Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Sebelum manusia menemukan dan menerapkan yang kita kenal dengan sebutan
suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal kedokteran, matematika, politik,
Bahasa, sastra budaya dan lain sebagainya manusia pada jaman dahulu
memikirkannya dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat
dan jawaban dari pertanyaan tersebut nanti akan menjadi sebuah sebuah jawaban
yang bersifat filsafat.
B. Rumusan Masalah.
1. Apa itu ilmu ?
2. Kapan Filsafat mulai muncul ?
3. Bagaimana cara mempelajari filsafat ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu.
Berikut ini beberapa atsar yang berisi nasehat dan keterangan akan
pentingnya ilmu dan mempelajarinya.
Pertama: Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Beliau berkata: “Ilmu
itu lebih baik daripada harta, ilmu akan menjagamu sedangkan kamulah yang akan
menjaga harta. Ilmu itu hakim (yang memutuskan berbagai perkara) sedangkan
harta adalah yang dihakimi. Telah mati para penyimpan harta dan tersisalah para
pemilik ilmu, walaupun diri-diri mereka telah tiada akan tetapi pribadi-pribadi
mereka tetap ada pada hati-hati manusia.” (Adabud Dunyaa wad Diin, karya Al-
Imam Abul Hasan Al-Mawardiy, hal.48).
Ketiga: Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Dia berkata: “Pelajarilah
oleh kalian ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah
khasy-yah; mencarinya adalah ibadah; mempelajarinya dan mengulangnya adalah
tasbiih; membahasnya adalah jihad; mengajarkannya kepada yang tidak
mengetahuinya adalah shadaqah; memberikannya kepada keluarganya adalah
pendekatan diri kepada Allah; karena ilmu itu menjelaskan perkara yang halal dan
yang haram; menara jalan-jalannya ahlul jannah, dan ilmu itu sebagai penenang di
saat was-was dan bimbang; yang menemani di saat berada di tempat yang asing;
dan yang akan mengajak bicara di saat sendirian; sebagai dalil yang akan
menunjuki kita di saat senang dengan bersyukur dan di saat tertimpa musibah
dengan sabar; senjata untuk melawan musuh; dan yang akan menghiasainya di
tengah-tengah sahabat-sahabatnya.
a. Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya
diringi dengan hati yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk
menyombongkan diri, menipu orang lain ataupun pamer kepandaian,
tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri kita
bermanfaat bagi orang lain.
b. Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah
berhenti. Allah mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan
orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan Kami
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta,
sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar adalah
Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles
adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain
hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh
Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat. Buku karangan Plato yg terkenal
adalah berjudul "etika, republik, apologi, phaedo, dan krito".
Secara etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris
dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris, yaitu “philosophy”, sedangkan dalam
bahasa Yunani, “philen” atau “philos” dan “sofein” atau “sophi”. Ada pula yang
mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu “falsafah” yang artinya
al-hikmah. Akan tetapi, kata tersebut pada awalnya berasal dari bahasa Yunani.
“philos” artinya cinta, sedangkan “Sophia” artinya kebijaksanaan.[1]
C. Karakteristik dan Metode Filsafat
1. Karakteristik Filsafat
Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh.
Seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang
ilmu itu sendiri. Ingin melihat hakikat ilmu dalam pengetahuan yang
lainnya, ingin mengetahui kaitan ilmu dengan moral, kaitan ilmu dan
agama, dan ingin meyakini apakah ilmu itu membawa kebahagiaan
kepada manusia.[2] Sifat berfikir filsafat yang kedua adalah mendasar,
artinya setiap ilmu yang ada tak lagi dipercaya sebagai kebenaran.
Kebenaran di pertanyaan (spekulatif) yang sistematis berfikir secara
runtut, logis, dan bertanggung jawab.
2. Metode Filsafat
Karena objek filsafat meliputi segala yang ada, dan yang mungkin
tidak ada, dan juga karna filsafat merupakan suatu induknya ilmu dari
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang ada serta mengingat isi filsafat
adalah buah pikiran filosuf dan isi filsafat sangat luas, keluasannya
disebabkan cabang pengetahuan yang tertua. Untuk memudahkan
mempelajari filsafat ada tiga metode mempelajari filsafat, yaitu:
i. Metode Sistematis
Metode ini digunakan untuk membahas langsung isi
persoalan dari filsafat dengan tidak mementingkan urutan
zaman penganjurnya masing-masing. Misalnya dalam bidang
logika hanya dipersoalkan mana yang benar dan mana yang
salah menurut pertimbangan akal, bagaimana berfikir yang
benar dan bagaimana cara berfikir yang salah.
ii. Metode Historis
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Allah telah memberikan anugerah yang cukup besar kepada
manusia yaitu akal dan pikiran. Dengan akal manusia bisa mencari tahu
sesuatu hal-hal yang baru. Dengan mencari sesuatu hal-hal yang baru jika
dapat diketahui maka manusia sudah mendapatkan ilmu . Dengan pikiran
manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana buruk Ilmu
merupakan suatu jalan untuk menuju ke surga. Sebagaimana sabda
rasulullah SAW yang artinya :“segala sesuatu yang ada jalannya dan jalan
menuju surga adalah ilmu” orang yang paling utama diantara manusia
adalah orang mukmin yang mempunyai ilmu, dimana kalau dibutuhkan
(orang) dia membawa manfaat /memberi petunjuk dan dikala sedang
tidak dibutuhkan dia memperkaya /menambah sendiri pengetahuannya.