Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seorang filsuf asal Yunani Aristoteles (384-322 SM) yang
merupakan murid Plato mengembangkan aliran realisme yang menekankan
pada pengetahuan dan nilai. Ilmuwan membawa paham realisme pada abad
21, ilmuwan realisme beranggapan bahwa realitas yang ada tidak
bergantung pada apa yang kita ketahui dan metode ilmiah adalah cara yang
terbaik untuk mendapatkan deskripsi yang akurat dari apa itu dunia dan
bagaimana kerjanya. Untuk menjelaskan dan untuk menggunakan
penemuan ilmiah, kita harus menyusun suatu teori. Untuk meningkatkan
penelitian ilmiah, kita dapat meninjau kembali dan menyaring teori-teori
kita sehingga lebih akurat terhadap realitas.
Realisme merupakan suatu aliran dalam ilmu pengetahuan. Aliran
realisme mempersoalkan obyek pengetahuan manusia. Aliran realisme
memandang bahwa obyek pengetahuan manusia terletak di luar diri
manusia. Contohnya bagaimana kursi itu ada karena ada yang membuatnya,
begitu juga dengan adanya alam yang berarti ada yang membuat. Tetapi
kaum realis tidak mempercayai adanya ruh karena yang ada hanyalah jiwa.
Kaum realis berpendapat bahwa tidak ada kehidupan sesudah kematian.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
dirumuskan sebagai berikut :
1. apa itu definisi pengetahuan?
2. bagaimana sejarah pengetahuan?
3. siapa tokoh aliran pragmatisme?

1
4. bagaimana pendapat tokoh-tokoh pragmatisme?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk lebih mengetahui tentang definisi pengetahuan
2. Untuk lebih mengetahui tentang sejarah pengetahuan
3. Untuk lebih mengetahui tentang tokoh aliran pragmatisme
4. Untuk lebih mengetahui tentang pendapat tokoh-tokoh pragmatisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses


sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.. Pengetahuan
merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open
behavior (Donsu, 2017).Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang
dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu
penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh
intensitas perhatiandan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian
besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo,
2014).

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat erat


hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin
luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh
dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non
formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif
dan aspek negatif.Tokoh-tokoh Aliran Pragmatisme.

3
B. Sejarah pengetahuan

Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan merupakan hal yang menarik untuk


dikaji. Sebab, hal ini terkait dengan kisah perjalanan peradaban dunia. Selain itu,
dengan memahami sejarah ilmu pengetahuan, maka kita bisa memahami asal usul
sebuah pemikiran dan belajar tentang hal yang baik dan buruk dari sejarah
tersebut. Dengan demikian akan diperoleh sebuah konsep pengetahuan yang lebih
baik dan terbaru demi meningkatkan pengetahuan manusia. Banyak kisah yang
mewarnai sejarah perkembangan ilmu pengetahuan mulai dari kegagalan sampai
penemuan – penemuan yang dianggap spektakuler. Penemuan-penemuan ilmu
pengetahuan tidak terpusat pada satu tempat saja melainkan menyebar dari
Babylonia, Mesir, Cina, India, Irak, Yunani hingga ke daratan
Eropa.Perkembangan ilmu pengetahuan hingga seperti sekarang ini tidaklah
berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif.
Uraian sejarah perkembangan ilmu pengetahuan mengacu kepada pemikiran
filsafat di Barat. Hal ini dapat mencerminkan perkembangan ilmu pengetahuan di
barat secara utuh mampu mempengaruhi peradaban dunia. Diawali dari periode
filsafat Yunani yang pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari
mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir
masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam.
Karenanya, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan harus
melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik. Dalam setiap periode
sejarah pekembangan ilmu pengetahuan menampilkan ciri khas tertentu.
Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban
Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan
diakhiri pada zaman kontemporer. Namun, pada makalah ini kami akan
menguraikan lebih dalam mengenai perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman
Renaissance, zaman Modern, dan zaman Kontemporary.

4
C. Tokoh Aliran Pragmatisme

a. Thales

Thales (624-546 SM), orang Miletus itu digelari bapak


filsafat, karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat.
Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang
amat mendasar; what is the nature of the world stuff ? (apa
sebenarnya bahan alam semesta ini ?) Ia menjawab air.
Jawaban ini amat sederhana dan belum tuntas. Belum tuntas
karena dari apa air itu ? Thales mengambil air sebagai asal
alam semesta, barang kali karena ia melihat sebagai suatu
yang amat diperlukan dalam kehidupan dan menurut
pendapatnya bumi ini mengapung di atas air (Ahmad Tafsir,
1990:41).

1. Anaximander

Anaximander disebut murid Thales. Ia hidup kira-kira antara


tahun 610 SM dan tahun 540 SM. (K. Bartens, 1988:28).

5
Anaximander mencoba menjelaskan bahwa substansi
pertama itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya.
Anaximander mengatakan udara. Udara merupakan sumber
segala kehidupan, demikian alasannya (Ahmad Tafsir,
1990:4).

Heraclitus

Heraclitus (544 – 484 SM) menyatakan You can not step


twice to the river, for the fresh waters are ever flowing upon
you (Engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali
karena air sungai itu mengalir).

Menurut Heraclitus, alam semesta ini selalu dalam keadaan


berubah, sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang
panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita hendak
memahami kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu
dinamis, kosmos tidak pernah dalam keadaan berhenti
(diam), ia selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah.
Gerak itu menghasilkan perlawanan-perlawanan. Itulah

6
sebabnya ia pada konklusi bahwa yang mendasar dalam alam
semesta ini bukanlah bahan (stuff)nya seperti yang
dipertanyakan oleh filosof pertama itu, melainkan prosesnya.
Pernyataan “semua mengalir” berarti semua berubah menjadi
bukanlah pernyataan yang sederhana. Implikasi pernyataan
ini amat hebat. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa
kebenaran selalu berubah, tidak tetap. Pengertian adil pada
hari ini belum tentu masih benar besok. Hari ini 2 x 2 = 4,
besok dapat bukan empat (Ahmad Tafsir, 1990 : 41-42).

Parmanides

Parmanides (450 SM) dalam the way of the truth, ia bertanya


: Apa standar kebenaran dan apa ukuran realitas ? Bagaimana
hal itu dapat dipahami ? Ia menjawab ukurannya ialah logika
yang konsisten. Perhatikanlah contoh berikut : Ada tiga cara
berfikir tentang Tuhan ; 1. ada, 2. tidak ada, dan 3. ada dan
tidak ada. Yang benar adalah ada (1). Tidak mungkin
meyakini yang tidak ada (2) sebagai dua karena yang tidak
ada pastilah tidak ada. Yang ketiga pun tidak mungkin,
karena tidak mungkin Tuhan itu ada dan sekaligus tidak ada.

7
Zeno

Zeno lahir tahun 490 SM di Elea. Terhadap ajarannya dia


mengatakan :

Anda tidak pernah mencapai garis finis dalam suatu balapan.


Untuk mencapai garis finis itu mula-mula anda harus
menempuh separuh jarak, lalu setengah dari separuh jarak,
kemudian setengah dari sisa, dan kerja anda selanjutnya ialah
menghabiskan sisa yang tidak pernah akan habis. Anda tidak
pernah mencapai garis finis, padahal secara empiris anda
telah lama mencapai garis finis itu.

Anak panah yang meluncur dari busurnya, apakah bergerak


atau diam ? Diam ialah bila suatu benda pada suatu saat
berada pada suatu tempat. Anak panah itu setiap saat berada
di suatu tempat. Jadi anak panah itu diam. Ini khas logika.
Padahal mata kita jelas-jelas menyaksikan bahwa anak panah
itu bergerak dengan cepat. Siapa yang benar ? Yang
mengatakan bergerak atau yang mengatakan diam ? Itu relatif

8
kedua-duanya benar, bergantung pada cara pembuktiannya.
(Ahmad Tafsir, 1990:43).

Protagoras

Ia mengatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran.


Kebenaran itu bersifat pribadi (private). Akibatnya ialah
tidak akan ada ukuran yang absolut dalam etika, metafisika
maupun agama. Bahkan teori-teori metafisika tidak juga
dianggapnya mempunyai kebenaran yang absolut.

Gorgias

Pandangan filsafatnya dia mengajukan tiga proporsi sebagai


kesimpulan falsafah dirinya.

Pertama, tidak ada yang ada, maksudnya realitas itu


sebenarnya tidak ada. Kita harus mengatakan bahwa realitas

9
itu tunggal dan banyak, terbatas dan tak terbatas, dicipta dan
tidak dicipta.

Kedua, akal tidak mampu meyakinkan kita tentang bahan


alam semesta ini, karena kita telah dikungkung oleh dilema
subyektif. Orang berfikir sesuai dengan kemauan dengan idea
kita yang sesuai dengan fenomena. Karena demikian maka
proses ini tidak akan menghasilkan kebenaran.

Ketiga, ia menegaskan; sekalipun realitas itu dapat kita


ketahui, namun tidak akan dapat diberitahukan kepada orang
lain.

Socrates

Socrates (469-399 SM) terkenal sebagai orang yang berbudi


baik, jujur dan adil. Socrates banyak mendapat simpati dari
para pemuda di negerinya. Namun ia kurang disenangi

10
karena dituduh sebagai perusak moral dan menolak dewa-
dewa atau tuhan yang telah diakui negara.

Atas tuduhannya tersebut dia menulis naskah yang berjudul


apologi, termasuk salah satu bahan penting untuk mengetahui
sejarah Socrates. Dalam pengadilan dia dinyatakan bersalah
dengan suara 200 dan 220 melawan. Ia dituntut hukuman
mati (Ahmad Syadali, Mudakir, 1999:61).

Menurut Socrates ada kebenaran obyektif yang tidak


bergantung kepada satu atau kita. Untuk mencapai kebenaran
obyektif menggunakan metode dialektika yang berarti
bercakap-cakap atau dialog.

Dari metode dialektiknya ia menemukan dan penemuan


metode yang lain induksi dan definisi. Ia menggunakan
istilah induksi manakala pemikiran bertolak dari pengetahuan
yang khusus, lalu menyimpulkannya dengan pengertian yang

11
umum. Pengertian yang umum diperoleh dari mengambil
sifat-sifat yang sama (umum) dari masing-masing kasus
khusus dan ciri-ciri khusus yang tidak disetujui bersama
adalah disisihkan. Ciri umum tersebut dinamakan ciri esensi
dan semua ciri khusus itu dinamakan ciri eksistensi. Suatu
definisi disebut dengan menyebutkan semua ciri esensi suatu
obyek dengan menyisihkan semua ciri eksistensinya.
Demikianlah jalan untuk memperoleh definisi tentang suatu
persoalan.

Plato

Plato (427-347 SM) lahir di Athena, salah seorang murid dan


teman Socrates. Ia menggunakan metode dialog untuk
mengantarkan filsafatnya. Namun kebenaran umum (definisi)
menurutnya bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif
sebagaimana cara yang digunakan Socrates, pengertian
umum (definisi) menurut Plato sudah tersedia di sana di
dalam idea (Ahmad Syadali, Mudzakir, 1999 : 69-70).

12
Pendapat Plato ini, jelas memperkuat posisi gurunya. Idea itu
umum, berarti berlaku umum. Plato juga berpendapat bahwa
selain kebenaran yang umum itu ada kebenaran yang khusus
yaitu “kongkretisasi” idea di alam ini (Ahmad Tafsir,
1990:51).

Aristoteles

Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Stagina sebuah kota


di Thirace. Ia adalah teman dan murid Plato. Di dalam dunia
filsafat, Aristoteles terkenal sebagai bapak logika. Logikanya
disebut logika tradisional karena nantinya berkembang apa
yang disebut logika modern. Logika Aristoteles sering juga
disebut logika formal (Ahmad Tafsir, 1990:52).

Bila orang-orang sofis banyak menganggap manusia tidak


akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam
metaphysic menyatakan bahwa manusia dapat mencapai
kebenaran. Ia menyatakan bahwa matter dan form tu bersatu.
Matter memberikan substansi sesuatu, form memberikan

13
pembungkusnya. Setiap obyek terdiri atas matter dan form.
Jadi, ia telah mengatasi dualisme Plato yang memiahkan
matter dan form, bagi Plato matter dan form berada sendiri-
sendiri. Ia juga berpendapat bahwa matter itu potensial dan
form itu aktualitas. Namun ada substansi yang murni, form
tanpa potentiality, jadi tanpa matter, yaitu Tuhan. Aristoteles
percaya kepada adanya Tuhan. Bukti adanya Tuhan
menurutnya ialah Tuhan sebagai penyebab gerak (a first
cause of motion) (Ahmad Syadali Mudzakir, 1999 : 73-74).

D. Pendapat Tokoh-Tokoh Pragmatisme

a. Thales (625 – 545 SM)


Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun
585 SM. Menurut pendapatnya semua yang berasal dari air sebagai materi
dasar kosmis semua berasal dari air, dan semuanya kembali menjadi air.
Bahwa bumi terletak di atas air, dan bumi merupakan bahan yang muncul dari
air dan terapung di atasnya.
b. Anaximandros (640 – 546 SM)
Ia merupakan orang pertama yang membuat peta bumi. Pemikiranya, dalam
memberikan pendapat tentang arche (asas pertama alam semesta), ia tidak
menunjuk pada salah satu unsure yang dapat diamati oleh indra, tetapi ia
menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati indera, yaitu to
apeironi yang tak terbatas.
c. Phytagoras (+ 572 – 497 SM)

14
Pemikiranya, substansi dari semua benda adalah bilangan, dan segala gejala
alam merupakan pengungkapan indrawi dan perbandingan-perbandingan
matematis. Ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10
mempunyai kekuatan dan arti sendiri. Phytagoras lah yang mengatakan
pertama kali bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang
teratur.
d. Heraclitos (535 – 475 SM)
Ia lahir di Ephesus, ia mendapat julukan si gelap, karena untuk menelusuri
gerak pikirannya sangat sulit. Pemikiran filsafat nya terkenal dengan filsafat
menjadi.
Ucapannya yang terkenal: Panta rhei kai uden menci, artinya segala
sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu orang pun dapat
masuk ke sungai yang sama dua kali. Alsannya, karenaair sungai yang
pertama telah mengalir, berganti dengan air yangberada dibelakangnya.
Heraclitos yang mengemukakan pendapatnya bahwa segala yang ada selalu
berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama
dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan
dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan
mengubahnya sesuatu itu menjadi abu atau asap. Walaupun sesuatu itu apabila
dibakar menjadi abu atau asap, toh adana api tetap ada. Segala sesuatunya
berasal dari api, dan akan kembali ke api. Menurut pendapatnya, di dalam
arche terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh) yang disebutnya sebagai
logos (akal atau semacam wahyu).
e. Parmenides (540-475 SM)
Ia lahir di kota Elea, dialah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat
tentang ada (being). Menurut pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas
adalah bukan gerak dan perubahan. Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak
dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang tidak ada tidak mungkin muncul
menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan.

15
Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat
dipikirkan. Jadi, yang ada (being) itu satu, umum, tetap, dan tidak dapat
dibagi-bagi karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan
banyak yang ada, dan itu tidak mungkin.
f. Democritus (460 – 370 SM)
Pemikirannya adalah bahaw realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak
unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian
materi yang sangat kecil yang disebut atom. Menurut pendapatnya, atom-atom
itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang kosong. Maka, Democritus
berpendapat bahwa
realiatas itu ada dua, yaitu atom itu sendiri (yang penuh) dan ruang
tempat atom bergerak (yang kosong).

16
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses


sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.. Pengetahuan
merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open
behavior (Donsu, 2017).Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang
dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu
penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh
intensitas perhatiandan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian
besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo,
2014).

Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan merupakan hal yang menarik


untuk dikaji. Sebab, hal ini terkait dengan kisah perjalanan peradaban dunia.
Selain itu, dengan memahami sejarah ilmu pengetahuan, maka kita bisa
memahami asal usul sebuah pemikiran dan belajar tentang hal yang baik dan
buruk dari sejarah tersebut. Dengan demikian akan diperoleh sebuah konsep

17
pengetahuan yang lebih baik dan terbaru demi meningkatkan pengetahuan
manusia.

DAFTAR PUSTAKA
hhtp://www.scrib.com/doc/654777597/sejarah-perkembangan-ilmu-pengetahuan-
filsafat
http://gentongedukasi.blogspot.com/2012/01/tokoh-tokoh-pemikir-dalam-
filsafat.html?m=1
http://restisafitrii.blogspot.com/2012/10/aliran-aliran-filsafat-tokoh-dan-
idenya.html?m=1

18

Anda mungkin juga menyukai