Anda di halaman 1dari 16

ILMU,

KEBENARAN DAN
PENARIKAN
KESIMPULAN
PENGERTIAN ILMU

Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti


memahami, mengerti, atau mengetahui.Ilmu bukan
sekadar pengetahuan, tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati
dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk
karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai
pengetahuan yang dimilikinya.
PENGERTIAN
MENURUT AHLI

SYARAT-SYARAT
ILMU

PERSAMAAN ILMU
DAN FILSAFAT

PERBEDAAN ILMU
DAN FILSAFAT
Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah
yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari
luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.
Ilmu adalah pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis,
dapat diukur, dan dibuktikan.Ilmu tidak memerlukan kepastian
lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran
perorangan, sebab ilmu dapat memuat sendiri hipotesis-hipotesis
dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.Ciri ilmu
berdasarkan hakikatnya adalah metodologi, sebab kaitan logis
yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak
teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan ide yang
terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan
berpikir metodis, dan tertata rapi.
Objektif: Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya
dari dalam.

Metodis: adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi


kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.

Sistematis: Ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang


teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian
sebab akibat menyangkut objeknya.

Universal: Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal


yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks yang tertentu
pula.
Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya,
menyelidiki obyek sampai ke akar-akarnya;
Keduanya memberikan pengertian mengenai
hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba
menunjukkan sebab-akibatnya;
Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu
pandangan yang bergandengan;
Keduanya mempunyai metode dan sistem;
Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang
kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia
(obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih
mendasar.
Obyek material (lapangan); Filsafat
bersifat universal (umum), yaitu segala
sesuatu yang ada (realita) sedangkan
obyek material Ilmu bersifat khusus dan
empiris.

Obyek formal (sudut pandangan); Filsafat


bersifat non fragmentaris, karena mencari
pengertian dari segala sesuatu yang ada itu
secara luas, mendalam dan mendasar.
Sedangkan Ilmu bersifat fragmentaris, spesifik,
dan intensif.

Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan


lebih mendalam berdasarkan pada
pengalaman realitas sehari-hari,
sedangkan Ilmu bersifat diskursif, yaitu
menguraikan secara logis, yang dimulai dari
tidak tahu menjadi tahu.
PENGERTIAN KEBENARAN

Kebenaran adalah tujuan utama dalam berfilsafat. Manusia


sadar akan keterbatasan dirinya. Ia akan mulai memikirkan
hal-hal kecil dan kemudian memikirkan bahwa di luar pasti
ada sesuatu yang tidak terbatas.Kebenaran ini harus dapat
diterima oleh masyarakat. Kebenaran yang ada tidak
selamanya menjadi kebenaran. Hal inilah yang akhirnya
akan menunjukkan manusia kepada kebenaran sejati yang
tak dapat dijangkau oleh manusia.
TEORI KEBENRAN

JENIS – JENIS KEBENARAN


 Teori kebenaran koherensi
Suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelum
dianggap benar.
 Teori kebenaran korespondensi
Suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan
objek yang dituju oleh penyataan tersebut.
 Teori kebenaran pragmatis
Meletakkan ukuran kebenaran dalam salah satu macam konsekuensi
atau proposisi, sehingga dapat membantu untuk mengadakan
penyesuaian-penyesuaian yang memuaskan.
 Teori kebenaran sintaksis
Suatu pernyataan memiliki nilai benar bila pernyataan itu mengikuti
aturan-aturan sintaksis yang berlaku.
 Teori kebenaran semantis
Proposisi itu mempunyai nilai kebenaran bila proposisi itu memiliki
arti. Arti ini dengan menunjukkan makna sesungguhnya dengan
menunjukkan pada referensi atau kenyataan.
 Teori kebenaran non deskripsi
Pengetahuan akan memiliki nilai benar sejauh pernyataan itu
memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari.
 Teori kebenaran logika yang berlebihan
Problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan
hal ini mengakibatkan pemborosan. Karena pada dasarnya
pernyataan yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat
logika yang sama yang masing-masing saling melingkupinya.
Kebenaran Subjektif

Kebenaran yang lebih didasarkan kepada ego pribadi dan pandangan


subjektif. Segala sesuatu yang kita anggap benar dan merupakan fakta.

Kebenaran Objektif

Kebenaran yang sebenarnya, fakta yang merupakan kenyataan karena


berasal dari keadaan objektif yang sesungguhnya sehingga inilah yang
disebut kebenaran yang sejati tetapi kebenaran sejati tidaklah kekal

Kebenaran Konstruktif

Kebenaran yang terbangun dan terbentuk dari pandangan dan opini


massa dan banyak orang
PENGERTIAN OENARIKAN
KESIMPULAN

Penarikan kesimpulan adalah konsep terpenting di dalam logika.


Penarikan kesimpulan ini di sebut juga sebagai inference. Hal ini
penting untuk mencegah orang mengambil kesimpulan yang salah
(fallacies) dengan berdasarkan pada premis yang salah. Di dalam
ilmu pengetahuan maupun di dalam filsafat moral, orang dilatih
untuk bertindak dengan logical implications dari kondisi-kondisi
yang ada.
TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai