Kepada Sesama
Disusun Oleh :
X Multimedia 2
SMK MALAKA
2022
Nailla Agustina
A. PENGERTIAN ILMU
Ilmu adalah cahaya kehidupan. Ilmu berasal dari kata al-'ilmu yang merupakan bentuk
masdar dari 'alima ya'lamu 'ilman. Pengertian secara ilmiah yang paling sering digunakan,
ilmu adalah kumpulan pengetahuan sistematis yang merupakan produk dari aktivitas
penelitian dengan metode ilmiah. Tanpa ilmu seseorang akan tersesat jauh ke dalam jurang
kebodohan. Dengan ilmu pengetahuan jarak yang jauh terasa dekat, waktu yang lama terasa
singkat, pekerjaan yang berat menjadi ringan. Ilmu adalah sumber kehidupan.
Sebuah hadist telah diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar: "Tuntutlah ilmu walaupun di negeri
Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para
malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela)
dengan yang ia tuntut."
1. Wahyu pertama (surah al-‘Alaq ayat 1-5) yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW
2. HR Thabrani
3. HR Muslim no.2699
4. HR Tirmidzi
Macam – macam ilmu :
1. Ilmu alamiah adalah ilmu yang mengkaji tentang keteraturan-keteraturan dalam alam
semesta dengan menggunakan metode ilmiah. Seperti : Ilmu fisika, kimia, biologi, dan
lain-lain.
2. Ilmu sosial adalah ilmu yang mengkaji tentang keteraturan-ketetaturan dalam hubungan
antar manusia satu dengan manusia yang lainnya. Seperti: Ilmu sosiologi, ekonomi,
antropologi, dll.
3. Ilmu budaya adalah ilmu yang mengkaji tentang masalah-masalah manusia dan budaya
yang bersifat manusiawi. Seperti: Ilmu bahasa, agama, kesenian, dan lain-lain.
Syarat – syarat ilmu :
1. Logis atau masuk akal, sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan yang diakui
kebenarannya.
2. Objektif, sesuai berdasarkan objek yang dikaji dan didukung dari fakta empiris.
3. Metodik, diperoleh dari cara tertentu dan teratur, diamati dan terkontrol Sistematik,
disusun dalam satu sistem dengan saling berkaitan dan menjelskan sehingga satu kesatuan
4. Agama islam memandang bahwa ilmu pengetahuan adalah hal yang sangat penting.
Orang - orang yang memiliki pengetahuan Allah swt menjanjikan dengan derajat yang tinggi
disisi -nya, apalagi disisi manusia lainnya. Demikian pula Rasulullah saw yang menganjurkan
setiap umat islam agar menuntut ilmu setinggi – tingginya. Rasulullah menyatakan bahwa
orang – orang yang menuntut ilmu sama besar pahalanya dengan orang yang berjihad di jalan
Allah swt.
Muhammad Fauzan
Pada umur 16 tahun, Bukhari menunaikan ibadah haji, pada saat itulah ketika ibu dan
saudaranya kembali ke kampung halamannya, Bukhari memilih tetap tinggal untuk meraih
sebanyak mungkin ilmu dari para masyayikh
Kemudian pada tahun 179 hiriyah, saat usianya 15 tahun, beliau mulai menuntut ilmu kepada
para ulama terkenal di masanya. Beliau awali degan menimba ilmu kepada para ulama
bagdad di kota yang beliau tinggali
3. Ibnu Taimiyah
Lahir di Harran, 10 Rabiul awal 661 H di zaman ketika bangdad merupakan pusat kekuasaan
dan budaya islam. Ketika berusia enam tahun, Taimiyah kecil dibawa ayahnya ke Damaskus.
Di Damsakus beliau belajar pada banyak guru ilmu hitung, khat, nahwu, ushul fiqih
merupakan bagian dari ilmu yang diperolehnya.
Di usia beliau telah mereguk limpahan ilmu. Dan satu hal, beliau dikaruniai Allah SWT,
kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda, beliau telah hafal Al-
Quran. Tak hanya itu, beliau mengimbangi keamakannya menuntut ilmu dengan kebersihan
hatinya. Pada usia 17 tahun kepekaannya terhadap dunia ilmu mulai kentara. Dan umur 19
tahun, beliau telah memberi fatwa.
4. Ibnu Sina
Lahir pada tahun 980 Masehi di Bukhara, iran (sekarang Uzbekistan) Ibnu Sina telah
memperlihakan kecerdasannya sejak masih anak anak. Pada usia 10 tahun dia telah membaca
dan menghafalkan Al-Quran. Menginjak usia remaja, ia belajar ilmu penalaran dari seorang
guru dan mempelajari pemikiran filsuf era hellenistik secara otodidak.
Pada usia 16 tahun, Ibnu Sina mulai mempelajari ilmu pengobatan. Memasuki usia 21 tahun.
Ibnu Sina mulai aktif menuliskan pemikirannya. Lebih dari 240 bidang telah dia hasilkan
Auliya Nadhirah Bahri
Artinya:
“Rasulullah saw. bersabda: Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Dan
sesungguhnya segala sesuatu hingga makhluk hidup di lautan memintakan ampun bagi
penuntut ilmu.” (HR. Ibnu Abdil)
Artinya:
Dan tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS.
At – Taubah: 122)
- Menuntut Ilmu
Melalui ayat ini, dapat diketahui kedudukan penting dari menuntut ilmu yang disejajarkan
dengan berperang. Keduanya sama-sama memperjuangkan dan menyebarluaskan dakwah
Islamiyah, yang membedakan hanya metodenya saja.
Adapun poin-poin utama yang menjelaskan tentang menuntut ilmu adalah sebagai berikut,
1. Mereka yang telah menuntut ilmu dan memahami ajaran agamanya, akan dimudahkan
untuk menjaga diri dari kesesatan dan menjauhi laranganNya.
2. Fungsi ilmu semata-mata untuk mencerdaskan umat. Jadi, tidak dibenarkan bila ada yang
menuntut ilmu hanya untuk mengejar pangkat atau keuntungan pribadi saja. Apalagi
menimbulkan kesombongan diri.
3. Selain ilmu agama, ilmu yang juga wajib dipelajari oleh umat muslim daam surat At
Taubah ayat 122 ini adalah semua ilmu pengetahuan yang berguna dan dapat
mencerdaskan kehidupan. Selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama.
Menyampaikan ilmu tentunya tidak selalu dengan ucapan. Bisa juga dengan perbuatan
(tangan atau anggota tubuh lainnya), sehingga bisa diamati. Bahkan, bila disampaikan dengan
perbuatan melalui contoh, ilmu akan lebih mudah difahami orang lain. Sebab, manusia bukan
hanya diberikan kemampuan menyerap ilmu dengan cara mendengar, tetapi juga melihat
langsung cara melakukannya
Ustaz Abdillah Firmanzah Hasan mengatakan, meskipun seorang muslim paham ribuan ayat
Alquran dan hadis atau fatwa ulama, tetapi hanya dipahami secara teori tanpa praktek, maka
ilmunya tidak memberi manfaat bagi dirinya.
Ustaz Abdillah menyampaikan, setelah ilmu yang diketahuinya dipraktikkan dengan cara
yang benar, barulah ia dapat menyampaikan ilmunya kepada sesama. Menurut Imam Ahmad,
menuntut ilmu dan mengajarkannya lebih utama daripada berjihad dan amal sunnah lainnya
"Mengajarkan ilmu kepada orang lain merupakan amalan Mulia disisi Allah," katanya.
Sebab selain yang diajarkan mendapat pahala yang mengajak pun mendapat keutamaan. Hal
ini sebagaimana orang yang diajarkan tanpa mengurangi pahala nya sedikit pun.
“Barangsiapa menyampaikan satu ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya, maka
walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal), ia akan tetap memperoleh pahala”
(HR. Al Bukhari).
Dalam Hadis juga diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang mengajak pada petunjuk, ia memperoleh pahala sebagaimana pahala
orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikit pun dan dari pahala pahala mereka
yang mencontohnya itu. Barang siapa yang mengajak ke arah kesesatan maka ia memperoleh
dosa sebagaimana dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-
dosa mereka yang mencontohnya itu." (HR Muslim).
Indra Saputra
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Lalu ada yang bertanya, “Apa itu ya Rasulullah?” Maka beliau menjawab, “Apabila kamu
bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya; apabila dia mengundangmu maka
penuhilah undangannya; apabila dia meminta nasehat kepadamu maka berilah nasehat
kepadanya; apabila dia bersin lalu memuji Allah maka doakanlah dia dengan bacaan
yarhamukallah; apabila dia sakit maka jenguklah ia; dan apabila dia meninggal maka
iringilah jenazahnya.
Ada etika dan aturan dalam memberi nasihat untuk istri, anak, saudara, ataupun orang lain.
Dengan begitu, nasihat yang disampaikan bisa sampai dan diterima dengan baik oleh orang
lain.
2. Niat Menasihati
Seperti yang telah disebutkan, niat perlu diutamakan pada adab menasehati dalam Islam.