Allah pencipta manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam raya, dan Allahlah
yang mengajarkan ilmu kepada Nabi Adam, sebagaimana firmannya di dalam surat
Jelaslah dari ayat tersebut bahwa ilmu itu pada hakekatnya dari Allah, karena
Allah lah yang mengajarkan pada manusia pertama yang diciptakanNya. Bahkan Allah
memanggil langit dan bumi dalam keadaan terpaksa atau ridha kepada Tuhannya
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya
menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami
datang dengan suka hati".
Dari ayat diatas, bumi dan langit tunduk kepada Allah, maka oleh sebab itu hokum
alam pun yang terjadi dibumi dan langit seharusnya tunduk kepada Allah. Ilmu tidak
tiba-tiba ada akan tetapi melalui proses. Dengan ilmu tegaklah suatu peradaban,
seperti peradaban Yunani, peradaban Islam dan peradaban Barat. Dalam peradaban
Page 1 of 40
Yunani, masalah keilmuannya para filosof masih memikirkan tentang sang pencipta,
namun mereka tidak mengetahui siapa sang pencipta itu. Dalam peradaban Islam ilmu
dengan ilmu, jadi dalam pandangan Islam, ilmu agama dan umum sama saja berasal
dari Allah. Dapat dipastikan sampai kiamat Islam tidak akan mendikotomi ilmu
dengan agama sebab sumber dari agama Islam yaitu Al-Qur’an yang didalamnya
banyak menulis tentang kata-kata ilm. Bahkan dengan ilmu itulah keimanan akan
Jadi dalam Islam orang yang berilmu (ulama) itu takut pada Allah, dapat kita
katakana bahwa ilmu dalam Islam tidak dikotomi dengan agama terutama masalah
ketuhanan (metafisika). Adapun Barat melakukan dikotomi antara ilmu dengan agama.
Bahkan Barat mengatakan ilmu adalah value free (bebas nilai) maksudnya adalah
bebas dari agama khususnya Islam. Ilmu itu berisi teori, yang mana teori itu biasanya
menerangkan hubungan sebab akibat, dan ilmu itu tidak bisa memberikan nilai baik
dan buruk, haram dan halal, sopan atau tidak sopan, ilmu itu hanya memberikan nilai
benar atau salah. Kenyataan inilah yang menyebabkan ada orang yang menyangka
bahwa ilmu itu netral. Bahkan ilmu itu sangat dipengaruhi oleh worldview orang yang
menggagas ilmu tersebut. Yang mana worldview orang tersebut bisa dipengaruhi oleh
Page 2 of 40
kebudayaannya, bisa juga oleh keyakinannya, filsafat, lingkungan dan bisa juga karena
kebiasaannya.
Namun ada yang perlu dicermati juga bahwa tidak secara keseluruhan atau
semuanya berbeda, antara ilmu dalam perspektif Islam dengan ilmu dalam perspektif
yang selalu diarahkan pada dunia Barat. Munculnya berbagai klaim mengenai
dengan kata lain kemajuan ilmu dan teknologi di dunia Barat disebabkan antara
lain dan terutama oleh paham sekulerisme dan gerakan sekulerisasi yang
mengakhiri apa yang kemudian disebut zaman kegelapan. Bahkan ada sebagian
dalam dunia Islam hanya dapat terwujud jika, kaum Muslimin mau mengikuti dan
mempraktekkan sekulerisasi.
Raji Al- Faruqi dan Syed Muhammad Naquib Al- Attas, Sardar, Seyyed Hossen
Page 3 of 40
merekonstruksi maupun dekonstruksi beberapa klaim yang sudah di terstigma
di dunia.
B. PEMBATASAN MASALAH
Pada kesempatan ini penulis hanya membahas tentang pemikiran Islamisasi Sains
C. RUMUSAN MASALAH
D. TUJUAN
1. Mengetahui konsep ilmu yang digagas oleh Syed Muhammad Naquib Al-
Attas.
E. MANFAAT
Secara teoritis dapat diambil suatu manfaat bahwa setiap orang hendaknya perduli
terhadap ilmu yang diterima dari perspektif Barat, bukan harus dibuang secara
Sedangkan secara praktis, semua otoritas yang terkait terutama dalam dunia
pendidikan hendaknya waspada terhadap ilmu yang berorientasi pada peradaban Barat
Page 4 of 40
yang dapat mengakibatkan kerusakan terhadap bangsa dan generasi muda. Perkuat di
BAB II
Page 5 of 40
S
ejak awal, para filosof pra-Sokratik1 tidak memberikan perhatian pada cabang
filsafat epistemologi, sebab mereka memusatkan perhatian pada alam dan kemungkinan
begitu saja, bahwa pengetahuan mengenai itu mungkin, meski beberapa di antara mereka
SM) menekankan penggunaan akal. Meski demikian, tidak seorang pun meragukan
P
engetahuan tentang “realitas” atau kebenaran obyektif mendapat momentumnya
pada filsafat Socrates (469–399 SM). Menurutnya, ada kebenaran obyektif yang tidak
tergantung pada saya atau pada kita. Untuk membuktikannya, Socrates menggunakan
metode dialektika (berasal dari kata kerja Yunani dialegesthai, yang berarti bercakap-
cakap atau berdialog), yang terdiri dari induksi dan definisi. Yang disebut pertama
adalah pemikiran yang bertolak dari pengetahuan yang khusus, kemudian menyimpulkan
pengetahuan yang umum, sedangkan yang disebut belakangan tiada lain adalah
Pada abad 5 SM, muncul keraguan terhadap adanya kemungkinan itu. Mereka yang
1
Nunu Burhanuddin, Pemikiran Epistemologi Barat, Jurnal Intizar, Vol. 21 (No.1), Bukit Tinggi: IAIN
Syekh Jamil Jambek, 2015, hlm. 135-136.
Page 6 of 40
mempunyai pengetahuan sebagaimana adanya? Sikap inilah yang disinyalir
sesuatu persis sama sebagaimana sesuatu itu tampak kepada manusia, dan kesan
measure of thinks, of things that they are, of things that are not.” (Manusia adalah
ukuran segala sesuatu baik yang ada maupun tidak ada). Sebaliknya, menurut
Gorgias, tidak ada sesuatu yang disebut kenyataan. Jika ada, kita tidak dapat
exits, if anything exits, it is unknown able and granting, it even to exits and to be
pemikiran Plato (427-347 SM). Filosof Yunani ini, bahkan disebut-sebut sebagai
Dapatkah budi memberi pengetahuan? Dan apakah hubungan antara pengetahuan dengan
Ilmu pengetahuan berasal dari dua suku kata; ilmu dan pengetahuan. Secara
etimologi, ilmu dalam bahasa Inggris disebut sebagai science, yang merupakan
serapan dari bahasa latin scientia, yang merupakan turunan dari kata scire, dan
mempunyai arti mengetahui (to know), yang juga berarti belajar (to learn). Science
Page 7 of 40
syarat yang khas. Sementara pengetahuan dalam bahasa Inggris disebut sebagai
knowledge yang mempunyai arti; (1) the fact or conditioning of being aware of
something (kenyataan atau kondisi menyadari sesuatu). (2) the fact or conditioning
(kenyataan atau kondisi mengetahui sesuatu yang diperoleh secara umum melalui
pengalaman atau asosiasi), (3) the sum of is known; the body of truth, information,
informasi, dan prinsip-prinsip yang diperoleh manusia) (4) the fact or condition of
1. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag menulis: “Science is empirical,
rational, general and cumulative; and it is all four at once” (ilmu adalah
keempat-empatnya serentak).
terms” (Ilmu pengetahuan adalah lukisan atau keterangan yang lengkap dan
sesederhana/sesedikit mungkin).
2
Izzaturrusuli, Ilmu Pengetahuan dari John Locke Ke Al Attas, Jurnal Pencerahan, Takengon: STAIN
Gajah Putih, Vol. 9, (No.1), 2015, hlm. 13.
Page 8 of 40
3. Prof. Dr. Ashley Montagu, guru besar antropologi di Rutgers University
pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan,
studi dan percobaan untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal
terutama sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dan
bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu fakta yang bersifat empiris atau
Page 9 of 40
merangkum keseluruhan fenomena yang bersifat umum, artinya kebenaran
yang didapatkan dapat diterapkan untuk fenomena yang sama tanpa terikat
diselidiki kembali atau diuji ulang oleh setiap anggota lainnya dari
Adapun konsep ilmu dalam perspektif Barat akan dibahas dua tokoh
Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam. Di bidang ilmu alam, ia merupakan
percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk
ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika
3
Abdul Karim, Sejarah Ilmu Pengetahuan, Jurnal Fikrah, Vol. 2 (No.1), 2014, hlm. 280.
Page 10 of 40
dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan pada susunan pikir. Masa keemasan
silogisme (syllogisme).
yang konkret. Dia juga pernah menjadi guru dari seorang jenderal terkenal
yaitu Alexander Agung. Aristoteles memiliki karya luar biasa adalah filsafat
sini di sebut dengan logika formal. Sedangkan bagi kaum santri dikenal dengan
4
Mahfud, Patsun, Mengenal Filsafat anatara Metode Praktis dan Pemikiran Socrates Plato dan
Aristoteles, Jurnal Cendikia, Vol. 5 (No. 1), 2019, hlm. 134-135.
Page 11 of 40
berada di dunia pengalam sebagai realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya
yang ada dan adanya yang tidak ada. Aristoteles melengkapinya dengan bahwa
sehingga ide dan realitas segala yang ada menyatu dalam suatu
ada sebagai suatu keseluruhan, dan yang dipelajarinya adalah dunia yang
itu dalam berbagai lingkungan seperti fisika, biologi, etika, politik, dan
Pandangan Aristoteles sangat luas dalam bidang filsafat, maka dari itu ia
orang yang percaya terhadap adanya Tuhan, baginya bukti adanya Tuhan ialah
bahwa Tuhan adalah penyebab utama adanya gerak (a first cause of motion).
bersifat abadi dan kekal atau lebih dikenal dengan penggerak yang tidak
etika adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan dan sebagai barang tertinggi
Page 12 of 40
dalam kehidupan, etika juga dapat mendidik manusia supaya memiliki sikap
politik tidak akan lepas dari ilmu dan etika, fenomena merupakan interpretasi
dari bentuk dan ruh, etika menjadi pemandu ilmu politik, dan negara adalah
Aristoteles6 memecah dualisme Plato antara alam idea dan alam materi
dengan mengemukakan bahwa, alam ide dan materi itu menyatu, sejalan
dengan filsafat metafisikanya Aristoteles bahwa setiap benda terdiri dari jiwa
(matter) dan bentuk (form) jiwa adalah substansinya sedangkan melalui bentuk
idea dan wujud, sedangkan Aristoteles lebih kepada jiwa dan materi
5
Aloysius G.Dinora, Aristoteles Socrates Plato Sebuah Biografi, Yogyakarta: Sociality, 2019, hlm. 77.
6
M.Wiyono, Pemikiran Filsafat Al Farabi, Jurnal Substantia, Vol. 18 (No.1), Jakarta : UIN Syarif
Hidiyatullah, hlm. 71.
7
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Bandung: ROSDA, 2012, hlm. 13.
Page 13 of 40
inderawinya yang akan menghiasi jiwa manusia dari mempunyai
sama, Locke juga berusaha memisahkan filsafat ilmu dari teologi. Implikasi
8
Rido Kurnianto, Perbandingan Konsepsi Epistemologi Empirisme Ibnu Taymiyyah dan John Locke,
Jurnal Tsaqafah, Vol. 10 (No.1), Ponorogo: Universitas Muhammadiyah, 2014, hlm. 160.
9
Chusnul Chatimah Asmad, Teori Epistemologi Empirisme, Makalah , Makasar: UIN Alauddin, 2018,
hlm. 26.
10
Masykur Arif Rahman, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: IRCiSoD, 2013, hlm. 265.
Page 14 of 40
melakukan proses pengindraan, pengamatan, atau observasi terhadap dunia
luar dirinya, seperti mengamati keluasan, warna dan bau, serta mendengarkan
sesuatu. Segala sesuatu yang ditangkap dari dunia luar melalui indra, oleh John
berair dan berwarna kemerahan yang terdapat pada suatu objek. Kemudian ide-
sehingga menghasilkan nama “buah anggur”. Nama buah anggur yang tak lain
tadi.
Islam memandang ilmu sebagai sebuah sarana yang sangat penting untuk
mengenal dan mengetahui al-Haqq. Inilah mengapa terdapat lebih banyak penjelasan
tentang hakikat ilmu di dalam Islam melebihi apa yang ada dalam agama,
Page 15 of 40
kebudayaan, dan peradaban selainnya. Sebagai bukti, al-Qur’an memuat berulang kali
kata ilmu dan derivasinya, yang menempati posisi kedua setelah kata tauhid. 11 Sebuah
penjelasan bahwa dalam al-Qur’an dan al-Sunnah konsep ilmu (‘ilm) menjadi konsep
terpenting dan komprehensif setelah iman. Signifikansi ini secara jelas dapat dilihat
dari fakta lima ayat pertama yang diturunkan dalam al-Qur’an, serta puluhan hadist
Nabi yang menegaskan wajibnya mencari ilmu, telah memberikan kepada ilmu sebuah
Pada kesempatan ini penulis akan memaparkan tiga konsep ilmu dari ilmuwan
Islam yaitu Al Farabi, Ibnu Khaldun dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas seperti
dibawah ini.
1. Al-Farabi (870-950)
pemikiran dua tokoh Yunani tersebut dapat dilihat dalam karyanya yang berjudul
Kitab Al-Jam’Baina Ra’yai al-Hakimaini. Karya ini berisi tentang komentar Al-Farabi
terhadap dua arus pemikiran filsafat Plato dan Aristoteles yang oleh banyak kalangan
dianggap berbeda, tapi bagi Al-Farabi justru bagi keduanya tidak berbeda. Sampai
11
Lailah Alfi, Konsep Ilmu Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Jurnal Tasfiyah, Vol. 2
(No.2), Ponorogo: UNIDA, 2018.
12
Moh. Asy’ari Muthar, The Ideal State, Yogyakarta:IRCiSoD, 2018, hlm 103-109.
Page 16 of 40
sekarang belum ada ilmuwan yang menolak bahwa Al-Farabi memahami warisan
Yunani dipertanyakan.
Kontribusi Al-Farabi yang sangat besar dalam bidang fisika, metafisika, ilmu
politik dan logika, menjadikannya sebagai tokoh yang paling pantas menempati posisi
terkemuka diantara para filsuf muslim lain. Al-Farabi banyak mendapat pujian dari
buku berbahasa Arab paling lengkap dan sangat layak untuk dipergunakan sebagai
pengantar studi tentang filsafat Aristoteles dan Plato. Mutu serta kelengkapan buku
fundamental ontologi.
Page 17 of 40
Ketiga, tentang besarnya manfaat (’izham al-jadwa) dari ilmu yang
ilmu Alam.14
a. Metafisik
mekanik.
sakitnya.
Page 18 of 40
Ibnu Khaldun membagi ilmu atas dua macam, yaitu15:
1. Ilmu naqliyah (ilmu yang berdasarkan pada otoritas atau ada yang
menyebutnya ilmu-ilmu tradisional) dan yang termasuk adalah ilmu- ilmu al-
Quran, hadis, tafsir, ilmu kalam, tasawwuf, dan ta’bir al-ru`yah, terbagi dalam
dua kelompok:
kepada mana yang benar dan yang salah, sesuai dengan kedudukannya
15
Mutty Hariyati, Sejarah Klasifikasi Ilmu-Ilmu Keislaman Dan Perkembangannya Dalam Ilmu
Keislaman, hlm. 155.
Page 19 of 40
4) Usul Fiqh yang menjelaskan bagaimana mengeluar hukum- hukum
Allah,
manusia,
Jelasnya, semua ilmu ini adalah berdasarkan al-Quran dan as- Sunnah.
2. Ilmu ‘aqliyah (ilmu yang berdasarkan akal atau dalil rasional). Termasuk
antara yang salah dari yang benar berkenaan dengan hal- hal yang dikejar
oleh para pengkaji segala yang ada beserta sifat-sifat tambahannya agar ia
b. Ilmu Alam, yaitu ilmu yang mempelajari substansi elemental yang dapat
Page 20 of 40
binatang-binatang yang diciptakan, benda-benda angkasa, gerakan alami
(Ta’limi). Bagian ini mencakup empat ilmu pengetahuan, yaitu ilmu ukur,
ilmu hitung, ilmu music, dan astronomi. Tentang ilmu ukur atau geometri,
ukuran-ukuran secara umum, baik yang terpisah- pisah karena ukuran itu
bisa dihitung ataupun yang bersambungan, yang terdiri dari satu dimensi,
yaitu titik; atau mempunyai dua dimensi, yaitu permukaan; atau tiga
tumbuhannya”.
Al-Attas terlebih dulu mendefinsikan apa itu ilmu pengetahuan. Baginya hal ini
sebuah makna yang datang ke dalam jiwa bersamaan dengan datangnya jiwa kepada
makna dan menghasilkan hasrat serta kehendak diri.17 Dengan kata lain, hadirnya
16
Wan Mohd Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas, Bandung:
Mizan, 1998, hlm. 142.
17
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Tinjauan Ringkas Peri Ilmu dan Pandangan Alam, Pulau Pinang :
Penerbit Universiti Sains Malysia, 2007, hlm. 13, 39
Page 21 of 40
makna ke dalam jiwa berarti Tuhan sebagai sumber pengetahuan, sedangkan hadirnya
jiwa kepada makna menunjukkan bahwa jiwa sebagai penafsirnya. 18 Berpijak pada
pemahaman ini Al-Attas mendefinisikan ilmu sebagai satu kesatuan antara orang yang
mengetahui dengan makna, dan bukan antara yang mengetahui (subyek ilmu) dengan
yang diketahui (obyek ilmu).Unsur-unsur makna ini dikonstruksikan oleh jiwa dari
obyek-obyek yang ditangkap oleh indera ketika jiwa menerima iluminasi dari Allah
swt, dan berarti unsur-unsur tersebut tidak terdapat dalam obyek-obyek yang ada.
Premis yang diajukannya adalah bahwa ilmu itu datang dari Allah SWT dan
diperoleh oleh jiwa yang kreatif. Dia membagi pencapaian dan pendefinisian ilmu
kedalam dua bagian. Yang pertama adalah ilmu adalah sesuatu yang datang dari Allah
dan diberikan kepada insan sebagai karunia-Nya. Hal ini persis seperti yang dikatakan
al-Ghazali bahwa ilmu datang sebagaimana adanya ke dalam jiwa seseorang dari luar.
Dan yang kedua adalah sesuatu yang dicapai oleh jiwa yang aktif dan kreatif
pertama, masuknya ilmu dari Allah ke dalam jiwa manusia, kedua, sampainya jiwa
Premis di atas dipertegas kembali oleh Alparslan Acikgenc dan Wan Mohd Nor
Wan Daud, yakni Pertama; ilmu diisyaratkan sebagai sesuatu yang berasal dari Allah
SWT. bisa dikatakan bahwa ilmu itu adalah datangnya (hushūl) makna sesuatu atau
objek ilmu ke dalam jiwa pencari ilmu, kedua sebagai sesuatu yang diterima oleh jiwa
18
Page 22 of 40
yang aktif dan kreatif, ilmu bisa diartikan sebagai datangnya jiwa (wushūl) pada
makna sesuatu atau objek ilmu. Satu hal yang ditekankan dalam definisi ini adalah
bahwa ilmu adalah tentang makna. Objek apapun, fakta maupun suatu peristiwa
dikatakan diketahui seseorang jika bermakna baginya. Jadi, ayam tentunya tidak akan
tertarik kepada emas karena ia tidak tahu makna emas. Bagi hewan seperti ayam, emas
menjadi tidak bermakna. Semakin diketahui, maka dia akan semakin bermakna.
Dengan demikian, dalam proses kognisi, pikiran tidak sekedar menerima pasif, tetapi
ia aktif dalam arti mempersiapkan diri untuk menerima apa yang ia ingin terima
Terkait dengan definisi di atas, Ilmu yang pertama mempunyai dua kenyataan;
yang satu sebagai tanzīl, dan lainnya sebagai pengenalan yang merujuk kepada diri.
Sebagai tanzil, ilmu yang pertama merujuk kepada umat manusia umumnya dan
merupakan hidayah yang membimbing ke arah al-Haqq (Allah SWT); suatu petunjuk
yang mengarahkan hidup manusia ke jalan yang lurus dan benar. Ilmu inilah yang
disebut al-‘Ilm, yakni ilmu yang sebenarnya. Oleh karena itu dalam definisinya yang
pertama penekanan lebih diberikan kepada Allah SWT., sumber segala ilmu,
Untuk memperoleh ilmu yang pertama, sebagai petunjuk ke arah al-Haqq, manusia
harus menempuh jalan usaha, ibadah serta kesucian dalam hidupnya. Karena, ilmu
tersebut hanya bisa diperoleh dengan dan atas kehendak dan karunia Allah SWT.
Maka, apabila ilmu tersebut dikaruniakan Allah kepada seorang manusia, ia akan
Page 23 of 40
hijab atau tirai penutup yang menyelubungi alam hakiki kandungan ilmu ini, atau
dapat disebut sebagai “Kasyf”, yang dengan sekejap nazhar ruhani terpandang oleh
pengelihatan ruhaninya. Ilmu ini merupakan suatu kenyataan khusus ilmu yang
sebenarnya, yang biasa disebut dengan ma’rifah, yakni ilmu pengenalan yang
merujuk kepada pengenalan diri akali manusia. Ilmu yang sebenarnya, yang dikatakan
sebagai tanzīl itulah ilmu yang utama, sebab ilmu tersebut sudah jelas dan lengkap
sempurna bagi insan dan merupakan hidayah dan petunjuk yang membimbingnya ke
arah yang lurus dan benar. Pencapaian terhadap ilmu ini tentunya bukan sebuah hal
yang mudah, mengingat bahwa ia harus ditempuh dengan usaha yang berat dan
Ilmu yang kedua, yang disebut ‘ilm yang mempunyai bentuk jamak ‘ulūm adalah
ilmu pengetahuan, dan diperoleh sebagai hasil pencapaian sendiri daya usaha akliah
kesimpulan yang diperoleh dari kenyataan hidup duniawi. Penuntutan ilmu ini tidak
batasnya sebab ia merujuk kepada maklu- mat-maklumat yang juga tidak berbatas, di
mana nilai kegunaan hidup duniawi, yang merupakan alat juga bagi manusia dalam
menyesuaikan dirinya dengan keadaan alam sekelilingnya. Ilmu jenis ini dapat
Dalam kategori ilmu yang kedua, sesuatu dapat dikatakan sebagai sebuah ilmu
apabila ia diakui sebagai sebuah kepercayaan yang benar. Al-Attas mengatakan bahwa
Page 24 of 40
kepercayaan yang benar itu dalam perspektif Islam bukan hanya suatu proposisi,
melainkan juga sesuatu yang bersifat intuitif yaitu salah satu aspek dari kapasitas
spiritual akal manusia. Kepercayaan yang benar dalam Islam adalah Iman, yang tidak
hanya berupa pernyataan penerimaan suatu proposisi, tetapi juga melibatkan afirmasi
spiritual atau internal dan konfirmasi fisik. Jadi, ilmu adalah kebenaran yang
didenotasikan dengan istilah haqq, yang merangkum sesuatu, baik proposisi maupun
ontologi.
Kedua jenis ilmu di atas tentunya menuntut seorang pencari ilmu untuk memiliki
mental yang aktif dan persiapan spiritual yang matang, selain tentunya memerlukan
keridhaan serta kasing sayang Allah SWT., sebagai Zat yang memberi ilmu. Keadaan
ter- sebut bagi seorang pencari ilmu menurut al-Attas disebut sebagai “kedatangan”.
wahyu Tuhan adalah satu-satunya sumber ilmu tentang realitas dan kebenaran terakhir
yang berkenaan dengan makhluk dan khaliq. Pandangan tersebut secara jelas sangat
Richard Rorty yang dikutip oleh Wan Daud dalam bukunya, mengungkapkan prinsip
sofis yang baru mengenai ilmu pengetahuan, bahwa hakikat ilmu adalah tidak
memiliki hakikat, dan karenanya, tidak ada yang disebut sebagai teori-teori ilmu. Hal
Page 25 of 40
ini berbeda dengan ilmu di dalam Islam, yang mana ilmu itu tersebut merangkumi
Bertentangan dengan filsafat dan sains modern sekular dalam hal sumber dan
metode ilmu, al-Attas menjabarkan bahwa ilmu datang dari Tuhan dan diperoleh
melalui sejumlah saluran, yaitu: indera yang sehat, laporan (khabar) yang benar yang
Menurut Al-Attas, ilmu dikategorikan menjadi dua, yaitu Ilmu fardlu ‘ain dan
Ilmu fardlu kifayah. Ilmu fardlu ‘ ain diajarkan tidak hanya pada tingkat primer
(rendah) melainkan juga pada tingkat sekunder (menengah) pra-universitas dan juga
tingkat universitas.19 Pemahaman dan pelaksanaan yang tepat terhadap kategori ilmu
pengetahuan fardhu 'ain (kewajiban bagi diri) dan fardhu kifayah (kewajiban bagi
Kandungan terperinci dari dua kategori ilmu pengetahuan yang telah disebutkan,
yaitu ilmu fardhu 'ain (kewajiban bagi diri) dan ilmu fardhu kifayah (kewajiban bagi
dan perawinya.
19
Zulham Efendi, Pemikiran Pendidikan Muhammad Naquib Al Attas, Jurnal WARAQAT, Vol.2
(No.2), Deli Serdang: STAI As Sunnah, 2017, hlm. 11.
Page 26 of 40
c. Syari’at: fiqih dan hukum; prinsip-prinsip dan pengamalan Islam (Islam,
Iman, Ihsan).
perbuatan-Nya (al-tauhid).
sastra.
2. Fardhu Kifayah:
a. Ilmu-ilmu Kemanusiaan.
b. Ilmu-ilmu Alam.
c. Ilmu-ilmu Terapan.
d. Ilmu-ilmu Teknologi.
e. Perbandingan Agama.
h. Sejarah Islam.20
delapan disiplin ilmu saja, tetapi tidak terbatas. Karena pada prinsipnya
20
Wan Mohd Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas, hlm. 274-282
Page 27 of 40
BAB III
Seluruh Nabi dan Rasul 21diutus Allah untuk melakukan gerakan Islamisasi. Itulah
sebabnya setiap Rasul diutus oleh Allah selalu dihadapkan dengan kondisi sosial
gerakan Islamisasi kepada orang-orang jahiliyah. Proses Islamisasi ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang benar kepada manusia saat itu agar mengubah
keyakinan jahiliyah yang selama ini dianut. Dengan berbagai cara Rasulullah secara
21
Ahmad Sastra, Filosofi Pendidikan Islam, Bogor: Darul Muttaqien Press, 2014, hlm. 257-259.
Page 28 of 40
terus menerus memberikan pencerahan ajaran Islam kepada umat yang tersesat saat
itu.
Secara historis,22 ide atau gagasan islamisasi ilmu pengetahuan muncul pada saat
Makkah pada tahun 1977. Konferensi yang diprakarsai oleh King Abdul Aziz
University berhasil membahas 150 makalah yang ditulis oleh sarjana-sarjana dari 40
sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan oleh umat Islam seluruh dunia. Salah
and the Definition and Aims of Education” dan Ismail Raji al-Faruqi dalam
Muhammad Emarah, seorang pemikir Muslim Mesir yang moderat, bahwa Islamisasi
pengetahuan. Dengan kata lain, ia merupakan penyesuaian antara Islam dengan ilmu
pengetahuan manusia dengan tidak menganggap alam nyata dan realitas sebagai
sumber ilmu pengetahuan manusia. Akan tetapi, berdasarkan atas dua pilar, yaitu
22
Zuhdiyah, Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi, Vol 2 (No.2), Jurnal Tadrib, Palembang: UIN
Palembang, 2019, hlm. 6
23
Nunu Burhanuddin, Filsafat Ilmu, Jakarta: Kencana, 2018, hlm. 196.
Page 29 of 40
Kedua menurut Imam Suprayogo24Islamisasi ilmu digambarkan dalam sebuah
metafora sebuah pohon yang tumbuh subur, kuat, rindang, dan berbuah lebat dan
segar. Akar yang kukuh menghujam kebumi digunakan untuk menggambarkan ilmu
sebagai alat yang harus dikuasai secara baik oleh setiap mahasiswa, yaitu bahasa Arab
dan Bahas Inggris, logika, pengantar ilmu alam, dan ilmu sosial. Batang pohon yang
kuat itu digunakan untuk menggambarkan kajian dari sumber ajaran Islam, yaitu Al-
Qur’an, hadits, pemikiran Islam, sirah nabawiyah dan sejarah Islam. Adapun dahan
yang jumlahnya cukup banyak digunakan untuk menggambarkan sejumlah ilmu pada
umumnya dengan berbagai cabangnya, seperti ilmu-ilmu alam, ilmu sosial, dan
humaniora. Sebagai sebuah pohon ia harus tumbuh di atas tanah yang subur, yaitu
adanya kampus yang berwajah Islami, seperti kehidupan yang dipenuhi oleh suasana
iman, akhlak yang mulia dan kegiatan spiritual. Adapun pohon itu sendiri,
menggambarkan akademik yang akan menghasilkan buah yang sehat dan segar. Buah
ilmu di Indonesia tidak benar-benar dipahami dan dihargai, karena semua pembaharu
mereka memandang sains bersifat universal, obyektif, bebas nilai, dan bahkan
Page 30 of 40
Islam. Akhirnya memandang bahwa islamisasi ilmu tidak diperlukan karena
sudah Islam. Ini adalah situasinya di Indonesia, ada kemajuan sekaligus resistensi
26
dan hambatan untuk dipahaminya masalah islamisasi ilmu.
di Indonesia;
a. Integrasi ilmu dan agama. Harun Nasution dipandang tokoh yang berjasa
besar dalam mereformasi IAIN, bahkan bisa dikatakan semua IAIN/UIN berada di
ilmu, karena istilah ini cenderung eksklusif. Oleh karena itu, bertentangan
membentuk budaya dan peradaban Barat, dan dari setiap cabang ilmu masa kini.
Di Indonesia jenis islamisasi ini diwakili oleh dua institusi: 1) dalam bentuk
institusi penelitian, yaitu INSIST (Institut for the Study of Islamic Thought and
Page 31 of 40
c. “Ayatisasi ilmu”: Islamic justification of modern science. Yaitu pembenaran
biologi, matematika, dan fisika dan banyak lembaga telah mengadopsi islamisasi
ilmu jenis ini, termasuk UIN Malang, IPB, ITB, dan bahkan Kementerian Agama.
digagas oleh Kuntowijoyo, menurutnya istilah islamisasi ilmu adalah reaksi dan
sebelum dibahas lebih lanjut alangkah baiknya dipaparkan tentang profil Syed
Naquib bin Ali bin Abdullah bin Muhsin Al-Attas 26. Beliau merupakan keturunan
bernama Syed Ali Al-Attas dan ibunya Sharifah Raquan Al-Aydarus. Ia memiliki
26
Dinar Dewi Kania, Pemikiran Epistemologi Syed M.Naquib Al Attas dan Frithjof Schuon, Ponorogo:
UNIDA, 2018, hlm. 103-111.
Page 32 of 40
seorang kakak dan seorang adik yang bernama Syed Hussein dan Syed Zaid. Kake
beliau Syed Abdullah bin Muhsin bin Muhammad Al-Attas. Di Bogor sampai berumur
lima tahun, kemudian ia dikirim belajar ke Sekolah Dasar Ngee Heng (1936-1941).
Johor melanjutkan pendidikan di Bukit Zahra School dan kemudian di English College
(1946-1951). Pada tahun 1951 selesai sekolah menengahnya dan masuk ke resimen
Melayu.
Pada tahun 1957 Al-Attas mengundurkan diri dari resimen Melayu dan
(1957-1959). Pada tahun 1962 Al-Attas lulus Strata 2 dari McGill, Montreal. Dan
Al-Attas27 memandang bahwa umat Islam menghadapi tatangan terbesar saat ini
yaitu dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang telah salah dalam memahami
ilmu dan keluar dari maksud dan tujuan ilmu itu sendiri. Meskipun ilmu
pengetahuan yang dikembangkan oleh peradaban barat telah memberikan manfaat dan
kemakmuran kepada manusia, namun ilmu pengetahuan itu juga telah menimbulkan
27
Iswati, Upaya Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam, Jurnal At-
Tajdid, Vol. 1 (No. 1), Palembang: Universitas Muhammadiyah, hlm. 97.
Page 33 of 40
Ilmu pengetahuan28 yang dikembangkan peradaban Barat telah
peradaban Barat dipengaruhi. Oleh karena itu Menurut Al-Attas dalam Islamisasi
e. menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan
eksistensi manusia.
Islam29 memandang bahwa visi mengenai realitas dan kebenaran bukan semata-
mata berkaitan dengan alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial,
politik dan budaya sebagaimana dalam pandangan sekuler Barat terhadap dunia yang
dapat dilihat. Realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kajian secara metafisis
terhadap dunia yang tampak maupun yang tidak nampak. Dengan demikian Islam
memandang realitas bagai sesuatu yang kelihatan dan gaib dunia akhirat. Dalam hal
ini dunia tidak dapat dilepaskan dengan akhirat dan akhirat juga dapat
28
Ruchhina, Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Muhammad Naquib Al Attas dan Ismail Raji Al Faruqi,
Jurnal Islamika, Vol. 19 (No.1), Ponorogo: UNIDA, hlm. 29.
29
Iswati, Upaya Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam, hlm. 98.
Page 34 of 40
modern tidak netral dan masuk budaya dan filosofis yang sebenarnya berasal dari
modern bukan memberikan label Islam pada ilmu penegetahuan dan menolak semua
yang berasal dari Barat, karena terdapat beberapa persamaan antara Islam dengan
filsafat Barat.
peradaban Barat yang dimiliki oleh pengetahuan modern saat ini terutama ilmu
dan formulasi teori-teori lainnya. Fakta dianggap tidak benar jika itu
asing yang merusak ajaran Islam tersebut adalah: konsep dualisme yang
kemasyarakatan, sains fisik, terapan yang melibatkan perumusan fakta dan teori.
Konsep-konsep inilah yang membentuk pemikiran dan peradaban Barat dan telah
Page 35 of 40
Unsur-unsur yang lima faktor tersebut diatas yang menurut al-Attas, yang
menjiwai budaya dan peradaban Barat yaitu akal yang diandalkan untuk
dihilangkan tertama dalam bidang ilmu humaniora begitu juga dalam ilmu
Contoh aplikasinya dalam dunia pendidikan dalam ilmu fisika, ada suatu
rumus kekekalan energi atau massa yang dinyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan dan dimusnahkan, yang dapat hanya perubahan dari energy bentuk satu
EM 1 = EM 2
½ . m . v12 + m . g . h1 = ½ . m . v22 + m . g . h2
Jadi energy mekanik dalam keadaan 1 sama dengan energy mekanik dalam
keadaan 2. Karena energy dalam keadaan 1 harus selalu sama dengan keadaan 2
maka dikatakan energy mekanik tersebut kekal, yang ini berakibat menafikan
Jadi kalau menurut Al-Attas, kata kekal itu harus dibuang, dan dikatakan
semua itu terjadi karena izin Allah misalnya kita membawakan ayat yang
Page 36 of 40
berbunyi “ lillaahi maa fissamawati wal ardhi” semua yang ada dilangit dan
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian secara library research didapat kesimpulan sebagai berikut:
rasional yang berdampak pada nilai dan etika. Karena ilmu-ilmu dari
Barat, maka Islamisasi baru dapat dilakukan dengan dua pendekatan yang yang
diajukan oleh Al Attas yaitu: pertama isolir unsure-unsur atau konsep yang
Page 37 of 40
dibangun oleh peradaban, filsafat Barat, kedua masukkan elemen-elemen kunci
Islam kedalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang relevan.
agar ummat Islam tidak begitu meniru metode-metode dari luar, khususnya
Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Al Attas, Syed Muhammad Naquib, Tinjauan Ringkas Peri Ilmu dan Pandangan Alam,
2007, Pulau Pinang : Penerbit Universiti Sains Malaysia.
Alfi, Lailah, Konsep Ilmu Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, 2018, Jurnal
Tasfiyah, Vol. 2 (No.2), Ponorogo: UNIDA.
Daud, Wan Mohd Wan , Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-
Attas, 1998, Bandung: Mizan.
Dinora, Aloysius G., Aristoteles Socrates Plato Sebuah Biografi, 2019, Yogyakarta:
Sociality.
Page 38 of 40
Efendi, Zulham, Pemikiran Pendidikan Muhammad Naquib Al Attas, 2017, Jurnal
WARAQAT, Vol.2 (No.2), Deli Serdang: STAI As Sunnah.
Kania, Dinar Dewi, Pemikiran Epistemologi Syed M.Naquib Al Attas dan Frithjof
Schuon, 2018, Ponorogo: UNIDA.
Karim, Abdul, Sejarah Ilmu Pengetahuan, 2014, Jurnal Fikrah, Vol. 2 (No.1).
Mahfud, dan Patsun, Mengenal Filsafat antara Metode Praktis dan Pemikiran Socrates
Plato dan Aristoteles,2019, Jurnal Cendikia, Vol. 5 (No. 1).
Rahman, Masykur Arif, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, 2013, Yogyakarta:
IRCiSoD.
Ruchhina, Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syed Muhammad Naquib Al Attas dan Ismail
Raji Al Faruqi, Jurnal Islamika, Vol. 19 (No.1), Ponorogo: UNIDA.
Sastra, Ahmad, Filosofi Pendidikan Islam, 2014, Bogor: Darul Muttaqien Press.
Page 39 of 40
Wahyu, Vaesol, Eka Wirawan, Islamisasi Ilmu sebagai Model Integrasi dalam
Membangun Relasi antara Ilmu dan Agama, 2019, Jurnal Munaqasyah, Vol. 1
(No. 1), Banyuwangi: Sekolah Tinggi Islam Blambangan.
Zuhdiyah, Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi, Vol 2 (No.2), Jurnal Tadrib, 2019,
Page 40 of 40