Anda di halaman 1dari 10

MUNCULNYA ILMU DAN FILSAFAT

TUGAS INI DISUSUN UNTUK

MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU DAN PENGETAHUAN

DENGAN DOSEN PENGAMPU R. IRLANTO SUDOMO., M.PD.

Disusun Oleh :

1. Ruwi Rais ala’raaf (3322110028)


2. Khusniya Fatkhun Nisa (3322110043)

UNIVERSITAS IVET SEMARANG


FAKULTAS SAINS DAN TEKKNOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN INFORMATIKA
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Sebelum manusia menemukan dan menerapkan yang kita kenal dengan sebutan
suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal kedokteran, matematika, politik,
Bahasa, sastra budaya dan lain sebagainya manusia pada jaman dahulu
memikirkannya dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat
dan jawaban dari pertanyaan tersebut nanti akan menjadi sebuah sebuah jawaban
yang bersifat filsafat.

Sebagai sebuah kebenaran tentunya memiliki berbagai filosofis yang


melatarbelakanginya sebagai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, siapapun manusia
yang sudah berhubungan dalam dunia ilmu pengetahuan tersebut secara khusus
tentunya tidak begitu memikirkan bagaimana ilmu pengetahuan itu secara tinjauan
filsafatnya. Hal ini pastinya akan membuat siapapun yang mempercayai
keberadaan setiap ilmu pengetahuan akan kehilangan makna dari ilmu pengetauhan
itu sendiri. Kehilangan makna akan ilmu pengetahuan berarti akan kehilangan
nilai,arah serta tujuan dari ilmu pengetahuan tersebut diciptakan. Filsafat
yangmerupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh
mungkin bagi manusia sendiri menjadi kegiatan tertinggi yang dimiliki manusia.
Bagian filsafat pertama menjadi bagian yang paling mulia dikarenakan
pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran.
Filsafat berkontribusi dalam membangun berbagai tradisi dengan banyaknya orang
mengajukan pertanyaan yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya
pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, Bahasa bahkan juga agama
tempat tradisi filsafat iru dibangun. Ilmu filsafat yang kita pelajari saat ini telah
melewati berbagai zaman.

B. Rumusan Masalah.
1. Apa itu ilmu ?
2. Kapan Filsafat mulai muncul ?
3. Bagaimana cara mempelajari filsafat ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu.

Berikut ini beberapa atsar yang berisi nasehat dan keterangan akan
pentingnya ilmu dan mempelajarinya.

Pertama: Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Beliau berkata: “Ilmu
itu lebih baik daripada harta, ilmu akan menjagamu sedangkan kamulah yang akan
menjaga harta. Ilmu itu hakim (yang memutuskan berbagai perkara) sedangkan
harta adalah yang dihakimi. Telah mati para penyimpan harta dan tersisalah para
pemilik ilmu, walaupun diri-diri mereka telah tiada akan tetapi pribadi-pribadi
mereka tetap ada pada hati-hati manusia.” (Adabud Dunyaa wad Diin, karya Al-
Imam Abul Hasan Al-Mawardiy, hal.48).

Kedua: Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Bahwasanya beliau


apabila melihat para pemuda giat mencari ilmu, beliau berkata: “Selamat datang
wahai sumber-sumber hikmah dan para penerang kegelapan. Walaupun kalian
telah usang pakaiannya akan tetapi hati-hati kalian tetap baru. Kalian tinggal di
rumah-rumah (untuk mempelajari ilmu), kalian adalah kebanggaan setiap kabilah.”
(Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr, 1/52), Yakni
bahwasanya sifat mereka secara umum adalah sibuk dengan mencari ilmu dan
tinggal di rumah dalam rangka untuk mudzaakarah (mengulang pelajaran yang
telah didapatkan) dan mempelajarinya. Semuanya ini menyibukkan mereka dari
memperhatikan berbagai macam pakaian dan kemewahan dunia secara umum
demikian juga hal-hal yang tidak bermanfaat atau yang kurang manfaatnya dan
hanya membuang waktu belaka seperti berputar-putar di jalan-jalan (mengadakan
perjalanan yang kurang bermanfaat atau sekedar jalan-jalan tanpa tujuan yang
jelas) sebagaimana yang biasa dilakukan oleh selain mereka dari kalangan para
pemuda.

Ketiga: Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Dia berkata: “Pelajarilah
oleh kalian ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah
khasy-yah; mencarinya adalah ibadah; mempelajarinya dan mengulangnya adalah
tasbiih; membahasnya adalah jihad; mengajarkannya kepada yang tidak
mengetahuinya adalah shadaqah; memberikannya kepada keluarganya adalah
pendekatan diri kepada Allah; karena ilmu itu menjelaskan perkara yang halal dan
yang haram; menara jalan-jalannya ahlul jannah, dan ilmu itu sebagai penenang di
saat was-was dan bimbang; yang menemani di saat berada di tempat yang asing;
dan yang akan mengajak bicara di saat sendirian; sebagai dalil yang akan
menunjuki kita di saat senang dengan bersyukur dan di saat tertimpa musibah
dengan sabar; senjata untuk melawan musuh; dan yang akan menghiasainya di
tengah-tengah sahabat-sahabatnya.

Dengan ilmu tersebut Allah akan mengangkat kaum-kaum lalu menjadikan


mereka berada dalam kebaikan, sehingga mereka menjadi panutan dan para imam;
jejak-jejak mereka akan diikuti; perbuatan-perbuatan mereka akan dicontoh serta
semua pendapat akan kembali kepada pendapat mereka. Para malaikat merasa
senang berada di perkumpulan mereka; dan akan mengusap mereka dengan sayap-
sayapnya; setiap makhluk yang basah dan yang kering akan memintakan ampun
untuk mereka, demikian juga ikan yang di laut sampai ikan yang terkecilnya, dan
binatang buas yang di daratan dan binatang ternaknya (semuanya memintakan
ampun kepada Allah untuk mereka). Karena sesungguhnya ilmu adalah yang akan
menghidupkan hati dari kebodohan dan yang akan menerangi pandangan dari
berbagai kegelapan. Dengan ilmu seorang hamba akan mencapai kedudukan-
kedudukan yang terbaik dan derajat-derajat yang tinggi baik di dunia maupun di
akhirat.

Memikirkan ilmu menyamai puasa; mempelajarinya menyamai shalat


malam; dengan ilmu akan tersambunglah tali shilaturrahmi, dan akan diketahui
perkara yang halal sehingga terhindar dari perkara yang haram. Ilmu adalah
pemimpinnya amal sedangkan amal itu adalah pengikutnya, ilmu itu hanya akan
diberikan kepada orang-orang yang berbahagia; sedangkan orang-orang yang
celaka akan terhalang darinya.” (Ibid. 1/55)

Keutamaan manusia dari makhluk Allah lainnya terletak pada ilmunya.


Allah bahkan menyuruh para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam as karena
kelebihan ilmu yang dimilikinya. Cara kita bersyukur atas keutamaan yang Allah
berikan kepada kita adalah dengan menggunakan segala potensi yang ada pada diri
kita untuk Allah atau di jalan Allah.

B. Adab Menuntut Ilmu

Dalam menuntut ilmu perlu diperhatikan beberapa adab, yaitu :

a. Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya
diringi dengan hati yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk
menyombongkan diri, menipu orang lain ataupun pamer kepandaian,
tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri kita
bermanfaat bagi orang lain.

b. Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah
berhenti. Allah mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan
orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan Kami

Filsafat, terutama filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke


7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan, dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka, dan tidak menggantungkan
diri kepada agama untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak
yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani, dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya
sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta
sehingga secara intelektual orang lebih bebas.

Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta,
sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar adalah
Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles
adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain
hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh
Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat. Buku karangan Plato yg terkenal
adalah berjudul "etika, republik, apologi, phaedo, dan krito".

Secara etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris
dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris, yaitu “philosophy”, sedangkan dalam
bahasa Yunani, “philen” atau “philos” dan “sofein” atau “sophi”. Ada pula yang
mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu “falsafah” yang artinya
al-hikmah. Akan tetapi, kata tersebut pada awalnya berasal dari bahasa Yunani.
“philos” artinya cinta, sedangkan “Sophia” artinya kebijaksanaan.[1]
C. Karakteristik dan Metode Filsafat

1. Karakteristik Filsafat
Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh.
Seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang
ilmu itu sendiri. Ingin melihat hakikat ilmu dalam pengetahuan yang
lainnya, ingin mengetahui kaitan ilmu dengan moral, kaitan ilmu dan
agama, dan ingin meyakini apakah ilmu itu membawa kebahagiaan
kepada manusia.[2] Sifat berfikir filsafat yang kedua adalah mendasar,
artinya setiap ilmu yang ada tak lagi dipercaya sebagai kebenaran.
Kebenaran di pertanyaan (spekulatif) yang sistematis berfikir secara
runtut, logis, dan bertanggung jawab.

2. Metode Filsafat
Karena objek filsafat meliputi segala yang ada, dan yang mungkin
tidak ada, dan juga karna filsafat merupakan suatu induknya ilmu dari
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang ada serta mengingat isi filsafat
adalah buah pikiran filosuf dan isi filsafat sangat luas, keluasannya
disebabkan cabang pengetahuan yang tertua. Untuk memudahkan
mempelajari filsafat ada tiga metode mempelajari filsafat, yaitu:
i. Metode Sistematis
Metode ini digunakan untuk membahas langsung isi
persoalan dari filsafat dengan tidak mementingkan urutan
zaman penganjurnya masing-masing. Misalnya dalam bidang
logika hanya dipersoalkan mana yang benar dan mana yang
salah menurut pertimbangan akal, bagaimana berfikir yang
benar dan bagaimana cara berfikir yang salah.
ii. Metode Historis

Metode historis ini digunakan bila orang ingin


mempelajari perkembangan aliran-aliran filsafat sejak dulu
hingga sekarang. Dalam metode historis ini dikemukakan
riwayat hidup tokoh-tokoh filsafat yang terkenal serta
bagaimana timbulnya paham (aliran) filsafatnya dengan segala
persoalannya, bagaimana pendapatnya tentang logika, etika dan
tentang keagamaan.

iii. Metode Kritis

Metode ini digunakan oleh mereka yang mempelajari


filsafat tingkat atas, pembicaraan filsafat dimulai dengan
pendekatan sistematis dan historis, langkah awal dimulai
dengan memahami isi ajaran, kemudian dicoba mengajukan
kritik.[3]
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Allah telah memberikan anugerah yang cukup besar kepada
manusia yaitu akal dan pikiran. Dengan akal manusia bisa mencari tahu
sesuatu hal-hal yang baru. Dengan mencari sesuatu hal-hal yang baru jika
dapat diketahui maka manusia sudah mendapatkan ilmu . Dengan pikiran
manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana buruk Ilmu
merupakan suatu jalan untuk menuju ke surga. Sebagaimana sabda
rasulullah SAW yang artinya :“segala sesuatu yang ada jalannya dan jalan
menuju surga adalah ilmu” orang yang paling utama diantara manusia
adalah orang mukmin yang mempunyai ilmu, dimana kalau dibutuhkan
(orang) dia membawa manfaat /memberi petunjuk dan dikala sedang
tidak dibutuhkan dia memperkaya /menambah sendiri pengetahuannya.

Anda mungkin juga menyukai