkan pasti Allah akan
memberikan kepadanya apa yang ia sangka, sebab kebaikan itu
semuanya di tangan Allah, maka apabila Allah telah memberi khusnud-
dhon, berarti Allah akan memberi apa yang disangkanya itu. Maka Allah
yang memberinya khusnud-dhon [baik sangka] berarti akan
melaksanakannya."

Abu Said al-Khudry radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasululloh shollallohu


'alaihi wasallam menjenguk orang sakit, maka Rasulullah bertanya
kepada orang yang sakit itu, 'Bagaimanakah persangkaanmu terhadap
Tuhanmu?' Jawabnya, 'Wahai Rasulullah, aku khusnud-dhon [baik
sangka]'. Maka bersabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, 'Sangkalah
sesukamu kepada Allah, maka Allah selalu akan memberi apa yang
disangkakan oleh orang mukmin'."

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 78


Al-Hikam Pasal 50

“Aneh Dan Ajaib”

َ َ ِّ ُ َ َ ُ َ َ َ
َ ُ ُ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ِّ َ َ ُّ ُ ُ َ َ ْ
‫العجب كل العًُج ِب ِِما لا ان ِفكاك له عنه ويطلب ما لا بقاء له معه ِفانـها‬
ُ ُّ َّ ْ ُ ْ
ُ َ َ ْ َٰ ُ َ َْ َ َْ َ
‫ور‬
ِ ‫تى ِفى الصد‬ ‫لا تعمى الابصار ول ِكن تعمى القلوب ال‬
ِ
50.”Keanehan yang sangat mengherankan [ajaib] terhadap orang yang
lari dari Alloh yang sangat dibutuhkan, dan tidak dapat lepas dari
padanya. dan berusaha mencari apa yang tidak akan kekal padanya.
Sesungguhnya bukan mata kepala yang buta, tetapi yang buta ialah mata
hati yang di dalam dada

Syarah

Hikmah 45, menceritakan tentang tingkatan makrifat yang dicapai melalui


penyaksian mata hati. Makrifat melalui mata hati diperoleh dengan cara
bertauhid. Hikmah 46, menggambarkan tentang tauhid yang tertinggi.
Tingkatan yang tertinggi itu tidak mudah dicapai. Jalan untuk
mencapainya adalah dengan menghapuskan semua jenis syirik, yang
lahir dan yang batin/samar. Hikmah 47 hingga 49 menceritakan tentang
syirik yang samar, yaitu hati bukan bergantung kepada Allah saja tetapi
pada makhluk yang sama, ia juga berharap kepada makhluk, lantaran
kurang keyakinannya kepada Alloh , atau kerana menyangka makhluk
bisa melakukan sesuatu yang memberi bekas kepada perjalanan takdir
Ilahi. Syirik yang demikian dirumuskan oleh Hikmah 50 ini dengan
mengatakan bahawa itu semua terjadi akibat buta mata hati. Sekiranya
mata hati dapat melihat tentu dilihatnya bahwa dalam keadaan apa saja
dia tidak terlepas dari qudrat dan Iradat Alloh s.w.t. Dia tidak akan dapat
melepaskan dirinya dari Alloh s.w.t. Alloh mempunyai segala sifat-sifat
iftiqar yang menyebabkan semua makhluk-Nya tidak ada jalan melainkan
bergantung kepada-Nya.Seorang yang melarikan diri dari panggilan
Tuhan untuk beribadah semata-mata karena ingin memuaskan hawa
nafsu dan syahwatnya, suatu fakta butanya mata hatinya, sebab ia telah
mengutamakan bayangan dari pada hakikat, mengutamakan yang
sementara dan meninggalkan keabadian, mengutamakan yang dapat
binasa dari pada yang tetap kekal untuk selama-lamanya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 79


Al-Hikam Pasal 51 - 52

“Pindahlah Dari Alam (Makhluk) Kepada Pencipta Alam”

َّ ُ َ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َ َ
ْ‫المكان الذى‬ َ‫حى يَس ْي ُر و‬ٰ َّ
‫ون فتكون ك ِحمار سلر‬ َ ْ ْ ْ
ِ ِ ٍ ‫لاتـرحل من كو ٍن الى ك‬
َّ َ ِّ َ َ َ ْ َ ْ ْ ٰ ُ َ َ ْ َّ ُ
َ َ ََ ْ
ُ
‫ واِ ن‬.‫ان الى المك ِو ِن‬ ِ ‫اليه هوالذي ارتـحل ِمنه ول ِكن ارحل من الاكو‬ ِ ‫ارتحل‬
ٰ َ ْ ُ َ ِّ َ ٰ
‫المنتهى‬ ‫الى ر ِبك‬

51. "Jangan berpindah dari satu alam (makhluk) ke alam (makhluk) yang
lain, berarti sama dengan himar [keledai] yang berputar di sekitar
penggilingan, ia berjalan menuju ke tempat tujuan, tiba-tiba itu pula
tempat yang ia mula-mula berjalan dari padanya, tetapi hendaklah engkau
pergi dari semua alam menuju kepada pencipta alam; Sesungguhnya
kepada Tuhanmu puncak segala tujuan."

Syarah

Keadaan orang yang tidak dapat melepaskan dirinya dari syirik adalah
umpama seekor keledai yang terikat dan berputar menggerakkan batu
penggiling. Walaupun jauh jarak yang dijalaninya namun, dia sentiasa
kembali ke tempat yang sama. Jika ia mau bebas perlulah ia melepaskan
ikatannya dan keluar dari bulatan yang sempit. Orang yang mau
membebaskan dirinya dari syirik secara keseluruhan, hendaklah
membebaskan perhatian hatinya dari semua perkara kecuali Allah. Keluar
dari bulatan alam dan masuk kepada Wujud Mutlak. Jangan berpindah
dari syirik yang terang ke alam syirik yang samar. Amal kebaikan yang di
nodai oleh riya', sum'ah [mengharap pujian orang], tidak dianggap oleh
syari'ah [tidak di terima oleh Alloh]. Dan apabila telah bersih dari semua
itu, kemudian beramal karena terdorong oleh menginginkan kedudukan
atau kekayaan atau karamah dunia atau akhirat, semua itu masih
termasuk alam hawa nafsu, dan belum mencapai tujuan ikhlas yang
bersih dari segala tujuan selain hanya kepada Allah, yakni tanpa pamrih.
Karena itu selama berpindah dari alam ke alam tidak berbeda, bagaikan
keledai yang berputar di sekitar penggilingan, tetapi seharusnya sekali
berangkat dari alam ini, langsung menuju kepada pencipta alam. Karena
itu Nabi Isa 'alaihihissalam pernah berkata kepada sahabat hawariyyin:
"Semua yang ada padamu dari berbagai nikmat kesenangan itu langsung

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 80


dari karunia Alloh kepadamu, maka manakah kiranya yang lebih besar
harganya [nilainya]? Apakah pemberiannya ataukah yang memberi?."

''Wa Inna ila Rabbikal-muntaha'' Sesungguhnya kepada Tuhanmu


itulah puncak segala tujuan. Sebab barangsiapa yang telah mendapatkan
Alloh, berarti telah mencapai segala sesuatu, baik urusan dunia mau pun
urusan akhirat.

ُ َ َ َ ُ َُ ْ ْ ََ ْ َ َ َّ َ َ ُ َ َ ٰ ْ ُ ْ َ
‫ فمن كانت ِهجرته الى اّٰللِ ورسوله‬: ‫عليه وسلم‬ ِ ‫وله صلي اّٰلل‬ ِ ‫وانظـر الى ق‬
َ َ َ
َ ْ ُ ُ َ ُْ
َ ُ َُ ْ ْ ََ ُ َ َ ُ َ ْ َ
‫ ومن كانت ِهجرته الى دنيا ي ِصيبها ا ِوامرأ ٍة‬.‫وله‬ ِ ‫ف ِهجرته الى اّٰللِ ورس‬
ْ َّ َ ُ َّ ُ َّ ََ َُ َ َْ َ َ ٰ ُ َ َ ُ َّ َ َ
‫يه الصلاة والسلام وتأمل‬ ِ ‫ فافهم قوله عل‬.‫ليه‬ َ
ِ ‫يتزوجها ف ِهجرته الي ما هاجر ِا‬َ

ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ٰ
َ
‫هذا الامراِ ن كنت ذافه ٍم‬

52. "Dan perhatikan sabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam: 'Maka


barangsiapa yang berhijrah menuju kepada Alloh dan Rosul-Nya
[menurut perintah Alloh dan Rosul-Nya], maka hijrahnya akan diterima
oleh Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena
kekayaan dunia, dia akan mendapatkannya, atau karena perempuan
akan dinikahi, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia hijrah kepadanya.
Camkanlah sabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam ini dan perhatikanlah
persoalan ini jika engkau mempunyai kecerdasan faham."

Syarah

Hikmah ini adalah lanjutan dari Kalam Hikmah yang lalu. Keluar dari satu
hal kepada hal yang lain adalah hijrah juga namanya. Dan yang utama
dalam hadits ini ialah sabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, bahwa
hijrah yang tidak dengan niat ikhlas kepada Alloh akan terhenti pada
tujuan yang sangat rendah dan tidak berarti, dan tidak akan mencapai
keridhaan Alloh. Seseorang minta nasehat kepada Abu Yazid al-
Busthami,

maka berkata Abu Yazid, 'Jika Alloh menawarkan kepadamu akan diberi
kekayaan dari Arsy sampai ke bumi, maka katakanlah, Bukan itu ya Alloh,
tetapi hanya Engkau ya Alloh tujuanku'.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 81


Abu Sulaiman ad-Darani berkata:

"Andaikan aku di suruh memilih antara masuk surga Jannatul-Firdaus


dengan shalat dua rakaat, niscaya saya pilih shalat dua rakaat. Sebab di
dalam surga, saya dengan bagianku, dan dalam shalat aku dengan
Tuhanku.

" Asy-Syibli rodhiallohu 'anhu berkata:

"Berhati-hatilah dari ujian Alloh, walaupun dalam perintah, “Kulu


wasyarabu” [makan dan minumlah]. Sebab dalam pemberian nikmat itu
ada ujian untuk diketahui, siapakah yang silau dan lupa kepada-Nya
setelah menerima nikmat, dan siapa yang tetap pada-Nya sebelum dan
sesudah menerima nikmat". Seorang penyair berkata: "Dia shalat dan
puasa karena sesuatu yang diharapkan, sehingga setelah tercapai
urusannya, dia tidak shalat dan puasa."

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 82


Al-Hikam Pasal 53 - 54

“Memilih Sahabat”

ُ َ َ َ ُّ ُ َ َ ُ َ ُ َُْ ْ َ ْ َ
‫لاتصحب من لاين ِهضك حاله ولا يدلك على اّٰللِ مقاله‬

53. "Jangan bersahabat dengan seseorang yang tidak membangkitkan


semangat taat kepada Alloh, prilakunya dan tidak memimpin engkau
kejalan Alloh apa yang dikatakannya."

Syarah

Dalam hadits: "Seseorang akan mengikuti pendirian [kelakuan]


temannya, maka lihatlah saudaramu dengan siapakah harus didekati
sebagai teman."

Sufyan Astsaury berkata: "Barangsiapa yang bergaul dengan orang


banyak harus mengikuti mereka, dan barangsiapa mengikuti mereka,
harus menjilat pada mereka, dan barangsiapa yang menjilat kepada
mereka, maka ia binasa seperti mereka."

Sahl bin Abdullah berkata: "Berhati-hatilah [jangan] bersahabat dengan


tiga macam manusia,

1. Pejabat pemerintah yang dzalim [kejam].


2. Ahli quraa' yang pejilat.
3. Sufi gadungan [yang bodoh tentang hakikat tasawuf].

Ali bin Abi Thalib karramullah wajhah berkata: "Sejahat-jahat teman yang
memaksa engkau bermuka-muka [menjilat] dan memaksa engkau minta
maaf, atau selalu mencari alasan."

َ ْ ً ُ َ ْ
َ َ ُ َ ََ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ ُ َ َُّ
‫الاحسان ِمنك صحبتككمن هو اسوء حالا ِمنك‬ ِ ‫ربما كنت م ِسيـءـاً فأراك‬

54. "Terkadang engkau berbuat kekeliruan [dosa], maka ditampakkan


kepadamu sebagai kebaikan, oleh karena persahabatanmu kepada orang
yang jauh lebih rendah akhlaknya [Iman] dari padamu."

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 83


Syarah

Bersahabat dengan yang lebih rendah budi pekerti [iman] -nya itu, sangat
berbahaya, sebab persahabatan itu pengaruh mempengaruhi, percaya
mempercayai, sehingga dengan demikian sulit sekali untuk dapat melihat
atau mengoreksi kesalahan sahabat yang kita sayangi bahkan kesetiaan
sahabat akan membela kita dalam kekeliruan, kesalahan dan dosa, yang
dengan itu kamu pasti akan binasa karenanya. Sedang seseorang tidak
dapat mengoreksi diri sendiri, kecuali dengan kacamata orang lain, tetapi
jika justru kacamata orang lain itu pula mengelabui kita, maka bahayalah
yang pasti menimpa kepada kita.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 84


Al-Hikam Pasal 55

“Zahid Dan Roghib”

َ َ ََ ٌ َ ُ َ َ ْ َ َ َ ٌ َ َّ َ َ
‫اغ ٍب‬
ِ ‫قلب ر‬
ٍ ‫ماقـل عمل برز من قل ٍب زا ِه ٍد ولاكثـر عمل برز من‬
55."Tidak dapat dianggap kecil/sedikit amal perbuatan yang dilakukan
dengan hati yang zuhud ,dan tidak dapat dianggap banyak amal yang
dilakukan oleh seseorang yang cinta dunia."

Syarah

Kita telah diajarkan keluar dari alam kepada Pencipta alam, berhijrah
kepada Alloh dan Rosul-Nya. Kita diajar supaya memilih sahabat yang
dapat membangkitkan semangat untuk berjuang pada jalan Alloh dan
berbuat taat kepada-Nya. Hikmah 55 ini memberi gambaran apakah hijrah
rohani itu akan berhasil atau gagal. Alat untuk menilainya ialah dunia.
Bagaimana kedudukan dunia di dalam hati akan mempengaruhi
perjalanan kerohanian.

Ukuran amal itu menurut hati orang yang beramal, apabila amal itu
dilakukan orang yang zuhud(hatinya tidak tergantung pada dunia),
walaupun kelihatan sedikit akan tetapi hakikatnya banyak. Karena zahid
itu amalnya bisa selamat dari penyakit yang menjadikan amalnya tertolak,
seperti riya’ mencari kepentingan dunia, tidak karena Alloh, dll.
Sebaliknya amal orang yang roghib (cinta/rakus dunia) amalnya tidak
selamat dari penyakit-penyakit yang tersebut.

Ali bin Abi Thalib karromalloh wajhah berkata: "Tumpahkan semua hasrat
keinginanmu itu kepada usaha untuk diterimanya amal perbuatanmu,
sebab tidak dapat dianggap kecil/sedikit amal perbuatan yang diterima
oleh Alloh." Allah berfirman: "Innamaa yataqobbalu -llohu minal-
muttaqiina"[Sesungguhnya Alloh hanya menerima amal perbuatan dari
orang yang bertakwa], ikhlas baginya, dan tepat menurut ajaran-Nya.

Abdulloh bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: "Dua rokaat yang


dilakukan oleh seorang alim yang mengerti dan ikhlas [tidak tamak/rakus
kepada dunia], lebih baik dari ibadah orang-orang ahli ibadah sepanjang
masa tapi masih cinta dunia."

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 85


Abu Sulaiman ad-Darony bertanya kepada Ma'ruf al-Karkhi:
"Mengapakah orang-orang itu kuat taat sampai sedemikian rupa
banyaknya? Jawabnya, 'Karena mereka telah membersihkan hati mereka
dari pada cinta dunia, andaikata masih ada sedikit cinta dunia, tidak akan
diterima dari mereka amal perbuatan itu'."

Seorang sholeh mengeluh kepada Abu Abdillah al-Qurosyi, bahwa ia


telah berbuat berbagai amal kebaikan, tetapi belum bisa merasakan
kelezatan amal kebaikan itu dalam hatinya. Jawab Abu Abdullah al-
Qurosy, ''Karena engkau masih memelihara puteri iblis, yaitu kesenangan
dunia, dan lazimnya seorang ayah itu selalu berziarah kepada puterinya.''

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 86


Al-Hikam Pasal 56

“Kedudukan Amal, Ahwal Dan Maqom Inzal”

َ َّ َ َ َ ُ ُ َ َ ْ ُ ُ ََ َ َ ُ ْ ُ
‫قق ِفى‬
ِ ‫ال من التـح‬
ِ ‫حوال وحسن الاحو‬
ِ ‫حسن الاعما ِل نت ِاءج حس ِن الا‬
ْ َ َ
‫زال‬
ِ ‫الان‬ ِ ‫مقاما ِت‬

56."Baiknya amal perbuatan itu, sebagai hasil dari baiknya Ahwal, dan
baiknya Ahwal itu sebagai hasil dari kesungguhan istiqamah pada maqom
inzaal( apa yang diperintah oleh Allah."

Syarah

Hikmah yang lalu mengaitkan nilai amal dengan zuhud hati terhadap
dunia. Hati yang menerima cahaya Nur Ilahi akan mendapat pengalaman
kerohanian yang dinamakan ahwal (hal-hal). Ahwal yang menetap pada
hati dinamakan maqom.

Maqom Inzal yaitu: pengetahuan/ilmu yang berhubungan dengan


ketuhanan Alloh, yang oleh Alloh diberikan kepada hati hambanya,
supaya hamba tidak mengaku-aku, tidak karena surga atau takut neraka.

Jadi baiknya Amal itu muncul dari baiknya Ahwal, baiknya Ahwal itu
muncul dari maqom inzal/ ilmu yang diberikan oleh Alloh.

Amal yang baik itu hanya yang diterima oleh Tuhan, dan itu pasti karena
baik dalam segi keikhlasan kepada Alloh, dan tidak mungkin ikhlas kecuali
jika ia mengerti benar-benar kedudukan dirinya terhadap Tuhannya.

Al-Ghozali berkata: "Tiap tingkat dalam kepercayaan/keyakinan itu


mempunyai ilmu, dan Hal [perasaan] dan amal perbuatan;

Ilmu-yaqin [keyakinan yang didapat dari pengertian teori pelajaran]. Ainul-


yaqin [keyakinan yang didapat dari fakta-fakta lahir setelah
terungkap/terbuka]. Haqqul-yaqin [keyakinan yang benar-benar langsung
dari Alloh, dan tidak dapat diragukan sedikitpun, yaitu keyakinan yang
hakiki .

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 87


Al-Hikam Pasal 57

“Jangan Meninggalkan Dzikir”

ُ ُ َ ََ َّ َ َ َ َ ُ ُ َ َ َ ْ ُ ْ َ
‫كر ِه‬ِ ‫ود ِذ‬ ِ ‫يه لان غفلتك عن وج‬ ِ ‫الذكر ِلعد ِم حضو ِرك مع اّٰللِ ف‬ ِ ‫لاتتـر ِك‬
َ َ َ َ َ
َ َ َ َْ ْ َُ َ ُ َ
ُ ‫أشد من غفلتك فى‬َ ُّ َ
‫وجودغفل ٍة‬ ِ ‫كر مع‬ ٍ ‫ذ‬ِ ‫من‬ ‫ك‬ ‫ع‬ ‫ف‬‫ر‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ه‬ ‫سا‬ ‫فع‬ ‫ه‬ ِ ‫كر‬
ِ ‫ذ‬
ِ ‫د‬
ِ ‫جو‬ ‫و‬ ِ

‫جود‬ ُ َ َ ‫مع ُوجود‬ َ ‫ ومن ذكر‬، ‫مع ُوجود َيقظة‬ َ ‫إلى ذكر‬
ِ ‫كر مع و‬ ٍ ‫ذ‬ِ ‫إلى‬ ‫قظة‬
ٍ ‫ي‬ ِ ٍ ٍ ِ ٍ ِ
َ ‫عما س‬ َّ َ ْ َ ُ ‫مع‬َ ‫مع ُوجود ُحض ُور إلى ذكر‬ َ ‫ ومن ذكر‬،‫ضور‬ ُ ‫ُح‬
‫وى‬ ِ ‫ة‬
ٍ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫غـ‬ ‫جود‬
ِ ‫و‬ ٍ ِ ٍ ِ ٍ ٍ
َ َ ٰ َ َ ُ َ
‫ور وما ذلك على اّٰللِ ِبع ِز ِيز‬ ِ ‫ذكـ‬ ‫الم‬

57."Jangan meninggalkan dzikir, karena engkau belum bisa selalu ingat


kepada Alloh di waktu berdzikir, sebab kelalaianmu terhadap Alloh ketika
tidak berdzikir itu lebih berbahaya dari pada kelalaianmu terhadap Alloh
ketika kamu berdzikir." Semoga Alloh menaikkan derajatmu dari dzikir
dengan kelalaian, kepada dzikir yang disertai ingat terhadap Alloh,
kemudian naik pula dari dzikir dengan kesadaran ingat, kepada dzikir
yang disertai rasa hadir, dan dari dzikir yang disertai rasa hadir kepada
dzikir hingga lupa terhadap segala sesuatu selain Alloh. Dan yang
demikian itu bagi Alloh tidak berat [tidak sulit].

Syarah

Empat keadaan yang berkaitan dengan dzikir:

1. Berdzikir dalam keadaan hati tidak ingat kepada Alloh.


2. Berdzikir dalam keadaan hati yang ingat kepada Alloh.
3. Berdzikir dengan disertai rasa kehadiran Alloh di dalam hati.
4. Berdzikir dalam keadaan fana' dari makhluk, lenyap segala sesuatu
dari hati, hanya Alloh saja yang ada.

Seorang salik tidak boleh meninggalkan Dzikir, disebabkan karena


hatinya belum bisa ingat/menghadap kepada Alloh. akan tetapi ia harus
tetap selalu berdzikir walaupun hatinya masih belum bisa khudhur.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 88


Karena orang yang meninggalkan dzikir itu jauh dengan Alloh hati dan
lisannya. berbeda dengan orang yang mau berdzikir, meskipun hatinya
masih jauh dengan Alloh karena belum bisa mengingat Alloh waktu
berdzikir, tapi lisannya dekat dengan Alloh.

karena tidaklah sulit bagi Alloh untuk mengubah suasana hati hamba-Nya
yang berdzikir dari suasana yang kurang baik kepada yang lebih baik
hingga mencapai yang terbaik. Menaikkan satu tingkat [derajat] kelain
tingkat [derajat], dzikir adalah satu-satunya jalan yang terdekat menuju
kepada Alloh, bahkan sangat mudah dan ringan.

Abu Qasim al-Qusyairy berkata: "Dzikir itu simbol wilayah [kewalian], dan
pelita penerangan untuk sampai, dan tanda sehatnya permulaannya, dan
menunjukkan jernihnya akhir puncaknya, dan tiada suatu amal yang
menyamai dzikir, sebab segala amal perbuatan itu ditujukan untuk
berdzikir, maka dzikir itu bagaikan jiwa dari segala amal. Sedang
kelebihan dzikir dan keutamaannya tidak dapat dibatasi".

Allah berfirman:

"Berdzikirlah [ingatlah] kamu kepada-ku, niscaya Aku berdzikir


[ingat] kepadamu." [QS. Al-Baqorah 152 ].

Dalam hadits Qudsi, Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda,


Alloh 'Azza wa Jalla berfirman:

"Aku selalu mengikuti sangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku


selalu bersamanya ketika ia berdzikir kepada-Ku. Jika ia berdzikir
[mengingat] dalam dirinya. Aku pun berdzikir padanya dalam dzat-
Ku dan jika ia berdzikir pada-Ku di keramaian, maka Aku pun
berdzikir padanya dalam keramaian yang lebih baik dari pada
kelompoknya, dan jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku
mendekat kepadanya sehasta, dan jika ia mendekat kepada-Ku
sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia datang
kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya berjalan cepat."

Abdullah bin Abbas rodhiyallohu 'anhu berkata:

"Tidak ada suatu kewajiban yang diwajibkan oleh Alloh pada hamba-Nya
melainkan ada batas-batasnya, kemudian bagi orang-orang yang
berudzur dimaafkan jika ia tidak dapat melakukannya, kecuali dzikir, maka
tidak ada batas dan tidak ada udzur yang dapat diterima untuk tidak
berdzikir, kecuali jika berubah akal [gila].

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 89


Alloh berfirman: "... Bagi orang-orang yang mempunyai pikiran
[sempurna akal]. Yang selalu berdzikir [mengingat] Alloh sambil
berdiri, duduk dan berbaring." [QS. Ali-Imran 190-191].

Firman Allah: "Wahai orang-orang yang beriman, Berdzikirlah


[ingatlah] kamu kepada Alloh dengan dzikir sebanyak-banyaknya.
Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang."

Yakni pagi, siang, sore, malam, di darat, di laut, di udara, dalam


perjalanan [musafir] berdiam diri pada semua tempat dan waktu, bagi
yang kaya, miskin, sehat, sakit, terang-terangan atau sembunyi dengan
lisan atau hati dan pada tiap keadaan.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 90


Al-Hikam Pasal 58

“Tanda Hati Yang Mati”

ُ َ َ ََ َ َ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ‫م‬
ُ
‫زن على ما فاتك من الموافقا ِت وترك‬ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫القلب‬ ‫ت‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫ما‬ ‫علا‬ ‫ن‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َّ َّ َ
ُ
‫على ما فعلته من الزلا ِت‬ َ ‫الن َد ِم‬
َّ

58."Sebagian dari pada tanda matinya hati, yaitu jika tidak merasa sedih
[susah]karena tertinggalnya suatu amal [perbuatan] kebaikan [kewajiban],
juga tidak menyesal jika terjadi berbuat pelanggaran dosa."

Syarah

Pada Hikmah sebelumnya diterangkan supaya jangan meninggalkan


Dzikir walaupun hati belum bisa hadhir ketika berdzikir. Begitu juga
dengan ibadah dan amal kebaikan. Janganlah meninggalkan ibadah
lantaran hati tidak khusyuk ketika beribadah dan jangan meninggalkan
amal kebaikan lantaran hati belum ikhlas dalam melakukannya. Khusyuk
dan ikhlas adalah sifat hati yang sempurna. dzikir, ibadah dan amal
kebaikan adalah cara-cara untuk membentuk hati agar menjadi
sempurna. Hati yang belum mencapai tahap kesempurnaan dikatakan
hati itu berpenyakit. Jika penyakit itu dibiarkan, tidak diambil langkah
mengobatinya, pada satu masa, hati itu mungkin akan mati. Matinya hati
berbeda dengan mati tubuh badan. Orang yang mati tubuh badan ditanam
di dalam tanah. Orang yang mati hatinya, tubuh badannya masih sehat
dan dia masih berjalan ke sana kemari dimuka bumi ini.

Manusia menjadi istimewa kerana memiliki hati rohani. Hati mempunyai


nilai yang mulia yang tidak dimiliki oleh akal fikiran. Semua anggota dan
akal fikiran menuju kepada alam benda sementara hati rohani menuju
kepada Pencipta alam benda. Hati mempunyai persediaan untuk beriman
kepada Tuhan. Hati yang menghubungkan manusia dengan Pencipta.
Hubungan dengan Pencipta memisahkan manusia dari daerah
kehewanan dan mengangkat darjat mereka menjadi makhluk yang mulia.
Hati yang cerdas, sehat dan dalam keasliannya yang murni, berhubung
erat dengan Tuhannya. Hati itu membimbing akal fikiran agar akal fikiran
dapat berfikir tentang Tuhan dan makhluk Tuhan. Hati itu membimbing
juga kepada anggota tubuh badan agar mereka tunduk kepada perintah
Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Hati yang bisa mengalahkan akal

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 91


fikiran dan anggota tubuh badannya serta mengarahkan mereka berbuat
taat kepada Alloh adalah hati yang sehat.

Dalam suatu hadits Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam


bersabda: "Barangsiapa yang merasa senang oleh amal kebaikannya,
dan merasa sedih/menyesal atas perbuatan dosanya, maka ia seorang
mukmin."

Abdullah bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: ''Ketika kami dalam


majelis Rosululloh saw, tiba-tiba datang seseorang yang turun dari
kudanya dan mendekati Nabi shollallohu 'alaihi wasallam sambil berkata,
'Wahai Rosululloh, saya telah melelahkan kudaku selama sembilan hari,
maka saya jalankan terus menerus selama enam hari, tidak tidur diwaktu
malam dan puasa pada siang hari, hingga lelah benar kuda ini, demi
hanya untuk menanyakan kepadamu dua masalah yang telah merisaukan
hatiku hingga tidak dapat tidur'. Nabi shollallohu 'alaihi wasallam
bertanya, 'Siapakah engkau?' Jawab orang itu, 'Zaidul-Khoir' Berkata
Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, ' Wahai Zaidul-Khoir, bertanyalah
kemungkinan sesuatu yang sulit, yang belum pernah ditanyainya' .
Berkata Zaidul-Khoir, 'Saya akan bertanya kepadamu tanda-tanda orang
yang disukai dan yang dimurkai?' Jawab Nabi shollallohu 'alaihi
wasallam, 'Untung, untung, bagaimanakah keadaanmu saat ini wahai
Zaid?' Jawab Zaid, 'Saya saat ini, suka kepada amal kebaikan dan orang-
orang melakukan amal kebaikan, bahkan suka akan tersebarnya amal
kebaikan itu, dan bila aku ketinggalan merasa menyesal dan rindu pada
kebaikan itu, dan bila aku berbuat amal sedikit atau banyak, tetap saya
yakin pahalanya'. Jawab Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, 'Ya itulah dia,
andaikan Alloh tidak suka kepadamu, tentu engkau disiapkan untuk
melakukan yang lain dari pada itu, dan tidak peduli di jurang yang mana
engkau akan binasa'. Berkata Zaid, 'Cukup wahai Rasululloh, lalu ia
kembali ke atas kudanya, kemudian ia berangkat pulang'.''

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 92


Al-Hikam Pasal 59 - 60

“Dosa Dan Husnud-Dhon”

َ َ َ ْ َ َّ َ ِّ ُ ْ َ َ ُّ ُ َ ً َ َ َ ُ ُ َ ُ َ
‫ ف ِان من عرف‬، ِ‫الظن ِباّٰلل‬ِ ‫سن‬
ِ ‫لا يعظم الذنب ِعندك عظمة تصدك عن ح‬
ُ ُْ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ ََّ
‫ربه ِاستسغر ِفى جن ِب كر ِم ِح ذ َنبه‬

59."Jangan sampai terasa bagimu besarnya suatu dosa itu, hingga dapat
merintangi engkau dari khusnudz-dzon [baik sangka] terhadap Alloh
Ta'ala, sebab barangsiapa yang benar-benar mengenal Alloh Ta'ala,
maka akan menganggap kecil dosanya itu di samping ketulusan
kemurahan Alloh."

Syarah

Merasa besarnya suatu dosa itu baik, jika menimbulkan rasa akan
bertaubat dan niat untuk tidak mengulanginya untuk selama-selamanya.
Tetapi jika merasa besarnya dosa itu akan menyebabkan putus dari
rahmat Alloh, merasa seakan-akan rahmat dan ampunan Alloh tidak akan
didapatnya, maka perasaan itu lebih berbahaya baginya dari dosa yang
telah dilakukannya, sebab putus asa dari rahmat Alloh itu dosa besar dan
itu perasaan orang-orang kafir.

Abdulloh bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: "Seorang mukmin


melihat dosanya bagaikan gunung yang akan menimpanya, sedang
orang munafiq melihat dosanya bagaikan lalat yang hinggap diujung
hidungnya, maka diusirlah ia dengan tangannya.

Nabi shollallohu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Demi Alloh yang jiwaku
ada di tangan-Nya, andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Alloh akan
mematikan kamu, dan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa lalu
istighfar [minta ampun] dan diampunkan bagi mereka itu."

Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Andaikan perbuatan dosa itu


tidak lebih baik bagi seorang mukmin dari pada ujub [mau diagung-
agungkan karena amal kebaikannya], maka Alloh tidak akan membiarkan
seorang mukmin berbuat dosa untuk selamanya."

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 93


Sebab ujub itu menjauhkan seorang hamba dari Alloh, sedang dosa itu
menarik hamba mendekat kepada Alloh. Dan ujub, merasa besar diri,
sedang dosa merasa kecil dan rendah diri di sisi Alloh.

‫لاصغيرة اذاقابلك عدله ولاكبيرة اذاواجهك فضله‬

60. "Tidak ada dosa kecil jika Alloh menghadapi engkau dengan keadilan-
Nya, dan tidak berarti dosa besar jika Alloh menghadapimu dengan
karunia-Nya."

Syarah

Yang dinamakan Adil yaitu: pelaksanaan hukum Alloh didalam kerajan-


Nya yang tidak ada yang menentangnya. Apabila sifat adilnya Alloh itu
dilaksanakan pada orang yang di benci Alloh, maka batal semua
kebaikannya, dan dosa kecilnya akan menjadi dosa besar.

Yang dinamakan Fadhol yaitu: pemberian Alloh kepada hambanya yang


tidak ada balasannya. Apabila sifat Fadholnya Alloh diberikan pada
hambanya yang dicintai-Nya, dosa dan kesalahan yang besar akan di
anggap kecil oleh Alloh.

Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada dosa besar jika
disertai dengan istighfar [minta ampun], dan tidak dapat dianggap dosa
kecil jika dikerjakan terus menerus."

Yahya bin Muadz rodhiyallohu 'anhu dalam berdoa ia berkata: "Tuhanku,


jika Engkau kasihan kepadaku, Engkau ampunkanlah semua dosaku,
tetapi jika Engkau murka kepadaku, tidaklah Engkau terima amal
kebaikanku.''

Syeih as-Syadzili ra. berkata dalam do’anya: Ya robbi,semoga amal


jelekku engkau jadikan seperti amal jeleknya orang yang engkau cintai,
dan amal kebaikanku jangan engkau jadikan seperti kebaikannya orang
yang engkau benci.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 94


Al-Hikam Pasal 61

“Amal Yang Bernilai Disisi Alloh”

ُ‫جو ُده‬ َ ْ َ ُّ َ َ ُ َ ُ ُ ُ ُ َ َ ُ ْ َ
ُ ‫ك ُو‬ ُ ٰ َْ َ َ َ
‫عمل يغيب عنك شهوده ويحتقر عن‬ ٍ ‫ول من‬
ِ ‫لا عمل ارجى ِللقب‬
61.''Tidak ada amal kebaikan yang dapat diharapkan diterima oleh Alloh,
melebihi dari amal yang terlupa olehmu adanya dan kecil dalam
pandanganmu kejadiannya."

Syarah

Amal kebaikan yang pasti diterima oleh Alloh, yaitu jika merasa bahwa
amal itu semata-mata terjadi karena taufik dan hidayah dari Alloh,
kemudian ia tidak membanggakan diri dengan amal itu, dan tidak merasa
seakan-akan sudah cukup baik dengan adanya amal itu. Karena amal itu
telah ditujukan kepada keridhoan Alloh, maka tidak usah diingat-ingat lagi.
Sebab barangsiapa yang merasa sudah beramal, sesungguhnya jarang
sekali yang tidak merasa ujub/arogan dengan amalnya itu. Dan itu suatu
bahaya bagi amal itu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 95


Al-Hikam Pasal 62 - 64

“Warid”

ً َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ َ َّ
‫عليه وا ِردا‬
ِ ‫ِانما اورد عليك الو ِار ِد ِلتكون ِب ِه‬

62. "Sesungguhnya Tuhan memberikan kepadamu warid [yaitu ilmu


pengertian atau perasaan dalam hati, sehingga mengenal dan merasa
benar-benar akan kebesaran karunia Alloh], hanya semata-mata supaya
engkau mendekat dan masuk kehadirat Alloh."

Syarah

WARID itu kadang diartikan dengan pemberian Alloh pada hambanya


berupa ilmu ladunni dan pemahaman tentang ketuhanan-Alloh, yang
menjadikan terang hatinya. Kadang diartikan bertajallinya Alloh pada hati
hamba, meskipun si hamba tidak bisa merasakan karena terlalu tebalnya
sifat kemanusiaannya. dan juga bisa disamakan dengan Ahwal. Jadi
warid dengan Hal itu sama artinya. Seperti yang dimaksudkan muallif:

َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َ ْ َ
ِّ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ
‫اورد عليك الو ِارد ِليتسلمك ِمن ي ِد الاغيا ِر ولِ يح ِررك ِمن رق الاثا ِر‬

63. "Alloh memberikan warid itu semata-mata untuk menyelamatkan


engkau dari cengkeraman benda-benda, dan membebaskan dari
perbudakan segala sesuatu selain Alloh subhanahu wata'ala."

Syarah

Aghyar dan atsar yaitu: kepentingan duniawi dan kesenangan hawa


nafsu.keduanya bagaikan orang yang ghosob(mengambil) dirimu karena
kamu senang dan bergantung pada keduanya. lalu Alloh mendatangkan
warid kepadamu untuk menyelamatkan kamu dari tangan orang yang
ghosob dan membebaskan kamu dari orang yang memperbudak
kamu(aghyar dan atsar). sehingga makhluk tidak punya bagian dan
persekutuan dalam dirimu. sehingga kamu pantas menghadap kehadirat
Ilahi.

َ ُ ُ َ َ ٰ َ ُ ُ ْ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ َ َ
‫ودك‬
ِ ‫ودك ِالى فضا ِء شه‬
ِ ‫اورد عليك الو ِارد ِليخ ِرجك ِمن ِسج ِن وج‬

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 96


64. "Alloh memberikan kepadamu warid [karunia-Nya] supaya engkau
keluar/terlepas dari kurungan bentuk kejadian dan sifat-sifatmu, ke alam
luar yang berupa ma'rifat, mengenal kebesaran kekuasaan dan karunia
Tuhanmu."

Syarah

Dalam tiga pelajaran berkenaan dengan warid [karunia Tuhan] yang


pertama diberikan kepadamu, supaya engkau ringan melakukan taat
beribadah dan mendekat kehadirat Alloh Azza wa Jalla, tetapi
kemungkinan kurang ikhlas, maka diturunkan warid yang kedua untuk
melepaskan dari tujuan kepada sesuatu selain Alloh, sedang warid yang
ketiga untuk melepaskan dirimu dari sifat-sifat dan wujud yang sempit
kepada alam yang luas, melihat kebesaran Tuhan yang tidak terbatas
sehingga lupa kepada diri dan hanya ingat kepada Alloh semata-mata.

Syeih Abul-qosim an-Nashrobady berkata: penjaramu yaitu dirimu sendiri


(hawa nafsumu), kalau kamu bisa keluar dari dirimu, maka kamu akan
enak selamanya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 97


Al-Hikam Pasal 65 - 67

“Nur, Bashiroh Dan Hati”

َ
َ ُ ُ َ َ َُ َْ
‫الانوار مطايا القلو ِب والاسر ِار‬

65. "Nur [cahaya] iman dan nur keyakinan itu sebagai kendaraan yang
mengantarkan hati manusia dan asror (rahasia) ke hadirat Alloh."

Syarah

Nur Ilahyyah yang diberikan Alloh kepada hambanya itu biasanya hasil
sebab dzikir dan latihan-latihan. Nur itu yang menjadi kendaraan hati
dan sir yang menyampaikan pada tujuannya yaitu masuk dan taqorrub
kehadirat Alloh swt. Nur ini juga disebut Nur warid.

ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َّ ُ ُ َ َ ُّ َّ َ َ َ ُ ُ ُ
‫ن‬
ٍ ‫الل أ‬
ٍ ‫اد‬
ٍ ‫ ف ِاٍذاٍ أر‬، ‫س‬ٍ ‫ند النف‬ٍ ‫ن الظلم ٍة ج‬ ٍ ‫ما أ‬ٍ ‫ ك‬،‫ند القـلوب‬ ٍ ‫الن ُو ٍُر ج‬
َ َ ُ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َْ ُ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ
ُ ‫بج‬
‫ار‬
ٍِ ‫لم والاغي‬ ٍِ ‫نو ٍِد الانوا ٍِر وقط ٍع عن ٍه عد ٍد الظ‬ ِ ‫ أمد ٍه‬،ٍ ‫ينصرعبده‬
66. "Nur [cahaya] tauhid itu sebagai pasukan [tentara] yang membantu
hati, sebagaimana gelapnya syirik itu sebagai pasukan [tentara] yang
membantu hawa nafsu. Maka apabila Alloh menolong hamba-Nya, maka
dibantunya dengan pasukan [tentara] nur Ilahi dan dihentikan bantuan
kegelapan dan kepalsuan."

Syarah

Nur [cahaya] terang yang berupa tauhid, iman dan keyakinan itu sebagai
pasukan [tentara] pembela dan pembantu hati, sebaliknya kegelapan
syirik dan keraguan itu sebagai pasukan [tentara] pembantu hawa nafsu.
Sesungguhnya Nurut-tauhid dan gelapnya syirik keduanya akan selalu
berperang, Apabila Alloh menolong hambanya maka Alloh akan
melenyapkan kegelapan syirik dan mengganti dengan nur tauhid.seperti
contoh,ketika hatimu ingin mengerjakan kebaikan sedangkan nafsumu
mengajak pada perkara sebaliknya, maka keduanya akan berperang
untuk saling mengalahkan. ketika seperti itu bagi hamba tidak ada jalan

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 98


lain kecuali meminta pertolongan dan berserah diri kepada Alloh. Dan
disinilah terlihat jelas pengertian:

"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka tidak ada yang
dapat menyesatkannya."

"Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Alloh, maka tidak ada yang
dapat menunjukinya."

"Barangsiapa yang diberi petunjuk [hidayat] oleh Alloh, maka ialah


yang mendapat petunjuk [hidayat], dan barangsiapa yang
disesatkan oleh Alloh, maka tidak akan engkau mendapatkan
pelindung atau pemimpin untuknya."

َ
ُ‫والا ْدبار‬ َُ ُ ُ َ ُ ُ َ َ ُ ُ ُ ُّ
‫الاقبال‬
ِ ‫النور له الكشف والب ِصيرة ُله الحكم والقـلب له‬

67. "Nur yang diberikan Alloh didalam hati itu bisa membuka arti sesuatu
yang samar/rahasia. dan Bashiroh [mata hati] bisa menentukan hukum
sesuatu sesuai apa yang dilihatnya, sedangkan hati yang melaksanakan
atau meninggalkan sesuatu sesuai apa yang telah dilihat oleh bashiroh”

Syarah

Nur Ilahi itu bisa membuka perkara yang samar dan rahasia seperti
baiknya taat dan hinanya maksiat, rahasianya qodar dan lain-lain. dan
bashiroh itu juga mempunyai hukum yakni bisa melihat seperti hal
tersebut. lalu kedua kasyaf itu terkadang kurang sempurna, sehingga
hamba yang dikaruniai kasyaf tersebut tidak boleh mengerjakan dan
menceritakan hal-hal tersebut sebelum meminta fatwa pada hatinya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 99


Al-Hikam Pasal 68 - 69

“Ingatlah, Ketaatan Itu Anugerah Dari Alloh”

َ ََّ َ
َ‫ها َب َر َز ْت من‬ َْ َ َ ْ َ َ َ َ ََّ ُ َ َّ َ ُ ْ ُ َ
ِ ‫ وافرح ِبها لان‬،‫ لانها برزت منك‬،‫لا تـفـ ِر حك الطاعة‬
َ ُ َ َّ ٌ َ ُ ُ َ َْ َ َ ٰ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ
‫ضل اّٰللِ و ِبرحم ِت ِه فبذ لك فليفرحوا هو خير ِِما يجمعون‬ ِ ‫ قـل ِبف‬.‫اّٰللِ ِليك‬
68. "Jangan merasa gembira atas perbuatan taat, karena engkau merasa
telah dapat melaksanakannya, tetapi bergembiralah atas perbuatan taat
itu, karena ia sebagai karunia, taufik dan hidayat dari Alloh subhanahu
wata'ala kepadamu, 'Katakanlah, Dengan merasa mendapatkan karunia
dan rahmat Alloh, maka dengan itu hendaknya mereka bergembira. Itulah
yang lebih baik dari apa yang dapat mereka kumpulkan'. [QS. Yunus 58]."

Syarah

Gembira atas perbuatan taat itu jika karena merasa mendapat


kehormatan karunia dan rahmat Alloh sehingga dapat melakukan taat,
maka itu lebih baik. Sebaliknya jika gembira karena merasa diri sudah
kuat dan sanggup melaksanakan taat, maka ini menimbulkan ujub,
sombong dan kebanggaan, padahal yang demikian itulah yang akan
membinasakan amal taat. Alloh 'Azza wa Jalla telah memperingatkan
hambanya yang sombong dan ujub [mengagungkan diri] dengan
firmannya dalam hadits Qudsi, Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam
bersabda: "Alloh 'Azza wa Jalla berfirman, 'Kesombongan adalah
selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Barangsiapa yang
mengambil salah satu dari kedua hal tersebut dari-Ku, maka Aku
akan melemparkannya ke dalam neraka'."

ْ ُ َ ْ َ
ْ.‫أحوالهم‬ ‫ود‬ ُ
‫ه‬ ‫ش‬ ‫و‬ ، ْ
‫م‬ ‫ماله‬ ‫أع‬ ‫ة‬ َ
‫ي‬ ْ
‫وء‬ ‫ر‬ُ ‫ن‬ْ ‫م‬
َ
‫لين‬ ‫ص‬ ‫والوا‬ ،
ُ َ
‫له‬ ‫اءـرين‬ َّ ‫ق َط َع‬
‫الس‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ َ َّ َ َ َ َ ْ ِّ َّ َ َ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ُ ِّ َّ
‫ أم الوا ِصلون‬.‫الصدق مع اّٰللِ ِفيها‬ ِ ‫أماالساءـرون ف ِلاَُ َنهم لم يتحقــقوا‬
َ ْ َ ُ ُ ْ ُ ْ ُ َّ َ
‫ود ِه عنها‬
ِ ‫ف ِلاَُ َنهم غيبهم ِبشه‬

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 100


69. "Alloh telah memutuskan orang-orang yang berjalan menuju kepada-
Nya, dan yang telah sampai kepada-Nya, dari pada melihat/mengagumi
amal [ibadah] dan keadaan diri mereka. Adapun orang yang masih
sedang berjalan, karena mereka dalam amal perbuatan ibadah itu belum
dapat melaksanakan dengan ikhlas menurut apa yang diperintahkan.
Adapun orang-orang yang telah sampai, maka karena mereka telah sibuk
melihat kepada Alloh, sehingga lupa pada amal perbuatan sendiri."

Syarah

Sehingga apabila ada amal perbuatan diri sendiri, maka itu hanya karunia,
taufik dan rahmat Alloh subhanahu wata'ala semata-mata. Tanda bahwa
Alloh telah memberi taufik dan hidayah pada seorang hamba, apabila
disibukkan hamba itu dengan amal perbuatan taat, tetapi diputuskan dari
pada ujub dan arogan dengan amal perbuatan itu, karena merasa belum
tepat mengerjakannya, atau karena merasa bahwa perbuatan itu semata-
mata karunia Alloh, sedang ia sendiri merasa tiada berdaya untuk
melaksanakan andaikan tiada karunia dan rahmat Alloh Ta'ala.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 101


Al-Hikam Pasal 70 - 72

“Tamak Akan Melahirkan Kehinaan”

َ َ ْ َّ ِّ َ َ ْ َ ْ َ َ َ
‫ما سبقت اغصان ذ ُِل ِِالا على ِبذ ِر طم ٍع‬

70. "Tidak akan berkembang biak berbagai cabang kehinaan itu, kecuali
di atas bibit tamak [kerakusan]."

Syarah

Sifat tamak bagian dari besarnya aib yang mencela sifat kehambaan,

Sifat tamak [rakus] itu adalah bibit dari segala macam kehinaan dan
kerendahan.

Sifat tamak [rakus] itu adalah sumberdari segala penyakit hati,karena


tamak itu hanya bergantung pada manusia,minta tolong pada manusia,
bersandar pada manusia, mengabdi pada manusia, yang demikian itu
temasuk kehinaan, sebab ragu-ragu dengan taqdirnya Alloh.

Abu Bakar al-Warroq al-Hakim berkata: "Andaikata sifat tamak itu dapat
ditanya, 'Siapakah ayahmu?' Pasti jawabnya, 'Ragu terhadap takdir Alloh'.
Dan bila ditanya, 'Apakah pekerjaanmu?' Jawabnya, 'Merendahkan diri'.
Dan bila ditanya, 'Apakah tujuanmu?' Jawabnya, 'Tidak dapat apa-apa."

Suatu hikayat mengatakan: "Ketika Ali bin Abi Tholib Karomalloh wajhah,
baru masuk ke masjid Jami' di Basrah, didapatinya banyak orang yang
memberi ceramah didalamnya. Maka ia menguji mereka dengan
beberapa pertanyaan dan yang ternyata tidak dapat menjawab dengan
tepat, maka mereka di usir dan tidak diizinkan memberi ceramah di masjid
itu, dan ketika sampai ke majelis Hasan al-Basri, ia bertanya, 'Wahai para
pemuda! Aku akan bertanya kepadamu sesuatu hal, jika engkau dapat
menjawab, aku izinkan engkau terus mengajar di sini, tetapi jika engkau
tidak dapat menjawab, aku usir engkau sebagaimana teman-temanmu
yang lain, telah aku usir itu'.

Jawab Hasan al-Basri, 'Tanyakan sekehendakmu'.

Sayyidina Ali bertanya, 'Apakah yang mengokohkan agama?'

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 102


Jawab Hasan, 'Waro' [menjaga diri sendiri untuk menjauhi segala yang
bersifat syubhat dan haram].

Lalu Sayyidina Ali bertanya lagi, 'Apakah yang dapat merusak agama?'

Jawab Hasan, 'Tamak [rakus]'.

Imam Ali berkata kepadanya, 'Engkau boleh tetap mengajar di sini, orang
seperti engkaulah yang dapat memberi ceramah kepada publik'."

Seorang guru berkata: "Dahulu ketika dalam permulaan bidayahku di


Iskandariyah, pada suatu hari ketika aku akan membeli suatu keperluan
dari seorang yang mengenal aku, timbul dalam perasaan hatiku; mungkin
ia tidak akan menerima uangku ini, tiba-tiba terdengar suara yang
berbunyi, 'Keselamatan dalam agama hanya dalam memutuskan harapan
dari sesama makhluk'." Waro' dalam agama itu menunjukkan adanya
keyakinan dan sempurnanya bersandar diri kepada Alloh. Waro' yaitu jika
sudah merasa tiada hubungan antara dia dengan makhluk, baik dalam
pemberian, penerimaan atau penolakan, dan semua itu hanya terlihat
langsung dari Alloh Ta'ala.

Sahl bin Abdullah berkata: "Di dalam iman tidak ada pandangan sebab
perantara, karena itu hanya dalam Islam sebelum mencapai iman."

Semua hamba pasti akan makan rezeki-Nya, hanya berbeda-beda, ada


yang makan dengan kehinaan, yaitu peminta-minta. Ada yang makan
rezeki-Nya dengan bekerja keras, yaitu para buruh, ada yang makan
rezeki-Nya dengan cara menunggu, yaitu para pedagang yang menunggu
sampai adanya membeli barang-barangnya. Adapun yang makan rezeki-
Nya dengan rasa mulia, yaitu orang sufi yang merasa tidak ada perantara
dengan Tuhan.

ْ َ ٌ َ ََ َ
‫ما قادك شىء مثـل الوه ِم‬

71. "Tiada sesuatu yang dapat menuntun/memimpin engkau (pada


kehinaan)seperti angan-angan [bayangan yang kosong]."

Syarah

Wahm: Ialah tiap-tiap angan-angan terhadap sesuatu selain dari Alloh,


yang berarti angan-angan yang tidak mungkin terjadi. Dan biasanya nafsu
itu lebih tunduk pada wahm/ angan-angan, dari pada pada akalnya.
Sebagai contoh: manusia itu biasanya lari apabila melihat ular, karena dia

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 103


berangan-angan ular itu akan menggigit dirinya. Apabila dia(nafsunya)
tunduk pada akalnya, tentu dia tidak lari. Karena apa-apa yang sudah
ditentukan Alloh pasti wujud, dan sebaliknya.

Ingatlah tidak ada orang yang bisa selamat dari sifat tamak,kecuali orang
yang khusus yaitu orang-orang yang ahli Qona’ah dan berserah diri pada
Alloh, yang hatinya sama sekali tidak bergantung pada
makhluk(manusia).

َ ُ َ َ َ
ُ‫طامع‬ ْ َ َ ٌ ُ ْ َ َ َ َّ ُّ ُ َ ْ
‫أنت حر ِِما انت عنه ِأيس وعبد ٌ لما انت له‬

72. "Engkau bebas merdeka dari segala sesuatu yang tidak engkau
butuhkan, dan engkau tetap menjadi hamba kepada apa yang engkau
inginkan."

Syarah

Hikmah ini menunjukkan hinanya tamak, dan baiknya Qona’ah.

Andaikan tidak ada keinginan-keinginan yang palsu dan sifat tamak, pasti
orang akan bebas merdeka tidak akan diperbudak oleh sesuatu yang
tidak berharga.

‫حرماقنع ٭ وال ُّحرعبد ٌماطمع‬


ِّ ‫العبد‬

Budak itu merdeka/bebas selagi dia menerima pembagian dari


Alloh(Qona’ah) *orang merdeka itu menjadi budak selagi dia tamak.

Qona’ah yaitu: tenangnya hati karena tidak adanya sesuatu yang sudah
biasa ada. Dan qona’ah itu awal dari pada sifat zuhud.

Suatu hikayat:

Burung elang [rajawali] yang terbang tinggi di angkasa raya, sulit orang
akan dapat menangkapnya, tetapi ia melihat sepotong daging yang
tergantung pada perangkap, maka ia turun dari angkasa oleh karena sifat
tamaknya [rakusnya], maka terjebaklah ia dari perangkap itu sehingga ia
menjadi permainan anak-anak kecil.

Fateh al-Maushily ketika ditanya tentang ibarat orang yang menurutkan


nafsu syahwat dan sifat tamaknya [rakusnya], sedang tidak jauh dari

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 104


tempat itu ada dua anak sedang makan roti, yang satu hanya makan roti,
sedang yang kedua makan roti dengan keju, lalu yang makan roti ingin
yang keju, maka ia berkata kepada temannya:

“Berilah kepadaku keju.” Jawab temannya: “Jika engkau suka jadi


anjingku, aku beri keju”.

Jawab anak yang meminta: ‘Baiklah’.

Maka diikatlah lehernya dengan tali sebagai anjing dan dituntun.

Berkata Fateh kepada orang yang bertanya: “Andaikata anak itu tidak
tamak [rakus] pada keju, niscaya ia tidak menjadi anjing”.

suatu kejadian, ada seorang murid didatangi oleh gurunya, maka ia ingin
menjamu gurunya, maka ia keluarkan roti tanpa lauk pauk, dan tergerak
dalam hati si murid sekiranya ada lauk pauknya tentu lebih sempurna.
Dan setelah selesai sang guru makan apa yang dihidangkan itu, berdirilah
sang guru dan mengajak si murid keluar tiba-tiba ia dibawa ke penjara
untuk ditunjukkan berbagai macam orang yang dihukum, baik yang
dirajam atau dipotong tangannya dan lain-lain, lalu berkatalah sang guru
kepada muridnya:

Semua orang-orang yang engkau lihat itu, yaitu orang yang tidak sabar
makan roti saja tanpa lauk pauk.

Ada seorang yang baru dikeluarkan dari penjara, yang masih terikat
kakinya dengan rantai ia meminta-minta sepotong roti kepada seseorang,
maka berkatalah orang tempatnya meminta:Andaikata sejak dulu engkau
mau menerima sepotong roti, maka tidak akan terikat kakimu itu.

Dalam hikayat lain dikisahkan:Ada seseorang melihat seorang hakim


sedang makan buah yang jatuh ke sungai, maka orang itu berkata, 'Wahai
bapak hakim, sekiranya engkau mau bekerja pada Baginda Raja tentu
engkau tidak sampai makan buah yang jatuh ke dalam sungai.

Lalu dijawab oleh sang hakim:Andaikan engkau suka menerima makanan


ini, tidak perlu menjadi budaknya Raja.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 105


Al-Hikam Pasal 73 - 74

“Nikmat dan musibah adalah jalan menuju Alloh”

َ َ ْ َ ِّ ُ َ ْ َ َ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ
‫متحا ِن‬
ِ ‫الا‬
ِ ‫الاحسا ِن قـ ِيد الي ِه ِبسلا ِس ِل‬
ِ ‫قبل على اّٰللِ ِبملا طفا ِت‬
ِ ‫من ل م ي‬
73. "Barangsiapa yang tidak suka menghadap kepada Alloh dengan
halusnya pemberian karunia Alloh, maka akan diseret supaya ingat
kepada Alloh dengan rantai ujian [musibah]."

Syarah

Ada dua perkara yang menjadikan seorang hamba itu bisa Taat dan
menghadap kepada Alloh, yaitu : 1. Datangnya nikmat dari Alloh pada
dirinya, sehingga dia mau bersyukur dan menghadap taat kepada Alloh.
2. Datangnya macam-macam musibah dan bencana pada dirinya atau
hartanya, lalu ia bisa sadar dan kembali kepada Alloh. Terkadang
musibah itujuga bisa menjadi sebab ia meninggalkan bergantung pada
dunia dan hanya bergantung pada Alloh. Karena yang diinginkan Alloh
pada hambanya yaitu kembalinya hamba kepada Alloh dengan cara
menurut (ridho) atau dipaksa.

Barangsiapa yang tidak suka sadar dan dzikir [ingat] kepada Allah ketika
sehat dan murah rezeki, maka akan dipaksa supaya dzikir [ingat] kepada
Allah dengan tibanya musibah [bencana]. Maka dalam kedua hal itu Allah
berkenan akan menuangkan nikmat karunia yang sebesar-besarnya
kepada hamba-Nya.

َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ِّ ُ َ َ ْ َ
َ َّ
‫النع ِم فقد تـعرض ِلزو ِالها ومن شكرها فقد قـيد ِب ِعقالها‬ ْ
ِ ‫من لم يشك ِر‬

74. "Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan, maka berarti


berusaha untuk menghilangkan nikmat itu, dan barang siapa mensyukuri
nikmat berarti telah mengikat nikmat itu dengan ikatan yang kuat."

Syarah

Mensyukuri nikmat itu berarti menetapkan dan menambah nikmat


itu,Firman Allah:"Lain syakartum la-adziydan-nakum" [Kalau kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat bagimu].

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 106


Bersyukur itu ada kalanya dengan Hati, yaitu sadar kalau kenikmatan itu
semua datang dari Alloh,Firman Allah:

"Wamaa-bikum min-ni'matin faminallohi" [Tiada terjadi suatu nikmat


bagimu, maka itu dari Allah].

Ada kalanya dengan lisan, yaitu dengan menceritakan nikmat itu pada
orang lain. Firman Allah:

"Wa-ammaa bini'mati Robbika fahad-dits" [Adapun terhadap nikmat


pemberian Tuhanmu, maka pergunakanlah/ceritakan dan sebarkan].

Dan ada kalanya dengan anggauta badan, yaitu dengan taat kepada Alloh
sehingga jangan sampai anggauta tubuh digunakan untuk melakukan
perkara yang tidak diridhoi Alloh.

An-nu'maan bin Basyir radhiyallahu 'anhu berkata, Nabi shallallahu 'alaihi


wasallam bersabda:

"Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat yang sedikit, maka tidak akan
dapat mensyukuri nikmat yang banyak, dan barangsiapa yang tidak
berterima kasih kepada sesama manusia berarti tidak dapat bersyukur
[berterima kasih] kepada Allah."

Syukur, Ialah merasa dalam hati, dan menyebut dengan lidah, dan
mengerjakan dengan anggota badan.

Junaid al-Baghdadi berkata: "Ketika aku berusia tujuh tahun dan hadir
dalam majelis As-Sariyussaqathi, tiba-tiba aku ditanya:

Apakah arti syukur? : “Jawabku: Syukur ialah tidak menggunakan suatu


nikmat yang diberiakan Allah untuk berbuat maksiat.

As-sary berkata: “Aku khawatir kalau bagianmu dari karunia Allah hanya
dalam lidahmu belaka.

Al-Junaid berkata:Maka karena kalimat yang dikeluarkan oleh Assary itu


aku selalu menangis, khawatir kalau benar apa yang dikatakan oleh
Assary itu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 107


Al-Hikam Pasal 75 - 76

“Karunia Apa Istidroj ?

َ ٰ َ ْ َ ُ َ َ َ ََ َ َ َ َْ َ ْ ُ ُ ْ ْ َ
‫وام ِاساء ِتك معه ان يكون ذ ِلك‬
ِ ‫د‬ ‫و‬ ‫ك‬ ‫ي‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ه‬
ِ ِِ‫ن‬ ‫سا‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫ود‬
ِ ِ ‫ج‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫ف‬ ‫خـ‬
َ ُ ََْ ُ ْ َ ْ ْ ُ ُ ْ َ َْ َ َ ً َ ْ ْ
‫ سنستد ِرجهم ِمن حيس لايعلمون‬،‫ِاس ِتدراجالك‬

75. "Hendaknya engkau merasa takut jika engkau selalu mendapat


karunia Allah, sedangkan engkau masih tetap dalam perbuatan maksiat
kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah.
Sebagaimana firman Allah: "Sanas-tadri-juhum min-haytsu laa
ya'lamuna" [Akan Aku putar(binasakan pelan-pelan) mereka itu dengan
jalan yan mereka tidak mengetahui]."

Syarah

Hikmah ini menjadi jawaban soal dari hikmah sebelumnya, yakni: kita tahu
banyak yang tidak mensyukuri nikmat,tetapi nikmatnya tidak hilang
bahkan bertambah; maka Mushonnif menjawab dengan hikmah ini. Yaitu:
itu semua istidroj dari Alloh,

Istidraj, ialah mengulur, memberi terus menerus supaya bertambah lupa


kemudian dibinasakan, juga berarti memperdaya.

Firman Allah subhanahu wata'ala:

"Maka ketika mereka telah melupakan apa yang telah diperingatkan


kepada mereka. Kami bukakan bagi mereka pintu bagi tiap-tiap
sesuatu, hingga apabila mereka senang dengan apa yang diberikan
kepada mereka, tiba-tiba Kami datangkan siksa atas mereka, maka
mereka berputus asa." [QS. Al-An'am 44].

Demikianlah sebuah ibarat istidraj, Tiap-tiap seseorang berbuat dosa


ditambah dengan nikmat, dan dilupakan untuk meminta ampun [istighfar]
atas kesalahannya itu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 108


Sebagian dari istidroj lagi yaitu dawuh Mushonnif berikut:

َ َ َْ ُُ َ َ ُ ْ َ َ ْ ُ ُ ُ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ُ ْ ‫م ْن َج‬
‫ لوكان‬،‫ فتوء ِخر العقـوبة ُ عنه فيقول‬،‫نسىء الاَُدب‬ ِ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫يد‬ ‫ر‬ ِ ‫الم‬ ‫ل‬ِ ‫ه‬ ِ
ُ
ْ‫عنه من‬ ُ َ َ ُ ُ َ َ َ َ ََ َ ْ ُ َ ٰ
‫ فقد يقطع المدد‬،‫الابعاد‬ َ
ِ ِ ‫الامداد واوجب‬ ِ ‫هذا سوء اد ٍب لقطع‬
َْ َ َ ُ ُْ ََ َُ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َْ َ ُ
‫يد وقد يقام مقام البع ِد وهو لايد ِري‬ِ ‫حيث لا يشعر ولولم يكن الا منع الم ِز‬ ُ
ُ ْ ُ َ َ َ َ ِّ َ ُ ْ َ َّ ْ ُ َ ْ َ َ
‫ولولم يكن الا انيخ ِليك ومات ِريد‬

76. “Setengah dari tanda kebodohan murid, jika ia berbuat salah dalam
beradab kepada Alloh lalu ditangguhkan hukumannya, lalu ia berkata,
‘Andaikata termasuk dosa tentu sudah diputuskan bantuan [karunia] dan
sudah dijauhkan. Ingatlah! Adakalanya telah diputuskan bantuan
[karunia] dengan jalan yang Ia tidak rasakan, meskipun hanya berupa
tidak ada tambahan baru, dan adakalanya pula Ia telah dijauhkan padahal
ia tidak mengetahui, meskipun hanya berupa membiarkan engkau
menurutkan hawa nafsumu.”

Syarah

Putusnya bantuan dari Alloh adalah awal dari hijab. Jadi apabila murid
sudah mulai terhijab sehingga ibadahnya tidak bisa khudhur kepada
Alloh, itu menjadi sebab gugurnya murid dari perhatian Alloh. dan akan
datang hijab dalam hatinya.

Syeikh Abul-Qasim al-Junaid rodhiyallohu ‘anhu berkata: “Ketika aku


sedang menunggu jenazah bersama orang-orang banyak yang akan
dishalatkan di masjid As-Syuniziyah, tiba-tiba ada seorang pengemis
miskin meminta-minta, maka dalam hatiku berkata, ‘Andaikan orang itu
bekerja sedikit-sedikit supaya tidak meminta-minta, tentu akan lebih baik
baginya’. Dan ketika pada malam harinya, aku akan mengerjakan wirid
yang biasa aku kerjakan pada tiap malam, terasa sangat berat dan tidak
dapat berbuat apa-apa, sambil duduk akhirnya tertidurlah mataku. Tiba-
tiba aku bermimpi, orang-orang datang membawa orang miskin itu di atas
talam [baki], dan orang-orang itu berkata kepadaku, ‘Makanlah daging
orang ini sebab engkau telah meng-ghibah padanya’. Maka langsung aku
terbangun dan sadar, dan aku tidak merasa ghibah padanya, hanya
tergerak dalam hati, tetapi aku diperintahkan meminta halal kepada orang
itu, maka tiap hari aku berusaha mencari orang itu, akhirnya bertemu di

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 109


tepian sungai sedang mengambil daun-daunan yang rontok untuk
dimakan dan ketika aku memberi salam kepadanya, langsung ia berkata,
‘Apakah kamu akan mengulangi lagi wahai Abul-Qasim?’ Jawabku,
‘Tidak’. Maka ia berkata, ‘Semoga Allah mengampuni kami dan kamu’.”

Tanda-tanda seseorang mendapat taufik itu ada tiga:

1. Mudah mengerjakan amal kebaikan, padahal ia tidak berniat dan


bukan tujuannya.
2. Berusaha untuk berbuat maksiat, tetapi selalu terhindar dari
padanya.
3. Selalu terbuka baginya kebutuhan dan hajat kepada Alloh ta’ala.

Sedangkan tanda-tanda seseorang yang dihinakan oleh Alloh juga ada


tiga:

1. Sulit melakukan ibadah dan taat, padahal ia sudah berusaha


sungguh-sungguh.
2. Mudah terjerumus ke dalam maksiat, padahal ia berusaha
menghindarkannya.
3. Tertutupnya pintu kebutuhan atau hajat kepada Alloh, sehingga
merasa tidak perlu berdo’a dalam segala hal.

Rosulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

“ Tuhan telah mendidik aku sebaik-baik didikan dan menyuruhku


melakukan akhlak yang sebaik-baiknya.”

Dalam satu ayat:

Ambillah hati mereka dengan suka memaafkan, dan anjurkan perbuatan-


perbuatan yang baik dan mudah, abaikanlah orang-orang yang masih
bodoh, [jangan dituntut] mereka yang masih bodoh itu.

Seorang sufi kehilangan anak, hingga tiga hari tidak mendapat beritanya,
maka ada orang yang berkata kepadanya, 'Mengapa engkau tidak minta
kepada Alloh, supaya mengembalikan anak itu kepadamu?' Jawab sang
sufi, 'Tantanganku terhadap putusan Alloh itu akan lebih berat bagiku dari
pada hilangnya anak'.

Syeikh Abu Sulaiman ad-Darony rodhiyallohu 'anhu berkata: "Alloh telah


mewahyukan kepada Nabi Dawud 'alaihissalam, 'Sesungguhnya Aku
menjadikan syahwat hanya untuk orang-orang yang lemah dari para
hamba-Ku, karena itu waspadalah jangan sampai hatimu tertawan oleh

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 110


syahwat itu, sebab seringan-ringan siksa untuknya ialah Aku cabut
manisnya rasa cinta kepada-Ku dari dalam hatinya".

Dan dalam bagian lain Alloh berfirman kepada Nabi Dawud 'alaihissalam,
"Wahai Dawud! Berpeganglah pada ajaran-Ku, dan tahanlah nafsumu
untuk ketenangan dirimu, jangan sampai engkau tertipu dari padanya,
niscaya engkau terhijab dari cinta-Ku, putuskan syahwatmu untuk Aku,
sebab Aku hanya memberikan syahwat itu untuk hamba-Ku yang lemah,
untuk apakah orang-orang yang kuat akan memuaskan syahwat. Padahal
ia akan mengurangi kelezatan bermunajat kepada-Ku, sebab Aku tidak
merelakan dunia ini untuk kekasih-Ku, bahkan Aku bersihkan ia dari
padanya.

Wahai Dawud! Jangan engkau mengadakan antara-Ku dengan engkau


suatu alam yang dapat menghijab engkau karena mabuk pada alam itu
dari pada cinta kepada-Ku, mereka hanya perampok di tengah jalan
terhadap hamba-Ku yang baru berjalan. Usahakan lah untuk
meninggalkan syahwat dengan banyak puasa.

Wahai Dawud! Cintailah Aku dengan memusuhi hawa nafsumu, dan


tahanlah dari syahwatnya, niscaya engkau melihat kepada-Ku, dan
engkau akan dapat melihat yang terbuka antara-Ku dengan engkau'."

Syeikh Ibrohim bin Adham rodhiyallohu 'anhu berkata: ''Seseorang tidak


akan mencapai derajat orang-orang sholeh, kalau tidak melalui enam
rintangan:

1. Menutup pintu kemuliaan, membuka pintu kehinaan.


2. Menutup pintu nikmat, membuka pintu kesulitan.
3. Menutup pintu istirahat, membuka pintu perjuangan.
4. Menutup pintu tidur, membuka pintu jaga.
5. Menutup pintu kekayaan, membuka pintu kemiskinan.
6. Menutup pintu harapan, membuka pintu siaga menghadapi maut.''

Syeikh Ibrahim al-Khawaash rodhiyallohu 'anhu berkata: ''Ketika aku


ditengah perjalanan tiba-tiba merasa lapar, sehingga sampai di kota
Array, maka aku berkata dalam hati, 'Di sini aku banyak sahabat, maka
jika aku bertemu tentu mereka akan menjamuku, maka ketika aku telah
masuk ke dalam kota, tiba-tiba aku melihat perbuatan-perbuatan mungkar
[maksiat], dan aku merasa berkewajiban mencegah kemungkaran. Tiba-
tiba aku ditangkap dan dipukuli oleh orang-orang'. Sehingga aku
bertanya-tanya dalam hati, 'Mengapa aku dipukuli oleh semua orang
padahal aku ini lapar'. Tiba-tiba diingatkan dalam hatiku, 'Engkau

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 111


mendapat hukuman itu karena engkau mengharap dijamu oleh sahabat-
sahabatmu'.''

Firman Alloh dalam salah satu wahyu-Nya [kepada Nabi Dawud


'alaihissalam]: ''Sesungguhnya seringan-ringan siksa-Ku terhadap orang
alim jika ia mengutamakan syahwatnya dari pada cinta-Ku, maka Aku
haramkan dari pada merasakan kelezatan bermunajat kepada-Ku.''

Sangat Penting bagi murid :

Al-Imam Qusyairy berkata: Siapa saja yang menjadi murid salah satu guru
sufi/thoriqoh, lalu menentang gurunya dengan hati, berarti dia sudah
merusak perjanjiannya menjadi murid, dan murid tersebut harus
bertaubat.

Apabila ada seorang salik yang bermaksud wushul, tapi tidak bisa wushul
itu disebabkan menentang pada gurunya, karena guru sufi/thriqoh(yang
sudah menetapi syarat) itu menjadi penunjuk jalan bagi para murid.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 112


Al-Hikam Pasal 77 - 79

“Jangan Meremehkan Wirid Sebab Belum Datangnya Warid”

ََ َ ُ َ َ َ ُ َ ََ َ َ َ ُ ُ ُ ُ َ ً ْ َ َ ْ َ َ
‫ود الاور ِد وادمه عليها مع طول الامساد‬ِ ‫ِاذا رأيت عبدا أقامه اّٰلل تعالى ِبوج‬
َ َ َْ َ َ َ َ
َ َ َ ََّ ُ َ ُ َ َ َ َّ َ ْ ْ َ َ َ
‫عليه ِسيما العا ِر ِفين ولا بهجة‬
ِ ‫فلا تـستح ِقرن مامنحه مولاه لانك لم تر‬
ٌ ْ َ َ ٌ َ َ َ َ ِّ ُ
‫الم ِح ِبين فلولا وا ِرد ماكان ِورد‬

77. "Jika engkau melihat seseorang yang ditetapkan oleh Alloh dalam
menjaga wiridnya, dan sampai lama tidak juga menerima karunia
[keistimewaan] dari Alloh(warid), maka jangan engkau rendahkan
[remehkan] pemberian Tuhan kepadanya, karena belum terlihat padanya
tanda orang arif, atau keindahan orang cinta pada Alloh, sebab sekiranya
tidak ada warid [karunia Alloh], maka tidak mungkin ada wirid."

Syarah

Wirid dan warid yang telah diterangkan pada Hikmah 64 disinggung lagi
dalam Hikmah 77 ini.

Wirid ialah macam-macamnya ibadah yang dikerjakan oleh hamba,


seperti sholat puasa, dzikir dan lainnya.

Jadi apabila kau merendahkan pemberian Alloh pada sebagian hamba


yang berupa wirid itu berarti kau kuran tatakerama pada hamba tersebut.

Hamba Allah yang mendapat keistimewaan dari Alloh ada dua macam:

-Muqorrobin.

- Abroor.

Adapun hamba yang muqorrobin yaitu mereka yang telah dibebaskan dari
kepentingan nafsunya, dan ia hanya sibuk menunaikan ibadah dan taat
kepada Tuhan, karena merasa sebagai hamba yang mengharapkan
keridhoan Alloh semata-mata, dan mereka yang disebut aarifin, muhibbin.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 113


Adapun orang Abroor, yaitu mereka yang masih merasa banyak
kepentingan dunia/nafsu keinginannya, dan mereka juga mengerjakan
ibadah kepada Alloh, mereka masih menginginkan masuk kesurga dan
selamat dari neraka.dan mereka yang dinamakan orang zahid aabid.

Dan masing-masing mendapat karunia sendiri-sendiri di dalam tingkat


derajatnya yang langsung dari Alloh Ta'ala.

Sebenarnya seseorang yang mendapat taufik dan hidayah dari Alloh,


sehingga dia istiqamah dalam menjalankan suatu wirid [taat ibadah],
berarti telah mendapat karunia dan rahmat yang besar sekali, sebab ia
telah diberi kunci oleh Alloh untuk membuka dan menghasilkan karunia
yang lain dan kebesaran Alloh.

َ ُ ٰ ُّ ُ ُ َّ َ َ ْ ُ َّ ْ ٌ َ ُ ُ َ َ ٌ
‫كلا ن ِمد هـءولا ِء‬، ‫دمت ِه وقوم ِاخـتصهم ِبمحب ِت ِه‬
ِ ‫لخ‬ ِ ِ ُّ ‫قوم اقامهم الحق‬
ً ُْ َ َ َ ِّ َ ُ َ َ َ ِّ َ َ َ ُ ٰ
‫وهـءولا ِء من عطا ِء ر ِبك وماكان عطاء ر ِبك كان محظورا‬

78. "Sebagian dari kaum ada yang oleh Alloh didudukan dalam bagian
ibadah semata-mata dan ada kaum yang diistimewakan oleh Alloh
dengan kecintaan-Nya. ‘Untuk masing-masing Kami [Alloh] memberi
karunia dan pemberian-pemberian, dan pemberian Tuhan-mu tidak
terbatas’."

Syarah

Allah sendiri yang memilih hamba-Nya, maka ada yang dipilih untuk
melaksanakan ibadah yang lahir, ialah mereka para aabid dan zahid, dan
ada pula yang dipilih oleh Alloh untuk Kesayangan [Kekasih] Alloh dan
mereka ini orang-orang aarif dan muhibbin yang tidak ada tempat dalam
hati mereka kecuali dzikrulloh semata-mata. Menganggap dunia ini
kosong tidak ada apa-apa kecuali Alloh yang menciptakan dan
melaksanakan segala sesuatunya.

Jadi ketika hamba melihat pada pilihan Alloh atas hambanya dan
mengkhususkan kedudukan pada hamba tersebut, bisa menjadikan si
hamba tidak memandang rendah pada kedudukan yang telah Alloh
berikan kepada sebagian hamba. Syeikh Abu Yazid al-Busthomy berkata,
“Alloh ta’ala melihat hati para hamba(kekasihnya), lalu sebagian ada yang
tidak pantas/kuat memikul beratnya nur makrifat, lalu Alloh menyibukkan
hamba tersebut dengan Ibadah”.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 114


ُ ُ َ َ َ ََّ َّ َ ْ َ َّ ٰ ُ َ َ ُ َ َّ َ
‫العباد ِبوجو ِد‬ َ َّ
ِ ‫الال ِهية ُ ِالا بغتة ً لـءـلا يد ِعيها‬
ِ ‫قـلما تكون الوا ِردات‬

‫عداد‬
ِ ‫الا ْس ِت‬
ِ

79. "Jarang sekali terjadi karunia besar dari Allah (warid) itu kecuali
datang secara mendadak [tiba-tiba], supaya tidak ada orang yang
mengaku bahwa ia dapat karena telah mengadakan persiapan untuk
menerima karunia itu."

Syarah

Yang dimaksud Warid disini adalah ilmu-ilmu Wahbyyah dan ilmu yang
halus yang berhubungan dengan kemakrifatan, yang oleh Alloh diberikan
pada hamba-hambanya.

Dan pemberian itu biasanya dalam kondisi mendadak tanpa persiapan


seperti sholat, puasa dll. Supaya hamba tidak mengku-aku bahwa dia ahli
Warid/kehebatan.

Singkatnya : Warid itu hadiyah dan anugerah dari Alloh. jadi bukan hasil
setelah mengerjakan macam-macamnya ibadah.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 115


Al-Hikam Pasal 80

“Pertanyaan Tidak Harus Selalu Dijawab”

َُّ ً َ َ َ َ ِّ ُ ْ َ ً ِّ َ ُ َ َ ُ َ ِّ ُ ْ ً ْ ُ ُ َ ْ َ َ ْ َ
‫ذاكرا كل‬
ِ ‫ـءـل ومع ِبَُرا عن ك ِل ما شـ ِهد و‬ ِ ‫من رايتـه ِمجيبا عن ك ِل ما س‬
َ ُ ُ َ َ ٰ َّ َ ْ َ َ َ
‫ما علم فاست ِدل بذ لك عن وجود جه ِل ِه‬

80. "Barangsiapa yang selalu menjawab segala pertanyaan, dan


menceritakan segala sesuatu yang telah dilihat(mata hatinya), dan
menyebut segala apa yang ia ingat [ketahui], maka ketahuilah bahwa
yang demikian itu adalah tanda kebodohan orang itu.''

Syarah

Menjawab segala pertanyaan yang berhubungan ilmu bathin yang


dituangkan oleh Alloh ke dalam hati orang arifin, menunjukkan adanya
kebodohan, demikian pula jika menceritakan segala yang dilihat, sebab
semua itu berupa rahasia Alloh yang diberikan kepada seorang hamba-
Nya, maka jika diterangkan kepada bukan ahlinya, hanya akan
menjadikan bahan ejekan dan pendustaan belaka. Karena itu yang
menerangkan [menceritakan] termasuk orang yang bodoh.

Alloh berfirman : Wamaa-utii-tum minal-‘ilmi illa qolii laa.(dan tidak


aku berikan ilmu kepadamu, kecuali hanya sedikit).

Para ulama’ sufi/Thoriqoh mengatakan: Hati orang merdeka itu kuburan


dari Sir (rahasia ketuhanan). Dan Sir itu amanat dari Alloh kepada hamba
tersebut, barang siapa menerangkan Sir itu berarti dia khiyanat. Jadi
semua yang diketahui tidak boleh diterangkan kecuali dengan isyarat.

Rosululloh bersabda : “ Sebagian dari ilmu itu ada yang sifatnya seperti
barang simpanan, tidak ada yang tahu kecuali ulama’ billah, dan apabila
dia menerangkan (menjelaskan ilmu Sir) orang-orang akan ingkar”.

Sayyid ali bin Husain bin Ali ra. berkata: Hai saudaraku, banyak ilmu yang
seperti mutiara,berlian, yang seumpama aku terangkan, maka aku akan
dituduh sebagai seorang musyrik, dan orang islam menganggap halal
darahku, mereka (muslimin) menganggap perkara jelek yang di kerjakan

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 116


itu sebagai kebaikan, sungguh! Mutiaranya ilmu itu tetap aku simpan
supaya orang-orang bodoh tidak tahu, dan menjadikan fitnah.

Abu Hurairoh berkata: Aku hafal ilmu dari Rosululloh dua karung, yang
satu karung aku sebarkan kemasyarakat(umat), yang sekarung
seumpama aku terangkan, kamu semua pasti akan memenggal leherku.

Dan sebab mengucapkan /menerangkan bagian ilmu Sir, Syeih Husain


Al-Hallaj, dibunuh pemerintah pada masanya, sebab Al-Hallaj
mengatakan : Maafil-jubbati illa-lloh.(dijubah ini tidak ada lain kecuali
Alloh). Itu semua karena mereka melihat Alloh pada semua yang wujud,
yakni mereka melihat Alloh-lah yang mewujudkan, mengatur dan
menguasai semua yang wujud itu. Keterangan seperti ini adalah puncak
dari yang bisa diterangkan. Sedang hakikatnya tidak bisa dijelaskan
dengan kata-kata, kecuali hanya bisa dirasakan.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 117


Al-Hikam Pasal 81 - 82

“Akhirat Adalah Tempat Pembalasan”

َ ُ َ َ َ َّ
َ ٰ َّ َ ْ ُ
َ َ َ َ َّ َ َ َ ِّ
َ
‫ِانما جعل الدرالا ِخرة َ محلا ِلجز ِاء ِعبا ِد ِه الموءمنين ِلان هذ ِه الدر لا تسع ما‬
َ َ ََ َ َ َ ُ ْ َ ْ ْ ُ َ َ َ َّ َ ُ ََّ َ ُ َ ْ ُ ْ ُ ُ
َ
‫ي ِريد ان يعطيهم ولانه اجل اقدارهم عن ان يجازي ِهم في دا ِر لابقاء لها‬

81. "Sesungguhnya Alloh menjadikan akhirat untuk tempat pembalasan


bagi hamba yang mukmin, sebab dunia ini tidak cukup untuk tempat apa
yang akan diberikan kepada mereka, juga karena Alloh sayang akan
memberikan balasan pahala mereka di tempat yang tidak kekal."

Syarah

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

"Sesungguhnya tempat pecut kuda di dalam surga lebih berharga [baik]


dari pada dunia dan semua isinya."

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda dan Alloh Ta'ala


berfirman: "Aku telah menyediakan untuk hamba-Ku yang sholeh, apa-
apa yang belum pernah dilihat oleh mata, atau didengar oleh telinga atau
tergerak dalam hati manusia."
ٰ ٰ ٌ َ ُ َ َ َ َ ْ َ
‫القبول ا ِجلا‬ ‫جود‬ ُ
‫و‬ ‫ى‬‫عل‬ ‫ليل‬‫د‬ ‫و‬‫ه‬‫ف‬ ً ‫لا‬ ‫ج‬ ‫عا‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫َعم‬ ‫ة‬ َ
‫ر‬ َ
‫ثم‬ ‫د‬ ‫من وج‬
ِ ِ ِ ِِ
82. "Barangsiapa yang dapat merasakan buah dari amal ibadahnya di
dunia ini, maka itu dapat dijadikan tanda diterimanya amal itu oleh Alloh
diakhirat."

Syarah

Manis dan lezatnya amal itu sebagai tanda diterimanya amal tersebut oleh
Alloh yang diwujudkan didunia. itu sebagai bukti adanya pembalasan
diakhirat. Apabila hamba sudah merasakan manisnya amal, maka jangan
sampai berhentiatau condong dengan amal tersebut. dan juga jangan
sampai beramal demi mendapatkan manis dan lezatnya amal karena itu
kepentingan nafsu. dan karena maksud yang seperti itu bisa merusak

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 118


keikhlasan ibadah. Jadi rasa manis dan enaknya ibadah itu hanya
menjadi ukuran untuk membenarkan amal dan membenarkan tingkahnya
hati.

Syeikh Atabah al-Ghulam berkata:

''Aku melatih diri sholat malam dua puluh tahun, setelah itu baru aku
merasakan nikmat bangun malam.''

Syeikh Tsabit al-Bunany rodhiyallohu 'anhu berkata: ''Aku melatih


membaca Al-Qur'an selama dua puluh tahun setelah itu baru aku
merasakan nikmat membaca Al-Qur'an.''

Syeikh Abu Thurob berkata:

''Jika seseorang bersungguh-sungguh dalam niatnya beramal, maka


dapat merasakan nikmat amal itu sebelum mengerjakannya, dan apabila
ikhlas dalam melakukannya, maka dia akan merasakan manisnya, itulah
amal yang diterima dengan karunia Alloh.''

Al-Hasan berkata:

''Carilah manisnya amal itu pada tiga hal:

1. Bila kamu telah mendapatkannya, bergembiralah dan teruskan


mencapai tujuanmu.
2. Apabila kamu belum mendapatkannya, ketahuilah bahwa pintu
masih tertutup.
3. Ketika membaca Qur'an, berdzikir dan ketika bersujud.''

Ada pula yang mengatakan:

''Dan ketika bersedekah dan ketika bangun malam.''

Sejak kapankah engkau merasakan telah mengenal Alloh? yaitu ketika


aku setiap akan berbuat pelanggaran terhadap syariat-Nya dan aku
merasa malu kepada-Nya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 119


Al-Hikam Pasal 83

“Kedudukan Hamba Di Sisi Alloh”

َ َ َ ُ َْ ُ َ َ َ َْ ْ َ َ َ َ
ُ ْ
ِ ‫ِاذا اردت ان تع ِرف قدرك ِعنده فانظر ماذا ي ِقيمك ف‬
‫يه‬

83.''Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi Alloh, maka


perhatikan di dalam bagian apa Alloh menempatkan engkau.''

Syarah

Hikmah ini bisa diartikan dua kedudukan.

1. Awam(umum) yaitu: apabila engkau termasuk golongan orang yang


beruntung dan diterima, Alloh akan menjalankan kamu pada apa-
apa yang selalu menjadikan Alloh Ridho spt selalu taat dan
ibadah.dan apabila kamu termasuk ahli celaka , maka Alloh akan
menjalankan kamu pada perkara yang menjadikan murkanya Alloh.
2. Khosh yaitu: jika kamu ingin mengetahui kedudukan kamu disisi
Alloh, maka lihatlah kedudukan Alloh dihatimu.

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

''Barangsiapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Alloh,


maka hendaknya memperhatikan bagaimana kedudukan Alloh
dalam hatinya. Maka sesungguhnya Alloh mendudukkan hamba-
Nya, sebagaimana hamba itu mendudukkan Alloh dalam hatinya.''

Syeikh Fudhail bin Iyadh rodhiyallohu 'anhu berkata:

''Sesungguhnya seorang hamba dapat melakukan taat ibadah kepada


Tuhan itu menurut kedudukannya di sisi Tuhan, atau perasaan imannya
terhadap Tuhan, atau kedudukan Tuhan di dalam hatinya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 120


''Wahb bin Munabbih berkata: ''Aku telah memabaca dalam kitab-
kitab Alloh yang dahulu Alloh berfirman:

''Wahai anak Adam, taatilah perintah-Ku dan jangan engkau


beritahukan kepada-Ku apa kebutuhan yang baik bagimu. [Yakni
engkau jangan mengajari kepada-Ku apa yang baik bagimu].''
Sesungguhnya Aku [Alloh] telah mengetahui kepentingan hamba-
Ku, Aku memuliakan siapa yang taat pada perintah-Ku, dan
menghina siapa yang meninggalkan perintah-Ku, Aku tidak
menghiraukan kepentingan hamba-Ku, sehingga hamba-Ku
memperhatikan hak-Ku [yakni kewajibannya terhadap Aku].

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 121


Al-Hikam Pasal 84

“Nikmat Lahir Dan Batin”

ُ َ َ َ ُ ََّ َْ َ َ َّ َ َ َ ٰ
َ ْ ٰ ‫اعة والغ‬
‫نى ِبه عنها فاعلم انه قد اسبغ عليك ِنعمه‬ ‫الط‬ ‫متى رزقك‬
ِ
َ َ
‫ًوباطنة‬
ِ ‫ظا ِهرة‬

84."Ketika Alloh memberi rezeki kepadamu berupa perasaan puas


melakukan taat [ibadah] pada lahirmu, dan merasa cukup dengan Alloh
dalam hatimu, sehingga benar-benar tidak ada sandaran bagimu kecuali
Alloh. Maka ketahuilah bahwa Alloh telah melimpahkan kepadamu nikmat
lahir bathin".

Syarah

Dua macam rezeki yang dinyatakan oleh Hikmah 84 ini adalah Islam dan
Iman. Hamba Alloh yang memperoleh keduaa rezeki tersebut menjadi
insan yang beriman dan beramal sholih. Tidak ada amal sholih tanpa iman
dan tidak ada kenyataan iman tanpa amal sholih. Ayat-ayat al-Quran
sering menggabungkan iman dan amal sholih menjadi satu, tidak
dipisahkan.

Orang yang mengaku beriman tetapi tidak beramal menurut apa yang
diimaninya adalah dianggap sebagai orang yang berbohong, sementara
orang yang melakukan amal sholih sedangkan hatinya tidak beriman
adalah munafik. Kesempurnaan seorang insan terletak pada gabungan
kedua-duanya, yaitu iman dan amal sholih.

Seorang hamba dituntut dua macam, yaitu menurut perintah Alloh dan
meninggalkan larangan pada lahirnya, dan hanya bersandar serta
berharap kepada Alloh pada bathinnya. Karena itu siapa yang di beri
rezeki oleh Allohdemikian, berarti telah menerima karunia
nikmat Alloh yang sempurna lahir dan bathin, dan menyampaikan pada
cita-citanya didunia dan di akhirat.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 122


Al-Hikam Pasal 85

“Sebaik-Baik Permintaan”

َ ُ ُ َ ُ ُ ُ ُُ َ ُ
‫خيرما تطلبه منه ماهو طالبه منك‬

85."Sebaik-baik yang harus engkau minta dari Alloh, ialah bisa


mengerjakan apa-apa yang Alloh perintahkan kepadamu".

Syarah

Ingatlah! Pada setiap waktu dan setiap keadaan pasti disitu ada
tuntutan/kewajiban dari Alloh,maka sebaik-baik yang harus engkau minta
kepada Alloh supaya tetap iman, patuh, taat pada semua perintah dan
larangan, istiqomah dalam pengabdian diri kehadirat Alloh. Itulah sebaik-
baik yang harus engkau minta, baik untuk dunia maupun untuk akhirat,
sebab hanya itulah bahagia yang tiada bandingnya.

Karena itu sebaik-baik doa ialah:

"Ya Alloh aku mohon kepada-Mu, ridho-Mu, dan surga, dan aku
berlindung kepada-Mu dari murka-Mu dan api neraka"

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 123


Al-Hikam Pasal 86

“Tanda Orang Yang Tertipu”

ْ ُّ َّ َ ٰ ُ
‫رار‬
ِ ‫الاغ ِت‬
ِ ‫عدم النهو ِض اليها من علامات‬
ِ ‫اعة مع‬
ِ ‫الحزن على ِفقدا ِن الط‬

86."Merasa susah karena tidak dapat melakukan suatu amal ibadah yang
disertai oleh rasa malas untuk melakukannya, itu suatu tanda bahwa ia
terpedaya [tertipu] oleh syaitan".

Syarah

Jika ketinggalan suatu amal kebaikan merasa sedih, tetapi bila mendapat
kesempatan tidak segera melakukannya, maka itu suatu tanda telah
dipermainkan oleh nafsu dan syaitan. susah yang seperti ini adalah susah
yang bohong, dan nangis yang seperti ini juga nangis yang bohong.
Sebagai mana dikatakan sebagian ulama’ “Banyak mata yang menangis
akan tetapi hatinya masih keras. karena orang tersebut tidak aman dari
tipuan Alloh yang samar.Alloh tidak memberikan pada orang tersebut apa
yang manfaat pada dirinya tapi malah memberi sesuatu yang
membohongi dirinya, yaitu susah dan menangis yang bohong. Adapun
susah yang sesungguhnya yaitu, susah yang mendorong dirinya untuk
melakukan taat yang disertai nangis yang benar. dan itu termasuk dari
maqomnya salik.

Bersabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam:

"Sesungguh Alloh menyukai pada tiap hati yang selalu berduka cita".

Syeikh Abu Ali ad-Daqqo’ berkata: "Seorang yang menyesal dapat


menempuh jalan menuju kepada Alloh dalam waktu satu bulan, apa yang
tidak dapat ditempuh oleh orang yang tidak menyesal dalam beberapa
tahun. Karena itu termasuk dalam sifat utama bagi Rosululloah shollallohu
'alaihi wasallam. Mutawashilul-ahzan, daa'imul fikir. Rosululloah
shollallohu 'alaihi wasallam, selalu merasa berduka cita dan selalu berfikir
[merenung]".Sayyidah Robiah al-Adawiyah mendengar seseorang
berkata: ''Alangkah sedihnya".Maka Rabiah berkata: ''Katakanlah,
Alangkah sedikitnya rasa sedihku, sebab bila engkau benar-benar
merasa sedih, tidak berkesempatan lagi untuk bersuka cita".

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 124


Al-Hikam Pasal 87

“Tanda-Tanda Orang ‘Arif”

َ ُ ْ َ َ َ َ َ ُ َ َ
َ
‫ ِبل العارف من‬، ‫اليه ِمن ِاشار ِت ِه‬ َ َ َ
ِ ‫ماالعا ِرف من اذا اشار وجد الحقَّ اقرب‬
ُ َ ُ ُ َ ُ َ َ
‫ده‬ِ ‫ءـه في شهو‬
ِ ‫وانطوا‬
ِ ‫ناءـه في وجوده‬
ِ ‫لا ِاشارة َ له ِلف‬

87."Tidak disebut orang arif itu, orang yang bila ia memberi isyaroh
sesuatu ia merasa bahwa Alloh lebih dekat dari isyaroh-Nya, tetapi orang
arif itu ialah yang merasa tidak mempunyai isyaroh, karena merasa
lenyap diri dalam wujudAlloh, dan diliputi oleh pandangan [syuhud]
kepada Alloh".

Syarah

Hikmah yang lalu menerangkan keadaan orang awam yang dihijab oleh
cahaya dunia dan syaitan sehingga mereka tidak jadi untuk berbuat taat
kepadaAlloh . Hikmah 87 ini pula menerangkan keadaan orang yang
berjalan pada jalan Alloh dan sudah mengalami hakikat-hakikat,tetapi
cahaya hakikat masih menjadi hijab antara dirinya dengan Alloh,
Pengalaman tentang hakikat menurut istilah tasawuf disebut isyaroh
tauhid. Isyarat-isyarat tersebut apabila diterima oleh hati maka hati akan
mendapat pengertian tentang Alloh. Isyarat-isyarat demikian
membuatnya merasa dekat dengan Alloh . Orang yang merasa dekat
dengan Alloh, tetapi masih melihat kepada isyarat-isyarat tersebut masih
belum mencapai makam arifbillah. Orang arifbillah sudah melepas
isyarat-isyarat dan sampai kepada Alloh yang tidak boleh diisyaratkan
lagi. Maqom ini dinamakan fana-fillah atau lebur kewujudan diri dalam
Wujud Mutlak dan penglihatan mata hati tertumpu kepada Alloh semata-
mata, yaitu dalam keadaan:

Tiada sesuatu sebanding dengan-Nya.

Tidak ada nama yang mampu menceritakan tentang Dzat-Nya. Tidak ada
sifat yang mampu menggambarka n tentang Dzat -Nya. Tidak ada isyarat
yang mampu memperkenalkan Dzat -Nya. Itulah Alloh yang tidak ada
sesuatu apa pun menyerupai-Nya. Maha Suci Alloh dari apa yang
disifatkan.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 125


Yakni, siapa yang masih mempunyai pandangan kepada sesuatu selain
Alloh, maka belum sempurna sebagai seorang [yang mengenal kepada
Alloh]. Tetapi seorang arif yang sesungguhnya, ialah yang merasakan
kepalsuan sesuatu selain Alloh, sehingga pandangannya tiada lain
kecuali kepada Alloh.

Seorang ‘arif ditanya tentang apakah fana’ itu? Beliau menjawab, “Fana’
ialah Muncul/terlihatnya sifat keagungan dan kemegahan Alloh pada
hamba-Nya, sehingga hamba tersebut jadi lupa akan dunia, lupa akhirat,
lupa derajat, lupa makom, hal,dzikir. lupa akalnya, lupa dirinya sendiri,
lupa fana’nya sebab tenggelam dalam takdhim kepada Alloh ta’ala.”

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 126


Al-Hikam Pasal 88

Roja’ (Harapan) Dan Tamanni (Khayalan)

ٌ َّ ْ ُ َ ُ َّ ٌ ُ َ َ َ ُ َّ
‫الرجاء ما قارنه عمل ِوالا فهو ام ِنية‬

88."Pengharapan (Roja’) yang sesungguhnya ialah yang disertai amal


perbuatan kalau tidak demikian, maka itu hanya angan-angan [khayalan]
belaka".

Syarah

Yang dinamakan roja’ yaitu pengharapan yang dibarengi dengan amal.


apabila tidak dibarengi amal tapi malah malas beramal dan masih berani
melakukan maksiat dan dosa pengharapan itu disebut umniyyah atau
lamunan. dan dia tertipu deng belas kasih Alloh.

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

" Seorang yang sempurna akal ialah yang mengoreksi dirinya dan
bersiap-siap untuk memghadapi maut, sedang orang bodoh ialah yang
selalu menurutkan hawa nafsu dan mengharap berbagai macam
harapan".

Syeikh Ma'ruf al-Karkhi berkata:

"Mengharap surga tanpa amal perbuatan itu dosa, dan mengharap


syafa'at tanpa sebab berarti tertipu, dan mengharap rahmat dari siapa
yang tidak engkau taati perintahnya berarti bodoh".

Al-Hasan rodhiyallohu 'anhu berkata:

"Sesungguhnya ada beberapa orang oleh angan-angan keinginan


pengampunan, sehingga mereka keluar dari dunia [mati], sedang belum
ada bagi mereka kebaikan sama sekali. Sebab mereka berkata: Kami baik
sangka terhadap Alloh. Padahal berdusta dalam pengakuan itu, sebab
andaikan mereka baik sangka terhadap Alloh, tentu baik pula
perbuatannya. Al-Hasan lalu membacakan ayat Qur'an:

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 127


َ ُ ِّ َّ ُّ َ
َ‫تـ ْم من ال َخاسرين‬
ُ ْ َ ََ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ َ
‫ذى ظنـنـتم ِبر ِبكم ارداكم ْ فاصبح‬ ُ ُ ٰ َ
ِ ِ ِ ‫وذ ِلكم ْ ظنكم ُال‬
“Itulah persangkaanmu terhadap Tuhan telah membinasakan kamu,
maka kamu termasuk orang-orang yang rugi".

Al-Hasan berkata:

Wahai hamba Alloh berhati-hatilah kamu dari angan-angan [khayalan]


yang palsu, sebab itu sebagai jurang kebinasaan, kamu akan lalai
karenanya. Demi Alloh, tidak pernah Alloh memberi pada seorang hamba
kebaikan semata-mata karena angan-angan belaka, baik untuk dunia
maupun untuk akhirat.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 128


Al-Hikam Pasal 89

“Permintaan Orang Arif Billah”

ُ ُ ُ ُ ُ َ َ ُ َ ْ َ
‫والقيام بحقو ِق‬
ِ ‫ودية‬
ِ ‫الصدق ُ في العب‬
ِ ‫مطلب العارفين ِمن اّٰللِ تعالى‬
َّ ‫الر ُب‬
‫وبي ِة‬ ُّ

89."Permintaan orang yang sudah makrifat kepada Alloh, hanya semoga


dapat bersungguh-sungguh dalam menghamba dan tetap dalam
menunaikan hak-hak kewajiban terhadap Tuhan".

Syarah

Yang dinamakan Sidqul ‘Ubudiyyah yaitu: menetapi tatakramanya


menghamba pada Alloh (ubudiyyah), seperti mencukupi hak-haknya Alloh
dalam beribadah, mensyukuri pemberian Alloh , sabar menghadapi bala’,
menyerahkan semua urusannya pada Alloh, selalu Muroqobah (meniti
taqdir Alloh, yang terjadi atas dirinya dan lainnya),memperlihatkan
fakirnya kepada Alloh dan selalu mengharap rahmatnya Alloh dan lain-
lain.

Hikmah 89 ini menjelaskan seorang arif itu tidak mempunyai permintaan


kepada Alloh, kecuali dua perkara :

1. SHIDQUL ‘UBUDYYAH,
2. AL-QIYAMU BIHUQUQIR-RUBUBYYAH.

Tanpa melihat kepentingan dirinya dan nafsunya.

Berbeda dengan orang yang belum ‘Arif billah, yang belum bisa
meninggalkan kepentingan diri dan nafsunya.

Syeikh Abu Madyan berkata:

"Jauh berbeda antara orang yang semangat keinginannya hanya bidadari


dan gedung [surga], dengan orang yang keinginannya selalu bertemu
kepada Tuhan yang menciptakan bidadari dan yang mempunyai gedung
[surga]. Sungguh-sungguh dalam sifat kehambaan, ialah: Berakhlak dan
beradab sebagai seorang yang patuh dan taat kepada tuannya".

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 129


Al-Hikam Pasal 90 - 92

“Al-Basthu Dan Al-Qobdhu”

َ ْ َ ُ
َ ‫كك‬ َ َ
ْ ‫بسطك كى لا ُي‬
‫البسط واخ َرجك‬
ِ ‫مع‬ ‫يتر‬ ‫لا‬ ‫كى‬ ‫وقبضك‬ ‫القبض‬
ِ ‫مع‬ ‫يك‬ ‫ق‬ِ ‫ب‬
ُ ْ َ
‫عنهماكى لاتكون لشى ٍءدونه‬

90.Alloh melapangkan bagimu, supaya kamu tidak selalu dalam


kesempitan (qobdh). dan Alloh telah menjadikan kamu sempit supaya
kamu tidak hanyut(terlena dalam kelapangan(basth). dan Alloh
melepaskan kamu dari keduanya, supaya kamu tidak tergantung kepada
sesuatu selain Alloh."

Syarah

Arti Hikmah ini, Alloh selalu membuat macam-macam keadaan hatimu,


supaya kamu selalu sadar dan fana’, yakni,tidak melihat keadaanmu itu.

Jadi Qobdhu (kesempitan itu untuk ahli Bidayah, seumpama tidak ada
Qobdhu tentu tidak bisa melatih/mencegah dari kebiasaan dan
kesenangan nafsu. Sedangkan maqom Basthu, bagi orang yang masuk
permulaan futuh, supaya tidak kendor kekuatannya dan angauta
badannya bisa digunakan untuk sesuatu yang disenangi yaitu pemberian
dari Alloh dan dan tanda-tanda ridho dari Alloh.

Sedangkan maqom I’TIDAL, itu bagi orang yang berada pada ahir
suluknya, supaya keadaannya bisa tetap (tidak berubah) dan bersih
amalnya,dan selalu di sisiAlloh, tanpa ada ‘illat.

Alloh merubah-rubah keadaan dari sedih ke gembira, dari sakit ke sehat,


dari miskin kekaya dari gelap keterang dan seterusnya, supaya mengerti
bahwa kita tidak bisa lepas dari hukum dan ketentuan-Nya. dan supaya
kita selalu berdiri diatas landasan LAA-HAULAA-WALAA-QUWWATA
ILLAA-BILLAH.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 130


firman Alloh:
ٰ َ ُ ََ َ ٰ ْ
ُْ ‫ما ا َتكم‬ ْ ُ َ َ
‫كيلا تأ َْسواعلى ما فاتكم ولا تفرحوا ِب‬
ْ ‫ل‬
ِ

" Supaya kamu tidak sedih(menyesal) terhadap apa yang terlepas dari
tanganmu, dan tidak gembira atas apa yang di berikan kepadamu".

ََ ُ ُ ُ َ َ َ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ُ ُ َ َ ُ َ
‫ود الاد ِب‬
ِ ‫الع ِارفون ِاذا ب ِسطو اخـوف ِمنهم ِاذا قبضَُوا ولا ي ِقف علىَحد‬
ٌ ْ َّ ْ َْ
‫قليل‬ِ ‫فى البس ِط الا‬

91. "al-'Arifun(Orang yang ma'rifat billah) jika merasa lapang, itu lebih
khawatir/takut kepada Alloh, dari pada jika berada dalam kesempitan, dan
tidak dapat berdiri tegak dibatas-batas adab dalam keadaan lapang
(basthu) kecuali hanya sedikit sekali".

Syarah

Dalam kitab ‘Latho-iful minan’ Syeih Ibnu Ato-illah berkata: “ Keadaan


basthu itu menggelincirkan kaki para lelakinya Alloh (orang sholih),. Jadi
keadaan Basthu menjadikan sebab para ‘Arifin menambah kehati-
hatiannya, dan kembali pada Alloh. Sedangkan keadaan Qobdhu itu lebih
dekat dengan keselamatan, karena itu sudah menjadi kedudukan hamba.
Karena hamba selalu dalam genggaman dan kekuasaan Alloh”.

Abu bakar Assidiq ra. berkata: “kami diuji dengan kesukaran, maka kami
kuat bertahan dan sabar. tetapi ketika kami diuji dengan kesenangan
(kelapangan), hampir tidak tahan/sabar”.

Syeikh Yusuf bin Husain ar-razy menulis surat kepada Al-Junaidy:


“Semoga Alloh tidak memberimu rasa kelezatan hawa nafsumu,jika
engkau merasakan kelezatan,maka tidak akan merasakan kebaikan
untuk selamanya”.

ْ ْ َّ َّ َ َ ُ َ َ ُ ُ َ َّ َ ُ ْ ُ ْ َّ ُ ُ ْ ُ َْ
‫ود الفر ِح والقبض لا حظ للنف ِس ِفي ِه‬
ِ ‫البسط تاءخذ النفس ِمنه حظها ِبوج‬

92." Didalam keadaan lapang (bashtu),hawa nafsu dapat mengambil


bagiannya karena gembira, sedang dalam keadaan sempit (qobdhu) tidak
ada bagian sama sekali untuk hawa nafsu".

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 131


Syarah

Hikmah ini menjelaskan hikmah sebelumnya tentang sulitnya menjaga


adab/tatakrama kepada Alloh dikala keadaan Basthu,maka dari itu sedikit
sekali orang yang bisa menepati adab kepada Alloh dikala Basth.

karena itu manusia lebih aman dalam kesempitan, karena hawa nafsu
tidak dapat berdaya dan tidak dapat bagiannya.

Syeih Abul Hasan Assayadzily ra. berkata: Alqobdhu wal Basthu ( susah
/sedih dan senang dalam hati)itu selalu silih berganti dalam perasaan tiap
hamba, bagaikan silih bergantinya siang dan malam.Dan sebabnya
qobdhu(susahnya hati) itu salah satu dari tiga: karena dosa atau
kehilangan dunia. atau dihina orang. maka jika seseorang merasa
berdosa maka segeralah bertaubat. jika kehilangan dunia, maka harus
rela dan menyerahkan kepada hukum Alloh. dan jika dihina orang harus
sabar. dan jagalah dirimu jangan sampai kamu merugikan orang lain,

Dan apabila terjadi qobdh yang tidak di ketahui penyebabnya, maka harus
tenang dan menyerah kepadaAlloh. insya Alloh tidak lama akan sirna
masa gelap dan berganti dengan terang, adakalanya terangnya bintang,
yaitu ilmu. atau sinar bulan yaitu tauhid. atau matahari yaitu ma'rifat. tetapi
jika tidak tenang di masa gelap(qobdh) mungkin akan terjerumus kedalam
kebinasaan.

Adapun masalah basthu(riang/senangnya hati), maka sebabnya adalah


satu dari tiga ini: karena bertambahnya kelakuan ibadah/taat dan
bertambahnya ma'rifat atau bertambahnya kekayaan atau kehormatan
dan yang ke tiga karena pujian dan sanjungan orang kepadanya.

maka adab seorang hamba :jika merasa bertambah kelakuan ibadahnya


dan ilmu ma'rifatnya, harus merasa bahwa itu semata-mata karunia dari
Alloh,dan berhati-hati jangan sampai merasa bahwa itu dari hasil
usahanya sendiri. dan jika mendapat tambahnya harta dunia, maka ini
pula sebagai karunia dari Alloh juga, dan harus waspada jangan sampai
terkena bahayanya. adapun jika mendapat pujian dari orang lain
kepadamu, maka kehambaanmu harus bersyukur kepada Alloh yang
telah menutupi kejelekanmu/aibmu, sehingga orang lain hanya melihat
kebaikanmu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 132


Al-Hikam Pasal 93 - 94

“Rahasia Pemberian Dan Penolakan Alloh”

َ ْ َ َ َ َ َ َُّ َ َ َ َ َ ْ َ َ َُّ
‫ربما اعطاك فمنعك وربما منعك فأعطاك‬

93." Terkadang Alloh memberimu kekayaan/kesenangan dunia, tetapi


Alloh menahan tidak memberimu perkara yang hakikatnya baik
padamu(taufiq dan hidayah-Nya). dan terkadang Alloh menahan (tidak
memberi) kamu dari kesenangan dunia tetapi pada hakikatnya
memberikan kepadamu taufiq dan hidayah-Nya".

Syarah

Jadi apabila Alloh tidak memberi apa yang menjadi syahwat keinginanmu
dan apa yang enak menurut perasaan nafsumu, hakikatnya itu adalah
pemberian yang agung dari Alloh, dan kamu dilepaskan dari apa yang
menjadi kepentingan nafsumu.

Sebaliknya walaupun kelihatannya itu sebagai pemberian dari Alloh


(dikabulkannya do’amu) pada hakikatnya itu sebagai penolakan dari
Alloh.

Syeikh Muhyiddin Ibnu 'Aroby berkata:

“jika ditahan (tidak diberi) permintaanmu maka hakikatnya engkau telah


diberi,dan jika permintaanmu segera diberikan maka hakikatnya, telah
ditolak dari sesuatu yang lebih besar. karena itu utamakan tidak dapat
dari pada dapat, dan sebaiknya hamba tidak memilih sendiri, tapi
menyerahkan sepenuhnya kepad Alloh yang menjadikannya. dan yang
mencukupi segalakebutuhannya”.

َ ُْ َ َ ُ ُْ َ ََ ْ َ ْ َ َ َ َ ََ ٰ َ
‫متى فتح لك باب الفـه ِم ِفى المن ِع عاد المنع هو عين العطا ِء‬

94. "Apabila Alloh telah membukakan pengertian (faham) tentang


penolakan-Nya, maka berubahlah penolakan itu hakikatnya menjadi
pemberian".

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 133


Syarah

Sesuatu yang sangat menghalangi perjalanan kerohanian seorang murid


adalah keinginan diri sendiri. Dia berkeinginan sesuatu yang menurutnya
akan membawa kebaikan kepada dirinya. keinginan atau hajat
keperluannya itu mungkin tentang dunia, akhirat atau hubungan dengan
Alloh swt. Jika hajatnya tercapai dia merasa menerima karunia dari Alloh.
Jika hajatnya tidak tidak dikabulkan dia akan merasa itu sebagai
penolakanAlloh. dan merasa jauh dari Alloh. Orang yang berada pada
peringkat ini selalu mengaitkan makbul permintaan atau do'a, dengan
kemuliaan di sisi Alloh. Jika Allohmengabulkan permintaannya dia
merasa itu adalah tanda dia dekat dengan-Nya. Jika permintaannya
ditolak dia merasa itu tanda dia jauh. Anggapan begini sebenarnya tidak
tepat. Tidak semua penerimaan do'a itu menunjukkan dekat dan tidak
semua penolakan itu menunjukkan jauh.

Apabila Alloh telah memperlihatkan kepadamu hikmah kebijaksanaan-


Nya dalam apa yang di jauhkan-Nya dari kamu, maka itu berarti suatu
karunia Tuhan kepada mu. sehingga terasa olehmu keselamatanmu
dunia dan akhiratmu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 134


Al-Hikam Pasal 95

“Lahir Dan Batinnya Alam(Dunia)”

َ
َّ
َ
َ ُ ُ ْ َ ُ ْ َّ َ ٌ َ ْ َ ُ َ َ ٌ َّ َ ُ َ ُ َ ْ َ َ
‫الاكـوان ظا ِهرها ِغر ة وبا ِطنها ِعبرة فاالنفس تنظر ِالى ظا ِه ِر ِغر ِتها‬
َ َْ َ ٰ ُ َْ ُ َ
ُ
‫والقلب ينظر ِالى با ِط ِن ِعبر ِتها‬

"Alam semesta ini lahirnya berupa tipuan, dan batinnya sebagai


peringatan, maka hawa nafsu melihat lahir tipuannya, sedangkan mata
hati memperlihatkan peringatan/akibatnya".

Syarah

Dunia ini bila dilihat dari lahirnya akan terlihat sangat indah,
menyenangkan dan menggiurkan, sehingga banyak orang yang
mencintai dunia, terbujuk oleh dunia sehingga melupakan Alloh sang
pencipta dan penguasa dunia.

Alloh berfirman: “ Maka janganlah kamu tertipu oleh kehidupan


dunia”.

Firman Alloh: WAMAL-HAYATAD-DUN-YA ILLAA MATAA-UL


GHRUUR.(tiadalah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan yang
menipu.)

Apabila dunia dilihat dari sisi batinnya (hakikatnya), akan menjadikan


pelajaran bagi kita untuk mengenal Alloh, dunia yang kita lihat akan
membuat hati melihat manifestasi ketuhanan didalamnya, dan dunia
tempat berjalannya Qudrat dan Irodat Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 135


Al-Hikam Pasal 96

“Carilah Kemuliaan Yang Abadi”

ْ ُ ِّ َّ َّ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ
ٰ‫فـنى‬ َ َ ُ َ ْ َ َ ََ
‫اذا اردت ان يكون لك ِعز لا يفنى فلا تست ِعزن ِب ِع ٍز ي‬

" jika engkau ingin mendapatkan kemuliaan yang tidak punah/rusak,


maka jangan membanggakan kemuliaan yang bisa rusak".

Syarah

Manusia mencari kemuliaan melalui berbagai macam cara. Mereka


mencarinya melalui harta, pangkat dan kekuasaan. Ada yang mencarinya
melalui ilmu dan amal. Semua kemuliaan yang diperoleh dengan cara
demikian bersifat sementara.Semua kemuliaan tersebut adalah
fatamorgana.

Kemuliaan yang abadi/tidak rusak hanya kemuliaanAlloh, maka


bergantunglah dengan Alloh,sebab Alloh kekal abadi dan tidak rusak.
adapun jika bergantung kepada kekayaan, kebangsaan,
kedudukan,maka semua itu palsu dan akan rusak tidak kekal. maka
barang siapa bergantung pada suatu sebab yang tidak kekal, maka akan
rusak bersama dengan rusaknya sebab/alat itu.

Alloh berfirman :" Apakah merka mengharapkan pada apa yang


mereka sanjung itu suatu kemuliaan, ketahuilah sesungguhnya
kemuliaan itu semuanya milik dan hak Alloh ta'ala".

Ada hikayat: seorang datang kepada raja Harun al-rasyid, untuk memberi
nasihat, tiba-tiba Harun al-rasyid marah kepadanya, lalu memerintahkan
kepada pengawalnya supaya mengikat orang itu bersama dengan
keledainya yang nakal, supaya dia mati di tendang keledai. setelah
perintah dilaksanakan tiba-tiba keledai itu jadi lunak kepada orang yang
akan dihukum. kemudian Harun memerintahkan supaya orang tersebut di
masukkan kedalam rumah dan pintunya supaya ditutup dengan semen,
supaya dia mati didalamnya, tiba-tiba orang yang dihukum itu telah
berada di luar(kebun)sedang pintu rumah masih tertutup dengan semen.
maka orang itu dipanggil oleh Harun al-rasyid dan ditanya: Siapa yang
mengeluarkan kamu dari rumah(penjara)? jawabnya: yang memasukkan

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 136


saya kekebun,. Harun bertanya lagi: dan siapa yang memasukkan engkau
kedalam kebun? jawabnya: yang mengeluarkan aku dari rumah.

kemudaian Harun al-rasyid sadar dan memerintahkan pengawalnya


untuk membawa orang itu diatas kendaraan dan keliling kota,sambil
memberitahukan pada masyarakat: ketahuilah bahwa raja Harun al-
rasyid menghinakan orang yang telah di mulyakan Alloh, maka tidak
bisa...

Seorang datang kepada seorang 'Arif sambil menangis, maka ditanya


oleh sang 'Arif: Mengapa engkau menangis? jawabnya: karenaguruku
telah mati. orang 'Arif berkata: mengapa engkau berguru pada orang yang
bisa mati..

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 137


Al-Hikam Pasal 97

“At-thoyyu”

(Melipat/Menyingkat Jarak/Waktu)

َ َ َ ْ َ َ َ ٰ َ َّ َ َ ْ َ َ ْ ُّ َ ٰ ْ َ ُّ َّ َ
ُّ
‫الطي ال ِحققي ان تطوى مسافة ُ الدنيا عنك حتى ترىالا ِخرة اقرب ِاليك‬
َ
‫منك‬

"Menyingkat/melipat jarak yang hakiki ialah jika engkau bisa menyingkat


jarak dunia ini, sehingga engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat
kepadamu dari pada dirimu sendiri".

Syarah

Hikmah ke 97 ini menerangkan tentang at-thoyyu al-haqiqy, yang


diberikan kepada para kekasih Alloh, dengan thoyyu al-haqiqy Alloh
memulyakan para wali-wali-Nya. Bukan melipat jaraknya perjalanan di
bumi (Indonesia- makkah bisa ditempuh hanya satu langkah atau kedipan
mata,

Dan juga bukan menghabiskan masa siang malam dengan sholat dan
puasa semata-mata. Karena itu semua bisa bercampur dengan sifat riya’
ujub dll.

At-Toyyul haqiqyy itu diberikan pada orang-orang yang telah bersinar


Nurul yaqin dalam hatinya, sehingga dia melihat dunia akan hilang dari
pandangannya, dan melhat akhirat ada dekat didepannya. Orang yang
seperti ini tidak mungkin akan mencintai dunia, karena dia tahu rusaknya
dunia.

Dalam keterangan lain Ibnu 'Athoillah berkata: Andaikata Nur keyakinan


itu telah terbit terang di hati mu, pasti engkau dapat melihat akhirat lebih
dekat kepadamu daripada engkau akan pergi kesana, dan pasti dapat
melihat segala keindahan dunia ini diliputi suramnya kerusakan dan
kehancuran yang akan menimpa kepadanya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 138


Al-Hikam Pasal 98

“Hakikat Pemberian Dari Makhluk”

ٌ ْ ُ ْ ٌ َ ْ َ َ َ َ
‫لق ِحرمان والمنع من اّٰللِ ِاحسان‬
ِ ‫خ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫اء‬ ‫ط‬ ‫الع‬

"Pemberian dari makhluk itu suatu kerugian(penghalang), dan


penolakan dari Alloh itu suatu pemberian kebaikan dan karunia".

Syarah

Hikmah ini merupakan ucapan ahli tauhid yang sebenarnya. Orang yang
benar-benar bertauhid menganggap bahawa sekiranya mereka
menerima pemberian makhluk sedangkan hatinya tidak melihat bahawa
pemberian itu sebenarnya dari Alloh, maka dia menerima pemberian itu
suatu kerugian.

Sedangkan penolakan Alloh atas permintaanmu itu hakikatnya suatu


pemberian dan anugerah dari Alloh, karena Alloh menempatkan kamu
dipintu Rahmat-Nya dan menyelamatkan kamu dari terhalang dengan-
Nya. Ali bin Abi Tholib berkata: Jangan merasa adanya yang
memberinikmat kepadamu selain Alloh, Dan anggaplah segala nikmat
yang kamu terima dari selain Alloh sebagai kerugian. (yakni: diantara
engkau dengan Alloh tidak ada perantara, maka semua nikmat yang
kamu terima
semata-mata dari Alloh, dan bila terjadi engkau merasa menerima nikmat
dari sesama manusia, maka itu sebagai kerugian bagimu.)

Seorang Hakim berkata: Menanggung budi kebaikan dari manusia itu


lebih berat dari pada sabar karena kekurangan(ketiadaan). Pemberian
dari Makhluk itu, pada umumnya menyebabkan terhijab dari Alloh,
sehingga tidak ingat pada alloh. dan merasa berhutang budi kepada
sesame manusia, dan inilah letak kerugian moril. sebaliknya penolakan
dari Alloh yang menyebabkan kita ingat Alloh itu, berarti suatu karunia
nikmat yang besar dari Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 139


Al-Hikam Pasal 99 - 101

“Amal Dan Balasan Dari Alloh”

ً َ ْ َ ُ َ ُ َ ً ْ َ ُ ْ َ ُ َ ُ ْ َ َ ُّ َ َّ َ
‫جل ربنا ان يعامله العبد نقدا فيجا ِزيه ن ِسيـءـة‬

99. "Maha agung Tuhan, jika seorang hamba beramal kontan (segera)
dan di balas kemudian hari".

Syarah

Pembalasan amal itu tidak khusus di akhirat saja, tapi kadang sebagian
ada yang di wujudkan didunia,supaya mendorong semangatnya amal,
dan sebagai tanda diterimanya amal.

ً َْ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ َ
َ
‫عة ان ر ِضيك لها اهلا‬ َ َ
ِ ‫اءه ِاياك على الطا‬
ِ ‫كفى من جز‬

100."Cukuplah menjadi balasan Alloh atas ketaatanmu jika Alloh ridho


menjadikan engkau ahli taat beribadah."

Syarah

Apabila tidak ada Ridho Alloh, pasti sifat manusia itu malas melakukan
taat dan tidak memperhatikan ibadahnya.

Jadi apabila Alloh memberi kemudahan bisa melaksanakan ibadah,


hakikatnya itu suatu pembalasan dan anugerah yang sangat besar yang
ada di dunia.

Ingatlah! Kita itu mahluk yang hina, tidak berhak dan pantas
mengabdi/hidmah kepada Raja diRaja (ALLOH), jadi kalau Alloh
mendekatkan kita bisa mengabdi kepada-Nya, dan Alloh ridho kepada
kita menjadi ahli hidmah, itu suatu nikmat yang sangat besar.

Taufiq dan hidayah dari Alloh yang diberikan kepada seorang hamba itu
sebagai karunia yang sebesar-besarnya bagi seorang hamba, sebab
dengan hidayah dan taufiq itulah seorang hamba dapat menerima nikmat
dan bahagia dunia akhirat.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 140


َ َ
ْ‫ما ُه َو ُمور ُد ُه عليهم‬ ََ ْ ُ ُ َ َ َ ً َ َ َ َ
‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫طا‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫قلوب‬ ‫على‬ ‫ه‬ ‫ح‬ ‫ت‬ِ ‫فا‬ ‫هو‬ ‫ما‬ ‫اء‬ ‫ز‬ ‫ج‬ ‫ين‬ ‫ل‬
ِ ‫م‬
ِ ‫العا‬ ‫فى‬َ ‫ك‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ ُ ُ
‫ود موءانس ِت ِه‬ ِ ‫من وج‬

101. “Cukuplah sebagai balasan dari Alloh pada orang-orang yang


beramal,apa yang telah dibukakan Alloh dalam hati mereka dari
kebiasaan melakukan taat dan apa yang di berikan Alloh pada mereka
berupa kesenangan berdzikir kepuasan berkholwat,menyendiri dengan
Alloh”.

Syarah

Tidak ada nikmat didunia ini yang menyamai/menyerupai nikmat surga,


kecuali nikmat yang dirasakan oleh ahli dzikir,dalam perasaan hati.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 141


Al-Hikam Pasal 102

“Beribadah Jangan Mengharap Sesuatu Selain Alloh”

ِّ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ ُ ُ ُ ُ َ َ َ ْ َ َْ ُ ْ ُ ُ َْ َ َ
‫َم ْن ع َبد ُه ِلشى ٍء يرجوه ِمنه او ِليدفع ِبطاع ِت ِه ورود العقوب ِت عنه فما قام ِبح ِق‬
َ

َ َْ
‫اوص ِاف ِه‬

”Barang siapa menyembah Alloh karena mengharap sesuatu, atau untuk


menolak siksa atas dirinya, maka dia belum menunaikan kewajiban
terhadap sifat-sifat Alloh”.

Syarah

Sebagai hamba Alloh kita wajib menghamba dan beribadah hanya


kepadaNya, yang kita tuju juga hanya Alloh, bukan karena pahala
surgaNya, atau atau siksa nerakaNya. ILAAHI ANTA MAQSHUUDII-WA-
RIDHOOKA MATHLUUBII.

Alloh telah menurunkan wahyu pada Nabi Dawud as.: Sesungguhnya


orang yang sangat aku kasihi ialah orang yang beribadah bukan karena
upah pembeerianKu, tetapi semata-mata karena Aku yang berhak untuk
disembah. Dalam kitab zabur disebutkan: Dan siapakah yang lebih kejam
dari orang yang menyembahku karena surge atau neraka, apakah
seandainya Aku tidak membuat surge atau neraka, Aku tidak berhak
untuk disembah.. Nabi saw.bersabda: Janganlah berlaku sebagai
seorang hamba yang busuk jika takut, lalu bekerja/beribadah. Dan jangan
berbuat sebagai buruh Yang busuk jika tidak di bayar tidak bekerja.Sebab
sebenarnya pemberian Alloh kepada hamba itu sudah lebih dari yang
diharapkan yaitu hidupnya, nafasnya,panca indranyadan kesehatannya
dan lain-lainnya.

Abu Hazim berkata: Saya malu menyembah Alloh karena pahala, seperti
buruh yang busuk jika tidak di bayar tidak bekerja, atau menyembah
karena takut siksa, seperti budak yang curang jika tidak takut siksa, tidak
bekerja, tetapi saya menyembah Alloh karena cinta kepadaNya.

Sufyan As-tsaury minta nasehat kepada Robi’ah Al-adawiyyah, maka


Robi’ah berkata: Engkau seorang yang baik, andaikan engkau tidak cinta
kepada dunia.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 142


Al-Hikam Pasal 103 - 104

“Memahami Rahasia Pemberian Dan Penolakan Alloh”

َ ٰ ِّ ُ َ ُ َ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ
‫متى اعطاك اشهدك ِبره ومتى منعك اشهدك قهره فحو ِفى ك ِل ذلك‬
َ ْ ْ ُ ُ ُ ٌ ِّ َ ُ َ َ ٌ ِّ َ َ ُ
‫متع ِرف ِاليك ومق ِبل ِلوجو ِد لط ِف ِه عليك‬

103. “Apabila Alloh memberi karunia kepadamu, maka Ia akan


menunjukkan kepadamu karunia belas kasihNya, dan apabila Alloh
menolak pemberianNya atasmu, maka Ia akan menunjukkan kepadamu
kekuasaanNya, maka Ia dalam semua itu memperkenalkan diri
kepadamu, dan mehadapkan kepadamu dengan kehalusan pemberian
pemeliharaanNya kepadamu”.

Syarah .

Kuwajiban bagi tiap hamba harus mengenal Tuhannya, dengan segala


sifat-sifat kebesaranNya. Maka siapa yang tidak mau mengenal dengan
sifat Mu’thi Wahhab (pemberi) maka ia harus mau mengenal dengan sifat

Mani’(menolak) Muntaqim(membalas) Qohhar(memaksa). Tetapi apabila


telah mengenal hikmah Rahmat Alloh, maka terasa bahwa semua itu
semata-mata karunia dari Alloh kepada hambaNya.

Sufyan as-tsaury bertemu dengan Abu Habib Al-badry, dan member


salam, Abu Habib bertanya: Engkaukah Sufyan astsaury yang terkenal
itu? Jawabnya: benar, semoga Alloh memberkahi apa yang dikatakan
orang-orang itu. Lalu Abu Habib berkata: Hai Sufyan, tidak ada suatu
kebaikan melainkan berasal dari Tuhan. Jawab Sufyan, Benar. Ditanya
lagi: mengapa kamu tidak suka bertemu pada siapa yang tidak ada
kebaikan Kecuali padaNya. Hai Sufyan: Penolakan Alloh kepadamu itu
berarti pemberian karuniaNya padamu, sebab ia tidak menolak karena
bakhil atau tidak ada, hanya dia menolak permintaanmu karena kasihnya
kepadamu. Hai Sufyan, Sesungguhnya aku masih suka duduk dengan
engkau tetapi bersamamu itu ada kesibukan, kemudian Abu habib menuju
kekambingnya dan membiarkan Sufyan Astsaury.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 143


َ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ ِّ َ ُ َ َّ
ِ ‫ِانما يوء ِلمك المنع ِلعد ِم فه ِمك ع ِن اّٰللِ ف‬
‫يه‬

104. “Sesungguhnya sebab terasa pedihnya penolakan Alloh kepadamu


itu, karena engkau tidak mengerti hikmah rahmat Alloh dalam penolakan
(tidak memberikan keinginan/harapanmu)itu”.

Syarah .

Sebagian dari tanda memahami penolakan (tidak mengabulkan do’a) dari


Alloh yaitu:

1. Kita bisa memahami Bahwasannya Alloh menghendaki kita


menghadap kepadaNya, selalu bergantung kepadaNya, dan tanda
dikasihi Alloh, karena apabila Alloh mencintai hambanya maka
hamba itu akan di jaga dari kesenangan dunia.
2. Kita bisa memahami Bahwasannya Alloh akan menapakkan kita
kejalan orang-orang yang dekat dengan Alloh. Seperti kata Syeih
al-Fudhail dalam munajatnya : Ya Tuhanku, Engkau memberi lapar
padaku dan keluargaku, dan Engkau tidak memberi pakean pada
ku dan keluargaku, yang itu semua biasanya diperuntukkan orang-
orang pilihan, lalu kenapa aku bisa mendapatkan kedudukan yang
seperti itu?.
3. Kita bisa memahami Bahwasannya dunia itu rusak, hina dan akan
musnah, dan kita merasa senang dengan simpana untuk kita besok
di akhirat.

Dengan memahami itu semua akan membuka hati kita. Dan apabila hati
kita telah terbuka maka kita bisa memahami bahwa penolakan dari Alloh
itu lebih menyenangkan. Jadi Alloh tidak memberi itulah Hakikatnya
pemberian Alloh.

Tiada sempurna Iman dan keyakinan seseorang kepada Alloh sebelum ia


memiliki dua sifat:

1. Percaya penuh kepada Alloh, yakni bersandar dan berharap hanya


kepada Alloh.
2. Bersyukur kepada Alloh karena dihindarkan dari padanya apa yang
di ujikan pada orang lain yaitu berupa kekayaan dunia.Juga tidak
sempurna iman keyakinan hamba sebelum ia mengerti bahwa
pemberian Alloh sesuatu yang manfaat. Dan penolakan Alloh itu
karena madhorot/bahaya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 144


Al-Hikam Pasal 105 - 106

“Jangan Menyombongkan Amalmu”

َ َ َ َ َُّ َ ُ َ َ َ َ ََ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َُّ
‫ وربما قضى عليك‬.‫ول‬
ِ ‫اعة وما فتح لك باب القب‬
ِ ‫ربما فتح لك باب الط‬
ُ ُ ً َ َ َ َ ْ
‫بالذَّن ِب فكان سببا ِفي الوصو ِل‬

105.”Terkadang Alloh membukakan untukmu pintu taat, tetapi belum


dibukakan pintu kabul (penerimaan), Sebagaimana adakalanya
ditaqdirkan engkau berbuat dosa, tetapi menjadi sebab Wusul
(sampaimu) kepada Alloh”.

Syarah

Taat itu terkadang bibarengi dengan penyakit hati yang bisa


menghilangkan ikhlas,seperti ujub(bangga dengan amalnya dll.
Sedangkan dosa itu terkadang diikuti dengan merasa hina dirinya dan
menganggap baik orang yang tidak melakukannya, dan menjadikan dia
meminta ampun kepada Alloh sehingga menjadi sebab Alloh
mengampuni dosanya, dan bisa wushul kepada Alloh.

Abu hurairoh ra. berkata: Bersabda Nabi saw. “Demi Alloh yang jiwaku
ada di tanganNya, andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Alloh akan
menyingkikan (mematikan)kamu, dan diganti dengan orang-orang yang
berbuat dosa lalu minta ampun kepada Alloh, lalu di ampuni oleh Alloh.
ً َ َ ْ ََْ َ ٌ َ ً َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ
ْ
‫عة اورثـت ِعز واس ِتكبارا‬
ٍ ‫مع ِصية اورثـت ذلا وافـ ِتقارا خير من طا‬

106.”Maksiat (dosa) yang menjadikan rendah diri dan membutuhkan


rahmat dari Alloh,itu lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan
rasa sombong, ujub dan merendahkan orang lain”.

Syarah

Merasa hina,rendah diri itu bagian dari sifatnya seorang hamba kepada
Alloh. Syeikh Abu Madyan berkata : inkitsarun lil-‘aashi khoirun min
wushuulil-muthii’I Perasaan rendah diri yang telah berbuat dosa, itu lebih
baik dari kesombongan seorang yang taat.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 145


Ada kalanya seorang hamba berbuat kebaikan yang menimbulkan rasa
ujub,sombong, sehingga menggugurkan amal yang di kerjakan
sebelumnya. Dan ada kalanya seorang berbuat dosa yang menyedihkan
hatinya, sehingga timbul rasa takut kepada Alloh, yang menyebabkan
keselamatan pada dirinya.

As-sya’by meriwayatkan dari Al kholil bin Ayyud, bahwasanya seorang


‘abiid (ahli ibadah) Bani israil,ketika ia berjalan ia selalu dinaungi oleh
awan, tiba-tiba ada seorang pelacur bani israil tergerak hatinya, ingin
mendekat kepada si ‘Abid. Maka ketika pelacur itu mendekat pada si
‘abid, tiba-tiba si abid itu mengusirnya dengan berkata: pergi kau dari sini.
Maka Alloh menurunkan wahyu kepada Nabi, bahwa Aku(Alloh) telah
mengampuni dosa pelacur itu dan membatalkan amal aabid itu. Maka
berpindahlah awan dari atas kepala aabid ke atas kepala pelacur itu.

Al-harits Al-muhasiby berkata: Alloh menghendaki supaya anggauta lahir


ini sesuai dengan batinnya(hati), maka apabila sombong congkak
seorang alim/aabid, sedangkan pelacur itu tawadhu’ merendahkan diri,
maka ketika itu pelacur itu lebih taat kepada Alloh dari si aabid dan alim.

Ada pula kisah: seorang aabid bani israil sedang sujud, tiba-tiba
kepalanya diinjak oleh orang,maka aabid itu berkata: angkat kakimu,
Demi Alloh aku tidak akan mengmpunkan engkau. Maka alloh menjawab:
Hai orang yang bersumpah atas namaKu, bahkan engkau tidak
diampunkan karena kesombonganmu. Al Harits berkata: Dia bersumpah
karena merasa diri besar disisi Alloh, maka kesombongan, ujub itulah
yang tidak di ampuni Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 146


Al-Hikam Pasal 107 - 108

“Nikmat Iijad(Diciptakan) dan Nikmat Imdad(Kelanjutan)”

ْ ُ ْ ُ ْ ِّ َ ُ ِّ ُ َُّ َ َ ْ َ ٌ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ
‫جاد‬
ِ ‫الاي‬ِ ‫ِنع َمتا ِن ما خرج موجود عنها ولا بد ِلك ِل مكـ ِو ٍن ِمنهما ِنعمة‬
َ ْ ْ َ
‫ُالامدا ِد‬
ِ ‫و ِنعمة‬

107.”Ada dua nikmat yang tidak ada satu mahlukpun yang terlepas dari
keduanya, yaitu nikmat ciptaan(diwujudkan) dan nikmat kelanjutan.

Syarah

Karena tiap makhluk asalnya tidak ada, maka nikmat yang diterima
pertama kali adalah nikmat iijad/diciptakanAlloh yang menjadikannya
ada.kemudian dilanjutkan dengan nikmat Imdad/kelanjutan hidup, yakni
melengkapi kebutuhan hidup, sebab bila tidak dilengkapi kebutuhan hidup
maka tidak akan dapat bertahan hidup.

َ ً َ َ ً َّ َ َ ََْ
‫مداد‬
ِ ‫الا‬ِ ‫انعم عليك اولا ِبال ِايج ِاد واثانيا ِبتوالى‬

108. “Pada mulanya Alloh memberi nikmat kepadamu berupa


iijad/diwujudkan, kemudian nikmat yang kedua: melengkapi kebutuhan-
kebutuhan wujudmu yang terus-menerus(bantuan/pertolongan Alloh)”.

Syarah

Alloh berfirman: wa-asbagho ‘alaikum ni’mahuu-dhohirotan-wa-


baathinah.(Alloh menuangkan kepadamu nikmat lahir batinyang terang
dan samar, dan yang tidak terasa.)

Dan firman Alloh: “Tetapi Alloh yang mencintakan kamu kepada iman,dan
Alloh menghias iman itu dalam hatimu, dan Alloh yang membencikan
kamu kepada kufur(kekafiran)dan pelanggaran dan maksiat dosa.
Merekalah orang yang dapat petunjuk, itu semua karunia dari Alloh dan
nikmat, dan Alloh maha mengetahui lagi bijaksana. Al-hujurat 8”.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 147


Dzun-Nun Al-Mishri berkata: Siapa yang dalam tauhid itu merasa seolah-
olah sebagai hasil kecerdasannya sendiri, maka tauhid itu, tidak dapat
menyemenyelamatkannya dari api neraka, sehingga merasa bahwa
tauhidnya itupun karunia dari Alloh ta’ala.

Seseorang apabila telah merasa asal kejadiaannya dari Alloh dan


kelanjutannya pun dari Alloh, merasa bahwa sifat fakirnya itu memang asli
pada kejadiannya, dan ia tidak dapat melepaskan diri dari Tuhan yang di
hajatkannya pada tiap detik dalam wujudnya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 148


Al-Hikam Pasal 109

“Sifat Asli Manusia Dan Waktu Terbaik Untuk Hamba”

ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ٌ َ َ ُ َ َ ُ ُ ُ َ ٌ َ َ َ ُ ََ
‫ذاتية وورود الاسبا ِب مذ ِكرات لك بما خفى عليك منها والفاقة‬
ِ ‫فاقتك لك‬
ُ َ َ َ ُ َ ََْ ٌ َ َ
‫الذ ِّا ِتية لاترفعها العو ِارض‬

109.“ Kefakiran/kebutuhanmu itu adalah sifat asli dalam dzat kejadianmu,


sedang sebab-sebab/kejadian yang menghinggapi dirimu itu untuk
mengingatkan kamu apa yang tersembunyi bagimu dari sifat aslimu,
sedangkan kebutuhan/sifat asli itu tidk bisa dihilangkan dengan sesuatu
yang sementara”.

Syarah

Hikmah ini menjadi kelanjutan dari hikmah sebelumnya, yang


menerangkan nikmat pemberian dari Alloh.

Jadi jelas sudah, bahwa wujud/kejadianmu itu pemberian/ciptaan Tuhan,


demikian pula hajat kebutuhan tiap detik untuk kelanjutan hidup, itupun
pemberian Tuhan,maka jelas bahwa kebutuhan/kefakiran itu asli dalam
kejadianmu.

Jadi apabila kamu lupa dengan kefakiran kamu, seolah-olah kamu tidak
berhajat karena sudah hidup, dalam kondisi sehat, punya harta maka itu
suatu hal yang hinggap sementara ketika engkau lupa asal kejadianmu,
maka Alloh memberi padamu peringatan berupa penyakit, kekurangan
harta dll, untuk mengingatkan kamu asal kejadianmu (fakir). Sehingga
kamu mau kembali lagi menjadi seorang hamba.

Sebagian ulama’ mengatakan : mengapa firaun mengatakan “ANA


ROBBUKUMUL-A’LAA”( akulah tuhan yang maha tinggi.), itu dikarenakan
firaun itu kaya dan selalu sehat tidak pernah sakit. Firaun dalam waktu
400 tahun itu tidak pernah sakit sekalipun, seumpama dia pernah sekali
saja sakit kepala atau panas badannya, tentu dia tiadak akan mengku
menjadi Tuhan.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 149


Al-Hikam Pasal 110

“Waktu Terbaik Untuk Hamba”

َ َّ ُ ُ ٰ ُّ َ ُ َ َ َ َ ُ ُ ُ ُ َ َْ ٌ َْ َ َ َ ُْ َ
ِ ‫يه وجود فاق ِتك وترد ف ِي ِه ِالى وج‬
‫ود ِذل ِتك‬ ِ ‫خير اوقا ِتك وقت تشهد ف‬

110.” Sebaik-baik waktu dalam hidupmu, ialah saat-saat dimana engkau


merasa dan mengkui kefakiran / kebutuhanmu, dan kembali pada adanya
kerendahan dirimu”.

Syarah

Sebaik-baik waktu dalam masa hidupmu, ialah saat ingat kepada Alloh
dan putus hubungan dengan segala suatu selainNya. Yaitu disaat
merasakan benar-benar kebutuhanmu kepada Alloh, sedang segala
sesuatu yang lainnya tidak dapat menolong meringankan kebutuhanmu.
Dan tidak ada pengharapan selain padaAlloh. Maka pada saat itu
murnilah pengertian tauhidmu kepada Alloh.

Diceritakan: Syeih ‘Ato’ as-sulamy itu selama tuju hari tidak merasakan
makanan sama sekali dan dia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi dalam
kondisi seperti itu hati beliau tambah senang, dan berkata(berdo’a): Ya
Tuhanku, jika Engkau tidak memberi makanan kepadaku tiga hari lagi
tentu aku akan sholat seribu rokaat.

Syeih Fathul-Mushily pada satu malam pulang kerumahnya, dan


dirumahnya tidak ada makanan, tidak ada lampu, tidak ada kayu bakar.
Lalu dia memuji kepada Alloh dengan munajatnya: Ya Tuhanku, sebab
apa aku Engkau tempatkan pada tempatnya para kekasihMu?

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 150


Al-Hikam Pasal 111

“Al-Unsu(Ketenangan Jiwa)”

ْ ُ َ َ َ َ ُ ُ ُ ََّ ْ َ َ َ َ َ ٰ َ
‫لق ِه فاعلم انه ي ِريد ان يفتح لك باب الان ِس ِب ِه‬
ِ ‫متى اوحشك من خ‬

111.” Apabila Alloh telah menjemukan kamu dari mahluk,maka ketahuilah


bahwa alloh akan membukakan untukmu pintu ketenangan dan senang
kepada Alloh”.

Syarah

Pada hikmah-hikmah sebelumnya menjelaskan tentang karunia


pemberian Alloh kepada kita, sehingga kita tahu tentang kefakiran dan
kehinaan kita.

Pada hikmah ini Syeikh Ibnu ‘Ato’illah mejelaskan tanda orang-orang


yang sudah bergantung kepada Alloh akan diberi UNSU(ketenangan
hati). Yaitu Ketika Alloh telah membuka pintu ketenangan menghadap
Alloh,maka kamu benar-benar menjadi hamba Alloh, dan kamu akan
merasa jemu dengan selainNya(mahluk), karena merasa mahluk tidak
bermanfaat, bahkan adakalanya mudhorrot baguimu. Diceritakan: Syeih
Abu Yazid al-busthomy, ketika ia diperlihatkan oleh Alloh alam Malakut
dan mahluk-mahluk yang ada di langit, kemudian di Tanya: adakah
sesuatu yang menyenangkan engkau? Jawabnya: Tidak. Maka dikatakan
kepadanya: Engkau hamba Alloh yang sesungguhnya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 151


Al-Hikam Pasal 112 - 113

“Rahasia Berdo’a”

َ ُْ ُ ُ ُ ََّ ْ َ َ َ َ ََ ََ ْ َ ٰ َ
‫متى اطـلق ِلسانك ِباالطل ِب فاعلم انه ي ِريد ان يع ِطيك‬

112.” Apabila Alloh telah melepaskan lidahmu untuk meminta, maka


ketahuilah bahwa alloh akan memberi kepadamu”.

Syarah

Yakni ketika alloh melepaskan lidahmu dari diam(tidak meminta) yang


timbul karena kamu merasa kaya dan tidak butuh dan tidak melihat
kefakiranmu, sehingga kamu mau meminta/berdo’a dengan lisanmu
kepada Alloh, itu disebabkan kamu sadar dengan kefakiranmu, pasti Alloh
akan memberi kepadamu. Karena Alloh telah berjanji akan mengijabah
do’a orang-orang yang sangat berhajat.

Abdulloh binUmar berkata: Rosululloh saw.bersabda : Siapa yang telah


mendapatkan izin berdo’a, berarti telah dibukakan baginya pintu rahmat,
dan tiada dimintai sesuatu yang lebih disukai oleh Alloh dari pada dimintai
ampunan dan selamat dunia akhirat.

Dalam Hadits lain: Rosululloh saw. bersabda: Siapa yang telah diberi
kesempatan berdo’a, maka tidak akan diharamkan dari
ijabah(diterimanya do’a)

Anas bin Malik berkata: Rosululloh saw. Bersabda: Apabila Alloh kasih
sayang kepada seorang hamba, maka diturunkan kepadanya bala’, maka
bila ia berdo’a, Malaikat berkata: suara yang sudah terkenal, Jibril
berkata; Tuhanku, hambaMu fulan, sampaikan hajatnya. Alloh menjawab:
Biarkan saja hambaku, Aku suka mendengar suaranya, maka apabila
hamba berkata: Ya Robbi, Alloh menjawab: Labbaika hambaKu, tiada
engkau berdo’a kecuali Aku sambut, dan tiada engkau meminta
melainkan pasti Aku berikan,ada kalanya aku segerakan pemberianku
untukmu, atau aku simpan untukmu yang lebih baik bagimu. Atau Aku
tolak dari padamu bala’ yang lebih besar dari itu.

ٌ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ َ ْ ُُ َ َ ُ َ
‫العا ِرف لا يزول ِاضطراره ولا يكون مع غي ِراّٰلل قرارة‬

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 152


113.” Seorang aarif tidak akan hilang rasa hajat kebutuhannya kepada
Alloh, dan tidak pernah merasa tenang, atau bersandar kepada sesuatu
selain Alloh”.

Syarah

Seorang Arif mempunyai hati yang sangat halus dan adab sopan santun
yang sangat tinggi terhadap AllOh. Dia mengenali karunia dan
kekuasaan Alloh, pada nikmat penciptaan(ijaad) dan nikmat kelanjutan
kewujudan (imdaad)yang diciptakan Alloh. Dia meyakini bahawa tiada
satu detik pun makhluk bisa terlepas dari ketergantungan kepada Alloh.

Seorang ‘Aarif selalu merasa berhajat kepada Alloh, sebab memang


tidak ada Sesutu yang bisa memuaskan kepadanya selain Alloh,. Juga
karena sadar benar-benar terhadap kekuasaan Alloh disamping
kelemahan dan kebutuhan diri sendiri kepada Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 153


Al-Hikam Pasal 114

“Hati Diterangi Dengan Nur Sifat-Nya”

ْ َ ََ َ ٰ ْ َ ْ
َ
َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
َ َ َ
‫صاف ِه لاج ِل ذلك افلت‬
ِ ‫انارالظوا ِهر ِبانوا ِر اثا ِر ِه وانارالسراءر او‬
َّ َّ َ َ َٰ َ َ َْ ْ ُ َّ ُ َ ْ َ
َ
‫ ان شمس‬: ‫ولذلك ِقيل‬، ‫اءر‬ َ ُ ْ َ
ِ ‫واه ِر ولم تأفـل انوارالقلو ِب واالسر‬ ِ ‫انوارالظ‬
ُ‫تغيب‬ْ ْ َ َ ْ َ َ ُ ُ ْ َ َ َّ
‫القلوب ليست‬
ِ ‫ليل وشمس‬ ٍ ‫النها ِر تـغرب ِب‬
114.”Alloh telah menerangi alam (lahir) ini dengan cahaya
makhluk(atsar)Nya, dan menerangi Hati (sir) dengan Nur sifatNya. Maka
karena itu cahaya alam itu bisa terbenam, dan tidak dapat
terbenam/hilang cahayanya hati dan sir. kata syair: “Sesungguhnya
mataharinya siang itu terbenam waktu malam,” “tetapi mataharinya hati
tidak pernah terbenam”.

Syarah

Alloh menerangi alam dengan Nur/cahaya bulan,bintang dan matahari


yang semua itu makhluk yang rusak dan berubah, tetapi Alloh menerangi
Hati (sir) dengan Nur, ilmu dan ma’rifat yang langsung dari sifat-sifat Alloh,
maka karenanya tidak dapat suram dan terbenam.

Syair ini mengingatkan pada kita tentang pentingnya memperhatikan


sesuatu yang abadi dari pada yang bisa rusakdan sirna.

Sahl bin Abdulloh ketika ditanya tentang makanan (qut) jawabnya: Huwa-
alhayyul-ladzii laa-yamuut.(Ia yang hidup dan tiada mati). Penanya
berkata: Saya tidak bertanya tentang makanan itu , tapi makanan yang
menguatkan, jawabnya: Ilmu, ketika ditanya: Makanan sehari-hari yang
lazim? Jawabnya: Dzikir, ditanya: makanan jasmani? Jawabnya : apa
urusanmu dengan jasmani, biarkan /serahkan pada yang membuat pada
mulanya dia akan mengurusi selanjutnya, jika ada kerusakan kembalikan
pada yang membuat, tidakkah itu sudah lazim, buatan sesuatu jika rusak
kembalikan pada yang membuat untuk di perbaiki.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 154


Al-Hikam Pasal 115 - 116

“Sikap Menghadapi Bala’ & Ujian”

َ َ ْ َ ْ ُ َ ُ ُ ْ ُ ُ ََّ َ ُ َ َ َ َ َ َ ْ ِّ َ ُ
‫فالذىواجهتك‬
ِ .‫ِليخ ِفف الم البلا ِء عليك ِعلمك ِبانه سبحانه هو المبلى لك‬
َ ُ ُ َ َ َّ َ ْ َ ُ ُ ُ
‫الا ِخ ِتيا ِر‬
ِ ‫منه الاقدار هوالذي عودك حسن‬

115. “ Seharusnya bala’ yang menimpa padamu terasa ringan, karena


engkau mengetahui bahwa Alloh yang menguji(memberi bala’)
padamu.maka Tuhan yang menimpakan kepadamu takdirNya itu, Dia
pula yang telah biasa memberi sebaik-baik apa yang dipilihkanNya
untukmu.(Dialah yang membiasakan kau merasakan sebaik-baik
pilihanNya/pemberianNya)”.

Syarah

Ketahuilah, bahwa Dzat yang memeberi nikmat kepadamu punya


kebiasaan senang memberi sesuatu yang terbaik untukmu, maka dilain
waktu bila memberi sesuatu yang dirasakan tidak baik, tentu kamu bisa
yakin bahwa itu juga terbaik untukmu.

Abu ali ad-daqqoq berkata: Suatu tanda seorang itu mendapat Taufiq
karunia Alloh, ialah terpeliharanya iman (Tauhid) diwaktu menghadapi
bala’,ujian bencana. Wa-‘asaa -an-takrohuu syai-an-wahuwa khoirul-
lakum ( Mungkin kamu tidak suka pada sesuatu, pdahal itu baik untukmu).

Abu tholib al-Makki berkata: Manusia itu tidak suka miskin, hina dan
penyakit, padahal itu semua baik baginya untuk bekal di akhirat,
sebaliknya ia suka kaya, sehat dan terkenal padahal itu semua bahaya
disisi Alloh, dan jelek akibatnya.

Al-junaidy berkata: Ketika saya tidur ditempat As-Sary as-saqothy, tiba-


tiba saya di bangunkan, lalu dia berkata: Ya junaid, saya telah bermimpi
seolah-olah berhadapan dengan Alloh, lalu alloh berkata kepadaku: Hai
Sarri, ketika Aku membuat makhluk maka semua mengaku cinta
kepadaku, kemudian aku membuat dunia, maka lari dari padaku Sembilan
puluh persen(90%) dan tinggal sepuluh persen(10%), kemudian aku
membuat surga, maka lari dari padaku sembilan puluh persen dari
sisanya itu, kemudian Aku membuat neraka, maka lari dari padaku

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 155


Sembilan puluh persen dari sisanya itu, kemudian aku membuat bala’,
maka lari dari padaku sembilan puluh persen dari sisa-sisanya itu.

Maka aku berkata pada sisa yang tinggal itu: Dunia kamu tidak mau,
surga kamu tidak suka, neraka kamu tidak takut, bala’ musibah juga kamu
tidak lari, maka apakah keinginanmu? Jawabnya: Engkau telah
mengetahui keinginan kami. Aku berkata; Aku akan menurunkan
kepadamu bala’ yang tidak akan sanggup menanggungnya walaupun
bukit yang besar. Sabarkah kamu? Jawab mereka: Apabila Engkau yang
menguji, maka terserahlah kepadamu (berbuatlah sekehendakmu), maka
mereka itulah hambaku yang sebenarnya.

َْ ُ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ ََ َّ‫َم ْن َظ‬
‫ورنظ ِر ِه‬
ِ ‫ص‬ ‫ق‬‫ل‬ِ ‫ك‬‫ذا‬ ‫ف‬ ‫ه‬
ِ ‫ر‬ِ ‫د‬ ‫ق‬ ‫عن‬ ‫ه‬
ِ ‫ف‬
ِ ‫ط‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ا‬ ‫ك‬‫نف‬
ِ ‫ا‬ِ ‫ن‬

116. ” Barang siapa yang mengira terlepas kasih sayang Alloh sebab
turunnya bala’ ujian yang ditakdirkan Alloh, maka yang demikian itu
disebabkan karena piciknya(dangkalnya)pandangan imannya”.

Syarah

Rosululloh saw. Bersabda: “ Jangan menuduh tidak baik terhadap segala


apa yang telah ditakdirkan Alloh untukmu”.

Rosululloh saw. Bersabda: jika Alloh belas kasih pada seorang hamba,
maka diuji dengan bala’, jika sabar maka dipilihNya, jika telah ridho maka
diistimewakan”.

Abu Hurairoh ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda: ” Siapa yang


dikehendaki Alloh untuknya kebaikan, maka diujinya dengan musibah
bala”.

Abu Hurairoh dan Abu Said ra. keduanya berkata: Bersabda Rosululloh
saw.: “ Tiada sesuatu yang mengenai seorang mukmin berupa
penderitaan, kelelahanatau risau hati/fikiran melainkan kesemua itu akan
menjadi penebus dosanya”. HR. Bukhori-Muslim.

Ibnu Mas’ud ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda :” Tiada seorang


muslim yang terkena musibah bala’ gangguan atau penyakit, danyang
lebih ringan dari itu melainkan Alloh menggugurkan dosanya, bagaikan
gugurnya daun pohon”.

Kita jangan menjadi orang yang dangkal/piciknya pandangan,sehingga


tidak dapat melihat adanya nikmat rahmat karunia dari Alloh dalam takdir

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 156


musibah bala’ itu hanya karena lemahnya iman keyakinan, dan tidak
adanya Husnudh-dhon terhadap Alloh ta’ala yang maha bijaksana dan
rahmat.

Sebab kalau kita mau berhusnudhon kepada Alloh banyak sekali karunia
Alloh yang diberikan bersamaan dengan bala’/ujian itu diantaranya:Sebab
bala’ kita oleh Alloh ditempatkan dipintu rohmatNya.

Sebab bala’ nafsuu kita jadi lemah, hilang kekuatannya, hilang sifst-
sifstnys nafsu yang menjatuhkan kita kepintu maksiat dan mencintai
dunia.Sebab bala’ hati mudah untuk taat spt sabar, ridho, tawakkal, zuhud
dan ingin bertemu dengan Alloh.

Sebab bala’ dosa-dosa hamba akan diampuni oleh Alloh.dll..

Imron bin Husain ra. menderita penyakit buang air selama tiga puluh
tahun tidak dapat bergerak dari tempat tidurnya, sehingga dibuatkan
lubang dibawah tempat tidur untuk kencing dan buang airnya, suatu hari
datang saudaranya Al alaa’ atau Muthorrif bin Assyikhir, lalu menangis
melihat penderitaan Imron bin Husain, maka ditanya oleh imron :
mengapakah engkau menangis? Jawabnya: karena aku melihat
keadaanmu, imron berkata: jangan menangis, karena aku suka pada apa
yang di sukai alloh untukku. Kemudian imron berkata; saya akan berkata
kepadamu semoga bermanfaat bagimu, tetapi jangan kau buka kepda
orang lain sehingga ak mati. Sesungguhnya para malaikat berziarah
padaku dan member salam padaku, sehingga aku merasa senang
dengan adanya mereka.

Urwah bin Az-Zubair ra. ketika sakit yang oleh dokter diputuskan harus di
potong betisnya, maka ketika akan dilaksanakan, oleh dokterakan diberi
obat tidur supaya tidak terasa sakitnya dipotong betisnya itu. Urwah
berkata: jangan diberi obat tidur, tetapi teruskan potong beris tanpa obat
tidur. Dan ketika digergaji betisnya tidak terdengar keluhan kecuali
ucapan Hasby (cukup bagiku yakni rohmat Alloh).

Dan setelah selesai operasinya, ia menyuruh pembantunya supaya


mencuci dan membungkus potongan betisnya itu dan menguburnya
dikuburan kaum muslimin, lalu ia berkata: Alloh telah mengetahui bahwa
kaki itu tidak pernah saya gunakan berjalan kepada maksiat, lalu ia
berkata: Ya Alloh, jika Engkau ambil, masih banyak sisanya, jika engkau
memberi bala’,masih banyak selamatnya..

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 157


Al-Hikam Pasal 117

“Khawatir Dengan Hawa Nafsu”

َ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ َ َّ َ َ ُ ُ ُ َ ََْ ْ َ َ َُ ُ َ
‫لا يخاف عليك ان تلت ِبس الطرق عليك واِ نما يخاف عليك ِمن غلب ِة الهوى‬
َ
‫عليك‬

117. “Tidak dikuatirkan padamu salah jalan, tetapi yang dikuatirkan


atasmu yaitu menangnya hawa nafsu mengalahkan akal dan imanmu”.

Syarah

Apabila kamu dalam perjalanan suluk mengalami berbagai hal spt:


berbuat taat,atau maksiat,mendapat nikmat atau bala’, itu semua jalan
menuju Alloh yang sudah jelas, sudah cukup tuntunan dalam Alqur’an dan
Hadits nabi. Jika berbuat taat hendaknya merasa itu sebagai karunia dari
Alloh, jika berbuat dosa lekas bertaubat, jika menerima nikmat harus
bersyukur, jika mendapat ujian bala’ harus bersabar. Tetapi yang di
khawatirkan padamu yaitu merajalelanya hawa nafsu, sehingga
mengalahkan akal dan iman.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 158


Al-Hikam Pasal 118

“Alloh Menutupi Rahasia Kewalian”

َّ ْ ُ ُّ َ َ َ َ َ َّ َ َ ُ ُ َّ ُ ُ َّ َ َ َ َ َ ْ ُ
‫مة الربو ِبي ِة ِفى‬
ِ ‫ور البش ِري ِة وظهر ِبعظ‬
ِ ‫سبحان من ستر ِسرالخصوصي ِة ِبظه‬
َّ ُ ُ َ
‫ودي ِة‬
ِ ‫ِاظها ِرالعب‬

118.“Maha suci Alloh yang telah menutupi rahasia-rahasia keistimewaan


seorang wali dengan tampaknya sifat-sifat yang umum bagi menusia, dan
telah jelas terlihat keagungan ke-Tuhanan Alloh dengan menunjukkan
kepada manusia sifat-sifat kehambaan dan kerendahan mahluknya”.

Syarah

Rahasia-rahasia kebesaran ilmu ma’rifat yang diberikan oleh Alloh pada


para walinya ditutupi oleh Alloh dengan tampaknya sifat dan kebiasaan
yang umum bagi semua manusia,seperti bekerja, bertani,berdagang dll,
tetapi dalam hatinya penuh dengan ilmu dan makrifat. sebaliknya Alloh
memperlihatkan dengan sangat jelas kebesaran ke-TuhananNya dengan
menunjukkan sifat-sifat ‘Ubudiyyah,kelemahan dan kefakiran hamba
kepadaNya.

Syeih Abil-Hasan as-Syadzily ra. berkata:

AL-‘UBUDIYYATU JAUHAROTUN ADH-HAROTHARRUBUBIYYAH.

(Ubudiyyah/penghambaan itu berlian yang diperlihatkan ke-Tuhanan


Alloh.)

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 159


Al-Hikam Pasal 119

Jangan Menuntut Tuhanmu

َ ََ َ َ َْ ٰ َ َ َ َ
َ َ َ ِّ َ َُ َ
‫ير اد ِبك‬
ِ ‫خر مطلبك ول ِكن ِطالب نفسك ِبتأ ِخ‬
ِ ‫لا تطالب ربك ِبتأ‬
119“Jangan menuntut Tuhan karena ditundanya permintan yang telah
engkau minta kepada Alloh. Tetapi hendaknya engkau koreksi
dirimu,tuntut dirimu yang belumbisa bertatakrama(supaya tidak terlambat
melaksanakan kewajiban-kewajibanmu terhadap Alloh)”.

Syarah

Jika belum tercapai hajat permintaanmu, jangan engkau su’udh-dhon


kepada Alloh, dan menuntut kepada Alloh untuk segera mengabulkan
permintaanmu, sebab Alloh tidak dapat dituntut terhadap apa saja yang
dikehendaki.

Akan tetapi hendaknya permintaanmu itu semata-mata untuk


menunjukan sifat kehambaanmu kepada Alloh, dan hajat kebutuhanmu
kepada Alloh. sebab terhadap kebutuhanmu Alloh tidak usah diingatkan,
bahkan Alloh telah melengkapi segala kebutuhanmu sebelum kau
mengerti apa hajat kebutuhanmu yang sebenarnya. Maka sebaiknya kau
menyerah bulat-bulat kepada Alloh tanpa memaksa, tanpa usul apa-apa
kepada Alloh.

Dan lagi apabila kamu meyakini Alloh tidak akan mengabulkan do’amu itu
berarti kamu tidak punya adab, karena Alloh telah berjanji akan
mengabulkan semua do’a hambaNya. Tetapi cara mengabulkannya tidak
harus mewujudkan seperti keinginanmu, semua terserah Alloh, yang
semua itu terbaik bagimu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 160


Al-Hikam Pasal 120 - 121

“Nikmat Karunia Terbesar Dari Alloh”

ْ َ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ ً َ ُ َّ َ َ َ َ َ
‫الاس ِتسلا ِم ِلقه ِر ِه‬ ‫ن‬
ِ ِ ِ‫اط‬ ‫الب‬ ‫ى‬ ‫ف‬ِ ‫زقك‬ ‫ر‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ر‬
ِ ِ ‫م‬ ‫لا‬ ‫لا‬‫ث‬ِ ‫تـ‬ ‫ِم‬ ‫ر‬ ‫اه‬
ِ ِ ‫الظ‬ ‫ى‬ ‫ف‬ِ ‫لك‬ ‫متى جع‬
َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َ
‫المنة عليك‬ ِ ‫فقد اعظم‬

120.“Apabila Alloh telah menjadikan engkau pada lahirnya taat menurut


perintahNya dan dalam hatimu menyerah/tawakkal kepadaNya, maka
berarti Alloh memberi kepadamu nikmat karunia yang sebesar-besarnya.”

Syarah

Jika Alloh telah memberi taufiq hidayah kepada hamba untuk melakukan
segala perintahNya, dan didalam hati/batinnya diberi kekuatan bisa
menyerah/tawakkal pada sifat qohrinya Alloh(selalu ridho atas apa yang
terjadi atas dirinya), itu berarti Alloh telah memberi karunia nikmat yang
sangat besar.karena Alloh telah mengumpulkan ‘Ubudiyyah
(penghambaan)lahir dan ‘Ubudiyyah batin.

Sebab tugas manusia hanya untuk beribadah kepada Alloh lahir batin,
dengan ikhlas, tentang semua kebutuhan dan hajatnya telah dicukupi oleh
Alloh, maka jangan menuruti hawa nafsu yang tidak ada puasnya.

ُ ُ ْ ْ َ َ ُ َ ُ ُ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ ُّ ُ َ ْ َ
‫ـليصه‬ِ ‫ليس كل من ثبت تخ ِصيصه كـمل تخـ‬

121.” Tidak semua orang yang telah tampak jelas ke-kramatannya itu
berarti telah sempurna pembersihannya(dari penyakit-penyakit hati dan
hawa nafsu).”

Syarah

Kramat(perkara yang luar biasa/tidak masuk akal)yang diberikan Alloh


kepada para hambaNya, yang tujuannya untuk menambah keyakinan dan
keimanan hamba,dan untuk memperkenalkan bukti kekuasaan Alloh itu
tidak tergantung pada sebab dan kebiasaan,bahkan kebiasaan itu bisa
menjadi sebab terhijabnya menusia dari Qudratnya Alloh. dan juga bisa
menjadi fitnah, bagaikan awan yang menutupi sinar matahari keesaan

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 161


Alloh.Maka dari itu menurut ajaran thoriqoh, siapa yang terterikat/silau
pada keramat maka dia terhina.

Seorang sahabat Sahl bin Abdulloh berkata: adakalanya jika saya wudhu’
tiba-tiba air yang mengalir ditanganku menjadi lantakan emas dan perak.
Jawab Sahl: Apakah engkau tidak mengerti bahwa anak kecil jika
menangis dihibur dengan boneka/mainan supaya diam.

Abu Nasher As-saroj berkata: saya bertanya kepada Al-hasan bin Salim:
apakah arti ke-keramatan, sedang mereka telah dimuliakan oleh Alloh
sehingga sanggup mengabaikan dunia dan meninggalkannya dengan
suka rela, tetapi bagaimana lalu kemuliaan(keramat) batu berubah
menjadi emas, apakah artinya itu? Jawabnya: bukannya Alloh
memberikan karena kotornya, tetapi diberi untuk menjadikan hujjah
megalahkan bisikan hawa nafsu, yang selalu goncang kuatir tidak dapat
rizki, sehingga oleh Alloh diperlihatkan yang demikian, sehingga dapat
berkata: Bahwa Alloh yang dapat merubah batu menjadi emas, dapat
mendatangkan rizki dan memberi dari jalan yang tidak disangka.

Ishaq bin Ahmad berkata pada Sahl: Nafsuku ini selalu merasa kuatir
tidak dapat makan. Maka sahl berkata: Engkau ambil batu itu dan minta
kepada Alloh supaya dijadikan makanan untuk kau makan.

Ishaq bertanya: jika berbuat demikian, maka siapa tauladan dalam


berbuat demikian? Jawab sahl: Bertauladanlah pada Nabi Ibrohim
as.ketika berkata : Hai Tuhan tunjukkan perlihatkan kepadaku bagaimana
caranya Engkau menghidupkan sesuatu yang telah mati, supaya tentram
hatiku, sebenarnya aku telah percaya tetapi nafsuku ini tidak puas, kecuali
jika telah melihat dengan mata kepala.

Seoran wali Ibrahim al-khowwas pada sutu hari berrkenalan dengan


orang yahudi didalam kapal, keduanya membicarakan tentang agama,
lalu yahudi tadi berkata: kalau agamamu ini benar, berjalanlah diatas laut
bersamaku.

Lalu siyahudi turun dari kapal dan berjalan diatas laut bersama dengan
Ibrahim, sesampainya didaratan yahudi berkata : aku ingin berteman
danbersamamu, tapi dengan syarat kita tidak boleh masuk masjid dan
gereja, mari kita masuk kehutan dan padang, tidak boleh bawa bekal. Dan
disanggupi oleh Ibrahim, lalu keduanya berjalan ke padang yang tidak ada
tumbuhan dan tidak ada air sama sekali. Sampai tiga hari keduanya tidak
makan dan minum, ketika keduanya duduk-duduk tiba-tiba ada anjing
datang dengan menggigit roti tiga biji,dan ditaruh didepan yahudi lalu
anjingnya pergi, siyahudi lalu makan roti tadi tanpa mengajak Ibrahim ikut

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 162


makan, tidak berapa lama ada pemuda yang tampan dan berbau harum
datang dengan membawa nampan yang dipenuhi dengan makanan dan
minuman yang sangat enak dan lezat, dan ditaruh didepan Ibrahim lalu
dia pergi. Lalu Ibrahim mengajak yahudi untuk ikut makan, tapi yahudi
tidak mau karena malu, akhirnya Alloh member hidayah kepada siYahudi
sehingga masuk Islam dan menjadi murid Ibrahim al-khowwas.

Syeih Abu yazid Al-busthomi berkata: kamu jangan sampai tertipu dengan
dengan keadaan yang luar biasa/tidakmasuk akal, yang di alami
sseorang, tapi lihatlah bagaimana dia taatnya pada perintah Alloh dan
menjauhi laranganNya..

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 163


Al-Hikam Pasal 122 - 123

“Jangan Meremehkan Wirid”

َ َْ ُ ْ َ َ َّ ُ َ ُ ُ َ ٌ ُ َ َّ ُ ْ ْ َ ََْ
‫الورد ينط ِوي‬ ُ
ِ .‫ الو ِارد يوجد في الد ِار الا ِخرا ِة‬.‫الورد الا جهول‬ ِ ‫لايستح ِقر‬
ُ ُ َ َ ُ ُ ْ َُّ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ ُ َ ٰ َ َ َ ِّ ٰ َ ْ
‫الورد هو ط ِالبه‬ ِ ‫ ثم‬،‫ِبانطوا ِء ه ِذ ِه الدا ِر واولى ما يعتنى ِب ِه مالا يخلف وجوده‬
ُ ُ ُ ْ َ َ َْ ُ َ َ َ ْ
‫ِمنك واالو ِارد انت تطلبه‬

122.”Tidak akan meremehkan wirid, kecuali orang yang sangat bodoh,


warid (karunia Alloh buah dari wirid) itu akan wujud di akhirat. Wirid itu
akan habis/hilang bersama habisnya dunia,. Dan sebik-baik yang harus
di perhatikan oleh seseorang yaitu perkara yang apabila hilang tidak ada
gantinya(wirid). Wirid itu sebagai perintah Alloh padamu(haknya Alloh
yang harus kau penuhi), sedangkan warid itu hajat keperluanmu yang kau
minta kepada Alloh, maka apa imbang antara perintah Alloh
kepadamu(hak Alloh) dengan pengharapanmu dari Alloh.”.

Syarah

Wirid adalah segala macam bentuk ibadah lahir batin baik yang wajib
maupun yang sunnah, sedangkan Warid: pemberian Tuhan dalam hati
hamba yang berupa pemahaman,nur/cahaya,kesenagan/manisnya
dalam beribadah,taufiq dan hidayahNya.

Maka sebaiknya seorang hamba menjalankan kewajibannya, karena wirid


itu hanya berlaku ketika masih hidup didunia ini saja, sedang waridakan
lanjut sampai di akhirat.

Rosullulloh saw. Bersabda: Amal yang paling dusukai Alloh ialah yang
istiqomah(terus-menerus) meskipun sedikit .

Hasan al-Basry berkata: siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin
,maka dia rugi dan siapa hari ini lebih buruk dari kemarinnya, maka dia
mahrum(tidak dapat rahmat),dan siapa yang tidak bertambah berarti
berkurang, dan siapa yang makin berkurang amalnya, maka mati lebih
baik baginya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 164


Ketika Al-Junaid ditegur orang karena memegang tasbih ditangannya:
Tuan dalam kedudukan yang demikian itu masih menggunakan tasbih.
Jawab Al-Junaid: alat yang telah menyampaikan kami, maka tidak saya
tinggalkan.

Al-Junaid berkata: Orang ’aarif menerima semua amal(wirid) itu sebagai


tugas dari Alloh, karena itu mereka kembali menghadap pada Alloh
dengan kebiasaan wirid(ibadah) yang ditugaskan Alloh itu. Dan andikata
seribu tahun tidak akan mengurangi sedikitpun amal wiridku, kecuali jika
terhalang untuk melakukannya.

َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ ُ ُ َ َ ْ َ
ْ ‫بح‬ ُ ُ ُ
‫فاء الاسر ِار‬
ِ ‫ستعدا ِد وشروق الانوا ِر على حس ِب ص‬
ِ ‫الا‬
ِ ‫ب‬ِ ‫س‬ ِ ‫مداد‬
ِ ‫الا‬
ِ ‫د‬ ‫ورو‬

123.” Datangnya bantuan/pertolongan dari Alloh itu menurut kadar


persiapannya, dan terbitnya /cahaya ilahi itu menurut/tergantung pada
bersih/jernihnya hati”.

Syarah

Bersihkan hatimu dari segala sesuatu selain Alloh, niscaya Alloh akan
mengisi/memenuhi hatinya dengan pengertian-pengertian ma’rifat dan
rahasia-rahasia keyakinan. Karena itu tiap-tiap waarid(pemberian karunia
dari Alloh) itu tergantung pada wirid, apabila wiridnya banyak maka
waaridnya juga banyak, apabila wirid itu timbul dari hati yang bersih, maka
datangnya waarid demikian terang jernihnya, demikian pula jika wiridnya
tetap terus, maka waaridnya pun demikian tidak berhenti begitu
seterusnya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 165


Al-Hikam Pasal 124

“Sikap Orang Yang Lupa Pada Alloh”

ُ ُ َ َْ َ َ ُ َْ ُ َ ُ َ َْ َ ََ َ َ ْ َ َ ُ َ
ُ َ
‫ والعا ِقل ينظر ماذا يفعل اّٰلل ِب ِه‬،‫الغ ِافل ِاذا اصبح نظر فيما يفعل‬

124.”orang yang lupa/lalai dalam tauhidnya(bahwa segala sesuatu itu


berjalan menurut ketentuan takdir Alloh), jika pagi hari dia selalu
berangan-angan apakah yang harus aku kerjakan hari ini (yakni mengatur
dirinya sendiri), sedangkan orang yang sempurna akal tauhidnya
memikirkan apakah yang akan ditakdirkan Alloh bagi dirinya hari itu”.

Syarah

Jadi pandangan orang yang lalai pada Alloh, itu selalu mengatur dan
memandang dirinya dan kemampuan atau rencananya,maka dari itu Alloh
menyerahkan urusannya itu pada dirinya sendiri.sehingga tidak akan
berhasil apa yang direncanakan.

Sedangkan orang yang berakal, itu selalu memandang Alloh selalu


mengingat kekuasaan dan kebijaksanaan Alloh, maka Alloh mencukupi
apa yng menjadi kebutuhannya, jadi permulaan pemikiran yang bergerak
dalam hati itu menjadi timbangan dan ukuran tauhid dan imannya kepada
Alloh.

Umar bin Abdul Aziz berkata: kini aku tidak merasa senang kecuali dalam
ketentuan- ketentuan takdir Alloh.

Abu Mad-yan berkata: Usahakan dengan sungguh- sungguh bila


dapat,supaya hatimu tiap pagi dan sore menyerah bulay-bulat kepada
Alloh, semoga Alloh melihat padamu dengan pandangan
RohmatNya.niscaya kamu termasuk orang bahagia dunia akhirat.

Siapa yang melihat kepada Alloh, maka tidak akan terlihat dirinya sendiri,
dan siapa yang melihat dirinya sendiri maka tidak terlihat Alloh. Karena
itu jika engkau menghadapi sesuatu hal, perhatikan hatimu, kemana
condongnya, jika langsung pada kekuatanmu sendiri, maka terputus
dengan Alloh,. Dan jika langsung pada kekuasaan Alloh, berarti
engkaulah yang telah sampai kepada Alloh, sedang alam ini semua dalam
genggaman Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 166


Dan tiap pagi sebaiknya berdo’a: Allohumma-inni-ash-bahtu laa-amliku
linafsii dhorrou-walaa-naf-‘aa, walaa mautau-walaa nusyuroo, walaa-as-
tathii-‘u an-aakhudza illaa-maa-a’thoitanii, walaa-at-taqii illa maa-
waqoitanii. Allohumma innaka-dzul-fadhlil-‘adhiim.

“Ya Alloh kini aku berada diwaktu pagi, tiada menguasai diriku untuk
kebaikan atau menolak bahaya, atau mati atau hidup atau bangkit
sesudah mati, dan aku tidak data mengambil kecuali yang engkau beri,
dan tidak dapat menghindari sesuatu kecuali yang engkau hindarkan. Ya
Alloh pimpinlah aku kepada jalan yang engkau ridhoi baik dalam
perkataan atu amal perbuatan di dalam taat kepadaMu, sungguh engkau
dzat yang maha besar karuniaNya.”

Do’a Syeikh Abul-Hasan asy-syadzily ra. “ Allohumma innal-amro ‘indaka


wahuwa mahjuubun ‘annii walaa a’lamu amron akhtaa-ruhu linafsii fakun
antal-mukhtaarolii, wah-milnii fii-ajmalil umuuri ‘indaka wa-ahmadihaa ‘aa-
qibatan fid-diini wad-dun-ya wal aakhiroh, innaka ‘alaa kulli syai’in qodiir”.

“ Ya Alloh sungguh segala sesuatu ada ditanganMu, dan tertutup dari


padaku, dan aku tidak mengetahui apa yang harus aku pilih untuk diriku,
maka pilihkanlah apa yang baik bagiku, dan bawalah aku dalam hal yang
amat baik serta terpuji akibatnya dalam agama,duni dan akhirat,
sesungguhnnya engkau berkuasa atas segala Sesuatu.”

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 167


Al-Hikam Pasal 125

“Jangan terpengaruh dengan makhluk”

ََ ِّ ُ َ ْ َْ َ ِّ ُ ْ ُ َ ُّ َ ُ َ ُ َ َ َّ
‫شىء فلو‬ ‫شيء ِلغيب ِت ِهم ع ِن اّٰللِ ِفى ك ِل‬ ‫العباد والزهاد ِمن ك ِل‬ ْ
ٍ ٍ ِ ‫توحش‬ ِ ‫ِانما يس‬
َ ْ ُ ْ َ ْ َ ِّ ُ ُ ُ َ
‫ىء ٭‬ ٍ ‫توحشوا ِمن ش‬ ِ ‫شىء لم يس‬ ٍ ‫ش ِهدوه ِفى ك ِل‬

125.”Sesungguhnya yang menyebabkan kerisauan/kesusahan hati para


‘Ubbad (orang-orang ahli ibadah) dan Zuhhad (orang-orang ahli zuhud)
dari segala sesuatu itu karena mereka masih terhijab/ tidak melihat Alloh
dalam apa yang mereka lihat itu, tatapi andaikan mereka melihat Alloh
dalam segala sesuatu (mahluk), pasti dia tidak akan risau dari/terhadap
segala sesuatu

Syarah

Yang dinamakan ‘Ubbad/ahli ibadah ialah: orang-orang yang


bertaqorrub/mendekatkan diri kepada Alloh dengan berbagai macam
amal ibadah. Sedangkan Zuhhad/ahli zuhud ialah orang yang
bertaqorrub/mendekatkan diri kepada Alloh dengan jalan
tawakkal/menyerahkan diri hanya kepada Alloh. Kedua golongan ini
selalau ingin menjauh dari masyarakat/sesama makhluk, itu dikarenakan
mereka merasa bahwa masarakat/mahluk menjadi perintang mereka
dalam mendekatkan diri kepada Alloh, tapi sekiranya mereka lebih
mendalam dalam ma’rifat kepada Alloh, tentu mereka tidak dapat
terhalang oleh suatu apapun, sebab Alloh berada dalam segala sesuatu,
maka tidak ada sesuatu yang melupakan dari Alloh, bahkan sebaliknya
masarakat/mahluk itu bisa mangingatkan kepada Alloh ta’ala.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 168


Al-Hikam Pasal 126 - 127

“ Lihatlah Alam Ini Untuk Mengenal Alloh ”

َّ َ ْ
ْ‫الدار َعن‬ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ََّ ُ َ َّ َّ ٰ َ َ ََ
ِ ‫امرك ِفى ه ِذ ِه الد ِار ِبالنظ ِر ِفى مكونا ِت ِه وسيكـ ِشف لك ِفى ِتلك‬
َ َ
‫كمال ذا ِت ِه‬

126.” Alloh memerintahkan kepadamu semasa hidup di dunia ini


memperhatikan alam ciptaanNya(memikirkan mahluk didunia ini
sehingga menjadikan ingat pada Alloh). Dan kelak di akhirat Alloh akan
mamperlihatkan kepadamu kesempurnaan DzatNya”.

Syarah

Alloh telah memerintahkan memperhatikan dan memikirkan mahluknya


Alloh, itu disebutkan dalam Alqur’an dalam beberapa ayat, aya yang jelas
seperti firman Alloh: “ QULIN-DHRUU-MAA-DZAA-FISSAMAA-WAATI
WAL-ARDHI (perhatikanlah apa yang ada dilangit dan bumi)”.

Ada juga yang secara isyaroh seperti firman Alloh yang artinya: “ dan di
bumi itu ada bagian-bagian tanah yang berdekatan satu sama
lainnya, ada kebun-kebun kurma dan anggur, ada tanaman yang
sejenis dan beda jenis, yang kesemuanya itu disirami dengan satu
macam air, sesungguhnya yang demikian itu mengandung tanda-
tanda keagungan Alloh, yang manfaat bagi orang-orang yang mau
berfikir.” Satu macam air itu (air hujan) tetapi pohon yang disiram beda-
beda, daunnya tidak sama,buahnya tidak sama, adakalanya sama tapi
rasanya berbeda,itu semua pasti ada yang menetapkan, yaitu Alloh.

Apabila mau memperhatikan alam semesta(makhluk) maka kelak di


akhirat Alloh akan membukakan hijab sehingga langsung bisa melihat
DzatNya. Firman Alloh: “ WUJUUHUY-YAUMA-IDZIN-NAADHIROH,
ILAA-ROB-BIHAA NAADHIROH.(beberapa wajah pada hari kiamat itu
berseri-seri,(bercahaya), karena ia dapat melihat Tuhannya”.

ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ُ ْ َ َ َ ََّ َ َ
‫ع ِل َم ِمنك انك لا تص ِبر عنه فاشـهدك ما برث ِمنه‬

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 169


127. “Alloh ta’ala telah mengetahui, bahwa engkau tidak sabar jika tidak
melihat Alloh, maka Alloh memperlihatkan ap-apa yang asli buatan Alloh”.

Syarah

Orang yang berfikir tentang makhluk buatan Alloh, dan mengetahui


semua atas ketentuan Alloh, tentu tidak sabar ingin mengetahui dzat yang
membuat dan menentukan yaitu Alloh. Berhubung itu tidak mungkin maka
Alloh memperkenalkan DiriNya lewat makhluk buatan-Nya.

Kerinduan yang berupa ingin melihat Alloh itu, termasuk karunia yang
agung dari Alloh, dan ini termasuk maqom ihsan.

Dawuh mu’allif ini untuk orang-orang yang mencari Alloh, yang dlm
pikirannya sudah jauh dari selain Alloh.

Ahli fikir itu ada dua:

1. Ahli fikir yang punya maksud mencari Alloh/taqorrub kepada Alloh,


ini akan menghaasilkan cinta dan rindu bertemu Alloh.
2. Ahli fikir yang untuk urusan dunia seperti mencari ilmu alam yang
tidak ada maksud mencari Alloh, ini tidak akan membuka mata hati.

Maka terhadap orang yang telah sampai kemaqom ihsan ini, Alloh
menganjurkan sabar melihat buatan-buatan Alloh terlebih dahulu untuk
diperlihatkan Dzat Alloh di akhirat nanti.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 170


Al-Hikam Pasal 128 - 131

“Sholat”

ِّ َ ِّ
‫لما علم الحق منك وجود الملل لون لك الطاعات وعلم مافيك من وجود‬
ِّ
‫همك ِاقمامة‬ ‫الشره فحجرهاعليك فى بعض الاوقات َليكون‬ ِّ

ٌ‫مص ِّل ُمقيم‬


َ ُّ
‫لاوجودالصلاةفماكل‬ ‫الصلاة‬
ِ ٍ ِ ِ

128.”Alloh ta’ala itu mengetahui bahwa engkau mudah bosan/jemu, maka


Alloh membuat bermacam-macam cara taat/ibadah, dan Alloh
mengetahui bahwa engkau bersifat rakus(terlalu semangat), maka dalam
beberapa waktu dilarang melakukan sholat, supaya Himmah(kemauan
yang kuat)mu tertuju pada sempurnanya sholat(iqomatus-sholah) bukan
sekedar sholat, sebab tidak semua orang yang sholat itu mendirikan
sholat(iqomatus-sholah)”.

Syarah

Alloh berfirman: Wa-aqiimus-sholata(dan kamu semua supaya


mendirikan sholat) firmanNya tidak: SHOLLUU (sholatlah kamu
semua)

Cara mendirikan Sholat (iqomatus-sholah) itu harus dengan


menyempurnakan adab/tatakramanya Sholat, 1. Adab lahir seperti:
menjaga syarat-syarat,rukun-rukun dan sunnah-sunnahnya sholat. 2.
Adab batin seperti: menjaga khusyau’ dalam sholat dengan
menghadapkan hati hanya kepada Alloh,sehingga hati tidak mengingat
sesuatu melainkan kepada Alloh,dan merasa bahwa sholatnya itu
semata-mata karunia dari Alloh.

Sholat dengan menyempurnakan adab/tatakeramanya ini yang akan


menimbulkan bekas seperti bertambah baik budi pekerti nya, dan
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar ( INNAS-SHOLAATA-
TANHAA ‘ANIL-FAKHSYA-I WAL MUNKAR)

‫الصلاةطهرة للقلوب من ادناس الذنوب واستفتاح لباب الغيوب‬

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 171


129. “Sholat itu sebagai penyucian/pembersih hati dari kotoran dosa, dan
untuk pembuka pintu ghoib”.

Syarah

Rosululloh saw “ Bersabda: sesungguhnya perumpamaan sholat itu


bagaikan sungai yang mengalir di depan pintu rumah salah seorang,
maka ia mandi di sungai itu tiap hari lima kali, apakah masih ada sisa
kotorannya? Jawab shahabat: tidak ada sisa kotoran sedikitpun.
Maka Nabi bersabda: demikian pula sholat lima waktu yang
menghapuskan dosa”.

Juga sholat sebagai pemuka pintu ghoib, sebab bila hati telah bersih dan
selalu berhubungan dengan Tuhannya, pasti lambat laun akan terbuka
baginya tirai/pintu ghoib.

‫الصلاة محل المناجاةومعدن المصافات تتسع فيهاميادين الاسرار وتشرق‬

‫فيها شوارق الانوار‬

130. “Sholat itu itu sebagai tempat bermunajat kepada Alloh, dan sebagai
pembersih hati dari kotoran dosa, dan di dalam sholat itu sebagai
lapangan yang luas berbagai sir(ilmu ma’rifat)dan rahasia-rahasia Tuhan,
dan memancar terang padanya cahaya-cahaya ilmu ma’rifat”.

Syarah

Alloh berfirman: “ Aqimis-sholaata li-dzikrii .( Dirikanlah/tegakkanlah


sholat itu untuk dzikir ingat kepadaKu”.)

Sesungguhnya seorang hamba bila ia berdiri sholat, maka alloh


membukakan untuknya tirai hijab, dan langsung dihadapinya, dan berdiri
tegak para malaikat dari atas bahunya hingga langit, mengikuti sholatnya
dan mengaminkan do’anya.

Dan seorang yang sholat itu ditaburi rohmat dari langit hingga ubun
kepalanya. Dan dipanggil oleh suara: Andaikata orng yang munajat ini
mengetahui siapakah yang diajak bicara, maka tidak akan berhenti
sholatnya, dan sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka untuk orang yang
sholat. Dan sesungguhnya Alloh membanggakan barisan orang-orang
yang sholat dihadapan malaikatNya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 172


Muhammad bin Ali at-tirmidzy berkata: Alloh telah memeanggil orang-
orng yang bertauhid supaya sholat lima waktu, karena rahmat kasih
kepada mereka, dan menyediakan berbagai macam hidangan, supaya
seorang hamba bisa merasakan pada tiap-tiap bacaan dan gerak itu
karunia pemberianNya.maka gerakan itu bagaikan makanan dan
minuman itu bagaikan minuman. Dan hidangan it disediakan oleh Alloh
tiap hari lima kali, supaya tidak ada lagi sisa kotoran ataupun debunya.

Dalam kitab Taurot disebutkan: Hai anak Adam, jangan malas untuk
mendirikan sholat dihadapanKu sambil menangis, maka Akulah Alloh
yang telah mendekat dari hatimu, dan karena ghoib engkau telah dapat
melihat cahayaKu.

‫علم وجود الضعف منك فقلل اعدادها وعلم احتياجك الى فضله‬

‫فكثرامدادها‬

131.”Alloh telah mengetahui kelemahanmu, maka Alloh


menyederhanakan bilangannya(asalnya limapuluh waktu menjadi lima
waktu) dan Alloh mengetahui bahwa engkau itu sangat berhajat, maka ia
memper banyak/melipat gandakan Asror dan pahalanya”.

Syarah

Alloh itu mengetahui kalau hamba itu butuh sekali anugerah dari-Nya,
maka Alloh memperbanyak asrornya sholat, yakni Alloh memperbanyak
anugerah berupa ilmu dan makrifat didalam hatinya.

Dalam kitab ini disebutkan Amdadahaa itu mampunyai dua arti:

1. Untuk orang yang bermaksud wushul kepada Alloh/salik, itu


bermakna Asror(yaitu anugerah ilmu ma’rifat)
2. Untuk orang yang tidak bermaksud wushul kepada Alloh/salik, itu
bermakna tsawab (pahalanya) ya’ni Alloh melipat gandakan
pahalanya sholat, sholatmu yang lima waktu tapi diberi pahala lima
puluh waktu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 173


Al-Hikam Pasal 132 - 135

“Jangan Minta Balasan Atas Amalmu”

‫متى طلبت عواضا على عمل طولبت بوجود الصدق فيه ويكفي المريب‬

‫وجدان السلامة‬

132.”Apabila engkau menuntut upah/balasan atas semua amal


perbuatanmu, pasti engkau akan dituntut oleh Alloh atas kesempurnaan
amal perbuatanmu. Dan bagi orang yang merasa belum sempurna
amalnya, harus merasa cukup puas jika ia selamat dari tuntutan/tidak
dituntut atas kekurang sempurnaan amalnya”

Syarah

Hikmah ini menjelaskan kejelekan orang yang beramal karena


mengharap balasan/upah dari amalnya. Padahal seharusnya orang itu
beramal yang baik, bersih hanya karena menghamba pada Alloh.

Karena hanya Allohlah dzat yang wajib disembah dan diagungkan, dan
menjadi tujuan kita dunia dan akhirat. Hal ini sudah banyak dibahas dalam
kitab ini dengan berbagai bahasan yang berbeda.

Khoir An-nassaj berkata:Timbangan amalmu itu sesuai dengan


perbuatanmu, karena itu mintalah kemurahan karunianya. Dan itu lebih
baik bagimu.

Al-washity berkata: amal ibadah lebih dekat kepada minta/mengharap


ampunan dan maaf, dari pada mengharap pahala dan upah.

Annash-robadzy berkata: Amal ibadah itu bila diperhatikan kekurangan-


kekurangannya, lebih dekat kepada mengaharap maaf dari pada
mengharap pahala dan balasan.

Firman Alloh: “ QUL-BI-FADH-LILLAAHI-WA-BIROHMATIHII-FA-


BIDZAALIKA FAL-YAF-ROCHUU-HUWA KHOIRUM-MIMMAA YAJ-
MA’UUN” .(“Katakanlah: Hanya karena karunia dan rohmat Alloh
mereka boleh bergembira, sebab itu lebih baik bagi mereka dari
segala apa yang dapat mereka kumpulkan sendiri”

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 174


‫ يكفى من الجزاءلك على العمل‬،‫لاتطلب عواضا على عمل لست له فاعلا‬

‫ان كان له قابلا‬

133.”Jangan menuntut upah(ganti) tehadap amal perbuatan yang


hakikatnya kamu sendiri tidak ikut berbuat, cukup besar balasan aloh
bagimu, jika Alloh menerima amalmu”.

Syarah

Firman Alloh: “ WAU-LLOOHU-KHOLAQOKUM WAMAA-


TA’MALUUN”. (Dan Alloh yang menjadikan kamu,dan apa yang
enkau perbuat(kerjakan). As-shofat 96).”

Jadi kita hanya menjadi lalulintas qodho’ dan qodarnya Alloh, jadi tidaklah
pantas kalau kita minta balasan/upah sedangkan kita tidak ikut
mengerjakan, ya’ni semua pekerjaan yang kita kerjakan itu yang buat
Alloh, ini hukum ‘Aqli.

Kalu menurut hukum syar’iy hamba yang membuat pekerjaan yang


dikerjakannya. Dalilnya: “ UDKHULUL JANNATA-BIMAA-KUNTUM
TA’MALUUN”. (“ Masuklah kamu semua kesurga sebab amal yang
kau kerjakan ”.)

Tapi ketahuilah bahwa makhluk tidak bisa mengerjakan kalau tidak


digerakkan oleh Alloh.

Ibrohim al-laqqony berkata: Dan Alloh yang menjadikan hamba, dan


segala perbuatannya, Dia pula yang memberi taufiq untuk siapa yang
akan sampai (wushul) kepadaNya.

‫اذا اراد ان يظهرفضله عليك خلق فنسب اليك‬

134.” Jika Alloh akan menunjukkan karunianya kepadamu, maka Alloh


membuat amal kebaikan pada dirimu, dan mengatasnamakan amal
perbuatan itu padamu”.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 175


Syarah

Sebagaimana firman-firman Alloh: Hai hambaKu yang beriman, Hai


orang-orang yang beriman.

Padahal Alloh yang memberikan iman itu, karena itu jawaban hamba:
Engkau ya Alloh yang memberikan karunia iman kepadaku, sehingga aku
berbuat taat, padahal saya sendiri tiada berdaya dan tidak berkekuatan
kecuali semata-mata dengan pertolonaganMu.

Sahal bin Abdulloh ra. berkata: Jika hamba berbuat kebaikan, lalu ia
berkata: Ya Alloh, Engkau yang memberi karunia,taufiq sehingga aku
Engkau jadikan hamba yang berbuat kebaikan. Engkaulah yang member
pertolongan, Engkaulah yang member kemudahan mengerjakan
kebaikan.

Niscaya Alloh memuji kepada hamba itu, dengan sabdanya: Hambaku


engkau telah berbuat taat dan taqorrub(mendekatkan diri) kepadaKu.

Sebaliknya jika hamba itu merasa dia yang beramal(lupa dengan taufiq
dan pertolongan Alloh) lalu berkata: aku telah beramal,telah bertaqorrub
dll, maka Alloh mengabaikan (berpaling) pada mereka sambil bersabda:
Hai hambaku, Aku yang memberi taufiq hidayah padamu, dan Aku yang
member pertolongan padamu,member kemudahan berbuat baik padamu.

Apa bila hamba berbuat kejahatan lalu berkata: Ya Alloh, Engkau yang
telah menaqdirkan aku untuk berbuat kejahatan, dan Engkau yang telah
memutuskan.

Maka Alloh menjawab: Hai hambaku, kaulah yang salah (berbuat


kesalahan/jahat), kaulah yang bodoh,dan berbuat maksiat.

Sebaliknya jika hamba yang berbuat dosa itu berkata: Ya Alloh, aku telah
berbuat salah, dholim pada diriku sendiri karena kebodohanku. Maka
dijawab oleh Alloh: HambaKu, Aku yang menentukan,menaqdirkan dan
menutupi kesalahanmu serta mengampuni dosa-dosamu.

ِّ
‫لمذامك ان ارجعك اليك ولا تفرغ مداءحك ان اظهر جوده عليك‬ ‫لانهاية‬

135.”Tiada batas akhirnya kejelekanmu jika Alloh mengembalikan engkau


kepada kekuatan usaha daya upayamu sendiri, dan tidak ada habisnya
kebaikanmu, jika Alloh memperlihatkan kemurahanNya padamu (pada
dirimu)”.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 176


Syarah

Apabila Alloh mengembalikan amal pada kamu sendiri artinya Alloh tidak
memberi bantuan, taufiq, hidayah dan pertolongannNya padamu, maka
kamu akan selalu (tidak ada akhirnya) melakukan pekerjaan yang dicela
oleh syara’. Sehingga tidak ada amal yang di anggap baik menurut Alloh,
walaupun kelihatannya ibadah dan amal kebaikan.

Rosululloh bersabda dalam do’anya: “ASHLIH-LII- SYA’NII-KULLAHU,


WALAA-TAKILNII- ILAA-NAFSII-THORFATA ‘AINII”. (“ Ya Alloh,
perbaikilah urusanku semuanya, dan jangan Kau serahkan urusanku
kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata”.)

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 177


Al-Hikam Pasal 136 - 137

“Bergantunglah Pada Sifat-Sifat Ke-Tuhanan-Nya Alloh”

‫ وباوصاف عبود ِّيـتك متحققا‬،‫كن باوصاف ربوبيته متعلقا‬

136. “Bersandarlah selalu pada sifat-sifat ke-Tuhanan-Nya Alloh, dan


perhatikan/perlihatkan sifat-sifat kehambaanmu sendiri”.

Syarah

Arti bersandar/bergantung pada sifat-sifat ke-Tuhanan(Rububiyyah)


ialah: Ingatlah selalu sifat-sifat ke-Tuhanan Alloh, yaitu: Maha kaya, Maha
kuasa, Maha mengetahui, Maha muliya, Maha kuat dan sifat-sifat
sempurna lainnya.

Sedangkan memperlihatkan sifat-sifat kehambaan(Ubudyyah) ialah:


Menyadari sifat-sifat hamba spt: fakir/miskin, lemah, bodoh, hina, tak
berdaya. Maka Hamba harus bergantung/bersandar diri pada sifat-sifat
ke-Tuhanan Alloh, sehingga Alloh memberi pertolongan dan bantuan dan
menitipkan sifat-sifat Rububiyyahnya pada hambaNya, seperti: menjadi
kaya billah(karena Alloh), kuasa billah, ‘alim/pandai billah, mulya billah,
kuat billah.

ِّ
‫منعك ان تدعي ماليس لك ِما للمخلوقين افيبيح لك ان تدعي وصفه وهو‬
ِّ
‫رب العلمين‬

137. “Alloh melarang engkau mengkui apa-apa yang bukan hakmu dari
hak-hak orng lain, Apakah Alloh memperbolehkan kepadamu,mengakui
sifat-sifat Alloh, sedangkan Alloh itu dzat yang menguasai dan merajai
alam semesta”.

Syarah

Pangakuanmu terhadap apa yang bukan menjadi sifat-sifatmu itu bagian


dari kedholiman yang besar. Dan bagian dari paling jeleknya perkara yang
jelek menurut para ‘aarifin yaitu: menyekutukan Alloh didalam hatinya
hamba, dengan mengakui sebagian dari sifat-sifat ke-Tuhanan

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 178


Alloh,dengan I’tiqd dan ucapan. itu berarti merebut kedudukan Alloh dan
sombong kepada Alloh.

Ibnu Abbas ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda dalam hadits qudsi:
“ Al-kibriyaa’u ridaa-i-wal –‘adhomatu-izaarii. Faman naza-‘anii waa-
hidatan min-humaa- alqoituhuu- finnaar”. (Kesombongan itu
kaianku(selendangku) dan keAgungan/kebesaran itu sebagai
sarungKu, dan siapa yang merebut salah satunya dari Aku, maka
Aku akan melemparkannya kedalam neraka”.)

Rosulullh telah bersabda: tiada seorang yang lebih cemburu dari Alloh,
karena itu Alloh mengharamkan segala perbuatan keji, dan karena itu
pula Alloh takkan mengampuni orang yang menyekutukanNya dengan
sesuatu apapun. Karena itu pula sifat-sifat kesempurnaan Alloh, tidak
boleh dikurangi walaupun sedikit.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 179


Al-Hikam Pasal 138

“Rubahlah Dirimu Dari Kebiasaan (Hawa Nafsumu)”

‫كيف تخرق لك العواءـد وانت لم تخرق من نفسك العواءــد‬

138.”Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa


(keramat), padahal engkau tidak merubah dirimu dari kebiasaanmu”.

Syarah

Khorqul-awaa’id ialah: perkara yang tidak masuk akal, kejadian-kejadian


yang luar biasa spt: berjalan di atas air, melipat jarak dan waktu, sehingga
bisa pergi

Ke ujung barat dan timur dengan satu langkah kaki dll,

Bagaimana kau akan dapat mencapai yang demikian (Khorqul-awaa’id),


padahal kau sendiri belum bisa mengekang hawa nafsu dan
keinginanmu,padahal kau belum dapat melepaskan kehendakmu untuk
menyerah pasrah pada kehendak Alloh.

Keramat /Khorqul-awaa’id itu tidak diberikan oleh Alloh, kecuali pada


orang yang sudah bisa melenyapkan kehendak diri sendiri dan
menentang keinginan hawa nafsunya sendiri.

Khorqul-awaa’id itu ada beberapa macam : kalau keluar dari seorang Nabi
disebut Mu’jizat. Kalau keluar dari seorang wali disebut karomah, kalau
keluar dari orang sholih disebut Ma’unah. Tapi kalau keluar dari orang
yang menentang hukum Alloh disebut Istidroj (panglulon).

Karomah itu ada dua macam . 1. Karomah maknawiyyah, yakni karomah


yang tidak di ketahui orang lain spt: bertambahnya iman dan keyakinan,
bertambah baik akhlaqnya kepada Alloh dan kepada makhluk. 2.
Karomah dhohiryyah yaitu: keramat yang bisa diketahui orang lain, seperti
Toyyil Ardhi (melipat jarak yang jauh menjadi dekat) dan melakukan
perkara yang luar biasa yang tidak masuk akal.

Futuh yaitu: terbukanya tabir/hijab yang menutupi mata lahir dan mata
hati.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 180


Macam futuh itu banyak sekali, termasuk bagian dari futuh yaitu Kasyaf.

Antara kasyaf dan futuh itu sama artinya. Dan keduanya ada yang dari
malaikat, adayang dari syeitan, dan yang dari syeitan itu bukan karomah
tapi dinamakan Istidroj.

Kasyaf itu ada dua macam:

1. Kasyaf hisyy. Yakni mengtahui perkara/kejadian yang jauh dari


pandangan mata kepala. Seperti kisah Sayyidina Umar bin Khottob ra.
ketika khutbah jum’ah di madinah, tiba-tiba memerintahkan pada
panglima perang bernama Sariyyah yang sedang bertempur di tanah
Nahawand yang jauhnya kira-kira perjalanan dua bulan dari madinah.
Umar berkata: Ya Sariyyah al-jabal! ( Hai Sariyyah ! awas, musuh ada di
atas gunung)..

Diceritakan saat itu pasukan islam baru bertempur di bawah gunung


melawan sebagian pasukan musuh.dan tidak tahu kalau ada sebagian
pasukan musuh yang ada di atas gunung yang mau menyerang.
Seumpama tidak ada komando dari Sayyidina Umar yang bisa didengar
oleh panglima perang Sariyyah, tentu pasukan islam akan kalah. Dan
ahirnya pasukan islam dapat kemenangan. Setelah pasukan kembali
kemadinah, komando dari Sayyidina umar dicocokkan dengan penduduk
madinah ternyata benar.

2.Kasyaf Ma’nawi yaitu:mengetahui perkara yang diluar dari alam


syahadah (alam nyata).

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 181


Al-Hikam Pasal 139 - 140

“Adab Berdo’a”

ِّ
‫ماشاءن وجودالطلب انما الشاءن ان ترزق حسن الاداب‬

139.”Yang terpenting bagimu, bukannya sekedar meminta(berdo’a),


tetapai yang terpenting adalah jika kau diberi baiknya adab/tata karma
kepada Tuhanmu”.

Syarah

Sebab karena adab, kamu bisa memperlihatkan ‘Ubudiyyahmu, dan


mencukupi hak-haknya ke-Tuhanan Alloh. dan juga bisa menerima apa
yang diberi oleh Alloh, tanpa merasa kurang atau kecil.sebagai
kebiasaannya seorang tuan (majikan) itu mencukupi semua kebutuhan
hambanya,demikian pula kewajiban seorang hamba menyerah dan
pasrah kepada kebijaksanaan aturan Tuhannya.

‫ماطلب لك شيء مثل الاضطرار ولا اسرع بالمواهب اليك مثل الذلة‬

‫والافتقار ٭‬

140. “Tiada sesuatu yang menyegerakan terkabulnya permintaan(do’a)


seperti dalam keadaan terpaksa (sangat butuh), dan tiada sesuatu yang
dapat menyegarakandatangnya pemberian dari Alloh seperti menyatakan
rendah diri, dan sangat fakir”.

Syarah

Lafadz “Walaa as-ro’a” itu sebagian dari ‘atof lazimnya Malzum. Karena
hina fakir itu menjadi sifat wajibnya orang mudhtor.

Alloh berfirman: “ AM-MAY-YUJII-BUL-MUDH-ThORRO- IDZAA- DA-


‘AAHU.”

(“ Siapakah yang dapat menyambut(menjawab) do’a orang yang


terpaksa bila berdo’a kepadanya”. An-naml 62).

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 182


Mudh-thor yaitu orang yang sangat terpaksa(butuh), yang merasa sudah
tidak ada daya tidak ada kekuatan lain yang dapat menolongnya, kecuali
hanya Alloh semata-mata. Orang yang demikianlah yang pasti segera
tercapai hajat kebutuhannya,dan itulah yang bernama tauhid (meng-
Esakan Alloh). Dan ini diisyratkan oleh Alloh dalam firmannya:

“ Walaqod-nashoro-kumullohu-bi-badriu-wantum-adzillah”.

( sungguh Alloh telah menolong kamu (memenangkan kamu) dalam


perang badar, ketika kamu dalam keadaan hina, rendah diri tidak
berdaya”.)

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 183


Al-Hikam Pasal 141 - 143

“Wushul Itu Sebab Karunia Dari Alloh Dan Ditutupinya Cela Kita”

‫ولولا انك لاتصل اليه الابعد فناء مساويك ومحودعاويك لم تصل اليه ابدا‬

‫ولكن اذااراد ان يوصلك اليه غطى وصفك بوصفه ونعتك بنعته فوصلك اليه‬

‫منه اليك لابمامنك اليه‬

141. “Andaikata engkau mempunyai anggapan tidak akan sampai kepada


Alloh(wushul), kecuali setelah habis lenyap semua dosa-dosa dan
kotoran hatimu, niscaya kamu tidak akan sampai (wushul) kepada Alloh
selamanya. Tetapi jika Alloh menghendaki menarik menyampaikan kamu
kepadaNya,Alloh akan menutupi sifatmu dengan sifatNya,dan
kekuranganmu dengan karunia kekayaanNya, Alloh menyampaikan
kamu kepadaNya dengan apa yang diberikan Alloh kepadamu,bukan
karena amal perbuatanmu yang enkau hadapkan kepadaNya”

Syarah

Syeikh Abul-Hasan As-syadzily ra. berkata:

seorang waliyulloh itu tidak akan sampai kepada Alloh,jika ia masih ada
syahwat/kesenangan nafsu, atau masih mengatur dirinya atau masih
usaha ikhtayar(memilihkan dirinya).seumpama Alloh membiarkan
hambanya dengan pilihannya,pengaturannya atau kesenangan nafsunya
sendiri, maka hamba selamanya tidak akan wushul(sampai kepada Alloh)
jika Alloh akan menarik dan segera menyampaikan hambanya, maka di
tampakkan padanya sifat-sifat Alloh. Sehingga mati kehendak dan ikhtiyar
usaha sendiri, dan segera menyerah pasrah kepada Irodah dan
keputusan pemberian Alloh. Maka dengan itu ia sampai kepada Alloh
karena tarikan Alloh, bukan karena amal usahanya sendiri, Wushul
karena karunia Alloh bukan karena ibadah dan taatnya kepada Alloh.

‫لولا جميل ستره لم يكن عمل اهلا للقبول‬

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 184


142.”Andai kata tidak ada baiknya tutup dari Alloh (andaikata Alloh tidak
menutupi kekurangan dan kesalahan dalam semua amal hamba) niscaya
tidak ada amal yang layak untuk diterima”.

Syarah

Sebab syarat untuk diterimanya amal itu adalah ikhlas, tulus kepada
Alloh,tetapi manusia diuji dengan sombong diri, merasa sudah cukup
amalnya, dan lebih jelek lagi bila ia riya’ dengan amalnya,dan mengharap
pujian atas amal perbuatannya. Karena demikian watak tiap hamba, maka
sulit untuk diterima amal perbuatannya, kecuali hanya mengharap rohmat
karunia Alloh semata.

Syeih Abu-Abdulloh Al-Quraisyi berkata: Jika Alloh menuntut mereka


tentang keikhlasan, maka lenyaplah semua amal perbuatan mereka,
maka apabila telah lenyap semua amalnya, bertambahlah hajat
kebutuhan mereka, maka dengan itu mereka lalu melepaskan diri dari
bergantung kepada segala sesuatu, dan apabila ia telah bebas dari
segala sesuatu kembalilah mereka kepada Alloh dalam keadaan bersih
dari segala sesuatu.

Jadi para murid/salik dalam perkara wushul kepada Alloh, itu harus
bergantung pada anugerah dan pemberian Alloh. Jangan sampai
mengandalkan amal ibadahnya sendiri.

‫انت الى حلمه اذا اطعته احوج منك الى حلمه اذاعصيته‬

143. “Engkau lebih membutuhkan kesantunan, maaf dan kesabaran Alloh


ketika engkau berbuat taat (ibadah), melebihi dari pada kebutuhanmu
ketika engkau berbuat maksiat/dosa”.

Syarah

Kemuliaan seorang hamba hanya ketika bersandar diri kepada


Tuhannya. Dan hina/jatuhnya seorang hamba bila ia telah melihat dan
berbangga dengan dirinya sendiri. Sedang manusia ketika berbuat taat,
merasa dirinya sudah baik lalu bangga dengan amal perbuatannya
sendiri, sombong dan merendahkan orang lain. Padahal amal
perbuatannya jika dikoreksi keikhlasannya tidaklah mungkin akan
diterima, bahkan amal itu semua hanyalah amal yang palsu dan tidak ada
harganya disisi Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 185


Alloh telah menurunkan wahyu kepada seorang NabiNya: “ Beritahukan
kepada hamba-hambaKu yang shiddiqin(sungguh-sungguh dalam
beribadah kepadaKu), janganlah kamu tertipu oleh kesombongan dengan
amal perbuatanmu itu, karena apabila Aku menegakkan benar-benar
keadilanKu pasti Aku akan menyiksa mereka mereka dan bukan suatu
kedholiman terhadap mereka. Dan katakana kepada hamba-hambaku
yang telah berbuat dosa, : Jangan kamu berputus asa dari rahmatKu,
sebab tidak ada suatu dosa yang tidak dapat ku ampunkan.

Syeih abu-Yazid al-Busthomy berkata: Taubat karena berbuat maksiat itu


cukup hanya sekali, sedangkan taubat setelah berbuat taat harus seribu
kali, sebab taat yang diliputi oleh ‘ujub, sombong itu berubah menjadi
maksiat yang besar, dan orang tidak akan menyadarinya. Sebagaimana
jatuhnya iblis dari singgasananya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 186


Al-Hikam Pasal 144 - 145

“Sebaik-baiknya Satir/Tutup Dari Alloh”

ِّ
‫فالعامة يطلبون من اّٰلل‬ ،‫الستر على قسمين ستر عن المعصية وستر فيها‬

‫ والخاصة يطلبون‬،‫تعالى الستر فيها خشيــة سقوط مرتبتهم عندالخلق‬


ِّ
‫من اّٰلل السترعنهاخشية سقوطهم من نظرالملك الحق‬

144. “Tutup(dariAlloh)itu ada dua: (1) tutup dari berbuat maksiat/dosa,


(2).tutup dalam berbuat maksiat, sedang manusia pada umumnya
meminta kepada Alloh supaya di tutupi dalam perbuatan maksiat, karena
kuatir jatuh kedudukannya dalam pandangan sesama manusia. Tetapi
orang-orang khusus meminta kepada Alloh, supaya ditutupi dari berbuat
maksiat/dosa,jangan sampai berbuat maksiat, karena takut jatuh dari
pandangan Alloh”.

Syarah

Manusia pada umumnya meminta pada Alloh , supaya ditutupi


maksiatnya pada waktu mengerjakannya, sehingga mereka meminta
pada Alloh supaya di tutupi karena takut kedudukannya di
masyarakat/sesama manusia jatuh sebab maksiat itu. Alloh berfirman:

“ Yas-takhfuuna minan-naasi walaa yas-takhfuuna-mina-llohi


wahuwa- ma-’ahum.” ( mereka sembunyi dari sesame manusia,
tetapi tidak sembunyi dari Alloh yang selalu beserta mereka”.)

‘Ady bin Hatim ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda: Kelak pada hari
Qiamat ada beberapa orang yang dibawa ke surga, tetapi setelah melihat
segala kesenangan yang tersedia dan merasakan hawa enaknya surge,
tiba-tiba diperintahkan mengusir mereka dari surge, sebab mereka tidak
punya bagian dalam surga itu, maka kembalilah mereka dengan penuh
penyesalan, sehingga mereka berkata: Ya Alloh, andaikan Engkau
memasukkan kami keneraka sebelum memperlihatkan kepada kami
surge dan segala yang disediakan untuk para waliMu, niscaya akan lebih
bagi kami. Alloh menjawab: memang Aku sengaja demikian, kamu dulu
jika sendiirian berbuat segala dosa-dosa besar, tetapi jika bertemu

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 187


dengan orang-orang, berlagak khusuk bermuka-muka pada manusia,
berlawanan dengan apa yang ada dalam hatimu, kamu takut pada
manusia dan tidak takut padaKu, mengagungkan manusia tidak condong
padaKu, maka hari ini rasakan siksaKu yang sepedih-pedihnya, dan
diharamkan atas kamu segala rahmatKu.

‫من اكرمك فانمااكرم فيك جميل ستره فالحمد لمن سترك ليس الحمد لمن‬

‫اكرمك وشكرك‬

145.”Siapa yang memuliakan/menghormati kamu,sebenarnya hanya


menghormati keindahan tutup Alloh kepadamu, maka seharusnya pujian
itu pada Alloh yang telah menutupi engkau, bukan pada orang yang
memuji dan terima kasih padamu”.

Syarah

Sudah menjadi sifat manusia bahwa Tiap orang pasti mempunyai cela/aib
dan kebusukan yang andaikan diketahui oleh orang lain, pasti orang lain
akan membanci dan tidak suka padanya. Kenyataannya ada orang yang
memuji,menghormatinya,adapun yang menyebabkan adanya orang yang
memuji dan menghormati padanya, bukan semata-mata karena
kebaikannya, tetapai karena Alloh menutupi kebusukan dan cacatnya,
maka pujian itu seharusnya kembali padaAlloh yang menutupi kebusukan
dan aibnya. Karena itu ia wajib bersyukur dan memuji kepada Alloh yang
menutupi aibnya, tidak pada manusia yang memujinya karena tidak tahu
kejelekannya, dan memuji kepada Alloh yang menutupi aibnya, tidak pada
manusia yang memujinya karena tidak tahu kejelekannya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 188


Al-Hikam Pasal 146

“Sahabat Sejati”

ٰ
‫ماصحبك الامن صاحبك وهوبعيبك عليم وليس ذلك الامولك الكريم‬

‫خيرمن تصحب من يطلبك لالشيءيعودمنك اليه‬

146.”Yang namanya sahabat sejati yaitu orang tetap mau


bersahabat(membantu) kamu setelah dia mengetahui benar-benar
kejelekan dan aibmu. dan tidak ada yang seperti itu kecuali hanya
Tuhanmu yang Maha Mulia.

Syarah

Dan sebaik-baik sahabatmu ialah yang selalu


memperhatikan/membantu kepentinganmu, bukan karena sesuatu
kepentingan yang diharap dari pada mu untuk dirinya”.

Sudah menjadi watak manusia akan menjauhi/membenci orang lain


ketika jelas-jelas mengetahui kebusukan dan kejelekan orang tersebut,
dan tidak mau bersahabat dengannya, kecuali hanya Tuhanmu Alloh swt.
Dan juga orang-orang yang bersandar pada sifat-sifat ke-Tuhanan Alloh,
yaitu orang-orang yang sudah ma’ritulloh,yang masih mau menolong dan
membantu. Sedangkan orang tua itu masih juga ada kepentingan dan
pengharapan atas dirimu, sedang didunia ini tidak ada orang yang kasih
sayangnya sebagaimana ayah ibumu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 189


Al-Hikam Pasal 147

“Nurul-Yaqin (Cahaya Keyaqinan)”

‫لواشرق لك نوراليقين لرايت الاخرةاقرب اليك من ان ترحل اليها ولرايت‬

‫محاسن الدنيا قدظهرت كسفةالفناء عليها‬

147.“Andaikan cahaya keyaqinan itu telah menerangi hatimu, niscaya


engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu, sebelum engkau
melangkahkan kaki kepadanya, dan niscaya engkau akan melihat segala
keindahan dunia, telah diliputi kesuraman dan kerusakan yang akan
menghinggapinya”

Syarah

Sebab dengan nurul-yaqin, semua hakikat perkara itu kelihatan yang


semestinya dan apa adanya. Apabila hamba sudah bercahaya hatinya
dengan Nurul-yaqin dia bisa mengetahui yang benar dan yang salah
sedangkan akhirat itu perkara yang hak/benar, tetap wujudnya,
sedangkan dunia itu akan rusak.

Rosululloh saw. Bersabda: Sesungguhnya nur/cahaya jika masuk dalam


hati, maka terbuka dan lapanglah dada (hati)nya , sahabat bertanya: Ya
Rosululloh, apakah yang demikian itu ada tandanya?..

Jawab nabi: Ya ada, yaitu merenggangkan (memisahkan) diri dari dunia


tipuan, dan condong kepada akhirat yang kekal, dan bersiap-siap untuk
menghadapi mati sebelum datangnya maut.

Anas ra. berkata: ketika Rosululloh saw. Sedang berjalan dan berjumpa
dengan seorang pemuda dari sahabat Anshor, Rosululloh bertanya:
Bagaimanakah keadaanmu hai Haritsah pada pagi ini?

Jawabnya: Saya kini menjadi seorang mukmin yang sungguh-sungguh.

Rosululloh berkata: Hai Haritsah, perhatikan perkataanmu,sebab tiap


kata itu harus ada bukti hakikinya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 190


Maka Haritsah berkata: Ya Rosululloh jiwaku jemu dari dunia, sehingga
saya bangun malam dan puasa siang hari, kini seolah-olah aku
berhadapan dengan ‘Arsy. dan seolah-olah aku melihat neraka yang
penghuninya sedang menjerit-jerit di dalamnya.

Nabi bersabda: Engkau telah melihat, maka tetapkanlah (jangan


barubah),. Seorang hamba, yang telah diberi Nur iman dalam hatinya.

Haritsah berkata: Ya Rosululloh, do’akan aku mati syahid, maka Nabi


saw. Berdo’a untuknya. Dan ketika pada suatu hari ada panggilan untuk
berjihad, maka dialah orang pertama menyambutnya,dan ahirnya dia
yang pertama mati syahid.Dan ketika ibunya mendengar berita bahwa
anaknya telah mati syahid, ia datang bertanya kepada Nabi saw. : Ya
Rosululloh beritahukan kepadaku tentang Haritsah putraku, jika ia disurga
aku tidak akan menangis atau menyesal, tapi jika lain dari itu, maka aku
akan menangis selama hidupdi dunia!

Jawab Nabi saw. : Haritsah, bukan hanya satu surga tetapi surga didalam
surga-surga. Dan Haritsah telah mencapai Firdaus yang tertinggi.

Maka kembalilah ibu Haritsah sambil tertawa dan berkata : untung-untung


bagimu hai Haritsah. Anas ra. juga berkata: pada suatu hari Mu’adz bin
Jabbal masuk ketempat Nabi sambil menangis, maka ditanya oleh Nabi
saw. : bagaimanakah keadaanmu pagi ini hai Mu’adz? Jawab Mu’adz :
aku pagi ini mukmin benar-benar kepada Alloh.

Nabi bersabda: Tiap kata-kata yang benar harus ada buktihakikatnya.


Maka apakah bukti pernyataanmu itu? Jawab Mu’adz: Ya Nabiyalloh, kini
jika aku berada diwaktu pagi merasa mungkin tidak sampai sore, dan jika
sore ,aku merasa tidak akan sampai pagi.dan tiap melangkahkan kaki
merasa mungkin tidak dapat melangkah yang lain, dan terlihat kepadaku
seolah-olah manusia semua telah dipanggil untuk menerima suratan amal
bersama dengan Nabi-nabi dan berhala-berhalanya yang disembah
selain Alloh,dan juga seolah-olah saya melihat siksa ahli neraka dan
pahala ahli surga.

Maka Nabi bersabda : Engkau telah mengetahui, maka tetapkanlah.

Rosululloh saw. Ketika member tahu kepada para sahabat hal gugurnya
Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi Tholib, dan Abdulloh bin Rowahah ra.
berkata: Demi Allohmereka tidak akan senang, andaikan mereka masih
berada diantara kami, Rosululloh memberitakan demikian dengan air
mata yang berlinang-linang.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 191


Al-Hikam Pasal 148 - 149

“Alloh Tidak Terhijab Oleh Segala Sesuatu”

ِّ ٰ
‫ماحجبك عن اّٰلل وجود موجود معه ولـكن حجبك عنه توهم موجود معه‬

148. “Tiada sutu benda (makhluk) yang dapat menghijab engkau dari
Alloh, tetapi yang menghijab engkau adalah prasangkamu adanya
sesuatu yang wujud disamping Alloh”.

Syarah

Segala sesuatu yang selain Alloh itu pada hakikatnya tidak maujud/tidak
ada,sebab yang wajib wujud/ada itu hanya Alloh, sedang yang lainnya
terserah belas kasih Alloh, untuk di adakan atau ditiadakan.

Jadi apabila kamu tidak bisa melihat/mengenal Alloh, itu bukan karena
ada perkara/ sesuatu yang di adakan Alloh yang menghalangi/menghijab
kamu, akan tetapi yang menghalangi kamu dari Alloh yaitu adanya
prasangkamu bahwa ada sesuatu yang wujud selain Alloh.

Seoang aarif berkata: Adanya semua makhluk ini bagaikan adanya


bayangan pohon dalam air, maka ia tidak akan menghalangi jalannya
kapal, maka hakikat yang sebenarnya tiada suatu benda apapun yang
ada/maujud disamping Alloh yang menghijab engkau dari Alloh. Hanya
engkau sendiri yang mengira bayangan itu sebagai sesuatu yang maujud.

Contoh lain,: seseorang yang bermalam disuatu tempat, tiba-tiba pada


malam hari dia akan buang air, terdengarlah suara angin yang menderu
masuk ke lobang, sehingga persis sama dengan suara harimau, maka ia
tidak berani keluar, pada pagi hari ia tidak melihat bekas-bekas harimau
maka ia tahu bahwa itu hanya tekanan angin yang masuk kelobang,jadi
yang menghalangi dia buang air itu bukan harimau, tapi hanya prasangka
adanya harimau.

‫ لوظهرت صفاته‬،‫لولاظهوره في المكونات ماوقع عليها وجود ابصار‬


ِّ ِّ
‫اضمحلـت مكوناته‬

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 192


149. “Andaiakn Alloh tidak dhohir pada benda-benda (makhluk) alam ini,
tidak mungkin ada penglihatan padaNya, Andaikan Alloh mendhohirkan
sifatNya pada semua makhluk, maka lenyaplah semua makhlukNya”.

Syarah

Ya’ni dhohirnya Alloh kepada kita itu dari belakang tabir berupa semua
makhluk, ini yang menjadikan dhohirnya semua makhluk, dan menjadi
sebab kita bisa melihat wujudnya makhluk, seperti juga dhohirnya sinar
mata hari yang ada dikaca cermin.

Seumpama Alloh tidak dhohir dibelakang tabir makhluk artinya Alloh


dhohir dengan sifat DzatNya secara langsung, maka semua makhluk
akan hancur.

Alloh berfirman: “ Falammaa- tajallaa rob-buhuu lil-jabali ja-’alahu


dakkau- wa-khorro muusaa sho-‘iqoo” (maka ketika alloh bertajalli
(mamperlihatkan DzatNya) kepada bukit/gunung, hancurlah
(lenyaplah) bukit itu, sedang Nabi Musa jatuh pingsan”.)

Rosulullh saw. Bersabda: Hijab Alloh itu berupa cahaya, andaikan dibuka
pasti akan terbakar segala sesuatu yang menghadapinya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 193


Al-Hikam Pasal 150

“Kenapa Makhluk Bisa Terlihat?”

ِّ ِّ
‫اظهركل شيءلانه الباطن وطوى وجودكل شيءلانه الظاهر‬

150.“Alloh yang mendhohirkan segala sesuatu (makhluk)sehingga bisa


dilihat, karena Dia bersifat Batin, dan Alloh melipat/menyembunylkan
wujudnya segala suatu, karena Alloh itu Dzat yang bersifat Dhohir.”

Syarah

Ya’ni sebab Alloh mempunyai sifat Batin maka Alloh mendhohirkan


semua makhluk, sebab makhluk itu tidak bisa terlihat kecuali dengan Nur
Alloh,

Dan Alloh melipat/ menyembunyikan makhluk sebab Alloh bersifat dhohir,

tidak ada makhluk yang menyekutukan Alloh dalam sifat,dzat dan af’alnya
Alloh. Artinya Alloh tidak menjadikan sifat wujud dengan dzatnya/hakiki
pada selain Alloh. Semua makhluk itu ‘adam yang hakiki, dan semua
makhluk itu tidak wujud kecuali dengan wujudnya Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 194


Al-Hikam Pasal 151 - 152

“Lihat Dan Pelajari Alam Ini”

ِّ
‫المكونات‬ ِّ
‫الممكونات وما اذن لك ان تقف مع ذوات‬ ‫اباح لك ان تنظر في‬

:‫قل انظروا ماذافى السماوات؟ فتح لك باب الافهام ولم يقل‬

‫انظرواالسماوات لـءلا يدلك على وجودالاجرام‬

151. “Alloh memperbolehkan kamu melihat alam sekitarmu (makhluk),


tetapi Alloh tidak mengizinkan engkau berhenti pada benda-benda dialam
ini (makhluk). Sebagaimana firman Alloh : katakanlah: perhatikanlah apa-
apa yang dilangit. Semoga Alloh membuka kefahaman padamu, Alloh
tidak brkata : perhatikan langi-langt itu. Supaya tidak menunjukkan
padamu adanya benda-benda itu”.

Syarah

Pada hikmah sebelumnya mushonnif menerangkan tentang


wujud/adanya alam (bisa terlihat)itu karena Nur dari Alloh. ALLOOHU-
NUURUS-SAMAAWATI WAL-ARDHI (Alloh itulah yang menerangi langit
dan bumi).dan pada hikmah ini kita dituntun untuk bisa melihat dan
mempelajari alam ini.

Alloh mengizinkan kita untuk melihat cipatannya supaya kita bisa bisa
melihat bahwa semua itu ciptaan Alloh, jangan sampai kita
terjebak/berhenti hanya melihat/memperhatikan bendanya, sehingga kita
tidak melihat alloh dibalik benda-benda itu.

Dalam ayat ini menggunakan FII dengan makna dhorof, yang berarti:
yang harus diperhatikan yaitu apa yang ditempatkan, bukan tempatnya.

Dalam katab Latoo-iful minan, Mushonnif mengatakan: Alloh menciptakan


macam-macamnya makhluk bukan supaya kamu melihat makhluk itu, tapi
supaya kamu bisa melihat Tuhan yang menciptakan makhluk itu yaitu
Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 195


ِّ
‫وِمحوة باحد ِّية ذاته‬ ‫الاكوان ثابتة بإثباته‬

152.”Alam/makhluk ini ada(wujud) sebab di tetapkan oleh Alloh, tetapi


alam ini musnah/lenyap sebab sifat Esa dzatnya Alloh”.

Syarah

Siapa saja yang memandang sifat Esa dzatnya Alloh, pasti tidak akan
menemukan sifat tetap dan nyata pada semua makhluk,. Semua makhluk
itu bisa mempunyai sifat tetap kalau memandang sifat WAHIDnya Alloh.

sifat AHADIYYAH menurut para Arifin Dzat yang bersih dari sifat
tetap/nyata pada semua mahluk. Sedangkan sifat WAHIDIYYAH itu
dzatnya Alloh yang nyata ada pada semua makhluk, dan semua makhluk
mempunyai sifat tetap (ada) sebab memandang adanya Alloh pada
semua makhluk, sehingga para Arifiin mengatakan “ AL-AHADIYYATU
BAHRUN-BILA MAUJIN WAL WAA-HIDIYYATU BAHRUN MA’A
MAUJIN. (Ahadiyyah itu umpama laut tanpa ombak, sedangkan
Wahidiyyah itu umpama laut beserta ombaknya). Yakni: menurut
pandangan para Arifin, Alloh itu di ibaratkan laut, maka makhluk
diibaratkan ombak yang di gerakkan oleh laut. Jadi jelasnya semua
makhluk itu bukan Alloh.

Ke-Esaan dzat Alloh yang tidak bersekutu itu melenyapkan apa saja
(makhluk),yakni tetap Alloh yang tunggal dan segala sesuatu yang
selainNya itu hanya bayangan belaka yang di ciptakan / di wujudkan oleh
Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 196


Al-Hikam Pasal 153 - 157

“Sikap Kita Ketika Dipuji Orang”

ِّ ‫الناس يمدحونك لمايظنونه فيك فكن انت‬


‫ذامالنفسك لماتعلمه منها‬

153.”Orang-orang yang memuji padamu disebabkan oleh apa yang


mereka sangka yang ada padamu, karena itu engkau harus mencela
dirimu, karena apa-apa (aib) yang engkau ketahui pada dirimu”.

Syarah

Kamu jangan sampai terpengruh/tertipu dengan pujian orang-orang yang


tidak mengetahui hakikatnya dirimu, tetapi kamu harus kembali melihat
dirimu dengan mencela dirimu sebab perbuatanmu yang terbalik/tidak
sama dengan prasangka orang lain pada dirimu.

Maka dari itu Sayyidina Ali berdo’a : “ Allohummaj-alnaa khoirom-


mimmaa yadhun-nuna,- walaa-tu-aakhidz-naa bimaa yaquuluuna ,-
wagh-fir lanaa- maa-laa ya’lmuuna”. ( Ya Alloh, jadikanlah aku lebih
baik dari apa yang mereka sangka, dan jangan Engkau siksa mereka
sebab ucapan mereka terhadap diriku, dan ampunilah semua dosaku
yang tidak diketahui mereka.)

Dan siapa yang merasa senang dengan pujian orang lain terhadap
dirinya, berarti dia telah memberi kesempatan pada setan untuk masuk
dan merusak imannya.

ٰ
‫استحيى من اّٰلل ان يثنى عليه بوصف لايشهده من نفسه‬ ‫الموءمن اذامدح‬

154. “Orang mukmin yang sejati itu ketika dipuji orang, dia malu pada
Alloh, karena ia dipuji bukan karena sifat yang ada pada dirinya, tapi dari
Alloh”.

Syarah

Jadi apabila orang lain memuji dirinya dan meyebut kebaikannya, dia
merasa malu kepada Alloh, karena dia merasa tidak mempunyai sifat-sifat
yang layak dipuji, sebab ia merasa hanya mendapat karunia Alloh jika ia

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 197


bisa berbuat sesuatu yang baik, dan bukan dari usaha dan
kemampuannya sendiri.

Seorang salik itu harus tidak percaya dengan pujian orang lain, tetapi dia
juga tidak diperintah untuk merobah/menolak supaya orang lain tidak
memuji atau berprasangka baik padanya, dia hanya di perintah untuk
tidak terpengaruh,dan supaya mendahulukan apa yang diketaui terhadap
dirinya sendiri,mengalahkan prasangka orang lain. Yang penting tidak
keterlaluan pujiannya, kalau keterlaluan maka harus di tolak.

Rosululloh bersabda : “Uhtsut-turoba fii-waj-hi mad-daachiin” lempari


debu dimuka orang-orang yang memuji-mujimu.

Rosul berkata pada orang yang memuji seseorang dihadapan rosululloh,


:Qoto’-ta ‘unuqo shoohibika” kamu telah memotong leher saudaramu.

‫اجهل الناس من ترك يقين ما عنده لظن ماعند الناس‬

155. “sebodoh-bodoh manusia yaitu orang yang meninggalkan


(mengbaikan) keyakinan yang sungguh-sungguh ada padanya, karena
mengikuti prasangka yang ada pada orang-orang”.

Syarah

Orang yang dipuji orang lain dan terpengaruh dengan pujiannya, dan
menganggap baik pada dirinya sendiri, orang seperti ini adalah orang
paling bodoh, karena yang yakin ia ketahui yaitu kekurangan-kekurangan
dan dosa-dosa yang telah dilakukannya atau rendahnya akhlaqnya dan
kelemahan imannya sendiri.

Al-Harits Al-Muhasiby mengumpamakan pada orang yang senang di puji


orang lain, itu bagaikan orang yang senang dengan ejekan orang
padanya,; Seumpama ada orang berkata : kotoranmu itu berbau
harum,lalu engkau gembira dengan pujian yang demikian, padahal
engkau sendiri jijik dan tau berbau busuk. Ketahuilah bahwa kotoran dosa
dan jiwa itu lebih busuk dari pada kotoran (tinja) orang.

Seorang Hakim dipuji oleh orang awam/biasa, maka ia menangis, lalu


ditanya: kenapa engkau menangis? Padahal orang itu memujimu,..
jawabnya: ia tidak memujiku, melainkan setelah dia mengetahui bahwa
yang ada padaku sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifatnya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 198


ُ َ
‫اذااطلق الثناء عليك ولست باهل فاثن عليه بما هو اهله‬

156. “Jika Alloh membuka mulut orang-orang untuk memujimu, padahal


nyata-nyata engkau tidak layak/berhak untuk pujian seperti itu, maka
engkau harus memuji kepada Alloh yang berhak /layak mendapatkan
pujian itu”.

Syarah

Kenyataannya apayang disanjungkan orang-orang padamu itu tidak ada


pada dirimu, atau kau mempunyai cacat/aib, sehingga kau tidak berhak
menerima pujian itu, maka kau harus memuji kepada Alloh, yang telah
menutupi aib-aibmu, kekuranganmu.

ِّ
‫ والعارفون اذامدحوا‬، ‫الزهاد اذامدحواانقبضوالشهودهم الثناءمن الخلق‬
ِّ
‫انبسطوا لشهودهم ذالك من الملك الحق‬

157. “Orang-orang yang zuhud (ahli ibadah) jika dipuji oleh orang lain,
mereka merasa ketakutan, karena kuatir terpengaruh,karena pujian itu
datangnya dari sesame makhluk, sebaliknya orang aarif jika dipuji mereka
merasa senang dan gembira karena mengerti benar-benar pujian itu
datang dari Alloh raja yang haq”.

Syarah

Orang aarif itu selau hadir kehdhrotulloh, tidak pernah memandang selain
Alloh, mereka menganggap pujian-pujian itu datang dari Alloh, sehingga
mereka gembira, dan pujian itu bisa menambah kekuatan hatinya dan
kedudukannya dihadapan Alloh, karena mereka tidak memandang pada
dirinya tidak membanggakan amalnya, dan tidak terpengruh dangan
pujian ataupun cela-an orang lain. Kata Hikmah ini sesuai dengan Hadits
nabi saw.: Idza mudihal-mu’minu fii-waj-hihi robal-iimanu fii
qolbihi”.(ketika seorang mukmin di puji didepannya maka iman
dalam hatinya bertambah kuat).

Rosululloh sendiri pernah dipuji dengan qosidah oleh Hassan dan Ka’ab
bin Zuhair, Rsululloh saw. Menunjukkan kegembiraan bahkan
memberikan mantel kepada Ka’ab bin Zuhair.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 199


Mushonnif (ibnu ato’illah) sendiri juga pernah memuji-muji kepada
gurunya, Syeih Abul-Abbas Al-Mursyi, beliau diam saja dan
memperlihatkan wajah senang.

Hal seperti ini juga terjadi pada para aarif lainnya.

Orang yang mempunyai makom ini antara dihina dan di puji orang tidak
akan ada bekasnya dalam hati, karena mereka tidak memandang itu
semua dari makhluk, tapi mereka melihat itu semua dari Alloh swt.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 200


Al-Hikam Pasal 158

“Sifat Ke-Kanak-Kanakan”

ِّ َ ُ
ُ
‫متى كنت اذا اعطيت بسطك العطاءوإذامنعت قبضك المنع فاستدل‬
ِّ
‫بذالك على ثبوت طفوليتك وعدم صدقك في عبوديتك‬

158.“Apabila kamu ketika diberi(rizki) oleh Alloh, merasa gembira karena


pemberian itu, dan jika di tolak (tidak diberi) hatinya merasa sedih karena
penolakan itu, maka ketahuilah, yang demikan itu sebagai tanda adanya
sifat kekanak-kanakan padamu, dan belum bersungguh-sungguh dalam
sifat ke-hambaanmu kepada Alloh”

Syarah

Ketika suasana hatimu masih selalu berubah-ubah ketika menerima


nikmat atau mendapat balak/ujian. Maka nyata bahwa masih dipengaruhi
oleh hawa nafsu, dan belum sungguh-sungguh dalam kedudukan
kehambaan kepada Alloh, dan pengertian terhadap hikmah rahmat Alloh
terhadap semua makhluknya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 201


Al-Hikam Pasal 159

“Jangan Putus Asa”

ِّ ‫سببالياءسك من حصول الاستـقامة مع‬


‫ربك‬ ْ ‫إذا وقع منك ذنب فلا يكن‬
َ ِّ ٰ ٰ
‫فقد يكون ذلك اخرذنب قدر عليك‬

159.“Jika engkau terlanjur melakukan dosa, maka jangan sampai


menyebabkan engkau putus asa untuk mendapatkan istiqomah
menghadap Tuhanmu, sebab kemungkinan dosa itu yang kau lakukan itu
sebagai dosa terahir yang telah ditakdirkan Tuhan bagimu”.

Syarah

Engkau jangan putus asa dengan merasa tidak mungkin bisa istiqomah
dalam menghamba pada Alloh,(sehingga mendorong kamu melakukan
dosa-dosa yang lainnya) karena engkau terlanjur melakukan dosa,

Perbuatan dosa itu tidak menyalahi istiqomah dalam kehambaan, kalau


semata-mata terlanjur, dengan tidak ada sifat gembira dalam melakukan
dosa itu, sebab manusia tidak mungkin mengelak dari takdir yang telah
ditulis baginya. Kewajiban kamu ketika terlanjur berbuat dosa yaitu harus
segera bertaubat.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 202


Al-Hikam Pasal 160

“Roja’ dan Khouf”

َ َ ْ َ ْ َ
‫ واذا اردت ان يفتح‬،‫الرجاء فاشهد مامنه اليك‬
ِ ‫اذاارادت ان يفتح لك باب‬

‫ٕليه‬
ِ ‫لك باب الخوف فاشهد مامنك ا‬

160.“Apabila engkau ingin dibukakan Alloh pintu roja’/harapan, maka


perhatikan kebesaran nikmat pemberian Alloh padamu yang berlimpah.
Dan apabila engkau ingin dibukakan pintu khauf/ takut,maka perhatikan
hati dan amal ibadahmu kepada Alloh”.

Syarah

Hikmah ini menjelaskan dua cara untuk bertaqarrub kepada Alloh yaitu :
1. Roja’ (berharap hanya kepada Alloh), caranya: selalu memperhatikan
apa yang ada pada dirimu dari nikmat pemberian Alloh, macam-
macamnya manfaat yang diberikan kepadamu, dan dihindarkan dari
macam-macamnya bala’ bencana mulai dari kamu dalm kandungan
ibumu sampai saat ini. Sehingga hati kamu bisa berharap secara optimis
dan husnud-dhon kepada Alloh dan tidak akan putus asa. 2. Khouf (Takut
hanya kepada Alloh), caranya: selalu memperhatikan apa-apa dari dirimu
tentang kekurangan dan kecurangan mu dalam menghamba kepada
Alloh, adab yang kurang baik terhadap Alloh. Sehingga timbul dalam
hatimu rasa takut kepada Alloh. Kedua sifat ini harus dimiliki oleh setiap
mukmin.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 203


Al-Hikam Pasal 161

“Manfaat Al-Qobdh Dan Al-Basthu”

ُ ِّ ْ ِّ
‫ربما افادك في ليل القبض مالم تستفده في إشراق نهارالبسط لاتد ُرون ايه ْم‬
ً َ
ُ َ
‫اقرب لكم نفعا‬

161.“Terkadang Alloh memberikan padamu faidah ilmu ma’rifat pada saat


kesedihan (qobdh) yang digambarkan seperti gelapnya malam. Yang
tidak kau dapatkan dalam keadaan lapang /kesenangan(basth) yang di
gambarkan terangnya siang. Kamu semua tidak mengetahui manakah
yang lebih bermanfaat bagimu”.

Syarah

Dalam hikmah ke 90-92 telah diterangkan tentang al-qobdhu dan al-


basthu, bahwa orang yang diberi kesenangan/kelapangan (basth)yang
nafsunya ikut mendapatkan bagiannya, yang terkadang menjadikan
sebab terhijab dengan Alloh. Berbeda ketika orang yang dalam kondisi
susah, sedih hatinya nafsunya akan lemah dan merasa sangat berhajat
kepada Alloh, yang menjadikan sebabnya Alloh memberikan suatu
kenikmatan yang hakiki,yaitu ilmu dan ma’rifat.Sebagaimana diterangkan
lagi pada hikmah 161 ini. Sehingga orang-orang Arif sama memilih
keadaan qobdh daripada basth. Tapi pada umumnya manusia memilih
kesenangan dari pada qobdh,. Alloh berfirman : kamu semua tidak
mengetahui mana yang lebih bermanfaat bagimu.

Karena kita tidak mengetahui maka sebaiknya menyerahkan kepada


Alloh, dan rela terhadap pemberian dan kehendak Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 204


Al-Hikam Pasal 162 - 166

“Hati Menjadi Sumbernya Nur”

ُ
‫والاسرار‬ ُ
‫مطالع الانوارالقلوب‬

162. “Sumbernya berbagai Nur cahaya Ilahi(nur ilmu bagaikan bintang,


nur ma’rifat bagaikan bulan dan nur tauhid bagaikan matahari) itu dalam
hati manusia dan rahasia-rahasianya(asror)”.

Syarah

Hati dan sirnya para ‘Arifiin itu ibaratnya seperti langit yang menjadi
tempat berjuta-juta bintang, bulan dan matahari. Seperti yang sudah
diterangkan pada hikmah yang terdahulu bahwa nur yang keluar dari hati
‘Arifiin itu lebih terang dibandingkan sinarnya bintang, bulan dan matahari.

Sebagian Arifiin berkata: Andaikan Alloh membuka Nur hatinya para


waliyulloh, niscaya cahaya matahari ,bulan akan suram (kalah). Sebab
cahaya mathari dan bulan bisa tenggelam dan gerhana, sedangkan Nur
hati para wali itu tidak bisa tenggelam dan gerhana.

Dalam hadits qudsi, Rosululloh bersabda, Firman Alloh : Tidak cukup


untukKu bumi dan langitKu, tetapi yang cukup bagiku hanya Hati
hambaKu yang beriman.

Syeih Abul Hasan As-syadzily ra. berkata: Andaikan Alloh membuka


Nurnya seorang mukmin yang berbuat dosa, niscaya memenuhi langit
dan bumi. Maka bagaimanakah dengan nurnya mukmin yang taat kepada
Alloh.

Syeih Abul-Abbas al- Mursy berkata: Andaikan Alloh membuka hakikat


kewaliannya seorang wali, niscaya wali itu akan disembah orang, sebab
dia bersifat dengan sifat-sifat Alloh.

Jadi kalau kta tidak mengetahui nurnya ‘Arifin itu bagian dari belas
kasihnya Alloh.

ُ ٌ َ
‫الغيوب‬
ِ ‫خزاءن‬ ‫من‬ ‫النورالوارد‬
ِ ‫من‬ ‫مدده‬ ‫القلوب‬
ِ ‫فى‬ ‫ع‬ ‫ورمستود‬‫ن‬

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 205


163. “Nur (cahaya keyakinan) yang tesimpan dalam hati hamba, itu itu
selalu bertambah karena datang langsung dari gudang(perbendaharaan
)alam ghaib”.

Syarah

Sebagaimana diterangkan dalm hikmah terdahulu, bahwa Alloh


menerangi alam semesta ini dengan cahaya benda (matahari,bulan)
buatanNya. Sedangkan Alloh menerangi hati dengan nur sifat-sifatnya.
Selanjutnya dalam hikmah ini mejelaskan bahwa Nur cahaya keyakinan
dalam hati para Arifiin itu salurannya langsung dari Nur yang berasal dari
perbendaharaan alam Ghaib.sehingga Nur yang ada dalam hati Arifiin
semakin bertambah terang memancar.

Dalam kitab Latho-iful-minan diterangkan: ketahilah! Apabila Alloh


menolong seorang walinya, maka hatinya akan di jaga dari segala suatu
selain Alloh, dan Alloh akan menjaga hati walinya dengan selalu
menambah Nur keyakinan.

Selanjutnya Syeih ibnu ‘Atho’illah memberi isyarah kalau Nur itu ada dua
macam, dengan dawuh:
ٰ ُ
‫ ونوريكشف لك به عن اوصافه‬،‫نوريكشف لك ِبه عن اثاره‬

164. “Nur yang di capai dengan panca indera itu bisa membuka
/menerangkan keadaan makhluk (atsar), dan nur keyakinan dalam hati
dapat menunjukkan kamu hakikat sifat-sifat Alloh”.

Syarah

Hikmah ini juga bisa di artikan: 1.Nur yang ada dihati Arifiin itu bisa
membuka/ mengetahui keadaan makhluk , mengetahui apa yang ada
diatas dan dibawah langit, apa yang ada dibawah bumi dll. Yang seperti
ini dinamakan Kasyaf Shuwary. Menurut ulama’ ahli hakikat Kasyaf
Shuwary itu tidak dipentingkan. 2. Dan Nur itu juga bisa membuka sifat-
sifat keagungan,dan keindahan Alloh, nur yang seperti ini tidak akan bisa
berhasil kecuali Alloh memperlihatkan sifat-sifat keagunganNya pada
hamba.hal seperti ini disebut Kasyaf Ma’nawy. Dan inilah yang terpenting
menurut para Arifiin.

‫الاغيار‬ ‫ف‬‫بكثاء‬ ‫النفوس‬ ‫كماحجبت‬ ‫الانوار‬ ‫مع‬ ُ


‫القلوب‬ ‫وقفت‬ ‫ما‬ ِّ ‫ر‬
‫ب‬
ِ ِ ِ

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 206


165. “Terkadang hati hamba itu terhenti pada sinar cahaya itu(sehingga
hati terhijab dari Alloh), sebagaimana terhijabnya nafsu dengan syahwat
macam-macamnya benda selain Alloh”.

Syarah

Ada dua perkara yang bisa menghijab/menghalangi manusia berjalan


menuju Alloh yaitu:

1. Hijab/penghalang yang berupa Nur, yaitu macam-macamnya cahaya


ilmu dan ma’rifat. Apabila hati hamba selalu silau melihat dan condong
kepada Nur ilmu dan ma’rifatnya, dan menjadikan ilmu dan ma’rifatnya
sebagai tujuan ibadahnya, bukan karena Alloh yang memberi ilmu dan
ma’rifat.

2. Hijab berupa kegelapan, yaitu kesenangan nafsu syahwat dan adat


kebiasaan nafsu.

‫إجلالالها ان تبتذل بوجودالاظهار‬،‫ستر انوار السراءـربكثاءـف الظواهر‬


ٰ
‫شتهار‬
ِ ‫الا‬
ِ ‫وان ينادى عليها بلسان‬

166. “Alloh sengaja menutupi nur/cahayanya hati dengan pekerjaan-


pekerjaan yang lahir, itu karena mengagungkan nur tersebut, dan jangan
sampai diremehkan dengan terbuka begitu saja, dan supaya tidak
diberitakan menjadi orang yang mashur/terkenal.”

Syarah

Nur cahaya kewalian itu sangatlah agung dan mulia, maka Alloh
mengagungkannya dari kehinaan sebab diperlihatkan, dan dijaga oleh
Alloh dari keterkenalan dikalangan makhluk.hikmah ini juga sudah
diterangakan pada hikmah 118 terdahulu, dan juga Alloh menutupi nur
kewalian karena rahmat /kasih sayang dari Alloh terhadap orang-orang
mukmin, sebab sekiranya nur kewalian terbuka pada seseorang, orang
tersebut berkewajiban mencukupi hak-haknya wali, yang mungkin tidak
dapat melaksanakannya. Dan dengan demikian berarti telah berbuat
dosa durhaka.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 207


Al-Hikam Pasal 167 - 169

“Alloh Tidak Membuat Tanda Kewalian”

ُ َ
ٰ
‫٭ سبحان من لم يجعل الدليل على اولياءه الامن حيث الدليل عليه‬

‫٭ ولم يوصل اليهم الا من اراد ان يوصله اليه‬

167. “Maha suci Alloh yang sengaja tidak membuat tanda untuk para
walinya, kecuali sekedar perkara yang menunjukan kepada Alloh, dan
Alloh tidak akan mempertemukan dengan mereka kecuali pada orang
yang dikehendaki akan wushul (sampai) kepada Alloh”

Syarah

Sebagaimana telah diterangkan pada hikmah sebelumnya, yaitu Alloh


menutupi Nur cahaya kewalian, begitu juga Alloh menutupi para wali-
walinya, dengan amal-amal lahir, seperti bekerja, makan, minum, sakit
dan lain-lain. Jadi sangatlah sulit untuk mengenali waliyulloh itu, karena
mereka juga seperti kita keadaan lahirnya.

Syeih Abul-Abbas al-Mursy berkata: untuk mengenal Waliyyulloh itu lebih


sulit dari pada mengenal Alloh, sebab Alloh mudah dikenal dengan
adanya bukti-bukti kebesaran,kekuasaan dan keindahan buatanNya.
Tetapi untuk mengetahui seorang yang sama dengan kamu, makan,
minum menderita segala penderitaanmu sungguh sangat sukar. Tetapi
jika Alloh memperkenalkan kamu dengan seorang wali, maka Alloh
menutupi sifat-sifat manusia biasanya dan memperlihatkan kepadamu
keistimewaan-keistimewaan yang diberikan Alloh kepada wali itu.

Dalam hadits qudsi Alloh berfirman: Para waliku dibawah naunganku,


tiada yang mengenal mereka dan mendekat pada seorang wali, kecuali
jika Alloh memberikan taufiq hidayahNya. Supaya ia juga langsung
mengenal kepada Alloh dan kebesaranNya yang diberikan Alloh kepada
seorang hamba yang dikehendakiNya.

Syeih abu Ali Al-Jurjay berkata: Seorang wali itu orang yang fana’ lupa
pada dirinya dan tetap Baqo’ dalam musyahadah dan melihat Tuhan.
Alloh mengtur segala-galanya, maka karena itu terus-menerus datang
kepadanya Nur Ilahi.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 208


Maka jika Alloh menghendaki memperkenalkan kamu dengan walinya, itu
suatu anugerah yang sangat besar yang wajib kamu syukuri, karena
dengan itu berarti Alloh menghendaki kamu bisa wushul kepada Alloh.
Karena wali itu kekasih Alloh, Alloh tidak menghendaki selain kekasihnya
berkumpul dengan kekasihnya. (Laa ya’riful waliy illal-waliy).
َ َ
‫ُر ِّبما اطلعك على غيب ملكوته وحجب عنك الإستشراف على اسرارالعباد‬

168. “Terkadang Alloh memperlihatkan kepadamu sebagian dari


keghoiban alam malakut(keadaan diatas langit), tetapi Alloh menutupi
dari kamu mengetahui rahasia-rahasia hambaNya.”

Syarah

Adakalanya Alloh mmperlihatkan kepada Walinya alam malakut,


sehingga ia bisa mengetahui segala sesuatu yang ghoib dalam alam
malakut, tetapi karena rahmat Alloh kepadanya tidak dibukakan padanya
jalan untuk mengetahui rahasia-rahasia hati sesama manusia, itu supaya
tidak ikut campur dalam urusan dan kebijaksanaan Alloh yang berlaku
pada hambanya, selanjutnya mu’allif dawuh:

ُ ٰ
ِّ
‫م ِن اطلع على اسرار العباد ولم يتخلق بالرحمة الإلهية كان اطلاعه فتـنة‬

‫عليه وسببا ل ِّجر الوبال اليه‬

169. “Barang siapa yang dapat melihat rahasia hati manusia sedang ia
tidak meniru sifat belas kasih (Rahmat) Tuhan, maka pengetahuan itu
menjadi fitnah baginya,dan menjadi sebab datangnya (bala’) bahaya bagi
dirinya sendiri.”

Syarah

Orang yang tidak dibukakan kasyaf untuk bisa melihat rahasia dalam hati
sesama manusia itu termasuk karunia belas kasih dari Alloh, sebab
apabila dia dibukakan kasyaf sehingga bisa mengetahui rahasia hati
orang lain, tapi dia tidak meniru sifat rahmat dan ampunan Alloh, seperti
tidak mau menutupi aib orang lain, tidak mau memaafkan kesalahan
orang lain, tidak kasihan pada orang yang berbuat dosa/kesalahan, maka
kasyaf yang demikian akan menjadi fitnah bagi yang diberi, dan menjadi

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 209


ujian yang berat baginya, bahkan akan menjadi sebab datangnya
bencana bagi dirinya.

Rosululloh bersabda: “ Tidak akan dicabut sifat rahmat belas kasih


kecuali dari hati orang yang celaka”.

Dan sabdanya lagi:

َ ُ َ
َ ‫رح ُم‬
ْ ‫وام‬ ْ َ ُ َ
.‫الارض َي ْرحمكم من فى السم ِاء‬
ِ ‫فى‬ ‫ن‬ ‫ا‬ِ ،‫من‬ ‫ح‬ ‫الر‬ ‫حمهم‬‫ر‬ْ َ ‫الراحمون‬
‫ي‬

“orang yang belas kasih, dikasihi oleh Alloh (ar-rohman), karena itu
kasihanilah orang yang dibumi niscaya kamu dikasihi orang yang dilangit”.

Diriwayatkan bahwa nabi Ibrahim as. Pernah merasa dalam hatinya,


seolah –olah ia sangat belas kasih terhadap makhluk, maka Alloh
membuka kasyaf sehingga bisa melihat alam Malakut, dan bisa melihat
semua penduduk bumi dan segala perbuatannya, dan ketika nabi Ibrohim
melihat orang yang berbuat dosa/durhaka, ia berdo’a: Ya Alloh,
binasakanlah mereka. Dan seketika orang itu mati, dan itu berulangkali
dilakukan nabi Ibrohim,. Lalu Alloh memberi wahyu pada nabi Ibrohim :
hai Ibrohim, engkau itu seorang yang mustajab do’amaka jangan engkau
gunakan untuk membinasakan hambaku, karena hambaku itu salah satu
dari tiga golongan, 1. Ada kalanya Dia mau bertaubat, dan Aku ampuni
dosa-dosanya. 2. Ada kalanya dia akan menurunkan keturunan yang taat
dan bertasbih padaku. Dan 3. Ada kalanya ia kembali menghadap
padaKu, maka terserah bagi Aku untuk mengampunkan dosanya atau
menyiksanya.

Ada keterangan ulama’ lain meriwayatkan: apa yang di alami Nabi ibrohim
itu yang menyebabkan Alloh memerintahkan menyembelih puteranya
(Nabi Isma’il) dan ketika Nabi Ibrohim memegang pisau untuk
menyembelih puteranya ia berkata: Ya Alloh, ini putraku, buah hatiku
orang yang sangat aku cinta. Tiba-tiba ada jawaban: ingatlah ketika
engkau meminta padaku untuk membinasakan hambaku, apakah engkau
tidak tahu bahwa Aku amat kasih pada hambaKu, sebagaimana kasihmu
terhadap anakmu, maka jika engkau memita padaKu untuk membunuh
hambaKu, maka Aku minta padamu untuk membunuh anak kandungmu,
jadi satu-satu, ingatlah, yang memulai itu yang lebih kejam.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 210


Al-Hikam Pasal 170 - 172

“Bagian Nafsu Dalam Ibadah”

ٌّ
‫خفي ومدواة‬ ‫ وحظها فى الطاعة باطن‬،‫جلي‬ ٌ
ٌّ ‫ظاهر‬ ‫حظ النفس فى المعصية‬
ُ ٌ
‫صعب علاجه‬ ‫ما يخفى‬

170. “ Bagiannya hawa nafsu dalam perbuatan maksiat itu sangat jelas
dan terang, sedangkan bagian nafsu dalam perbuatan taat (ibadah) itu
halus dan samar, untuk mengobati yang samar itu itu sangat sulit
penyembuhannya.”

Syarah

Ketahuilah bahwa hawa nafsu itu selalu ambil bagian/peran baik dalam
maksiat atau dalam taat(ibadah). Kepentingan nafsu dalam maksiat itu
jelas, sperti zina, minum-minuman keras, dia jelas merasakan enaknya
dan kepuasannya. Karena nafsu mengajak maksiat itu tujuannya hanya
ingin merasakan kenikmatan dan kepuasan dan ahirnya terjadi bencana
dan kehinaan.

Sedangkan bagian nafsu dalam taat/ibadah, sangatlah halus dan samar


untuk diketahui dan disadari. Karena dalam taat/ibadah itu nafsu akan
merasa berat, karena semua ibadah itu selalu bertentangan dengan hawa
nafsu. Jadi apabila nafsu memerintahkan untuk ibadah maka
waspadalah! Dan telitilah apakah ada kepentingan nafsu didalam ibadah
tersebut, taat dan ibadah seharusnya bertujuan mendekatkan diri kepada
Alloh, tapi nafsu mempunyai kepentingan lain seperti Riya’(supaya
dilihat/diketahui orang) bahwa dia orang yang ahli ibadah, yang
selanjutnya orang lain memujinya, dan terkenal di kalangan manusia. Dan
masih banyak contoh yang lain apabila kita mau meneliti pergerakan
nafsu kita. Dari itu muallif (Syeih Ibnu ‘Ato’illah) dawuh :

َ ُ ُ
‫الرياء عليك من حيث لاينظرالخلق اليك‬ ‫ر ِّبما دخل‬

171. “Terkadang masuknya riya’ dalam amal perbuatanmu itu dari arah
yang tidak ada orang yang melihat padamu.”

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 211


Syarah

Riya’ yang masuk dalam amal perbuatan ketika didepan orang banyak itu
dinamakan Riya’ jaliy (terang). Riya’ juga bisa masuk pada amal ketika
sendirian, dan tidak ada orang yang mengetahuinya. Dan dengan
amalnya itu dia berharap akan di sanjung orang, dimulyakan orang,
seumpama dia berilmu, supaya orang lain mencukupi hak-haknya, dan
apabila tidak dia berharap supaya orang lain disiksa oleh Alloh sebab
tidak menghormati orang yang berilmu.apabila hal seperti ini ada dalam
diri seseorang itu tandanya dia riya’dengan ilmunya, yang seperti ini
dinamakan Riya’Khofiy(samar).

Dan tidak akan selamat dari Riya’ Jaliy dan Riya’ khofiy kecuali orang
yang sudah Ma’rifat billah, dan kuat tauhidnya. karena Alloh sudah
menjaganya dari syirik dan menutup pandangannya dari melihat makhluk
sebab Nur keyakinan dan Nur ma’rifat yang sudah terang bersinar dalam
hatinya. para Arifiin itu sudah tidak berharap dapat manfaat dari orang
lain(makhluk), dan juga tidak takut bahaya dari makhluk. Dan amalnya
para Arif itu bersih dari Riya’ walaupun di kerjakan didepan orang banyak.

Rosululloh bersabda: “ Syirik itu ada yang lebih samar dari jalannya semut
hitam di atas batu hitam dimalam yang gelap gulita.” (dan riya’ itu
termasuk syirik yang samar, yaitu beramal tidak karena Alloh)

Sayyidina Ali bin Abi Tholib ra. berkata: Kelak dihari kiamat Alloh akan
berkata kepada orang-orang yang zahid dan fakir,: tidakkah telah
dimurahkan (diturunkan)harga barang-barang untuk kamu, tidakkah jika
kamu berjalan lalu diberi salam terlebih dahulu, tidakkah jika kamu
berhajat segera disampaikan (dibantu) semua hajatmu. Di dlam hadis lain
diterangkan : Kini tidak ada lagi pahala bagimu, sebab semua pahalamu
telah kamu terima semasa hidup didunia.

Syeih Yusuf bin Al-Husain Ar-rozy berkata: sesuatu yang amat berharga
didunia ini ialah ikhlas, beberapa kali aku bersungguh-sungguh untuk
menghilangkan Riya’ dalam hatiku, tiba-tiba tumbuh lagi dengan lain
corak (model).

َ ُ
‫ك ف ٍي‬
ٍ ‫ل عل ٍى عد ٍم صدق‬
ٍ ‫ دلي‬،ٍ ‫ـتك‬
ٍ ‫خلق بخصوصي‬
ٍ ‫ن يعل ٍم ال‬
ٍ‫ك ا‬
ٍ ‫استشراف‬

‫ك‬
ٍ ‫عبوديـت‬

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 212


172. “ Keinginanmu yang sangat untuk diketahui orang tentang sesuatu
dari keistimewaanmu itu, sebagai bukti tidak adanya kejujuran (sungguh-
sungguh)mu dalam kehambaanmu (shidqul ‘Ubudyyah).”

Syarah

Yang dinamakan Sidqul ‘Ubudyyah yaitu: membuang segala sesuatu


selain Alloh, dan tidak memandang pada selain Alloh dalam baribadah.

Jadi apabila kamu benar-benar beribadah kepada Alloh, pasti akan


menerima perhatian dari Alloh kepadamu, sehingga kamu tidak senang
diketahui orang lain dalam menghamba kepada Alloh.

Syeih Abu Abdulloh Al-Qurasyi berkata: siapa yang tidak puas dengan
pendengaran dan penglihatan Alloh dalam amal perbuatannya, maka
pasti dai kemasukan riya’.

Alloh berfirman: “Apakah engkau tidak merasa cukup dengan tuhanmu,


bahwa Ia menyaksikan dan mengetahui segala sesuatu.” QS.Fus-shilat
53.

Syeih Abul-khoir Al-Aqtho’ berkata : Siapa yang ingin amalnya diketahui


orang, maka itu riya’, dan siapa yang ingin diketahui orang hal
keistimewaannya, maka itu pendusta.

Hikmah ini untuk pelajaran orang yang memulai perjalanan suluk(murid),


tapi bagi orang yang sudah Arif dan hanya melihat sifat wahdaniyyahnya
Alloh, antara tekenal dan tersembunyi itu sama saja. Seperti kata hikmah
dari Syih Abul Abbas Al mursyi.

Syeih Abul Abbas Al-Mursyi berkata: Barang siapa yang ingin terkenal,
maka ia budak(hamba)nya terkenal, dan siapa yang ingin tersembunyi,
maka ia budak(hamba)nya tersembunyi, dan siapa yang benar-benar
merasa sebagai hamba Alloh, maka terserah pada Alloh apakah dia
diterkenalkan atau disembunyikan, yakni sama saja, yang penting
beramal karena Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 213


Al-Hikam Pasal 173

“ Amal Jangan Ingin Dilihat Orang”

ْ ُ َ ََْ ْ ْ ْ َ ْ َ َ ْ ََ َ ْ َ ‫غي ْب َن َظ‬


ِّ
‫هود ِاقبا ِل ِه‬
ِ ‫ش‬ ‫ب‬ِ ‫ك‬ ‫ي‬‫ل‬‫ع‬ ‫م‬ ‫باله‬
ِ ‫ق‬‫ا‬ِ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫غ‬
ِ ‫و‬ ، ‫ك‬ ‫لي‬ ‫ا‬ِ ِ‫اّٰلل‬ ‫ر‬
ِ ‫ظ‬ ‫ن‬‫ب‬ِ ‫ك‬ ‫لي‬‫ا‬ِ ‫خلق‬
ِ ‫ل‬ ‫ا‬‫ر‬
َ ََْ
‫عليك‬

173.“Hilangkan pandangan makhluk kepadamu, karena puas dengan


penglihatan Alloh kepadamu, dan hilangkan perhatian (menghadapnya)
makhluk kepadamu, karena yakin bahwa Alloh menghadapimu.”

Syarah

Sebagai murid jangan terpengruh dengan penglihatan, perhatian dan


pujian orang lain, karena Alloh selalu melihat dan memperhatikan kamu.
Sebagai gambaran: sebagai seorang murid ketika kita dilihat dan di awasi
oleh guru kita, tentu kita lupa dan tidak memperhatikan kalau kita sedang
dilihat dan diawasi oleh orang lain. Begitu juga ketika guru kita berada
dihadapan kita, tentu kita tidak akan memperdulikan orang lain yang
menghadap kita. Apalagi yang melihat, mengawasi dan menghadapi kita
itu Alloh, tentunya semua makhluk tidak ada artinya.

Syeih Sahl bin Abdulloh At-Tustary berkata kepada kawan-kawannya:


Seseorang tidak akan dapat mencapai hakikat kewalian sehingga
menghilangkan pandangan orang dari fikirannya, sehingga tidak melihat
apa-apa didunia ini, yang ada hanya ia dan Tuhan yang menciptakannya,
sebab tidak ada seorangpun(makhluk) yang dapat menguntungkan tau
merugikannya, dan menghilangkan perasaandiri danhawa nafsunya
sehingga tidak menghiraukan orang, dan tidak segan atau takut kepada
mereka, apa saja yang akan terjadi.

Syei Al-Harits Al-Muhasiby ra. Ketika ditanya tentang tanda orang yang
ikhlas, yaitu: yang tidak menghiraukan dinilai apa saja oleh sesama
manusia, asalkan ia sudah benar hubungannya dengan Alloh dan tidak
ada orang yang mengetahui walau sekecil debu dari amal kebaikannya,
dan tidak takut jika ada orang yang mengetahui perbuatannya yang tidak
baik. Sebab jika ia takut diketahui kejelekannya, berarti ia ingin dipuji atau
besar dalam pandangan orang, dan itu tidak termasuk kelakuan atau
akhlak orang yang benar-benar ikhlas.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 214


Al-Hikam Pasal 174 - 176

“Maqom Ma’rifat, Fana’ Dan Cinta”

َ ِّ ُ ْ ُ َ ََّ َ َ َ ْ َ
‫ىء‬
ٍ ‫ش‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ى‬
ِ ِ ِ‫ف‬ ‫ده‬ ‫ه‬‫ش‬ ‫ق‬ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ف‬ ‫م ن عر‬

174. “Barang siapa yang benar-benar mengenal Alloh (berada dimaqom


Ma’rifatulloh), pasti dapat melihatNya pada tiap segala sesuatu.”

ِّ ُ ْ َ َ َ َ ْ ََ
‫شىء‬ َ
‫ومن ف ِني ِب ِه غاب عن ك ِل‬
ٍ

175. “ Barang siapa yang fana’ sebab melihat Alloh (berada dimaqom
Fana’), pasti ia lupa (ghoib) dari segala sesuatu.”

Syarah

Jadi orang yang sudah berada di maqom fana’, mereka sudah tidak
melihat apa yang ada di alam ini kecuali hanya Alloh, dan orang tersebut
sudah lupa pada dirinya, tidak merasakan apa yang ada pada dirinya,
mereka sudah tidak melihat sifat wujud dan nyata pada apa yang dilihat.
Berbeda dengan orang yang berada dimaqom ma’rifat, mereka melihat
makhluk dan juga melihat Alloh yang menciptakan makhluk, mereka
dengan jelas melihat Alloh pada setiap perkara yang wujud(makhluk), jadi
para arif itu masih merasa dirinya ada, dan masih melihat adanya
makhluk.

َ ََ َُ َ َ ْ َ
ِ ‫َومن احَّبه لم يوء ِثـرعل‬
ً‫يه شيـءـا‬ ْ ُ ْ

176. “ Dan barang siapa yang cinta pada Alloh (berada di maqom
Mahabbah), tidak akan mengutamakan sesuatu (dari kesenangan dirinya
dan lainnya) mengalahkan Alloh.”

Syarah

Jadi siapa saja yang mengaku cinta pada Alloh, tetapi masih memilih
selain Alloh, dan mementingkan kepentingannya dan kepentingan selain
Alloh,dan mengalahkan kepentingan pada Alloh, maka pengakuan
cintanya itu bohong.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 215


Jadi keterangan lain dari tiga hikmah ini : Siapa yang siapa yang benar-
benar mengenal Alloh (Makrifat kepada Alloh), pasti ia selalu ingat pada
Alloh, pada tiap sesuatu apapun yang aia lihat, ia dengar, dan ia rasakan.
Sebab tidak ada sesuatu melainkan menunjukkan keindahan, kekuasaan
dan buatan Alloh.

Dan orang yang sudah fana’kepada Alloh, mereka sungguh-sungguh


yang diingat hanya Alloh, sehingga segala sesuatu yang dilihat dan yang
ada didepannya,seolah-olah kosong dan hanya bayangan belaka.

Dan orang-orang yang benar-benar cinta kepada Alloh, ia tidak akan


mengutamakan sesuatu apapun selain Alloh yang dicintainya, bahkan ia
sanggup mengurbankan segala kepentingannya dan hawa nafsunya,
demi mendapatkan keridhoan dari Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 216


Al-Hikam Pasal 177 - 178

“Hijabnya Makhluk”

َ ْ ْ ُ َ َّ َ ْ َ ََّ ْ َ َ َ َ َّ
‫ِإنما حجب الحق عنك ِشدة قر ِب ِه ِمنك‬

177. “ Sesungguhnya yang menghijab(menghalangi) engkau daripada


melihat Alloh, itu karena sangat dekatnya Alloh kepadamu.”

Syarah

Bisa di maklumi, bahwa panca indera manusia itu sangatlah terbatas,


contohnya mata untuk bisa melihat, haruslah tepat pada ukurannya,
terlalu jauh tidak akan kelihatan begitu juga terlalu dekat, juga tidak akan
kelihatan. Seperti kalau kita baca tulisan yang kita dekatkan dan
menempel pada mata tentu tidak akan bisa terbaca.

Begitu juga Alloh, kita tidak bisa melihat Alloh, karena terlalu dekatnya
Alloh, Alloh meliputi kita dengan cara yang sangat sempurna.

Alloh berfirman : “ Dan Aku lebih dekat (kepada mayyit) dari pada kamu
semua, akan tetapi kamu semua tidak tahu”

Hikmah ini tidak bisa difahami dengan sempurna kecuali orang-orang


yang mata hatinya sudah terbuka terang, yang bisa melihat pendhohiran
Alloh pada makhluknya.

ُ َ َ َْ َ َ َ َ ُ ‫اح َت َج َب لشَّدة ُِظ‬


ْ َ َّ
‫ور ِه‬‫ن‬
ِ ِ ‫يم‬ ‫ظ‬ِ ‫ع‬ ‫ل‬ِ ‫ار‬
ِ ‫ص‬ ‫ب‬‫الا‬ ‫ن‬ِ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ف‬ِ ‫خ‬ ‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ر‬
ِ ‫ه‬ ِ ِ ‫إ نم ا‬

178. “ sesungguhnya terhijabnya Alloh dari penglihatanmu itu karena


sangat jelas dan terangNya, dan samarnya Alloh dari penglihatanmu itu
karena terlalu besarnya sinar dan cahaya nurNya.”

Syarah

Sebagaimana keterangan hikmah sebelumnya, tentang


keterbatasan/kelemahan panca indera manusia yang tidak bisa melihat
karena terlalu dekat, begitujuga tidak akan bisa melihat terlalu terang.
Pada hakikatnya semua benda itu bisa terlihat karena adanya cahaya/nur,

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 217


tanpa cahaya takkan bisa terlihat, begitu juga terlalu terangnya cahaya,
matapun tidak akan kuat melihat karena terlalu sialau. Seperti contoh
matahari, yang cahayanya paling terang dari cahay yang lain yang bisa
dilihat mata, sebab dari kuatnya sinar mata hari, mata kita tidak mampu
menembus/ melihat dzatnya matahari itu sendiri, sehingga kita bisa tahu
matahari hanya lewat sinarnya saja, dan mata tidak kuat/bisa melihat
hakikatnya matahari itu. Artinya: matahari itu tidak terhijab oleh dzatnya
sendiri tapi cahayanyalah yang menghijab matahari itu. Begitu juga Alloh,
itu tidak terhijab oleh dzatNya, tapi terhijab oleh makhluknya, sebab terlalu
jelas,terang dan besar NurNya. Jadi yang menghijab sesuatu itu bukan
dzatnya, tapi kelemahan kita yang menjadikan hijab itu sendiri.

Jadi hakikat/dzat itu tidak akan bisa dicapai dengan panca indera, tapi
bisa dicpai dengan matahati yang terang.

Maka apabila engkau melihat dengan mata hatimu, tidak akan


menemukan sesuatu yang terlukis pada benda-benda(makhluk) itu selain
daripadaNya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 218


Al-Hikam Pasal 179 - 182

“Do’a Bukan Penyebab Alloh Memberi”

َ ُ َ َ ْ ُ َ َ ُ ْ َ َ ُ ْ َ َّ َ َ ُ ْ َ َ ً ُّ َ َ َ َُ َ ْ ُ َ
‫لا يكن طلبك تسـبـبا ِالى العط ِاء ِمنه في ِقل فهمك عنه واليكن طلبك‬
َّ ُ ُّ ُ ُ ً ُ
َ ‫الع ُبودَّية‬ ْ
‫وق الربوبي ِة‬ ِ ‫ق‬ ‫ح‬ ‫ب‬ِ ‫قياما‬ ‫و‬ ِ ِ ‫هار‬
ِ ‫ظ‬ ‫ِلا‬

179. “ Jangan sampai do’a permintaanmu itu engkau jadikan alat/sebab


untuk mencapai pemberian Alloh (jangan punya i’tiqod bahwa pemberian
Alloh itu sebab do’amu), niscaya akan kurang pengertianmu(makrifatmu)
kepada Alloh, tetapi hendaknya do’a permintaanmu itu semata-mata
untuk menunjukkan kerendahan, kehambaanmu dan menunaikan
kewajiban terhadap keTuhanannya Alloh.”

Syarah

Alloh swt. Telah memerintahkan hambanya untuk berdo’a dan meminta


kepadaNya, tujuan utamanya hanya supaya hamba benar-benar
menunjukkan sifat fakir, hina dan bodohnya dihadapan Alloh, bukan untuk
sebab/alat menghasilkan apa yang diminta.Hikmah dan pemahaman ini
bagi orang yang sudah Arif billah, yang mereka tidak pernah berhenti dan
bosan meminta kepada Alloh, walaupun tidak diberikan apa yang diminta,
bagi mereka antara diberi atau tidak itu sama saja, sehingga mereka
selalu menjadi hamba Alloh dalam segala keadaan.

Syeih Abul Hasan As-Syadzily ra. Berkata:

Janganlah yang menjadi tujuan dari do’amu itu tercapainya hajat


kebutuhanmu, maka jika demikian berarti engkau terhijab dari Alloh, tetapi
seharusnya tujuan do’a itu untuk munajat kepada Alloh, yang
memeliharamu, menciptakan dirimu. Dan bala’ dan bencana yang
memaksa engkau berdo’a kepada Alloh, itu lebih baik daripada menerima
nikmat kesenangan yang melupakan kepada Alloh dan menjauhkan
daripadaNya.

َّ َ َ ً َ َ َّ َ ُ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ
‫ـه الس ِاب ِق‬
ِ ‫كيف يكون طلبك اللا ِحق سبـبا فى عط ِاء‬

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 219


180. “Bagaimana mungkin permintaanmu yang datang belakangan, itu
bisa menjadi sebab pemberian Alloh yang telah ditetapkan dan
diputuskan lebih dahulu.”
َ ْ َ َ ُ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َّ َ
‫جل حكم الاز ِل انيضاف ِالى العل ِل‬

181. “ Maha suci hukum(putusan) Alloh yang telah pasti dalam azal, jika
disandarkan kepada sebab musabab(‘ilat).”

Syarah

Sungguh tidak masuk akal kalau permintaan kita yang baru sekarang, itu
menjadi sebab pemberian Alloh yang sudah lalu. Sesungguhnya
keputusan Alloh dalam menentukan peraturan alam ini sudah
ditentukan/tetapkan dalam zaman ‘azal sebelum adanya alam ini, dan
termasuk juga segala kebutuhan hajat hidup semua makhluk termasuk
kita manusia, artinya sebelum kita meminta sesungguhnya Alloh sudah
menentukan apa yang diberikan kepada kita. Yakni Alloh sudah memberi
sebelum kita meminta. Sebagai contoh kita tidak/belum pernah meminta
hidup tapi Alloh sudah memberi kehidupan, sewaktu kita masih dalam
alam kandungan sampai kita lahir, dan dimasa kanak-kanak, kita belum
pernah meminta bahkan belum tahu caranya meminta hajat kebutuhan
kita, Alloh sudah terlebih dahulu memberikan semua hajat kebutuhan kita
sehingga kita bisa hidup sampai sekarang, dan itu sama berlaku
seterusnya.Karena itu jangan mengira seolah-olah Alloh lupa dengan
hajat kebutuhanmu, sehingga kamu harus mengingatkan Alloh supaya
memberikan hajat kebutuhanmu. Kalau memang demikian
kepercayaanmu terhadap Alloh, berarti benar-benar engkau belum
mengenal Alloh dalam sifat kesempurnaanNya. Segala sesuatu yang
terjadi dialam ini, semata-mata dari qudrat dan irodatnya Alloh secara
mutlak, sehingga tidak disandarkan pada ‘ilat/sebab musabab (karena ini
dan itu).

ََ ُ ُ َ ََ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ُ َْ َ َ ْ َ َ ْ ُ ُ َ َ
‫لالش ى ٍء ِمنك واين كنت ِحين واجهـتـك ِعنـايتـه وقا‬ ِ ‫ـك‬ ‫ِعنايـتـه ِفي‬
ْ‫مال َو َلا ُو ُج ُد َا ْح َوال َب ْل َل ْم َي ُكن‬
َ َْ ُ َ
‫ع‬ ‫ا‬ ‫ص‬ ‫خلا‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ز‬
ََ
‫ا‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫ن‬ْ ‫ك‬
ُ
َ
‫ي‬ ْ
‫م‬ ‫ل‬
َ ُ ُ َ َ ْ ََ
‫ه‬ ‫تـ‬ َ ‫بلتـك رع‬
‫اي‬
ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ِّ َّ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َّ َ َ ُ
‫ال‬ِ ‫الافضال وعظيم النو‬ ِ ‫هناك الا محض‬

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 220


182. “ Pemberian dan perhatian Alloh kepadamu itu bukan karena
sesuatu yang keluar/muncul dari kamu(seperti do’a dan amal sholih),
buktinya: dimanakah kamu ketika Alloh menetapkan karunianya
kepadamu dizaman ‘azal? ( dizaman ‘azal kamu dimana? Kamu tidak
ada, kamu juga tidak berbuat apa-apa), disaat itu(zaman ‘azal) tidak ada
do’a atau amal yang ikhlas atau akhwal, bahkan tidak ada apa-apa ketika
itu kecuali hanya semata-mata anugerah karunia dan pemberian Alloh
yang agung.”

Syarah

Alloh sudah melengkapi dan memenuhi hajat kebutuhan kita disaat kita
sendiri belum mengerti apa saja kebutuhan kita, maka dari itu coba kita
pikirkan dan perhatikan perhatian dan pemberian Alloh pada kita
semenjak kita masih berupa air mani, sama sekali kita belum bisa berdo’a
dan beramal, tetapi perlengkapan yang diberikan Alloh kepada kita tidak
berkurang sedikitpun, dan selanjutnya hingga kita lahir, masa kanak-
kanak, dewasa dan tua, karunia dan pemberian serta perhatian Alloh
kepada kita tidak berubah. Dan semua itu tidak bersandar pada amal atau
do’a kita. Tapi semata-mata kekuasaan dan kehendak Alloh yang mutlak.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 221


Al-Hikam Pasal 183 - 184

“Keinginan Mendapatkan Sirrul ‘Inayah”

َ ْ َ ُّ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ِّ ُ ُ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ ْ ََّ َ َ
‫يـختـص ِبرحم ِت ِه‬: ‫العنـاي ِة فقال‬ِ ‫ـر‬
ِ ‫ور ِس‬ ِ ‫ع ِلم ان ال ِعباد يتشوقـون ِالى ظه‬
َ َ ْ ً َ ْ َ ُ َ ََ َ َ ُ َّ َ ْ َ ُ َ ِّ َ َ َ َ ُ َ َ َِّ ْ َ
َ ْ
‫ وع ِلم انـه لو خلا هم وذالك لتركواالعمل إع ِتمادا على الاز ِل‬.‫من يـشـاء‬
ْ
َ‫يـن‬ ْ ُ َ ٌ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ َ
‫ إن رحمة َ اّٰللِ ق ِريب ِمن المح ِس ِن‬:‫فقال‬

183. “ Alloh telah mengetahui bahwa hamba-hamba ingin mendapat


rahasia (kebesaran) karunia Alloh(sirrul ‘inayah), maka Alloh berfirman:
“ Alloh sendiri yang menentukan (menghususkan) rahmat dan karunia
pada siapa yang dikehendaki” , dan Alloh mengetahui andaikan manusia
dibiarkan (mengetahui rahasianya), mungkin mereka meninggalkan amal
usaha karena berserah pada keputusan dizaman ‘azal, karena itu Alloh
berfirman: “ Sesungguhnya rahmat Alloh itu dekat pada orang-orang yang
berbuat kebaikan” .

Syarah

Sir itu berarti: semua perkara yang ditutupi, karena itu sir dirahasiakan
pada kita.

‘ Inayah berarti: bersambungnya Irodah(kehendak Alloh) dengan


berhasilnya Sir dimasa yang akan datang.

Berhubung Alloh mengetahui bahwa kita itu sangat menginginkan dapat


mengetahia masadepan kita apa celaka apa bahagia, sehingga kita ingin
tahu rahasia pemberian/karunia Alloh(sirrul ‘Inayah), lalu kita meminta
dengan berdo’a dan beramal sholih, dan kita beri’tikat bahwa dengan do’a
dan amal sholih itu bisa menarik sirrul ‘inayah, maka Alloh berfirman :
“ YAKHTAS-SHU BIROHMATIHII- MAN-YASYA’U( “Alloh sendiri yang
menentukan (menghususkan) rahmat dan karunia pada siapa yang
dikehendaki” Al-Baqarah: 105) untuk mencegah kita dan menghilangkan
keinginan kita, karena Alloh sendiri lebih mengetahui dimana Ia
meletakkan risalahNya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 222


Dan Alloh juga mengetahui bila para hamba dibiarkan mengetahui rahasia
pertolonganNya, dan terus menerus melihat bahwa sirrul ‘inayah
‘azaliyyah itu khusus pada sebagian orang,yakni tidak umum, bisa jadi
para hamba meninggalkan amal dan berdoa, karena mengandalkan pada
keputusan dizaman ‘azal, (kalau dizaman ‘azal aku sudah ditetapkan
menjadi orang yang dapat inayah dan menjadi orang khusus, pasti aku
akan masuk surga, walaupun tidak beramal, jadi tidak perlu beramal,
begitu pula sebaliknya). Karena itu Alloh menunjukkan tanda-tanda orang
yang mendapatkan ‘inayah/karunia, yaitu orang-orang yang berbuat baik
dan memperbaiki perbuatannya. Yakni bukan amal kebaikan itu yang
menyebabkan datangnya inayah/karunia, ia hanya sebagai tanda adanya
‘inayah.

َ َ ُ ْ َ َ َ َ َُّ ُ َ ْ َ َ ْ
‫ىء‬
ٍ ‫ـتـند ِهي الى ش‬
ِ ‫ىء ولا تس‬ ٍ ‫ـند كل ش‬ِ ‫ـة يسـت‬
ِ ‫المشيـء‬
ِ ‫إلى‬

184.“Segala sesuatu tergantung KehendakNya, bukan KehendakNya


bergantung pada segala sesuatu.”

Syarah : Segala yang ada ini muncul karena kehendak AzaliNya. Doa,
amal ibadah, dan usaha tidak memiliki pengaruh apa pun, pada
munculnya keinginan para hamba. Semua bergantung pada hukum Azali.
Lalu aturan kehambaan kita, adalah aturan harus dilakukan, yaitu
berusaha, beramal ibadah, taat dan patuh dan senantiasa butuh kepada
Allah Swt, sebagai perwujudan kepatuhan hamba kepadaNya.

Al-Wasithy mengatakan, sesungguhnya Allah Swt tidak mendekati si fakir


karena kefakirannya, juga tidak menjauhi si kayak arena kekayaannya.
Seluruh makhluk ini tidak memiliki pengaruh, baik sukses maupun gagal,
bahkan seandainya dunia adan akhirat anda serahkan sepenuhnya
kepada Allah, anda tetap tidak akan sampai kepada Allah Swt, dengan
dunia dan akhirat anda. Allah mendekatkan mereka kepadaNya, bukan
karena sebab atau faktor tertentu, dan Allah mejauhkan mereka dariNya,
juga bukan karena faktor-faktor tertentu. Allah Swt, berfirman: “Siapa
yang tidak diberi cahaya oleh Allah baginya, maka ia tidak akan meraih
cahaya itu.”

Namun, bila Allah Swt, menghendaki hambaNya untuk meraih


anugerahNya, maka si hamba pun ditakdirkan untuk berikhtiar, patuh dan
beramal sholeh serta ibadah yang benar, tetapi seluruh tindakan hamba
itu tidak menjadi penyebab yang mengharuskan turunnya anugerah,
namun amal ibadah dan kepatuhan itulah anugerah yang sesungguhnya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 223


Al-Hikam Pasal 185 - 186

“Lebih Utama Mana Antara Berdo’a Atau Tidak”

ً ْ َ َ ُ َ ُ ُ َّ َ َ َ ِّ ُ
‫كره‬
ِ ‫سـمته واستغالا ِبذ‬
ِ ‫الطلب ِاعتمادا على ِق‬
ِ ‫رك‬
ِ ‫ربـما دلـهم الاداب على ت‬

‫مسـءـلته‬ ْ
‫عن‬
ِ

185. “ Terkadang Alloh menunjukkan pada hambanya (para ‘Arif) adabnya


seorang hamba untuk tidak meminta/berdo’a karena menyerah pada
kebijaksanaan dan merasa puas dengan pembagian dari Alloh, dan
terlalu sibuk berdzikir sehingga tidak sempat minta-minta”

Syarah

Ada sebagian ‘Arifin yang mereka terkadang terpaksa untuk tidak


meminta, dan menyerah pada Alloh dan hanya mengandalkan
pembagian yang sudah ditetapkan Alloh dizaman ‘azal.

Para ulama ada yang berbeda pendapat tentang lebih utama mana antara
meminta/berdo’a atau diam/tidak meminta.

Ada yang berpendapat: lebih utama berdo’a, karena berdo’a itu bagian
dari ibadah, dan mengerjakan perkara yang disebut ibadah itu lebih utama
daripada meninggalkannya.

Sebagian berpendapat : diam dan tidak berdo’a dan merasa puas dan
ridho dengan berlakunya hukum (qodho’) itu lebih sempurna dan diridhoi,
karena sesuatu yang sudah dipilihkan Alloh untuk kita itu lebih itu lebih
utama daripada pilihan kita. Dalam hidist qudsi Alloh berfirman : barang
siapa tersikkan dzikir kepadaKu dan meninggalkan meminta kepadaKu,
Aku akan memberi yang terbaik dari apa yang Aku berikan pada orang
yang meminta.

Dan ada yang berpendapat: waktu itu berbeda-beda, adakalanya lebih


utama berdo’a dan adakalanya lebih baik diam, sebagaimana yang
dikatakan Syeih Abul-Qosim Al-Qusyairi ra.

Apabila hati lebih condong kepada do’a, maka lebih baik berdo’a, dan
apabila hati lebih condong diam, maka diam dan tidak berdo’a lebih baik,.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 224


Apabila hati lebih condong kepada ridho, dan puas dengan pembagian
dan pilihan dari Alloh, dan lebih memperbanyak dzikir itulah adab
tatakrama yang utama.

ُ َ ِّ ُ ْ ُ ُ ُ َّ َ
‫الاهمال‬
ُ ُ ُْ
‫له‬ ‫كن‬‫م‬ ‫ي‬ ‫من‬
ُ َّ
‫ه‬ ‫ينبـ‬ ‫ما‬ ‫ـ‬ ‫وإن‬ ‫ـفال‬ ‫غ‬ ‫الا‬ ‫له‬ ‫وز‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫من‬ ُ
‫ر‬ ‫ك‬ ‫ذ‬ ُ ‫ِّإن َـما‬
‫ي‬
ِ ِ

186. “ Sesungguhnya yang harus diingatkan itu hanya orang yang


mungkin lupa, dan yang harus ditegur itu hana orang yang mungkin
teledor(sembrono)”.

Syarah

Apakah mungkin Alloh itu lupa? Kok harus dingingatkan dengan meminta,
Dan apakah mungkin Alloh itu teledor, sehingga tidak memperhatikan
hambanya? Itu tidak mungkin, dan itu muhal bagi Alloh. Maka bagi para
‘Arif meninggalkan meminta itu bagian dari adab tatakrama kepada alloh.

Syeih Abu Bakar Al-Wasithi ra. Ketika diminta mendo’akan muridnya, lalu
ia berkata: Saya kuatir kalau saya berdo’a, lalu ditanyakan kepadaku
begini: kalau kamu meminta kepadaKu (Alloh) apa yang menjadi hakmu,
berarti engkau curiga kepadaKu, dan bila kau meminta apa yang bukan
menjadi hakmu, berarti engkau telah menyalahgunakan kewajibanmu
untuk memuji kepadaKu, dan bila kau ridho maka Aku akan menjalankan
padamu apa yang sudah Aku tetapkan pada masa yang sudah
lalu(zaman ‘Azal).

Syeih Abdulloh bin Munazil berkata: sejak lima puluh tahun saya tidak
pernah berdo’a meminta kepada alloh, juga tidak ingin di do’akan oleh
oranglain. Sebab segala sesuatu berjalan menurut apa yang telah
ditetapkan oleh Alloh dizman ‘azal, dan saya sudah merasa puas dengan
itu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 225


Al-Hikam Pasal 187 - 191

“Hari Rayanya Murid”

ُ ُ ْ َ َ ُ ْ ُُ
‫ريدين‬
ِ ‫الم‬ ‫ياد‬ ‫ورودالفـاق ِة اع‬

187. “Datangnya kefakiran/kesulitan itu sebagai hari rayanya murid


(orang yang sedang melatih diri untuk taqorrub kepada Alloh).”

Syarah

Seorang murid itu ketika kedatangan kesulitan, kefakiran, bala’, sehingga


merasa rendah diri dihadapan Alloh, itu adalah saat yang terbaik untuk
mendapat belas kasih Alloh, dan mempercepat tercapainya tujuan yaitu
taqorrub kepada Alloh. Sebagaimana diterangkan pada hikmah yang lalu
bahwa dengan kefakiran nafsu tidak dapat bagian apa-apa, yakni dengan
kefakiran itu sebagai kemenangan melawan hawa nafsu, sehingga saat
yang demikian itu sebagai hari raya yang sangat menggembirakan, sebab
tunduknya hawa nafsu, hilangnya rasa kesombongan,ujub atau besar diri.

ْ َّ ُ ُ َ َ ْ َ َ ِّ ُ
‫الصلاة والصو ِم‬
ِ ‫فى‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ج‬ ‫مالات‬
ِ ‫الفاقة‬
ِ ‫فى‬ ‫المزيد‬
ِ ‫من‬ ‫ت‬ ‫ربما وجد‬

188. “ Terkadang pada saat kefakiran itu engkau bisa mendapatkan


kelebihan karunia dan kebesaran dari Alloh, yang tidak bisa engkau
dapatkan dengan puasa dan sholat.”

Syarah

Itu bisa terjadi sebab puasa dan sholat terkadang karena kesenangan dan
kepentingan hawa nafsu,sehingga ibadahnya tidak bisa selamat dari
afatnya ibadah seperti riya’, takabbur, ujub dan lain-lain. Berbeda ketika
dalam kondisi fakir, akan hilang kesenangan dan kepentingan hawa
nafsu. Dan lagi hikmah ini bisa di artikan bahwa datangnya kefakiran,
bala’ itu sebagai nikmat batin (samar).

ُ َ
َ ‫ات ُب ُس ُط‬
َ ‫الم‬
‫اهب‬
ِ ‫و‬ ‫الفاق‬

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 226


189. “ Berbagai macam ujian bala’(kefakiran dan kekurangan)itu,
bagaikan hamparan (lemek) untuk hidangan pemberian dan karunia dari
Alloh.”

Syarah

Dengan datangnya kefakiran, hakikatnya Alloh mendudukkan kamu


dihadapanNya, dan cukuplah bagi kamu apa yang ada dari macam-
macam anugerah dari Alloh.

Dan lagi apabila Alloh akan memberi anugerah yang besar kepada
hamba, akan tetapi amal ibadah lahiryahnya tidak mencukupi sebagai
tebusan karunia alloh, maka Alloh menguji padanya dengan bala’ sebagai
tebusan berbagai dosa, kemudian diberikannya anugerah karunia dari
Alloh.

ُ ِّ َ ِّ َ ْ َ َ َ ْ َ ِّ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ْ ََ
‫اه ِب عليك ص ِحح الفقر والفاقة َ لديك "انما الصدقات‬
ِ ‫اذااردت ورودالمو‬
ُ
َ ‫لف‬
"‫قر ِاء‬ ‫ِل‬

190. “Jika engkau ingin datangnya macam-macam karunia dari Alloh


kepadamu, maka bersungguh-sungguhlah dalam mengakui dan
membuktikan kefakiran dan sangat berhajatmu kepada Alloh. Firman
Alloh: Sesungguhnya yang berhak menerima pemberian(shodaqoh) itu
hanyalah mereka yang benar-benar fakir.”

َ ْ َ ْ َّ َ َ َّ َ ٰ ْ َّ َ َ َّ ُ َ ْ َّ َ
‫ تحقـق ِبعج ِزك‬،‫ تحقـق بذ ِلك ُيمدك ِبع ِِّز ِه‬،‫صافه‬
ِ ْ
‫أو‬ ‫ب‬ِ ‫ك‬ ‫د‬ ‫م‬ِ ‫ي‬ ‫ك‬ ‫صاف‬
ِ
ْ
‫أو‬ ‫ب‬ِ ‫تحقـ‬
‫ق‬
َّ َ َ َ َّ َ ُ ْ َّ َ َ ْ ُ َ َّ ُ
‫وله وقو ِته‬
ِ ‫عفك يمدك ِبح‬
ِ ‫ تحقـق بض‬،‫اته‬
ِ ‫يمدك بقدر‬

191. “Buktikan dengan benar sifat-sifatmu, niscaya Alloh membantumu


dengan sifat Nya, Buktikan dengan benar sifat kehinaanmu, niscaya Alloh
membantumu dengan sifat kemuliaanNya, Buktikan dengan benar sifat
kekuranganmu, niscaya Alloh membantumu dengan sifat kekuasaanNya,
Buktikan dengan benar sifat kelemahanmu, niscaya Alloh membantumu
dengan sifat kekuatanNya.”

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 227


Syarah

Kedua hikmah ini mengajarkan kepada kita supaya menempati posisi kita
yang semestinya, yaitu sebagai hamba, yang mempunyai sifat asli yaitu:
fakir, kurang lemah, hina, dan bodoh. Apabila kita mengakui dan
memposisikan diri sebagai hamba, niscaya Alloh akan menolong kita,
memberi kemudahan dan karuniaNya kepada kita. Dan ketika Alloh
memberikan kekayaan, kemuliaan, kekuasaan dan kekuatan, kita akan
sadar dan merasa bahwa itu semua dari Alloh, bukan dari diri sendiri, dan
bukan dari lain-lainnya Alloh.itulah tauhid yang murni, yang tidak ada
Tuhan, tidak ada daya kekuatan, melainkan Alloh, dan semata-mata
bantuan dan pertolonganNya, tanpa ada perantara dari luar maupun dari
dalam diri sendiri. Sebaliknya apabila kita tidak mau menempati
kedudukan kita sebagai hamba, dan lupa akan sifat kehambaan, yang
akan menjadikan murka Alloh, dan menyaingi sifat-sifat Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 228


Al-Hikam Pasal 192

“Hakikatnya Karomah”

ُ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ
‫الاس ِتقامة‬ َ
ِ ‫الكرامة َمن لم تكـمل له‬ ‫ُرَّبما ُر ِزق‬

192.“Terkadang Alloh memberikan karomah (keistimewaan) kepada


seseorang yang belum sempurna istiqomahnya.”

Syarah : Seorang murid sebaiknya tidak mengharapkan karomah, dan


tidak tertipu dengan munculnya karomah pada dirinya. Karena
keistimewaan yang diberikan pada murid yang belum sempurna
istiqomahnya, bisa jadi hanya berupa ma’unah, atau bahkan istidroj.
Karena hakikat karomah itu ialah Istiqomah. Dan kesempurnaan
istiqomah itu ada pada dua perkara yaitu: sungguh-sungguhnya iman,
dan benar-benar mengikuti apa yang di ajarkan Rosululloh saw. Secara
lahir batin. Syeih Abul Hasan As-Syadzily ra. berkata: Tiap kekramatan
yang tidak disertai keridhoan terhadap Alloh, berarti orang itu tertipu dan
akan binasa.

Syeih Abul Abbas Al-Mursy ra. berkata: Bukannya kebesaran(karomah)


itu bagi orang yang bisa melipat dunia ini sehingga dalam satu detik bisa
sampai ke makkah dan negara lain-lain. Tetapai kebesaran itu ialah orang
yang dilipatkan baginya sifat-sifat hawa nafsunya, sehingga ia langsung
disisi Tuhannya.

Syeih Sahl bin Abdulloh ra. Berkata: Sebesar-besar karomah yaitu


berubahnya akhlaq yang jelek menjadi akhlaq yang baik. Dan ada yang
mengatakan : kamu jangan heran dari seseorang yang tidak menaruh
apa-apa dalam sakunya, tetapi ketika ia ingin sesuatu dimasukkan
tangannya dalam sakunya dan mendapat apa yang di inginkan. Tapi
kamu boleh heran dari seorang yang menaruh apa-apa dalam sakunya,
ketika ia ingin sesuatu dimasukkan tangannya dalam sakudan tidak
mendapat apa-apa, dan tidak berubah imannya kepada Alloh.

Syeih Abu Yazid Al-Busthomy ra. Berkata: Andaikata ada orang berjalan
diatas air, atau duduk diudara, maka jangan kau tertipu olehnya sehingga
kau perhatikan ia, bagaimana terhadap perintah dan larangan Alloh dan
Rosululloh. Sebab setan dapat bergerak dari timur kebarat dalam sekejap
mata, dan dia tetap dilaknat(terkutuk).

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 229


Al-Hikam Pasal 193

“Tanda-tanda Kedudukan/Maqom”

َ َّ ُ ُ َ َّ ُ َ ِّ ََ َ َ
‫اءـج‬ ِ ‫شيءاقامته ِايك ف‬
ِ ‫يه مع حصول النتـ‬ ٍ ‫مة الحق ِلك ِفي‬
ِ ‫مات ِاقا‬
ِ ‫من علا‬

193.“Suatu tanda bahwa Alloh telah menempatkan engkau pada suatu


maqom(kedudukan), bila engkau dalam kedudukan itu bisa mendapatkan
hasil/ buahnya.”

Syarah

Sebagaimana sudah dijelaskan pada hikmah kedua tentang maqom


Tajrid dan maqom kasab, hikmah ini kembali meneragkan tentang tanda-
tanda orang yang berada di salah satu maqom tersebut, Tanda orang
yang dimaqom Tajrid yaitu:

Apabila Alloh memudahkan bagimu kebutuhan hidup dari jalan yang tidak
tersangka, kemudian jiwamu tetap tenang ketika terjadi kekurangan,
karena tetap ingat dan bersandar kepada Tuhan, dan tidak berubah
dalam menunaikan kewajiban-kewajiban. Tanda orang yang berada di
maqom kasab yaitu:

Apabila Alloh memudahkan kamu dalam usaha/bekerja mencari maisyah,


dan dalam bekerja itu bisa selamat agamamu(ibadahmu).

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 230


Al-Hikam Pasal 194 - 202

“Rahasia Mengajar,Memberi Nasihat Kebaikan”

َ ْ َ ََّ ْ ُ ُ ْ َ ْ ْ َ ََّ
ِ‫ساط ِاحسا ِن اّٰلل‬ ِ ‫ساط احسا ِنه اص َمتـته‬
ِ ‫الاساءة ومن عبر ِمن ِب‬ ِ ‫من عبر ِمن ِب‬
ْ ْ
َ
‫اذاأساء‬ ‫اليه لم َيص ُمت‬
ِ

194. “Barang siapa menerangkan ilmu/mengajar dengan memandang


bahwa keterangannya itu muncul dari kebaikan dirinya, maka dia akan
terdiam jika berbuat salah/maksiat, dan siapa yang menerangkan
ilmu/mengajar dengan memandang bahwa ilmu/keterangannya itu
pemberian Alloh padanya, maka ia tidak akan diam bila ia berbuat
salah/dosa.”

Syarah

Hikmah ini menerangkan tentang orang yang mengajar/memberi nasihat


tentang kebaikan dengan merasa bahwa dirinya sudah baik, dan merasa
bahwa keterangannya itu hasil dari kebaikannya sendiri(yakni dia masih
memandang dirinya sendiri), maka bila suatu saat dia tergelincir dalam
dosa, dia akan merasa malu untuk memberi nasihat/mengajar orang lain,
akan tetapi bila ia ketika memberi nasihat/mengajarkan ilmu pada orang
lain itu hanya memandang bahwa ilmunya itu karunia dari Alloh, ia tidak
memandang dirinya, maka dia tidak merasa malu untuk menerangkan
ilmu/memberi nasihat jika suatu saat ia tergelincir dalam dosa. Sebab
berbuat kebaikan itu hanya semata-mata karunia dari Alloh.

Syeih Abul-Abbas Al-Mursy ra. Berkata: Manusia itu terbagi menjadi tiga
golongan. Pertama : golongan yang selalu memperhatikan apa-apa yang
dari dirinya kepada Alloh. kedua : Golongan yang selalu hanya ingat
pemberian dan karunia dari Alloh kepda dirinya. Ketiga : Golongan yang
hanya memandang bhwa semua dari Alloh kembali pada Alloh.

Golongan pertama : selalu memikirkan kekurangan diri dalam


menunaikan kewajibannya, sehingga selalu berduka cita.

Golongan kedua : selalu melihat semua itu adalah karunia dari Alloh,
maka ia selalu gembira.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 231


Dan golongan ketiga : Telah lupa pada dirinya sendiri, hanya teringat
bahwa semuanya berasal dari Alloh dan akan kembali kepada Alloh,
maka semua terserah Alloh.

Syeih Abul Hasan As-Syadzily ra. Berkata : Pada suatu malam saya
membaca surat Qul-a’udzu birobbinnas hingga akhir surat. Tiba-tiba
terasa bagiku bahwa : Syarril was-waasil-khonnaas, yang berbisik dalam
hati itu ialah yang menyusup antara kau dengan Alloh, untuk melupakan
engkau dari karunia-karunia Alloh, yang halus dan samar, dan
mengingatkan engkau pada perbuatan-perbuatanmu yang jahat/dosa.
Tujuannya untuk membelokkan engkau dari khusnud-dhon kepada
su’udh-dhon terhadap Alloh. Maka waspadalah. Beliau juga berkata :
Seorang ‘Aarif itu ialah seorang yang telah mengetahui rahasia-rahasia
karunia Alloh didalam berbagai macam ujian bala’ yang menimpanya
sehari-hari. Danjuga menyadari/mengakui kesalahan-kesalahanny
didalam lingkungan belas kasih Allohkepadanya. Beliau berkata lagi :
Sedikitnya amal dengan mengkui karunia Alloh, itu lebih baik dari
banyaknya amal dengan merasa kekurangan diri sendiri. Yakni seolah-
olah mempunyai kekuatan sendiri untuk bikin baik, hanya sekarang belum
baik, sehingga ia selalu berduka cita memikirkan bagaimana ia dapatnya
lebih baik. Padahal seharusnya ia menyerah dan hanya meminta kepada
Alloh saja. sebab jika Alloh belum memberi maka tetap tidak ada
perubahan pada dirinya, berdasarkan pengertian ayat :

ُ ْ َ َ ُ َ َ ْ َّ َ َ ْ َ
‫ومن يتوكـل على اّٰللِ فـهو حسبه‬

(Dan siapa yang berserah diri kepada Alloh, maka Alloh sendiri yang akan
mencukupi/ melengkapi kekurangannya.)

َُّ ْ َ
ِ‫لاحول ولاقوة َالا ِباّٰلل‬

dan tiada daya upaya atau kekuatan , kecuali atas bantuan dan
pertolongan Alloh.

ُ‫بير‬ ِّ َ
ْ ‫الت َـ ْع‬ َ ُ ْ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ ُ َ َْ َ ُ ُ َْ ُ َ
‫سبق انوار الحكم ِاء اقوالهم فحيث صارالتنوير وصـل‬
ِ ‫ت‬‫ـ‬

195. “Nur ulama’ ahli hikmah(makrifat) itu selalu mendahului perkataan


mereka, karena itu apabila sudah mendapat penerangan dari nur dalam
hatinya, maka sampailah keterangan yang dikatakan mereka itu.”

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 232


Syarah

Ulama’ ahli hikmah(ahli makrifat) itu bila memberikan nasihat/keterangan


akan bisa diterima oleh hati orasng yang mendengarkan,sebagaimana
tanah yang tandus dan mati yang disirami dengan air hujan yang lebat,
lalu orang yang mendengar bisa mengambil manfaat dari nasihatnya, itu
semua dikarenakan mereka (‘arifiin) selalu berhubungan dengan Alloh,
dan minta taufiq dan hidayah dari Alloh, dan hanya Alloh yang mengatur
kalimat yang keluar dari perkataannya, dan Alloh yang mengatur
pendengaran orang yang mendengarkan.

Rosululloh bersabda :

َ َ
ِ‫كمة مخافة اّٰلل‬
ِ ‫لح‬ِ ‫رأ ُْس ا‬

“pokok dari segala hikmah itu ialah takut kepada Alloh.”

Ulama’ yang tidak takut kepada Alloh, adalah ulama’ suu’ (penipu
ummat). Siapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayah
imannya, maka tidak bertambah dekatnya kepada Alloh, bahkan
bertambah jauh.

Alloh berfirman :

ُ َ ْ َ ْ َ َ َّ
ُ‫العلماء‬ ‫ده‬ َ
ِ ‫إ ِنما يخشى اّٰلل ِمن ِعبا‬

(Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Alloh hanyalah para


ulama’).

َ ََ ُ ْ َ َُ ْ ْ َ َ ُ َُْ َ ُّ ُ
‫كـل كلا ٍم يبرز وعلي ِه ِكسوة القل ِب الذى ِمنه برز‬

196. “ Setiap perkataan yang keluar itu pasti membawa corak bentuk hati
yang mengeluarkannya.”

Syarah

Jadi apabila hati bersinar nurnya makaperkataannya pasti membawa nur


juga,sehingga bisa diterima oleh hati orang yang mendengarkannya,
berbeda orang yang hanya mengaku-aku (ahli hikmah), perkataan yang

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 233


keluar itu membawa kegelapan, yakni tidak bisa di ambil manfaatnya
(masuk telinga kanan dan keluar lagi lewat telinga kiri).

Dan lagi tiap-tiap tempat (wadah) itu pasti akan mengeluarkan yang terisi
didalamnya,sebagai contoh :gelas atau lainnya yang terisi kopi, itu pasti
yang dikeluarkan juga kopi, tidak mungkin air putih.

Ada seorang yang berkata : Mengapa sekarang hati oranr-orang tidak


bisa khusyu’ dan matanya tidak bisa mencucurkan air mata. Maka di
jawab oleh Syeih Muhammad bin Wasi’ : kemungkinan yang demikian itu
penyebabnya dari kamu sendiri, sebab bila nasihat itu keluar dari hati
yang ikhlas pasti masuk kedalam hati juga. Sebaliknya kalau hanya
berupa kata-kata dilidah dan fantasi belaka, maka ia akan masuk telinnga
kanan dan keluar lewat telinga kiri.

Syeih Abul Abbas Al-Mursy ra. Berkata: keadaan hamba itu hanya ada
empat macam : Nikmat, bala’, taat, maksiat. Maka jika didalam nikmat
kewajiban hamba bersyukur kepada Alloh, dan jika menerima bala’ maka
hamba harus bersabar, dan jika dapat melakukan taat harus merasa itu
taufiq dan hidayah dari Alloh, dan bila tergelincir dalam dosa/ maksiat
maka harus meminta ampun(beristighfar).

ْ‫وج ِّل َي ْت اليهم‬


ُ ُ ُ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َّ ُ َ ُ ْ
ِ ِ ‫العبارتـه‬
ِ ‫امع الخلق‬
ِ ‫بيرفهمت ف ِـىمس‬
ِ ‫من اذ ِن له فى التع‬
ُ َُ
‫شارته‬ ‫ِا‬

197. “Barang siapa sudah mendapat izin dari Alloh untuk mengajar
(menerangkan ilmu makrifat), maka keterangannya itu bisa difahami oleh
pendengarnya, dan isyarat petunjuknya bisa diterima dengan jelas.”

Syarah

Maksud dari orang yang sudah mendapat izin dari Alloh yaitu : orang yang
mengajar/memberi nasihat itu Lillahi (karena Alloh) wa Billahi (dan sebab
bantuan/pertolongan Alloh, wa Fillahi(dalam tuntunan hukum Alloh).

Syeih Junaidy Al-Baghdady ra. Berkata :

Kalimat/perkataan yang benar itu hanya yang diucapkan setelah


mendapat izin, sebagaimana firman Alloh :

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 234


ً َ َ َ ََ ُ ٰ َ
ِّ ُ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َ
‫لايتكـلمون إلا من ا ِذن له الر َحمن وقال صوابا‬

“ Mereka tidak berkata-kata, kecuali yang diizinkan oleh Ar-Rohman


(Alloh) dan berkata dengan benar”.

Syeih Hamdun bin Ahmad bin Umaroh Al-qosshor ketika ditanya:


Mengapa kata-kata orang dahulu jauh lebih berguna dari ajaran kita ini?
Jawabnya : Karena mereka bicara /berkata untuk kemuliaan islam, dan
keselamatan jiwa dan untuk mendapat keridhoan Alloh. Sedangkan kita
bicara untuk kemuliaan diri, dan mencari dunia, dan keridhoan
penerima/pendengar (makhluk).

َ َ ْ َ ْ ُ ْ ََ َ َْ َ ُ ْ َ ُ ََ َ َ َ َ َُّ
‫ظهار‬
ِ ‫الا‬
ِ ‫ربما برز ِت الحق ِاءـق مكسوفة الانو ِار ِاذالم يوءذن لك ِفيها ِب‬

198. “ Terkadang ilmu hakikat itu tampak pudar /suram cahayanya jika
engkau belum mendapat izin untuk mengeluarkan/ menerangkannya.”

Syarah

Yang dimaksud ilmu hakikat disini yaitu ilmu yang berhubungan


makrifatulloh.Barang siapa yang belum sempurna sifat-sifatnya, dan
belum mendapat izin untuk menerangkan Hakikat, dan bila ia
menerangkannya pasti akan terlihat suram cahayanya, karena keluar dari
lisan yang masih tertutupi kegelapan yaitu selain Alloh. Dan ia sendiri
masih diliputi sesuatu yang berlawanan dengan hakikat itu, yang
akibatnya orang yang mendengarkan tidak faham dan bahkan yang
mendengar akan ingkar dan menolak.

Syeih Abul Abbas al-Mursy ra. Berkata :Seorang Wali itu lebih dahulu
telah dipenuhi oleh ilmu dan pemahamn ma’rifat, sehingga Hakikat itu
menjadi keyakinan dan terlihat terang baginya. Karena itu jika
mengeluarkan kalimat/perkataan seolah-olah mendapat izin dariAlloh,
dan kalimat/perkataan yang dikeluarkannya itu berhias keindahan yang
bukan buatan, maka langsung diterima oleh pendengarnya.

َ َّ ُ ُ َّ ُ َ َ ْ َ َْ ْ ُ َ َ َ َ ِّ ْ ُ َ َ
‫يد فالاول حال السا ِل ِكين‬
ٍ ‫ان وج ٍد او ِلقص ِد ِهداي ِة م ِر‬ِ ‫ِعبارتـهم إما ِلفيض‬
َ ْ َ ُ
ُ َ
.‫نة والمحققين‬ ْ
ِ ‫المك‬
ِ ‫باب‬ِ ‫والثانى حال ار‬
ِ

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 235


199. “Kata-kata/keterangan orang yang menerangkan (ilmu makrifat), itu
ada kalanya muncul karena luapan perasaan dalam hatinya yang tidak
dapat ditahan, atau karena tujuan memberi petunjuk pada murid. Yang
pertama itu hal keadaan seorang salik, sedang yang kedua hal keadaan
orang yang sudah matang dan mendalam dalam makrifatnya kepada
Alloh (ahli tahqiq).”

Syarah

Jika seorang salik (berjalan menuju Alloh), itu berkata-kata/ menerangkan


ilmu makrifat, yang bukan karena luapan apa yang dirasakan dalam
hatinya, berarti ia hanya merupakan pengakuan yang palsu belaka,
demikian pula orang yang mendalam ilmu makrifatnya (arbabul
miknah),jika bicara tidak untuk memberi petunjuk kepada murid, berarti ia
telah membuka rahasia yang tidak diizinkan. Yang seharusnya ia diam
tidak bicara sebab ia selalu dalam adab terhadap Alloh.

ٌ ٰ ُ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ ُ َ ٌ ْ ُ ُ
‫ لي َس لك الا ما انت له ا ِكل‬،‫الم ْست ِم ِع ْين‬ ‫ءـلة‬
ِ ‫ا‬ ‫لع‬ ‫ا ِلع َبارات قوت‬

200. “Keterangan (kata-kata yang berhubungan dengan ilmu makrifat), itu


bagaikan makanan bagi yang mendengarkan (membutuhkannya), dan
engkau tidak mendapat apa-apa kecuali apa yang engkau makan.”

Syarah

Pada kenyataan lahir bahwa warna dan bentuk makanan itu bermacam-
macam(berbeda-beda), dan makanan yang cocok dengan seseorang
kadang tidak cocok bagi yang lainnya karena bedanya watak dan selera,
dan makanan itu yang berguna bagi tiap-tiap orang itu hanya yang
dimakan. Begitu juga makanan yang bangsa maknawi, yang difahami dari
ilmu makrifat itu juga berbeda-beda. Apa yang cocok dengan seseorang
kadang tidak cocok untuk orang lainnya, sehingga suatu keterangan yang
disampaikan kepada orang banyak/jamaah, itu terkadang berbeda juga
pemahaman satu dengan yang lainnya, itu karena berbeda tujuannya.

Syeih Muhyiddin Muhammad Ibnu ‘Aroby ra. Berkata : Pada suatu hari
kami mendapat undangan dari teman di Zuqoqil-qonadil di mesir, dan
disitu bertemu dengan guru-guru, dan setelah hidangan dikeluarkan,
disitu ada satu wadah dipakai untuk tempat kencing, tetapi karena sudah
tidak terpakai lagi, maka dipakai juga untuk tempat makanan, maka
setelah selesai orang-orang makan tiba-tiba wadah itu berkata : Karena
kini aku telah mendapat kehormatan dari Alloh untuk tempat makanan

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 236


guru-guru ini maka mulai saat ini aku tidak rela dipakai tempat kotoran.
Kemudian ia terbelah menjadi dua. Syeih Muhyidin bertanya kepada
hadirin semua : apakah kalian semua telah mendengar? Jawab mereka :
ya, kami mendengar ia berkata : sejak aku dipakai tempat makanan guru-
guru, maka aku tidak mau menjadi tempat kotoran lagi. Syeih Muhyidin
berkata : Tidak begitu katanya. Para hadirin bertanya : lalu ia berkata apa
? jawab Syeih Muhyidin : Demikian pula hatimu setelah mendapat
kehormatan dari Alloh dijadikan tempat Iman, maka janganlah rela
ditempati najis-najis, syirik, maksiat dan cinta dunia.

َ ٰ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ِّ َ َ َُّ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ََّ َ َُّ


َ
ِ ‫ وربما عبـر عنه من وصل ِا‬،‫ام م ِناسـتشرف علي ِه‬
‫ليه وذلك‬ ‫ق‬‫الم‬ ‫ن‬
ِ ِ ‫رب م ا ع ب ر‬
‫ع‬
َ ْ َ َّ ٌ َ ُ
‫صاح ِب بصير ٍة‬
ِ ‫ملت ِبس الا على‬

201. “ Terkadang orang yang menerangkan satu maqom (tingkat dalam


kemakrifatan) itu orang yang ingin/akan sampai kepada maqom tersebut.
Dan terkadang orang yang menerangkan/membicarakan maqom itu
orang yang telah sampai kedalam maqom tersebut, dan yang demikian
itu kabur (samar/tidak berbeda), kecuali bagi orang yang tajam mata hati
(bashiroh)nya.”

Syarah

Hikmah ini sebagai lanjutan hikmah ke 199, yang perlu kita perhatikan
ada orang yang menerangkan suatu maqom karena mengambil dari
keterangan kitab, atau menghafal kata-kata para ulama’ shufiyyah, lalu
diterangkan pada orang lain. Berbeda dengan orang-orang yang sudah
sampai pada maqom itu, yang berbicara tentang maqom itu biasa
saja,seperti berbicara tentang lainnya.

َ ْ ُ ُ ُ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُّ ُ َ ٰ َّ َ َ َ ْ َ ِّ َ ُ ْ َ َّ َ ْ ََ
‫الك انيع ِبر عن وا ِرد ِت ِه ف ِان ذ لك ي ِقل عملها فى قل ِب ِه ويمنعه وجود‬
ِ ‫لاينبغى للس‬
ْ ِّ
‫الصد ِق مع َر ِ ِّب ِه‬ ِ

202. “ Tidak layak bagi seorang salik menerangkan waridnya pada orang
lain, sebab bisa mengurangi pengaruh warid dalam hati, dan menghalangi
kesungguhannya kepada Alloh Tuhannya.”

Syarah

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 237


Seperti keterangan-keterangan terdahulu tentang Warid yaitu : perkara
yang diberikan Alloh kepada hambanya yang berupa ilmu yang langsung
dari Alloh yang berhubungan dengan Tauhid.

Sebaiknya salik (orang yang berjalan menuju Alloh) tidak menerangkan


dan membuka waridnya kepada orang lain, kecuali pada guru
Mursyidnya, karena bisa mengurangi atsarnya dalam hati sehingga tidak
sempurna manfaatnya warid didalam hati, dan juga bisa menghalangi
kesungguhannya kepada Alloh, karena menerangkan Warid itu tidak
lepas dari syahwat/kesenangan nafsu, nafsu merasa enak dan senang,
yang bisa menjadikan kuat sifat-sifatnya nafsu. Yang demikian itu
pandangannya belum bulat kepda Alloh, tetapi masih selalu mengharap
apa-apa dari makhluk. Dan lagi kalau ia bisa menyimpan rahasia Tuhan
yang diberikan kepadanya, ia akan mendapatkan kepercayaan untuk
rahasia-rahasia yang lebih besar selanjutnya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 238


Al-Hikam Pasal 203

“Salik, Hati-Hati Dengan Pemberian Makhluk”

َ ٰ َ ْ ْ َ ْ ُ ْ ََّ ٰ َ َّ َٰ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َّ َّ ُ َ
‫ـق ِالا ترى ان المع ِطى ِفي ِهم مولا ك‬
ِ ‫لا تمد ن يد ك ِالى الاخ ِذ من الخلا ِء‬
ْ َ
َ‫فق العلم‬ َ ْ ُ َ َ ٰ َ ْ ُ ْ َ
َ‫ما وا‬
ِ ‫ف ِإن كنت كذ لك فخذ‬

203.“Jangan engkau ulurkan tangan untuk menerima pemberian


makhluk, kecuali (sehingga) bila sudah bisa merasa bahwa sebenarnya
yang memberi itu Tuhanmu, apabila engkau sudah demikian, maka
terimalah pemberian mereka yang sesuai dengan ilmumu(syari’at/ halal).”

Syarah

Sebab bila engkau masih merasa yang memberi itu makhluk (berarti ada
yang dapat membantumu selain Alloh), maka Tauhidmu belum
benar(murni) dalam menerima pengertian keEsaan Alloh dalam kalimah
:Laa-ilaaha illalloh dan Laa haula walaa quwwata illa billah. Sebab
hakikatnya semua pemberian itu hanya dari Alloh, semua hak dan
kekuasaan Alloh semata,sehingga bila ada pemberian dari tangan siapa
saja(makhluk), haruslah meyakini bahwa itu langsung dari Alloh yang
menyuruh seorang hamba untuk menyampaikan kepadamu. Kamu juga
jangan menerima pemberian makhluk kecuali yang sesuai dengan
ilmumu, yakni : ilmu lahir (syariat) dan ilmu batin.

Kholid Al-Juhany ra. Berkata : Rosululloh saw. Bersabda : Siapa yang


kedatangan hadiah/sedekah dari temannya tanpa ia meminta dan
berharap dalam hatinya, maka hendaknya diterima, sebab yang demikian
itu sebagai rizqi yang dihantar oleh Alloh kepadanya. Dalam riwayat lain
ada tambahan: dan bila ia tidak membutuhkan karena sudah cukup, maka
hendaknya diberikan kepada yang lebih berhajat dari padanya. Rosulullh
bersabda : Siapa yang menolak rizqi yang diberi oleh makhluk tanpa
minta-minta, maka sesungguhnya ia telah menolak pemberian Alloh.

Umar bin Khottob berkata : Rosululloh selalu memberi kepada saya, maka
saya berkata, : berikan kepada orang yang lebih membutuhkan daripada
saya. Rosululloh bersabda : Terimalah dan pergunakan atau sodakohkan,
dan tiap harta yang datang kepadamudengan tidak engkau harapkan atau

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 239


engaku minta, maka terimalah, dan yang tidak jangan engkau harap-
harapkan.

Syeih Ibrahim al-Khowwas, berkata: Seorang shufi itu tidak harus memilih
jalan tidak berusaha ((tajrid), kecuali jika memang sudah cukup
keadaannya. Syeih abu Abdulloh Al-qurasy berkata : selama keinginan
berusaha itu kuat dalam perasaan nafsu, maka berkasab itu lebih utama.

Syeih Al-A’masy (sulaiman) ra. Berkata: Ada seorang pemuda yang


datang kepada Syeih Ibrohim At-taimy, untuk memberi hadiah uang
sebanyak 2ooo dirham, sambil berkata: Terimalah uang ini, ini bukan dari
raja, juga bukan uang syubhat dan lain-lainnya. Jawab Ibrohim, : Semoga
Alloh memberkahi hartamu, dan membalas engkau dengan kebaikan dan
terima kasih, lalu ditolaknya uang itu. Setelah pemuda itu pergi saya
bertanya : Ya aba Imron, mengapa engkau tidak menerima pemberian itu,
Demi Alloh, istrimu tidak memiliki gamis. Jawab Ibrahim : Benar, tetapi
anak itu masih muda, belum banyak pengalaman, saya kuatir kalau ia
kembali kekampungnya lalu memberi tahu kepada teman-temannya
:saya telah memberi Ibrahim dua ribu dirhaham, maka hilang pahalanya
dan hilang pula uangnya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 240


Al-Hikam Pasal 204

“ Malu Meminta Karena Sudah Puas”

َ َ ْ ُ َ ْ َ ٰ ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ ْ َ ِّ ُ
‫ـت ِه‬
ِ ‫مشيـء‬ ِ ‫ربما استحياالع ِارف ان ي ْرفع حاجتـه ِالى مولاه ِلاك ِتف ِاء‬
ِ ‫ـه ِب‬
َ َ َ َ َ َ َْ ْ َ َْ َ َْ َ َ
‫فكيف لا يست ِحى ان يرفعها ِإلى خ ِليق ِت ِه‬

204.”Terkadang seorang ‘Arif itu malu meminta hajatnya kepada


Tuhannya karena sudah merasa rela(puas dengan kehendakNya, maka
bagaimana tidak malu meminta hajat/kebutuhannya kepada
makhlukNya.”

Syarah : Pada hikmah ke 185-186, telah banyak dibahas tentang lebih


utama mana antara meminta/berdo’a atau tidak, dan merasa puas
dengan pembagian dan pilihan Alloh, dan pada hikmah ini Syeih ibnu
‘Ato’illah menerangkan tentang sikap para ‘Aarif yang malu meminta
hajatnya kepada Alloh, karena sudah merasa puas dengan kehendak
Alloh, apalagi meminta kepada makhluk. Syeih Sahl bin Abdulloh ra.
berkata : Tiada suatu nafas atau hati melainkan diperhatikan oleh Alloh
pada tiap detik, baik siang maupun malam, maka apabila Alloh melihat
dalam hati itu ada hajat kepada sesuatu selain Alloh, niscaya Alloh
mendatangkan iblis untuk hati itu. Syeih Abu Ali Ad-daqqoq berkata :
suatu tanda dari makrifat itu, tidak meminta hajat/kebutuhan kecuali
kepada Alloh, baik besar maupun kecil. Contoh nabi Musa as. Yang rindu
ingin melihat Alloh ia berkata : “ Robbi arini andhur ilaika. Dan ketika ia
membutuhkan roti ia berdo’a : Robbi innii lamaa anzalta ilayya min khoirin
faqiir.(Ya Tuhan sungguh aku terhadap apa yang engkau berikan
kepadaku dari makanan itu sangat membutuhkan).Nabi Ibrohim ketika
akan dilemparkan kedalam api, ia didatangi malaikat Jibril dan ditanya :
Apakah engkau ada hajat ? jawabnya : kepadamu tidak. Dan kepada
Alloh? Ya. Jika demikian mintalah kepada Alloh. Jawab Ibrohim : Hasbi
min su-ali ilmuhu billahi. (Cukup bagiku, Ia mengetahui keadaanku
sehingga tidak usah saya minta kepadaNya).Syeih Abul Hasan As-
Syadzili ra. Ketika ditanya tentang ilmu kimia jawabnya : Keluarkanlah
semua makhluk dari dalam hatimu, dan putuskan harapanmu untuk
mendapat sesuatu selain yang telah ditentukan oleh Tuhanmu untuk
kamu. Alloh berfirman : “Sabarlah terhadap hukum Tuhanmu karena
engkau selalu dibawah pengawasan Kami”.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 241


Al-Hikam Pasal 205 - 206

“PILIHLAH SESUATU YANG BERAT MENURUT NAFSU”

ْ ‫فاتب ْع ُه َفاَّن ُه َلا َي ْث ُق ُل َع‬


َ‫ليها‬ َّ ْ َّ َ َ ُ َ َ ْ ُ َْ َ ْ َ َ ْ َ
َ َ
َ
ِ ِ ‫ان فانظر اثقلهما على النف ِس‬ِ ‫ِاذااالتبس عليك امر‬
ً ِّ َ َ َّ
‫الا ماكانا حقا‬

205. “ Jika terjadi kesamaran bagimu dalam dua hal (yang akan kau
kerjakan), maka lihatlah mana yang lebih berat terhadap hawa nafsumu,
dan ikutilah/kerjakanlah. Karena nafsu itu tidak akan merasa berat kecuali
pada perkara yang haq(lebih utama).”

Seorang salik/murid seharusnya selalu curiga dengan nafsunya,


sehingga apabila akan mengerjakan dua amalan yang keduanya sama
wajibnya atau sama sunahnya, maka seharusnya ia memilih dan
mengerjakan yang berat menurut nafsunya, karena apabila nafsu itu
merasa berat itu tanda kalau amalan itu yang haq atau yang lebih utama,
karena pada hakikatnya yang namanya ibadah itu sesuatu yang
bertentangan / bertolak belakang dengan hawa nafsunya. tetapi apabila
seorang murid memilih yang lebih ringan dan menyenangkan nafsunya,
menurut para ulama’ ‘arifin termasuk golongan hati yang ada sifat
nifaqnya .

ُ ُ َ ِّ َ ْ َ ََ َ َ َ ُ َ ِّ َ َ َ ْ
‫عن‬ َ
ِ ‫ات والتكاسل‬
ِ ‫ات ِات ِـبا ِع الهوى المسا رعة ُِالى نو ِافل الخير‬
ِ ‫ِمن علام‬
َ َ
‫بات‬
ِ ‫اج‬ ِ ‫القيا ِم ِبالو‬
ِ

206. "Sebagian dari tanda-tanda menurutkan hawa nafsu ialah cekatan(


bersegera) dalam mengerjakan perkara sunah, tetapi malas untuk
mengerjakan perkara yang wajib."

Pada kenyataan yang banyak terjadi dimasyarakat, yaitu semangat


mengerjakan perkar-perkara sunah, tapi malas bahkan meninggalkan
perkara yang diwajibkan, sperti contoh : ringan dan senang bersedekah,
tapi berat bahkan tidak mau mengeluarkan zakat. padahal shodaqoh itu
sunnah, sedangkan zakat itu hukumnya wajib. dan masih banyak contoh
lainnya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 242


Syeikh Muhammad bin Abil-Ward berkata : Kebinasaan manusia itu
terjadi karena dua hal : Mengerjakan yang sunnah dan mengabaikan yang
wajib (fardhu). Dan amal perbuatannya hanya mementingkan bagian
lahir/luarnya, dan mengabaikan bagian batin/hatinya( yakni niat dan
keikhlasannya amal).

Al-Khowwas berkata :

Terputusnya makhluk dari Alloh , itu karena dua hal : mengejar amal-amal
sunnah dan meninggalkan yang wajib. Dan memperbaiki lahirnya amal,
tetapi tidak memperlihatkan keikhlasan amal, sedang Alloh tidak
menerima amal kecuali jika ikhlas dan benar menurut runtunan syari’at.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 243


Al-Hikam Pasal 207- 209

“IBADAH MENJADI KEBUTUHAN HAMBA”

َ‫ووَّسع‬ َ ُ ْ ُ َُ ْ َ َ َ َْ َ ْ
َ ، ‫الت ْسو ْيف‬ َ َ َ َْ َ َ ِّ َ ِّ َ
ِ ِ ‫ات ِباعيا ِن الاوقا ِت كى لا يمنعك عنهاوجود‬
ِ ‫ق ِيد الطاع‬
ْ
‫الاخ ِتيار‬ ‫ة‬
َّ
‫ص‬ ‫ح‬ ‫لك‬ ٰ
‫قى‬‫ب‬ْ ‫الو ْق َت كى َت‬
َ ‫ك‬ َ ْ َ
‫علي‬
ِ ِ

207. “ Alloh sengaja mengikat/ membatasi amal taat dengan waktu yang
ditentukan, supaya engkau tidak teledor dan menunda-nunda amal, dan
Alloh memperluas waktunya supaya kamu tetap ada kesempatan
beramal dan bisa memilih waktu yang lebih tepat, dan lebih baik.”

Sudah menjadi kebiasaan manusia senang menunda-nunda pekerjaan


dan amal ibadah, sehingga Alloh menetapkan waktu amal taat, seperti
sholat lima waktu. Karena apabila waktunya tidak ditentukan pastilah
manusia menunda-nunda yang akhirnya tidak sampai berbuat. Dan
sebab belas kasih Alloh, manusia diberi keluasan waktu, sehingga banyak
kesempatan untuk bisa berbuat taat.

ُ
ْ‫فساقهم‬ َ ُ ُ َ َ َ َ َ ُ ٰ َ ُ ُ ِّ َ َ
‫طاعته‬
ِ ‫العب ِاد الى معامل ِت ِه فاوجب عليهم وجود‬ ِ ‫وض‬ ِ ‫ع ِلم ِقلة َ نه‬
ََّ ٰ َ ُ ُ َ ُّ َ َ َ
َّ
‫لاس ِل‬
ِ ‫بالس‬ ‫ة‬
ِ ‫ن‬ ‫ج‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ال‬ ‫ن‬‫اقو‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫قوم‬
ٍ ‫من‬ ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫عج‬
ِ . ‫اب‬
ِ ‫الاي‬
‫ج‬ ِ ‫ِاليها ِب َسلاس ِل‬

208. “ Alloh mengetahui kurang semangatnya hamba untuk mengerjakan


taat, maka diwajibkan kepada mereka untuk melakukan taat, dan mereka
itu ditarik dengan rantai kewajiban. Tuhanmu heran dengan kaum yang
ditarik masuk surga dengan rantai.”

Sesungguhnya Alloh itu memerintahkan kepada hambanya untuk


beribadah dan taat, dengan cara memaksa yakni dengan kewajiban. Dan
Alloh menakut-nakuti hambanya dengan neraka apabila tidak melakukan
taat.

َّ َ َ َّ َ َ َ َْ َ ْ َ ُ ُ َ َ َ
‫ته ومااوجب عليك الا دخول جنـ ِت ِه‬
ِ ‫اوجب عليك وجود ِخدم‬

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 244


209. “ Alloh mewajibkan kepadamu berhidmah(berbuat Taat) kepada
Alloh, padahal yang sebenarnya hanya mewajibkan kamu masuk
kedalam surgaNya.”

Pada kenyataan lahirnya hamba diwajibkan untuk taat beribadah kepada


Alloh, padahal sebenarnya ibadah yang diwajibkan atas hamba itu
sedikitpun tidak bermanfaat kepada Nya, sebagaimana maksiat yang
sama sekali tidak berpengaruh/mudhorot kepada Alloh. Adapun
sesungguhnya taat ibadah yang diwajibkan atas hamba itu untuk
kepentingan dan kebaikan hamba itu sendiri, yakni supaya hamba masuk
surga.

Sebagaimana diterangkan pada hikmah sebelumnya : Alloh sangat heran


dengan kaum yang harus ditarik dengan rantai (kewajiban), supaya
mereka mau masuk surga. (yang seharusnya orang itu berebut untuk
masuk surga, karena surga itu perkara yang agung, sangat indah dan
penuh dengan kenikmatan dan kesenangan, tapi anehnya mereka tidak
mau masuk surga, bahkan harus ditarik dengan rantai).

Syeih Abul Hasan As-Syadzily ra berkata : Hendaknya engkau


mempunyai satu wirid(amalan) yang tidak engkau lupakan selamanya,
yaitu mengalahkan hawa nafsu dan cinta kepada Alloh swt.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 245


Al-Hikam Pasal 210

“JANGAN MERENDAHKAN KEKUASAN ALLOH”

َ ُ َ ْ ُ َ َ ُ ُ َ ُ ْ َ َ َ ْ ْ َ
‫فلت ِه فقد‬
ِ ‫وجود غ‬
ِ ‫نقذه اّٰلل من شهو ِته وان يخ ِرجه من‬ ِ ‫من ِاستغرب ان ي‬
ً َ ْ ُ ِّ ُ ٰ ُ َ َ َ َّ ٰ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ
‫شىء مقت ِد را‬ٍ ‫الال ِهية َوكان اّٰلل على ك ِل‬
ِ ‫ِاستعجز القدرة‬

210. “ Barang siapa yang merasa jauh/tidak mungkin diselamatkan Alloh


dari pengaruh hawa nafsu syahwatnya, atau dihindarkan dari
kelalaiannya, maka berarti ia telah menganggap lemah kekuasaan Alloh.
Firman Alloh : sesungguhnya Alloh itu berkuasa atas segala sesuatu.”

Kita harus yakin terhadap Qudrat (kekuasaan) Alloh secara mutlak tanpa
kecuali, termasuk menyelamatkan hamba dari nafsu syahwat, dan
menghindarkan dari kelalaian . dan qudrat Alloh itu bersamaan dengan
Irodah-Nya, sehingga tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa Irodah dan
QudratNya, apabila Alloh berkehendak, maka berjalanlah qudratnya
dengan perintahNya: Sesungguhnya perintah Alloh jika menghendaki
sesuatu, hanya berkata “Kun” maka terjadilah apa yang dikehendakiNya,
pada saat yang ditentukanNya, dan menurut apa yang dikehendakiNya.

Maka dari itu jangan ada orang yang putus harapan dari rahmat Alloh,
walau bagaimanapun keadaannya,. Tetapi juga jangan sampai
mempermainkan dan meremehkan kekuasaan Alloh itu. Alloh berfirman :
katakanlah, Hai hambaku yang telah keterlaluan menjerumuskan diri
(berbuat dosa), jangan kamu putus harapan dari rahmat Alloh,
sesungguhnya Alloh sanggup mengampunkan semua dosa, sungguh
Alloh maha pengampun lagi penyayang.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 246


Al-Hikam Pasal 211 - 213

“INGATLAH ANUGERAH NIKMAT ITU DARI ALLOH”

َ َّ َ َ ُْ َ
َ ُ
‫وردت الظلم عليك ِليع ِرفك قدرمامن ِبه عليك ٭‬
ِ ‫ُرَّبما‬

211. “Terkadang kegelapan (macam-macamnya syahwat, maksiyat dan


dosa) itu terjadi padamu, untuk mengingatkan kamu atas kebesaran
anugerah nikmat yang diberikan Alloh kepadamu.”

َ ُ ُ َ َ َّ َ َ ْ ِّ َ ْ ْ َْ ْ
‫ود ِفقدانها‬
ِ ‫ج‬ ‫و‬ ‫ب‬ِ ‫ها‬ ‫ف‬‫ر‬ ‫ع‬ ‫دانها‬ ‫ج‬ ‫و‬ ‫ب‬
ِِ ‫عم‬
ِ ‫الن‬
ِ ‫ر‬ ‫قد‬ ‫ف‬ ‫ر‬ِ ‫ع‬‫ي‬ ‫لم‬ ‫من‬

212. “Barang siapa yang tidak mengetahui besarnya harga nikmat ketika
adanya nikmat itu, maka Alloh akan memberi tahukan pada dia dengan
hilangnya nikmat itu pada dirinya.”

Kebanyakan manusia itu tidak tahu agung dan besarnya nikmat-nikmat


yang dirasakan, kecuali ketika kehilangan nikmat tersebut. Sehingga
banyak yang bilang: orang yang tahu besarnya harga air, yaitu hanya
orang yang dicoba kehausan dihutan, Kalau dia berada di tepi sungai
yang mengalir, dia tidak akan tahu besarnya harga air.

Begitu juga dengan nikmat Rahmat, Hidayah, diberi kekuatan bisa


beribadah dan taat, yang itu sebagai nikmat yang sangat besar, yang
terkadang kita lupa kalau semua itu pemberian dari Alloh yang sangat
besar dan agung. Sehingga terkadang kita akui kalau itu semua milik kita,
kemampuan kita, hasil usaha kita dan lain-lain. Sehingga terkadang alloh
memberi cobaan kepada kita berbuat dosa/maksiat (kegelapan), supaya
kita sadar dan ingat bahwa semua nikmat itu atas pemberian Alloh yang
wajib kita syukuri.

Rosululloh saw. Bersabda : “ jika seseorang melihat orang yang lebih dari
padanya kekayaan dan kesehatannya, maka hendaklah ia juga melihat
kepada orang yang lebih menderita dari padanya.” Dalam riwayat lain
Rosululloh bersabda :“Lihatlah orang-orang yang dibawahmu, dan jangan
melihat orang yang di atasmu, karena yang demikian itu akan
menyebabkan meremehkan nikmat yang diberikan Alloh kepadamu”.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 247


Syeikh Sariy as-Saqothi berkata : Siapa yang tidak menghargai nikmat,
maka akan dicabut nikmat itu dalam keadaan ia tidak mengetahui.

Syeikh Fudhoil bin Iyadh ra. Berkata : Tetaplah mensyukuri nikmat, sebab
jarang sekali nikmat yang telah hilang akan datang kembali.
Sesungguhnya orang yang sangat mengetahui nikmatnya air itu, hanya
orang yang benar-benar haus.

Orang yang beruntung yaitu : orang yang pengertian dengan pengalaman


(dengan kejadian) yang terjadi pada dirinya atau orang lain. Dan siapa
yang tidak mensyukuri nikmat berarti membiarkannya hilang, dan siapa
yang mensyukuri nikmat berarti telah mengikat nikmat itu dengan tali
ikatannya.

ُّ ُ َ َ ِّ َ ٰ َّ َ ْ ُ ُ َ َ َ ِّ ُ َ َ ْ ْ ُ َ
‫قوق شك ِرك ِفان ذ لك ِِما يحط من‬
ِ ‫ام بح‬
ِ ‫القي‬
ِ ‫النع ِم ع ِن‬
ِ ‫لاتـد ِهشك و ِاردات‬
َ ْ ُ
‫ود قد ِرك‬
ِ ‫وج‬

213. “Datangnya nikmat yang bermacam-macam kepadamu itu jangan


sampai membingungkan kamu untuk menunaikan hak/ kewajiban
bersyukur kepada Alloh yang memberi nikmat, sebab perasaan yang
demikian berarti merendahkan derajatmu dihadapan Alloh.”

Kita diperintah oleh Alloh untuk mensyukuri semua nikmat pemberianNya


menurut kadar kemampuan yang diberikan Alloh kepada kita, bukan
sebanyak nikmat Alloh yang diberikan. Sebabitu tidak mungkin kita
laksanakan, karena Alloh memberi nikmat yang besar kepada kita sesuai
dengan kebesaran Alloh, sedangkan kita harus mensyukuri nikmat
menurut kadar kemampuan kita dari Alloh.

Nabi Dawud as. Berkata : Tuhanku, anak adam ini telah Engkau beri pada
tiap helai rambut ada nikmat diatas dan dibawahnya, maka bagaimana
akan dapat menunaikan syukur kepadaMu, Jawab Alloh : Hai Dawud, Aku
memberi sebanyak-banyaknya, dan rela menerima yang sedikit, dan
untuk mensyukuri nikmat itu bila engkau mengetahui bahwa nikmat yang
ada padamu itu dari Aku(Alloh).

Umar bin Abdul Aziz ra berkata : tiadalah Alloh memberi nikmat kepada
hamba, kemudian hamba mengucap “Alhamdulillah” , melainkan nilai
pujian itu jauh lebih besar dari nikmat yang diberikan itu.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 248


Al-Hikam Pasal 214 - 216

CARA MENGOBATI HAWA NAFSU

َُ
ُ َّ َ ُ ْ َ ٰ َ َ َ ُ ُّ َ َ
‫العضال‬
ِ ‫تمكن حلاو ِت الهوى من القل ِب هوالداء‬

214,“Rasa manis (enak)nya hawa nafsu yang telah menetap(memenuhi)


dalam hati, adalah penyakit yang sulit untuk di obati.”

Hati itu tempatnya Iman, Yaqin dan makrifat, ketiganya itu sebagai obat
penyakit hati yang timbul dari hawa nafsu, apabila penyakit itu sudah
menetap dan menguasai/ memenuhi hati, maka tidak ada tempat untuk
obat. Disitulah letak repot dan sulitnya mengobatinya, sehingga sulit
disembuhkan.

‫واصل كل معصية وغفلة وشهوة وشرك هو الرضا عن النفس‬

"Asal usul/pokok dari pada kemaksiatan, ghoflah (lupa pada Alloh),


syahwat (kesenangan), dan kemusyrikan itu sebab ridho dengan hawa
nafsu"

ٌ ْ ُ ٌ ْ َ َ ٌ ْ ُ ٌ ْ َ َّ َْ َ َ ْ َ ُ ْ َُ
‫لايخرج الشهواة َ ِمن القل ِب الا خوف مز ِعج اوشوق مغلق‬

215. “ Tidak ada yang bisa menyembuhkan/mengeluarkan kesenangan


nafsu (yang sudah menetap) dalam hati, kecuali rasa takut yang
menggetarkan, atau rindu yang menggelisahkan.”

Keinginan hawa nafsu yang sudah memenuhi hati itu sangat luar biasa
pengaruhnya, maka untuk mengobatinya sangatlah sulit, hanyalah
dengan rasa takut yang besar (menggetarkan)yaitu dengan berfikir
tentang ayat-ayat Alloh tentang balasan dan ancaman Alloh, siksa bagi
orang yang maksiat, ingat akan datangnya mati, dimasukkan dalam
kubur, ditanya oleh malaikat munkar nakir, datangnya hari kiamat dan
neraka. dan rasa rindu yang sangat, yaitu dengan berfikir tentang ayat-
ayat Alloh tentang kemulyaan dan kenikmatan yang diberikan kepada
orang-orang yang ahli taat kepada Alloh, dan para kekasihNya, berupa
surga dan kenikmatan yang lebih lagi di dalamnya.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 249


ُ ََ ُ ُ َ ََ ْ ُ َ ُّ ُ َ ٰ َ ََ ْ ُ َ ُّ ُ َ
‫ العمل المترك‬،‫لايحب القلب المشترك‬
ِ ‫الايحب العمل المشترك كذلك‬ ِ ‫كم‬
ُ َُْ ُ َ ُ ُ َ ََ
‫عليه‬
ِ ُ
‫لايقبله والقلب المشترك لايق ِبل‬

216. “ Sebagimana Alloh tidak suka dengan amal yang dipersekutukan


dengan lainNya, begitu pula Alloh tidak suka dengan hati yang
diperskutukan dengan lainNya. Amal /ibadah yang dipersekutukan
dengan sesuatu selain Alloh tidak akan diterima oleh Alloh, dan hati yang
dipersekutukan maka Alloh tidak akan menghadapi/meridhoinya.”

Amal yang yang dipersekutukan yaitu : amal/ibadah yang kemasukan


salah satu dari tiga hal :

1. Riya’ (amal yang karena makhluk),


2. Tashonnu’ (membaik-baikan amal di hadapan manusia),
3. ‘Ujub ( merasa besar dan baik amalnya sendiri).

Sedangkan hati yang bersekutu yaitu : hati yang masih cinta kepada
selain Alloh,dan masih mengharap dan takut atau masih bersandar
kepada selain Alloh. Dan Alloh hanya menerima amal yang ikhlas karena
Alloh, dan Alloh hanya mau menghadapi orang yang dihatinya hanya ada
Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 250


Al-Hikam Pasal 217 - 219

“ANWAR SUPAYA MASUK DALAM HATI”

ُ َ َ ُ ٌ ََ ُ ُ َ َ ُ ٌ َ َْ
‫ول‬
ِ ‫ول وانوار ا ِذن لها ِفى الد ُّخ‬
ِ ‫انوار اذ ِن لها فى الوص‬
217. “ Anwar( beberapa nur Ilahi) itu ada dua macam : Nur yang di izikan
Alloh hanya sampai pada hati (luar hati), dan Nur yang di izinkan Alloh
bisa masuk kedalam Hati.”

Ada kalanya Nur itu hanya sampai dihati(luar hati), tidak masuk kedalam
hati, mereka bisa melihat Alloh dan melihat dirinya, melihat dunia dan
akhiratnya, masih cinta dunia dan cinta Akhiratnya, masih bersama
dirinya dan bersama Alloh. Apabila Nur itu sudah masuk kedalam hatinya,
dalam pandangannya hanya ada Alloh, sehingga tidak ada yang dicinta,
diharap, dan disembah melainkan Alloh semata-mata.

ْ َ َ َْ َ َ ٰ ُ ُْ َ َ َْ َ َ َ َ ُ ََْ َ ْ َ َ
‫ُرَّبما َو َردت عليك الانوار فوجد ِت القلب محشوا ِبصو ِار الاثا ِر فار تحلت من‬
َ

َ
َ َ َ َ ُ َُ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ِّ َ ْ َ َ ُ َ
‫ ف ِرغ قلبك من الاغي ِار يملؤه ِبالمع ِار ِف والاسر ِار‬, ‫حيث نزلت‬

218. “ Terkadang Nur Ilahi itu datang kepadamu, tetapi ketika didapati
dalam hatimu penuh dengan gambar makhluk, maka ia kembali lagi
ketempat asalnya. kosongkanlah hatimu(dari makhluk), niscaya Alloh
akan memenuhinya dengan makrifat dan asror(ilmu).”

Sebagaimana keterangan hikmah sebelumnya yaitu, nur yang diizinkan


hanya sampai kehati, dan tidak bisa masuk kedalam hati, dilanjutkan
dengan keterangan hikmah ini bahwa nur Ilahi (makrifat) itu datang kehati
hamba, tapi berhubung dalam hati itu penuh dengan gambaran makhluk
dan kotor sebab dosa dan maksiat, maka nur tersebut tidak bisa masuk
kehati karena sudah tidak ada tempat lagi. Keterangan hikmah ini sudah
diterangkan pada hikmah ke 13 terdahulu, yaitu : Bagaimana hati bisa
terang, sedang gambar-gambar dunia/makhluk masih melekat dalam
cermin hati.

Maka supaya Nur Ilahi bisa diizinkan masuk dan menetap kedalam hati
dan ilmu makrifat dan asror bisa bercahaya dalam hati, haruslah

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 251


mengkosongkan hati dari keduniaan dan segala sesuatu selain Alloh
(makhluk).

Bila cermin hati itu bersih dari kotoran dan gambar-gambar dunia, maka
Nur/cahaya Ilahi itu bisa ditangkap oleh cermin itu.

َ ُ ُ َ َْ َ ٰ َ َّ َ ََْ
ْ ْ َّ ُ ْ ْ
‫قبال‬
ِ ‫الا‬ِ ‫طىء من نف ِسك وجود‬ ‫لاتستب ِطىء منه النوال ول ِك ِن استب‬
ِ
219. “ Jangan merasa/menganggap lambat datangnya karunia pemberian
Alloh, tetapi hendaknya merasakan kelambatan dirimu(hatimu) dalam
menghadap kepada Tuhanmu.”

Janganlah menganggap Alloh memperlambat pemberiannya kepadamu,


tidak segera mengabulkan do’a dan hajat-hajatmu, tapi rasakan
lambatnya dirimu dalam menghadap kepada Alloh.

Syeikh Ma’ruf Al-Karkhi ra berkata : Mencari/berharap masuk surga tanpa


amal(kebaikan), itu dosa dari beberapa dosa, mengharap syafa’at
(pertolongan) tanpa melalui sebab, itu bagian dari ghurur (mengada-ada),
dan mengharap rahmat tanpa ketaatan itu perbuatan bodoh dan sia-sia.

Sedang kan menghadap kepada tuhanmu itu berarti : menunaikan


hak/kewajiban, hak-hak/kewajiban itu ada dua bagian, sebagaimana
hikmah ini.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 252


Al-Hikam Pasal 220 - 221

“HATI-HATI DENGAN WAKTU/UMUR”

َ َ َ ُ ُ َ ْ َ ُ َ َ ُ ُ َ ٌ ُ ُ
‫ ِاذ ْما‬, ‫مكن قضاؤها‬ ِ ‫ي‬ ‫لا‬ ‫قات‬
ِ ‫و‬ ‫الا‬ ‫وحقوق‬ ‫اؤها‬ ‫قض‬ ‫ن‬ ‫مك‬
ِ ‫ي‬ ‫ات‬
ِ ‫الاوق‬ ‫ى‬ ‫ف‬ِ ‫حق‬
‫وق‬
َ َ ٌ ْ َ ٌ َ ِّ َ َّ ُ َ َْ ْ
‫يه‬ِ ‫قضى ف‬ ‫ت‬ ‫فكيف‬ ‫اكيد‬ ‫ر‬ ٌ ‫م‬ ‫وا‬ ‫يد‬ ‫د‬ ‫ج‬ٌ ‫حق‬ ‫يه‬ ‫ف‬ ‫عليك‬ َ
‫و‬ ‫الا‬ ‫د‬ ‫ر‬
ِ ِ ِ ِ ِ‫ّٰلل‬ ِ ٍ ‫ِمن و‬
‫ي‬ ‫ت‬ ‫ق‬
ِّ ْ َ ْ َ َ ْ َ ِّ َ
‫لم تق ِض حق َاّٰللِ ف ْي ِه‬ ‫حق َغي ِر ِه وانت‬

220. “ Hak/kewajiban-kewajiban didalam waktu itu mungkin dapat


diqodho’inya, tetapi hak-haknya waktu itu tidak mungkin bisa di
qodho’(diulangi)nya,. Sebab tiada suatu waktu melainkan ada hak dan
kewajiban yang baru dan perkara penting yang harus kau penuhi, maka
bagaimanakah engkau akan menyelesaikan hak lainnya, sedang engkau
belum menyelesaikan/memenuhi hak/kewajibanmu kepada Alloh dalam
waktu itu.”

Hak-hak (kewajiban yang ada dalam waktu yaitu: ibadah-ibadah seperti


sholat puasa zakat danlainnya, bila tidak bisa dikerjakan pada waktunya,
bisa di qodho’ pada waktu lainnya. Tetapi hak-hak waktu itu sendiri yakni
apa yang disediakan diberikan Alloh untuk hamba waktu itu, jika tidak
dilaksanakan hak-haknya tidaklah mungkin bisa di qodho’inya.

Syeikh Abul Abbas Al-Mursy berkata : “waktu-waktu yang diberikan


kepada hamba itu ada empat tidak lima :

1. Nikmat,
2. Bala’,
3. Taat,
4. Maksiat.

Dan Alloh mewajibkan kepadamu tiap-tiap waktu itu ada bagian ibadah
yang harus kamu penuhi dengan hukum-hukumnya Tuhan. Barang siapa
didalam waktu taat, maka hak/kewajiban yang harus dipenuhi yaitu
memandang anugerah dari Alloh, apabila dalam waktu mendapat
kenikmatan, maka dengan bersyukur yaitu: senangnya hati karena Alloh,
apabila dalam waktu maksiat, maka yang harus dipenuhi yaitu Taubat dan
minta ampun, apabila waktu mengalami bala’ ujian, maka harus bersabar

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 253


dan ridho.” Rosululloh saw. Bersabda : “ siapa yang diberi lalu bersyukur,
dan di uji lalu bersabar, dan dianiaya lalu memaafkan dan berdosa lalu
minta ampun. Rosul kemudian diam sejenak. Sahabat bertanya :
kemudian apakah ya Rosululloh untuknya ? nabi menjawab : mereka
orang yang pasti mendapat kesejahteraan (diakhirat), dan merekalah
orang yang mendapat petunjuk/hidayah (didunia).”
َ َ َ َ َ َ َُ َ َ َ َ ُ ْ َ ََ
ُ َْ َ ُ
‫مرك لا عوض له وما حصل لك منه لا ِقيمة َله ٭‬
ِ ‫مافات ِمن ع‬
221. “ Umur (usia) hidupmu yang telah hilang (lewat)itu tidak ada
gantinya(tidak dapat kembali), sedang perkara yang berhasil (dalam
hidupmu) itu tidak dapat dinilai harganya.”

Umur seorang mukmin itu sebagai pokok hartanya, dengan harta itu bisa
beruntung bisa juga rugi, barang siapa bersungguh-sungguh maka dia
akan beruntung, dan siapa yang menyia-nyiakan pasti akan
merugi.apabila waktu umurnya terlewatkan selain untuk taat kepada
Alloh, maka tidak ada gantinya, dan apabila telah pergi maka tidak akan
kembali selamanya.

Rosululloh bersabda : “setiap waktu yang telah lewat dari( umur) hamba,
yang tidak untuk berdzikir kepada Alloh pada waktu itu, besok dihari
kiamat pasti menyesal dan merugi.”

Sayyidina Ali berkata kepada Sayyidatina Fatimah : ketika membuat


makanan, buatlah yang halus dan lunak (tidak keras), karena makanan
yang lunak dan yang keras itu lima puluh kali tasbih bandingannya.

Maka dari itu para Ulama’ Salafussholih, sangat memperhatikan dan


menjaga nafasnya, dan cepat-cepat mencari keuntungan pada setiap
masa dan waktu. Mereka tidak menyia-nyiakan waktunya sedikitpun.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 254


Al-Hikam Pasal 222

"MENCINTA PASTI JADI BUDAK YANG DI CINTA"

ً َ ْ َ ُ ْ
ْ ُّ ُ َ َ ُ َ ً ْ ُ َ َ ْ ُ َّ ً ْ َ َ ْ َ ْ َ َ
‫يحب ان تكون ِلغي ِر ِه عبدا‬ِ ‫مااحببت شيئا الا كنت له عبدا وهو لا‬

222. “ Tiada engkau mencintai sesuatu melainkan pasti engkau menjadi


budak(hamba) dari apa yang engkau cintai, dan Alloh tidak suka bila
engkau menjadi hamba sesuatu selain dari pada-Nya.”

Hati itu bila mencintai sesuatu pastilah selalu menghadap dan tunduk
pada sesuatu tersebut, dan selalu taat pada semua perintahnya.

Rosululloh saw. Bersabda : Celakalah hamba dinar, dirham, baju,


permadani dan istri, celaka dan rugi, dan umpama terkena duri semoga
tidak keluar.”

Al-Junaid berkata : Engkau takkan mencapai hakikat ‘Ubudiyyah


(penghambaan), selama engkau masih diperbudak oleh sesuatu selain
Alloh, yaitu harta, istri atau lain-lainnya.

Syeikh As-Syibly ra. Dan seorang muridnya yang diberi pakaian jubah
seseorang, sedangkan syeh Syibli sedang memakai kopiyah dikepalanya,
sehingga terbesit dalam hati simurid senang dengan kopiyahnya, untuk
dikumpulkan dengan jubahnya, melului kasyafnya Syeih Syibly
mengetahui keinginan hati simurid , lalu oleh Syeih dilepaskannya jubah
si murid lalu dikumpulkan dengan kopiyahnya, lalu dilemparkan keduanya
keapi, Syeikh Syibli lalu berkata: sekarang sudah tidak ada lagi dalam
hatimu ketertarikan selain Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 255


Al-Hikam Pasal 223 - 224

"TAAT DAN MAKSIYAT ITU TIDAK BERGUNA BAGI ALLOH"

َ ٰ ْ َ َ َََ ٰ َ َ َ َ َ ِّ َ َ ُ َّ ْ َ ُ ُّ ُ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َ ْ َ َ
‫لا تنفعك طاعتك ولا يضره مع ِصيتك واِ نما امرك ِبه ِذ ِه ونهاك عن ه ِذ ِه لما‬
َ ْ ُ َُ
‫عليك‬ ‫يعود‬

223. “ Ketaatan(ibadah)mu itu tidak bermanfaat (berguna) kepada Alloh,


dan maksiyatmu itu tidak bisa memberi mudhot(bahaya) pada Alloh, dan
Alloh memerintahkan kamu berbuat taat dan melarang kamu dari
maksiyat (dosa) itu untuk kepentingan kamu sendiri(manfaat dan
mudhorotnya kembali padamu sendiri).”

Alloh itu dzat yang maha kaya dari segala sesuatu, dan semua makhluk
itu butuh kepada Alloh. Hanya sebab rahmat dan belas kasih Alloh, dan
kepentingan dan kebaikan hamba itu sendiri sehingga Alloh memerintah
bertaat dan melarang maksiyat, perintah dan larangan itu sama sekali
tidak berguna atau merugikan Alloh.

ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ِّ ُ َُْ َ َ َ َْ ْ َ ُ َ ِّ ُ َ َ
‫عليه ولا ينقص من ِع ِز ِه ِادبار من ادبر عنه‬
ِ ‫لاي ِزيد ِفى ِع ِز ِه ِاقبال من اقبل‬

224. “ Datang menghadapnya orang yang menghadap(taat) itu sama


sekali tidak menambah kemuliaan dan kejayaan Alloh, dan menjauhnya
orang yang menjauh kepada Alloh itu tidak akan mengurangi kemuliaan
Alloh.”

Kemuliaan dan kejayaan Alloh itu sifatnya azaly dan langgeng, yakni :
Alloh dzat yang mulia sebelum adanya makhluk, dan tetap mulia sesudah
menjadikan makhluk, jadi kemuliaan Alloh itu tidak dapat bertambah atau
berkurang.

Dalam hadits Qudsy Alloh berfirman :

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 256


َ ِّ
‫وجنكم كانوا على أتقى قلب رجل واحد مازاد‬ ِ ‫وانسكم‬ ِ ‫لوأن اولكم واخركم‬
َ َ ً
‫وجنكم كانوا على أفج ِر‬
ِ ‫وانسكم‬ِ ‫ ولو أن اولكم واخركم‬،‫ذالك فى ملكى شيئا‬
ً
‫واحد مانقص ذالك من ملكى شيئا‬ٍ ‫رجل‬
ٍ ‫قلب‬

“Hai hambaku,andaikan orang yang pertama hingga yang terakhir dari


kamu, dari bangsa manusia dan bangsa jin, semua berbuat taqwa sebaik-
baik hati seorang diantara kamu, maka yang demikian itu tidak
menambah kekayaan-Ku sedikitpun, dan sebaliknya jika semua itu
berbuat sejahat-jahat perbuatan seorang diantara kamu, maka yang
demikian itu tidak mengurangi kekuasaan kerajaan-Ku sedikitpun.”

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 257


Al-Hikam Pasal 225 - 226

"PENGERTIAN WUSHULNYA HAMBA"

َ َ َ ْ َ َ ُّ َ َّ َ َ َّ َ َ ُ َ َ ُ ُ
ٌ
‫تصل ِب ِه شىء او‬ِ ‫العلم ِب ِه والا فجل ربنا ان ي‬
ِ ‫ُوصولك الى اّٰللِ وصولك الى‬
َ ُ

َ ُ َ َّ َ
‫تتـ ِصل هو ِبشى ٍء‬

225. “Wushul(sampai)mu kepada Alloh itu sampaimu kepada ilmu yaqin


atau makrifat yang sempurna terhadap Alloh, kalau tidak begitu, Tuhan
itu maha agung, muhal kalau sesuatu itu bertemu (bersambung) dengan
Alloh atau Alloh itu bertemu (bersambung) dengan sesuatu.”

Sampai kepada ilmu yaqin/makrifat berarti : dengan mengtahui/meyaqini


bahwa Alloh itu satu dalam dzat, sifat dan af’al-Nya, Sempurna dalam
kesempurnaan-Nya, dan meyakini kalau Alloh itu lebih dekat kepadamu
daripada dirimu.

Maksud dari muhal kalau sesuatu itu bertemu (bersambung) dengan Alloh
yaitu : seperti bertemu /bersambungnya sebagian bentuk/benda dengan
bentuk lainnya, atau Alloh itu bertemu (bersambung) dengan sesuatu, :
tidak ada dekat kepada Alloh, dan sampai(wushul) kepada-Nya, seperti
dekat , bertemu / sampainya beberapa bentuk/jisim.

ُ َ ُ ُ َ َ ْ َ ْ َ ْ َّ َ ْ ُ ً َ ُ َ ُ َ ُ َ ُ ُ
‫رب ِه‬
ِ ‫ق‬ ‫ود‬‫ج‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ت‬ ‫ان‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫فم‬
ِ ‫والا‬ ‫منك‬ ‫ه‬
ِ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫ق‬
ِ ِ ِ‫ل‬ ‫دا‬ ‫اه‬ ‫ش‬ ‫م‬ ‫ون‬‫ك‬ ‫ت‬ ‫ان‬ ‫نه‬‫م‬ِ ‫ك‬ ‫قرب‬

226. “ Dekatmu kepada Alloh itu kalau kamu melihat(memperhatikan)


dekatnya Alloh kepdamu, kalau tidak demikian, maka darimanakah
engkau dan adanya kamu dekat dengan Alloh.”

Hakikat dekatmu kepada Alloh itu jika engkau selalu sadar melihat
dekatnya Alloh kepadamu. Dan Alloh itu tidak ada tubuh dan benda, akan
tetapi Alloh itu Tuhan yang suci dari sifat-sifat yang berubah, Alloh itu
bersifat dengan sifat- yang luhur dan sempurna. Dan bagaimana kamu
bisa dekat dengan Alloh sepert dekatnya jisim/tubuh?..

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 258


Al-Hikam Pasal 227

"ILMU LADUNNY"

ْ
ُ‫ةفا َذا َقرأ َناه‬،
َ َ َ ُ ُ َ َ َ ََْ ْ ُ ِّ َ ُ َ ُ َ َ
ِ ُ ‫حال التج ِلى مجملة ًوبعد الو ِعى يكون البيان‬
ِ ‫الحقائق ت ِرد ِفى‬
ُ َ َّ َّ ُ ٰ ْ ُ ْ َ
‫تبع قرانه ثم ان علينا بيانه‬ِ ‫فا‬
227. “Ilmu-ilmu hakikat yang diturunkan kedalam hati hamba-Nya, itu
dalam keadaan Tajalli itu secara ringkas/singkat(yakni : secara singkat sja
tidak terperinci). Dan apabila sudah menetap dalam hati hamba barulah
jelas keterangannya, Alloh berfirman : (Hai Muhammad)Maka apabila
kami bacakan (Al-qur’an lewat malaikat jibril), maka ikutilah bacaannya,
kemudian kami yang akan menerangkannya (lewat lisanmu kepada
umatmu).”

Yang dimaksud Hakikat dalam hikmah ini yaitu : ilmu Ladunny, yang Alloh
berikan kepada hamba-Nya yang makrifat billah, yang datangnya ilmu itu
langsung dari Alloh, tanpa lewat proses belajar seperti umumnya ilmu.

Maksud Tajalli, yaitu : Alloh memperlihatkan dirinya secara jelas dalam


hati hamba-Nya(manifestasi keTuhanan). Dan ketika hakikat(ilmu
Ladunny) itu sudah menetap dalam hati hamba barulah jelas keterangan
(penjelasan dan perincian)nya, dan semua cocok dengan ilmu syari’at,
baik dengan dalil Aqliyyah maupun dalil Naqliyyah.

Syeih Abu Bakar Al-Warroq berkata : ketika saya sedang berada dihutan
bani Isra’il tiba-tiba tergeraklah dalam hatiku bahwa ilmu hakikat itu
berlawanan dengan ilmu syari’at, mendadak terlihat olehku seorang yang
berada dibawah pohon dengan menjerit dan memanggil : Hai Abu Bakar
tiap-tiap hakikat yang bertentangan dengan syari’at itu kekufuran.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 259


Al-Hikam Pasal 228 - 234

"AL-WARID AL-ILAHIYYAH"

َ ُ ُ َّ َ َ َ َ َ َ َ ُ َّ ٰ ُ َ َ َ ََ ٰ َ
‫ ِان الملوك‬، ‫مت العوائد عليك‬
ِ ‫د‬ ‫ه‬ ‫عليك‬ ‫ة‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ل‬‫الا‬
ِ ِ ‫ت‬ ‫دا‬ ‫ار‬
ِ ‫الو‬ ‫ت‬ ِ ‫م ت ى ور‬
‫د‬
َ ُ َ َ ًَ ُ َ
ْ
‫ِاذدخلوا قرية افسدوها‬

228. “ Ketika datang kepadamu al-waaridatul-Ilahiyyah, maka warid itu


akan menghancurkan/melenyapkan kebiasaan-kebiasaan (hawanafsu)
mu, seperti isyaroh firman Alloh : “Sesungguhnya raja-raja (dan
balatentaranya) jika masuk (menjajah) kedesa/negara, mereka akan
merusaknya (merubah desa).”

Yang dimaksud al-Waaridatul-Ilahiyyah dalam hikmah ini yaitu : rasa cinta


dan rindu yang sangat, yang diberikan Alloh kedalam hati hamba-Nya,
atau juga rasa ketakutan yang sangat, sehingga bisa menghancurkan dan
mengeluarkan kebiasaan dan kesenangan hawa nafsu, dan bergegas
menuju makrifat dan ridho-Nya. Sebagaiman diterangkan dalam hikmah
ke 215.

ُ َ ْ َ ُ َ َ َ َّ ٌ ُ َ ُ َ َ ٰ ْ َ َّ ‫ض َرة‬ ْ َ ْ َ ‫الوار ُد‬


َ
‫قذف‬
ِ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ب‬ ، ‫ه‬ ‫غ‬‫م‬ ‫د‬ ‫الا‬ ‫شىء‬ ‫مه‬ ‫اد‬
ِ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫لا‬ ‫لك‬ ‫ذ‬ ‫ل‬ِ ‫ج‬ ‫لا‬ ، ‫ار‬
ٍ ‫قه‬ ِ ‫ح‬ ‫ن‬ ‫م‬ِ ‫ى‬ ‫أت‬ ‫ي‬
ِ ِ
ٌ َ َُ َ ُ ُ َ ْ َ َ َ َ ِّ َ
‫زاهق‬
ِ ‫و‬ ‫ه‬ ‫اذا‬ ‫ف‬ ‫ه‬ ‫غ‬ ‫م‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫ط‬
ِ ِ ‫البا‬ ‫ى‬ ‫عل‬ ‫ِبالحق‬

229. “ Warid itu datang dari Dzat asma Al-Qohhar (dzat yang perkasa
tidak ada yang mengalahkan-Nya), karena itu bila warid datang, maka
tiada sesuatu yang berhadapan dengannya melainkan dimusnahkannya,
Alloh berfirman : “Bahkan kami melemparkan yang hak diatas yang bathil,
lalu ia memusnahkannya. Maka yang bathil itu lenyap.”

Dalam hikmah ini Mu’allif menjelaskan tentang Alwarid yang datang


kedalam hati hamba dari asma Alloh Al-Qohhar(maha perkasa), maka
semua yang ada dari hawa nafsu, aghyar (semua selain Alloh) yang ada
dalam hati akan dimusnahkan dengan keperkasaan-Nya. Sehingga
hamba yang diberi warid itu semuanya menjadi hak. Yang dimaksud al-
Bathil yaitu : segala sesuatu selain Alloh.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 260


ٌ ُ ََ ٌ َ ُ َ َ َّ ِّ َ َ َْ ََْ
ٌ‫ود َحاضر‬‫اهر وموج‬ َ ُ ُ
ِ ‫كيف يحت ِجب الحق ُ ِبشى ٍء وال ِذى يحت ِجب ِب ِه هو ِف‬
ِ ِ ‫يه ظ‬

230. “Bagaimana mungkin Al-Haq (Alloh) itu terhijab sesuatu, padahal


Alloh itu wujud dan nyata juga hadir pada segala sesuatu yang kau
anggap hijab itu.”

Dalam kitab ini beulang-ulang kali Mu’allif Syeih ibnu ‘Atho’illah


menerangkan tentang Alloh itu tidak bisa dihijab dengan segala sesuatu

ِّ ُ َّ
ُ ‫يتصو‬ َ
‫ الخ‬---- ‫شيىء‬ ‫كل‬ ‫ل‬
ِ ‫ظهر‬ ‫وهوالذى‬ ٌ
‫شيىء‬ ‫حجبه‬ ‫ي‬ ‫ان‬ ‫ر‬ ‫كيف‬
ٍ

(hikmah ke 16 "Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Alloh dapat dihijab


[dibatasi tirai] oleh sesuatu padahal Alloh yang menampakkan
[mendhahirkan] segala sesuatu."sampai hikmah ke 23).Al-warid, biasa
juga disebut Al-Ahwal, dan Ahwal itu biasanya menimbulkan al-Amal,
maka dari itu selanjutnya Muallif menerangkan tentang amal.
َ َ
َ َ َّ َ
ُ ُ ُ ْ ُ ْ ْ ْ َ َ ْ
‫العمل‬
ِ ‫قبل من‬
ِ ‫َور فربما‬ ِ ‫عمل لم ِتجد ِف‬
ِ ُ‫يه وجود الحض‬ ٍ ‫بول‬
ِ ‫لا تيأس من ق‬
ً ُ ََ ْ ْ ُْ
‫عاجلا‬
ِ ‫ه‬ ‫مالم تد ِرك ثمرت‬

231. “ Jangan putus asa dari diterimanya amal yang belum bisa hadirnya
hati (khusuk) karena Alloh, sebab terkadang (ada kemungkinan ) Alloh
menerima amalmu itu padahal kamu belum bisa merasakan
(menemukan) buahnya amalmu dengan segera.’

Sudah diterangkan dalam hikmah-hikmah terdahulu, bahwa buahnya


amal (yakni : merasakan manis dan enaknya amal dalam hati ketika
mengerjakan amal), itu bagian tanda diterimanya amal tersebut.

Walaupun demikian terkadang Alloh itu menerima amal yang belum bisa
merasakan buahnya, yang terpenting kamu selalu berusaha taqwa
kepada Alloh lahir dan batin, ikhlas Lillah dalam beramal, dan kamu
jangan putus asa karena buahnya amal itu hanya sebagian alamat/tanda
diterimanya amal, sedang kan tanda itu tidaklah pasti terjadi.

Dan jangan kamu meninggalkan amal sebab belum bisa hadirnya hati
kepada Alloh, atau belum bisa merasakan buahnya, tapi kewajiban
bagimu yaitu dawam/selalu mengerjakan amal itu sampai bisa

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 261


mendapatkan buahnya amal, barang siapa yang mau selalu mengtuk
pintu, pastilah dia akan masuk kepintu tersebut.

Adalah seorang ‘Abid yang selama empat puluh tahun berada di Makkah,
dan selalu berdo’a : Labbaika Allohumma Labbaik, lalu ada hatif yang
mengatakan : tidak, kamu tidak hadir dan tidak beruntung, dan hajimu
ditolak(tidak diterima), dan ‘Abid tersebut selalu mengerjakan amalan
tersebut, dan tidak meninggalkannya, suatu hari ada seorang laki-laki
datang kepadanya dan memanggilnya : ya ‘abid labbaik(kesini), lalu ada
jawaban hatif,: La Labbaik,lalu lelaki tersebut berdiri dan terbesit dalam
hatinya : orang ini ditolak. Lalu Abid memnggil tuannya, hai tuanku ,
engkau mengatakan Labbaik, dan ada jawaban La labbaik, si ‘Abid
menerangkan : ini yang terjadi padaku selama empat puluh tahun, aku
selalu mendengar perkataan tersebut, tetapi aku selalu bertahan didepan
pintu-Nya, walaupun aku ditolak seribu kali aku tidak akan meninggalkan
pintu tersebut, Sampai Alloh menerimaku, maka ketika ‘Abid mengatakan
Labbaik, lalu ada jawaban dari Alloh : Labbaika – wa-sa’daika. WAllohu
a’lam.

ِّ َ َ ُ َّ ُ َ َ َ ُ
َ َ ُ َ َ َ ً َ ََّ ِّ َ ُ
‫حابة وجود الامطا ِر انما‬
ِ ‫لاتز ِكين وا ِردا لاتعلم ثمرته فليس المرادمن الس‬
َ َْ ُ ُ ُ
‫الم َراد وجودالاثم ِار‬

232. “ Jangan membanggakan (menganggap baik) terhadap Warid, yang


belum engkau ketahui buahnya,sebab bukan yang diharapkan dari awan
itu sekedar hujan, tapi tujuan(harapan) yang utama yaitu adanya buah
dari pepohonan(tanaman).”

Apabila warid datang dari Alloh kedalam hatimu, akan tetapi tidak
menjadikan kamu cinta kepada Tuhanmu, semangat melaksanakan taat
kepada-Nya dengan memenuhi hak-hak-Nya , jangan kamu merasa
bangga/ senang dengan warid seperti ini, karena buah dari pada warid
dalam hati itu bisa merubah sifat-sifat hati yang jelek menjadi terpuji,
sperti keterangan hikmah yang terdahulu.

Sebagaiman isyaroh dari Muallif tentang datangnya awan tujuan


utamanya bukan sekedar hujan, tapi hasilnya bumi setelah datangnya
hujan yakni berupa buah dari tanaman. Begitu juga dengan datangnya
Warid/ahwal bukan sekedar amal yang hudhur, tapi yang lebih utama
yaitu hasilnya Ridho, syukur, dan masuk kedalam An-Nur, dan kemuliaan
berjumpa Alloh Al-Ghofur (yang maha pengampun).

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 262


Ingatlah !! terkadang warid/ahwal itu bisa menjadi hijab, bagi orang yang
berhenti dan bangga pada warid tersebut. Sebagian ulama mengatakan :
Takutlah kamu dengan rasa manis/enaknya taat, karena itu bagaikan
racun yang membunuh, bagi orang yang berhenti pada rasa tersebut,
janganlah kamu menjadi hambanya hal/warid, tapi jadilah hambanya
yang memberi hal/wari (yakni Alloh).

َ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َْ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ََّ ُ ْ َ َ
ِ‫ات بعد انبسطت انوارها واودعت اسرارها فلك فى اّٰلل‬ ِ ‫لاتطلبن بقاء الو ِرد‬
ُ
ٌ‫عنه شىء‬ َ ْ ُْ َ َ ِّ ُ ْ َ ً
‫ىء وليس يغنيك‬ ٍ ‫ِغنى عن ك ِل ش‬

233. “ Jangan meminta tetapnya warid, setelah kau merasakan /


mendapatkan nur-nurnya, dan tertangkap semua rahasia-rahasianya,
maka cukuplah bagimu mengabdi kepada Alloh sehingga tidak
membutuhkan sesuatu yang lain-Nya,sebab tidak ada sesuatu yang bisa
mencukupi kamu tapa pertolongan Alloh.”

Maksud dari mendapatka Anwar/nurnya warid yaitu : yaitu rusak dan


hancurnya kebiasaan hawa nafsumu, sehingga hati menjadi bersih dari
syahwat jasmaniyyah dan kebiasaan nafsum sehingga lahir dan batinnya
hanya menghamba kepada Alloh. Maksud dari : setelah tertangkap
rahasia-rahasia warid, yaitu adanya Yaqin, Tuma’ninah dan makrifat
dalam hatimu, dan adanya Zuhud, Ridho, dan Taslim, dan munculnya
rasa Khusyuk, tawadhu’ dan hinanya diri, dalam hati. Itu semua sebagai
tanda Al-Warid Al-Ilahiyyah.

Dan ketahuilah bahwa semua warid, adanya anwar(cahaya-cahaya),


tingkat-tingkat maqom kewalian dll, itu semua semata-mata anugerah dari
Alloh kepada hambanya, karena itu hamba tidak boleh bergantung
kepada semua itu, tapi cukuplah bergantung pada Alloh, dan mengabdi
kepada-Nya.

Syeih Abu Sulaiman Ad-daroni ditanya apakah paling utamanya perkara


yang bisa mendekatkan diri (taqorrub) kepada Alloh? beliau menjawab :
Supaya Alloh mengetahui bahwa dalam hatimu tidak mengharapkan
sesuatu kecuali hanya Alloh, baik itu didunia maupun diakhirat.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 263


َ َ َُ ُ َ َ ْ ٰ ٌ َ َ ٰ َ ُ ُّ َ َ
‫ان‬ ْ
ِ ‫عدم ِوجدا ِنك له واس ِتحياشك ِلفقد‬
ِ ‫ير ِه د ِليل على‬ِ ‫بقاء غ‬
ِ ‫تطلعك ِالى‬
َ ْ ُ ٰ ٌ ُ َ َ
‫عدم وصلتك‬ ِ ‫ماسواه دليل على‬

234. “ keinginanmu untuk tetapnya sesuatu selain Alloh itu sebagai bukti
bahwa kau belum bertemu Alloh, dan kerisauan mu karena kehilangan
sesuatu selain Alloh itu bukti belum wushulnya kamu kepada Alloh.”

Mengharap tetapnya sesuatu itu berarti cinta pada sesuatu tersebut, dan
barang siapa mencintai sesuatu pasti dia menjadi hamba sesuatu yang
dicintai, begitu juga mengharap tetapnya warid, maqom,dan lain-lain itu
menujukkan kalau dia belum menemukan Alloh, dan barang siapa masih
berhajat kepada selain Alloh itu berarti ia belum makrifat kepada Alloh,
dan barang siapa masih risau/susah sebab kehilangan ahwal atau warid
atau lainnya, itu berarti ia belum sampai/Wushul kepada Alloh. Karena
orang yang sudah sampai itu tidak akan merasa risau/susah sebab
kehilangan sesuatu selain Alloh. Dan itulah bukti ia telah mencapai derajat
yang tinggi, akan tetapi selama masih menginginkan tetapnya sesuatu
atau susah dengan hilang/tidak adanya sesuatu, maka itu suatu bukti
bahwa ia belum mencapai derajat hakikat.

AL – HIKAM ( Pondok Al-Hikmah Sri Tanjung ) 264

Anda mungkin juga menyukai