Anda di halaman 1dari 8

Nama  

                 : Hifni Bik Nasif Arsyad


Nim                     : 432022319082
Kelas                   : G-3
Campus               : Banyuwangi  (7)
Mata Kuliah       : Filsafat Ilmu

Urgensi Epistemologi Islam


Didefinisikan sebagai cabang ilmu filsafat yang membahas ilmu
pengetahuan secara menyeluruh dan mendasar. Secara ringkas disebut sebagai
“theory of knowledge”

besar perhatiannya terhadap aktivitas pemikiran dan keilmuan. Ini,


misalnya, tergambar dari penyebutan kata "al-film" dan derivasinya yang
mencapai 823 kali. Bahkan, yang diajarkan pertama kali kepada Nabi Adam a.s.
adalah pengetahuan tentang nama-nama benda (2:31). Wahyu pertama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. berkaitan dengan perintah membaca
(Iqra') dan menulis yang disimbolkan dengan "pena" (qalam). Wahyu ini pun
sudah berbicara tentang proses penciptaan manusia yang berasal dari "al-alaq"
(sesuatu yang melekat). Tetapi, sejak awal sudah diingatkan bahwa proses
membaca dan belajar tidak boleh dipisahkan dari dasar keimanan.

ini membicarakan tentang tentang sumber sumber ilmu dan bagaimana


manusia bisa meraih ilmu.sementar itu,knowledge atau ilmu pengetahuan
merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.

Al-quran : kitab yang begitu besar perhatiannya terhadap aktivitas


pemikiran dan keilmuan

berkaitan dengan perintah membaca (iqra) dan menulis yang disimbolkan dengan
“pena” (qalam). Maka semua itu harus dilakukan dengan nama Allah (iqra’bismi
rabbikalladzi khalaq). Karena itulah, tradisi ilmu dalam islam sejak awal sudah
bersifat “tauhidiy” , tidak secular,tidak mendikotomikan antara unsur unsur dunia
dan unsur akhirat; antara ilmu ilmu dunia dan ilmu akhirat. Semua itu bermuara
pada satu tujuan, yaitu untuk mengenal(ma”rifah)kepada Allah swt. Danmencintai
ibadah kepadanya. Maka, Allah berfirman:

١٩(.....ُ ‫فَا ْعلَ ْم اَنَّهٗ اَل اَ ٰلهَ اِاَّل هَّللا‬

“ketahuilah,sesungguhnya tiada tuhan yang patut kita sembah kecuali


Allah.”(Muhammad:19)

kaum muslimin wajib memanfaatkan denga sekuat tenaga untuk mencari ilmu
(talabul ilmi).selain pahalanya yang sangat besar, ilmu juga menjadi landasan amal.

kedudukan ilmu sangatlah sentral dalam islam sehingga Allah


memerintahkan agar aktivitas mencari ilmu itu tidak boleh berhenti, walaupun
dalam kondisi perang sekalipun.”Mengapa tidak pergi dari tiap tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu tentang agama.”(at-
Taubah:122).

karna begitu pentingnya kedudukan ilmu maka “rusaknya ilmu ulama”juga


menjadi factor penyebab terpenting dalam terjadinya kerusakan sesuatu
masyarakat.

rusaknya orang orang yang berilmu terjadi ketika mereka terjebak dalam
kekeliruan atau penyakit “hubbud-dunya”.

Tujuan ilmu

Tujuannya untuk mengenal Allah swt. Dan meraih kebahagiaan (sa’adah)


salah satu konsep pendidikan dalam islam adalah bersifat integral, dan bukan
bersifat persial(juz’iy).
kadangkala konsep pendidikan integran/universal ini dibenturkan dengan konsep
“profesionalisme” di bidang tertentu.Islam menolak konsep “Spesialisasi sempit”
yang membutakan ilmuan dari khazanah keilmuan bidang-bidang lain, khususnya
bidang-bidang ilmu Fardhu ‘ain.
Adapun aspek profesionalitas terkait dengan bidang keilmuan yang diwajibkan
dimiliki oleh sebagian orang, karena terkait dengan tegaknya masyarakat. Ilmu
ilmu ini biasanya disebut “ilmu yang fardhu kifayah”.
“dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-
ku.” (adz-dzariyaat:56)

Fakta sejarah

Konsep Islam tentang ilmu yang integral sudah pernah terbukti


diaplikasikan dalam sejarah. Fakta fakta perkembangan sejarah sains selama
ratusan tahun di dunia islam termasuk di barat membuktikan bahwa untuk meraih
perkembangan sains yang tidak secular , yakni sains yang berbasis pada konsep
tauhid.

Seorang sejarawan Irlandia, Tim Wallace-Murphy, dalam bukunya, What

Islam Did For Us: Understanding Islam's Contribution to Western Civilization,

menggambarkan kejayaan keilmuan Islam yang kemudian memberikan jasa besar

dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern di Barat. la membuat

perbandingan kehidupan peradaban Islam dan peradaban Barat di masa kejayaan

Islam di Andalusia (Spanyol): "Life for the majority of people in mainland Christian

Europe was short, brutal and barbaric when compared with the sophisticated,

learned, and tolerant regime in Islamic Spain. "

tetapi melalui buku buku berbahasa arab yang ditulis oleh ilmuwan
ilmuwan muslim yang yahudi.mereka belajar dan menerjemahkan secara bebas
pada pusat pusat pembelajaran islam di spanyol, yang disebutnya sebagai “the
greatest cultural centre in Europe”.
Tentang filsafat ilmu sekuler

Ilmu pengetahuan/knowledge yang disebarkan barat itu, menurut Al-attas,


pada hakikatnya telah menjadi problematic, karena kehilangan tujuan yang
benar;dan lebih menimbulkan kekacauan dalam kehidupan manusia, ketimbang
membawa keadilan dan perdamaian.

Knowledge yang untuk pertamakali dalam sejarah telah membawa kepada


kekacauan dalam”the three kingdom of nature”, yaitu dunia binatang, tumbuhan,
dan mineral.

Menurut al-Attas kebenaran fundamentaldari agama, dipandang sekedar


teoretis. Kebenaran absolut dinegasikan dan nilai nilai relative diterima. Tidak ada
satu kepastian. Konsekuensinya, adalah penegasian tuhan dan akhirat
danmenempatkan manusia sebagai satu satunya yang berhak mengatur dunia.
Manusia akhirnya dituhankan dan tuhan pun dimanusiakan.

Antara tradisi barat dalam sains dan teknologgi dangan system


epistemologidan metafisika islam, merupakan paparan yang artikulatif, cermat,
dan sistematis, tentang basis revisi islam terhadap tujuan dan premis premis
moral dalam sains dan teknologi.

Al-Attas mengkritik konsep desaralisasi alam ilmuwan secular, yang


melepaskan keterkaitan alam dengen segala unsur ketuhanan. Ia menekankan
bahwa alam bukanlah entitas ketuhanan, tetapi merupakan bentuk yang
memanefestasikan ketuhana. Agama menentang desakralisasi, jika desakralisasi
diartikan sebagai pembuangan semua makna spiritual dalm pandangan tehadap
alam,atau jika didesakralisasi diartikan sebagai pembatasan terhadap metode
pemahaman manusia terhadap metode ilmiah yang di ajukan oleh filfsafat dan
sains secular.

Al-Attas menegaskan tentang pandangan worldfiew islam yang tidak


memisahkan aspek duniawi dan akhirat. Konsepsi modern tentang kebahagiaan,
menurutnya, esensinya sama dengan konsepsi manusia di masa lalu, di era
paganisme.

Konsep kebahagiaan dalam islam, akan di alami dan di sadari oleh orang
orang yang benar benar tunduk dan patuh kepada Allah dan mengikuti
bimbingannya. Puncak kebaikan dalam hidup adalah cinta kepada Allah.

Kesejahteraan dan kebahagiaan menurut al-Attas itu bukan dianya merujuk


kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari;
dan bukan pula dia suatu keadaan akal fikir insab yang hanya dapat dinikmati
dalam alam piker dan nazar akali belaka. Kesejahteraan dan kebahagiaan itu
merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir yang mutlak yang dicari cari
itu yakni; keadaan diri yang yakin akan hak ta’ala dan penuaian amalan yan
dikerjakan oleh diri itu berdasarkan keyakinan itu dan menuruti yitah batinnya.

Al-Attas menyatakan dengan tegas, secara konseptual, antara keduanya


terdapat perbedaan yang fundamental sehingga akan menimbulkan konflik yang
bersifat permanen.

Filsafat ilmu sekuler dan islam

Setelah mengalami fase panjang zaman kegelapan yang disebut sebagai The
dark Ages of Europe, peradaban Barat modern kemudian mengembangkan
Worldview dan filsafat ilmu sekular, yang menolak "keberadaan dan kehadiran"
Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan. "Tuhan" dipandang sebagai sesuatu yang
"mengganggu" kebebasan manusia. Filsuf terkenal, Jean-Paul Sartre (1905-1980)
menyatakan bahwa sekalipun Tuhan itu ada, itu pun harus ditolak, sebab ide
tentang Tuhan mengganggu kebebasan mereka: "even if God existed, it will still
necessary to reject him, since the idea of God negates our freedom. ' (Karen
Armstrong, History of God, 1993:378).

Peradaban barat mengenbangkan worldfiew dan filsafat ilmu secular, yang


menolak keberadaan dan kehadiran tuhan dalam seluruh aspek kehidupan. Tuhan
dipandang sebagai sesuatu yang mengganggu kebebasan manusia.Jean-paul Sartre
mrnyatakan bahwa sekalipun tuhan itu ada, itu pun harus di tolak, sebab ide
tentang yuhan menggagnggu kebebasan mereka.

Sumbangan terbesar Machiavelli adalah menghilangkan factor agama dalam


politik, dengan memandang masalah politik dan Negara,semata mata sebagai
factor saintifik yang rasional.

Karena menolak semua sumber ilmu yang berasal dari kitabsuci, ilmuan
sekuler menumpukkan pencarian asal usul alam semesta dan manusia semata
mata berdasarkan sumber indra dan sumber akal. Akibatnya, pikiran, waktu, dan
tenaga yang luar biasa besarnya dicurahkan untuk mencari asal usul alam semesta,
yang sebenarnya bersifat rasional spekulatif, dan tidak membawa dampak positif
bagi kehidupan manusia, dibandingkan dengan banyaknya umat manusia yang
masih hidup dalm penderitaan.

Menurut Al-Qur’an, fase sejarah manusia yang terpenting adalah saat


manusia berada di alam arwah dan membuat ikatan perjanjian dengan Allah swt.

Contoh lain, konsep worldfiew islam yang berorientasi pada kehidupan


akhirat melahirkan ilmu ilmu yang menyatu dengan amal.

Dampak filsafat keilmuan islam yang menempatkan wahyu sebagai sumber


ilmu adalah munculnya tradisi ilmu yang tidak memisahkan antara aspek ilm dan
akhlak. Seorang yang berilmu daam islam wajib mengamalkan ilmunya. Jika tidak,
ia bisa masuk kategori fasik dan kredibilitasnya sebagi penyampai ilmu diragukan.

Dunia keilmuan islam dikenal menjungjung tinggi akhlak dan


moralitas.seseorang yang didapati bermoral jahat tidak dipercaya lagi
periwayatnya. Ini tentu sangat berbeda dengan tradisi keilmuan secular di Barat.

Penutup
Dampak keilmuan sekular terhadap umat manusia sudah banyak
dipaparkan oleh para ilmuwan. Kini, berbagai upaya pengembangan konsep
epistemologi Islam terus dilakukan oleh berbagai pihak. Dalam bidang ilmu
ekonomi dan manajemen, terbit buku berjudul Menggugat Manajemen (Barat),
Penulis buku ini, Fuad Mas'ud—dosen Fakultas Ekonomi Undip—memaparkan
konsep-konsep manajemen Barat yang diturunkan dari worldview yang humanis-
sekular dan perbedaannya dengan konsep-konsep manajemen dalam Islam.
Berbeda dengan manajemen sekular yang menolak nilai-nilai wahyu, dalam
perspektif Islam, manajemen bukan sekadar ketrampilan motivasi, mengarahkan,
meningkatkan efisiensi dan produktivitas dengan imbalan materi. Manajemen
berkaitan erat dengan amanah. Selanjutnya, Fuad Mas'ud mencatat: "Oleh karena
itu, manajemen Islam sangat berbeda dengan manajemen Barat. Manajeman Islam
berdasarkan Tauhid, Halal, Keadilan, Kejujuran, Keseimbangan, Manfaat sesuai
dengan ketentuan Islam, ikhlas, dan ihsan, tolong menolong dan kasih sayang."
Jadi, berbeda dengan epistemologi Barat yang hanya meng-andalkan
empirisme dan rasionalisme, epistemologi Islam mengakui empat sumber ilmu
sekaligus, yaitu: indera, akal, intuisi, dan wahyu. Masing-masing sumber tersebut
memiliki kadar kemampuan yang berbeda sehingga mereka tidak bisa dipisah-
pisah dan harus digunakan secara proporsional. Indra penglihatan, misalnya,
hanya mampu berfungsi pada frekuensi 400-700 nanometer. Indra pendengaran
berfungsi pada frekuensi 20-20.000 kilohertz/detik. Di situlah diperlukan akal,
yang juga mempunyai kemampuan terbatas. Dalam istilah Ibn Khaldun: "Sebagai
timbangan emas dan perak, akal adalah sempurna. Tetapi masalahnya, bisakah
timbangan emas dipakai untuk menimbang gunung?"
Secara operasional, pengembangan epistemologi Islam telah dikenalkan
dan diaplikasikan oleh Syed Muhammad Naquib al- Attas, melalui perumusan
konsep worldview Islam yang selanjutnya diturunkan dalam bentuk rumusan-
rumusan epistemologis. Lebih jauh tentang masalah ini bisa dibaca dalam buku-
buku karya Syed Muhammad Naquib al-Attas, seperti Islam and Secularism,
Prolegomena to the Metaphisics of Islam, dan sebagainya. Juga, buku- buku karya
Wan Mohd Nor Wan Daud, seperti The Concept of Knowledge in Islam: Its
Implications for Education in a Developing Country , A Commentary on the Culture
of Knowledge ,The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad
Naquib al-Attas: An Exposition of the Original Concept of Islamization, The ICLIF
Leadership Competency Model: An Islamic Alternative, dan sebagainya.
Sejak digaungkan oleh Naquib al-Attas saat bertindak sebagai keynote
speaker dalam konferensi Pendidikan Islam Internasional pertama di Mekah, 1977,
gerakan Islamisasi ilmu saat ini terus melaju. Berbagai upaya telah dilakukan.
Sebab, Islamisasi ilmu adalah sebuah kebutuhan, jika umat Islam dan negeri-negeri
Muslim ingin meraih kejayaan dan kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai