Anda di halaman 1dari 94

ADAB MENUNTUT ILMU

Syaikh Bakr Abu Zaid

ISLAMIC ONLINE UNIVERSITY


Etiquette of Seeking Knowledge 101 Islamic Online University.com ©

Kata Pengantar Penerjemah

Segala puji bagi Allah semata, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan
ampunan-Nya. Dan kita berlindung kepada Allah dari kejelekan diri kita dan
keburukan perbuatan kita. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk maka tak
ada seorang pun yang dapat menyesatkannnya dan barangsiapa yang
Allah sesatkan maka tak ada yang dapat memberikannya petunjuk. Saya
bahwa tiada sesembahan selain Allah dan bahwa ‫ ﷺ‬bersaksi adalah
.Muhammad hamba dan utusannya

َ َْ ََُّّ ََ َ ُ ُ َ َّ َ
‫مسلمون‬
ِ ُ‫َول تموتن َإل وأنتم‬ ََّ
‫حقُتقات ِه‬ ‫َ ياَُّأيها الِذين آمنواَّاتقوا‬
ُُْْ َ ِ ُ َ ‫َّ لال‬ َ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-
benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali anda mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam
)Ali Imran 3:102(
‫وخلق ْمنها َزوجها‬ َ ‫ياَأيها َّالناسَّاتُقوا ربُك َّمالِذي َخلَقُكم ْمن َ ْنفس واحدَة‬
َ ِ ‫َ ََُّ ُ َُّ ِْ ٍ َِ ٍَ َِ َ ََْ َوَّبث ِ ْمنُهَما‬
َ َ‫رجاَل َ ِكثيراا َِون َساءا َوَّاتُقوا ََّّلالَّالِذي َت َسا َءُلونَِ ِبه َوْ ْال‬
‫ْرحا ََِّمإن‬
‫َّ لال َكانَ ع َْليُ ْكم َِرقيباا‬
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan anda dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya ; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
anda saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
.anda

)An Nisa 4:1(


‫( يصلحْ َلُكمَأ ْعمالَُكم‬70) ‫أيهاَّالِ َذينَ َآ ُمنواَّاتُقوا َّلال وُقولُوا َقواَل ِسيداا‬ َ
‫يا‬ ْ ََُّ
(71) ‫َظيماا‬ ِ ‫ُِْ َْ ََوي ِْغ ْفر َلُ ْكم ُ ُذنوبَُ ْكم ََو ْمن ُيِطعََِّّلال ََورسُولَهُ َفَ ْقد فازَ ْفوازا ع‬ َ ْ ََّ َ
1
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah anda kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu
dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta'ati Allah dan
Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
(Al Ahzab 33:70-71)

Hari ini kita menyaksikan bagaimana Islam telah berkembang dan bagaimana
seorang muslim kembali kepada identitas sesungguhnya yang telah lama
hilang, hal ini Allah gambarkan dalam firmannya:
‫عج َو هاَُنيَْيحْ َ َأف اات ْي َم ناَك ْن َم َوَأ‬
َ َ‫يش َْمي ارواُنُهَل اَ ْنل‬ ِ ‫يف ُهُلَث َم ْن َمك ساَِّنال‬
ِ ‫يف ِه ِب‬ ِ
‫ب َسيَْل تاِ َمُلُّظال‬ِ َ‫ا ْهَن ِمجراِخ‬
ٍ

Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami
berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan
di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya
berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya?

(Al An’aam 6:122)

Di lain pihak, orang yang Allah selamatkan ini akan terkejut dengan kondisi
kaum muslimin hari ini, mereka dipermalukan, dibantai oleh musuh-musuh
Islam dan juga perpetakan yang terjadi di antara mereka menjadi grup dan
sekte-sekte. Termasuk hal yang mengagetkan adalah kurang dipraktekkannya
ajaran islam itu sendiri, ibarat seorang yang membimbing orang-orang yang
tersesat merekalah yang memiliki kesabaran terhadap musibah yang menimpa
mereka, merekalah yang memberikan kehidupan terhadap jiwa yang telah
mati dengan kitabullah (Al-Qur’an) dan menjadi sinar bagi yang buta hatinya
1
dengan cahaya Allah , kemudian hal itu berubah dengan hilangnya rasa
kecemburuan mereka terhadap agama dengan berpura-pura memiliki ilmu
yang banyak padahal tidak demikian, mereka kemudian

1 Disarikan dari kata pengantar Imam Ahmad dalam bukunya ar -Rad alaz Zanaadiqah wal jahmiyyah lihat al Masa’il
war
Rasa’il (2/71)
2
bais.islamiconlineuniversity.com
Etiquette of Seeking Knowledge 101 Islamic Online University.com ©

dengan berani mengeluarkan fatwa tanpa ilmu. Hal ini disebabkan lemahnya
iman dan rasa takut mereka terhadap Allah, mereka menyesatkan manusia
dengan fatwa-fatwa mereka, sebagaimana Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: “Sesungguhnya
Allah tidak mencabut ilmu dengan serta merta mencabutnya dari hati
manusia. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para
‘ulama. Kalau Allah tidak lagi menyisakan s atu ‘ulama pun, maka manusia
akan menjadikan pemimpin dari orang-orang yang bodoh. Kemudian para
pemimpin yang bodoh tersebut akan ditanya dan mereka pun berfatwa tanpa
2
ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” Setiap orang dengan leluasa
mengeluarkan fatwa dan ini merupakan kejahatan terhadap ilmu itu sendiri,
ulama dan agama Allah. Di waktu yang sama sebagian orang akan berlaku
kasar terhadap para ulama dan yang menjadi pendorong hal tersebut adalah
rasa bangga, kecemburuan, kesombongan dan hilangnya rasa takut
:sebagaimana Allah firmankan
َْ َ ْ َ َ َّ َ َ‫ا‬ ‫َّ ُ ا‬ ََ
َ ‫َّ لال‬
‫بشَرين ومنِذرين وأنزَََل معُهم‬ ِ ‫النبيين َم‬ َُ ُ ‫واحدََة فَبعث‬
ِ ‫َكان الناس أمة‬ َُّ
َّ َّ َ
ُ َّ َ ِ ِ َ ِِ ُ ْ ْ
َ‫اختلف فيه َإل ا ِلذين‬ ‫وما‬ ‫فيه‬ ‫اختلفوا‬ َْ َُْ
ِ ِِ َ ‫ََِِ الناس فيما‬ َ ِ ِ ََْ‫الكتاب َبالحقَليحُكم بين‬ ِ َ ِ
ُ َ َّ َ َ ْ َ َُ ْ ْ ْ ُ ُ
‫الَِذين آمنواِلما‬ َ ‫َّ ُلال‬ ‫ فَهدَى‬x‫َْبغايا َبْينُهم‬ ُ
‫بينات‬
ِ‫َبعدُ ما َجاءتهم ال‬
ِ ‫أوتوه ِمن‬
َ َ ْ ُ

َ َ ْ ْ ْ َ َُ ْ
‫صراط مس ِتقيم‬
ٍ ‫َ ْي ِهدي من َيشَاء إلى‬ ‫الحق بإ ِذ ِنه و‬
َ ‫اختلفوا ِفي ِهمن‬ َ
ٍ ُْ َِ ُِ َ ‫ََّ لال‬ ِ
ُ ِِ
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah
mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu
melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah
datang kepada mereka keterangan-keterangan yangnyata, karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak -Nya. Dan
Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
.lurus

2
Diriwayatkan oleh Al -Bukhari dalam kitab Ilmu, pasal ‘bagaimana ilmu akan dilenyapkan dari muka bumi?’ juga diriwayatkan
oleh Muslim dari hadits Abdullah bin Amr bin Al -Ash
3
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

(Al Baqarah 2:213)

Ibnu Baththoh mengomentari ayat ini dengan berkata: “Saudara-saudaraku,


ini adalah kabar dari Allah mengenai orang-orang yang dipilih-Nya dan
diajarkan banyak hal serta diberikan pemahaman (terhadap agama) dan
ditinggikan atas yang lain. Dan Allah menolak sebagian yang lain (dari
keutamaan ini) yang hanya mementingkan dunia disebabkan kekerasan dan
kecemburuan mereka terhadap ulama yang menyebabkan mereka menjadi
pemimpin dalam kesesatan, sombong untuk mengikuti kebenaran maka
mereka berpaling darinya.” Lihatlah kedalaman pemahaman Imam Ibnu
Baththoh, bila anda bandingkan dengan keadaan manusia sekarang, anda
akan mengetahui bahwa mereka rakus kekuasaan, buta hati dan memiliki
khayalan tinggi yang menjerumuskan mereka ke dalam tindakan anarkis
terhadap para ulama dan merendahkan mereka serta menuduh mereka tidak
memahami fikih realitas, ulama yang bisa dibeli, ulama haidh dan nifas dll.

Sungguh disayangkan umat saat ini dikuasai oleh orang-orang tak berilmu
yang menjuluki diri mereka sebagai da’i. Ini termasuk salah satu indikasi
akan dekatnya hari kiamat, sebagaimana disebutkan sebelumnya di hadits
Abdullah bin Amr. Ketika Nabi ‫ ﷺ‬ditanya kapan hari kiamat, beliau
menjawab: “Apabila telah hilang sifat kejujuran maka tinggal tunggulah
saatnya kiamat.” Kemudian beliau ditanya lagi: “bagaimana bisa hilang?”
beliau bersabda: “Ketika urusan masyarakat berada di tangan orang-orang
bodoh dan hina, maka tunggulah kiamat,”

Inilah pentingnya mengembalikan urusan ke ulama senior ketimbang kepada


pemuda sombong yang bahkan bahasa arab saja tidak tahu, apatah lagi urusan
agama lainnya. Diriwayatkan dalam hadits Abu Umayyah Al Jumahi bahwa
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “termasuk dari tanda-tanda kiamat adalah diambilnya

*
Ini adalah syubhat lama yang dihembuskan kembali. Sebagaimana Allah telah mengi rimkan empat ulama-Nya maka akan
muncul juga para ahli bid’ah yang menghidupkan bid’ah pendahulu mereka. Diriwayatkan bahwa salah seorang dari
mereka berkata, “Ilmu Abu Hanifah dan Syafi’i tidak melewati celana dalam wanita”! Lihat Al -I’tisham karya Syathi bi
4
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

3
ilmu dari yang bukan ahlinya.” Beliau juga bersabda: “Akan datang kepada
manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, dimana pendusta dipercaya dan
orang jujur didustakan, pengkhianat diberi amanah dan orang yang amanah
dikhianati, dan berbicara di zaman itu para Ruwaibidhoh.” Ditanyakan,
siapakah Ruwaibidhoh itu? Beliau bersabda, “Orang bodoh yang berbicara
4
dalam masalah umum.” As-Sindi menjelaskan bahwa maksudnya adalah
orang dungu.” Al Qasim bin Usbugh meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab
berkata: “Islam akan binasa bila Ia datang dari kalangan pemuda tak berilmu
dan para ulama menolak untuk mengajarkannya, dan manusia akan kembali
shalih bila mereka mengambil ilmu dari para ulama berilmu yang kemudian
5
akan diikuti oleh pemuda,” Ibnu Mas’ud berkata: “Kalian akan makmur
selama ilmu dalam kepemilikan orang yang lebih berilmu, tapi bila ilmu
tersebut telah diambil alih oleh orang yang sedikit ilmunya lagi sombong
6
maka mereka akan menghina pendahulu mereka” inilah kenyataan di
lapangan saat ini.
Ada banyak alasan mengapa seseorang berperilaku demikian. Salah satunya
adalah keangkuhan yang merupakan penyakit hati, yang bila telah
mengrogoti maka akan membinasakannya.

Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “tiga hal yang


7
membinasakan harapan sia-sia, keserakahan, dan kesombongan.” Itulah
yang juga mengantarkan kepada kesombongan, karena orang sombong tidak
akan menghiraukan pendapat selainnya meskipun benar, inilah apa yang
Rasulullah ‫ ﷺ‬maksudkan dalam sabda beliau ketika menjabarkan makna
8
kesombongan “menolak kebenaran dan memandang remeh orang lain.”

3 Diriwayatkan oleh At Thabarani, Al Lalaka’i dan Ibnu Abdil Bar, dihasankan oleh Al -Albani
4 Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Al -Hakim dan Al-Baihaiqi dari hadits Abu Hurairah dan dishahihkan oleh Al -Albani

5 Dalam Mushannaf beliau sebagaimana disebutkan dalam Fathul Bari lengkap dengan para perawi, yang
dishahihkan oleh Al-Hafidz sendiri
6 Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar
7 Diriwayatkan oleh Bazzar, Ath-Thabarani dan lainnnya, dinyatakan Hasan oleh Al -Albani

8 Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits I bnu Ma’ud


5
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Tampilan inilah yang menyebabkan kaum muslimin tertipu. Juga termasuk


alasan kenapa meraka tertipu adalah rasa acuh dan sulitnya membedakan
antara ulama dan yang bukan ulama. Meskipun perlu diakui bahwa mereka
(yang bukan ulama) sangat pandai dalam memilih kata-kata dan mereka
senantiasa menjaga penampilan. Nabi ‫ ﷺ‬telah memperingatkan kita dalam
sabda beliau: “Hal yang paling kukhawatirkan terhadap umatku adalah
9
pendusta yang pandai merangkai kalimat” dan dalam hadits lain:
“Sesungguhnya Allah membenci orang yang bila berkata dia memperindah
perkataannya layaknya seekor sapi yang menggoyangkan lidahnya ketika
10
makan.”
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi seorang muslim terutama penuntut
ilmu menghilangkan penyakit ini dari hatinya. Salah satunya dengan
meningkatkan ketakwaan kepada Allah, bermuhasabah, mengetahui batas
kemampuan diri, rendah hati dan menghargai para ulama. Dengan melakukan
hal ini seorang penuntut ilmu telah menapaki jalan pembersihan diri dari
penyakit-penyakit ini.

Oleh karena itu saya terdorong untuk mengajarkan dan menerjemah buku ini,
maka saya suguhkan buku ini untuk seluruh saudara dan saudariku agar
dijadikan sarana terutama bagi yang ingin mendakwahkan Islam. Saya juga
terdorong oleh beberapa hal lain, di antaranya fakta bahwa sebagian yang
mengaku sebagai penuntut ilmu tidak berperilaku sebagaimana mestinya.
Terlebih lagi bahwa ini merupakan cara salafus shalih untuk belajar adab
terlebih dahulu sebelum mendalami ilmunya. Ibnu Sirrin meriwayatkan:
“Para salaf dulu mempelajari adab-adab sebelum mereka menuntut ilmu.”

Buku ini sendiri adalah salah satu yang terpenting dalam tema ini dan telah
11
diajarkan secara luas, bahkan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin, meskipun ia
bukanlah buku yang mudah untuk dipahami, terlebih lagi teks aslinya dalam
bahasa arab. Inilah yang menyulitkan penerjemah. Akhirnya saya ingin
berterima kasih kepada seluruh saudaraku dalam Islam yang telah banyak

9 Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, At Thabari, Bazzar dan lainnya dari hadits Imran, dishahihkan oleh Al -albani
10 Diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al -albani

11 Penjelasan beliau hanya bisa didapatkan dalam bentuk rekaman


6
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

membantu dalam proses penerjemahan juga penerbitan buku ini. Untuk


membantu pembaca, saya menambahkan beberapa catatan kaki penjelasan
yang ditandai dengan huruf “(M)” utntuk membedakannya dari catatan kaki
penulis. Saya juga menambahkan referensi untuk ayat-ayat Al Qur’an dan
Hadits.

Saya berharap buku ini menjadi petunjuk bagi orang-orang yang masih
kebingungan dan bagi mereka yang ingin mengikuti jalan penuntut ilmu.
Saya berharap Allah menerima kerendahan hatiku ini dan Allah Maha
Mengetahui yang terbaik bagi hambanya.

Abu Abdillah Murad bin Muhammad Hilmi Asy-Syuweikh.

7
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Pendahuluan

Segala puji bagi Allah semata:

Saya menulis buku ini di tahun 1408 H ketika ilmu syar’i mulai berkembang
di kalangan kaum muslimin dan hal ini masih terus berkembang pesat dan
bersemayam di hati para pemuda umat ini –kejayaan dan perjuanganlah yang
menghidupkannya kembali-. Ketika itu, kita melihat begitu banyak kelompok
pemuda yang silih berganti ke berbagai majelis ilmu memikulnya dengan
susah payah dan mereguknya. Mereka memiliki ambisi, sikap dan kesabaran
yang menakjubkan untuk belajar dan menyelam lebih dalam terhadap suatu
masalah. Seungguhnya hal demikian dapat mengembalikan kejayaan kaum
muslimin, maka terpujilah Allah yang menghidupkan dan mematikan hati.

Bagaimanapun, sangatlah penting untuk tetap menyirami benih ini dan


menebarkan pagar pengaman untuk mencegahnya tergelincir di persimpangan
jalan pencarian dan pengamalan ilmu karena hempasan gelombang
pemikiran, keyakinan, perilaku, pengelompokan dan perpecahan (hizbiyah).
Saya telah memberikan di hadapan mereka sebuah tulisan berjudul “Ta’alum”
(sok tahu) yang menyingkap kebobrokan dalam tubuh mereka yang akan
menghancurkan dan memalingkan mereka dari menuntut ilmu tanpa mereka
sadari. Hari ini saudaramu (syaikh sendiri) merangkulmu dan mendukungmu
12
dengan menyajikan buku “shifah kasyifah” yang menghimpun karakteristik
orang sukses. Inilah saya, sedang menggoreskan mata pena di atas kertas dan
memikirkan apa yang bagus dituliskan dan terasa nyaman bagimu untuk
membaca.

Tujuan syariat islam adalah menghias diri dengan akhlak budiman, sopan
santun, budi pekerti dan amal shalih yang merupakan karakter muslim
sukses, dan ilmu tersebut –permata paling indah dalam syariat yang suci-
tidak dapat dicapai kecuali bagi orang-orang menghiasi diri mereka dengan
12 Terminologi ini terdapat dalam kamus yang khusus menelaah arti kata sesuai asal katanya, berarti karakteristik
yang
membedakan objek yang dijelaskan –tidak diketahui pendengar- dari tipe lain dengan cara yang berbeda darinya.
8
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

adab-adab terpuji. Karena alasan inilah banyak ulama menaruh perhatian


besar terhadap masalah ini dengan cara mengkaji, mengingatkan, atau
menulis buku spesifik tentangnya, entah bersifat umum meliputi adab-adab
pada seluruh bidang ilmu atau dengan judul khusus seperti adab para
pengusung Al-Qur’an, adab ahli hadits, adab seorang mufti, adab seorang
hakim, adab-adab berserah diri dan sebagainya. Dan yang menjadi fokus
utama buku ini adalah adab mempelajari ilmu syariat Islam. Di masa lalu
ulama biasa mengajarkan adab dalam menuntut ilmu kepada murid mereka
dan saya mendapati masa-masa itu di Masjid Suci Nabawi di mana sebagian
guru mengajarkan buku Zarnuji (wafat tahun 593 H) –semoga Allah
13
merahmatinya- berjudul: Mengajari pelajar bagaimana cara belajar.
Saya berharap para ulama tetap melestarikan metode ini, dengan
menyertakan pengajaran adab di setiap permulaan majelis dan juga dijadikan
kurikulum pembelajaran, sehingga dapat mendisiplinkan para penuntut ilmu
baik terhadap ilmu itu sendiri juga terhadap dirinya, gurunya, akademiknya,
tulisan-tulisannya dan seterusnya. Saya berharap tulisan saya dapat menjadi
pengusung tema ini.

Saya persembahkan di hadapan anda buku ini yang berisi sejumlah adab dan
sifat yang apabila seseorang mengacuhkannya maka sifat buruk akan
menghiasi dirinya. Sebagaimana juga saya sebutkan lawan dari sifat-sifat
baik tersebut, walaupun sebagian orang tidak menghiraukan sifat-sifat mulia
ini. Adab-adab ini berbeda-beda sesuai tingkatannya, mulai dari yang sunnah
hingga yang wajib. Berbanding arah dengan lawannya, mulai dari makruh
hingga haram. Dan di antara adab-adab ini ada yang berlaku untuk semua
14
orang dan ada yang khusus untuk penuntut ilmu, beberapa di antaranya
diperoleh dari syariat, sebagian lagi diketahui nalar tapi syariat telah
mengisyaratkannya seperti berkelakuan baik dan sopan santun. Saya tidak
bermaksud untuk mencakup seluruh aspek tapi hanya mengisyaratkan
beberapa yang menurut saya penting. Berikanlah ya Allah taufik kepada
tulisan yang sedikit ini agar berguna bagi banyak orang. Siapapun yang
mengambil manfaat dari tulisan ini semoga bermanfaat bagi dirinya juga

13 Telah diterbitkan berulangkali, meskipun bermanfaat ada beberapa aspek yang perlu ditinjau kembali wallahu
a’lam
14 Saya juga ingin menambahkan bahwa ada perbedaan kemampuan antara ikhwah dan akhwat dalam menuntut ilmu (M)
9
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

orang-orang yang ingin dia ajarkan. Semoga Allah mengumpulkan kita di


15
surga kelak, amin.

Bakr bin Abdillah Abu Zayd


5/8/1408 H

15 Disadur dari beberapa kitab di antaranya: Al -Jami’ dan Al-Faqeeh wal Mutafaqih oleh Al -Khatib Al-Baghdadi;
Ta’lim Al-Muta’allim Tariq oleh Az-Zarnuji; Adab At-Thalib oleh Asy-Syaukani; Akhlaq Al-Ulama oleh Al-Ajurri; Adab Al-
Muta’allim oleh Shuhnun; Ar-Risalah Al-Mufussilah li Ahkam Al -Muta’allimin oleh Al-Qabisi; Tadzkiratus Sami’ wal
Mutakallim oleh Ibnu Jamaah; Al-Hats ala Thalibil Ilm oleh Al -Asyakir; Fadhlu ‘Ilmis salaf ala Khalaf oleh Ibnu Rajab; Jami’
Bayan Al -Ilmi oleh Ibnu Abdil Bar; Al-Ilmu Fadhlihi wa Thalabihi oleh Al -Amin Al-Haj; Fadhlul Ilmi oleh Arsalan; Miftah Dar
As-Sa’adah oleh
Ibnul Qayyim; Syarah Al -Ihya’ oleh Az-Zubaidi; Juwahirul ‘Iqdain oleh Samhudi; Adab Al -Ulama wal Muta’allimin oleh
Husayn bin Mansur; Qanun At-Ta’wil oleh Ibnu Arabi; Al -Uzla oleh Al-Khattabi; Min Akhlaqil Ulama oleh Muhammad
Sulaiman; Manahij Al-Ulama oleh Faruq As-Samura’I; At-Ta’lim wal Irsyad oleh Badruddin Al -Halabi; Adz Dzakirah (jilid 1)
oleh Al-Qarafi; Al-Majmu’ (jilid 1) oleh An-Nawawi; Tash-heet Al-Himam ilal Ilmi oleh Muhammad bin Ibrahim Asy-
Syaibani; Rasail Al-Islah oleh Muhammad KHaidir Husain; Atsar Muhammad Al -Basyir Al-Ibrahimi dan buku lainnya.
Semoga Allah melipat gandakan pahala mereka. Amin.
10
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Pasal Pertama

Etika Diri Penuntut Ilmu

16
1. Ilmu adalah Ibadah

Yang menjadi prinsip utama di dalam buku ini, demikian juga prinsip dari
setiap amalan adalah pemahaman anda bahwa ilmu adalah ibadah. Sebagian
ulama berkata: “Ilmu adalah shalat sirriyah dan ibadah hati. Karenanya,
syarat-syarat ibadah adalah:

Yang pertama: Niat ikhlas, Allah berfirman:


ُْ ََ ََ َ ََ ْ َّ ُ

َّ‫اوتُؤيو ةولصال‬ ٰ ‫اوميقُِيو ءافن ُح‬ ِ ُ


‫نيدال هلنيص ِلخم‬ ‫ا ُودُب َعي ِلإَل اور ِمأ امو ال َّل‬
َ ُ ََ ٰ ِ َُّ ََُِْ
َْ ُ َ َ ََّٰ
َ َ ‫ةوكزال‬ ۚ ‫ذو‬ ‫ل‬
ِ ‫ك‬‫د‬ِ ‫ني‬ ‫ةميقال‬
ِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus.

(Al Bayyinah 98:5)

Dalam hadits Umar bin Khattab yang terkenal bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
“Segala perbuatan dinilai dari niatnya.”

16 Fatawa Ibnu Taimiyyah (10/11, 12, 14, 15, 19, 49-54), (11/314), (20/77-78).
11
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Apabila tidak dibarengi dengan keikhlasan niat, maka ilmu yang merupakan
ibadah paling utama itu akan berubah menjadi kemaksiatan paling nista.
Tidak ada penghancur ilmu yang sedahsyat riya’, entah ia riya’ syirik atau
17
riya’ ikhlas dan tasmi’ (pamer dengan niat agar didengar); contoh dari hal
ini adalah musmi’ (orang yang melakukan hal ini) berkata: “aku mengetahui
ini dan itu” atau, aku telah menghafal ini dan itu…” dst.

Oleh karena itu menjauhlah dari segala hal yang dapat mengotori niatmu
dalam menuntut ilmu seperti ingin tampil, ingin lebih menonjol dari teman-
18
temanmu dan memanfaatkan orang sekitar sebagai batu loncatan untuk
memenuhi hasrat pribadi baik berupa jabatan, uang, kehormatan, ketenaran,
pujian, atau menarik perhatian orang lain kepadamu; karena hal-hal ini, jika
telah menodai niat seseorang akan merusaknya, dan berkah dari ilmu akan
hilang. Karena itu, sangatlah penting untuk menjaga niat dari segala jejak
menuntut ilmu untuk mengejar ridho selain dari Allah ‫ ﷻ‬demikian juga wajib
untuk menghindari hal-hal yang mengarah padanya (sifat-sifat buruk ini).

Terdapat sejumlah perkataan-perkataan dan kejadian-kejadian yang saya


sebutkan pada permulaan bab pertama buku saya at-Ta’alum, dan saya juga
ingin menambahkan pada daftar sebelumnya: larangan para ulama mengenai
masalah Thubuliat yaitu penyebutan masalah kontroversi agar terkenal
sebagaimana sebuah ungkapan “gendang ditabuh karena ketergelinciran
19
seorang ulama,” , juga diriwayatkan bahwa Sufyan Ats Tsauri berkata:
“Saya telah diberkati dengan pemahaman Al Qur’an, setelah menerima
20
hadiah dari penguasa, kepahaman itu dicabut dariku.”

17 Perbedaan keduanya ialah yang pertama menuntut ilmu semata-mata atau ibadah apapaun pada awalnya untuk
dipuji, untuk pamer, dan yang kedua adalah syirik yang lebih kecil dari yang pertama dan terjadi ketika beribadah (M).

Adz-Dzakirah oleh Al-Qarafi (1/45), At-Thabari dalam Tahdzib Al -Atsar (2/121-122) dicetak oleh As-Shafa, Mekkah

18 Agar tampak lebih berilmu dari yang lainnya dan meremehkan mereka, adapun bila terbebas dari sifat demikian
maka tak apa bersaing dengan sesama penuntut ilmu (M)

19 As-Sawarim wal As-Sinnah oleh Abu Madyan Asy-Syinqiti As-Salafy, semoga Allah merahmatinya, juga lihat Syarah
Al -
Ihya’ dan Kunuz Al-Ajdad hal. 263

20 Tadzkiratus Sami’ wal Muta’allim hal. 19


12
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Maka berpegang teguhlah –semoga Allah memberikan ampunan-Nya


kepadamu-kepada pegangan yang kokoh (keikhlasan) yang akan
menyelamatkanmu dari segala kejahatan -dengan bersungguh-sungguh
mengikhlaskan niat- menjadi takut pada apa yang membatalkannya
(keikhlasan) dan menunjukkan kefakiran kepada Allah serta terus
mendekatkan diri kepada-Nya. Sufyan Ats Tsauri berkata: “Hal yang paling
berat bagiku adalah menjaga niat.” Umar bin Dzar berkata kepada ayahnya:
“Wahai Ayahku! Mengapa bisa ketika anda menasehati manusia mereka
malah menangis? Dan bila orang lain yang melakukannya mereka tidak
menangis?” Berkata ayahnya: “Wahai Anakku! Tidaklah sama tangisan
21
wanita yang berduka dan wanita yang dibayar untuk menangis.” Semoga
Allah memberimu petunjuk. Amin.

Yang Kedua: Sifat yang menjamin kebaikan dunia dan akhirat adalah
“Kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya.” Perwujudannya adalah berupaya
mengikuti jejak Al Ma’shum (Rasulullah ‫)ﷺ‬.

Allah Yang Maha Tinggi berfirman:


‫ ْنِإ ْلُق‬x‫اللَّن َُّوب ُِحت ُْم ْتنُك‬
‫ينوعبَِّتاف‬ x
‫ي‬ ُْ‫ح‬ ‫ب‬ ْ ُ
ِ ُ ‫َيوُال َّل‬
‫ب‬ ‫ك‬‫م‬ َ ‫مي ٌِح َر ر ٌُوفغ ُاللَّ َو ُْمكَب ُونذ ُْمكل رْ ِْفغ‬
َ ُ َ
ُِ
Katakanlah: "Jika anda (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
(Al-Imran 3:31)

Secara umum, prinsip ini (juga dianggap sebagai) fondasi dalam buku ini, dan
berkedudukan seperti mahkota terhadap pakaian.

Wahai para penuntut ilmu! Kalian sekarang duduk di majelis paling mulia
menerima pelajaran dan jiwa kalian terikat pada yang paling mulia (menuntut
ilmu), maka saya berpesan kepada kalian dan kepada diri saya sendiri agar

21
Al-‘Aqdu Al-Farid oleh Ibnu Abdi Rabbihi
13
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

bertakwa kepada Allah baik ketika sendirian atau dihadapan orang banyak.
Itulah perbekalan sejati, landasan seluruh keutamaan dan pelabuhan semua
hal terpuji. Ia juga merupakan pemicu kekuatan, tangga menuju ketinggian
dan pengikat hati yang kuat dari daya tarik fitnah maka jangan kalian
lalaikan.

2. Mengikuti Jalan Para Salafus Shalih (Generasi terdahulu yang


shalih)

22
Jadilah seorang salafi sejati yang menapaki jalan para salafus shalih yaitu
para sahabat dan para ulama sesudah mereka, yang mengikuti petunjuk
agama, baik itu tauhid, ibadah dan lainnya.

Jadilah seorang yang konsisten memegang teguh warisan Rasulullah ‫ﷺ‬,


menerapkan sunnah pada diri sendiri, meninggalkan debat dan berbicara
23
berlebihan dalam persoalan ilmu kalam , serta meninggalkan hal-hal yang
membawa kepada dosa dan mengalihkan dari syariat. Imam Adz Dzahabi

22 Banyak dari kalangan muslimin yang asal mengatasnamakan diri mereka salafi, hal ini akan menjadi jelas bagi
pembaca nantinya. Merupakan hal yang pantas untuk disampaikan juga adalah apa yang para ulama jelaskan, yang
pertama
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa: “Mengikuti dan berafiliasi dengan madz hab salaf bukanlah hal
yang tercela, bahkan para ulama bersepakat akan hal itu karena jalan salaf tidak lain melainkan kebenaran.” (4/149)
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata ketika ditanya hukum meyematkan istilah salafi terhadap diri sendiri:
“Tidak mengapa jika dia jujur dalam perkataannya itu maka dia adalah seorang salafi.”
Disadur dari sesi tanya jawab pelajar beliau dengan tema “Hak-hak seorang muslim”, lihat Al Ajwibah Al Mufidah hal 17.
Syaikh Shalih Al Fauzan dan Syaikh Bakr Abu Zaid juga berfatwa demikian dalam buku beliau Al Intima’ hal 36.

Syaikh kami Ibrahim Ar-Ruhayli semoga Allah menjaganya menulis panjang lebar masalah ini dalam buku beliau Mauqif
Ahlussunnah wal Jama’ah min Ahlil Ahwa’ wal Bid’ah dimana beliau membawakan dalil -dalil pembolehan memanggil diri
sendiri dengan istilah salafi dan hal ini bukan merupakan perkara baru. Beliau berkata: “…meyebut diri dengan salafi
tidaklah termasuk bid’ah meskipun istilah salaf bermakna sama dengan ahlussunnah wal jamaah dan ini dipahami dengan
merenungkan bahwa kedua istilah ini kembali pada para sahabat, mereka adalah salaf dan mereka adalah ahlussunnah
wal jamaah. Makna salafi kembali ke makna ahlussunnah wal jamaah, Ath -Thaifah Al- Manshurah, Al-FIrqoh An-Najiah
untuk membedakan mereka dari golongan yang menyimpang. Para ulama menyebutkan bahwa istilah salaf pertama
digunakan ketika golongan-golongan yang menyimpang dari ajaran Rasulullah ‫ ﷺ‬mulai bermunculan dan menisbatkan diri
mereka kepada salafus shalih. Sehingga perlu untuk meneta pkan prinsip yang jelas pada orientasi salafi yang
membedakannya dengan mereka yang hanya mengklaim afiliasi dengan as -salafiyah” (1/64)

23 Ilmu semacam ini berasal dari buku filosofi India dan Yunani ketika diterjemahkan ke dalam bahasa arab yang
disusupkan oleh ahlul bid’ah ke tubuh islam. Sangat disayangkan sebagian ulama terpengaruh olehnya. (M)

14
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

24
(rahimahulah) berkata: “diriwayatkan secara shahih dari Daruquthni bahwa
ia berkata: “Tiada sesuatu yang lebih aku benci selain ilmu kalam.” Saya
katakan (yaitu Adh-Dhahabi), orang ini tidak pernah terlibat dalam ilmu
kalam dan berdebat. Dia tidak pernah berkecimpung di dalamnya, dia seorang
25
salafi.” Sungguh orang-orang ini adalah ahlusunnah wal jamaah orang-
orang yang mengikuti jalan Rasulullah ‫ﷺ‬. Mereka itu sebagaiman dikatakan
oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: “Ahlussunnah adalah orang-orang
pilihan di antara kaum muslimin. Mereka itu manusia yang paling baik
26
kepada manusia-manusia lain.” Jadi tetaplah di jalan ini,
َِ ْ ُ ََ َّ َ

ِْ َّ ُّ ُِ َ
‫ق‬
َ ‫ِهليِبس نَع مكب‬ ‫ لَو‬x‫رفتف لَُبسال اوعبتت‬
dan janganlah anda mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan anda dari jalan-Nya.
(Al An’am 6:153)

3. Senantiasa Takut Kepada Allah ‫ﷻ‬

Hiasilah dirimu luar dan dalam dengan rasa takut kepada Allah. Caranya
dengan menjaga syiar-syiar Islam, menampakkan dan menyebarkan sunnah
dengan mengamalkan dalam sikap dan mendakwahkannya serta berhias
dengan sifat ksatria, lapang dada, dan kesalihan.

Dasar dari semua itu, kuncinya adalah rasa takut kepada Allah. Dalam hal ini
Imam Ahmad berkata: “Pangkal ilmu adalah rasa takut kepada Allah.” Maka,
takutlah kepada Allah baik sendiri ataupun di hadapan orang banyak.
Manusia terbaik adalah yang memilki rasa takut kepada Allah dan tidak ada
yang paling takut kepada-Nya kecuali para ulama. Oleh karena itu manusia
terbaik adalah ulama. Jangan lupa bahwa seseorang tidak disebut sebagai

24 Beliau merupakan salah satu ulama islam dalam ilmu hadits yang berasal dari Iraq. Beliau banyak menyusun buku
contohnya Sunan Daruquthni (kumpulan hadits dalam dua jilid). Lebih dikenal dengan julukan Ulama Ilmu ‘Illah, yang
merupaka kategori paling kompleks dalam ilmu hadits (sebelas jilid telah dicetak dan sebagian besarnya ditulis dari
ingatan beliau!). Meninggal tahun 385 H, semoga Allah mera hmati beliau. (M)
25 As-Siyar oleh Adz-Dzahabi [inilah salah satu dalil gamblang untuk membantah orang-orang yang melarang
penggunaan istilah salafi dan berpendapat bahwa itu bid’ah. Istilah ini banyak digunakan oleh Imam Adz -Dzahabi dalam
buku-buku beliau sebagaimana Imam lainnya seperti Ibnu Taimiyah dan ulama lainnya. (M)]

26 Minhajus Sunnah (5/158), diterbitkan oleh Universitas Imam Muhammad bin Su’ud
15
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

ulama kecuali bila dia mengamalkannya dan tertanam dalam dirinya rasa
takut kepada Allah.

Al Khatib meriwayatkan dengan sanad yang unik melalui jalur sembilan


nenek moyang, dia berkata bahwa Abdul Faraj Abdul Wahab bin Abdul Aziz
bin Harits bin Asad bin Laits bin Sulaiman bin Aswad bin Sufyan bin Zaid
bin Ukainah bin Abdullah At Taimi telah menyampaikan kepada kami dari
hafalannya, ia berkata aku telah mendengar ayahku berkata; aku telah
mendengar ayahku berkata; aku telah mendengar ayahku berkata; aku telah
mendengar ayahku berkata; aku telah mendengar ayahku berkata; aku telah
mendengar ayahku berkata; aku telah mendengar ayahku berkata; aku telah
mendengar ayahku berkata; aku telah mendengar ayahku berkata; aku telah
mendengar Ali bin Abi Thalib berkata: “Ilmu itu memanggil pemiliknya
untuk beramal, apakah dia memenuhi panggilannya atau jika tidak maka ilmu
27
itu akan pergi.” Perkataan dengan redaksi serupa juga diriwayatkan dari
Sufyan Tsauri.

4. Selalu merasa diawasi oleh Allah

Hiasilah dirimu dengan kesadaran bahwa Allah selalu mengawasimu baik


ketika sendirian dan di hadapan orang banyak seraya menuju Rabbmu dengan
perasaan antara takut dan harap, karena posisi keduanya bagi seorang muslim
seperti sepasang sayap bagi seekor burung. Oleh karena itu, hadapkanlah diri
kepada Allah secara totalitas. Sibukkan lisanmu dengan dzikir dan penuhi
hatimu dengan kecintaan kepada Allah dengan kegembiraan dan keceriaan
terhadap hukum-hukum dan hikmah-hikmah Allah.

28
5. Merendahkan sayap dan menjauhi kesombongan

27 Al-Jami’ oleh Al-Khatib, dan Dzam man laa ya’malu bi ‘ilmihi No. 15, Ibnu Asakir, lihat sanadnya dalam Lisanul
Mizan (4/26-27) oleh Al-Hafizh Ibnu-Hajar.

28 Ungkapan ini bermakna kerendahan hati dalam bahasa arab (M)

16
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

29
Hiasilah dirimu dengan adab-adab pribadi, yaitu sikap zuhud , santun, sabar,
rendah hati kepada kebenaran, tenang layaknya burung yang mencakup
penampilan yang berwibawa, sopan, dan rendah hati, sabar menanggung
kehinaan demi kemuliaan ilmu, serta patuh terhadap kebenaran. Maka
berhati-hatilah terhadap sikap-sikap yang bertentangan dengan adab-adab
tersebut, karena selain berdosa, ia membuktikan bahwa di akalmu ada
penyakit, sekaligus menandakan bahwa anda telah dicegah dari memperoleh
manfaat dari ilmu anda dan mengamalkannya. Maka waspadalah terhadap
sikap angkuh, karena ia merupakan kemunafikan dan kesombongan. Para
ulama terdahulu sangat mewaspadainya. Di antara hal-hal yang diriwayatkan
Imam Adz Dzahabi di dalam biografi Amr bin Aswad Al Ansi rahimahullah
yang wafat pada masa khilafah Abdul Malik bin Marwan (adalah) “…bahwa
dia memegangi tangan kiri dengan tangan kanannya bila pulang dari mesjid.
Ketika ditanya mengenai hal itu, dia menjawab: karena aku takut tanganku
bergerak seperti orang munafik.” Saya katakan (Adz Dzahabi): beliau
memeganginya agar tidak berayun ketika berjalan, karena hal ini dianggap
30
sebagai keangkuhan.” Gerakan Al-Ansi (rahimahullah) ini dilakukan secara
alami tanpa dia sadari.

Berhati-hatilah dengan penyakit sombong, karena sesungguhnya


kesombongan dan rasa cemburu merupakan dosa pertama yang mana perintah
31
Allah dilanggar . Sikap lancangmu kepada guru merupakan kesombongan,
keenggananmu menerima ilmu dari orang yang kurang darimu (dalam hal
ilmu) merupakan kesombongan, kelalaianmu mengamalkan ilmu adalah
lumpur kesombongan dan tanda kekurangan (dari berkah ilmu).

Ilmu itu memusuhi pemuda yang tinggi hati


Seperti aliran air yang memusuhi dataran tinggi
32
Hendaklah anda -semoga Allah merahmatimu- selalu menapaki bumi,
bersikap rendah hati dan menahan diri bila muncul kecenderungan kepada
kesombongan, keangkuhan, suka menonjolkan diri, narsisme dan sifat buruk
29 Yaitu dari terikat pada kesenangan duniawi dan apa yang berada di tangan manusia (M)
30 As-Siyar (4/80)
31 Lihat indeks Al-Fatawa (Ibnu Taimiyah) (36/193)

32 Ungkapan arab untuk mendeskripsikan kerendahan hati


17
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

lain yang merupakan penyakit pembunuh ilmu, penghilang wibawa dan


meredupkan cahayanya. Semakin banyak ilmumu atau semakin tinggi
statusmu, maka semakin taat pula dirimu dengan demikian anda akan
memperoleh kebahagiaan hakiki dan kedudukan yang orang lain akan iri
terhadapnya.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Al Imam Al Hujjaj (putra seorang hujah


sekaligus rawi kutubut tis’ah), Bakr bin Abdullah Al Muzani rahimahullah
telah berkata: “Pernah kudengar seorang bercerita mengenai ayahku bahwa
suatu ketika dia sedang berwukuf di arafah, tiba-tiba dia menangis seraya
berkata ‘andaikata aku tidak berada di tengah-tengah mereka niscaya aku
akan mengatakan bahwa mereka semua sudah diampuni’.” Adz-Dzahabi
meriwayatkannya kemudian berkata: “Saya katakan, demikianlah seorang
33
hamba (Allah) seyogyanya bersikap rendah hati.”

6. Qanaah dan zuhud

Berhias diri dengan sikap qanaah dan zuhud. Hakikat zuhud adalah: “zuhud
terhadap yang haram dan menghindari hal-hal yang mendekatkan kepadanya
34
dengan cara menjauhi syubhat dan keinginan terhadap milik orang lain.”
Diriwayatkan bahwa Imam Syafi’i (rahimahullah) berkata: “andaikata
seseorang berwasiat kepada manusia yang paling bijak, maka orang tersebut
35
akan mendorongnya untuk semakin bertambah zuhud.”
Ketika Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani (rahimahullah) ditanya, apakah
anda tidak akan menulis buku tentang zuhud? beliau menjawab: “Saya telah
36
menulis buku dalam transaksi (jual beli).” Maksudnya, seorang yang zuhud
adalah orang yang berhati-hati terhadap syubhat dan hal makruh dalam jual
37
beli serta dalam semua transaksi dan profesi.”

33 As-Siyar (4/534), lihat perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ul Fatawa (14/160)
34 Ta’limul Muta’allim oleh Az-Zarnuji, hal 28
35 Ibid.
36 Ibid
37 Penjelasan dari Az-Zarnuji (M)
18
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu hendaknya hidup sederhana tanpa
mempermalukan dirinya dengan tetap menjaga kehormatan diri dan
keluarganya serta tidak menjatuhkan diri dalam kehinaan.

Syaikh kami Muhammad Al Amin Asy-Syinqithi (wafat 17/12/1393 H)


rahimahullah adalah seorang yang sangat zuhud terhadap dunia. Saya
menyaksikan sendiri beliau tidak mengenali beberapa pecahan uang dalam
mata uang yang sama. Beliau bertutur padaku: “Saya datang dari
(Shinqit/Mauritania) membawa harta karun yang jarang dimiliki orang lain,
yaitu qanaah. Sekiranya saya menginginkan jabatan maka saya mengetahui
cara mendapatkannya, tapi saya tidak akan menukarkan kehidupan akhirat
dengan dunia yang semu dan saya tidak ingin menggunakan ilmu untuk
meraih ambisi-ambisi duniawi.

7. Menghiasi diri dengan kemegahan ilmu

Untuk menghiasi diri dengan kemegahan ilmu adalah dengan memiliki adab
yang baik, amal shalih, ketenangan, kewibawaan, kekhusyukan, rendah hati
serta konsisten di jalan kebenaran; dengan menghiasi diri dengan sifat-sifat
tersebut dan meninggalkan hal-hal yang bertentangan dengannya.

Diriwayatkan bahwa Ibnu Sirrin (rahimahullah) berkata: “Para salaf dahulu


mempelajari adab sebagaimana mereka mempelajari ilmu.” Raja bin Al-
Haiwah (rahimahullah) berkata kepada seorang pria: “Sampaikanlah hadits
kepada kami tapi jangan anda sampaikan hadits dari pemalas atau yang suka
mencela.” Kedua atsar tersebut diriwayatkan oleh Khatib dalam Al-Jami’,
beliau berkata: “Seorang penuntut ilmu hadits hendaknya menghindari
permainan, perbuatan sia-sia dan perbuatan tidak pantas di sebuah majelis
dengan berbuat konyol, tertawa terbahak-bahak, banyak melucu, serta selalu
dan sering bercanda. Bercanda boleh dilakukan sesekali dan tidak keluar dari
batas kesopanan dan cara yang berilmu. Adapun bercanda secara terus
menerus akan menyebabkan hati sakit dan mendatangkan keburukan. Hal ini
adalah tercela. Selain itu terlalu banyak bercanda dan tertawa menjatuhkan
19
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

38
harga diri memudarkan citra baik sebagai seorang pelajar.” Terdapat sebuah
ungkapan: “Barangsiapa berlebihan dalam sesuatu hal maka dia akan dikenali
dengannya,” maka hindarilah kesalahan tersebut dalam berkelompok maupun
berbicara.

Sebagian orang mengira bahwa banyak bercanda merupakan wujud relaksasi.


Diriwayatkan dari Ahnaf bin Qais: “Jauhkanlah majelis-majelis kita dari
pembicaraan tentang wanita dan makanan. Sungguh, aku membenci laki-laki
39
yang banyak bercerita tentang kemaluan dan perutnya.” Dalam tulisan
Amirul Mukminin Umar bin Khattab yang dikenal sebagai seorang ‘al-
mulham’ tentang peradilan: “….barangsiapa yang berhias dengan sesuatu
40
yang tidak dimilikinya niscaya Allah akan mempermalukannya.” Lihat
41
kembali penjelasan Ibnu Qayyim.

8. Berhiaslah dengan kehormatan

Berhiaslah dengan kehormatan serta yang bisa mengantarkan kepadanya,


yaitu akhlak mulia, wajah berseri, menyebarkan salam, lapang dada,
membenci kesombongan, percaya diri, gagah berani dan antusiasme tanpa
kesombongan jahiliah.

Oleh karena itu, jauhilah sifat, ucapan, atau tindakan yang merusak
kesopanan yaitu semua perbuatan hina dan sifat buruk, seperti ujub, riya,
sombong, angkuh, merendahkan orang lain dan terlihat sedang berada di
tempat-tempat yang mengundang kecurigaan.

9. Berjiwa ksatria

38 Al-Jami’ (1/156)
39 Asy-Syiar (4/94) [yaitu yang dimaksudkannya adalah syahwatnya (M)]

40 Diriwayatkan dari Asma’ bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Barangsiapa berhias dengan sesuatu yang tak dimilikinya
maka dia memakai jubah kedustaan” [Al -Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasai dalam Sunan Kubro dan Rasulullah ‫ﷺ‬
dalam hadits ini menyamakan orang demikian dengan seorang yang memberi kesaksian palsu. (M)

41 I’lamul Muwaqi’in (2/161-162)


20
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Milikilah sifat ksatria, seperti berani, teguh dalam kebenaran, akhlak mulia,
dan siap berkorban di jalan kebaikan. Maka menjauhlah dari sifat-sifat yang
bertentangan dengannya, seperti: tidak percaya diri, gegabah dan akhlak
tercela karena semua itu akan menghancurkan ilmu, menutup kebenaran dan
tunduk pada musuh, sementara pada saat bersamaan dia justru membakar
wajah-wajah hamba Allah dengan semburan angin panas.
10. Menjauhi kemewahan

Jangan memanjakan diri dengan kesenangan dan kemewahan, karena


42
kesederhanaan berasal dari iman. Ambillah nasehat Amirul Mukminin
Umar bin Khattab dalam kitabnya yang popular: “Hindarilah kebiasaan
43
bersenang-senang dan meniru gaya hidup orang Ajam (non arab), dan
44
perkuatlah dirimu.”
Oleh karena itu, berpalinglah dari peradaban palsu karena ia menjadikanmu
cengeng, melemahkan tubuhmu dan mengikatmu dengan benang-benang
ilusi. Ketika orang-orang yang bersungguh-sungguh berhasil meraih cita-cita
mereka, anda tidak beranjak dari tempatmu, sibuk berdandan dengan
pakaianmu. Sekalipun beberapa kemewahan itu tidak haram dan makruh,
akan tetapi ia bukan merupakan sikap yang baik.

42 Dinisbatkan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, lihat As-Silsilah Ash-Shahihah no. 341 dan Tadhzim Qadr Ash-Shalah no.343
oleh Ibnu Nashr Al-Murwazi.

43 Pernyataan ini tidak dimaksudkan sebagai pembelaan Nasionalisme Arab tetapi -kembali ke penggunaan istilah
oleh para salaf– non Muslim Arab yang para salaf berinteraksi dengannyaketika Isla m mulai menyebar ke tempat-tempat
seperti Asia, Persia, dll. Bukti pernyataan ini adalah apa yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim; “…dan janganlah kalian
menyerupai ahli syirik”, sebagaimana juga dijelaskan oleh Imam Al -Quthubi dan Imam Nawawi dalam syarah shahih
muslim. Contohnya mereka –non muslim arab- kadang mengikat sorban mereka tanpa ekor (di punggung atau dada
mereka), atau tanpa songkok di bawahnya, dan tanpa memanjangkannya ke bawah dagu, sebagaimana orang syiah
lakukan hari ini. Oleh karena itu ini termasuk larangan meyerupai orang-orang kafir.

Catatan: Karena telah jelas maka dapat kita ketahui kesalahan kaum muslimin hari ini. Mereka tidak mengenakan topi di
bawahnya, dan mereka tidak mengikatnya dengan ekor di antara punggung mereka, dan membiarkannya di bawah dagu
mereka. Memakai sorban seperti ini dianggap sebagai tanda salafus shalih seperti dikatakan oleh Ibnu Raslaan. Sebagian
salaf berkata: “Sorban tanpa ekor adalah sorban iblis,” dan sebagian mereka berkata bahwa itu merupakan sorban
dzimmiy (orang kafir yang berada di bawah kekuasaan muslim) dan Imam Abu Bakr At Tartusyi berkata: “mengikat sorban
tanpa ekor atau membiarkannya hingga dagu adalah perbuatan bid’ah.” Lihat Iqtidha’ As Sirat Al Mustaqim oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah dan Nail Al Autar oleh Syaukani. (M)

44 Atsar ini diriwayatkan Imam Muslim, Abu Awanah, Abdurrazaq, dan lainnya, juga oleh Al Bukhari dalam versi yang
lebih
pendek.
21
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Penampilan luar seseorang mengidentifikasikan loyalitasnya. Bukankah


pakaian adalah salah satu dari banyak cara mengekspresikan diri?! Berhati-
hatilah dalam berpakaian karena ia menunjukkan kepada orang lain tentang
loyalitasmu, gaya dan perasaan. Oleh karena itu, ada ungkapan yang
mengatakan: “Perhiasan lahir menunjukkan kecenderungan batin.” Orang-
orang pada umumnya mengklasifikasikan dirimu dirimu berdasarkan
pakaianmu. Bahkan, cara berpakaian memberikan kesan kepada orang yang
melihat tentanbg tipe si pemakai pakaian tersebut, apakah ia seorang yang
santun dan cerdas, menunjukkan anda seorang syaikh, ahli ibadah, atau
kekanak-kanakan dan suka dipuji.

Kenakanlah pakaian yang memperindah dirimu bukan malah


memperburuknya. Jangan sampai pakaian menyebabkan dirimu menjadi
bahan pembicaraan atau cemoohan. Jika caramu berpakaian selaras dengan
kemuliaan yang anda bawakan (dalam hal ilmu agama) maka hal ini akan
membuat dirimu dihormati (di mata orang banyak) dan ilmu anda akan
memperoleh manfaat. Bahkan, sebagai tambahan, akan mendekatkan diri
kepada Allah, karena menjadi sarana untuk mengajak orang-orang kepada
kebenaran. Dalam sebuah atsar dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab
45
berkata: “Aku paling suka melihat alim’ berpakaian putih.” Yakni agar dia
dihormati oleh banyak orang sehingga kebenaran yang dibawanya pun
mereka hormati. Manusia itu, sebagaimana digambarkan oleh Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah, “…ibarat kawanan burung yang tercipta dengan watak saling
46
meniru”. Maka berhati-hatilah, berhati-hati dari berpakaian yang kekanak-
kanakan.

47
Adapun pakaian ala Eropa, hukumnya pasti sudah anda ketahui.

45 Al Ihkam oleh Al-Qarafi, hal. 271

46 Majmu Al-Fatawa, (28/150)

47 Masalah ini sudah jelas, tapi penulis membicarakan apa yang terjadi di negaranya, dan negara muslim lainnya
secara umum, dan tidak berlaku untuk semua orang, terlebih lagi orang seperti kita yang hidup di negara yang apabila
terlalu menonjolkan pakaian keislaman justru akan mengancam kita. Oleh karena itu banyak ulama yang berpendapat
bolehnya berpakaian sesuai adat Negara apalagi pakaian yang umumnya dipakai seorang muslim dan non muslim. Ibnu
Taimiyah
mengungkapkan hal ini dalam buku beliau Iqtidha’ As -Shirat Al-Mustaqim, juga oleh Ibnu Utsaimin dan Al -Albani. Tapi hal
22
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Bukan berarti anda harus berpakaian yang tidak menarik. Anda harus
membalut (penampilan luar anda) dengan sikap dan perilaku yang baik, dalil-
dalil mengenai hal ini bisa ditemukan di dalam Al-jami' karya Al-Khotib.

Poin yang hampir tidak kentara ini tidak boleh diabaikan, karena (bahkan)
saat ini para ulama masih senantiasa memperingatkan hal ini dalam buku -
buku mengenai melembutkan hati, buku-buku tentang adab, dan buku-buku
48
tentang berpakaian Wallahua’lam.

11. Menghindari majelis yang sia-sia

Jangan menginjakkan kaki di atas permadani milik mereka yang melakukan


kemungkaran dan melanggar batas kesopanan di majelis mereka, seraya
bersikap masa bodoh mengenai hal itu, jika anda lakukan, maka dosamu
terhadap ilmu dan para ulama sangat besar.

12. Menghindari kekacauan

Jauhkan dirimu dari keramaian dan kekacauan, karena kesalahan itu terjadi
dalam kekacauan, hal ini juga bertentangan dengan adab menuntut ilmu.

Dikisahkan oleh penulis Al Wasith fi Udaba’ Syinqith yang kemudian diikuti


pula dalam Mu’jam Al Ma’ajim: “…suatu ketika terjadi sengketa antara dua
kabilah lantas ada kabilah ketiga yang berusaha mendamaikan keduanya.
Mereka pun bersepakat untuk membentuk pengadilan syariat, mereka
mengangkat seorang ulama menjadi hakim, yang memutuskan untuk
menjatuhkan hukuman mati terhadap empat orang dari salah satu kabilah
sebagai pembalasan atas dibunuhnya empat orang dari kabilah lainnya. Maka

ini tidak meliputi orang yang keluar batasan yang dibolehkan Islam sehingga sulit untuk membedakan mereka dengan
orang kafir, maka tidak ada alasan bagi penuntut ilmu untuk mengabaikan hal ini, seperti memelihara jenggot, tidak
memakai pakaian ketat atau memakai celana melewati mata kaki. (M)
48 Adab Al-Imla’ wal Istimla’ (hal. 116-119), Iqtidha As-Sirat Al-mustaqim, Majmu Al-Fatawa (21/539), lihat Ar-Ruh oleh
Ibnul Qayyim (hal. 40)
23
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Syeikh Bab bin Ahmad berkata: hukum qishas tidak berlaku pada kasus
semacam ini. Sang hakim menjawab ini tidak dibahas dalam kitab apapun,
maka Syaikh berkata: justru tidak ada satupun kitab yang tidak
membahasnya, sang hakim berkata ini Qamus (kamus bahasa arab yang
termasyur) - maksudnya kamus juga termasuk dalam kategori kitab. Maka
Syaikh mengambil kamus tersebut, dan pandangan matanya yang pertama
kali tertuju kepada: al-Hayshah, (kericuhan), tawuran… dan tidak ada qishas
pada kericuhan (ketika seseorang terbunuh dalam kekacauan yang tidak
diketahui siapa pelaku pembunuhan tersebut maka tidak berlaku hukum
qishas). Orang-orang pun kagum dengan kecepatannya menghadirkan bukti
semacam ini dalam situasi yang genting tersebut.”

13. Berhias dengan kelemahlembutan

Hendaklah anda selalu lemah lembut dalam bertutur kata menghindari kata-
kata yang kasar karena tutur kata yang lemah lembut ini menjinakkan jiwa
yang liar. Dalil Al Qur’an dan Sunnah mengenai hal ini banyak sekali.

14. Perenungan

Merenunglah, karena barangsiapa yang memperhatikan niscaya dia mencapai


tujuannya, ada sebuah ungkapan yang mengatakan: “Perhatikan niscaya anda
tahu.” Oleh karena itu perhatikan ketika berbicara apa yang anda bicarakan.
Apa yang akan kubicarakan? Apa yang akan terjadi? Berhati-hatilah dalam
penyampaian ungkapan dan pemilihan kata tanpa menyulitkan diri atau sok
pintar. Perhatikan ketika berdiskusi bagaimana memilih format kalimat yang
tepat untuk mengungkap gagasan yang dimaksudkan. Perhatikan ketika
pertanyaan dilontarkan oleh penanya. Bagaimana memahami pertanyaan
sebagaimana mestinya sehingga tidak memberikan dua artian.

24
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

15. Tekun dan teliti

Milikilah sifat tekun dan teliti terutama dalam menghadapi musibah dan
situasi yang serius, di antaranya adalah tekun dan sabar dalam belajar dan
menjalani waktu demi waktu dalam menuntut ilmu dari guru karena “Siapa
yang tekun Niscaya akan tumbuh”

Pasal Kedua

Metode Menuntut Ilmu

16. Metode dalam menuntut ilmu dan tingkatannya

“Siapa yang tidak menguasai dasar-dasar ilmu dengan baik pasti gagal
meraihnya” dan “Barangsiapa yang menginginkan ilmu sekaligus maka akan
49
ditinggalkan oleh ilmu itu sekaligus pula.” Juga dikatakan: “Terlalu
50
banyaknya ilmu yang didengar akan mengacaukan pemahaman”.
Oleh karena itu, perlu pembangunan fondasi untuk setiap bidang ilmu yang
dipelajari dengan menghafal kaidah dan ikhtisar ilmu (pada setiap subyek)
tersebut di bawah bimbingan seorang guru yang ahli, dan bukan belajar
secara otodidak, tetapi terus menjalani proses belajar secara bertahap.
Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

49 Fadhl Al-‘ilm oleh Arsalan


50 Syarah Al-Ihya’ (1/334)
25
bais.islamiconlineuniversity.com
Etiquette of Seeking Knowledge 101 Islamic Online University.com ©
‫َّنزلَناهُ َ ْتنِزيال‬
ْ ‫ث َو‬
ٍ ‫َّالناس َعلَى ُ ْمك‬
ِ ‫َ وُ ْقرآناا َفَرْقَنا ِهُلَ ْتقَرَُأه َعلَى‬
Al-quran itu telah kami turunkan secara berangsur-angsur agar
kaubacakan perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
.menurunkannya bagian demi bagian

)Al Isra’ 17:106(

Allah ‫ ﷻ‬:berfirman
َ َ ‫ا‬ َ

ُ َ َ ‫واح ا‬
َ ‫ملة‬ ُ ُْ َ ُ َ َ َ
ََ َّ
ِ
‫دَة ك ِذل ِكلنثبتَ بِه‬ ‫لول نزَ ل ع َْليِه القرآن ُج‬
َ ‫وقال الِذين كفروا‬
َ
ِ ِ َ ْ ْ ِ ْ ُ َ
‫ا‬ َْ ُ َْ
ََّ َ ُ
َ
‫ترتيل‬
ِ ‫فؤادَك ورتلناه‬
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur’an itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?" ; demikianlah supaya Kami
perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur
dan benar
.)

)Al Furqon 25: 32(


Allah ‫ ﷻ‬:berfirman
َ ‫َّ الِذينَ آ ْتَيَناهُُم الِْك‬
َ‫أو ِلَئكَ ُ ْيِؤ ُمنون‬xُ‫َتاب َ ْيتُلونَهُ ََّحقِتَلَ ِوتِه‬
Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya,
mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya ,
.mereka itu beriman kepadanya

)Al Baqarah 2:121(

Ada beberapa hal yang harus anda perhatikan dalam mempelajari setiap
:bidang ilmu

Menghafal kitab mukhtashar mengenai bidang tersebut .1


2. Menyempurnakannya dengan mempelajari kepada guru yang ahli

26
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

3. Tidak menyibukkan diri dengan buku-buku yang besar dan kompilasi


tentang berbagai subyek sebelum menyempurnakan dan menguasai
dasar-dasar ilmu tersebut.
4. Jangan beralih dari satu mukhtasar kepada mukhtasar lain tanpa alasan
karena ini berasal dari ketidaksabaran
5. Mencatat informasi yang bermanfaat dan kaidah ilmiah
6. Fokus belajar dan meningkatkan ilmu disertai perhatian dan semangat
meraih ilmu dan mencapai tingkatan yang lebih baik sampai akhirnya
mampu mengkaji kitab-kitab tebal melalui cara yang aman

Ibnul Arabi Al-Maliki berpendapat seorang pelajar jangan mencampurkan


dua bidang ilmu dalam belajar dan hendaknya mendahulukan belajar bahasa
arab, syair dan matematika kemudian beralih kepada Al Qur’an, tetapi Ibnu
Khaldun membantah pendapat ini serta menyatakan bahwa kebiasaan masa
sekarang tidak mendukung cara ini, yang terlebih dahulu harus dilakukan
justru mempelajari dan menghafal Al Qur'anul karena seorang anak biasanya
lebih patuh ketika masih dalam pemeliharaan orang tua, sedangkan ketika
dewasa dia akan sulit dipaksa (untuk melakukan sesuatu).
Adapun soal menggabungkan pengajaran dua bidang ilmu atau lebih maka
hal ini berbeda dari satu murid dengan murid yang lain tergantung kepada
perbedaan tingkat pemahaman dan semangat mereka.

Sebagian ulama mengajarkan fikih Hambali melalui kitab Zaadul Mustaqni’


untuk pemula. Al Muqni’ untuk tingkatan selanjutnya tentang perbedaan
pendapat dalam madzhab, kemudian Al Mughni untuk perbedaan pendapat
tingkat tinggi, para murid di jenjang pertama tidak boleh duduk mengikuti
pelajaran di jenjang kedua, demikian seterusnya, untuk menghindari
kebingungan.

27
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Ketahuilah daftar buku mukhtashar maupun buku besar yang menjadi rujukan
51
dalam menuntut ilmu di kalangan para masyaikh umumnya berbeda-beda
antara satu kawasan dengan kawasan lain sesuai dengan perbedaan mazhab
serta buku mukhtasor manakah yang dikuasai dan bisa dipelajari para ulama
di kawasan tersebut. Dalam proses pendidikannya di sini kondisi juga
berbeda-beda antara satu murid dengan murid lainnya tergantung bakat,
tingkat intelektual juga kuat lemahnya kemauan dan antusiasme mereka.

52
Menuntut ilmu dari daerah kami, setelah selesainya tingkatan menghafal Al
Qur’an, menempuh tiga tingkatan bersama masyaikh berkaitan dengan
halaqah di masjid-masjid, yaitu:
1. Pemula
2. Menengah
3. Ahli

Dalam bidang tauhid, buku yang dipelajari adalah: Al-Ushul Ats-Tsalatsah


wa Qawaid Al-Arba’ah, kemudian Kasyfu Syubuhat, lalu Kitabut Tauhid
(keempat buku ini dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
53
rahimahullah), ini dalam tauhid al-ibadah.
Dalam bidang tauhid asma’ wa shifat adalah: Al-Aqidah Al-Washitiyah, Al-
Hamawiyah dan At-Tadmuriyah, ketiganya tulisan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, lalu Ath-Thahawiyah dan syarahnya.

Dalam bidang nahwu: Al-Jurumiyah, Mulhatul-I’rab oleh Al-Hariri,


Qatharatun Nada’ oleh Ibnu Hisyam, Alfiyah Ibn Malik dan syarahnya oleh
Ibnu Aqil.

51 Bentuk jamak dari kata syaikh


52 Yaitu Kerajaan Arab Saudi (M)

53 Mengesakan Allah dalam ibadah (M)


28
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Dalam bidang hadits adalah: Al-Arba’in oleh Imam An Nawawi, Umdatul


Ahkam oleh Al-Maqdisi, lalu Bulughul Maram oleh Ibnu Hajar, Al-Muntaqa
54
oleh Al-Majd Ibnu Taimiyah , lalu berlanjut pada enam kitab induk hadits
(Al-Bukhari, Muslim, An-Nasai, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
dan lainya. Dalam bidang mushthalah hadits: Nukhbatul Fikar oleh Ibnu
Hajar dan Alfiyatul Iraqi.
Dalam bidang fikih: Tata Cara Berjalan ke Mesjid oleh Muhammad bin
Abdul Wahab, Zadul Mustaqni’ oleh Al-Hijawi atau Umdatul Fiqh, Al-
Muqni’ untuk perbedaan pendapat dan Al-Mughni untuk perbedaan pendapat
tingkat tinggi, ketiganya tulisan Ibnu Qudamah (rahimahullah).

Dalam bidang ushul fikih: Al-Waraqat oleh Al-Juwaini dan Raudhatun Nazir
oleh Ibju Qudamah.
Dalam bidang faraidh: Ar-Rahabiyah beserta syarahnya dan Al-Fawaid Al-
Jaliyyah.
Dalam bidang tafsir: Tafsir Ibn Katsir.
Dalam bidang ushul tafsir: Al-Muqaddimah oleh Ibnu Taimiyah.
Dalam bidang sirah nabawiyah: Mukhtashar Sirah Rasul oleh Muhammad bin
Abdul Wahab (yang awalnya ditulis oleh Ibnu Hisyam), Zadul Ma’ad oleh
Ibnu Qayyim.
Sedangkan pada kosakata bahasa Arab, perhatian khusus diberikan kepada
syair arab seperti, Al Mu’allaqatus Sab’a, Qamus oleh Al Fayrus Abadi dan
lainnya, melalui tahap-tahap ilmu dalam berbagai bidang ilmu.
Para penuntut ilmu juga akan membaca kitab-kitab besar seperti kitab Tarikh
(sejarah) yang ditulis oleh Ibnu jarir dan Ibnu Katsir, mereka juga fokus
mengkaji buku-buku karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya

54 Kakek Ibnu Taimiyah (M)


29
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Ibnul Qayyim Al Jauziyyah rahimahumullah, juga buku dan fatwa para ulama
pemuka-pemuka dakwah di bidang aqidah.

Demikianlah waktu sangat padat dengan kegiatan menuntut ilmu dan kajian
ilmiah, kegiatan dimulai usai shalat subuh hingga siang hari, tidur siang
dilaksanakan menjelang sholat dzuhur, usai pelaksanaan shalat lima waktu
selalu diadakan kajian.

Para penuntut ilmu dan masyaikh mereka menjalani kegiatan dengan sikap
sopan santun, hormat, dan percaya diri dari guru dan murid dengan metode
para Salafus Sholeh rahimahumullah. Oleh karena itu, mereka berhasil dalam
belajar dan banyak di antara mereka yang menjadi tokoh besar, dan segala
puji bagi Allah Rabb semesta alam.
Bukankah sudah saatnya bagi kita untuk kembali kepada metode tradisional
dalam menuntut ilmu dengan mengkaji buku-buku yang dijadikan rujukan
dan menghapalkannya, bukan sekedar mengandalkan pemahaman, atau
mempelajari pamphlet yang telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga
kegiatan belajar murid menjadi sia-sia karena tidak memiliki hafalan maupun
pemahaman.
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.
55
Diriwayatkan bahwa Al Hafizh Utsman bin Khurrazh (wafat 282 H)
berkata: “Seorang ahli hadits membutuhkan lima hal, jika salah satunya tidak
ada maka itu merupakan kekurangan; dia membutuhkan kecerdasan yang
baik, agama, hafalan, keahlian dalam bidangnya disertai amanah yang
diketahui darinya,” Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan: “Amanah adalah
bagian dari agama sedangkan hafalan adalah bagian dari keahlian. Yang
dibutuhkan oleh seorang ahli hadits adalah sifat takut kepada Allah, cerdas,
ahli nahwu, ahli bahasa, banyak beramal kebajikan, pemalu dan bermanhaj
salaf, cukuplah ia menulis dua ratus jilid dengan tangannya dan menguasai

55 Gelar yang diberikan bagi orang yang banyak hafalan haditsnya (M)
30
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

hingga lima ratus jilid. Jangan sampai dia berhenti menuntut ilmu hingga
wafat dengan niatan ikhlas dan ketawadhu'an, jika tidak demikian tidak perlu
menyulitkan diri sendiri.”

17. Mengambil ilmu dari masyaikh

Pada prinsipnya menuntut ilmu itu harus dengan belajar kepada guru dan
langsung memperoleh darinya, dan dengan senantiasa menghabiskan waktu
bersama ulama dan mengambil ilmu dari mulut manusia dan bukan dari
tulisan atau buku. Tipe murid yang pertama (penuntut ilmu yang mengambil
dari guru) seperti mengambil ilmu dari keluarga. Adapun cara kedua yaitu
belajar dari buku yang merupakan benda mati. Bagaimana mungkin bernasab
kepadanya. Ada ungkapan yang mengatakan: “Barangsiapa yang memasuki
56
ilmu sendirian niscaya keluar darinya sendirian pula.” Maksudnya,
barangsiapa yang mempelajari ilmu tanpa guru maka dia selesai
mempelajarinya tanpa memperoleh ilmu, karena ilmu adalah ketrampilan,
dan setiap kterampilan membutuhkan ahli untuk mempelajarinya.

Hal ini menjadi kesepakatan para ulama, kecuali segelintir yang berpendapat
tidak membutuhkan guru dalam menuntut ilmu, seperti Ali bin Ridwan Al
Mishr Ath Thabib (wafat 453 H), para ulama di zamannya maupun sesudah
mereka telah membantah pendapatnya ini. Adz Dzahabi menulis dalam
biografinya berkata: “…dia tidak mempunyai guru, dia sibuk belajar dari
buku dan menulis sebuah buku tentang cara belajar dari buku secara
otodidak, menurutnya cara-cara ini lebih tepat daripada belajar dari guru akan
57
tetapi pendapatnya ini keliru.” As Safadi telah memberikan bantahan
panjang lebar terhadap pendapatnya ini sebagaimana disebutkan oleh Az-
Zubaidi dalam al-Ihya’, bersama sejumlah ulama yang kesemuanya

56 Al-Jawahir wad-Durar oleh As-Sakhawi, (1/57)


57 Siyar A’lam Nubala (18/105), lihat Syarah Al -Ihya’ (1/66), Bughyatul Wu’at (1/131,286), Syadzarat adz-dzahab (5/11) dan
Al-Ghunyah oleh Qadi Al -‘Iyadh hal. 16-17
31
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

mengedepankan sejumlah argument, di antaranya adalah Ibnu Batlan dalam


bantahannya: “…poin ke-6: di buku terdapat hal-hal yang menghambat
pemahaman ilmu, yang tidak terdapat pada guru yaitu kesalahan pelafalan
karena kemiripan huruf ketika tidak diucapkan, kesalahan karena mata
kurang konsentrasi, sedikitnya pengalaman i’rab (yaitu menerapkan aturan
dalam tata bahasa arab), kerusakan yang terdapat padanya, tulisan tangan
yang tidak terbaca atau pembacaan yang tidak tertulis, tidak mengetahui
madzhab penulis buku, kesalahan tulis, buruknya pengutipan, penyambungan
bacaan yang dilakukan oleh pembaca pada bagian yang seharusnya berhenti,
tercampurnya beberapa terminologi dari bidang ilmu yang berbeda,
penyebutan istilah-istilah tertentu dalam suatu bidang ilmu pada konteks
bidang ilmu yang lain, dan penggunaan terminologi Yunani yang mana
penulis tidak mengutipnya dari bahasa arab. Semua itu menghambat
bertambahnya ilmu, seorang pelajar bisa terbebas dari beban di atas apabila ia
membaca di hadapan seorang guru. Jika keadaannya seperti ini, maka
membaca buku di hadapan para ulama itu lebih bermanfaat daripada
membaca sendiri. Inilah yang hendak kami jelaskan…As Safadi berkata:
‘Oleh karena itu para ulama mengatakan: jangan menuntut ilmu dari seorang
yang bergantung pada tulisan, dan jangan mengambil Al Qur’an dari seorang
yang hanya membaca dari mushaf, maksudnya jangan menghafal Al Qur’an
dari seorang yang menghafalnya dari mushaf (tanpa pernah membaca di
58
hadapan syaikh), begitu pula ilmu hadits dan lainnya. ’
Bukti nyata tentang salahnya pendapat Ibnu Ridwan: anda akan membaca
ribuan biografi para tokoh sepanjang zaman dan dalam berbagai bidang, yang
banyak mencantumkan nama guru dan murid mereka. Beberapa ulama
memiliki banyak guru sedangkan yang lain sedikit. Merujuk lah pada contoh-
contoh ulama yang memiliki banyak guru, bahkan hingga ribuan,
sebagaimana disebutkan dalam Al-Uzzab dari Al-Isfar karya penulis sendiri.

58 Syarah Al-Ihya’ (1/66)


32
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Abu Hayyan Muhammad Yusuf Al-Andalusi (wafat 745 H) apabila


diceritakan kepadanya tentang Ibnu Malik, dia bertanya: “Dimana guru-
59
gurunya?” Walid berkata bahwa: “Al-Auza'i berkata: dahulu ilmu ini mulia,
para tokoh saling mengajarkan ilmu di antara mereka, tapi setelah dibukukan,
60
maka ia mulai dimiliki oleh orang-orang yang bukan ahlinya.” Riwayat
serupa juga dibawakan oleh Ibnul Mubarok dari Al-Auza’i.
61
Tidak diragukan lagi, belajar dari buku bahkan dengan ijazah mengandung
banyak kelemahan, terutama di masa itu karena belum ada titik dan harakat
pada huruf, pengucapan lafal bisa keliru sehingga mengubah makna. Hal
seperti ini tidak terjadi jika proses belajar langsung kepada guru . Begitu pula
meriwayatkan hadis dari hafalan juga bisa menimbulkan kesalahan,
berlawanan dengan meriwayatkannya dari sebuah kitab yang tertulis. Ibnu
Khaldun menulis sebuah pembahasan yang sangat bagus mengenai hal ini
62
sebagaimana disebut dalam Al-Muqaddimah.
Sebagian orang mengatakan (dalam syair):
“Siapa yang tidak mempelajari dasar ilmu langsung dari ucapan ulama maka
keyakinannya dalam permasalahan sulit hanya dugaan semata.”

59 Diambil dari intisari buku Al -Ghunyah oleh Qadi ‘Iyadh hal16-17


60 As-Siyar (7/114)
61 Yaitu izin dari ahli hadits untuk meriwayatkan hadits (M)

62 4/1245
33
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Abu Hayyan seringkali menyandingkan bait berikut:


“Banyak yang menyangka buku bisa memberikan petunjuk
kepada orang cerdas untuk menguasai ilmu,
namun orang bodoh itu tidak tahu bahwa di dalam
buku ada hal-hal rumit yang mengacaukan
akal dari orang cerdas.
Jika anda menginginkan ilmu tanpa guru yang mengajari
tentulah anda tersesat dari jalan yang lurus.
Banyak persoalan tampak kabur bagimu
sampai anda menjadi lebih sesat daripada Tuma Sang Bijak.”

34
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Pasal Ketiga

Adab Murid Kepada Guru

18. Menghormati Guru

Pada dasarnya ilmu tidak bisa dipelajari dari buku, akan tetapi harus dari guru
yang membimbingmu, menguasai kunci-kunci ilmu bersamanya, (untuk
mencegah dari kesalahan dan ketergelinciran). Oleh karena itu, anda harus
menjaga sikap hormat kepada guru, sungguh sikap hormat kepada guru
merupakan kunci kesuksesan keberhasilan dan taufik. Hendaklah anda
menghormati, memuliakan, menghargai dan bersikap ramah kepada guru.

Laksanakan semua adab sopan santun kepada guru ketika anda duduk
bersamanya, dan berbicara dengannya, hendaknya anda bertanya dengan baik
dan mendengarkan jawabannya dengan seksama. Sopan dalam membaca
buku dan membawa buku dihadapannya, jangan bersikap lancang dan
berdebat di hadapannya, jangan mendahuluinya berbicara atau berjalan,
jangan terlalu banyak berbicara di hadapannya, menyela pembicaraan dan
pelajarannya atau mendesaknya menjawab pertanyaan. Hindarilah banyak
bertanya terutama di hadapan khalayak ramai, sebab semua itu akan
membuatmu lupa dan gurumu bosan. Jangan memanggil gurumu dengan
menyebut namanya saja atau menyebut nama dan julukannya. Misalnya,
“wahai guru fulan!” Tetapi katakan “wahai guruku!” atau “wahai guru kami!”
Jangan menyebut namanya karena yang demikian itu lebih santun.

Jangan berbicara kepadanya dengan menggunakan kata ganti “kau”, atau


memanggilnya dari jauh kecuali dalam keadaan darurat.

35
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Perhatikan petunjuk yang disebutkan oleh Allah tentang adab kepada guru
yang mengajarkan kebaikan kepada kepada seluruh manusia yaitu Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬dalam Firman-Nya:
َْ َ‫لوسُرالَّ ءاَ ُع َد ا ُول‬
‫عجت َل‬ ِ x‫ ءاَ ُع َِدك ُْمكَنيَْب‬x‫كض َْعب‬
ِ ‫اضا َْعب ُْم‬
63
Jangan anda jadikan panggilanmu kepada rasul seperti
panggilan sebagian anda kepada sebagian lain…
(An Nur 24:63)

Demikian juga tidak sepatutnya anda memanggil Ayah kandungmu dengan


panggilan “wahai fulan!” atau “wahai ayahku fulan!” (dan menyebutkan
namanya) Begitu pula halnya tidak baik jika anda memanggil gurumu seperti
itu.

Berusahalah selalu menghormati majelis, menunjukkan rasa gembira


terhadap pelajaran dan mengambil manfaat darinya. Jika anda mengetahui
kesalahan atau kekhilafan guru jangan sampai hal itu menjatuhkan
kedudukannya di matamu, karena sikap itu akan menyebabkanmu terhalang
dari mendapatkan ilmunya. Siapakah orang yang terbebas dari kesalahan?
Hindari melakukan hal-hal yang mengesalkan guru dan apa yang disebut oleh
64 65
muwallidun sebagai “perang urat syaraf” yaitu menguji ilmu dan
kesabaran guru.
Jika anda memandang perlu pindah kepada guru lain, maka mintalah izin
kepadanya, itu lebih memelihara sikap hormat kepadanya dan lebih menjaga
hatinya agar tetap mencintai dan menyayangimu. Laksanakan berbagai adab
lain yang secara naluriah bisa diketahui oleh setiap orang yang mendapat
taufiq dan diberkati. Dalam rangka memenuhi hak gurumu sebagai “ayah
spiritual” atau yang sebagian istilahkan sebagai “penyesuaian budaya”,

63 Seperti memanggil namanya: “Muhammad” sebagaimana kebiasaan orang-orang badui (M)


64 Orang yang menyimpulkan istilah-istilah modern dari bahasa arab (M)

65 Mu’jam At-Tarakib oleh Ahmad Abu Sa’ad, hal. 283


36
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

sebutan “ayah spiritual” yang dilakukan oleh para ulama lebih tepat, dan
meninggalkan panggilan yang satunya lebih baik.

Ketahuilah bahwa keberhasilanmu bergantung pada kadar penjagaan rasa


hormatmu kepada guru, dan mengabaikannya, adalah tanda kegagalanmu.
Peringatan: Aku memohon agar Allah melindungimu dari perilaku orang-
66
orang Ajam, dan para pengikut tarekat sufi dan ahli bid’ah di masa ini,
yaitu sikap hormat yang menyimpang dari adab-adab terhadap masyaikh
seperti menjilat tangan, mencium pundak, memegang tangan kanan guru
dengan kedua tangan ketika bersalaman, seperti keadaan orang-orang dewasa
ketika menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak, membungkuk ketika
mengucapkan salam, menggunakan istilah-istilah yang merendahkan, seperti
“Wahai Tuanku, Maula” dan sebagainya yang biasa digunakan oleh para
pembantu dan budak. Perhatikan perkataan ulama Salafi Muhammad Al-
Basir Al-Ibrahimi Al-Jazairi (wafat 1380 H) dalam Al-Busa’ir, karena
sungguh buku tersebut luar biasa.

19. Wahai penuntut ilmu modalmu dari gurumu

Meneladani akhlak baik dan sifat mulianya, sedangkan kegiatan belajar dan
mengajar dan memperoleh ilmu adalah keuntungan tambahan. Tapi janganlah
kecintaanmu kepada guru itu menjerumuskanmu dalam keburukan sedangkan
anda tidak merasa. Padahal semua orang yang melihatmu mengetahui.
Jangan meniru suara, nada bicara, cara berjalan, gerakan dan penampilan
guru, karena dia tidak menjadi guru yang dihormati dengan melakukan semua
itu, jadi jangan merendahkan dirimu dengan menirunya dalam hal-hal seperti
itu.

66
Non Arab, lihat catatan kaki no. 43 dalam buku ini (M)
37
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

20. Semangat mengajar guru

Semangat mengajar guru tergantung sejauh mana kapasitas murid dalam


mendengarkan, kerangka berpikir, dan seberapa banyak murid terlibat secara
emosional dalam pelajarannya. Oleh karena itu, berhati-hatilah jangan sampai
anda menjadi sarana yang menghambat ilmunya dengan bermalas-malasan,
lelah, bersandar serta tidak atau kurang konsentrasi. Khatib Baghdadi
mengatakan: “Hak ilmu harus diberikan kepada yang bersemangat
mendapatkannya, dan tidak diberikan kecuali kepada orang yang
menginginkannya, jadi jika seorang muhaddits melihat kelesuan para
pendengar, hendaklah ia diam karena sebagian ‘Pujangga’ mengatakan:
semangat pembicara itu tergantung kepada kapasitas pendengar.” Kemudian
beliau membawakan riwayat dengan sanad dari Zaid bin Wahab ia berkata:
“Abdullah berkata: berbicaralah kepada orang-orang selama mereka
mengarahkan pandangan mata kepadamu, jika anda lihat kelesuan pada
67
mereka, berhentilah.”

21. Menulis ucapan guru saat bermajelis

Memahami bahwa hal ini berbeda antara satu guru dengan guru yang lain.
Dan hal ini memiliki adab dan syarat:
Adapun adatnya, anda harus memberitahu gurumu bahwa anda akan
menulis atau telah menulis ucapan yang telah anda dengarkan sebagai
bahan pelajaran.

Adapun syaratnya, hendaklah anda menunjukkan bahwa anda


68
menulisnya dari mendengarkan pelajarannya.

67 Al Jami (1/320)
68 Al Jami’ (2/36-38)
38
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

69
22. Belajar dari ahlul bid’ah

Berhati-hatilah terhadap bid’ah Abu Jahal yaitu orang yang telah dipengaruhi
oleh penyimpangan aqidah dan diliputi oleh awan khurafat yang menjadikan
hawa nafsu sebagai tuan dan menyebutnya sebagai akal dan meninggalkan
Al-Qur’an. Darimana lagi akal yang sebenarnya (ditemukan) selain dari Al-
Qur’an dan Sunnah?! Dia berpegang kepada riwayat dha’if dan menjauhi
riwayat shahih.

70
Para ahlul bid’ah kadang juga disebut dengan ahlus syubhat (orang-orang
yang meragukan) atau ahlul hawa (orang yang mengikuti hawa nafsunya
dalam beragama). Oleh karena itu Ibnul Mubarok menyebut para ahlul bid’ah
dengan sebutan Al Ashaghir (orang-orang kecil).

Imam Dzahabi mengatakan: “Jika anda melihat seorang ahli kalam yang juga
71
ahli bid’ah mengatakan: “Biarkan kami meninggalkan Al Qur’an dan
Sunnah, tetapi berikan kepada kami akal” maka ketahuilah sesungguhnya dia
itu Abu Jahl. Dan jika anda melihat orang-orang Sufi (yang mengklaim
setelah melakukan serangkaian amalan bid’ah akan menyatu dengan Allah)
mengatakan: “Biarkan kami meninggalkan dalil naqli maupun aqli, berikan
72
kepada kami perasaan dan gairah.” Maka ketahuilah bahwa dia itu iblis
yang telah menjelma sebagai manusia atau telah merasukinya. Jika anda takut
kepadanya, larilah darinya, jika tidak takut maka bantinglah dia, tindih
73 74
dadanya dengan lututmu, bacakan ayat kursi, kemudian cekiklah dia.

69 Berasal dari kata bid’ah. Mungkin definisi terbaik dari bid’ah adalah apa yang Imam Syathibi katakan dalam Al
I’tisham (1/37): “bid’ah menyusup ke dalam syariat dengan samar-samar menyerupainya, dan orang-orang melakukannya
dengan niat beribadah kepada Allah.” (M)
70 Al Jami’ (1/137)
71 Orang yang terjatuh dalam ilmu kalam, lihat catatan kaki no.23 pada buku ini (M)

72 Istilah ini digunakan kalangan sufi, perasaan yang dimaksudkan adalah bahwa mereka beribadah sesuai keinginan
mereka. Sedangkan gairah dimaksudkan adalah level atau tingkat mabuk kepayang (spiritual) yang mereka peroleh
dengan mengerjakan bid’ah tersebut. (M)
73 Ayat 255 dari surah Al -Baqarah, sesuai dengan riwayat Abu Hurairah dalam shahih bukhari tentang pengusiran
setan menggunakan ayat ini. (M)
74 As Siyar (4/472)
39
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Beliau juga mengatakan: “…saya pernah membaca tulisan Syaikh Al


Muwaffaq dia berkata: ‘Kami pernah belajar kepada Ibnu Abi Asrun bersama
saudaraku Abu Umar, lantas kami berhenti. Saya mendengar saudaraku
berkata: Saya sesudah itu pernah datang kepadanya, maka ia bertanya:
“Mengapa anda berhenti belajar dariku?” Aku menjawab: orang-orang
75
mengatakan bahwa anda seorang asy’ari, dia berkata: “Demi Allah saya
76
bukan Asy'ari.” Secara makna demikianlah kisahnya.”

Imam Malik berkata: “Hendaklah ilmu tidak dipelajari dari empat orang:
orang bodoh yang menunjukkan kebodohannya sekalipun dia manusia yang
paling banyak meriwayatkan hadits; pelaku bid’ah yang mengajak kepada
bid’ahnya; siapa yang berdusta ketika berbicara kepada orang lain sekalipun
aku tidak menuduhnya berbohong dalam menyampaikan hadits; dan orang
soleh ahli ibadah yang memiliki banyak keutamaan jika ia tidak menghafal
77
dengan tepat hadits yang disampaikannya.”

Wahai para penuntut ilmu jika anda memiliki keleluasaan dalam memilih,
78 79 80 81
jangan belajar dari ahlul bid’ah: rafidhi, khawarij, murji'ah, qodariyah,

75 Pengikut Abul Hasan Al -Asy’ari sebelum ia kembali kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal -Jamaah, sedangkan
aqidahnya sebelum kembali kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal -Jamaah adalah pentakwilan dan peniadaan sifat-sifat Allah
‫ﷻ‬

76 As-Siyar (21/129)

77 As-Siyar (8/61)

78 Nama ini disematkan kepada pengikut syi’ah oleh Aly bin Zaid (cucu Husain –cucu Nabi ‫)ﷺ‬. Sekte ini pertama kali
muncul di masa Aly bin Abi Thalib dari seorang yahudi dari Yaman bernama Abdullah bin Saba’ yang berpura -pura masuk islam
untuk menghancurkan Islam dari dalam. Salah satu kepercayaan mereka yang terkenal hingga hari ini adalah bahwa Al-
Qur’an telah diselewengkan oleh para sahabat dan mereka telah murtad. Mereka juga menghina Ummul Mukminin
Aisyah, Abu Bakr dan Umar. Mereka juga memalsukan hadits, bersikap berlebihan terhadap keluarga Nabi ‫ ﷺ‬sehingga
menyerupai sikap orang-orang Kristen terhadap Nabi Isa. (M)

79 Orang-orang Khawarij, yaitu sekte yang berkeyakinan bahwa pelaku dosa besar adalah kafir, dan menolak
pemerintahan pemimpin muslim berdasarkan keyakinan bahwa mereka telah murtad, maka pemerintahan mereka
menjadi tidak sa h sehingga kaum Khawarij memberontak dan menyebabkan pertumpahan darah dan kekacauan.
Kelompok ini pertama muncul di zaman Ali bin Abi Thalib. (M)

40
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

82
penyembah kuburan …dan sebagainya. Anda tidak akan mencapai tingkatan
manusia yang beilmu: benar di dalam aqidah, memiliki hubungan yang kuat
dengan Allah, berpandangan benar dan mengikuti atsar; kecuali dengan
menjauhi para pelaku bid’ah dan bid’ah mereka. Buku-buku tentang siroh dan
‘berpegang teguh pada sunnah’ sangat banyak dimana ahlus-Sunnah
berupaya penuh untuk mematikan bid’ah, serta memusuhi dan menjauhi
pelakunya, seperti orang sehat yang menjauhi orang yang berpenyakit kudis.
Mereka memiliki kisah-kisah dan kejadian-kejadian yang terlalu panjang
untuk diceritakan, namun saya dengan senang hati akan menyampaikan
tentang beberapa pokok tulisan mengenainya. Para ulama salaf
rahimahumullah mengharap pahala dari mengabaikan serta menolak ahlul
bid’ah beserta perbuatan bid’ah-nya. Mereka memperingatkan bahaya
bergaul, bermusyawarah dan makan bersama mereka, karena seorang
mubtadi (pelaku bid’ah) dan pengikut sunnah harus menjadi sangat jauh
sampai-sampai masing-masing tidak dapat saling melihat nyala api dari yang
lainnya.

Sebagian salaf tidak mau menyalatkan jenazah pelaku bid’ah dan akan
terlihat meninggalkan prosesi pemakaman. Syaikh Muhammad bin Ibrahim
pernah terlihat menyingkir dari shalat jenazah untuk seorang ahli bid’ah.

80 Seseorang yang berafiliasi pada murjiah, sekte yang berkeyakinan bahwa iman cukup dalam hati, tidak
bertambah maupun berkurang. Mereka pecah menjadi beberapa golongan lagi. (M)

81 Mereka adalah sekte sesat Qadariyah yang menolak rukun iman ke- enam, sebagian ulama berbeda pendapat
mengenai sekte ini berdasarkan keyakinan mereka, karena sebagian benar -benar menolak pilar ini (yang akan kita ketahui
ketika saya menyebutkan hadits Umar) dan beberapa ulama berpendapat bahwa sekte ini telah keluar da ri Islam tetapi
mereka telah punah. Akan tetapi sebagian dari mereka masih ada tetapi tidak dianggap murtad karena mereka tidak
menolak pilar ini tetapi mereka meyakini bahwa Allah tidak mentakdirkan keburukan dan ia seluruhnya karena perbuatan
seseorang. Dan terdapat banyak hadits shahih yang memperingatkan kita dari mereka. (M)

82 Seorang yang mengaku muslim tapi melakukan amalan yang bertentangan dengan klaim tersebut seperti
menyembah kuburan (penghuni kuburan dianggap memiliki kedekatan dengan Allah) meminta pertolongan dan harta
kepada mereka, berdoa kepada mereka, menjadikan mereka wasilah kepada Allah, bersumpah dan menyembelih kurban
untuk mereka,
dan bersumpah atas nama mereka. Perilaku ini dikategorikan sebagai syirik besar dan mengeluarkan seseor ang dari Islam.
41
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

83
Sebagian salaf juga melarang bermakmum shalat kepada mereka dan
menyampaikan bid’ah mereka karena takut melemahkan hati dan syubhat-
syubhat itu sangat ganas.
Sahal bin Abdullah berpendapat bahwa tidak dihalalkan bagi ahlul bid’ah
memakan bangkai meskipun dalam keadaan terpaksa, karena ia seorang yang melampaui batas, karena firman Allah:

ٍ َ َ ُْ َ
‫داَعلَو غاَب ريْغ رطضا نمف‬
ٍَ َ َّ َِ
84
…barangsiapa terpaksa tidak melampaui batas… (Al Baqarah 2:173)

83 Alasan beberapa salaf tidak menyalati ahli bid’ah atau shalat di belakang mereka bukan karena hal ini dilarang
seperti pemikiran beberapa orang, karena dalam prinsip aqidah Ahlu Sunnah Wal -jama’ah shalat di belakang mubtadi
diperbolehkan, juga menyalati jenazah mereka, sebagaimana yang disebutkan Imam Thahawi dalam bukunya Al -Aqidah
Ath-Thahawiyah: “Kami memperbolehkan shalat di belakag orang shalih ataupun pendosa” hal.26 dan di dalam shahih
Bukhari ia mengatakan: [bab imam (dalam shalat berjama’ah dari pendosa dan ahlul bid’ah] di dalamnya ia menyebutkan
beberapa riwayat dari kalangan salaf yang menunjukkan dibolehkannya; akan tetapi alasan kalangan salaf tidak
menyalatkan jenazah mereka adalah untuk menciutkan nyali mereka yang terpenga ruh oleh bid’ah agar tidak
melanjutkan amalan mereka, maka hal ini termasuk hajr (mengucilkan) ahli bid’ah dan masuk dalam kategori amar ma’ruf
nahi munkar.

Ibn Abi al-Izz menyebutkan dalam penjelasannya tentang aqidah ath-thahawiyah (hal 375): “…shalat pendosa dan ahlul
bidah itu sendiri adalah sah; jadi jika seseorang diimami salah satu dari mereka, shalatnya tidak menjadi tidak sah. Akan
tetapi mereka yang tidak menyukai shalat di belakang mereka adalah karena amar ma’ruf nahi munkar. Sehingga, mereka
yang banyak berbuat dosa dan berbuat bid’ah tidak pantas ditunjuk sebagai imam karena ia layak dikucilkan sampai ia
bertobat, jadi jika memungkinkan untuk mengucilkan mereka agar mereka bertobat, hal ini dianjurkan. Dan jika beberapa
orang meninggalkan shalat di belakang mereka dan shalat di belakang orang lain; akan memiliki pengaruh (positif) pada
mereka: mencegah dari kejahatan mereka hingga mereka bertobat, atau melepaskan mereka (dari kedudukan mereka)
atau mencegah orang-orang terjatuh ke dalam dosa; maka meninggalkan shalat di belakang mereka adalah lebih
menguntungkan bagi agama, tetapi dengan memastikan tidak ada shalat jumat atau shalat berjamaah ditinggalkan…”

Setelah membaca hal ini anda perhatikan bahwa Syaikh berkata: “… dan jika beberapa orang…” dan bukan siapapun, dan
di dalam pernyataan ini syaikh menyebutkan orang-orang yang memiliki status di dalam masyarakat; ulama dan tokoh,
dan hal ini tidak berlaku bagi orang biasa, karena jika ini dilakukan orang biasa tidak akan memberikan pengaruh y ang
diperlukan seperti disebutkan oleh syaikh.

Untuk memberikan klarifikasi lebih lanjut pada poin ini saya ingin mengingatkan para pembaca beberapa insiden serupa:
salah satunya ketika rasulullah tidak menyalatkan jenazah seseorang yang mati bunuh diri, seseorang yang meninggal dan
tidak membayar hutangnya, dan seseorang yang meninggal setelah mencuri dari harta rampasan perang; di antara banyak
contoh yang lain adalah kalangan salaf melakukan hal yang sama; dan mereka memiliki kedudukan tinggi di kalanga n
masyarakat. Asy-Syaukani mengomentari hadits tersebut: “Nabi menolak menyalatkan jenazah dengan maksud
menghalangi dari perbuatan mencuri dari harta rampasan perang, demikian juga beliau melakukan hal yang sama untuk
orang yang meninggal dalam keadaan ma sih berhutang.” Nayl al Authar (4/58). Untuk informasi lebih lanjut mengenai
masalah ini merujuklah pada Majmu al -Fatawaa (23/ 343-344,354,360-361,368),(3/286), Mawqif Ahlus Sunnah Wal
Jamaah min ahlil ahwa’I wal bid’ah (1/367-368) oleh syaikh Ibrahim Ruhaili (hafidzohullah).

42
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Sedangkan ahlul bid’ah adalah orang yang melampaui batas disebabkan


85
bid’ahnya.
Mereka juga mengusir ahli bid’ah dari majelis-majelis mereka, sebagaimana
dalam kisah Imam Malik yang mengusir orang yang bertanya kepada beliau
tentang bagaimana cara bersemayamnya Allah di atas arsy. Dalam kisah
tersebut terdapat jawaban beliau yang termasyhur: “…aku mencurigaimu
terlibat dalam bid’ah,” kemudian orang itu dikeluarkan dari majelis atas
86
perintah beliau.

Sangat banyak berita tentang para salaf yang berpaling dan meninggalkan
para ahlul bid’ah dalam rangka berhati-hati juga mencegah penyebaran bid’ah
mereka, menghancurkan mental mereka sehingga mereka melemah dalam
upaya menyebarluaskan bid’ah, karena terlibatnya ahlu Sunnah dengan
seorang ahlul bid’ah menjadi persaksian atas kredibilitas mereka bagi para
pemula dan orang awam. Kata awam (‘ammi) diambil dari kata buta (‘ama),
orang awam pada umumnya perlu dituntun oleh orang lain.

84 Di awal ayat ini Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya)…” Ulama tafsir berbicara panjang lebar tentang ayat ini dan memberikan penjelasan berbeda -beda
tentang ayat ini, dan ini adalah salah satu penjelasan yang diberikan ulama tafsir. Akan tetapi penjelasan yang tepat dari
ayat ini adalah yang dipilih olehIbn Jarir Ath-Thabari dimana ia berkata: setelah menyebutkan penjelasan yang lain: “… dan
yang menjadi pilihan pertama dari tafsir-tafsir ayat ini adalah pendapat mereka yang mengatakan ‘…tetapi jika seseorang
terdesak kebutuhan tanpa keinginan dari dirirnya dalam memakan apa yang telah diharamkan, atau melampaui batas…’
ketika memakan daging…” (2/88), yaitu ia tidak memakan apa yang diharamkan karena hawa nafsunya, dan ia tidak
melampaui batas agama dalam memakan sejumhal kebutuhan untuk bertahan hidup. (M)

85 Lihat Majmu’ Al Fatawwa (28/218)

86 Syaikh tidak menyebutkan kisah ini karena sudah masyhur di kalangan penuntut ilmu, tetapi tidak ada salahnya
disebutkan secara lengkap bagi mereka yang belum mengetahuinya: diriwayatkan bahwa Yahya ibn Yahya telah berk ata:
“ketika kami duduk di majelis Malik ibn Anas seorang pria datang dan berkata: “Ya Abu Abdillah ‘(Yaitu) Tuhan Yang Maha
Pemurah. Yang beristiwaa’ (bersemayam) di atas 'Arsy’ [Thaha:5]. Bagaimana Istiwaa’nya Allah itu?” beliau menunduk
dan berkeringat (karena peliknya pertanyaan itu), kemudian beliau menjawab: “Istiwaa’ itu telah diketahui (maknanya),
kaifiyah-nya tidak diketahui (majhuul), beriman kepadanya adalah wajib, dan menanyakan tentangnya adalah bid’ah dan
aku mencurigai engkau seorang mubtadi’ dan beliau memerintahkan agar orang itu diusir” Diriwayatkan oleh Imam Said
ad-Darimi dalam bukunya ar-Radd ‘alal jahmiyyah, hal.56 dan al -Lalaka’I dalam bukunya as -Syarh Usul I’tiqad
Ahlus Sunnah wal -Jama’ah, (3/441), dan al -Baihaqi di dalam al -Asma’ was-sifat (2/305-306) dan Adh-Dhahabi
menyebutkan di dalam al-Ulu’ (lihat mukhtasar al-Ulu’oleh al-Albani hal 141-142) dan dishahihkan olehnya, dan ibn Hajar
dalam Fathul Bari (13/406-407). (M)
43
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Kejadian-kejadian serupa juga dapat ditemukan dalam buku-buku yang


ditulis tentang: ilmu hadits, adab-adab menuntut ilmu dan hukum-hukum jarh
87
wa ta'dil pencantuman berbagai berita mengenai hal ini.
Wahai penuntut ilmu jadilah seorang salafy sejati, berhati-hatilah terhadap
ahlul bid’ah karena mereka menggunakan banyak jalan untuk memancing dan
menipu, berupaya memuluskan jalan tersebut dengan kata-kata manis yang
88
hakikatnya adalah madu yang dibalik, cucuran air mata, keindahan busana,
bujuk rayu dengan cerita rekaan, menciptakan kekaguman dengan ‘keajaiban-
keajaiban’, menjilat tangan dan mencium pundak.
Padahal tidak ada di baliknya selain menyebarkan bid’ah, menyalakan fitnah,
menanamkannya di hatimu dan memasukkan ke dalam perangkapnya. Demi
Allah, orang buta (hatinya) tidak layak memimpin dan membimbing orang-
orang buta lainnya. Adapun belajar dari ulama sunnah maka ibarat madu, jilat
lah tanpa perlu bertanya (tidak khawatir dalam mengambil ilmu dari mereka).

Semoga Allah memberikan taufik kepadamu untuk mengikuti kebenaran,


agar anda mereguk warisan nubuwwah yang jernih, jika tidak biarlah orang
yang menangis menangisi agamanya.

Apa yang saya sebutkan diatas adalah dalam kondisi lapang dan memiliki
pilihan. Adapun jika anda belajar di sekolah formal yang tidak bisa memilih
(darimana anda mengambil ilmu), maka berhati-hatilah terhadapnya sambil
berdoa memohon perlindungan dari kejahatannya, dengan kewaspadaan
terhadap pemikiran sesat yang disusupkannya, sebagaimana dikatakan dalam
pepatah: “panenlah buahnya dan bakarlah kayunya.” Jangan lelah dalam
menuntut ilmu, karena saya khawatir ini seperti melarikan diri dari medan

87 Di antaranya: Al-Jami oleh Al-Khathib [bab tentang memilih guru jika karakteristik mereka berbeda], dan di dalam
buku
Manahijul Ulama fil Amri bil Ma’rufi wan-Nahyi anil-Munkar oleh As Samura’I (hal 215-255) (yang merupakan buku
penting) dan juga at-Tahawwul al-Madzhabi diambil dari al -Isfar oleh penulis sendiri [dimana ia menyebutkan pengaruh
buruk berkumpul dengan mereka].

88 Madu dalam bahasa arab adalah ‘asal dan ketika dibaca terbalik menjadi lasa yang berarti racun, jadi yang
dimaksudkan
syaikh adalah ucapan para mubtadi dipermanis madu, akan tetapi sebenarnya bukan madu tetapi racun. (M)
44
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

pertempuran. Kewajibanmu hanyalah mengetahui keadaannya secara jelas,


berlindung dari kejahatannya dan mengungkap rahasianya. Satu contoh
adalah ketika Abu Abdirrahman Al Muqri meriwayatkan hadis dari seorang
murjiah, maka dia ditanya: “Mengapa anda meriwayatkan hadits dari seorang
murji'ah? dia menjawab: “Aku tukarkan kepada anda daging untuk
89
tulangnya.” Al Muqri meriwayatkan hadits tanpa menipu karena dia
90
menjelaskan: “…dan ia seorang murji'ah.””
Apa yang saya telah tuliskan untukmu disini merupakan bagian dari prinsip
aqidah ahlussunnah waljamaah. Sebagian kaidah tersebut terdapat dalam Al
91
Aqidah As Salafiah tulisan Syaikhul Islam Utsman Ismail bin Abdirrahman
Ash Shobuni, beliau berkata: “mereka membenci ahlul bid’ah; mereka
menciptakan ajaran-ajaran baru dalam agama, padahal bukan merupakan
bagian darinya; tidak mencintai, bersahabat, mendengarkan ucapan, tidak
menjadikan teman dalam majelis atau tidak berdebat dan berdiskusi dengan
mereka dalam masalah agama, menjaga telinga agar tidak mendengar
kebatilan mereka, yang apabila terdengar di telinga atau masuk ke dalam hati
akan membahayakan diri, mendatangkan berbagai bisikan dan fikiran rusak
kepadanya, mengenai hal ini Allah menurunkan firmannya:
َ َْ‫نوض ُو َُخي نيَ َِّذالتَي‬
‫أر اَذِإ َو ِه ِريَْغ ثيٍ ِد َح‬ ِ ‫عأَف اَنتاَِيآ‬
َ ‫يف‬
َ
ِ ْ‫يف اوض ُو َُخي ىَّٰتح ْم ْهُنَع ضْ ر‬
ِ

Apabila anda melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat kami


maka Tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan
pembicaraan yang lain.

89 Al Jami’ oleh Al Khatib (1/224)

90 Catatan: terdapat perbedaan tipis dalam menuntut ilmu secara umum dengan hadits secara khusus. Untuk
penjelasan lebih lanjut lihat Mawaqif Ahlis Sunnah wal Jama’ah min Ahlil Ahwa’ wal Bid’ah (1/136-368) oleh Syaikh
Ibrahim Ar-Ruhayli (2/685). (M)

91 Nama asli dari buku ini adalah Aqidah As -Salaf wa Ashab Al-Hadits
45
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

(Al An’am 6:68)


Diriwayatkan dari Sulaiman bin Yasar bahwa ada seseorang yang bernama
Subaigh datang ke Madinah dan bertanya tentang banyak persoalan
mutasyabih dalam Al Qur’an. Umar mengirim utusan untuk memanggilnya
sedangkan ia telah menyiapkan beberapa pelepah kurma. Umar bertanya:
“Siapakah anda?” dia menjawab: “Aku Subaigh, hamba Allah.” Umar pun
mengambil salah satu dari pelepah-pelepah itu lantas memukul Subaigh
hingga kepalanya berdarah, kemudian Umar membiarkannya sampai sembuh.
Umar manggilnya lagi, lalu melakukan hal serupa lagi. Kemudian Umar
membiarkannya sampai sembuh kemudian kembali memanggilnya untuk
mengulang perlakuannya, kali ini sambil berkata: “Jika anda ingin
membunuhku bunuhlah aku dengan cara yang baik.” Umar pun
mengizinkannya untuk kembali ke negeri asalnya. Umar menulis surat
kepada Abu Musa Al Asy'ari di Yaman: “Jangan ada seorang muslim yang
menjadikannya teman,” diriwayatkan oleh As Darimi.

Juga dikatakan bahwa dia dituduh memiliki pemikiran khawarij. Imam


Nawawi berkata dalam kitab Al Adzkar: “Bab berlepas diri dari Ahlul bid’ah
dan ahli maksiat” kemudian beliau menyebutkan hadits Abu Musa bahwa
Rasulullah ‫ ﷺ‬berlepas diri dari wanita yang menjerit-jerit, wanita yang
menggundul rambut dan wanita yang merobek-robek kerah baju ketika
92
meratapi mayit. ” (muttafaqun alaih). Juga diriwayatkan dari Ibnu Umar
93
bahwa beliau berlepas diri dari kaum qadariyah, diriwayatkan oleh Muslim.

92 Seperti saat meninggalnya seseorang yang dicintai

93 Majmu al-Fatawa Syaikh al-Islam Ibn Taimiyyah (2/132, 5/119, 14/459-460,36/218). [Syaikh tidak menyebutkan
kisah Ibn Umar ketika beliau ditanya tentang Qadariyyah; dan ini adalah hadits pertama dalam Shahih Muslim yang beliau
riwayatkan, bahwa Yahya ibn Ya'mur berkata: Orang pertama yang menolak Qadar di Basra adalah Ma'bad al -Juhani. Aku
telah keluar berhaji atau berumrah bersama Humayd ibn Abdir-Rahman al-Himyari, maka kami berkata kepada satu sama
lain: Seandainya kita dapat bertemu salah satu sahabat nabi sehingga kita dapat bertanya padanya apa yang telah
dibicarakan tentang taqdir, maka kami diberkahi dengan Abdullah ibn Umar ibn Al -Khattab yang sedang memasuki masjid,
kami berjalan mengapitnya, dan aku menduga sahabatku akan membiarkan aku yang berbicara, maka aku berkata: "Wahai
ayah Abdur-Rahman! Sekelompok orang telah muncul di tanah kami; mereka membaca Quran dan mencari
pemahaman ilmu yang mendalam -dan ia menyebutkan beberapa karakteristik mereka - "dan bahwa mereka berkata
46
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Persoalan hajrul mubtadi’ atau pengucilan pelaku bid’ah didasarkan pada


pertimbangan terhadap faktor maslahat serta pencegahan dan pengurangan
kejahatan, dan dibolehkannya meninggalkan mubtadi didasarkan atas prinsip
ini sebagaimana telah dituliskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di
94
beberapa tempat.
Para ahlul bid’ah itu hanya bisa berkembang dan menang apabila anda
berkurang dan kebodohan merajalela. Mengenai mereka Syaikhul Islam Islam
Ibnu Taimiyah mengatakan: “Golongan sesat ini bisa berkembang apabila
kebodohan dan orang-orang bodoh semakin banyak, sementara itu tidak ada
di antara orang-orang yang memiliki ilmu tentang ajaran Nabi ‫ﷺ‬, yang
menampakkan cahayanya, yang menghapuskan gelapnya kesesatan dan
menghilangkan kebohongan, kesyirikan, penyimpangan yang bertentangan
dengannya, jika anda semakin kokoh dengan ilmu, maka lawanlah ahlul
bid’ah dan bid’ahnya dengan argumentasi penjelasan yang fasih, dan semoga
kedamaian atasmu.

bahwa tidak ada takdir dan segala sesuatu dimulai lagi". Ia berkata: "Jika engkau bertemu dengan orang-orang ini, katakan
pada mereka bahwa aku berlepas diri dari mereka dan mereka berlepas diri dariku, dan demi Yang Abdullah ibn Umar
bersumpah dengan-Nya, jika salah satu dari mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud, Allah tidak akan menerima
darinya sampai ia mengimani qadar..." beliau kemudian meriwayatkan dari ayahnya hadits Jibril yang telah masyhur .
94 Majmu al-Fatawa Syaikh al-Islam ibn Taimiyyah, (28/213, 216-218)
47
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

48
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Pasal Keempat

Adab Bersahabat

23. Berhati-hatilah terhadap sahabat yang buruk

95
Seperti halnya faktor genetika itu tersembunyi, maka begitu pula
96
karakteristik yang buruk, sebab karakter manusia itu mudah ditularkan dan
kesan pertama lah yang mencuri hati, dan manusia ibarat kawanan burung
tercipta dengan sifat pembawaan saling meniru. Oleh karena itu, berhati-
hatilah dalam bergaul dengan sahabat yang buruk, karena dia merupakan
kebinasaan. Dan mencegah itu lebih mudah daripada mengobati.

Maka dari itu, pilihlah sebagai sahabat orang yang akan membantumu
mencapai tujuan, mendekatkanmu kepada Allah, bersepakat denganmu dalam
97
tujuan yang mulia. Klasifikasikan sahabat dengan kriteria yang ketat:
1. Sahabat karena kemanfaatan
2. Sahabat karena kesenangan
3. Sahabat karena akhlak mulia

95 Terdapat hadits palsu tentangnya, lihat Al -‘Illah Al-Mutanahiyah, (2/123,127) dan Syarah Al -Ihya’ (5/348)
96 Syarah Al-Ihya’ (1/74)

97 Muhadharat Islamiyah oleh Muhammad Al Khidr Husayn (page 125 -136)


49
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Sahabat dalam dua kategori pertama akan berhenti persahabatannya bila


faktor penyebabnya hilang. Pada kategori pertama adalah kemanfaatan,
sedangkan pada kategori kedua adalah kesenangan.

Adapun sahabat pada kategori ketiga itulah yang benar-benar bisa


diandalkan, yaitu yang motif persahabatannya adalah kepercayaan yang
mutual dalam membangun kebaikan untuk masing-masing pihak.

Akhlak mulia adalah mata uang langka yang sulit diperoleh. Salah satu
ucapan Hisyam bin Abdul Malik (wafat 125H) yang sangat berharga adalah:
“tidak ada sedikitpun kelezatan dunia yang masih tersisa kecuali seorang
saudara yang aku tidak memperhitungkan biaya untuk saling memperhatikan
98
antara aku dan dia.”
Salah satu ucapan indah yang ditulis adalah: “Uzlah itu jika tanpa huruf ain
maksudnya ilmu akan bermakna kesalahan dan jika tanpa huruf za yakni
99
zuhud akan menjadi ila’ yaitu penyakit.”

98 Tabaqaat an-Nasabeen, hal.31

99 Al-Uzlah oleh al-Khattabi. [Yang ditekankan oleh Syaikh adalah pentingnya teman yang baik, tetapi jika mustahil
untuk menemukannya -seperti dalam situasi hari ini - maka dalam hal ini harus mengisolasi diri dari terlalu banyak
berkumpul dengan manusia, tetapi mengingat bahwa 2 syarat dari isolasi ini: syarat pertama adalah ilmu; karena isolasi
hanya bermanfaat bagi orang yang berilmu; Abu Sulaiman al -Khattabi berkata: "Menyendiri hanya bermanfaat bagi orang
yang bijaksana dan para ulama, dan sangat berbahaya bagi orang awam,' al -Uzlah oleh al-Khattabi, (hal.226). syarat kedua
adalah zuud, dan tanpa keduanya menyendiri berubah dari sesuatu yang bermanfaat menjadi sesuatu yang berbahaya

50
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Pasal Kelima

Adab-adab Dalam Kehidupan Ilmiah

24. Memiliki motivasi tinggi dalam menuntut ilmu

Motivasi tinggi merupakan salah satu karakter Islam, dasar dari aspirasi
negatif atau positif pada kepribadianmu, dan yang mengendalikan
perilakumu. Motivasi tinggi akan mendatangkan kebaikan dari Allah yang tak
terbatas; sehingga anda bisa menapaki tangga-tangga kesempurnaan,
semangat pantang menyerah akan mengalir di dalam pembuluh darahmu, dan
anda akan berlari di medan ilmu dan amal (dari ilmu yang telah anda pelajari)
sehingga orang-orang tidak melihatmu berdiri kecuali pada pintu-pintu
kemuliaan atau mengulurkan tangan kecuali untuk urusan-urusan yang
penting. Berhias dengan motivasi tinggi akan membuang semua angan-angan
dan perbuatan rendah dari dirimu serta mencabut pohon kehinaan dan
kompromi (dalam masalah agama), sehingga orang yang memiliki motivasi
tinggi teguh hati dan tidak gentar menghadapi berbagai situasi. Sedangkan
orang yang tidak memiliki motivasi itu pengecut dan mulutnya dibungkam
oleh kegagapan.
51
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Jangan keliru, motivasi tinggi itu tidak sama dengan kesombongan, keduanya
memiliki perbedaan sejauh jarak antara langit yang menurunkan hujan dan
bumi dengan tumbuhan. Motivasi tinggi adalah perhiasan para pewaris nabi
‫ ﷺ‬sedangkan kesombongan adalah penyakit para tirani yang celaka.

Wahai penuntut ilmu! Ukirlah motivasi tinggi untuk dirimu, jangan


membiarkannya lepas darimu. Syariat telah menunjukkan di dalamnya
masalah (agama) yang berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari
sehingga anda selalu siaga dalam memanfaatkannya. Contohnya,
diperbolehkannya mukallaf untuk bertayamum ketika tidak ditemukan air dan
tidak memaksanya untuk membeli air untuk wudhu, dan di dalamnya adalah
berkah yang tentunya diperoleh dari motivasi tinggi dan atas dasar ini buatlah
perbandingan, wallahu a'lam.

25. Semangat membara dalam menuntut ilmu

Setelah anda memahami pernyataan yang dinisbatkan kepada sang khalifah


Rasyid Ali bin Abi Thalib: “Nilai seseorang adalah dari keahliannya,” seperti
dikatakan bahwa tidak ada kalimat yang lebih meletupkan hasrat menuntut
ilmu daripada kalimat ini; maka waspadalah terhadap kesalahan orang yang
mengatakan: “para pendahulu tidak mewariskan apapun untuk orang yang
datang setelahnya.” yang benar adalah: “telah banyak yang diwariskan oleh
para pendahulu untuk orang-orang yang setelahnya. Oleh karena itu banyak
menimba warisan Nabi ‫ﷺ‬, kerahkan tenaga untuk mencari, meraih dan
mengkaji (masalah ilmu), dan berapapun banyaknya ilmu yang telah anda
capai, ingatlah “telah banyak yang ditinggalkan oleh para pendahulu untuk
orang yang datang setelahnya.”

Dalam biografi Ahmad bin Abdul Jalil dalam Tarikh Baghdad karya Khatib
Baghdadi disebutkan salah satu qasidahnya:

52
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Orang mulia tidaklah serupa dengan orang hina


Begitupun orang cerdas tidak serupa dengan orang
dungu Nilai seseorang adalah semua keahliannya
Itulah keputusan Imam Ali

26. Melakukan perjalanan menuntut ilmu

“Siapa yang tidak banyak melakukan perjalanan tidak akan layak menjadi
tujuan perjalanan.”
Siapa yang tidak melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu mencari guru
dan belajar dari mereka, mustahil akan menjadi seorang yang pantas untuk
didatangi. Karena para ulama (yang menghabiskan waktu panjang untuk
belajar, mengajar dan menyampaikan ilmu) memiliki banyak tulisan (yang
diperoleh dari penelitian), ketelitian, poin-poin ilmiah dan pengalaman-
pengalaman yang semua itu atau yang serupa dengannya jarang didapati di
dalam lembaran-lembaran buku.

Waspadalah terhadap kemalasan dalam melakukan perjalanan menuntut ilmu


100
ini gara-gara meniru sikap para sufi yang mengutamakan ilmu “khiraq”
daripada ilmu waraq. Seseorang dari mereka pernah ditanya: “Mengapa anda
tidak melakukan perjalanan untuk mendengarkan ilmu dari Abdul Razak?”
dia menjawab: “Untuk apa mendengarkan dari Abdul Razak ketika saya
dapat mendengar langsung dari Sang Pencipta?”!
Sufi yang lain mengatakan (dalam puisi):
“Jika mereka mengajakku berbicara dengan ilmu waraq
Akan kukalahkan mereka dengan ilmu khiraq.”

100 Kalimat ini dalam terminologi kalangan sufi berarti ilmu batin yang mereka klaim diperoleh dari wahyu. (M)
53
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Hati-hatilah terhadap mereka, karena mereka itu tidak memberikan


kemenangan bagi Islam, tidak pula memerangi kekufuran. Sebaliknya, di
antara mereka terdapat orang yang menjadi beban dan bencana bagi Islam.

54
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

101
27. Menjaga ilmu dengan tulisan

Bersungguh-sungguhlah dalam menjaga ilmu dalam bentuk tulisan, karena


mengikat ilmu dengan tulisan akan menghindarkan dari kehilangan dan
memperpendek waktu pencarian ketika membutuhkan, terutama persoalan-
persoalan ilmu yang tidak terduga letaknya. Salah satu manfaat paling besar
adalah ketika usia semakin tua dan menjadi lemah, ketika itu anda memiliki
materi yang bisa menjadi bahan untuk menulis tanpa kesulitan mencari dan
menelitinya.
Karena itu buatlah koleksi catatan untuk menulis berbagai informasi ilmiah,
hal-hal unik dan pembahasan yang berserakan di berbagai tempat yang tidak
terduga. Jika anda memiliki sampul untuk menulis kandungan catatan
tersebut, maka ini hal yang baik. Kemudian pindahkanlah koleksi yang
terhimpun padamu itu pada catatan lain yang diterbitkan berdasarkan tema-
tema, diberi tulisan tentang tema utama yang dibahas, dengan mencantumkan
judul buku, nomor halaman, dan jilid, kemudian tulislah pada catatanmu itu
“telah dinukil” supaya tidak bercampur dengan catatan yang “belum dinukil.”
Demikian juga sebaiknya anda menulis telah sampai pada halaman sekian
terkait dengan buku yang telah anda baca, sehingga tidak ada bagian yang
terlewatkan. Para ulama memiliki beberapa tulisan mengenai hal ini
diantaranya: Bada’i’ul Fawaid oleh Ibnu Qayyim, Khabayaz Zawaya oleh
Zarkasyi, Al Ighfal dan Baqaya Al Khabaya dan lainnya.
102
Oleh karena itu ikatlah ilmu dengan tulisan terutama informasi-informasi
menarik dan hal-hal tersembunyi di dalam tempat-tempat yang tak terduga,
serta mutiara-mutiara berserakan yang anda lihat atau anda dengar sedangkan
anda khawatir terlewatkan, demikian seterusnya. Juga karena kemampuan
menghafal anda akan melemah dan kelupaan pasti terjadi. Asy Sya’bi

101 Al-jami’ oleh Al-Khathib (2/16, 183-185)


102 Ada juga hadits dalam hal ini yang shahih sampai kepada rasulullah ‫ﷺ‬, lihat As-Silsilah Ash-Shahihah (no. 2026)
55
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

berkata: “Jika anda mendengar sesuatu, tulislah meski di dinding,”


diriwayatkan oleh Khaitsamah.

Jika telah terhimpun tulisan padamu sesuai kehendak Allah maka susunlah
dalam buku catatan atau himpunan tema, hal itu akan membantumu
menemukannya dalam waktu singkat yang bisa jadi para ulama besar yang
kuat hafalannya pun tidak mengetahuinya.

28. Menjaga ilmu dengan perhatian yang sungguh-sungguh

Berusahalah semaksimal mungkin untuk menjaga ilmu dengan menerapkan


dan mengikutinya. Al Khatib mengatakan: “Wajib bagi para penuntut ilmu
untuk memurnikan niatnya dalam menuntut ilmu, dan hendaklah tujuannya
hanya untuk meraih ridha Allah semata. Ia harus berhati-hati jangan sampai
menjadikan ilmu sebagai jalan untuk meraih berbagai ambisi dan cara untuk
memperoleh kompensasi dunia, karena telah ditetapkan hukuman bagi siapa
yang mencari semua itu dengan ilmunya.

Hendaknya dia menjauhi sikap berbangga dengan ilmu, jangan pula


tujuannya mencari hadits adalah memperoleh jabatan pemimpin, memperoleh
banyak pengikut, dan menyelenggarakan berbagai majelis (dimana hadits
dibacakan di dalamnya), karena ini adalah penyakit yang para ulama banyak
terjatuh di dalamnya. Hendaklah penjagaan hadits yang dilakukannya adalah
dengan cara memperhatikan bukan hanya dengan meriwayatkan, karena
orang-orang yang meriwayatkan ilmu banyak, tetapi yang menjaganya
(dengan mengamalkannya) sedikit. Betapa banyak orang yang hadir (secara
fisik tetapi tidak secara mental) sama dengan orang yang tidak hadir, dan
orang berilmu yang sama dengan orang yang bodoh, dan penghafal hadits
yang tidak mendapat manfaat darinya sama sekali karena penolakannya
terhadap hukum-hukum di dalamnya, seperti orang yang sama sekali tidak
mengetahuinya dan menolak mempelajarinya.

56
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Penuntut ilmu hadits seyogyanya memiliki ciri khas yang membedakannya


dari kebanyakan orang awam, dalam banyak persoalan dengan menjalankan
atsar semaksimal mungkin, dan menerapkan Sunnah pada dirinya. Allah
berfirman:
‫ةنسح ةوسأ هللا لوسر يف مكل ناك دقل‬

Sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan bagimu


(Al Ahzab 33:21)

29. Mengulang-ulang hafalan

Ulang-ulang lah ilmumu dari waktu ke waktu, karena kurangnya mengulang


adalah tanda hilangnya ilmu, pada situasi apapun. Diriwayatkan dari Ibnu
Umar bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Perumpamaan penghafal Al Qur’an itu
ibarat pemilik unta yang yang terikat. Jika ia terus menjaganya maka akan
bisa menahannya tetapi jika melepasnya maka unta itu akan lari.” Hadits
riwayat Al Bukhari dan Muslim dan Malik dalam Al Muwatho'.
Al Hafiz Ibnu Abdil Barr berkata: “Hadis ini adalah dalil bahwa barangsiapa
yang tidak mengulang-ulang ilmunya maka ilmunya itu akan hilang siapapun
dia, karena ilmu mereka di masa itu adalah Al Qur’an, tidak ada yang lain.
Apabila Al-Qur’an yang dijadikan mudah untuk dihafal saja akan hilang bila
tidak diulang-ulang maka bagaimana kiranya ilmu-ilmu yang lain. Sebaik-
baik ilmu adalah yang disempurnakan kaidah-kaidahnya, dihafal cabangnya,
dan yang mendekatkan kepada Allah dan membimbing kepada keridhaan-
Nya.” Dikatakan oleh beberapa ulama: setiap kemuliaan yang tidak
103
ditekankan dengan ilmu, maka kehinaan akan menjadi takdirnya

103 Syarah Al-Ihya’ (1/93)


57
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

30. Memperdalam pemahaman dengan menyimpulkan masalah-


masalah fiqh dengan menerapkan kaidah-kaidah (dari syariah)

Dibalik ilmu agama ada proses memahami, dan yang mempelajarinya adalah
orang yang mengikat hukum-hukum dengan konsep yang dibangun dari
syari’ah. Ibnu Mas'ud meriwayatkan bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Semoga
Allah mencerahkan wajah seseorang yang mendengar dari kami sebuah
hadits, lalu menghafalnya, hingga dia, maka bisa jadi dia membawa fikih
(meriwayatkan hadits) kepada orang yang lebih faqih (paham) darinya. Dan
bisa jadi seorang pembawa fiqh (perawi hadits) tidak paham (terhadap
104
haditsyang diriwayatkannya.” Ibnu Khair berkata menjelaskan makna
hadits ini: “…hadits ini mengandung penjelasan bahwa fikih adalah upaya
menyimpulkan dan memahami makna (teks), dan secara implisit menjelaskan
tentang kewajiban mempelajari fiqh, mengkaji makna makna hadits dan
105
menyimpulkan rahasia yang tersimpan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu Qayyim Al Jauziyyah
rahimahumullah telah memberikan pengaruh yang besar dalam hal ini.
Barang siapa membaca buku-buku kedua imam ini niscaya akan
menuntunnya di atas jalan lurus dalam pembelajaran.
Salah satu perkataan indah Ibnu Taimiyah dalam sebuah halaqah: “Dahulu
kami berada di sebuah majelis untuk mendalami agama dan mengkaji hukum-
hukum syariat; dengan memahami secara mendalam gambarannya,
ketetapannya dasar-dasarnya dan perinciannya; maka topik pembicaraan kami
berganti menjadi…dan beliau menyebutkan suatu masalah… maka saya
mengatakan: “La haula wala quwwata illa billah, kesimpulan masalah ini
berdasarkan satu kaidah dan dua pasal…”

104 Diriwayatkan oleh Ahmad (4/157), At-Tirmidzi (10/24), Ibnu Majah (1/85) dengan sanad bersambung dan
mutawatir
105 Fihris Ibnu Al-Khair hal. 9
58
bais.islamiconlineuniversity.com
Etiquette of Seeking Knowledge 101 Islamic Online University.com ©

Ketahuilah, semoga Allah membimbingmu, bahwa sebelum mempelajari kita


harus bertafakur, sungguh Allah mengajak para hambanya dalam banyak ayat
dalam kitabnya agar berfikir secara mendalam mengenai langit dan bumi
serta agar seseorang mengamati dirinya dan apa yang ada di sekitarnya,
mudah-mudahan membuka lebar potensi intelektual, sehingga menguatkan
.iman, memperdalam hukum-hukum, dan mencapai ilmu
َ‫َ كَ ِذلكَ ُيَبِينَُّٱَّللُ لكم َءا ٰيَـِتِهۦََّلعلُ ۡكم َۡت ِعقُلون‬
Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-nya
.supaya anda memahaminya

)Al Baqarah 2:242(


ََ ۡ ۡ ُ
َ ََََّ َۡ َ ۡ ۡ َۡ
‫تتفكرون‬ َ ْ
ُ ‫َيستوى ٱلعمى وٱلبصير أفل‬
ُِ ‫َ َ قل هل‬
ٰ ِ
Katakanlah, apakah sama orang yang buta dengan orang yang
.melihat, apakah anda tidak berpikir

)Al An’am 6: 50(

Oleh karena itu tafaqquh memiliki cakupan yang lebih luas daripada tafakur
,karena ia merupakan hasilnya
ً۬ ۡ ۡ َ
‫ا‬ َ َ َ َ َ َۡ ََُ
‫فمال ٰهـَؤ ِلء ٱلقوم َل َيكادُون َيفقُهون َِحديثا‬
ِ َِ
Maka mengapa orang -orang munafik itu hampir-hampir
.tidak memahami pembicaraan sedikitpun

)An Nisa 4 :78(

Akan tetapi bertafaqquh ini harus didasari dengan argumentasi dan


,dihindarkan dari hawa nafsu
َ َ ََ َ َ َّ ۡ ُ َۡ َّۡ َ
ۡ ۡ
‫ِ من ًِ۬ولى َول‬ ‫اء ِكمن ٱلِعلم ما ل ِكمن ٱَّلل‬ ‫ولٮن ٱتَبعتَ أهواءهم َب َعد ٱ ِلذى َج‬
ٍَ َ َِّ َِ َ َ َ َِِٕ
‫ير‬
ٍ ‫نص‬
ِ َ

59
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Sungguh jika anda mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan


datang kepadamu maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu.
(Al Baqarah 2:120)

Wahai penuntut ilmu, berhiaslah dengan pengamatan dan tafakur, dan


memahami dan bertafaqquh, mudah-mudahan anda bisa melampaui tahapan
faqih hingga mencapai level seorang Faqihun Nafsi (memahami secara
mendalam masalah kejiwaan) sebagaimana pernyataan para ahli fiqih yaitu
orang yang bisa menyimpulkan hukum-hukum syar’i berdasarkan logikanya
atau seorang yang memahami secara mendalam masalah badan, sebagaimana
106
dalam istilah pada para ahli hadits Faqihil badan.
Jernihkan pandangan anda ketika menghadapi masalah-masalah baru dengan
menyimpulkan masalah fiqh dari penerapan prinsip dan memperhatikan
kaidah-kaidah dan hukum-hukum sepenuhnya.

Ketika memeriksa sebuah masalah anda harus menggabungkan antara


mengikutinya (dengan penelitian) dan menerapkan pokok-pokok syariah yang
bersifat umum dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan, misalnya tentang
kemaslahatan umum, pencegahan mudharat dan menghilangkan kesulitan,
mengambil kemudahan (dalam hal agama), menutup pintu kepalsuan (trik
untuk menghindari kewajiban agama atau untuk mencari celah dari hal yang
dilarang dalam agama), dan menutup jalan menuju keburukan. Dengan cara
ini anda akan selalu mendapat panduan dalam segala urusan anda, dan juga
membantu anda ketika berada dalam situasi yang sulit.
Demikianlah semoga anda mendapat petunjuk ke jalan lurus selama-lamanya.

Berusahalah untuk memperoleh pemahaman tafaqquh, -sebagaimana telah


saya jelaskan sebelumnya- terhadap nash-nash syariat, dan memperoleh

106 Merujuk pada perkataan mereka dalam Faqih al -Badan, Ma’alim Al-Iman (2/336,340) dan Ats-Tsiqat oleh Ibnu
Hibban
(9/242)
60
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

kedalaman di dalam situasi seputar hukum syariat, dan memperhatikan


tujuan-tujuan syariat. Jika anda tidak memahami atau tidak pernah
mendengar hal ini maka waktumu telah terbuang sia-sia dan sebutan bodoh
layak diberikan kepadamu.

Sifat inilah yang memberimu perbedaan spesifik, dan standar yang benar
tentang pencapaian ilmu dan kemampuan menyimpulkan hukum. Maka
seorang ahli fikih adalah orang yang ketika menghadapi suatu kasus dimana
tidak ada nash tentangnya, ia mengadaptasi sebuah hukum untuknya. Dengan
cara yang sama seorang ahli balaghah bukanlah orang yang bisa
menyebutkan kepadamu klasifikasi dan pembagian balaghah, akan tetapi ia
adalah orang yang kefasihannya dalam membaca kitab Allah, dapat
mengambil sari-sari ilmu yang tersebunyi di dalamnya, dan ketika ia menulis
atau berkhutbah, ia dapat merangkainya seperti biji-biji dari sebuah kalung
mutiara. Demikianlah yang berlaku dalam seluruh bidang ilmu.

31. Memohon perlindungan kepada Allah dalam menuntut ilmu dan


meraihnya

Jangan khawatir ketika ada salah satu bidang ilmu yang belum dibukakan
jalannya untukmu, karena sebagian ilmu juga sulit dipahami oleh beberapa
ulama yang terkenal. Di antara mereka ada yang menyatakan terus terang
mengenai hal itu, sebagaimana bisa kita temukan dalam biografi mereka. Di
107
antaranya Al-Asma’i kesulitan menguasai ilmu ‘arudh, ahli hadits Ar-
Ruhawi kesulitan mengusai ilmu khath, Ibnu Shalah dalam ilmu mantiq, Abu
108
Muslim An-Nahwi dalam sharaf, As-Suyuthi dalam matematika, Abu
Ubaidah, Muhammad bin Abdul Baqi, Abul Hasan Al-Qathi’i, Yahya bin
Zayad Al-Fara’, dan Abu Hamid Al-Ghazali, kelima ulama ini kesulitan
mengusai ilmu nahwu.

107 Studi ilmu ayat dan syair dalam bahasa arab (M)
108 Studi perubahan kata-kata dalam bahasa arab (M)
61
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Wahai penuntut ilmu, lipatgandakan semangatmu. Datanglah kepada Allah


dengan berdoa, bertawakal dan bersimpuh di hadapannya. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah sering mengucapkan doa (ketika kesulitan menafsirkan suatu
ayat): “Wahai yang mengajari Adam dan Ibrahim ajarilah aku, wahai yang
109
memahamkan Sulaiman pahamkanlah aku!” Setelah itu beliau dimudahkan
dalam mempelajari dan memahaminya.

32. Amanah ilmiah

Penuntut ilmu harus benar-benar menghiasi diri dengan sifat amanah ilmiah,
baik ketika mencari dan memperolehnya, menerapkannya, menyampaikan
dan mengajarkan ilmu: “Sungguh kejayaan suatu umat tergantung pada
kebaikan amalnya, kebaikan amalnya tergantung kepada kebenaran ilmunya,
kebenaran ilmunya tergantung kepada sifat amanah para ulamanya dalam
menyampaikan dan menjelaskan ilmu. Barangsiapa yang berbicara tentang
suatu ilmu tanpa sifat amanah maka dia telah melukai ilmu, seolah ia
menaruh batu yang menghalangi jalan menuju kejayaan umat.
Kelompok-kelompok yang berafiliasi kepada ilmu tidak pernah bersih dari
orang-orang yang tujuannya menuntut ilmu bukan untuk berhias dengan
perilaku utama atau memberi orang lain manfaat dengan ilmu yang telah
mereka ketahui, orang-orang seperti mereka tidak jujur. Mereka tidak merasa
bersalah untuk meriwayatkan ilmu yang tidak pernah mereka dengar atau
menjelaskan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Inilah yang telah mendorong
para ulama melakukan kritik terhadap perawi hadits dan penggolongan antara
orang yang berbicara berlebihan dan orang yang berbicara sesuai dengan
kadar ilmu yang diketahuinya. Dengan demikian, para penuntut ilmu bisa
mengetahui nilai dari apa yang mereka baca serta kedudukannya dan dapat

109 Fatawa Ibnu Taimiyah (4/38)


62
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

membedakan yang benar dari kepalsuan, atau apakah yang mereka baca
110
didominasi kebenaran atau kebohongan atau campuran dari keduanya.

110
Rasa’il Al-Islah (1/13)
63
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

33. Kejujuran

Kebenaran tutur kata adalah indikasi kewibawaan, kemuliaan jiwa,


kebersihan hati, tinggi motivasi, kekuatan akal, penghantar cinta dari umat
manusia, kebahagiaan komunitas dan perlindungan terhadap agama. Oleh
karena itu, kejujuran merupakan kewajiban setiap individu. Merugilah siapa
yang mengabaikannya, siapa yang mengabaikan kejujuran berarti telah
mencederai dirinya dan ilmunya. Al-Auza’i berkata: “Belajarlah kejujuran
sebelum anda mempelajari ilmu.” Waqi’ berkata: “Dalam profesi ini (hadits),
hanya orang-orang jujur yang bisa memperoleh kedudukan tinggi.”

Oleh karena itu, semoga Allah merahmatimu, belajarlah kejujuran sebelum


anda mempelajari ilmu.
Kejujuran artinya berbicara sesuai dengan kenyataan dan keyakinan, jalan
kejujuran hanya satu. Adapun kebohongan, lawannya, memiliki banyak jenis
warna dan jalan, tetapi dapat digolongkan menjadi tiga:
1. Kebohongan orang yang mencari muka, ia adalah seseorang yang
menentang kenyataan dan keyakinan, misalnya orang yang mencari
muka di hadapan orang yang diketahuinya sebagai orang fasik atau
ahlul bid’ah.
2. Kebohongan seorang munafik, ia adalah orang yang menentang
keyakinannya tetapi ucapannya sesuai dengan kenyataan. Contohnya
orang munafik yang berbicara seperti ucapan ahlus sunnah dan orang-
orang yang mengikuti hidayah.
3. Kebohongan orang bodoh yaitu ucapan yang tidak sesuai dengan
kenyataan tetapi sesuai dengan keyakinannya. Contohnya orang yang
meyakini kaum Sufi sebagai wali Allah.

Tetaplah di atas jalan kebenaran dan kejujuran, jangan menggerakkan lidah,


memonyongkan bibir, atau membuka mulut kecuali berbicara dengan kalimat
yang menggambarkan perasaanmu yang tulus di dalam hati, seperti cinta dan
64
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

benci, atau keadaan lahirmu sesuai dengan yang diketahui oleh panca indra,
pendengaran, mata, penciuman, pengecap, dan indra peraba.

Seorang yang jujur tidak akan mengatakan “aku mencintaimu” sedangkan ia


benci juga tidak mengatakan “aku telah mendengar” sedangkan ia tidak
pernah mendengar dan seterusnya.

Waspadalah jangan sampai dirimu dikelilingi kecurigaan yang


menyebabkanmu tercatat sebagai pendusta, yang akan mengalihkan tekadmu
untuk menjadi jujur. Cara untuk menjamin hal ini tidak terjadi adalah -jika
hasratmu mendorongmu berbicara tidak jujur- maka paksa ia mengingat
kedudukan dan kemuliaan kejujuran serta kehinaan dan kerendahan
kebohongan, juga bahwa kebohongan pasti cepat terbongkar, dan mintalah
pertolongan kepada Allah.
Jangan mencari alasan untuk berbicara sehingga pendengar memahami
sesuatu sedangkan yang anda maksudkan berbeda; dengan cara yang di luar
syariat. Wahai penuntut ilmu berhati-hatilah dengan yang seperti ini:
sehingga menjadi kebohongan. Akibat paling buruk dari terlepasnya
kejujuran adalah berbohong dalam ilmu, karena berlomba dengan sesama
atau ingin meraih popularitas. Siapa yang menginginkan popularitas melebihi
kapasitasnya hendaknya menyadari bahwa di tempat yang jauh ada mereka-
mereka yang memiliki pandangan tajam, dan pena yang jeli, mereka akan
menimbang antara popularitas dengan periwayatan, sehingga anda akan
ditelanjangi dari tiga hal:

1. Hilangnya kepercayaan dari hati banyak orang.


2. Hilangnya ilmumu dan berkurangnya penerimaan manusia
terhadapmu.
3. Anda tidak lagi dipercaya meskipun berbicara benar.

65
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Tegasnya barangsiapa yang berlebihan dalam mengemas kata maka ia


sebangsa tukang sihir. Sedangkan tukang sihir tidak akan pernah beruntung
111
apapun yang dilakukannya, wallahualam.

34. Perisai penuntut ilmu

Perisai penuntut ilmu adalah perkataan “aku tidak tahu,” adapun yang akan
merobeknya adalah menolak mengatakannya karena kesombongan, dan justru
berkata “dikatakan bahwa… ini dan itu”. Oleh karena itu, ucapan “aku tidak
tahu” adalah setengah ilmu. Maka ucapan “dikatakan bahwa… ini dan itu”
112
setengah kebodohan.

35. Menjaga waktu-waktu dalam kehidupan

Jagalah waktumu! Waktumu untuk memperoleh ilmu, bersekutulah dengan


tindakan, bukan dengan menganggur dan membual, dan jadilah produktif,
jangan berbicara dan berbuat yang sia-sia. Jagalah waktumu dengan penuh
kesungguhan, selalu belajar, menghabiskan waktu bersama ulama dan
menyibukkan diri dengan ilmu, baik dengan membaca atau mengkaji,
menghayati, menghafal dan mencari. Terutama pada masa remaja, di usia dini
ketika masih sehat, gunakan kesempatan yang mahal ini untuk meraih derajat
ilmu yang tinggi. Masa muda merupakan masa terkonsentrasinya hati dan
pikiran, belum banyak kesibukan disebabkan oleh tuntutan kehidupan dan
beban dan tanggungan keluarga.

“Pencari nafkah keluarga mana mungkin mendaki tempat-tempat yang


tinggi, Hanya yang sendirilah yang mampu berjuang menggapainya.”

Jangan biasakan menunda pekerjaan. Jangan katakan kepada diri anda bahwa
anda akan menundanya hingga begini, setelah selesainya pekerjaan ini, dan

111 ibid
112 At-Ta’alum hal. 36
66
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

seterusnya. Bersegeralah sebelum anda menjadi bukti kebenaran ucapan Abu


Thahan Al-Qaini:
“Faktor usia membuatku terbungkuk hingga
diriku bagai pemburu yang merunduk mendekati mangsa
langkah kaki pun pendek-pendek, yang melihatku mengira
aku terikat padahal aku tidak terikat.”

Usamah bin Munqidz mengatakan:


“Seiring usia delapan puluh, kelemahan menjalari tubuhku
lemah kakiku dan gemetar tanganku benar-benar
mengesalkanku. Ketika menulis, tulisanku berkelok-kelok
seperti tulisan orang yang tangannya selalu gemetaran.
Sungguh heran betapa lemah tanganku hanya sekedar mengangkat
pena padahal dulu biasa menghujamkan tombak ke dada singa.
Katakan kepada siapa yang menginginkan hidup panjang
inilah akibat usia dan masa hidup yang panjang.
Jika anda bergegas maka itu merupakan bukti bahwa anda orang yang
memiliki motivasi tinggi dalam bidang ilmu.

36. Menghibur diri

Alokasikan sebagian waktu untuk menghibur diri di taman ilmu, melalui


buku-buku berwawasan umum, karena sesekali hati perlu dihibur. Dalam
sebuah riwayat disebutkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib bahwa
ia berkata:”Hiburlah hati, carikan untuknya hikmah-hikmah, karena hati itu
113
mengalami kebosanan sebagaimana badan mengalami kelelahan.”
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata mengenai hikmah larangan menjalankan
tathawu’ setiap saat: “pelarangan melaksanakan tathawu’ di sebagian waktu
113
Jami’ bayan al-Ilm wa fadhlihi
67
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

mengandung kemaslahatan lain, yaitu menghibur diri sesekali waktu dari


beban ibadah, seperti merehatkan diri dengan tidur dan lainnya.” Oleh karena
itu, Muadz bin Jabal berkata: “Sungguh Aku mengharapkan pahala dari
114
tidurku sebagaimana aku mengharapkan pahala dari bangunku.” Beliau
juga berkata bahkan ada yang berpendapat salah satu hikmah dilarangnya
melaksanakan tathawu’ di sebagian waktu adalah: menghibur diri pada masa
larangan tersebut agar ia nanti bersemangat lagi untuk sholat. Sebab, tubuh
menyukai sesuatu yang dilarang dan akan bersemangat menjalankan sholat
115
setelah istirahat, wallahua’lam.
Karena itu, libur akhir pekan bagi murid sudah menjadi kebiasaan lama,
kebanyakan pada hari Jumat dan Kamis sore hari. Sebagian dari mereka
berlibur pada hari Selasa dan hari Senin, juga pada hari Idul Fitri dan hari
Idul Adha, antara satu hingga tiga hari dan seterusnya. Hal ini dapat kita
temukan dalam kitab-kitab yang berbicara tentang adab mengajar, dan
116
biografi, sebagai contoh adalah: Adab Al-Mu’allimin oleh Shuhnun, Ar-
117 118
Risalah Al-Mufashilah, oleh Al-Qabisi, Asy-Syaqaiq An-Nu’maniyah,
119
Abjadul Ulum, Alaisas Shubuh bi Qarib oleh Thahir bin Asyur, Fatawa
120
Rasyid Ridha, Mu’jam Al-Buldan, dan Fatawa Syaikhul Islam Ibnu
121
Taimiyah.

37. Membaca untuk mengoreksi bacaan dan menguatkan hafalan

Rajinlah menyetorkan bacaan untuk mengoreksi bacaan tersebut dan


membenarkan hafalan kepada guru yang ahli, agar anda terbebas dari
kerusakan, kesalahan dan menipu diri sendiri.

114 Majmu’ Al Fatawa (23/187)


115 Majmu’ Al Fatawa (23/217)
116 Hal. 104
117 Hal. 135-137
118 Hal. 20 [tanaman dengan bunga berwarna putih, merah, ayau ungu] (M)
119 1/195-196
120 1/102
121 25/318-320, 329
68
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Jika anda membaca biografi para ulama –terutama para hafizh (orang yang
banyak menghafalkan) - anda akan mendapati tidak sedikit dari mereka yang
membaca kitab-kitab besar dalam beberapa kali pertemuan atau beberapa
hari, dengan tujuan mengoreksi bacaan tersebut di hadapan seorang guru
yang ahli. Ibnu Hajar membaca kitab Shahih Bukhari dalam sepuluh kali
pertemuan, setiap pertemuan berlangsung selama sepuluh jam, Shahih
Muslim dalam empat pertemuan, selama kurang lebih dua hari ditambah
beberapa waktu antara pagi hingga pada waktu dzuhur di siang hari. Hal ini
selesai beliau lakukan pada hari arafah di hari Jumat tahun 813 H. Beliau juga
membaca Sunan Ibnu Majah dalam empat kali pertemuan dan Mu’jam
Thabrani Ash-Shaghir dalam suatu pertemuan antara sholat dhzuhur dan
sholat ashar.

Gurunya Al Fairuzabadi membaca Shahih Muslim di hadapan syaikhnya Ibnu


Jahbal dengan tujuan mengoreksi hafalan dalam waktu tiga hari.
Dan beberapa ulama lain memiliki banyak kisah menakjubkan dan unik yang
akan terlalu panjang untuk disebutkan di sini.

38. Merangkum buku-buku besar (dengan membaca)

Merangkum kitab-kitab besar dengan cepat sangat penting dalam menuntut


ilmu untuk memperkaya wawasan, memperluas pemahaman, menemukan
berbagai informasi dan hal unik yang tersimpan, dan memperoleh
pengalaman dalam mengetahui dimana berbagai masalah dan topik dapat
ditemukan dan memahami berbagai gaya penulisan berbeda dari berbagai
ulama dalam kompilasi dan terminology mereka.
Para salaf dahulu menuliskan kata “balagh” ketika berhenti membaca agar
mereka tidak meluputkan sedikitpun bagian ketika hendak mengulang
bacaan, terutama jika pembacaan tersebut dilakukan setelah berselang waktu
lama.

69
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

39. Melontarkan pertanyaan yang baik

Pegang teguhlah adab dalam mengkaji ilmu serta melontarkan pertanyaan


yang baik, mendengarkan, memahami dengan benar jawabannya, jangan
mengatakan: “tetapi syaikh fulan pernah mengatakan padaku begini atau
pernah berkata begini.” ini merupakan kekurangan ditinjau dari sisi adat dan
dapat menimbulkan konflik antara satu ulama dengan ulama lain.

Jika anda harus melakukannya, hendaklah anda melontarkan pertanyaan


dengan jelas, katakan: “bagaimana pendapat anda tentang fatwa ini?” tanpa
menyebutkan nama seorang pun.

Ibnul Qayyim berkata: “Dikatakan jika anda berada dalam majelis seorang
ulama bertanyalah dalam rangka memperoleh pemahaman bukan bertanya
122
sebagai bentuk penentangan” . Ia juga berkata ilmu itu memiliki enam
tingkatan:
1. Bertanya dengan baik
2. Mendengar dengan baik
3. Memahami dengan baik
4. Menghafal
5. Mengajar
6. Ini merupakan buahnya yaitu mengamalkannya dan memperhatikan
123
batas-batasnya. Kemudian beliau menjelaskannya dengan
keterangan yang penting.

124
40. Diskusi tanpa debat

122 Miftah Darus Sa’adah hal. 184


123 ibid
124 Lihat Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (24/172-174)
70
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Hindarilah debat kusir karena ia merupakan bencana. Adapun diskusi yang


baik tentang kebenaran merupakan nikmat. Karena diskusi yang baik bisa
menampakan mana yang benar dan mana yang bathil, mana pendapat yang
kuat dan yang lemah. Diskusi seperti ini dibangun di atas landasan saling
menasehati, kelemahlembutan, dan penyebarluasan ilmu. Adapun debat kusir
adalah pembantahan, riya’, kekacauan, kesombongan, menang sendiri, tipu
muslihat, permusuhan, dan pamer kepandaian kepada orang-orang bodoh.
Oleh karena itu, hindarilah juga pelakunya niscaya anda selamat dari dosa
dan perbuatan haram. Berpalinglah niscaya anda selamat serta terhindar dari
dosa dan kerugian.

41. Mudzakarah ilmiah

Menikmati kebersamaan dengan orang-orang berilmu dengan melakukan


mudzakarah dan saling bertanya. Seringkali metode ini lebih bagus daripada
menelaah buku. Ia mengasah otak dan menguatkan ingatan. Lakukan dengan
menjaga sikap objektif dan lembut, menghindari sikap yang tidak adil,
provokatif dan ngawur.

Berhati-hatilah, karena hal ini bisa membuka aib orang yang tidak jujur. Jika
mudzakarah dilakukan dengan orang yang pendek ilmunya dan beku otaknya,
maka ia merupakan penyakit dan sesuatu yang menyebalkan. Adapun
bersendiri dengan cara memikirkan berbagai aspek ilmu, maka hal ini
merupakan hal yang tidak boleh anda tinggalkan. Ada yang mengatakan
menghidupkan ilmu adalah dengan melakukan muzakaroh.

42. Penuntut ilmu hidup di antara Al Qur’an dan Sunnah serta ilmu-
ilmunya

Ibarat dua sayap burung waspadalah jangan sampai sebelah sayapmu patah.

71
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

43. Menyempurnakan perangkat di setiap bidang ilmu

Anda tidak mungkin menjadi seorang penuntut ilmu yang ahli dan benar-
benar menguasai ilmu sampai unta masuk ke lubang jarum sekalipun selama
anda tidak menyempurnakan perangkat-perangkat ilmu yang anda pelajari itu,
dalam bidang fikih anda harus memadukan antara fikih dan ushul fikih,
dalam bidang hadits anda harus memadukan antara ilmu dirayah dan riwayah,
demikian seterusnya. Allah berfirman:
َ ُ ۡ َ َ ُ ۤ َ َ ُۡ َ ۡ َۡ َ َّ
‫ت قَّ َح‬
ِ ‫ كٮ ٰـلوأ ِهۦتول‬x‫ِهب نون ِمُؤ ي‬ ‫ُٱل‬
‫ۥهنولتَي ب ٰـت ِكٱل مهُ ٰـنيتاء ني ِذ‬ َ
ِ ِْٕ َ َ ُ َ
Orang-orang yang anda beri Alkitab mereka itu membacanya dengan
sebenar-benar membaca.
(Al Baqarah 2:121)

Dari ayat ini bisa disimpulkan bahwa seorang penuntut ilmu jangan sampai
125
berhenti mempelajari sebuah bidang ilmu kecuali setelah menguasainya.

125 Syarah Al-Ihya’


72
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Pasal Keenam

Menghiasi Diri dengan Amal

44. Tanda-tanda ilmu yang bermanfaat

Tanyakan kepada diri sendiri sejauh mana anda telah memiliki tanda-tanda
ilmu yang bermanfaat yaitu:
1. Mengamalkannya
2. Tidak suka dipuji dan menyombongkan diri kepada sesama manusia
3. Semakin tinggi rasa tawadhu setiap kali bertambah ilmunya
4. Menghindari sifat ambisius terhadap jabatan, kepemimpinan,
popularitas dan dunia
5. Menghindari klaim sebagai ulama
6. Berprasangka buruk kepada diri sendiri dan berprasangka baik
kepada orang lain, berhati-hati jangan sampai mencela mereka.
Abdullah bin Mubarak jika disebutkan tentang akhlak para salaf, beliau
bersenandung:
“Jangan bandingkan keadaan kita dengan keadaan mereka

73
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Orang sehat ketika berjalan tidaklah seperti orang lumpuh.”

74
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

45. Zakat ilmu

Tunaikan zakat ilmu caranya dengan menyampaikan kebenaran, amar ma'ruf


nahi munkar, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan antara
kemaslahatan dan kemudharatan. Mengajarkan ilmu atas dasar kecintaan
memberi manfaat, memanfaatkan jabatan untuk kebaikan dan memberikan
pertolongan kepada kaum muslimin dalam menghadapi berbagai musibah
dalam kebenaran dan kebajikan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa nabi ‫ ﷺ‬bersabda: “apabila manusia


meninggal dunia amalnya terputus kecuali dari tiga hal, sedekah jariyah, ilmu
yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan.” Sebagian ulama
126
berkata: ketiga hal ini tidak terhimpun kecuali pada diri seorang ulama
yang mengajarkan ilmunya. Mengajarkan adalah sedekah yang bermanfaat
dan orang yang menerimanya adalah anak bagi ulama tersebut, karena belajar
kepadanya.

Perhatikanlah dengan sungguh-sungguh adab ini, karena ia merupakan buah


ilmu yang paling penting, karena kemuliaan ilmu itu bertambah dengan
banyak diberikan dan berkurang bila banyak ditahan, sedangkan bencana
ilmu adalah menyembunyikannya. Jangan beranggapan bahwa zaman telah
rusak orang-orang fasik sudah berkuasa dan manfaat nasehat sudah hampir
tidak ada, itu membuatmu enggan melaksanakan tugas menyampaikan ilmu,
jika demikian maka tindakanmu itu akan dimanfaatkan oleh orang-orang
fasik untuk mengambil kesempatan seluas-luasnya untuk melanggar nilai-
nilai akhlak mulia.

46. Kemuliaan para ulama

Ulama berhias dengan kemuliaan yaitu sikap menjaga dan menghormati ilmu
serta menjaga kemuliaannya. Berapa banyak anda memperoleh manfaat dari
126
Tadzakirus-Sami’ wal Mutakallim
75
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

ilmu dan menerapkannya, tergantung dari berapa banyak usaha yang


dikerahkan, dan kerugianmu akan sesuai dengan berapa banyak anda
melalaikan hal ini, dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan
Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana. Oleh karena itu berhati-hatilah
jangan sampai anda dijadikan sebagai alat para pembesar atau kendaraan
orang-orang bodoh, anda melunak dalam berfatwa, memutuskan hokum,
mengkaji atau berbicara.

Jangan anda bawa ilmu kepada pemburu dunia, jangan anda berdiri di depan
pintu mereka dan jangan berikan kepada selain yang berhak mendapatkannya
meski sebesar apapun kedudukannya.

Hiburlah mata fisik dan mata hati anda dengan membaca biografi para ulama
di masa lalu, niscaya anda akan melihat bagaimana pengorbanan mereka
dalam rangka menjaga kemuliaan ilmu, terutama di dalam buku yang khusus
mengumpulkan contoh-contoh keteladanan ini seperti: yang ditulis dalam
127
buku Akhlakul Ulama oleh Muhammad Sulaiman, Al-Islam bainal Ulama
wal Hukkam oleh Abdul Aziz Badri dan Manahijul Ulama fi Amri bil Ma'ruf
128
wan Nahi Anil Munkar oleh Faruq As-Samura’i . Saya harap anda dapat
memperoleh manfaat berlipat-lipat dari apa yang mereka sebutkan itu dalam
kitab Izzatul Ulama (karya penulis sendiri), semoga Allah memudahkan
penyempurnaan dan penerbitan buku ini.

Dahulu para ulama mengajari murid mereka agar menghafal qasidah Al-
Jurjani Ali bin Abdul Aziz (wafat 392 H) sebagaimana bisa kita temukan
dalam beberapa catatan biografi beliau yang bagian awalnya berbunyi:

“Mereka bilang padaku anda bersikap tertutup


Padahal sebenarnya
mereka melihat seorang yang menghindarkan diri
dari tempat kehinaan.

127 Dicetak berulang-ulang


128 Diterbitkan oleh Dar Al-Wafa, Jeddah (1408 H)
76
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Kulihat manusia siapa yang mendekati


mereka menjadi terhina.
Dan siapa yang dikunjungi oleh
kemuliaan jiwa akan dijunjung,
Andai para ulama menjaga ilmu
niscaya ilmu menjaga mereka
dan jika sepenuh hati menghormatinya
tentu mereka pun dihormati.”

47. Penjagaan ilmu

Jika anda meraih suatu kedudukan terhormat, ingatlah tali penghubungmu


kepada kedudukan itu adalah kegiatanmu menuntut ilmu, berkat karunia
Allah, kemudian dengan sebab ilmu anda mencapai kedudukan tertentu
dalam pengajaran, memberikan fatwa atau kedudukan dalam pengadilan dan
seterusnya. Maka berikanlah kepada ilmu sikap hormat yang semestinya, hak
pengamalannya dan kedudukan yang seharusnya. Hindarilah perilaku orang
yang tidak memahami kemuliaan Allah, yang menganggap hal terpenting
bagi mereka adalah mempertahankan jabatan. Mereka melipat lidah sehingga
tidak bisa menyatakan kebenaran. Kecintaan kepada jabatan membuat mereka
mudah berkompromi dengan kebatilan.

Hendaklah anda selalu menjaga harga diri dengan menjaga agama, ilmu, dan
kemuliaan dirimu dengan landasan kebijaksanaan, ilmu, dan sikap yang baik
yaitu: “Jagalah Allah niscaya Dia menjagamu, dan jagalah Allah di saat
lapang niscaya Dia menjagamu di saat sulit.”
Jika anda diberhentikan dari jabatanmu -dan ini pasti akan anda alami entah
kapan- tidaklah mengapa, karena itu adalah pemberhentian jabatan secara
terhormat bukan pemberhentian secara tercela.

77
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Yang mengherankan, orang yang terhalang dari sebagian besar karunia itu
tidak mau berpegang teguh dan kembali kepada Allah kecuali setelah
pensiun, dan meskipun taubat orang seperti ini sah secara syariat, tetapi
agamanya sama saja dengan agama orang tua renta, karena kemanfaatannya
tidak bisa dirasakan oleh orang lain. Adapun ketika masih memiliki jabatan
anda dapati dia orang yang paling banyak berbuat dosa dan menimpakan
kemudharatan, hatinya beku, lidahnya bisu tidak kuasa berbicara kebenaran.
Kami berlindung kepada Allah dari keterhinaan.

48. Diplomasi dan bukan kompromi

Kompromi dengan kebatilan merupakan akhlak yang tercela, adapun


diplomasi tidak demikian, jangan mencampuradukkan antara keduanya
sehingga sikap kompromi mendorongmu kepada kemunafikan secara terang-
129
terangan. Sikap kompromi itulah yang mencederai agamamu.

49. Gairah terhadap buku

Kemuliaan ilmu sudah diketahui karena kemanfaatannya yang luas dan


besarnya kebutuhan kepadanya, seperti butuhnya badan kepada nafas.
Kekurangan seseorang akan terlihat sesuai kadar kekurangan ilmunya.
Diperolehnya kelezatan dan kegembiraan sesuai dengan kadar diperolehnya
ilmu. Oleh karena itu para penuntut ilmu sangat bergairah menuntut ilmu,
bergairah mengoleksi buku dengan selektif. Kisah-kisah mereka mengenai
hal ini terlalu banyak. Ada juga catatan-catatan mengenai hal ini dalam
Khabarul Kuttab (karangan penulis), semoga Allah memudahkan
penyelesaian dan penerbitannya.

Oleh karena itu, carilah kitab-kitab induk. Ketahuilah bahwa satu kitab induk
tidak bisa mencukupi kebutuhan kita kepada kitab induk lainnya. Jangan
memenuhi perpustakaanmu dan jangan mengacaukan pikiranmu dengan

129 Lihat Al-Ghuraba’oleh Al-Ajurri (hal. 79-80) dan Raudhatul Uqala (hal. 70) oleh Ibnu Hibban
78
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

buku-buku sampah, terutama buku-buku yang ditulis oleh para ahli bid’ah,
karena buku-buku itu merupakan racun mematikan.
50. Pondasi perpustakaanmu

Isilah perpustakaanmu dengan buku-buku yang ditulis berdasarkan


metodologi Istidlal dan pemahaman yang mendalam mengenai argumen-
argumen hukum dan kajian secara mendalam tentang rahasia-rahasia
persoalan. Di antara buku-buku yang paling berharga adalah karya dua
syaikh, yaitu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim Al
Jauziyah.
Yang serupa metodenya adalah buku-buku yang ditulis sebelum maupun
sesudah itu yaitu buku-buku:
1. Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr (wafat 463 H), buku terhebatnya adalah
At-Tamhid.
2. Al-Hafizh Ibnu Qudamah (wafat 620 H), buku terpentingnya
adalah Al-Mughni.
3. Al-Hafizh Adz Dzahabi (wafat 747 H).
4. Al-Hafizh Ibnu Katsir (wafat 774 H).
5. Al-Hafizh Ibnu Rajab (wafat 795 H).
6. Al-Hafizh Ibnu Hajar (wafat 852 H).
7. Al-Hafizh Asy-Syaukani (wafat 1250 H).
8. Al-Imam Muhammad bi Abdul Wahab (wafat 1206 H).
9. Kitab-kitab karya ulama dakwah, yang paling lengkap adalah Ad-
Durarus Saniyyah.
10. Al-Allamah Ash-Shan’ani (wafat 1182 H), Subulus Salam.
11. Al-Allamah Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi (wafat 1393 H),
Adwaul Bayan.

79
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

51. Adab terhadap buku

Jangan membaca sebuah buku sebelum mengetahui istilah-istilah yang biasa


digunakan penulisnya. Seringkali istilah-istilah tersebut dijelaskan dalam kata
pengantar. Oleh karena itu, bacalah buku mulai dari kata pengantar penulis.
52. Perlakuan lain

Jika anda memperoleh sebuah buku, jangan langsung memasukkannya ke


dalam perpustakaan anda kecuali setelah membaca sekilas bagian
pengantarnya, daftar isinya, dan beberapa tema di dalamnya. Adapun jika
anda langsung memasukkannya ke dalam perpustakaan sesuai dengan
kategorinya bisa jadi waktu berlalu dan umur sudah lewat tanpa anda pernah
melihatnya, dan ini terbukti bermanfaat. Hanya Allah yang memberikan
taufik.

130
53. Menghilangkan ketidakjelasan tulisan
Hilangkan ketidakjelasan tulisan dengan cara-cara berikut:
1. Menulis dengan tulisan yang jelas
2. Menulis berdasarkan kaidah penulisan, banyak tulisan membahas tema
131
ini, di antaranya Kitabul Imla’ oleh Husain Wali, Qawaidul Imla
132
karya Abdussalam Muhammad Harun, dan Al-Mufradul ‘Alam oleh
133
Al-Hasyimi.
3. Memperjelas mana huruf yang diberikan titik dan yang tidak perlu
4. Memberikan harakat huruf yang perlu134
5. Menuliskan penomoran ayat maupun hadis135

130 Tanda yang diberikan pada huruf Arab untuk menunjukkan cara membaca yang benar. (M)
131 Diterbitkan oleh Dar Al-Qalam, Beirut (1405)
132 Edisi ke-empat dipublikasikan oleh Khanaji Print, Mesir (1399 H)
133 Edisi ke-22 diterbitkan oleh Al-Makatabah Al-Bukhairiyyah Al-Kubro, Mesir
134 Karena membiarkannya akan membingungkan

135 At-Tarqim wa Alamatihi, Ahmad Zaki Basya, (diterbitkan 1330 H)


80
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Pasal Ketujuh

Larangan

54. Mimpi Palsu

Jangan bermimpi di siang bolong, misalnya anda mengaku memiliki ilmu


tentang sesuatu yang belum anda miliki atau menguasai sesuatu yang belum
anda kuasai. Jika anda melakukan hal ini akan menjadi tirai tebal yang
menghalangimu dari ilmu.

136
55. Jangan menjadi Abu Syibr (jengkal)
Dikatakan ilmu itu memiliki tiga jengkal: siapa yang memasuki jengkal
pertama niscaya akan sombong, siapa yang memasuki jengkal kedua niscaya
akan rendah hati dan siapa yang memasuki jengkal ketiga niscaya mengetahui
bahwa ia tidak berilmu.

136
Tadzkiratus Sami wal Mutakallim (hal. 65)
81
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

56. Tampil sebelum ahli

Hindarilah menampilkan diri sebelum memiliki keahlian. Ini merupakan


penyakit. Dikatakan: “Siapa yang memaksakan diri tampil sebelum waktunya
berarti telah menjerumuskan diri kepada kehinaan.”

57. Pamer ilmu

Hindarilah hiburan yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang tidak


berilmu, yang mengkaji satu-dua persoalan kemudian ketika diadakan sebuah
majelis yang di dalamnya terdapat seorang yang disegani yang memancing
pembicaraan mengenai satu atau dua masalah tersebut untuk memamerkan
ilmunya. Seringkali, ini akan menampakan aib, setidaknya orang-orang akan
tahu siapa sejatinya dirinya. Perilaku ini dan beberapa perilaku serupa telah
saya jelaskan dalam kitab At-Ta’alum, alhamdulillahi rabbil alamin.

58. Membuat coretan

Berhati-hatilah, jangan menulis buku tanpa adanya hal baru dalam salah satu
dari delapan tujuan penulisan, yang pada intinya adalah sekedar membuat
coretan. Berhati-hatilah, jangan sibuk menulis sebelum menyempurnakan
perangkatnya, melengkapi keahlianmu, dan belajar secara matang kepada
guru-gurumu. Jika tidak, bisa-bisa anda mencatatkan cela dan
memperlihatkan aibmu.

Adapun sibuk dengan tulisan yang bermanfaat bagi orang yang sudah
memiliki keahlian, menguasai perangkat-perangkatnya, luas wawasannya,
terbiasa mengkaji, mengevaluasi, menelaah, membaca buku-buku besar,
menghafal buku-buku mukhtasor dan memiliki ingatan yang baik tentang
persoalan, maka ia merupakan salah satu pekerjaan paling utama orang-orang
mulia. Jangan lupa perkataan Al-Khatib: “Siapa yang menulis buku, berarti

82
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

telah meletakkan akalnya di atas nampan lalu menyuguhkannya ke hadapan


semua orang.”

59. Sikapmu terhadap kekeliruan ulama sebelummu

Jika anda temukan kekeliruan seorang ulama jangan bergembira karena


hendak merendahkannya, tetapi anda hanya boleh bergembira setelah
mengoreksi persoalan ini saja. Orang yang objektif akan sadar bahwa tidak
ada seorang ulama pun kecuali memiliki kesalahan maupun kekeliruan,
terutama ulama yang banyak berkarya. Tidak ada yang membesar-besarkan
dan bergembira dengan kesalahan tersebut untuk mencela, kecuali orang-
orang yang sok pandai yang ingin mengobati flu tetapi mengakibatkan
137
timbulnya kusta.
Ya, kesalahan atau kekeliruan seorang ulama yang memiliki banyak ilmu dan
keutamaan itu tetap harus dicatat dan diingatkan, tetapi jangan sampai
seorang penuntut ilmu membesar-besarkannya untuk mencela atau
merendahkan ulama tersebut sehingga orang-orang seperti dia akan tertipu.

138
60. Menghindari syubhat
Jangan menjadikan hatimu seperti spon yang menyerap semua yang datang
kepadanya, jangan mendatangkan syubhat kepada diri sendiri atau orang lain.
Syubhat-syubhat itu ganas, hati itu lemah. Kebanyakan orang yang
139
menyebarkan syubhat adalah para pemikul kayu bakar -ahlul bid’ah- maka
hindarilah mereka.

137 Majma’al Balaghah oleh Ar-Raghib


138 Miftah Dar As-Sa’adah (hal 153)

139 Idiom yang digunakan untuk menggambarkan orang yang tidak peduli dari mana mereka mengambil agama (M)
83
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

61. Hindarilah kesalahan tata bahasa (dalam bahasa Arab)

Hindarilah kesalahan ucap atau tulis, karena bersihnya ucapan dan tulisan
dari kesalahan merupakan keutamaan besar, wujud kejernihan rasa, serta
bukti pemahaman terhadap keindahan makna dan ketepatan ungkapan.
Diriwayatkan dari Umar beliau berkata: “Belajarlah bahasa Arab karena ia
140
memperbaiki citra diri seseorang.” Telah diriwayatkan dari sejumlah salaf
141
bahwa mereka biasa memukul anak-anak mereka karena kesalahan ucap.
Al-Khatib meriwayatkan dari Rahabi ia berkata: “Saya pernah mendengar
sebagian sahabat kami berkata: jika orang yang sering salah tulis menulis,
lalu ia menulis dengan narasumber orang lain yang juga banyak salah tulis,
142
jadilah ucapan tersebut seperti berbahasa Persia.” Al-Mubarrid
143
bersenandung dalam syair:
“Nahwu memudahkan lidah yang
gagap berbicara,
dan kau hormati orang jika ia
tidak salah berbicara.
Jika anda inginkan ilmu yang mulia,
maka yang lebih mulia adalah
144
yang membenarkan tutur kata.”

Oleh karena itu, jangan pedulikan ucapan Qasim bin Mukhaimarah: “Belajar
nahwu itu awalnya sibuk dan akhirnya berlebihan.” Juga ucapan Bisyr Al-
Hafi ketika dikatakan kepadanya, “Belajarlah nahwu.” Jawabnya, “Aku akan
tersesat.” dikatakan padanya: “Zaid memukul Amr” Bisyr pun mengatakan,
“wahai saudaraku mengapa Amr dipukuli?” “Wahai Abu Nashr ia tidak

140 Al-Jami’ (2/25) oleh Al-Khatib


141 Al-Jami’ (2/28, 29)
142 Al-Jami’ (2/28)
143 ibid
144 Beberapa ulama mengkritik syair ini dengan mengatakan ilmu yang paling utama adalah tauhid. Tapi, yang terbaik yang
dimaksudkan disini sebenarnya adalah membandingkan antara ilmu alat. Wallahu a’lam.
84
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

dipukul, tetapi itulah kaidah yang dibuat.” Jadi Bisyr berujar, “Bagian
pertama saja berisi kebohongan, aku tidak membutuhkannya.” Dibawakan
oleh Al-Khatib dalam Iqtidha’ul Ilmil Amal.

62. Berhati-hati terhadap pemikiran prematur

Hindari pemikiran prematur dengan cara hanya mengemukakan pemikiran


yang sudah matang.

145
63. Israiliyat baru
Hindarilah israiliyat baru yang dihembuskan oleh para orientalis, baik itu dari
kalangan Yahudi maupun Nasrani, karena lebih berbahaya dari israiliyat
kuno. Karena israiliyat kuno ini sudah dijelaskan oleh Nabi ‫ ﷺ‬bagaimana
menyikapinya dan para ulama telah mempublikasikan bagaimana pendapat
mengenainya. Adapun israiliyat baru yang diusulkan ke dalam pemikiran
setelah terjadinya revolusi peradaban, terhubungnya seluruh dunia
Islam146

145 Maqasid asy-Syar'iyyah al-Islamiyyah oleh 'Allaal al-Fasi (hal. b). [Istilah ini merujuk pada riwayat Yahudi yang diambil
dari "Tawrat" dan diperkenalkan baik oleh kaum Yahudi yang tetap pada agama mereka maupun yang telah masuk Islam. Kisah-
kisah ini diperkenalkan kepada Islam oleh orang-orang ini untuk menjelaskan kisah yang Allah sebutkan dalam Quran atau yang
disebutkan nabi ‫ ﷺ‬dalam hadits, atau bisa jadi kisah yang tidak berasal dari Quran dan Sunnah. Contohnya: Menjelaskan pohon
yang mana Adam dan hawa makan darinya, di antara banyak contoh lain yang sayangnya buku-buku tafsir banyak
menyebutkannya. Nabi ‫ﷺ‬, demikian juga para ulama -berdasarkan ajaran nabi ‫ﷺ‬-mengklarifikasi pendapat yang diambil dari
riwayat seperti ini, dan mereka juga menggolong-golongkannya. (M)]

146 Saya tidak mengetahui alasan syaikh -hafidzohullah- menggunakan kalimat ini, karena para ulama menyatakan
tidak boleh digunakan, termasuk di antaranya adalah syaikh sendiri dalam bukunya Mu'jam al -Manahi, ia berkata:"dan di
antara mereka -yaitu kalimat yang dinisbatkan ke dalam Islam- al-Fikr al-Islami (ideologi Islami) dan al -Fikratul-Islamiyah
(Ideologi Islami) diartikan Islam. Bagaimana mungkin Islam yang berasal dari wahyu dapat disebut ideologi? Dan ideologi
adalah produk pemikiran manusia, bagaimana mungkin Islam menjadi manifestasi ideologi manusia? dan Islam berasal
dari wahyu yang sempurna sedangkan ideologi tidak sempurna." (hal 373)

Dan Syaikh Ibn Al-Utsaimin -rahimahullah- berkata di dalam Majmu al -Fatawa: "...dan kata ini -maksud saya al-fikr- yang
digunakan untuk menyebut agama, harus dibuang dari kamus buku Islam karena mengarahkan pada pengertian yang
buruk yaitu menyebut Islam sebuah ideologi, atau agama Kristen sebuah ideologi dan agama Yahudi sebuah
ideologi...sehingga menyebabkan agama-agama ini (dalam bentuk murni dan aslinya) hanya sebuah ideologi keduniaan
yang dapat diambil oleh siapa saja yang menginginkannya. Pada kenyataannya agama samawi ini (dalam bentuk murni dan
aslinya) adalah keyakinan samawi dari Allah, dimana iman seseorang telah diwahyukan oleh Allah", (3/136). Wallahu
a'lam. (M)
85
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

satu dengan yang lain, dan terhentinya ekspansi Islami, maka ia merupakan
keburukan tulen dan bencana yang tumpah ruah. Sebagian umat Islam telah
melupakannya, sebagian telah merendahkan diri dihadapannya, berhati-
hatilah. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari kejahatannya.

147
64. Waspadai perdebatan ala Byzantium
Yakni perdebatan yang tidak berguna dan miskin manfaat. Konon orang-
orang Byzantium berdiskusi mengenai jenis kelamin malaikat, padahal musuh
sudah berada di pintu gerbang kota hendak menyerang mereka. Begitulah
perdebatan yang miskin manfaat itu menghambat dari jalan kebenaran.
Kebiasaan para Salaf adalah menghindari banyak perdebatan, terlalu banyak
berdebat itu menunjukkan kurangnya sifat wara’, sebagaimana perkataan
Hasan Al-Basri ketika mendengar orang-orang yang berdebat: “Orang-orang
itu sudah bosan beribadah, merasa ringan berbicara dan sifat wara’ mereka
sangat rendah. Oleh karena itulah mereka banyak berbicara.” Riwayat di atas
dibawakan oleh Ahmad dalam Az-Zuhd dan Abu Nu’aim dalam Al-
148
Hilyah.

65. Tidak ada kelompok dan golongan yang menjadi dasar ikatan wala’
149
dan bara’
Orang-orang Islam tidak memiliki ciri khas selain Islam dan kedamaian.
Wahai penuntut ilmu! Semoga Allah memberkahimu dan usiamu, tuntutlah
ilmu, berusahalah beramal, dan berdakwahlah kepada Allah berdasarkan
metode para salaf. Jangan keluar masuk jama'ah-jama'ah sehingga anda
keluar dari kelapangan kepada kesempitan. Islam ini seluruhnya merupakan
jalan dan manhaj sedangkan kaum muslimin ini seluruhnya merupakan

147 Mu’jam At-Tarakib (hal. 280)


148 Ibnu Rajab menyebutkannya dalam Fadhlu ‘Ilmis Salaf ala Khalaf
149 Lihat Fatawa (3/341-344, 415-416, 419 – dan ini sangat penting- 4/46-154, 11/512, 514, 515, 3/342, 416-421) dan
daftar isi (36/179-180 dan 37/28)
86
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

jamaah. Sungguh tangan Allah bersama jamaah. Tidak ada golongan-


golongan dan sekte-sekte dalam Islam. Aku memohon kepada Allah agar
melindungi kalian dari berpecah-pecah sehingga kalian menjadi mangsa
firqah-firqah, golongan-golongan, madzhab-madzhab batil dan sekte-sekte
ekstrem yang menjadi landasan ikatan wala’ dan bara’.
Jadilah penuntut ilmu yang berada di jalan benar, mengikuti atsar,
menjalankan sunah, berdakwah kepada Allah atas dasar ilmu dan keyakinan
yang benar, serta mengakui jasa, keutamaan, dan kelebihan orang-orang yang
150
berhak. Sikap bergolong-golongan yang berlandaskan pada aliran
pemikiran dan struktur bid’ah yang tidak pernah dikenal oleh para salaf
merupakan salah satu hambatan ilmu yang paling besar dan pemecah belah
jamaah. Betapa sering sikap bergolong-golong ini melemahkan tali persatuan
Islam serta menjerumuskan kaum muslimin ke dalam berbagai bencana.
Waspadalah terhadap golongan-golongan dan kelompok-kelompok yang
terus membawa malapetaka dan memunculkan keburukan. Mereka itu ibarat
talang yang menghimpun air dalam keadaan keruh dan membuangnya secara
sia-sia, kecuali yang dirahmati oleh Allah, yang berpedoman kepada apa yang
diajarkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya. Ibnul Qayyim berkata tentang
151
tanda-tanda orang yang sungguh-sungguh berada di jalan ibadah: “…tanda
keduanya, perkataannya: mereka tidak dinisbatkan kepada nama tertentu
yakni mereka tidak dikenal memiliki nama yang menjadi identitas yang
dikenal oleh manusia yang biasa menjadi nama-nama bagi para penganut
aliran. Disamping itu mereka tidak terikat dengan satu amalan yang membuat
mereka dikenal dengan nama amalan itu saja, karena ini merupakan penyakit
dalam ibadah yaitu ibadah yang terbatas. Adapun ibadah yang bersifat mutlak
pelakunya tidak akan dikenal dengan sebutan tertentu sesuai dengan nama
amalannya, ia selalu menyambut dorongan ibadah yang berbeda, ia ikut serta
dalam kegiatan setiap pelaku ibadah, memiliki andil

150 Dan dalam buku Hukm Al -Intima’, karya penulis lebih banyak manfaat dan lebih detail
151 Madarijus Salikin (3/172)
87
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

bersama mereka, ia tidak terikat dengan satu identitas, tanda nama, atribut
atau metode yang dibuat-buat dengan berbagai istilah baru. Jika ditanya
tentang gurunya, ia menjawab Rasulullah ‫ﷺ‬, tentang jalannya ia menjawab,
mengikuti Nabi ‫ﷺ‬, tentang atributnya, dia menjawab, pakaian taqwa tentang
madzhabnya, dia menjawab, menjalankan sunnah, tentang tujuan dan cita-
citanya, dia menjawab:
ْ
‫ُههجو نوُ دري‬ ‫ۥ‬

menghendaki keridhaan-Nya
(Al-An’am: 52)

88
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101
tentang pos dan markasnya, dia menjawab
ُ

‫عفرت نأ ال ّل نذأ تويب ىف‬


ْ َُ ُُ
ٰ ْ ْ
ْ ‫الصاْل و وُ دغالب اهيف ۥُهل حبسُي ۥُهمساْ اهيف ر كذ‬
‫ُيُو‬
ُ ُ َ
َ ْ ْ
ٓ ٰ ُ
َ‫ٰةوكزال ءاتيإو ٰةولصال‬ ‫ ْل الجر‬8‫ماقإو ال َّل ركذ نع عْ يب ْلو ةرجت مهيهلت‬
ْ
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi
dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan
sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat
(An-Nur: 36-37)
tentang nasabnya, dia menjawab:
“Ayahku Islam, tidak ada Ayah bagiku selainnya
152
tatkala mereka berbangga dengan Qais dan Tamim.”

Tentang di mana makan dan minumnya, dia menjawab:


“apa urusanmu dengannya? Dia membawa sepatu dan perbekalan airnya, bisa
pergi ke sumber air dan bisa memakan dari pepohonan hingga berjumpa
153
pemiliknya.” [sajak]:
“Duhai betapa ruginya usia telah
habis, dan habis pula waktu-waktunya
diantara hinanya kelemahan dan kemalasan
orang-orang telah menempuh jalan keselamatan,
telah pula berjalan menuju tempat tujuan dengan pelan.”

152 Ini adalah dua nama qabilah arab kejam, mereka berbangga berasal dari qabilah ini, maka saya berbangga menisbatkan
diri ke Islaam. Salman Al Farisi mengatakannya dalam syair ini. (M)
153 Riwayat Bukhari dari Zaid bin Khalid Al -Juhani (M)
89
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

Kemudian beliau (Ibn Qayyim) berkata: “…perkataannya, “mereka adalah


harta berharga Allah dimanapun mereka berada’: harta karun raja adalah apa
yang disimpan dan ditimbun olehnya untuk digunakan pada saat-saat penting,
harta itu tidak diberikannya kepada sembarang orang. Begitu pula harta
seseorang yang disimpan dan ditabungnya untuk keperluan dan kejadian-
kejadian penting. Orang-orang ini, karena keadaan mereka tidak dikenal luas
oleh masyarakat, dengan berbagai sebab mereka tidak popular, tidak memiliki
ciri khas berupa identitas yang membedakan dari banyak orang, serta tidak
mengaitkan diri dengan nama suatu aliran mazhab, guru, atau busana tertentu,
mereka itu pun seperti tabungan Allah yang disimpan tersembunyi, mereka
itu manusia yang paling jauh dari penyakit, sebab semua penyakit terjadi
disebabkan oleh identitas, keterikatan dengannya, dan keterikatan dengan
berbagai aliran dengan istilah-istilah baru, mengikuti kondisi baru yang silih
berganti. Inilah yang memutus kebanyakan manusia dari Allah sedangkan
mereka tidak merasa. Yang mengherankan, para pengikut golongan-golongan
ini dikenal sebagai orang yang bersemangat, yang memiliki aspirasi, dan
berusaha menempuh perjalanan menuju Allah. Padahal mereka itu -kecuali
segelintir- terputus dari Allah disebabkan oleh identitas dan ikatan tersebut.
Sebagian ulama pernah ditanya tentang sunnah, beliau menjawab: “Yang
tidak memiliki nama selain sunnah.” Artinya ahlussunnah itu tidak memiliki
nama tertentu yang menjadi identitas mereka.

Sebagian orang mengikatkan diri dengan pakaian tertentu yang tidak dipakai
oleh orang lain, duduk di tempat tertentu yang tidak diduduki oleh orang lain,
berjalan dengan cara yang tidak dilakukan oleh orang lain, mengenakan
atribut dan sikap tertentu yang tidak ditinggalkannya, ibadah tertentu dan
tidak akan melakukan ibadah lain sekalipun nilainya lebih tinggi, atau belajar
kepada guru tertentu dan tidak menoleh kepada guru lain sekalipun
kedudukannya lebih dekat kepada Allah dan Rasul-Nya dibandingkan
gurunya. Mereka semua akan terhalang dan terhambat dari memperoleh
tujuan tertinggi. Mereka telah terbelenggu oleh tradisi, identitas, kondisi, dan
90
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

istilah tertentu, sehingga tidak bisa memurnikan mutaba’ah. Mereka berada di


suatu tempat terpisah darinya. Sebagian dari mereka beribadah dengan
berolahraga dan mengosongkan hati. Menganggap ilmu sebagai penghalang
dari jalannya, jika diingatkan, dianggapnya itu adalah tindakan berlebihan
dan kejahatan. Jika mereka melihat salah satu anggotanya melakukan itu,
mereka keluarkan dia dari golongan mereka dan mereka anggap sebagai
orang lain. Mereka itu orang-orang yang sangat jauh dari Allah walaupun
mungkin mereka paling dikenal. Wallahu a’lam.

66. Pembatal perhiasan ini

Saudaraku, semoga Allah melindungiku dan dirimu dari kesalahan-kesalahan.


Jika anda telah membaca sebagian dari keteladanan dan adab dalam buku ini
dan mengetahui sebagian pembatalnya, ketahuilah bahwa faktor perusak
rangkaian-rangkaian pengikat perhiasan adab ini adalah:
1. Menyebarkan rahasia
2. Menukil perkataan dari suatu kaum kepada kaum lain
3. Berbangga diri dan banyak bicara
4. Banyak bergurau
5. Menyela pembicaraan antara dua orang
6. Dengki
7. Iri
8. Prasangka buruk
9. Duduk di majelis ahlul bid’ah
10. Melangkah ke tempat-tempat haram

Hindarilah dosa-dosa ini dan sebangsanya, pendekan langkahmu dari seluruh


tempat yang diharamkan, lakukan itu, jika tidak, ketahuilah sebenarnya
agamamu adalah sangat tipis dan ringan, anda seorang yang banyak bermain-
main, banyak bergunjing, dan banyak mengadu domba. Bagaimana mungkin

91
bais.islamiconlineuniversity.com
© Islamic Online University.com Etiquette of Seeking Knowledge 101

anda menjadi seorang penuntut ilmu yang diperhitungkan kedudukannya dan


mendapat nikmat ilmu dan amal.

Semoga Allah meluruskan langkah serta mengkaruniakan taqwa dan akhir


yang baik di akhirat maupun di dunia untuk kita semua.
Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam bagi Nabi kita Muhammad
‫ﷺ‬, juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya.

Bakr bin Abdillah Abu Zaid


25/10/1408 H

92
bais.islamiconlineuniversity.com

Anda mungkin juga menyukai