Anda di halaman 1dari 2

‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬

Rabu, 10 Agustus 2022


Ta'lim Muta'alim
Pemateri Ustadz Hari

Bab Niat Dalam Mencari Ilmu

Al-Ustadz Rukhnul Islam atau Al Adib mengalunkan sebuah syair;


" Sesungguhnya tawadu' adalah salah satu tanda atau sifat orang yang bertakwa. Dengan
sifat tawadu' orang yang bertakwa akan semakin tinggi martabatnya. Yang aneh adalah
ujubnya orang yang beruntung atau orang yang celaka. Atau bagaimana akhir umurnya atau
dimana tempat kembalinya pada hari kiamat kelak, ke neraka atau ke surga. Sifat sombong
itu sifat khusus yang dimiliki Rabb kita karenanya kita harus menghindari nya.
Kaitan antara niat dan sifat tawadu' adalah orang yang sudah benar niatnya maka dia akan
memiliki sifat tawadu'. Karena kebanyakan amalan yang kita kerjakan itu bukan untuk dunia,
akan tetapi ketika sudah sering melakukan amalan itu dan dunia mendekat maka disitulah
niat kita di uji. Maka dari itu kita wajib menjauhi 2 sifat tercela, yaitu;
1. Sombong, ini adalah sifat yang dimiliki oleh Rabb. Maka dari itu kita wajib untuk
menghindarinya, karena hakekat kesombongan itu menolak kebenaran dan
sombong itu berkaitan dengan hawa nafsu.
2. Ujub ( merasa bangga terhadap apa yang dimiliki). Kalau kita merasa bangga
terhadap ilmu yang kita miliki, bangga terhadap banyaknya hafalan kita maka itulah
sesungguhnya orang yang bodoh. Dan dari itu memunculkan pertanyaan apakah dia
masuk dalam golongan orang-orang yang Sa'id atau Syaqiyun. Boleh kita ujub kalau
kita sudah tau pasti kita meninggal dalam keadaan Husnul khatimah. Tapi kita kan
nggak tau akhir hidup kita seperti apa. Jadi kita wajib menjauhi sifat ujub. Karena jika
kita memiliki sifat ujub maka kita lebih sering meremehkan orang lain.

Orang yang keluar rumah dengan berdoa kepada Allah maka akan dikatakan padanya
engkau telah diberi petunjuk, engkau telah diberi perlindungan, maka setan pun akan lari
darinya.
Agar tidak terjadi kesalahpahaman pada tawadu', karna yang kira tau tawadu' itu dalam
berpakaian memakai pakaian yang seadanya bahkan banyak tambalannya, padahal bukan
begitu. Abu Hanifah berkata kepada para sahabatnya; " Besarkan surban dan lebarkan
lengan baju kalian." Beliau berkata demikian agar ilmu dan ahli ilmu tidak di remehkan.
Dan hendaknya bagi setiap penuntut ilmu wajib mempelajari kitab wasiah karangan Abu
Hanifah. Syaikh imam ali bjn abi bakr rahimahullah memberi perintah kepada Yusuf Khalid
Assimty untuk menulis kitab wasiah ketika pulang ke keluarganya. Kitab tersebut juga
sangat perlu dibaca dan dimiliki oleh para pengajar dan para mufti.

Bab Memilih Ilmu, Guru, Teman belajar dan Tekun Dalam Menuntut Ilmu

Hendaknya untuk setiap penuntut ilmu memilih yang paling baik atau yang paling cocok
dengan dirinya.
1. Pelajari ilmu terbaik dan yang paling dibutuhkan saat itu. Kemudian baru dilanjutkan
dengan belajar ilmu-ilmu yang akan dibutuhkan di masa mendatang. Pelajarilah ilmu
yang jelas, karena pada setiap cabang ilmu itu ada perselisihan, untuk itu maka
pelajarilah ilmu yang jelas dulu.
2. Pelajarilah ilmu yang dibutuhkan saat itu agar langsung bisa diamalkan
3. Mendahulukan ilmu tauhid agar kita bisa mengetahui sifat-sifat Allah berdasarkan
dalil nya. Karena imannya orang yang taqlid tanpa mengetahui dalil tetap sah tetapi
berdosa karena dia tidak mengetahui dalil (menurut imam Hanafi).
Dan di anjurkan memilih ilmu yang terdahulu dibanding ilmu yang kontemporer. Karena
sebelum kita masuk pada pembahasan yang baru kita sudah memiliki landasan.
Para ulama berkata tetaplah kalian pada ilmu nya para nabi (ilmu agama) dan tinggalkanlah
ilmu-ilmu yang baru. Tinggalkan ilmu debat yang muncul setelah meninggal para ulama.
Sebab perdebatan itu menjauhkan seseorang dari ilmu fiqih, menyia-nyiakan umur,
menimbulkan keresahan dan permusuhan. Dan apabila umat Rasulullah sudah suka
berbantah-bantahan maka itulah tandanya akan datang hari kiamat. Tanda bahwa ilmu fiqih
semakin hilang, para ulama di wafatkan.

Anda mungkin juga menyukai