Disusun oleh :
2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................
3.2 SARAN...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa ,karena
kami dapat menyelesaikan Makalah ini.Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Agama tentang “Nikmatnya mencari ilmu dan indahnya berbagi
pengetahuan”
selain itu tujuan Makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang
Pengetahuan Agama secara meluas.
b. Hukum Tajwid
Surat at-Tabah/9:122
Lafal Hukum Tajwid
َو َماmad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
ََ َكانmad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
ََ ْال ُمؤْ ِمنُونidhar qomariyah karena ada alif lam diikuti mim, dan mad
thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun
ِليَ ْن ِف ُرواikfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu huruf fa'
َ َكافَّةmad lazim mustaqqal kilmi karena ada mad thobi'i
bertemu huruf yang bertanda baca tasydid dalam satu
kata
َ فَلَ ْوmad layyin karena ada wawu sukun yang didahului huruf
dengan tanda baca fathah
َ َلmad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
َِ ُكikfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu huruf kaf
َل ِم ْن
ِم ْن ُه َْم فِ ْرقَ َةidghom bighunnah karena ada tanwin bertemu huruf
mim, dan idhar halqi karena ada nun sukun bertemu
huruf ha'
َ idhar syafawi karena ada mim sukun bertemu huruf tho'
َطائِفَةَ ِم ْن ُه ْم
َطائِفَة َ ِلَيَتَفَقَّ ُهواidghom bila ghunnah karena ada tanwin bertemu huruf
lam
ِفيmad thobi'i karena ada ya' sukun didahului kasro
َِين
ِ الدidhom syamsyiyah karena ada alif lam diikuti dal
َو ِليُ ْنذ ُِرواihfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu dzal
َ قَ ْو َم ُه ْمmad layyin karena ada wawu sukun didahului fathah
ِإ َذا َق ْو َم ُه َْمidhar syafawi karena ada mim sukun bertemu alif
لَ َعلَّ ُه َْم ِإلَ ْي ِه َْمidhar syafawi karena ada mim sukun bertemu lam
َ َيحْ َذ ُرونََ لَ َعلَّ ُه ْمidhar syafawi karena ada mim sukun bertemu ya'
ََ َيحْ َذ ُرونmad arid lis sukun karena ada mad thobi'i sebelom waqof
Artinya:
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi
untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat
menjaga dirinya.”
c. Kandungan Ayat
Dalam ayat ini, Allah swt. menerangkan bahwa tidak perlu semua orang
mukmin berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat dilakukan oleh
sebagian kaum muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam
masyarakat, sebagian berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi bertekun
menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam supaya ajaran-ajaran
agama itu dapat diajarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan
cara yang lebih efektif dan bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat
ditingkatkan.
Ayat ini telah menetapkan bahwa fungsi ilmu tersebut adalah untuk
mencerdaskan umat, maka tidaklah dapat dibenarkan bila ada orangorang
Islam yang menuntut ilmu pengetahuannya hanya untuk mengejar pangkat
dan kedudukan atau keuntungan pribadi saja, apalagi untuk menggunakan
ilmu pengetahuan sebagai kebanggaan dan kesombongan diri terhadap
golongan yang belum menerima pengetahuan
(َن ََو بِاْل ِع ْل َِم فَ َعلَ ْي َِه ال ُّد ْنيَا أ َ َرا ََد َم ْن ِ ن ََو اْل ِع ْل َِمِۚب فَ َعلَ ْي َِه
َْ اآلخ َرةَِْۚ أ َ َرا ََد َم َْ الطبراني رواه( بِاْل ِع ْل َِم فَ َعلَ ْي َِه ُه َما أ َ َرا ََد َم
Artinya :
“Carilah ilmu itu sejak dari ayunan sampai masuk ke liang lahat”(HR. Muslim)
4. Menuntut ilmu itu harus mau bersusah payah, karena ilmu itu harus dicari di
mana saja, sekalipun sangat jauh tempatnya dan banyak rintangannya, seperti
sabda Nabi SAW :
(َُواال ِع ْل َم
ْ طلُبْ ُ ْن َولَ َْو أ
َِ ع ْبد ُْال َبر َر َواهَُ{ بِالصي
َ
Artinya ,
(َضعُ ْوا ِل ُمعَ ِل ِم ْي ُك ْم َ ي َرواَهُ ( ْۚ ِل ُمعَ ِل ِم ْي ُكم َولَيَلَ ْوا تَعَلَّ ُم ْو َاو
َ ع ِل ُم ْو َاوت ََوا َّ
َْ ِالطب َْران
Artinya :
”Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-
gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu.” (HR
Tabrani)
2.6 Menerapkan Perilaku Mulia
Perilaku yang mencerminkan sikap memahami Q.S. at-Taubah/9:122, di
antaranya tergambar dalam aktivitas-aktivitas sebagai berikut.
1.Jadilah orang yang berilmu (pandai), sehingga dengan ilmu yang dimiliki
seorang muslim bisa mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orangorang
yang ada disekitarnya. Dan dengan demikian kebodohan yang ada
dilingkungannya bisa terkikis habis dan berubah menjadi masyarakat yang
beradab dan memiliki wawasan yang luas.
2.Jika tidak bisa menjadi orang pandai yang mengajarkan ilmunya kepada umat
manusia, jadilah sebagai orang yang mau belajar dari lingkungan sekitar dan
dari orang-orang pandai.
3.Jika tidak bisa menjadi orang yang belajar, jadilah sebagai orang yang mau
mendengarkan ilmu pengetahuan. Setidaknya jika kita mau mendengarkan
ilmu pengetahun kita bisa mengambil hikmah dari apa yang kita dengar.
4.Jika menjadi pendengar juga masih tidak bisa, maka jadilah sebagai orang
yang menyukai ilmu pengetahun, diantaranya dengan cara membantu dan
memuliakan orang-orang yang berilmu, memfasilitasi aktivitas keilmuan
seperti menyediakan tempat untuk pelaksanaan pengajian dan lain-lain.
5.Janganlah menjadi orang yang kelima, yaitu yang tidak berilmu, tidak belajar,
tidak mau mendengar, dan tidak menyukai ilmu. Jika diantara kita memilih
yang kelima ini akan menjadi orang yang celaka.
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan menjadi orang yang berilmu
sangat banyak keuntungannya ,kita mencari ilmu untuk kepentingan duniawi
sekaligus surgawi,karena Allah SWT telah memberikan kita akal dan pikiran
jadi,gunakan semuanya dengan baik dan benar.
3.2 saran
Sebagi seorang muslimin sudah semestinya bersungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu,karena dalam islam orang yang berilmu sangat di muliakan dan
akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.selain dari itu,ilmu juga memiliki
banyak keutamaan.maka dari itu,setelah kita memahami tentang perintah
menuntut ilmu dalam islam dan keutamaan ilmu,semoga dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.