Anda di halaman 1dari 2

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

UNTUK APA MENUNTUT ILMU ?

Semoga Allah Subahanahu Wa Ta’ala melindungi dan menjaga kita di dunia dan akhirat. Oleh
sebab itu kita memohon dan meminta kepada Allahu Al-‘Aalim ilmu yang bermanfaat dan berlindung
kepada Allahu Almusta’an dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Ilmu layaknya cahaya dalam gelapnya kebodohan yang menyelimuti masalah demi masalah,
ujian demi ujian dan musibah demi musibah yang menunutun kita dalam menyelesaikan semua
problematika kehidupan. Maka perhatikanlah, bagaimana mungkin kita mampu untuk membaca
ketika kita berada dibawah gelap malam pekat tanpa cahaya yang menerangi penglihatan kita dalam
menuntun mata kita untuk melihat huruf demi huruf ?

Berkata Asy-Syaikh Muqbil ibn Hady Al-Wadi’iy Rahimahullah dalam kitab Gharah Al-Asyrithah
1/107, beliau rahimahullahu ta’ala rahmatan waasian berkata :
“ Wajib atas kita semua untuk saling nasihat-menasihati untuk bertaqwa kepada Allahu
Ta’ala, bersungguh-sungguh dan berupaya keras dalam mendapatkan ilmu, karena itulah jalan
keselamatan pada zaman ini. Dan dengan ilmulah kita mampu untuk membedakan antara yang
benar dan yang bathil, antara petunjuk dan kesesatan. Maka wajib atas kita berbekal dengan ilmu
yang bermanfaat dan semangat untuk memiliki kitab-kitab para salafush shalih. “

Maka seperti itulah ilmu, ia menunutun dan membimbing manusia menuju Rabb-nya, Allah
Subhanahu Wa Ta’ala untuk bertaqwa kepada-Nya. Seperti perkataan yang sangat indah dari pakar
dan ahlinya yaitu Al Imam Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah dalam kitab Jaami Bayanil Ilm Wal Fadhlih
karya Al Imam Ibn Abdil Baar Rahimahullah, beliau berkata “ Sesungguhnya ilmu itu dipelajari
semata-mata hanyalah untuk bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan ilmu tersebut.
Oleh karena itu, ilmu agama lebih mulia dan yang paling afdhol dari pada ilmu-ilmu yang lainnya. “

Karena hanyalah dengan ilmu kita baru mengetahui betapa sangat besarnya kekurangan kita
dalam memenuhi hak-hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan hak Allah Jalla Wa ‘Ala yang wajib
ditunaikan bagi seluruh makhluk-Nya adalah tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun dan
itulah salah satu tujuan menuntut ilmu. Oleh sebab itu Rosulullah Shalallah Alaihi Wa Sallam dalam
sabdanya telah mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu yang dengan ilmu tersebut umat
islam dengan izin Allah Subhanahu Wa Taala terbimbing menuju keselamatan di dunia dan di akhirat.
Pada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim Rahimahullah,
ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Siapa yang menempuh jalan
untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. “

Jika ada manusia yang ingin masuk syurga tetapi dia enggan untuk menuntut ilmu maka ada
yang salah pada dirinya, karena fitrah manusia jika ia menginginkan sesuatu dia akan mencoba dan
berusaha sekuat tenaganya untuk meraihnya meskipun dia harus menghabiskan sebagian waktunya.
Sehingga terbangun konsep bathil “ Usaha tidak menghianati hasil. “ padahal segala sesuatu telah
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah tetapkan takdir setiap makhluk-Nya 50.000 tahun lamanya sebelum
penciptaan Langit & penciptaan Bumi.

Maka faidah ini akan kita akhiri dengan sebuah kisah yang sangat indah yang akan menjadi
cambuk bagi kita secara umum dan khususnya untuk yang berbicara saat ini. Mari kita simak kisah
berikut :
Kisah Ibnu Jandal Alqurthubi ketika belajar kepada Ibn Mujahid Rahimahumullah:

Suatu hari saya mendatangi majelis imam ibn mujahid sebelum fajar agar saya mendapatkan
tempat duduk yang lebih dekat dengannya. Akan tetapi ketika saya sampai di gerbang pintu yang
menghubungkan ke majelis ibn mujahid, saya mendapati gerbang mash tertutup dan sayapun
mendapati kesulitan dalam membukanya.
“ Saya bergumam dalam hati : Subhanallah, sepagi ini saya mendatanginya akan tetapi tetap saja
saya tidak dapat duduk didekatnya.”

Kemudian saya melihat celah yang berada disamping rumahnya , maka sayapun mencoba
untuk membuka dan kedalamnya ( celah tersebut adalah sebuah terowongan didalam tanah. Saya
menerobosnya agar aku bisa sampai ke ujung terowongan dan keluar untuk menghadiri majelis im ibn
mujahid).
Akan tetapi ketika ketika sampai di pertengahan, terowongan tersebut semakin sempit dan
saya tidak bisa keluar maupun kembali. Maka saya mencoba melebarkannya selebar-lebarnya agar
saya bisa kelua hingga pakaian saya terkoyak oleh dinding terowongan tersebut dan sebagian daging
saya terkelupas.

Maka Allah-pun menolongku untuk bisa keluar darinya dan mendapatkan majelis Syaikh dan
menghadirinya. Sementara saya berada dalam keadaan yang sangat memalukan seperti itu.
Kisah ini diriwayatkan dalam kitab Innabatu Arruwaat Ala Anbahin Nuhaat karya Ibn Yusuf Alqiftiy

Pertanyaan yang sangat mendasar yaitu. mengapa kita dapat mempraktikkan teori “ NO PAIN
NO GAIN “ hanya dalam urusan duniawi saja sedangkan akhirat kita seperti orang yang sedang
sakarotul maut yang menunggu ajalnya ?

Semoga Allah Jalla Wa ‘ala merahmati penulis, pembaca dan pendengar.

Maktabah Abu Hamzah

Anda mungkin juga menyukai