FILSAFAT UMUM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1. SISI OKTASARI
2. NOVITA ENGELA
3. RINI OKTAVIA
A. Latar Belakang
Pada pembahasan pengantar filsafat sebelumnya telah di ketahui bahwa “Filsafat
itu adalah kekasih / sahabat / kebijaksanaan / kearifan atau kekasih / sahabat pengetahuan,
jadi karena merupsksn kekasih / sahabat kebijaksanaan /kearifan atau kekasih, maka
filsafat memiliki hasra tuntuk selalu ingin dekat, ingin akrab, ingin mengasihi kearifan /
kebijaksanaan / pengetahuan. Tapi, kearifan / kebijaksanaan / pengetahuan merupakan
sesuatu yang sangat abstrak dan luas. Keabstrakkan dan keluasan ini menjadikan hasrat
yang dimiliki filsafat tersebut tak mudah untuk dipuaskan sepenuhnya. Ini menyebabkan
filsafat terus mnerus untuk memenuhinya”.
Thales (624-546 SM), orang Miletus itu digelari bapak filsafat, karena dialah
orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan
yang amat mendasar, what is the nature of the world stuff ? (apa sebenarnya bahan alam
semesta ini ?) ia menjawab air. Jawaban ini amat sederhana dan belum tuntas. Belum
tuntas karena dari apa air itu ?
Thales mengambil air sebagai asal alam semesta, barang kali karena ia melihat sebagai
suatu yang amat diperlukan dalam kehidupan dan menurut pendapatnya bumi ini
mengapung di atas air (Ahmad Tafsir, 1990:41).
2. Anaximander
Anaximander disebut murid Thales. Ia hidup kira-kira antara tahun 610 SM dan
tahun 540 SM. (K Bartens, 1988:28). Anaximander mencoba menjelaskan bahwa
substansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya. Anaximander
mengatakan udara. Udara merupakan sumber segala kehidupan, demikian alasanya
(Ahmad Tafsir, 1990:4).
3. Heraclitus
Heraclitus (544 – 484 SM) menyatakan you can not step twice to the river, for the
fresh waters are ever flowing upon you (Engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sma
dua kali karena air terjun ke sungai yang sama dua kali karena air sungai itu mengalir).
Menurut Heraclitus, alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu yang
dingin berubah menjadi panas , yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita
hendak memahami kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis, kosmos
tidak pernah dalam keadaan berhenti (diam), ia selalu bergerak, dan bergerak berarti
berubah . gerak itu menghasilkan perlawanan-perlawanan. Itulah sebabnya ia pada
konklusi bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah bahan (stuff)nya seperti
yang dipertanyakan oleh filosof pertama itu, melainkan prosesnya. Pernyataan “semua
mengalir” bebrti semua berubah menjadi bukanlah pernyataan yang sederhana. Implikasi
pernyataan ini amat hebat. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran
selalu berubah, tidak tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar besok.
Hari ini 2 × 2 = 4, besok dapat bukan empat (Ahmad Tafsir, 1990 : 41-42).
4. Parmanides
Parmanides (450 SM) dalam the way of the truth, ia bertanya : apa standar
kebenaran dan apa ukuran realitas ? bagaimana hal itu dapat dipahami ? ia menjawab
ukuranya ialah logika yang konsisten. Perhatikanlah contoh berikut : ada tiga cara berfikir
tentang Tuhan ; 1. Ada, 2 tidak ada, dan 3. Ada dan tidak ada. Yang benar adalah ada (1).
Tidak mungkin meyakini yang tidak ada (2) sebagai dua karena yang tidak ada pastilah
tidak ada. Yang ketiga pun tidak mungkin, karena tidak mungkin Tuhan itu ada dan
sekaligus tidak ada.
5. Zeno
Zeno lahir tahun 490 SM di Elea. Terhadap ajaranya ia mengatakan bahwa :
a. Anda tidak pernah mencapai garis finis dalam suatu balapan. Untuk mencapai garis
finis itu mula-mula anda harus menempuh separuh jarak, kemudian setengah dari sisi,
dan kerja anda selanjutnya ialah mengahabiskan sisa yang tidak pernah akan habis.
Anda tidak akan pernah mencapai garis finis, pedahal secara empiris anda telah lama
mencapai garis finis itu.
b. Anak panah yang meluncur dari busurnya, apakah bergerak atau diam ? diam ialah
bila suatu benda pada suatu saat berada pada suatu tempat . Anak panah itu setiap saat
berada di suatu tempat. Jadi anak panah itu diam. Ini khas logika. Padahal mata kita
jelas-jelas menyaksikan bahwa anak panah itu bergerak dengan cepat. Siapa yang
benar ? yang mengatakan bergerak atau yang mengatakan diam ? itu relatif kedua-
duanya benar, bergantung pada cara pembuktiannya. (Ahmad Tafsir,1990:43).
6. Protagoras
7. Gorgias
Socrates (469-399 SM) terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur dan adil.
Socrates banyak mendapat simpati dari para pemuda di negerinya. Namun ia kurang
disenangi karena dituduh sebagai perusak moral dan menolak dewa-dewa atau tuhan yang
telah diakui negara.
Atas tuduhanya tersebut dia menulis naskah yang berjudul apologi, termasuk salah
satu bahan penting untuk mengetahui sejarah socrates. Dalam pengadilan dia dinyatakan
bersalah dengan suara 200 dan 220 melawan. Ia dituntut hukuman mati (Ahmad Syadali,
Mudakir, 1999:61).
Menurut socrates ada kebenaran obyektif yang tidak bergantung kepada satu atau
kita.Untuk mencapai kebenaran obyektif menggunakan metode dialektika yang bercakap-
cakap atau dialog.Dari metode dialektiknya ia menemukan dan penemuan metode yang
lain induksi dan definisi. Ia menggunakan istilah induksi manakalah pemikiran bertolak
dari pengetahuan yang khusus, lalu menyimpulkannya dengan pengertian yang
umum.Pengertian yang umum diperoleh dari mengambil sifat-sifat yang sama (umum)
dari masing-masing kasus khusus dan ciri-ciri khusus yang tidak disetujui bersama adalah
disisihkan. Ciri umum tersebut dinamakan ciri esensi dan semua ciri khusus itu
dinamakan eksistensi. Suatu definisi disebut dengan menyebutkan semua ciri esensi
suatu obyek dengan menyisisihkan semua ciri eksistensi. Demikianlah jalan untuk
memperoleh definisi tentang suatu persoalan.
9. Aristoteles
Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Stagina sebuah kota di Thirace. Ia adalah
teman dan murid Plato. Di dalam dunia filsafat, Aristoteles terkenal sebagai bapak logika.
Logikanya disebut logika tradisional karena nantinya berkembang apa yang disebut
logika modern. Logika Aristoteles serinng juga disebut logika formal (Ahmad Tafsir,
1990:52).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat berawal dari orang-orang Yunani yang mula-mula berfilsafat di Barat
mengatakan bahwa filsafat timbul karena ketakjupan. Ketakjupan disini adalah
ketakjupan menyaksikan keindahan dan kerahasiaan alam semesta ini lantas
menimbulkan keinginan untuk mengetahuinya.
Para filosofi tidak mempercayai cerita-cerita kejadian alam dari cerita nenek
moyang. Yang bersumber pada mitos dan dongeng-dongeng. Atinya, suatu kebenaran
lewat akal pikiran tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran dan bersumber pada
mitos(dongeng-dongeng). Para filosofi menganggap sebagai tahayul yang tidak masuk
akal. Karena itulah mereka berusaha untuk mendapatkan keterangan tentang inti dasar
alam itu dari daya pikirannya sendiri.