berkaitan dengan perintah membaca (iqra) dan menulis yang disimbolkan dengan
“pena” (qalam). Maka semua itu harus dilakukan dengan nama Allah (iqra’bismi
rabbikalladzi khalaq). Karena itulah, tradisi ilmu dalam islam sejak awal sudah
bersifat “tauhidiy” , tidak secular,tidak mendikotomikan antara unsur unsur dunia
dan unsur akhirat; antara ilmu ilmu dunia dan ilmu akhirat. Semua itu bermuara
pada satu tujuan, yaitu untuk mengenal(ma”rifah)kepada Allah swt. Danmencintai
ibadah kepadanya. Maka, Allah berfirman:
kaum muslimin wajib memanfaatkan denga sekuat tenaga untuk mencari ilmu
(talabul ilmi).selain pahalanya yang sangat besar, ilmu juga menjadi landasan amal.
rusaknya orang orang yang berilmu terjadi ketika mereka terjebak dalam
kekeliruan atau penyakit “hubbud-dunya”.
Tujuan ilmu
Fakta sejarah
Islam di Andalusia (Spanyol): "Life for the majority of people in mainland Christian
Europe was short, brutal and barbaric when compared with the sophisticated,
tetapi melalui buku buku berbahasa arab yang ditulis oleh ilmuwan
ilmuwan muslim yang yahudi.mereka belajar dan menerjemahkan secara bebas
pada pusat pusat pembelajaran islam di spanyol, yang disebutnya sebagai “the
greatest cultural centre in Europe”.
Tentang filsafat ilmu sekuler
Konsep kebahagiaan dalam islam, akan di alami dan di sadari oleh orang
orang yang benar benar tunduk dan patuh kepada Allah dan mengikuti
bimbingannya. Puncak kebaikan dalam hidup adalah cinta kepada Allah.
Setelah mengalami fase panjang zaman kegelapan yang disebut sebagai The
dark Ages of Europe, peradaban Barat modern kemudian mengembangkan
Worldview dan filsafat ilmu sekular, yang menolak "keberadaan dan kehadiran"
Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan. "Tuhan" dipandang sebagai sesuatu yang
"mengganggu" kebebasan manusia. Filsuf terkenal, Jean-Paul Sartre (1905-1980)
menyatakan bahwa sekalipun Tuhan itu ada, itu pun harus ditolak, sebab ide
tentang Tuhan mengganggu kebebasan mereka: "even if God existed, it will still
necessary to reject him, since the idea of God negates our freedom. ' (Karen
Armstrong, History of God, 1993:378).
Karena menolak semua sumber ilmu yang berasal dari kitabsuci, ilmuan
sekuler menumpukkan pencarian asal usul alam semesta dan manusia semata
mata berdasarkan sumber indra dan sumber akal. Akibatnya, pikiran, waktu, dan
tenaga yang luar biasa besarnya dicurahkan untuk mencari asal usul alam semesta,
yang sebenarnya bersifat rasional spekulatif, dan tidak membawa dampak positif
bagi kehidupan manusia, dibandingkan dengan banyaknya umat manusia yang
masih hidup dalm penderitaan.
Penutup
Dampak keilmuan sekular terhadap umat manusia sudah banyak
dipaparkan oleh para ilmuwan. Kini, berbagai upaya pengembangan konsep
epistemologi Islam terus dilakukan oleh berbagai pihak. Dalam bidang ilmu
ekonomi dan manajemen, terbit buku berjudul Menggugat Manajemen (Barat),
Penulis buku ini, Fuad Mas'ud—dosen Fakultas Ekonomi Undip—memaparkan
konsep-konsep manajemen Barat yang diturunkan dari worldview yang humanis-
sekular dan perbedaannya dengan konsep-konsep manajemen dalam Islam.
Berbeda dengan manajemen sekular yang menolak nilai-nilai wahyu, dalam
perspektif Islam, manajemen bukan sekadar ketrampilan motivasi, mengarahkan,
meningkatkan efisiensi dan produktivitas dengan imbalan materi. Manajemen
berkaitan erat dengan amanah. Selanjutnya, Fuad Mas'ud mencatat: "Oleh karena
itu, manajemen Islam sangat berbeda dengan manajemen Barat. Manajeman Islam
berdasarkan Tauhid, Halal, Keadilan, Kejujuran, Keseimbangan, Manfaat sesuai
dengan ketentuan Islam, ikhlas, dan ihsan, tolong menolong dan kasih sayang."
Jadi, berbeda dengan epistemologi Barat yang hanya meng-andalkan
empirisme dan rasionalisme, epistemologi Islam mengakui empat sumber ilmu
sekaligus, yaitu: indera, akal, intuisi, dan wahyu. Masing-masing sumber tersebut
memiliki kadar kemampuan yang berbeda sehingga mereka tidak bisa dipisah-
pisah dan harus digunakan secara proporsional. Indra penglihatan, misalnya,
hanya mampu berfungsi pada frekuensi 400-700 nanometer. Indra pendengaran
berfungsi pada frekuensi 20-20.000 kilohertz/detik. Di situlah diperlukan akal,
yang juga mempunyai kemampuan terbatas. Dalam istilah Ibn Khaldun: "Sebagai
timbangan emas dan perak, akal adalah sempurna. Tetapi masalahnya, bisakah
timbangan emas dipakai untuk menimbang gunung?"
Secara operasional, pengembangan epistemologi Islam telah dikenalkan
dan diaplikasikan oleh Syed Muhammad Naquib al- Attas, melalui perumusan
konsep worldview Islam yang selanjutnya diturunkan dalam bentuk rumusan-
rumusan epistemologis. Lebih jauh tentang masalah ini bisa dibaca dalam buku-
buku karya Syed Muhammad Naquib al-Attas, seperti Islam and Secularism,
Prolegomena to the Metaphisics of Islam, dan sebagainya. Juga, buku- buku karya
Wan Mohd Nor Wan Daud, seperti The Concept of Knowledge in Islam: Its
Implications for Education in a Developing Country , A Commentary on the Culture
of Knowledge ,The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad
Naquib al-Attas: An Exposition of the Original Concept of Islamization, The ICLIF
Leadership Competency Model: An Islamic Alternative, dan sebagainya.
Sejak digaungkan oleh Naquib al-Attas saat bertindak sebagai keynote
speaker dalam konferensi Pendidikan Islam Internasional pertama di Mekah, 1977,
gerakan Islamisasi ilmu saat ini terus melaju. Berbagai upaya telah dilakukan.
Sebab, Islamisasi ilmu adalah sebuah kebutuhan, jika umat Islam dan negeri-negeri
Muslim ingin meraih kejayaan dan kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat.